You are on page 1of 34

APLIKASI LAGRANGIAN NAVIER-STOKES

PADA KRISTAL

Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains

FAHD
G07400033

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005
Menyetujui,

Dr. Husin Alatas Dr. L. T. Handoko

Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ki Agus Dahlan

Ketua Departemen

Tanggal Lulus Ujian Skripsi:

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’alamin. Segala puji hanyalah milik Allah Tuhan seluruh alam. Karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan yang
mengikutinya hingga akhir zaman. Penelitian ini mencoba mengaplikasikan penelitian sebelumnya
ke kasus pembentukan kristal. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh dosen pembimbing dan

rekan penulis adalah pemanfaatan metode dalam teori medan untuk diterapkan pada dinamika
fluida. Hasil penelitian itu penulis aplikasikan pada pembentukan nano-kristal. Sehingga dengan
hal ini dicoba dibuktikan bahwa metode yang ada pada fisika partikel dapat berlaku secara umum.
Penulisan ini dapat diselesaikan atas bimbingan dan bantuan yang sangat berharga dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua dan kedua saudara penulis di rumah
2. Pak Handoko selaku Pembimbing II penulis yang membimbing penulis dengan penuh perhatian
dan kesabaran
3. Pak Husin Alatas selaku Pembimbing I
4. Segenap dosen di Departemen Fisika IPB
5. Teman-teman di kampus, khususnya semua angkatan 37: Saepul, Izu, Sofyan, Fuady, Dhony,

iii
Ewing, Cepy, Iwan, Gana , Armand, Kun, Bahri, Reza, Dedi, Ikin, Ami, Arif, Qoim, Dona, Ias,
Ifa, Heny, Erni, Apit, Rei, Reni, Endang, Fati, Christine, Lely, Esti, Ina
6. Teman setia penulis dalam tugas akhir: Jani
7. Teman-teman angkatan 33, 34, 35, 36, 38, 39, dan 40 Fisika IPB
8. Rekan sepenelitian penulis: Mas Ketut Eko dan Mas Sulaiman
9. Teman-teman di Fisika UI: Mas Parada, Ardi, Anton, Freddy, Handika, Pak Ayung, Juju, dll.
Dan seluruh pihak yang tidak tertulis namun membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
membangun dari semua pihak.

Bogor, Agustus 2005 Fahd

Fahd

iv
ABSTRAK
Lagrangian Navier-Stokes dibentuk dengan menggabungkan konsep pada dinamika fluida dan

konsep teori medan gauge. Dari Lagrangian ini, telah dibuktikan pembentukan persamaan Navier-
Stokes. Setelah Lagrangian Navier-Stokes ini terbentuk, dicoba mencari nilai amplitudo kuadrat
berdasarkan diagram Feynman yang menggambarkan interaksi 4 fluida pada satu titik. Perumu-
san amplitudo kuadrat ini dicoba aplikasinya pada beberapa kasus, di antaranya pada tulisan ini
adalah aplikasinya pada fluida dalam pembentukan nano-kristal.

v
Daftar Isi

Kata Pengantar iii

Abstrak v

Daftar Isi vi

Daftar Gambar vii

Daftar Pustaka 28

vi
Daftar Gambar

1 Diagram Feynman untuk interaksi 4 point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4


2 Grafik tekanan terhadap amplitudo kuadrat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
3 Grafik sudut antara aliran fluida 1 dan 2 (sudut θ) terhadap amplitudo kuadrat . . 8
4 Grafik sudut antara aliran fluida 1 dan 3 (sudut α) terhadap amplitudo kuadrat . 8

5 Grafik kecepatan terhadap amplitudo kuadrat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9


6 Grafik massa jenis terhadap amplitudo kuadrat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

7 Grafik divergensi kecepatan terhadap amplitudo kuadrat . . . . . . . . . . . . . . . 9


8 Grafik amplitudo kuadrat terhadap viskositas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

vii
perhitungan amplitudo kuadrat yang mirip
PENDAHULUAN dengan perhitungan amplitudo kuadrat yang
ada pada fisika partikel untuk interaksi antar
boson. Penerapan perhitungan interaksi antar
Latar Belakang boson pada kasus pertumbuhan kristal hanya
digunakan interaksi antar 4 aliran fluida. Kare-
Pada fisika partikel, untuk menerangkan inter- na pada kasus fluida yang dipertimbangkan
aksi antara partikel-partikel penyusun hadron adalah pada bagaimana gaya dimediasikan,
yang disebut quark digunakan teori Quantum dalam hal ini mediator gaya pada interaksi
Chromodynamics (QCD). Dalam teori ini quark antar partikel adalah partikel boson.
berinteraksi dengan quark yang lain melalui Dengan mendefinisikan medan fluida, maka
partikel mediator interaksi yang disebut gluon. dicoba dibuat diagram Feynman untuk kasus in-
Dikatakan terjadi interaksi ketika terjadi per- teraksi 4 fluida, dan dilakukan perhitungan ter-
tukaran gluon diantara quark. Interaksi seper- hadap amplitudo kuadrat. Kasus ini dicoba di-
ti ini disebut sebagai interaksi kuat. Interaksi terapkan untuk menjelaskan fenomena yang ter-
tidak hanya terjadi di antara quark, tetapi ter- jadi pada pembentukan nano-kristal. Pemben-
jadi juga di antara gluon. Interaksi di antara tuk nano-kristal dianggap sebagai fluida yang
gluon adalah interaksi boson-boson. memiliki sifat-sifat fluida seperti memiliki massa
Untuk menjelaskan interaksi antara elektron jenis, kecepatan dan lain-lain . Fluida pemben-
dan elektron digunakan teori yang disebut QED tuk nano-kristal ini juga memiliki potensial yang
(Quantum Electrodynamics). Interaksinya dise- dipengaruhi oleh tekanan, massa jenis, kekenta-
but interaksi elektromagnetik. Partikel yang lan (viskositas), dan divergensi kecepatan. Sete-
dipertukarkan adalah foton. Untuk menjelaskan lah itu dibuat grafik yang menghubungkan nilai
interaksi ini diperkenalkan apa yang dinamakan variabel-variabel yang ada itu dengan nilai am-
simetri gauge U(1) (Abelian). Dengan menggu- plitudo kuadrat.
nakan simetri gauge U (1) ini didapatkan La-
grangian Abelian di mana di dalamnya terdapat
suku fermion dan suku boson. Penjelasan in- Tujuan Penelitian
teraksi antara quark tidak cukup diwakili oleh
Lagrangian Abelian. Diperlukan simetri gauge Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
yang lebih besar yang disebut simetri gauge observable pada kristal dari Lagrangian Navier-
Non-Abelian, sehingga dihasilkan Lagrangian Stokes dengan menggunakan metode teori
Non-Abelian. medan kuantum.
Pada Lagrangian Non-Abelian terdapat suku
fermion dan suku boson. Pada tinjauan pus-
taka dijelaskan sedikit mengenai pembentukan TINJAUAN PUSTAKA
persamaan Navier-Stokes dari Lagrangian Non-
Abelian. Persamaan Navier-Stokes adalah per- 1. Persamaan Navier-Stokes dari Teori
samaan mengenai dinamika fluida. Persamaan Medan Gauge
ini merupakan persamaan non-linear dengan
medan kecepatan aliran yang disebut sebagai Persamaan Navier-Stokes (NS) menunjukkan
medan kecepatan. Solusi dari medan kecepatan sistem non-linear dengan kecepatan aliran
ini belum ditemukan. Pada dinamika flui- ~v ≡ ~v (xµ ), di mana xµ adalah ruang 4 dimensi
da, yang banyak dipertimbangkan hanya pada yang terdiri dari ruang spatial dan ruang waktu,
bagaimana gaya-gaya dimediasikan, bukan pada xµ ≡ (x0 , xi ) = (t, ~r) = (t, x, y, z) (Handoko,
apa dan bagaimana keadaan awal dan keadaan
akhir sebagaimana harus dipertimbangkan pada 2005). Untuk keseluruhan penulisan digunakan
fisika partikel. Pada fisika partikel, mediasi (per- unit natural, yaitu kecepatan cahaya c = 1
sehingga ct = t, sehingga ruang spatial dan
antaraan) gaya dilakukan oleh partikel boson. ruang waktu, memiliki dimensi yang sama.
Sehingga, yang dipertimbangkan penggunaan- Juga digunakan ruang relativistik (Minkowski),
nya untuk Lagrangian pada persamaan Navier-
Stokes adalah suku boson pada Lagrangian dengan metrik gµν = (1, −~1) = (1, −1, −1, −1)
Non-Abelian. Dengan prinsip aksi minimum yang mengarah ke x2 = xµ xµ = xµ gµν xν =
(least action) didapatkan persamaan Euler- La- x20 − x2 = x20 − x21 − x22 − x23 . Karena persamaan
grange, dan Lagrangian suku boson dimasukkan Navier-Stokes merupakan persamaan yang di-
ke dalam persamaan Euler-Lagrange, sehingga turunkan dari Hukum II Newton, secara prinsip
dengan medan yang didefinisikan tertentu, sete- persamaan itu seharusnya bisa pula diturunkan
lah melalui beberapa tahapan, didapatkanlah dari prinsip aksi terkecil (principle of least
persamaan Navier-Stokes. action). Beberapa tulisan juga mengaitkan
Lagrangian Navier-Stokes berhasil di- persamaan Navier-Stokes dengan persamaan
terapkan untuk mendapatkan persamaan Maxwell. Hubungan antara persamaan Navier-
Navier-Stokes. Lagrangian Navier-Stokes Stokes dan persamaan Maxwell bagaimanapun
merupakan Lagrangian yang komponennya juga tidak jelas, dan ketidakjelasan hubungan
merupakan suku boson. Maka dibuatlah ini secara intuitif dapat dimengerti, karena

1
kedua persamaan menunjukkan sistem yang Lagrangian ini mesti ditambahkan dengan suku
berbeda. Beberapa penulis juga memformu- baru yang berasal dari menggantikan turunan
lasikan dinamika fluida dalam Lagrangian parsial dengan kovarian ∂µ → Dµ ≡ ∂µ + ieAµ ,
dengan simetri gauge. Pada penelitian itu sehingga,
Lagrangian dibentuk dari persamaan kontinu-
itas. Terinspirasi oleh penelitian-penelitian itu, L = Lψ − e(ψγ µ ψ)Aµ . (3)
maka dicoba untuk mengkonstruksi persamaan
Navier-Stokes (NS)dari prinsip pertama mekani-Medan tambahan [Aµ ] = 1 haruslah meru-
ka analitik, yaitu dari kerapatan Lagrangian. pakan boson vektor karena [Aµ ] = 1 seperti
Juga karena anggapan persamaan NS adalah ditunjukkan pada pers. (1). Medan ini dike-
suatu sistem dengan ruang 4-dimensi seperti tahui sebagai boson gauge dan harus ditrans-
disebutkan di atas, wajar untuk meminjam U
metode yang digunakan pada teori medan formasikan di bawah U (1) sehingga Aµ −→
0 1
relativistik yang memperlakukan ruang dan Aµ ≡ Aµ + e (∂µ θ) , untuk menjaga keinvar-
waktu secara sama. Kemudian dimulai dengan ianan pers. (3). Di sini e konstanta kopling
membangun Lagrangian untuk medan boson yang tidak berdimensi yang kemudian diang-
dan menyimpan sutu constraint sehingga gap sebagai muatan listrik. Keberadaan par-
menjadi gauge invarian. Dengan menganggap tikel membutuhkan keberadaan suku kinetik un-
medan boson memiliki suatu bentuk khusus tuk partikel itu di dalam Lagrangian. Pada ka-
yang menunjukkan dinamika fluida, maka sus Aµ yang baru diperkenalkan di atas, hal
dicoba untuk menurunkan persamaan gerak itu dipenuhi dengan menambahkan suku kinetik
yang menghasilkan persamaan Navier-Stokes. menggunakan Lagrangian boson standar pada
pers. (1). Mudah untuk membuktikan bah-
2. Lagrangian Bosonik yang Invarian Ter- wa suku kinetik (suku pertama)pada pers. (1)
hadap Transformasi Gauge tidak invarian terhadap transformasi pada pers.
(4). Sehingga suku kinetik itu haruslah dimodi-
Pada teori medan relativistik, kerapatan La- fikasi untuk memenuhi keinvarianan gauge. Hal
grangian untuk partikel boson A dapat ditulis ini bisa dilakukan dengan menulis suku kinetik
sebagai berikut, dalam bentuk tensor strength anti-simetrik Fµν ,
LA = (∂ µ A)(∂µ A) + m2A A2 , (1) 1
LA = − Fµν F µν , (5)
(Ryder, 1998 dalam Handoko, 2005)di mana mA 4
adalah konstanta kopling dengan dimensi massa dengan Fµν ≡ ∂µ Aν − ∂ν Aµ ,dan faktor 1/4
dan ∂µ ≡ ∂/∂xµ . Medan boson memiliki dimen- hanyalah faktor normalisasi. Pada keadaan lain,
si [A] = 1 dalam unit dimensi massa [m] = 1 suku massa (suku kedua) pada pers. (1) dibuang
([xµ ] = −1). Partikel boson ialah partikel yang karena suku kuadrat dari Aµ tidak invarian (dan
dalam fisika partikel diinterpretasikan sebagai kemudian tidak diperbolehkan) pada transfor-
partikel yang berperan sebagai mediator gaya masi di pers.(4). Pada fisika partikel hasil ini
dari fermion-fermion yang berinteraksi,ψ. Dari mengarah ke interpretasi boson gauge Aµ seba-
Lagrangian fermion: gai foton yang merupakan partikel tak bermassa.
Akhirnya, dengan menggunakan simetri gauge
Lψ = iψγ µ (∂µ ψ) − mψ ψψ , (2)
U (1), didapatkan teori elektromagnetik rela-
di mana ψ dan ψ adalah medan fermion dan tivistik, yang diketahui sebagai quantum elec-
trodynamics (QED),
anti-fermion dengan dimensi [ψ] = [ψ] = 3/2
(sehingga [mψ ] = 1 sebagaimana halnya di LQED = iψγ µ (∂µ ψ) − mψ ψψ − eJ µ Aµ
atas), sedangkan γ µ adalah matriks gamma
Dirac. Untuk mengembangkan teori dan 1
− Fµν F µν , (6)
menyatukan beberapa interaksi yang khusus, 4
haruslah diperkenalkan beberapa simetri.
dimana J µ ≡ ψγ µ ψ = (ρ, ~J) = (J0 , ~J) adalah
arus fermion 4 vektor yang memenuhi per-
2.1. Teori Gauge Abelian samaan kontinuitas, ∂µ J µ = 0, menggunakan
persamaan Dirac yang menggambarkan medan
Untuk penyederhanaan, dapat diperkenalkan su- fermion.
atu simetri yang paling sederhana yang dise-
but simetri gauge U (1) (Abelian). Transformasi
lokal U (1) hanya merupakan transformasi fase 2.2. Teori Gauge Non-Abelian
U ≡ exp [−iθ(x)] dari fermion-fermion, yaitu
U Metode yang telah digunakan sebelumnya bisa
ψ −→ ψ 0 ≡ U ψ. Apabila ingin didapatkan La- digeneralisir dengan memperkenalkan simetri
grangian pada pers.(2) invarian terhadap trans- yang lebih besar, yang disebut dengan transfor-
formasi lokal ini, yaitu L → L0 = L, maka masi non-Abelian. Transformasi non-Abelian ini

2
dapat ditulis U ≡ exp [−iT a θa (x)], di mana T a ’ arus 4 vektor, dan arus itu diinduksikan oleh
adalah matriks yang disebut generator yang ter- mekanisme yang berbeda dari interaksi inter-
masuk dalam grup Lie dan memenuhi relasi ko- nal pada fluida yang ditunjukkan oleh medan
mutasi seperti [T a , T b ] = if abc T c , di mana kon- Aaµ . Sebetulnya tidak terlalu masalah untuk
stanta anti-simetrik f abc disebut sebagai fungsi menyimpan J a µ = 0 (Lagrangian medan be-
struktur dari grup. Sebagai contoh, grup Lie bas), atau pun bentuk-bentuk yang lain sepan-
SU (n) memiliki n2 − 1 generator dan subscript jang memenuhi persamaan kontinuitas ∂µ J a µ =
a, b, c berjalan sepanjang 1, · · · , n2 − 1. Dengan 0. Berdasarkan
R prinsip aksi terkecil yang diru-
mengikuti prosedur yang sama dengan bagian muskan S = d4 x LNS , yaitu δS = 0, akan di-
Sec. , dapat dikonstruksikan Lagrangian yang dapatkan persamaan Euler-Lagrange,
invarian terhadap transformasi ini. Perbedaan-
perbedaan datang hanya dari ketak-komutatifan ∂LNS ∂LNS
∂µ − =0. (11)
dari generator-generator. Hal ini menjadikan ∂(∂ µ Aaν ) ∂Aaν
∂µ → Dµ ≡ ∂µ + igT a Aaµ , dan f abc yang tak-nol
Yang selanjutnya dilakukan adalah menulis kem-
memodifikasi pers.Eq. (4) dan tensor strength bali persamaan gerak itu ke persamaan Navier-
Fµν to, Stokes yang sudah dikenal. Medan tunggal
Aµ dapat didefinisikan sebagai gabungan dari
U 1
Aaµ −→ Aaµ 0 ≡ Aaµ + (∂µ θa ) + f abc θb Acµ(7)
, potensial skalar dan vektor,
g µ ¶
a
Fµν ≡ ∂µ Aaν − ∂ν Aaµ ~ = d | ~v |2 −V, −d~v
Aµ = (A0 , Ai ) = (φ, A)
2
−gf abc Abµ Acν , (8) (12)
di mana d adalah parameter yang berubah-
Di mana g adalah konstanta kopling khusus ubah dengan dimensi [d] = 1 untuk menja-
seperti sebelumnya. Sehingga didapatkanlah ga dimensi yang benar untuk tiap elemen Aµ .
Lagrangian gauge invariant non-abelian
(NA)yang analog dengan pers.(6), V = V (~r) adalah potensial yang ditimbulkan
oleh gaya konservatif.
H Kondisi bagi gaya konser-
1 a a µν vatif ~F adalah d~r· ~F = 0 dengan solusi ~F = O
~ φ.
LNA = iψγ µ (∂µ ψ)−mψ ψψ−gJ a µ Aaµ − Fµν F , Artinya potensial V tidak dapat mengandung
4
(9) turunan dari ruang spatial.
sementara J a µ ≡ ψγ µ T a ψ, dan ini pun Pertama dapat dilakukan perhitungan untuk
memenuhi persamaan kontinuitas ∂µ J a µ = 0 µ = ν di mana dapat dihasilkan hubungan triv-
ial, yaitu J a µ = 0. Hubungan tidak trivial di-
seperti sebelumnya. Pada kasus SU (3) dike- hasilkan untuk µ 6= ν,
tahui quantum chromodynamics (QCD) untuk I I
menjelaskan interaksi kuat dengan memperke-
nalkan 8 gauge boson yang disebut gluon yang ∂0 Ai − ∂i A0 = g dx0 Ji = −g dxi J0 . (13)
diinduksikan oleh kedelapan generator.
(Ryder, 1998 dalam Handoko, 2005) (Handoko, 2005)
Tanda yang berbeda pada sebelah kanan menun-
jukkan metrik Minkowski yang digunakan.
2.3. Persamaan Navier-Stokes dari Teori
Medan Gauge
3. Sistem Multi Fluida Menggunakan
Pada dinamika fluida yang diatur oleh per- Pendekatan Teori Medan Gauge
samaan Navier-Stokes, yang utama diper-
timbangkan yaitu bagaimana dimediasikannya Pada bagian ini Lagrangian yang telah dike-
gaya, dan bukan pada transisi dari suatu mukakan sebelumnya dicoba diterapkan pada
keadaan awal ke keadaan akhir yang lain seba- kasus medan fluida. Dalam hal ini sistem multi
gaimana harus dipertimbangkan pada fisika par- fluida dianggap sebagai hamburan serangkaian
tikel. Karena pertimbangan ini, yang dipedu- medan fluida. Penerapan pada kasus medan
likan adalah suku boson pada Lagrangian to- fluida ini bisa dilakukan dengan mendefinisikan
tal. Dengan menganggap Lagrangian invarian amplitudo untuk interaksi semacam itu dengan
terhadap simetri gauge tertentu seperti telah di- menggunakan Lagrangian Navier-Stokes yang
jelaskan pada bagian sebelumnya, maka telah dibangun sebelumnya. Dengan me-
manfaatkan definisi medan skalar dan vektor
1 a a µν yang telah digunakan sebelumnya dalam
LNS = − Fµν F − gJ a µ Aaµ . (10) pembentukan persamaan Navier-Stokes dari
4 Lagrangian Navier-Stokes, maka dicoba untuk
Arus yang ada pada suku kedua tidak diang- mendapatkan amplitudo dari interaksi multi
gap sebagai arus fermion sebagaimana pada ver- fluida. Perhitungan dilakukan dengan cara
si aslinya, karena pada sistem ini tidak diperke- yang mirip dengan yang telah digunakan pada
nalkan fermion. Sehingga J a µ dianggap sebagai fisika partikel elementer.

3
3.1. Diagram Feynman untuk Sistem Flu-
ida
Didalam dinamika fluida yang dibangun
oleh persamaan NS yang dipedulikan adalah
bagaimana gaya dimediasikan dan bukan pa-
da transisi keadaan awal ke keadaan akhir
seperti halnya dipertimbangkan pada fisika
partikel. Sudah diketahui bahwa partikel yang
berperan dalam mediasi gaya adalah partikel
boson. Dengan alasan ini yang dipedulikan Gambar 1: Diagram Feynman untuk interaksi 4
hanyalah suku boson dalam Lagrangian total.
Dengan asumsi bahwa Lagrangian total invar- point
ian terhadap simetri gauge, didapatkan dari
persamaan(10),
Dengan menggunakan interaksi yang mungkin
1 a a µν yang didapatkan di bagian yang lalu, hasilnya
LNS = − Fµν F . (14) bisa diaplikasikan untuk kasus yang lain. Mak-
4
sudnya, digunakan metode yang sudah digu-
Dengan mengembangkan dan menulis semua nakan secara luas di fisika partikel elementer.
suku secara eksplisit, Dapat ditulis medan dalam suku vektor po-
larisasi sebagai berikut,
1 a a µν µ ¶
LNS = − Fµν F d 2
4 Aµ = ²µ e −ik·x
with ²µ = |~v | − V, −~v ,
1 2
= − [∂µ Aaν − ∂ν Aaµ − gf abc Abµ Acν ] (20)
4
µ aν ν aµ
[∂ A − ∂ A − gf amn mµ nν
A A ] dimana k adalah momentum 4. Hukum
kekekalan momentum masih berlaku, yaitu
1 a a µ aν ν aµ
= − [(∂µ Aν − ∂ν Aµ )(∂ A − ∂ A )
4 Σki = 0 . (21)
abc b c µ aν ν aµ
+2gf Aµ Aν (∂ A − ∂ A )
Penguraian ini menghasilkan hubungan sal-
+g 2 f abc f amn Aaµ Abν Amµ Anν ] (15) ing melengkapi untuk vektor polarisasi sebagai
berikut,
Dari suku-suku ini bisa didapatkan suku kuadrat X
sebagai propagator medan fluida, kµ kν
²λ† λ
µ ²ν = (−gµν + )
· µ ν
¸ M2
i k k λ
− 2 g µν + (ζ − 1) 2 δ ab . (16) d
k k (( |~v |2 − V )2 − |~v |2 ) , (22)
2
Lebih jauh lagi, suku kubik (pangkat 3) dan
kuartik (pangkat 4) menunjukkan interaksi 3 (Saputro, 2005)
dan 4 bunch (rangkaian) medan fluida,
4. Kristal
−2gf abc [g µν (k1 − k2 )ρ + g νρ (k2 − k3 )µ
4.1. Pengertian Kristal
+g µρ (k3 − k1 )ν
Kristal merupakan bagian homogen dari materi
yang memiliki struktur atom teratur yang
(18) berjangkauan panjang. Kristal memiliki bentuk
luar yang dibatasi oleh permukaan-permukaan
dan, datar yang halus dan tersusun secara simetris.
2 abe cde µρ νλ µλ νρ
Kristal dihasilkan ketika sebuah padatan terben-
−g [f f (g g − g g ) tuk secara bertahap dari fluida. Pembentukan
+f ade f bce (g µν g ρλ − g µρ g νλ ) itu bisa berasal dari pembekuan cairan, deposisi
dari bahan terlarut, atau pun kondensasi lang-
+f ace f bde (g µλ g νρ − g µν g ρλ )] (19) sung dari gas menjadi bentuk padat. Sudut di
antara permukaan dua kristal dari bahan yang
(Saputro, 2005) sama selalu identik. Zat padat yang memiliki
keteraturan berjangkauan pendek dalam struk-
turnya, seperti gelas, disebut zat padat amorf.
3.2. Sistem Multi Fluida Struktur pada amorf menunjukkan kemiripan
Dibagian ini, yang dijelaskan ialah dinamika sis- yang lebih besar pada cairan daripada zat padat.
tem multi fluida menggunakan Lagrangian NS.

4
4.2. Kondisi Untuk Pembentukan Kristal larutan mengalami supersaturasi (berada dalam
Cairan yang sama dengan yang membeku se- keadaan yang sangat jenuh) atau mengalami su-
cara bertahap di dalam bumi yang membentuk percooled maka larutan itu akan menjadi sangat
granit, kadang-kadang keluar ke permukaan viscous (kental), dan proses kristalisasi menjadi
bumi sebagai lava vulkanik dan mendingin hampir tidak mungkin terjadi. Pendinginan
dengan cepat membentuk obsidian. Apabila atau penguapan yang dilakukan kemudian, akan
pendinginannya sedikit lebih lambat, maka akan menghasilkan syrup dan kemudian gelas.
terbentuk sebuah batu yang bernama felsit. Beberapa bahan memiliki kecenderungan yang
Felsit merupakan bahan kristalin, tapi kristal kuat untuk membentuk biji kristal. Apabila
yang ada terlalu kecil untuk bisa dilihat dengan suatu larutan dari bahan seperti itu didinginkan
mata telanjang. Struktur seperti ini disebut perlahan-lahan, sedikit dari biji kristal itu tum-
kriptokristalin, atau aphanitic.Pendinginan buh menjadi kristal yang besar. Tetapi apabila
yang lebih lambat lagi akan menghasilkan batu bahan itu didinginkan secara cepat, banyak dari
dengan struktur porphyritic, di mana sebagian biji-biji kristal itu yang membentuk dan tum-
kristal cukup besar untuk dapat dilihat. Batu buh hanya menjadi kristal-kristal kecil.(Encarta
ini , yang memiliki komposisi mirip dengan Encyclopedia Deluxe 2004)
obsidian, felsit, atau granit, disebut rhyolite. Ketika suatu larutan berada di bawah kondisi
Granit, rhyolite, dan felsit tidaklah homogen saturasi, tidak dimungkinkan terbentuknya
dan karenanya tidak dapat menjadi kristal kristal. Kristal mulai mungkin terbentuk ketika
tunggal, tapi semuanya itu adalah batu kristal- larutan berada pada kondisi supersaturasi.
in. Tiap mineral penyusun pada batu-batu ini Pada grafik hubungan antara suhu dengan
muncul dalam bentuk kristal yang kecil tapi konsentrasi larutan terdapat daerah-daerah
homogen. Bahan-bahan yang pertama kali kondisi larutan yaitu kondisi sebelum super-
mengalami solidifikasi (menjadi padat) selama saturasi, kondisi supersaturasi, dan kondisi di
pendinginan batu cair menunjukkan susunan atas supersaturasi. Daerah supersaturasi bisa
yang normal dari permukaan kristal. Bahan- disebut juga sebagai daerah metastabil. Pada
bahan yang mengalami solidifikasi kemudian, kondisi supersaturasi pun tidak dijamin kristal
karena titik bekunya lebih rendah, dipaksa akan terbentuk. Diperlukan biji kristal sebagai
untuk menduduki interstisial yang tersisa, pemancing terbentuknya kristal.
sehingga penampilan eksternalnya terdeformasi. Ketika konsentrasi larutan berada di atas
Alasan yang sama yang menyebabkan kristal kondisi supersaturasi, maka driving force yang
homogen terbentuk dari cairan yang tercampur mendorong untuk terbentuknya kristal sangat-
bisa digunakan untuk memurnikan banyak lah besar. Sehingga kristalisasi bisa terjadi
bahan kristalin. Para ahli kimia sering meng- sangat cepat dan spontan. Kondisi yang paling
gunakan metode ini, dan bahan-bahan kimia tepat agar dapat membentuk kristal sesuai
organik secara khusus banyak yang dimurnikan yang diinginkan adalah kondisi supersaturasi.
dengan cara rekristalisasi. Di atas kondisi supersaturasi walaupun lebih
Pada beberapa grup mineral, ion-ion dari satu dimungkinkan untuk terbentuknya kristal
elemen bisa menggantikan ion elemen yang lain, namun sulit untuk mendapatkan kristal yang
menjadikan struktur kristal tidak berubah tapi diinginkan, dan sering terjadi impuritas (keti-
membentuk susunan dari larutan padat. Grup dakmurnian) pada kristal.
seperti ini, di mana ada bermacam-macam Untuk membentuk kristal, yang diperlukan
tingkat komposisi kimiawi dari satu anggota ialah menghindar dari driving force yang terlalu
murni ke yang lain, disebut sebagai isomor- besar karena itu akan mendorong kristal untuk
phous. berkembang cepat sekali. Harus ada waktu
Pertumbuhan kristal akan tercapai apabila yang tepat bagi atom, ion atau molekul untuk
sejumlah kecil kristal yang telah terben- menemukan tempat pada kisi kristal agar bisa
tuk mensarikan/menyaring (abstracts) lebih menetap dengan baik. Penambahan driving
banyak penyusun yang sama dari lingkungan force bisa mendorong impuritas pada kisi.
sekitarnya. Kadang-kadang, jika tidak ada Dengan adanya biji (benih) kristal, didapatkan
sejumlah kecil kristal pertama ini, atau biji kecepatan kristalisasi semakin besar seiring
kristal ini, tidak akan terjadi kristalisasi, dan naiknya konsentrasi larutan setelah mengalami
larutan akan mengalami supersaturasi (men- keadaan supersaturasi. Pada keadaan supersat-
jadi sangat jenuh), seperti halnya cairan jika urasi larutan menjadi viscous (kental). Semakin
berada di bawah titik bekunya akan mengalami besar konsentrasi larutan semakin besar pula
pendinginan super supercooled. Apabila suatu viskositas larutan itu. Seiring dengan kenaikan
bahan kimia organik dipersiapkan, sulit untuk konsentrasi, semakin tinggi pula kecepatan
membuat kristal yang pertama, kecuali bisa kristalisasi. Sehingga dapat disimpulkan se-
ditemukan bahan isomorfus. Kecenderungan makin tinggi viskositas maka semakin besar
untuk mengkristalisasi turun terhadap pen- pula kecepatan kristalisasi.
ingkatan viskositas fluida. Artinya semakin Kristalisasi (proses pembentukan kristal)
tinggi viskositas suatu fluida maka makin sulit terjadi berdasarkan prinsip keterlarutan: zat
untuk mengalami kristalisasi. Apabila suatu terlarut lebih mudah melarut pada pelarut yang
panas daripada pelarut yang dingin. Apabila

5
pelarut dibiarkan untuk mendingin, zat terlarut Pada kasus fluida dalam kristal, perhitungan ni-
tidak lagi dapat terlarut pada pelarut, dan lai amplitudo kuadrat untuk 4 fluida ini dapat
mulai membentuk kristal dalam bentuk yang dianggap sebagai pertemuan 4 fluida pembentuk
murni dari zat terlarut. Untuk mengkristalisasi kristal pada satu titik pada proses pembentukan
suatu bahan padatan yang tidak murni, perlu kristal. Empat aliran fluida calon pembentuk
ditambahkan pelarut panas ke dalamnya untuk kristal ini memiliki kecepatan, tekanan, viskosi-
melarutkannya secara keseluruhan. Botol tas, dan massa jenis masing-masing . Proses ter-
reaksi mengandung larutan panas, di mana bentuknya kristal dari cairan kristal ini disebut
molekul-molekul zat terlarut, bergerak secara sebagai proses kristalisasi. Pada pembahasan
bebas di antara molekul-molekul pelarut. ini akan dicoba dilihat apa hubungan di antara
Ketika larutan mendingin, pelarut tidak la- proses kristalisasi ini dengan amplitudo kuadrat
gi ”menahan” molekul-molekul zat terlarut, yang besar amplitudo kuadrat ini dipengaruhi
tetapi molekul-molekul itu mulai meninggalkan oleh kecepatan, tekanan, viskositas, dan massa
larutan dan membentuk kristal padat. Selama jenis masing-masing.
pendinginan ini, tiap molekul zat terlarut akan Keempat aliran fluida ini membentuk sudut
menjadi kristal yang bertumbuh dan melapisi satu sama lain. Tetapi yang berpengaruh ter-
permukaan kristal. hadap besar nilai amplitudo kuadrat hanyalah
dua variabel sudut. Bisa kita anggap, pada
perhitungan yang ada pada lampiran, variabel
METODE PENELITIAN sudut yang berpengaruh terhadap besarnya ni-
Penelitian ini merupakan lanjutan dari 2 peneli- lai amplitudo kuadrat adalah sudut antara flui-
tian sebelumnya yang dilakukan oleh dosen da 1 dengan fluida 2 dan sudut antara fluida 1
pembimbing dan 2 rekan penelitian penulis. dengan fluida 3.Dengan anggapan besarnya ni-
Penelitian ini mencoba mengaplikasikan lai kedua sudut ini yang berpengaruh terhadap
hasil penelitian sebelumnya itu dan mencoba nilai amplitudo kuadrat maka kita dapat men-
menghubungkannya dengan observable yang ada gatakan berapapun besar sudut-sudut yang lain
pada kristal. Penelitian yang pertama dimak- , hal ini tidak akan memiliki pengaruh terhadap
sudkan untuk mencari Lagrangian yang dapat nilai amplitudo kuadrat.
dimanfaatkan dalam fluida. Hasilnya dina- Besar nilai amplitudo kuadrat dipengaruhi
makan Lagrangian Navier-Stokes. Lagrangian oleh seluruh variabel yang ada,termasuk poten-
ini terbukti dapat menghasilkan persamaan sial. Jika dianggap potensial yang berperan
Navier-Stokes. Penelitian yang kedua bertujuan dalam pembentukan kristal ada 2 macam yaitu
untuk menggunakan Lagrangian Navier-Stokes potensial yang dipengaruhi oleh tekanan dan
untuk menghitung nilai amplitudo kuadrat massa jenis, dan potensial yang dipengaruhi
interaksi 3 fluida dan 4 fluida. Penelitian yang viskositas dan divergensi kecepatan,yang per-
ketiga dimaksudakan untuk mengaplikasikan samaan potensialnya adalah sebagai berikut,
hasil penelitian sebelumnya pada kasus kristal.
Dari perhitungan nilai amplitudo kuadrat pada P
V1 (r) = : tekanan (23)
penelitian kedua dan hubungannya dengan ρ
variabel-variabel yang ada pada fluida, dicoba V2 (r) = (ν + η)(O~ · ~v ) : viskositas (24)
didapatkan grafik dengan software Mathemati-
ca untuk menggambarkan kecenderungan nilai
amplitudo kuadrat terhadap variabel-variabel maka besarnya nilai amplitudo kuadrat itu
yang ada. Dari hasil grafik itu dicoba untuk pun dipengaruhi oleh besarnya nilai variabel-
menganalisis pengaruh variabel-variabel yang variabel itu.
ada terhadap besar amplitudo kuadrat.
2. Hal-hal yang Terjadi pada Saat Pem-
HASIL DAN PEMBAHASAN bentukan Kristal
Suatu larutan memiliki konsentrasi tertentu.
1. Proses Pembentukan Kristal Sebagai Ada suatu titik di mana pada saat itu kon-
Pertemuan 4 Fluida dalam Satu Titik sentrasi larutan tidak dapat ditambahkan lagi.
Titik ini dinamakan titik saturasi. Kristal dapat
Pada pembahasan kali ini saya mencoba un- mulai terbentuk ketika telah dicapai konsentrasi
tuk menghubungkan hasil perhitungan dengan maksimum ini. Contohnya ialah garam dapur.
fenomena yang ada dalam pembentukan kristal.
Ketika terjadi proses pembentukan kristal, kita Garam dapur (NaCl) mudah larut dalam air.
dapat menganggap calon pembentuk kristal se- Tapi bagaimanapun ada titik maksimum kon-
bagai fluida. Fluida calon pembentuk kristal ini sentrasi garam dapur ini di dalam air. Ketika
memiliki sifat-sifat umum seperti fluida lainnya konsentrasinya melebihi nilai maksimum, mulai
yaitu memiliki kecepatan, tekanan, massa jenis, terbentuklah kristal garam.
viskositas , dan lain-lain. Proses perhitungan ni- disiKetika suatu larutan berada di bawah kon-
saturasi, tidak dimungkinkan terbentuknya
lai amplitudo kuadrat yang sebelumnya dikenal kristal. Kristal mulai mungkin terbentuk keti-
pada fisika partikel, pada penulisan ini dicoba ka larutan berada pada kondisi supersaturasi.
penerapannya pada kasus fluida.

6
Pada grafik hubungan antara suhu dengan kon- dimiliki quark itu. Sebagaimana quark, glu-
sentrasi larutan terdapat daerah-daerah kon- on pun memiliki color charge, sehingga dengan
disi larutan yaitu kondisi sebelum supersaturasi, demikian dimungkinkan terjadinya interaksi di
kondisi supersaturasi, dan kondisi di atas super- antara gluon. Interaksi antar fluida dalam kasus
saturasi. Daerah supersaturasi bisa disebut juga ini dianlogikan dengan interaksi antar gluon.
sebagai daerah metastabil. Pada kondisi super- Sebagaimana yang lazim diketahui, partikel me-
saturasi pun tidak dijamin kristal akan terben- diasi interaksi fundamental adalah partikel bo-
tuk. Diperlukan biji kristal sebagai pemancing son. Gluon dan foton adalah partikel bo-
terbentuknya kristal. son. Dalam penulisan ini, Lagrangian Navier-
Ketika konsentrasi larutan berada di atas kon- Stokes yang diaplikasikan untuk fluida dalam
disi supersaturasi, maka driving force yang kristal adalah Lagrangian bosonik, Lagrangian
mendorong untuk terbentuknya kristal sangat- di mana suku-suku yang berpengaruh terhadap
lah besar. Sehingga kristalisasi bisa terjadi Lagrangian itu adalah suku-suku boson. Per-
sangat cepat dan spontan. Kondisi yang paling timbangannya yang dipedulikan pada interaksi
tepat agar dapat membentuk kristal sesuai antar fluida adalah pada bagaimana gaya-gaya
yang diinginkan adalah kondisi supersaturasi. dimediasikan, bukan pada bagaimana keadaan
Di atas kondisi supersaturasi walaupun lebih awal dan akhir dari fluida itu. Sehingga interak-
dimungkinkan untuk terbentuknya kristal na- si antar fluida dianggap mirip dengan interaksi
mun sulit untuk mendapatkan kristal yang di- antar partikel boson. Dan perhitungan diagram
inginkan, dan sering terjadi impuritas (ketidak- pohon yang dilakukan untuk menghitung nilai
murnian) pada kristal. amplitudo kuadrat pada fluida mirip dengan
Untuk membentuk kristal, yang diperlukan perhitungan diagram pohon yang dilakukan pa-
ialah menghindar dari driving force yang terlalu da interaksi antar gluon. Perhitungan ni-
besar karena itu akan mendorong kristal untuk lai amplitudo kuadrat 4 fluida mirip dengan
berkembang cepat sekali. Harus ada waktu perhitungan diagram pohon 4 untuk interak-
yang tepat bagi atom, ion atau molekul untuk si antar gluon pada Quantum Chromodynamics
menemukan tempat pada kisi kristal agar bisa (QCD).
menetap dengan baik. Penambahan driving (Aitchison, 2001)
force bisa mendorong impuritas pada kisi.
4. Pembahasan Grafik Hasil Perhitungan
3. Perhitungan Amplitudo Kuadrat Pada Amplitudo Kuadrat
Fisika Partikel
Pada grafik dicoba ditelaah kecenderungan
Perhitungan nilai amplitudo kuadrat biasa di- bentuk grafik yang didapat terhadap nilai
lakukan pada bidang fisika partikel. Nilai am- variabel-variabel yang mempengaruhi nilai am-
plitudo kuadrat atau nilai amplitudo invarian plitudo kuadrat. Dari hasil penelaahan ini,akan
kuadrat berhubungan dengan nilai amplitudo dicoba diinterpretasikan fenomena yang terjadi
transisi. Nilai amplitudo transisi berarti ke- di dalamnya. Grafik ini didapatkan dengan
mungkinan suatu partikel bertransisi dari state menggunakan pers.(??)sebagai perhitungan
awal ke state akhir. Aplikasi dari pencarian amplitudo kuadrat 4 medan fluida. Kemudian
nilai amplitudo kuadrat ini digunakan untuk dicoba mendapatkan grafik hubungan antara
menghitung cross section(penampang lintang) variabel-variabel yang ada terhadap amplitudo
terjadinya tumbukan antar partikel dan juga di- kuadrat dengan menggunakan software Math-
gunakan untuk menghitung laju peluruhan (de- ematica. Dengan memasukkan nilai-nilai vari-
cay rate). Besar cross section(penampang lin- abel: sudut θ= π/3 rad, sudut α=5/6π rad, ke-
tang)berbanding lurus dengan besar nilai ampli- cepatan v1 = v2 = v3 = v4 = 0, 007m/s,massa
tudo kuadrat dan begitu pula besar dari (decay jenisρ1 =ρ2 =ρ3 =ρ4 = 8000kg/m3 ,tekananp=
rate) (laju peluruhan) berbanding lurus dengan 101000N/m2 ,viskositasν=0.02 poise, dan
nilai amplitudo kuadrat.( Halzen, 1984) divergensi kecepatan= 5/s, dicoba untuk men-
Pada kristal, fenomena pencarian amplitudo dapatkan grafiknya.
kuadrat untuk 4 fluida 4 dianalogikan dengan
penghitungan nilai amplitudo kuadrat untuk
gluon. Diketahui gluon merupakan partikel 4.1. Amplitudo Kuadrat Terhadap
mediasi interaksi kuat pada hadron. Inter- Tekanan
aksi kuat yang terjadi antar quark penyusun
hadron dimediasikan oleh pertukaran gluon di Untuk hasil yang didapatkan pada grafik,
antara dua quark, seperti halnya interaksi elek- terlihat dengan semakin besarnya nilai dari
tromagnetik di antara dua muatan listrik dime- tekanan, berpengaruh terhadap kenaikan nilai
diasikan oleh pertukaran foton di antara kedua amplitudo kuadrat secara eksponensial. Ini
muatan itu. Quark memiliki ”muatan” khas menunjukkan bahwa amplitudo kuadrat meru-
tersendiri yang dinamakan color charge (mu- pakan suatu besaran yang nilainya berbanding
lurus dengan nilai tekanan. Untuk proses
atan warna). Pertukaran gluon di antara ke- pembentukan kristal, seperti contohnya berlian,
dua quark akan mengubah color charge yang

7
amplitudo kuadrat
amplitudo kuadrat

6.876 ´ 109
6 ´ 107
6.87575 ´ 109
4 ´ 107 6.8755 ´ 109
6.87525 ´ 109
7 sudut - alpha
2 ´ 10
-6 -4 -2 2 4 6
6.87475 ´ 109
P 6.8745 ´ 109
2000 4000 6000 8000 10000

Gambar 2: Grafik tekanan terhadap amplitudo Gambar 4: Grafik sudut antara aliran fluida 1
kuadrat dan 3 (sudut α) terhadap amplitudo kuadrat

amplitudo kuadrat
4.3. Amplitudo Kuadrat Terhadap Ke-
6.875 ´ 109
cepatan
6.87475 ´ 109
6.8745 ´ 109 Untuk nilai kecepatan, untuk selang yang
cukup besar, semakin tinggi nilai kecepatan
6.87425 ´ 109 maka nilai amplitudo kuadrat yang didapat
sudut theta pun semakin besar. Tapi untuk selang nilai
-6 -4 -2
6.87375 ´ 109
2 4 6 yang kecil pada daerah selang v antara 0 dan
1 didapatkan kecenderungan nilai amplitudo
6.8735 ´ 109
kuadrat yang turun terhadap kenaikan nilai v.
Secara realitas, kecepatan yang akan diambil
sebagai bahan pertimbangan adalah kecepatan
Gambar 3: Grafik sudut antara aliran fluida 1 yang cukup kecil yaitu pada selang antara
dan 2 (sudut θ) terhadap amplitudo kuadrat 0 dan 1. Jika amplitudo kuadrat mewakili
besaran laju kristalisasi maka dapat dianggap
laju kristalisasi akan semakin turun terhadap
diperlukan tekanan yang sangat besar agar kenaikan nilai kecepatan. Rangkaian fluida
berlian dapat terbentuk. Pada kasus ini, nilai pembentuk nano-kristal bergerak dengan ke-
amplitudo kuadrat dicoba dihubungan dengan cepatan tertentu. Jika terjadi pertemuan satu
fenomena yang ada pada pembentukan kristal rangkaian fluida pembentuk nano-kristal dengan
yaitu kecepatan kristalisasi atau kecepatan ter- rangkaian fluida yang lain maka semakin cepat
bentuknya kristal. Semakin besar nilai tekanan, aliran rangkaian fluida akan semakin bebas
diharapkan kecepatan kristalisasi akan semakin rangkaian fluida itu dan semakin sulit bagi
besar. Jadi hasil ini, yaitu kelinearan tekanan rangkaian fluida itu untuk bergabung dengan
terhadap kecepatan pembentukan kristal sesuai rangkaian fluida yang lain untuk membentuk
dengan apa yang diharapkan. kristal. Semakin sulit penggabungan antar
rangkaian fluida maka laju kristalisasi akan
semakin kecil. Atau dengan kata lain semakin
4.2. Amplitudo Kuadrat Terhadap Sudut tinggi kecepatan molekul fluida semakin kecil
kecepatan kristalisasi. Jika kecepatan kristal-
Pada grafik terlihat hubungan antara sudut θ isasi dianggap sebagai besaran yang nilainya
dan sudut α terhadap nilai amplitudo kuadrat. sebanding dengan besar amplitudo kuadrat,
Sudut θ dapat dianggap sebagai sudut antara maka hasil pada grafik sesuai dengan literatur.
aliran fluida 1 dan 2 sedangkan sudut α dapat Pada grafik, terlihat dengan semakin tingginya
dianggap sebagai sudut antara fluida 1 dan 3. nilai kecepatan untuk kecepatan yang kecil,
Pada grafik itu terlihat nilai amplitudo kuadrat maka nilai amplitudo kuadrat akan semakin
berubah-ubah secara sinusoidal terhadap ke- kecil.
naikan nilai sudut θ maupun α. Namun selang
perubahan nilai ini sangatlah kecil, sehingga se-
cara garis besar dapat dikatakan nilai amplitu- 4.4. Amplitudo Kuadrat Terhadap Massa
do kuadrat tidak terlalu dipengaruhi oleh nilai Jenis
sudut.
Untuk perbandingan nilai amplitudo kuadrat
terhadap nilai massa jenis didapatkan kecen-
derungan turunnya nilai amplitudo kuadrat itu
terhadap kenaikan massa jenis kristal. Jika
dianggap laju kristalisasi merupakan besaran
yang terwakili oleh amplitudo kuadrat, maka

8
amplitudo kuadrat
6.8749 ´ 109 amplitudo kuadrat
6.87485 ´ 109
6.8748 ´ 109 6.785 ´ 109
6.87475 ´ 109 6.78 ´ 109
6.8747 ´ 109 6.775 ´ 109
6.87465 ´ 109 Div kecepatan õ.v
v 0.2 0.4 0.6 0.8 1
6.87455 ´ 109 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01

Gambar 5: Grafik kecepatan terhadap amplitu- Gambar 7: Grafik divergensi kecepatan ter-
do kuadrat hadap amplitudo kuadrat

amplitudo kuadrat
patkan secara maksimum. Grafik menunjukkan
2.5 ´ 1010 semakin besar derajat penyebaran suatu fluida
2 ´ 1010 yang ditunjukkan oleh divergensi kecepatan ma-
ka akan semakin besar nilai amplitudo kuadrat-
1.5 ´ 1010 nya.
Dengan besarnya nilai divergensi kecepatan
1 ´ 1010 dalam satu aliran fluida maka kecenderun-
5 ´ 109 gan partikel fluida itu untuk menyebar akan
semakin besar. Jika dianggap satu aliran
Ρ fluida sebagai satu satuan volume yang kecil,
6000 7000 8000 9000 10000 maka semakin besar divergensi kecepatan
maka semakin besar pula derajat penyebaran
Gambar 6: Grafik massa jenis terhadap ampli- fluida. Jika nilai divergensi kecepatan fluida ini
tudo kuadrat nol, maka satuan volume yang kecil ini tidak
mengalami penyebaran komponen-komponen
penyusunnya. Jika nilai divergensi kecepatan-
semakin besar nilai massa jenis akan semakin nya besar, maka kecenderungan komponen
kecil nilai laju kristalisasinya. Rangkaian penyusun volume fluida itu untuk menyebar
fluida calon pembentuk nano-kristal terdiri akan semakin besar. Satu satuan volume
yang terpecah menjadi bagian yang lebih kecil
dari partikel-partikel yang memiliki kerapatan akan memperluas luas permukaan keseluruhan.
tertentu. Penggabungan antara rangkain Pertambahan luas permukaan keseluruhan
fluida calon pembentuk nano-kristal ini juga akan lebih memudahkan terjadinya interaksi.
merupakan penggabungan partikel-partikel Dengan bertambahnya kemungkinan untuk
penyusunnya. Semakin besar kerapatan dari berinteraksi, proses kristalisasi akan semakin
partikel itu maka semakin sulit bagi partikel itu mungkin terjadi atau dengan kata lain laju
untuk bergabung dengan partikel lain untuk se- kristalisasi akan meningkat. Sesuai dengan
lanjutnya mengalami proses kristalisasi. Dalam perkiraan, penambahan divergensi kecepatan
dunia makroskopik penggabungan antara benda akan menambah laju kristalisasi.
yang kecil nilai kerapatannya lebih mudah
dibandingakan penggabungan dua benda yang
besar kerapatannya. Sehingga, semakin besar 4.6. Amplitudo Kuadrat Terhadap
massa jenis suatu kristal semakin kecil laju Vikositas
kristalisasi yang didapat.
Hubungan antara viskositas dan amplitudo
kuadrat pada grafik terlihat bahwa nilai am-
4.5. Amplitudo Kuadrat Terhadap Diver- plitudo kuadrat sebanding dengan nilai viskosi-
gensi Kecepatan tas. Jika amplitudo kuadrat dianggap mewakili
besaran kecepatan kristalisasi, maka kecepatan
Terhadap divergensi kecepatan,pada grafik di- kristalisasi nilainya sebanding dengan viskositas.
dapatkan kecenderungan kenaikan nilai ampli- Hal ini sesuai dengan apa yang ada dalam lite-
tudo kuadrat terhadap kenaikan divergensi ke- ratur. Dalam literatur, diketahui bahwa nilai
cepatan. Divergensi kecepatan pada fluida kecepatan kristalisasi akan naik seiring dengan
ini dapat diartikan kecenderungan fluida un- naiknya nilai viskositas. Hubungan ini sebe-
tuk menyebar. Pada kasus fluida incompress- tulnya tidak langsung seperti itu. Ketika laru-
ible nilai dari divergensi kecepatannya nol, atau tan telah berada dalam kondisi supersaturasi, ji-
dengan kata lain tidak ada kecenderungan flu- ka ditambahkan benih kristal ke dalam larutan,
ida itu untuk menyebar karena telah termam- maka mulai terjadi proses kristalisasi. Proses

9
partikel, perhitungan nilai amplitudo kuadrat
amplitudo kuadrat dicoba penerapannya pada kasus pertumbuhan
kristal. Pada fisika partikel nilai amplitu-
8.5 ´ 109 do kuadrat diterapkan untuk menghitung
observable yang ada, misalnya cross section
8 ´ 109
(penampang lintang) dan decay rate (laju pelu-
7.5 ´ 109 ruhan). Melihat kecenderungan perubahan nilai
viskositas Ν amplitudo kuadrat terhadap variabel-variabel
0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 fluida hasil perhitungan dengan menggunakan
6.5 ´ 109
sistem interaksi 4 fluida yang mirip dengan
perhitungan interaksi antar partikel boson,
diambil kesimpulan bahwa pada proses per-
tumbuhan kristal, observable yang nilainya
Gambar 8: Grafik amplitudo kuadrat terhadap dipengaruhi oleh amplitudo kuadrat adalah laju
viskositas kristalisasi.

kristalisasi ini berlangsung agak lambat. Keti- Saran


ka jumlah zat terlarut ditambah lagi, maka ke-
cepatan kristalisasi akan semakin besar. Se- Perumusan yang lebih detail mengenai laju
hingga, kecepatan kristalisasi nilainya seband- kristalisasi dan hubungannya dengan amplitudo
ing dengan jumlah zat terlarut setelah kondisi kuadrat dapat diteliti lebih lanjut. Seperti
supersaturasi. Penambahan jumlah zat terlarut halnya besaran-besaran pada fisika partikel,
ke dalam larutan akan menambah viskositas contohnya cross section (penampang lintang)
(kekentalan) larutan itu. Dengan bertambah- dan decay rate (laju peluruhan) didapat dari
nya viskositas, maka kecepatan kristalisasi akan mengalikan amplitudo kuadrat dengan besaran
semakin besar. lain, begitu pula dengan laju kristalisasi. Dapat
Dengan kata lain, laju kristalisasi meru- dibuat perumusan yang lebih lanjut mengenai
pakan suatu besaran yang nilainya berbanding hubungan laju kristalisasi dengan amplitudo
lurus dengan ekses konsentrasi larutan. Ekses kuadrat. Hal ini akan semakin membuktikan
konsentrasi larutan didapatkan setelah larutan perhitungan yang sebelumnya dilakukan pada
mengalami kejenuhan. Penambahan zat ter- fisika partikel elementer dapat diterapkan pada
larut hanya akan menambah ekses konsentrasi. bidang fisika yang lain. Sesuai dengan apa
Semakin banyak ekses konsentrasi larutan maka yang dikatakan Dirac: ”We believe the unity of
nilai kekentalan larutan pun akan semakin physics”.
besar. Sehingga dapat dikatakan dengan
bertambahnya viskositas bertambah pula laju
kristalisasi.

5. Besaran yang berhubungan dengan ni-


lai Amplitudo Kuadrat
Besaran yang diwakili oleh nilai amplitudo
kuadrat pada pertemuan 4 fluida di kristal
adalah laju kristalisasi. Laju kristalisasi diang-
gap sebagai besaran yang nilainya berbanding
lurus dengan nialai amplitudo kuadrat. Pada
fisika partikel besar nilai amplitudo kuadrat
menunujukkan peluang teradinya interaksi. Be-
sarnya nilai suatu besaran pada fisika partikel
misalnya cross section (penampang lintang)
dan decay rate (laju peluruhan) sebanding
dengan besarnya amplitudo kuadrat. (Halzen,
1984). Besaran pada kristal yang dianalogikan
dengan besaran-besaran tersebut adalah laju
kristalisasi. Semakin besar nilai amplitudo
kuadrat menunjukkan semakin besarnya nilai
laju kristalisasi.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Seperti halnya telah dilakukan pada fisika

10
Polarisasi Vektor
Karena Aµ merupakan medan bosonik bermassa maka memenuhi persamaan:

(g ν µ (¤2 + M 2 ) − ∂ ν ∂ µ )Aµ = 0 (25)

Dapat kita peroleh invers dari ruang momentum operator dengan menyelesaikan

(g ν µ (−k 2 + M 2 ) + k ν k µ )−1 = δµλ (Agν λ + Bkλ kν ) (26)

untuk nilai A dan B. Propagator, adalah besaran dalam kurung sebelah kanan dari (A.2) kita kali
dengan i, di dapat
i(g ν µ + k ν k µ /M 2 )
(27)
k2 − M 2
Dapat kita lihat untuk keadaan partikel bermassa k 2 = M 2 . Kita divergensi, ∂ν , dari (A.1), dua
suku akan saling menghilangkan dan kita peroleh

M 2 ∂ µ Aµ = 0 Sehingga ∂ µ Aµ = 0 (28)

Untuk Partikel bermassa ∂ µ Aµ = 0 suatu keadaan yang harus dipenuhi, bukan sebagai gauge
condition. Sebagai konsekuensimya, Persamaan (A.1) tereduksi menjadi

(¤2 + M 2 )Aµ = 0 (29)

untuk keadaan partikel bebas dalam fluida didapat solusi


µ ¶
−ik·x d 2
Aµ = ²µ e dengan ²µ = |~v | − V, −~v (30)
2

Kondisi (A.4) mensyaratkan


k µ ²µ = 0 (31)
Sehingga akan mereduksi derajat kebebasan dari empat vektor polarisasi menjadi tiga. Untuk
sebuah partikel bermassa M, energi E, dan momentum k bergerak sepanjang sumbu z, dengan
keadaan helisitas λ dapat diperoleh vektor polarisasi sebagai berikut
µ ¶
(0, 1, ±i, 0) d 2
²λ=±1 = ∓ √ |~v | − V, −~v ;
2 2
µ ¶
(|k| , 0, 0, E) d 2
²λ=0 = |~v | − V, −~v ; (32)
M 2

Dengan menjumlahkan semua keadaan polarisasi dari vektor partikel bermassa akan diperoleh
hubungan kelengkapan sebagai berikut:

X µ ¶ õ ¶2 !
λ† λ kµ kν d 2 2
²µ ²ν = −gµν + |~v | − V − |~v | (33)
M2 2
λ

11
Perhitungan Amplitudo Kuadrat 4
Fluida
Perhitungan amplitudo kuadrat untuk sistem 4 fluida

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
õ

25
26
27
DAFTAR PUSTAKA
[1] K.E.Saputro, Thesis:Large Applications Of Fluids Dynamics Based On Gauge Field Theory
Approach,UI, Jakarta (2005)
[2] A.Sulaiman, Thesis:Construction Of Navier-Stokes Equation Using Gauge Field Theory Ap-
proach,UI, Jakarta (2005)
[3] A.Sulaiman and L.T.Handoko, Gauge Field Theory approach to construct the Navier-Stokes
equation, Acta Physica Pol. A in press (2005)
[4] L. Ryder, Quantum Field Theory, second ed, Cambridge University Press, Cambridge (1998).
[5] B.N. Roy, Crystal Growth from Melts: Applications to Growth of Groups 1 and 2 Crystals,
John Wiley Sons, Chichester (1992).
[6] I.J.R. Aitchison and A.J.G. Hey, Gauge Theories in Particle Physics, second ed, Institute of
Physics Publishing, Bristol (2001).
[7] Francis Halzen and Alan D.Martin, Quarks and Leptons: An Introductory Course in Modern
Particle Physics, John Wiley Sons, New York (1984).

28

You might also like