You are on page 1of 6

analisis farmakoekonomi

Metode Analisis Farmakoekonomi


Posted on Maret 6, 2015
Oleh : Erie Gusnellyanti, S.Si, Apt, MKM

Pada kajian farmakoekonomi dikenal empat metode analisis utama yang paling
sering digunakan. Karena aspek ekonomi atau unit moneter menjadi prinsip dasar
kajian farmakoekonomi, hasil kajian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
masukan untuk menetapkan penggunaan yang paling efisien dari sumber daya
kesehatan yang terbatas jumlahnya.

Di antara empat metode tersebut, analisis minimalisasi-biaya (Cost Minimization


Analysis, CMA) adalah yang paling sederhana. CMA digunakan untuk
membandingkan dua intervensi (atau teknologi) kesehatan yang terbukti memiliki
efek (outcome) yang sama, atau setara secara klinis. Maka yang perlu dibandingkan
hanya biayanya. Jenis atau merek obat yang menjanjikan nilai terbaik adalah yang
membutuhkan biaya paling kecil per periode terapi yang harus dikeluarkan untuk
mencapai efek (outcome) yang diharapkan.

Untuk membandingkan dua atau lebih intervensi kesehatan yang memberikan


besaran efek berbeda, dapat digunakan analisis efektivitas-biaya (Cost
effectiveness analysis, CEA). Pada CEA, hasil pengobatan tidak diukur dalam unit
moneter, melainkan didefinisikan dan diukur dalam unit alamiah, baik yang secara
langsung menunjukkan efek suatu terapi atau obat. Outcome tersebut dapat berupa
intermediate outcome (misalnya, penurunan kadar LDL darah dalam mg/dL,
penurunan tekanan darah diastolik dalam mm Hg) maupun hasil selanjutnya dari
efek terapi tersebut atau final outcome (misalnya, jumlah kematian atau serangan
jantung yang dapat dicegah, radang tukak lCBAung yang tersembuhkan).

Metode analisis farmakoekonomi lainnya yang juga banyak digunakan adalah


analisis utilitas-biaya (Cost utility analysis, CUA). Seperti CEA, biaya pada CUA juga
diukur dalam unit moneter (mata uang), tetapi hasil pengobatan (outcome)
dinyatakan dalam unit utilitas, misalnya QALY. Karena hasil pengobatannya tidak
bergantung secara langsung pada keadaan penyakit (disease state), secara teoretis
CUA dapat digunakan untuk membandingkan dua area pengobatan yang berbeda,
misalnya biaya per QALY operasi jantung koroner versus biaya per QALY

erythropoietin pada penyakit ginjal. Namun demikian, pembandingan antar-area


pengobatan ini tidak mudah, karena QALY diperoleh pada waktu dan dengan cara
berbeda sehingga tak dapat begitu saja diperbandingkan.

Tabel 1. Metode Analisis Farmakoekonomi

Metode analisis

Karakteristik analisis

Analisis minimalisasi-biaya (CMA)


valuasi/biaya dalam rupiah.

Efek dua intervensi sama (atau setara),

Analisis efektivitas-biaya (CEA) Efek dari satu intervensi lebih tinggi, hasil
pengobatan diukur dalam unit alamiah/indikator kesehatan, valuasi/biaya dalam
rupiah.
Analisis utilitas-biaya (CUA)
Efek dari satu intervensi lebih tinggi, hasil
pengobatan dalam quality-adjusted life years (QALY), valuasi/biaya dalam rupiah.
Analisis manfaat-biaya (CBA)
Efek dari satu intervensi lebih tinggi, hasil
pengobatan dinyatakan dalam rupiah, valuasi/biaya dalam rupiah.
Diadaptasi dari Newby and Hill, 2003.

Untuk membandingkan dua atau lebih intervensi kesehatan yang memiliki tujuan
berbeda atau dua program yang memberikan hasil pengobatan dengan unit
berbeda, dapat digunakan analisis manfaat-biaya (Cost benefit analysis, CBA).
Pembandingan ini dimungkinkan karena, pada metode CBA, manfaat (benefit)
diukur sebagai manfaat ekonomi yang terkait (associated economic benefit) dan
dinyatakan dengan unit yang sama, yaitu unit moneter.

Analisis Minimalisasi-Biaya (Cost Minimization Analysis, CMA)

Analisis minimalisasi-biaya (CMA) hanya dapat digunakan untuk membandingkan


dua atau lebih intervensi kesehatan, termasuk obat, yang memberikan hasil yang
sama, serupa, atau setara atau dapat diasumsikan setara secara klinis. Karena hasil

pengobatan dari intervensi (diasumsikan) sama, yang perlu dibandingkan hanya


satu sisi, yaitu biaya.

Dengan demikian, langkah terpenting yang harus dilakukan sebelum melakukan


CMA adalah menentukan kesetaraan (equivalence) dari intervensi (misalnya obat)
yang akan dikaji. Tetapi, karena jarang ditemukan dua terapi, termasuk obat, yang
setara atau dapat dengan mudah dibuktikan setara, penggunaan CMA agak
terbatas, misalnya untuk membandingkan obat generik berlogo (OGB) dengan obat
generik bermerek dengan bahan kimia obat sejenis dan telah dibuktikan
kesetaraannya melalui uji bioavailabilitas-bioekuivalen (BA/BE). Atau
membandingkan obat standar dengan obat baru yang memiliki efek setara.

Analisis Efektivitas-Biaya (Cost Effectiveness Analysis, CEA)

Analisis efektivitas biaya (CEA) banyak digunakan untuk membandingkan dua atau
lebih intervensi kesehatan yang memberikan besaran efek berbeda (Rascati et al.,
2009). Melalui CEA pengguna dapat untuk memilih intervensi kesehatan yang
memberikan nilai tertinggi dengan dana yang terbatas jumlahnya (cost-effective).
Misalnya membandingkan dua atau lebih jenis obat dari kelas terapi yang sama
tetapi memberikan outcome berbeda atau membandingkan dua atau lebih terapi
yang hasil pengobatannya dapat diukur dengan unit alamiah yang sama, walau
mekanisme kerjanya berbeda.

Pada CEA, biaya intervensi kesehatan diukur dalam unit moneter (rupiah) dan hasil
dari intervensi tersebut dalam unit alamiah/indikator kesehatan baik klinis maupun
non klinis (non-moneter). Tidak seperti unit moneter yang seragam atau mudah
dikonversikan, indikator kesehatan sangat beragammulai dari mmHg penurunan
tekanan darah diastolik (oleh obat antihipertensi), banyaknya pasien katarak yang
dapat dioperasi dengan sejumlah biaya tertentu (dengan prosedur yang berbeda),
sampai jumlah kematian yang dapat dicegah, jumlah tahun hidup yang diperoleh
(Life Years Gained, LYG), dan lain-lain.

Sebab itu, CEA hanya dapat digunakan untuk membandingkan intervensi kesehatan
yang memiliki tujuan sama, atau jika intervensi tersebut ditujukan untuk mencapai
beberapa tujuan yang muaranya sama (Drummond et al., 1997). Jika hasil
intervensinya berbeda, misalnya penurunan kadar gula darah (oleh obat
antidiabetes) dan penurunan kadar LDL atau kolesterol total (oleh obat

antikolesterol), CEA tak dapat digunakan. Oleh pengambil kebijakan, metode Kajian
Farmakoekonomi ini terutama digunakan untuk memilih alternatif terbaik di antara
sejumlah intervensi kesehatan, termasuk obat, yang memberikan hasil maksimal
untuk sejumlah dana yang tersedia.

Analisis Utilitas-Biaya (Cost Utility Analysis, CUA)

Metode analisis utilitas-biaya (CUA) mirip dengan CEA, tetapi outcome-nya


dinyatakan dengan utilitas yang terkait dengan peningkatan kualitas hidup atau
perubahan kualitas akibat intervensi kesehatan yang dilakukan.

Dalam praktek, CUA hampir selalu digunakan untuk membandingkan alternatif yang
memiliki tujuan (objective) sama, seperti membandingkan operasi versus
kemoterapi atau membandingkan obat kanker baru versus pencegahan (melalui
skrining).

Beberapa istilah yang lazim digunakan dalam CUA, termasuk:

Utilitas (utility)
Analisis utilitas-biaya (CUA) menyatakan hasil dari intervensi sebagai utilitas atau
tingkat kepuasan yang diperoleh pasien setelah mengkonsumsi suatu pelayanan
kesehatan, misalnya setelah mendapatkan pengobatan kanker atau penyakit
jantung. Unit utilitas yang digunakan dalam Kajian Farmakoekonomi biasanya
adalah quality-adjusted life years (QALY).

Kualitas hidup (quality of life, QOL)


Kualitas hidup dalam CUA diukur dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan
kuantitas (duration of life) dan pendekatan kualitas (quality of life). (Bootman et al.,
1996). Kualitas hidup merupakan sebuah konsep umum yang mencerminkan
keadaan yang terkait dengan modifikasi dan peningkatan aspek-aspek kehidupan,
yaitu fisik, politik, moral dan lingkungan sosial.

QALY (quality-adjusted life years)

Quality-adjusted life years (QALY) adalah suatu hasil yang diharapkan dari suatu
intervensi kesehatan yang terkait erat dengan besaran kualitas hidup. Pada QALY,
pertambahan usia (dalam tahun) sebagai hasil intervensi disesuaikan nilainya
dengan kualitas hidup yang diperoleh (Bootman et al., 1996). Unit utilitas, termasuk
QALY, merupakan sintesis dari berbagai hasil (outcome) fisik yang dibobot menurut
preference terhadap masing-masing hasil pengobatan tersebut.

QALY didasarkan pada keyakinan bahwa intervensi kesehatan dapat meningkatkan


survival (kuantitas hidup) ataupun kemampuan untuk menikmati hidup (kualitas
hidup). Pada penghitungan besaran utilitas yang paling banyak dipakai ini,
dilakukan pembobotan kualitas terhadap setiap tahun pertambahan kuantitas hidup
yang dihasilkan suatu intervensi kesehatan. Dengan demikian, QALY merupakan
penggabungan dari kedua elemen tersebut.

Analisis Manfaat-Biaya (Cost Benefit Analysis, CBA)

Analisis Manfaat Biaya (CBA) adalah suatu teknik analisis yang diturunkan dari teori
ekonomi, di mana menghitung dan membandingkan surplus biaya suatu intervensi
kesehatan terhadap manfaatnya. Untuk itu, baik surplus biaya dan manfaat
diekspresikan dalam satuan moneter (misal. Rupiah, US Dollar).

Suatu program kesehatan selalu diperbandingkan dengan beberapa alternatif, baik


dengan program/intervensi kesehatan lainnya maupun dengan tidak memberikan
program/ intervensi. Parameter outcome diukur dengan satuan moneter (mata
uang), umumnya dengan Kemauan untuk Membayar (Willingness to PAY, WTP). Dan
untuk menghitung surplus biaya program/intervensi, biaya dari program/intervensi
dan hal-hal terkaitnya (misal. obat, dokter, rumah sakit, home care, biaya pasien
dan keluarga, biaya kehilangan produktivitas, biaya lain karena hilangnya waktu,
dll) dikurangi biaya yang serupa dari program/intervensi lainnya.

CBA menggunakan perspektif sosial (masyarakat) dan mencakup seluruh biaya dan
manfaat yang relevan. Namun, perhitungan dari biaya (terutama biaya tidak
langsung) yang terkait biasanya diperdebatkan/kontroversial. CBA jarang digunakan
untuk membandingkan obat atau alternatif terapi medis karena pertimbangan etika.
Penilaian kondisi kesehatan menggunakan nilai moneter dan metode yang dipakai
untuk hal tersebut seringkali diperdebatkan.

Kesulitan CBA adalah melakukan konversi/menerjemahkan kondisi klinis nonmoneter dan outcome kualitas hidup (misal. tahun hidup terselamatkan) menjadi
nilai moneter. Lebih lanjut, metode yang umum digunakan untuk melakukan
konversi/ penerjemahan tersebut yaitu Kemauan untuk Membayar (Willingness to
PAY, WTP) mengundang perdebatan etika karena condong kepada preferensi
kekayaan. Oleh karenanya, teknik analisis ini tidak umum digunakan dalam
perumusan kebijakan kesehatan. (EgN)

Sumber :

Bootman J.L, et al, 2005, Principles of Pharmacoeconomics, 3rd ed, Harvey Whitney
Books Company : USA
Drummond, M.F., M.J. Sculpher, G.W. Torrance, B.J. OBrien, and G.L. Stoddard, 2005.
Methods for the Economic Evaluation of Health Care Programmes, 3rd Edition,
Oxford University Press, Oxford.
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi,
Kemenkes RI, Jakarta.
Rascati, K.L., et al, 2009, Essentials of Pharmacoeconomics, Lippincott Williams &
Wilkies, Philadelphia

You might also like