You are on page 1of 2

TRIK INVESTASI MENGHADAPI

SERANGAN INFLASI DAN PAJAK


Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari detikcom


Kebanyakan orang menaruh dananya di tempat yang 'aman-aman' saja.
Kenapa mereka menaruh 100% -bahkan dana nganggurnya- ke dalam produk
investasi yang 'aman' seperti tabungan atau deposito di bank? Jawabannya
adalah karena orang-orang seperti ini takut kehilangan uangnya.
Bila Anda masih muda (katakanlah masih berada di bawah umur 40), maka ini
sebetulnya ironis sekali dan sangat disayangkan. Karena apa yang mereka
pikir investasi yang 'aman' seperti tabungan atau deposito, sebetulnya
malahan tidak 'aman'. Lho, bagaimana mungkin? Sederhana. Kalau Anda
punya uang Rp 100 juta yang ditaruh dalam deposito, maka mungkin pada
saat ini Anda akan mendapatkan bunga sebesar 12% per tahun. Betul? Jadi,
jumlah bunga yang Anda dapatkan pada akhir tahun adalah: Rp 100 juta x
12% = Rp 12 juta.
Tetapi, bila dipotong pajak bunga deposito sebesar 15%, maka bunga yang
Anda dapatkan adalah Rp 10.200.000 pada akhir tahun. Sehingga
sebetulnya, suku bunga yang Anda dapatkan setelah pajak adalah 10,2% per
tahun.
Sekarang masalahnya, apakah bunga yang besarnya Rp 10,2 juta tersebut
bisa terus menerus membeli barang dan jasa yang harganya Rp 10,2 juta
setiap tahunnya? Jawabannya jelas tidak. Kenapa? Soalnya, dalam 12 tahun
terakhir rata-rata kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi di Indonesia
adalah 13,35% per tahunnya. Kenaikan barang dan jasa secara agregat
selalu ditunjukkan lewat perhitungan inflasi yang diumumkan pemerintah tiap
bulannya. Di bawah ini adalah tabel lengkapnya:
Tahun
1988 = 5,47%
1989 = 5,97%
1990 = 9,53%
1991 = 9,52%
1992 = 4,94%
1993 = 9,77%
1994 = 9,24%
1995 = 8,64%

1996 = 6,47%
1997 = 11,06%
1998 = 77,63%
1999 = 2,01%
Rata-rata = 13,35%
Dengan asumsi ini maka sebetulnya suku bunga riil yang Anda dapatkan
adalah: suku bunga setelah pajak (10,2%) dikurangi inflasi (13,35%) sama
dengan minus 3,15%.
Artinya, bila pada saat ini Anda menginvestasikan uang Rp 100 juta, maka
deposito yang memberikan bunga 12% per tahun sebelum pajak, setelah 10
tahun saldo riil Anda pada akhir tahun ke 10 adalah Rp 72.609.969. Dengan
kata lain, uang Anda menyusut sebesar 3,15% per tahunnya.
Inilah kenapa banyak orang yang gagal secara keuangan. Mereka terlalu
fokus pada masalah keamanan investasinya ketimbang berusaha mengambil
risiko yang lebih besar. Resiko besar berguna untuk mendapatkan
keuntungan lebih besar guna 'mengalahkan' tingkat inflasi. Dengan fokus
pada investasi yang 'aman-aman' saja, maka hasil investasi riil yang
didapatkan juga tidak besar. Bahkan cenderung minus seperti dalam contoh di
atas.
Jika Anda ingin menumpuk kekayaan, maka apa yang harus Anda lakukan
adalah dengan berani mengambil risiko yang lebih besar sehingga bisa
memberikan potensi keuntungan yang lebih besar. Sehingga Anda masih
mendapatkan keuntungan yang bisa dibilang lumayan, walaupun sudah
dipotong pajak dan inflasi.

You might also like