Professional Documents
Culture Documents
Pada kajian farmakoekonomi dikenal empat metode analisis utama yang paling
sering digunakan. Karena aspek ekonomi atau unit moneter menjadi prinsip dasar
kajian farmakoekonomi, hasil kajian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
masukan untuk menetapkan penggunaan yang paling efisien dari sumber daya
kesehatan yang terbatas jumlahnya.
Metode analisis
Karakteristik analisis
Analisis efektivitas-biaya (CEA) Efek dari satu intervensi lebih tinggi, hasil
pengobatan diukur dalam unit alamiah/indikator kesehatan, valuasi/biaya dalam
rupiah.
Analisis utilitas-biaya (CUA)
Efek dari satu intervensi lebih tinggi, hasil
pengobatan dalam quality-adjusted life years (QALY), valuasi/biaya dalam rupiah.
Analisis manfaat-biaya (CBA)
Efek dari satu intervensi lebih tinggi, hasil
pengobatan dinyatakan dalam rupiah, valuasi/biaya dalam rupiah.
Diadaptasi dari Newby and Hill, 2003.
Untuk membandingkan dua atau lebih intervensi kesehatan yang memiliki tujuan
berbeda atau dua program yang memberikan hasil pengobatan dengan unit
berbeda, dapat digunakan analisis manfaat-biaya (Cost benefit analysis, CBA).
Pembandingan ini dimungkinkan karena, pada metode CBA, manfaat (benefit)
diukur sebagai manfaat ekonomi yang terkait (associated economic benefit) dan
dinyatakan dengan unit yang sama, yaitu unit moneter.
Analisis efektivitas biaya (CEA) banyak digunakan untuk membandingkan dua atau
lebih intervensi kesehatan yang memberikan besaran efek berbeda (Rascati et al.,
2009). Melalui CEA pengguna dapat untuk memilih intervensi kesehatan yang
memberikan nilai tertinggi dengan dana yang terbatas jumlahnya (cost-effective).
Misalnya membandingkan dua atau lebih jenis obat dari kelas terapi yang sama
tetapi memberikan outcome berbeda atau membandingkan dua atau lebih terapi
yang hasil pengobatannya dapat diukur dengan unit alamiah yang sama, walau
mekanisme kerjanya berbeda.
Pada CEA, biaya intervensi kesehatan diukur dalam unit moneter (rupiah) dan hasil
dari intervensi tersebut dalam unit alamiah/indikator kesehatan baik klinis maupun
non klinis (non-moneter). Tidak seperti unit moneter yang seragam atau mudah
dikonversikan, indikator kesehatan sangat beragammulai dari mmHg penurunan
tekanan darah diastolik (oleh obat antihipertensi), banyaknya pasien katarak yang
dapat dioperasi dengan sejumlah biaya tertentu (dengan prosedur yang berbeda),
sampai jumlah kematian yang dapat dicegah, jumlah tahun hidup yang diperoleh
(Life Years Gained, LYG), dan lain-lain.
Sebab itu, CEA hanya dapat digunakan untuk membandingkan intervensi kesehatan
yang memiliki tujuan sama, atau jika intervensi tersebut ditujukan untuk mencapai
beberapa tujuan yang muaranya sama (Drummond et al., 1997). Jika hasil
intervensinya berbeda, misalnya penurunan kadar gula darah (oleh obat
antidiabetes) dan penurunan kadar LDL atau kolesterol total (oleh obat
antikolesterol), CEA tak dapat digunakan. Oleh pengambil kebijakan, metode Kajian
Farmakoekonomi ini terutama digunakan untuk memilih alternatif terbaik di antara
sejumlah intervensi kesehatan, termasuk obat, yang memberikan hasil maksimal
untuk sejumlah dana yang tersedia.
Dalam praktek, CUA hampir selalu digunakan untuk membandingkan alternatif yang
memiliki tujuan (objective) sama, seperti membandingkan operasi versus
kemoterapi atau membandingkan obat kanker baru versus pencegahan (melalui
skrining).
Utilitas (utility)
Analisis utilitas-biaya (CUA) menyatakan hasil dari intervensi sebagai utilitas atau
tingkat kepuasan yang diperoleh pasien setelah mengkonsumsi suatu pelayanan
kesehatan, misalnya setelah mendapatkan pengobatan kanker atau penyakit
jantung. Unit utilitas yang digunakan dalam Kajian Farmakoekonomi biasanya
adalah quality-adjusted life years (QALY).
Quality-adjusted life years (QALY) adalah suatu hasil yang diharapkan dari suatu
intervensi kesehatan yang terkait erat dengan besaran kualitas hidup. Pada QALY,
pertambahan usia (dalam tahun) sebagai hasil intervensi disesuaikan nilainya
dengan kualitas hidup yang diperoleh (Bootman et al., 1996). Unit utilitas, termasuk
QALY, merupakan sintesis dari berbagai hasil (outcome) fisik yang dibobot menurut
preference terhadap masing-masing hasil pengobatan tersebut.
Analisis Manfaat Biaya (CBA) adalah suatu teknik analisis yang diturunkan dari teori
ekonomi, di mana menghitung dan membandingkan surplus biaya suatu intervensi
kesehatan terhadap manfaatnya. Untuk itu, baik surplus biaya dan manfaat
diekspresikan dalam satuan moneter (misal. Rupiah, US Dollar).
CBA menggunakan perspektif sosial (masyarakat) dan mencakup seluruh biaya dan
manfaat yang relevan. Namun, perhitungan dari biaya (terutama biaya tidak
langsung) yang terkait biasanya diperdebatkan/kontroversial. CBA jarang digunakan
untuk membandingkan obat atau alternatif terapi medis karena pertimbangan etika.
Penilaian kondisi kesehatan menggunakan nilai moneter dan metode yang dipakai
untuk hal tersebut seringkali diperdebatkan.
Kesulitan CBA adalah melakukan konversi/menerjemahkan kondisi klinis nonmoneter dan outcome kualitas hidup (misal. tahun hidup terselamatkan) menjadi
nilai moneter. Lebih lanjut, metode yang umum digunakan untuk melakukan
konversi/ penerjemahan tersebut yaitu Kemauan untuk Membayar (Willingness to
PAY, WTP) mengundang perdebatan etika karena condong kepada preferensi
kekayaan. Oleh karenanya, teknik analisis ini tidak umum digunakan dalam
perumusan kebijakan kesehatan. (EgN)
Sumber :
Bootman J.L, et al, 2005, Principles of Pharmacoeconomics, 3rd ed, Harvey Whitney
Books Company : USA
Drummond, M.F., M.J. Sculpher, G.W. Torrance, B.J. OBrien, and G.L. Stoddard, 2005.
Methods for the Economic Evaluation of Health Care Programmes, 3rd Edition,
Oxford University Press, Oxford.
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi,
Kemenkes RI, Jakarta.
Rascati, K.L., et al, 2009, Essentials of Pharmacoeconomics, Lippincott Williams &
Wilkies, Philadelphia