You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan

keterbatasan manusia

untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja
pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui
pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Untuk mencapai hasil yang
optimal, perlu diperhatikan performansi pekerjanya. Salah satu faktor yang
mempengaruhinya adalah postur dan sikap tubuh pada saat melakukan aktivitas
tersebut. Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena hasil produksi
sangat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan pekerja. Bila postur kerja yang
digunakan pekerja salah atau tidak ergonomis, pekerja akan cepat lelah sehingga
konsentrasi dan tingkat ketelitiannya menurun. Pekerja menjadi lambat, akibatnya
kualitas dan kuantitas hasil produksi menurun yang pada akhirnya menyebabkan
turunnya produktivitas.
Postur tubuh ditentukan oleh ukuran tubuh dan ukuran peralatan atau
benda lainnya yang digunakan pada saat bekerja. Pada saat bekerja perlu
diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat bekerja dengan
nyaman dan tahan lama. Keseimbangan tubuh sangat dipengaruhi oleh luas
dasar

penyangga

atau

lantai

dan

tinggi

dari

titik

gaya

berat.

Untuk

mempertahankan postur tubuh tertentu, seseorang harus melakukan usaha


melawan gaya yang berasal dari luar tubuh yaitu dengan mengkontraksikan otot.
Gaya tersebut berupa gaya gravitasi bumi dan gaya dari obyek yang diangkat.
Untuk mencapai keadaan yang seimbang, dalam hal ini akan terjadi interaksi
antara gaya beban dan gaya yang berasal dari otot. Postur tubuh yang tidak
seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan
stres pada bagian tubuh tertentu, yang disebut dengan postural stress.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui sikap tubuh yang ergonomis.
2. Untuk mengetahui sikap kerja tidak alamiah/ postur janggal.
3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan posisi atau sikap tubuh yang tidak
ergonomis.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Posisi atau Sikap Tubuh Kerja yang Ergonomis
Ergonomi juga dapat digunakan dalam

menelaah sistem manusia dan

poduksi yang kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada
tenaga kerja dan yang mana kepada mesin. Dibawah ini dikemukakan beberapa
prinsip ergonomi sebagai pegangan, antara lain :
1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan,
ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, caracara harus melayani mesin (macam, gerak, arah dan kekuatan).
2. Dari sudut otot sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk.
Sedangkan dari sudut tulang duduk yang baik adalah duduk tegak agar
punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan memilih
sikap duduk yang tegak yang diselingi istirahat dan sedikit membungkuk.
3. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam
hal

tidak mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk

duduk.
4. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37 o kebawah. Arah
penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed).
5. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan
bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan, lebih-lebih bila sikap tubuh
tidak berubah.
6. Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan
gerakan yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan
paksa sangat melelahkan. Gerakan ke atas harus dihindarkan, berilah papan
penyokong pada sikap lengan yang melelahkan. Hindarkan getaran-getaran
kuat pada kaki dan lengan.
7. Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum, yaitu beban yang dapat
dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum
telah ditentukan oleh ILO sebesar 50kg. Cara mengangkat dan menolak
hendaknya memperhatikan hukum-hukum ilmu gaya dan dihindarkan
3

penggunaan tenaga yang tidak perlu. Beban hendaknya menekan langsung


pada pinggul yang mendukungnya.
8. Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu
efisien dan kualitas kerja sangat menurun.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh
dalam melakukan pekerjaan, yaitu:
1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri
secara bergantian.
2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini
tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil.
3. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani
melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot otot yang sedang tidak
dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh
(paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi
darah dan juga untuk mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu
aktivitas (Tarwaka, 2004).
1. Posisi/ Sikap Kerja Duduk
Sikap kerja duduk merupakan sikap kerja yang kaki tidak terbebani dengan
berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih sedikit
energi daripada berdiri karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot
statis pada kaki. Kegiatan bekerja sambil duduk harus dilakukan secara ergonomi
sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja.
Sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah masalah
punggung. Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada bagian tulang belakang
akan meningkat pada saat duduk dibandingkan dengan saat berdiri ataupun
berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100% ; maka cara duduk
yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut
mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan
menyebabkan tekanan tersebut sampai 190% (Nurmianto, 2004). Sikap duduk
paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang
belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lardosa pada pinggang dan sedikit
mungkin kifosa pada punggung (Sumamur, 1989). Sikap duduk yang benar yaitu
4

sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada dibelakang serta
bokong menyentuh belakang kursi. Selain itu, duduklah dengan lutut tetap
setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan
sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak
menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit.
Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks
(Wasisto, 2005).

Gambar 1 : Sikap kerja pada Visual Display Terminal (VDT) yang


direkomendasikan oleh Cakir et al. (1980) (kiri) dan Grandjean et al. (1982,
1984) (kanan).
(Sumber : Pheasant, S, 1986)
Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya kelelahan pada kaki.
b. Terhindarnya sikap sikap yang tidak alamiah.
c. Berkurangnya pemakaian energi dalam bekerja.
d. Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.
Namun, kegiatan bekerja sambil duduk juga dapat menimbulkan kerugian/
masalah bila dilakukan secara tidak ergonomis. Kerugian tersebut antara lain :
a. Melembeknya otot otot perut.
b. Melengkungnya punggung.
Tidak baik bagi organ dalam tubuh, khususnya pada organ pada sistem
pencernaan jika posisi dilakukan secara membungkuk
2. Posisi/ Sikap Kerja Berdiri
5

Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi berdiri adalah
tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan.
Menurut Sutalaksana dalam Tarwaka (2011), bahwa sikap berdiri merupakan
sikap siaga baika fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan
lebih cepat, kuat dan teliti. Namun demikian mengubah posisi duduk ke berdiri
dengan masih menggunakan alat kerja yang sama akan melelahkan. Pada
dasarnya berdiri itu sendiri lebih melelahkan daripada duduk dan energy yang
dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk.

Keterangan gambar : landasan kerja untuk sikap kerja berdiri


A.

Pekerjaan memerlukan penekanan, tinggi landasan kerja 10-15 cm


di bawah tinggi siku berdiri

B.

Pekerjaan memerlukan ketelitian, untuk mengurangi pembebanan


statik pada otot bagian belakang, maka tinggi landasan kerja 5-10 cm di atas
tinggi siku berdiri

C.

Pekerjaan ringan, manual dimana pekerja sering memerlukan


ruangan untuk peralatan, material, tinggi landasan adalah 10-15cm di bawah
6

tinggi siku berdiri tinggi landasan kerja sedikit lebih rendah dari tinggi siku
berdiri.
3. Posisi/ Sikap Kerja Dinamis
Sikap kerja dinamis (duduk di suatu saat dan berdiri disaat lain merupakan
posisi terbaik an lebih dikehendaki daripada hanya posisi duduk saja atau berdiri
saja. Hal tersebut disebabkan karena memungkinkan pekerja berganti posisi kerja
untuk mengurangi kelelahan kaki karena sikap paksa dalam satu posisi kerja
( Das, 1991 dan Pulat, 1992 dalam Tarwaka, 2011).
Pemilihan posisi kerja harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan,
seperti pada table di bawah ini:
Jenis Pekerjaan
1.
2.
3.

Mengangkat > 5 kg
Bekerja di bawah tinggi siku
Menjangkau horizontal di luar

4.

daerah jangkauan optimum


Pekerjaan ringan dengan

5.
6.
7.

pergerakan berulang
Pekerjaan perlu ketelitian
Inspeksi dan monitoring
Sering berpindah-pindah

Sikap Kerja yang Dipilih


Pilihan Pertama
Pilihan Kedua
Berdiri
Duduk-berdiri
Berdiri
Duduk-berdiri
Berdiri
Duduk-berdiri
Duduk

Duduk-berdiri

Duduk
Duduk
Duduk-berdiri

Duduk-berdiri
Duduk-berdiri
Berdiri

Menurut Helander (1995) dalam Tarwaka (2011), posisi duduk berdiri yang
telah banyak dicobakan di industri, ternyata mempunyai keuntungan secara
biomekanis dimana tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30% lebih
rendah dibandingkan dengan posisi duduk maupun berdiri terus menerus. Hal
tersebut tentunya dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam intervensi
ergonomic, sehingga penerapan posisi kerja duduk berdiri dapat memberikan
keuntungan-keuntungan bagi sebagian besar tenaga kerja.
Dalam makalah ini kami mengambil contoh posisi kerja dinamis, yaitu tentang
kegiatan mengangkat dan membawa beban.

Memahami mekanisme bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam kegiatan


mengangkat atau membawa beban merupakan dasar dari teknik-teknik dan
praktik-praktik

pengembangan

untuk

memastikan

otot-otot

tidak

bekerja

melampaui batas. Gambar di atas menunjukkan diagram garis sederhana suatu


kerangka tubuh yang membawa beban (W) pada sejarak (y) dari tulang belakang.

Gambar di atas menunjukkan rincian diagram ruas-ruas tulang belakang


dengan cakram (disc), susunan saraf tulang belakang (spinal cord), dan otot
punggung (back muscle) yang dikaitkan ke tonjolan mirip tanduk dari setiap ruas
tulang belakang. Tulang belakang berputar terhadap cakram di antara ruas-ruas
tulang belakang dengan kekuatan yang diaplikasikan oleh otot. Keseluruhan
beban yang diangkat diambil alih oleh tulang belakang.
Momen lentur terhadap tulang belakang akibat beban = W x y. Momen ini
ditahan oleh momen tarik otot dikali jaraknya dari ruas tulang belakang = P x r.
8

Oleh karena itu, untuk keseimbangan : W x y = P x r. Dengan demikian, beban


pada otot tulang belakang P= W x y r.
Jika nilai r kecil dibandingkan dengan y, maka beban yang ditanggung otot
tulang belakang menjadi beberapa kali lebih besar daripada beban yang sedang
dibawa. Sebagai contoh, jika beban 10 kg dibawa pada panjang siku lengan 400
mm dari tulang belakang, dan jarak otot tulang belakang dari pusat cakram adalah
20 mm, maka beban pada otot tulang belakang adalah: 10 kg x 400 mm 20 mm
= 200 kg.

Selanjutnya untuk mencegah regangan punggung (back stain), beban yang


diangkat sebaiknya:

Dibuat serendah mungkin


Dibawa sedekat mungkin ke tubuh

Otot-otot lain merekat ke tulang-tulang dekat dengan titik putarnya,


misalnya lengan dengan pergelangan tangan, dan dengan cara yang serupa
menanggung beban hingga beberapa kali berat yang sedang diangkat.
Gambar di atas menunjukkan saran untuk beban maksimum pada berbagai
jarak dari tubuh dan pada ketinggian yang berbeda- beda.
9

Jika suatu beban harus dipindahkan, terdapat sejumlah langkah sederhana


yang dapat diambil untuk mencegah ketegangan otot punggung dan otot lainnya:
1. Jika memungkinkan, beban tersebut sebaiknya dipindahkan dengan cara
mekanik.
2. Jika tidak, suatu penilaian resiko penanganan manual beban tersebut perlu
dibuat.
3. Beban tersebut harus dibagi-bagi menjadi ukuran yang lebih bias dikelola.
4. Setiap bagian beban harus berada dalam batas kemampuan pekerja untuk
mengangkatnya.
5. Jika masih terlalu berat, carilah bantuan untuk mengangkatnya.
6. Pekerja harus dilatih:
a. Mengikuti teknik-teknik mengangkat yang benar termasuk penanganan
kinetik (pergerakan) dengan:
1) Menempatkan kaki-kaki dengan mantap
2) Mencengkeram beban dengan mantap
3) Menggunakan lengan dan kaki untuk mengangkat-menaikkan beban
secara bertahap, meletakkannya di lutut atau paha sementara kedudukan
punggung diubah.
4) Jangan mencoba mengangkat dengan punggung, yaitu tidak mengubah
kedudukan punggung ketika mengangkat atau memegang beban
5) Perlahan-lahan dalam mengambil beban
6) Tidak mengangkat beban dengan tiba-tiba
7) Memegang beban sedekat mungkin ke tubuh
8) Tidak memutar tubuh ketika mengangkat atau membawa beban
b. Memperkirakan berat beban
c. Meminta bantuan jika beban terlalu berat
d. Menggunakan pakaian pelindung yang sesuai:
1) Sarung tangan untuk melindungi tangan dari pecahan
2) Sepatu pengaman untuk melindungi kaki dari kejatuhan beban
e. Melaporkan setiap kesulitan kepada penyelia
Gambar

di

atas

adalah

beberapa

teknik

memindahkan beban menggunakan kereta dorong:

10

yang

dilakukan

ketika

1. Menarik
a. Seluruh tegangan diambil oleh otot punggung
b. Jika beban ditarik dengan tiba-tiba, beban tersebut akan melindas dan
mencederai kaki pekerja.
2. Mendorong
a. Pada ketinggian dorong yang optimum (kira-kira sejajar dengan pertengahan
dada), tegangan melewati tulang punggung.
b. Mendorong pada titik yang terlalu tinggi menghasilkan tegangan yang
berlebihan pada otot perut dan dapat menyebabkan ketegangan pada otot
pundak dan hernia
c. Mendorong pada titik yang terlalu rendah tidaklah efektif.
Permasalahan-permasalahan umum yang dihadapi dengan beban meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.

Bobot
Bentuk
Ukuran
Kepadatan atau kelonggaran kemasan
Kedudukan beban yang tidak ditengah.

B. Sikap kerja tidak alamiah/postur janggal (Humantech, 1995)


Sikap kerja tidak alamiah/postur janggal adalah deviasi/pergeseran dari
gerakan tubuh atau anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja saat melakukan
aktifitas dari postur atau posisi normal secara berulang-ulang dalam waktu yang

11

relatif lama. Gerakan dan postur janggal ini adalah suatu faktor risiko untuk
terjadinya gangguan, penyakit dan cidera pada sistem muskuloskeletal.
1. Pada tangan /pergelangan tangan
a. Jari menjepit, adalah posisi jari ketika menjepit objek dengan beban > 0,9
kg.
b. Jari menggenggam, adalah posisi jari ketika menggenggan objek dengan
beban > 4,5 kg.
c. Jari menekan, adalah penggunaan tekanan satu jari atau lebih terhadap
permukaan suatu objek. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu 10
detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak 30 kali per menit.
d. Deviasi radial, adalah postur tangan yang miring ke arah ibu jari. Postur
janggal ini dipertahankan dalam waktu 10 detik, dan dilakukan secara
berulang-ulang sebanyak 30 kali per menit.
e. Deviasi ulnar, adalah postur tangan yang miring ke arah jari kelingking.
Postur janggal ini diperhatikan dalam waktu 10 detik, dan dilakukan
secara berulang-ulang sebanyak 30 kali per menit.
f. Fleksi pergelangan tangan 45, adalah posisi pergelangan tangan yang
menekuk ke arah telapak tangan, diukur dari sudut yang dibentuk oleh
lengan bawah dan sumbu tangan sebesaar 45. Postur janggal ini
dipertahankan dalam waktu 10 detik, dan dilakukan secara berulangulang sebanyak 30 kali per menit.
g. Ekstensi pergelangan tangan 45, adalah posisi pergelangan tangan
yang menekuk ke arah punggung tangan, diukur dari sudut yang dibentuk
oleh lengan bawah dan sumbu tangan sebesar 45. Postur janggal ini
dipertahankan dalam waktu 10 detik, dan dilakukan secara berulangulang sebanyak 30 kali per menit.
2. Pada siku
a. Rotasi lengan
b. Ekstensi penuh, adalah besarnya sudut yang dibentuk oleh sumbu lengan
atas dan sumbu lengan bawah 135. Durasi untuk posisi janggal pada
siku belum ada standarnya. Frekuensi posisi janggal tersebut dilakukan
secara berulang 2 kali per menit.
3. Pada bahu
Bahu merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai
penopang otot. Karena itu postur janggal pada tangan dan pergelangan tangan
juga dapat mempengaruhi keadaan bahu dikarenakan bahu merupakan tempat
12

penopang otot-otot tangan. Bentuk postur janggal pada bahu ditandai dengan
gerakan bahu yang mendekati ujung telinga bawah, baik yang kiri maupun yang
kanan. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu 10 detik, dan dilakukan
sebanyak 2 kali per menit.
4. Pada leher
a. Menunduk, ke arah depan sehingga sudut yang dibentuk oleh garis vertikal
dengan sumbu ruas tulang leher 20. Postur janggal ini dipertahankan
dalam waktu 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak 2
kali per menit.
b. Miring, setiap gerakan dari leher yang miring, baik ke kanan maupun ke kiri,
tanpa melihat besarnya sudut yang dibentuk oleh garis vertikal dengan
sumbu dari ruas tulang leher. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu
10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak 2 kali per
menit.
c. Menengadah, setiap postur dari leher yang mendongak ke atas, tanpa
melihat besarnya sudut yang dibentuk oleh garis vertikal dengan sumbu
dari ruas tulang leher. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu 10
detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak 2 kali per menit.
d. Rotasi, setiap gerakan dari leher yang memutar baik ke kanan maupun ke
kiri tanpa melihat besarnya derajat rotasi yang dilakukan. Postur janggal ini
dipertahankan dalam waktu 10 detik, dan dilakukan secara berulangulang sebanyak 2 kali per menit.
5. Pada punggung (Humantech, 1995)
a. Membungkuk, adalah posisi badan ke arah depan sehingga antara sumbu
badan bagian atas akan membentuk sudut 20 dengan garis vertikal.
Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu 10 detik dan dilakukan
sebanyak 2 kali per menit.
b. Miring, adalah penyinpangan

tubuh

dari

garis

vertikal,

tanpa

memperhitungkan besaarnya sudut yang dibentuk. Postur janggal ini


dipertahankan dalam waktu 10 detik, dan dilakukan sebanyak 2 kali per
menit.
c. Rotasi Badan, setiap gerakan dari badan yang memutar, baik ke kanan
maupun ke kiri, tanpa melihat besarnya derajat rotasi yang dilakukan.
Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu 10 detik, dan dilakukan
sebanyak 2 kali per menit.
13

(http://merulalia.wordpress.com/2010/08/30/postur-tubuh-yang-ergonomissaat-bekerja/)
C. Dampak yang Ditimbulkan Posisi atau Sikap Tubuh yang Tidak
Ergonomis
Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis dalam
waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai gangguan
kesehatan pada pekerja antara lain :
1. Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang dilakukan
seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan lain-lain.
2. Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja.
3. Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan mengerakkan kaki,
tangan atau leher/kepala).
4. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang miring,
bongkok).

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Posisi atau sikap tubuh yang ergonomis, yaitu: a) semua pekerjaan hendaknya
dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri secara bergantian. b) semua
sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. c) seandainya hal ini tidak
memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil. d) tempat
duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani melainkan
dapat memberikan relaksasi pada otot otot yang sedang tidak dipakai untuk
bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh. Dengan
memperhatikan posisi kerja saat duduk, berdiri dan dinamis.
2. Sikap kerja tidak alamiah/ postur janggal adalah deviasi/pergeseran dari
gerakan tubuh atau anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja saat
melakukan aktifitas dari postur atau posisi normal secara berulang-ulang
dalam waktu yang relatif lama. Gerakan dan postur janggal ini adalah suatu
faktor risiko untuk terjadinya gangguan, penyakit dan cidera pada sistem
muskuloskeletal.
3. Dampak yang ditimbulkan posisi atau sikap tubuh yang tidak ergonomis
adalah: a) rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang
dilakukan seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan lain-lain.
b) Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja. c) Gangguan gerakan pada
bagian tubuh tertentu (kesulitan mengerakkan kaki, tangan atau leher/kepala).
d) Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang miring,
bongkok).
4. Saran
1. Diharapkan kepada pekerja menggunakan sikap kerja yang ergonomis agar
pekerjaan yang dilakukan dapat efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien.
2. Diharapkan atasan memperhatikan kesulitan-kesulitan para pekerjanya dan
menindaklanjuti

permasalahan

yang

terjadi

dengan menyediakan

alat

pelindung diri dan pelatihan-pelatihan agar tidak menimbulkan kecelakaan dan


penyakit akibat kerja.
DAFTAR PUSTAKA
15

Merulalia, 2013, Postur Tubuh Yang Ergonomis Saat Bekerja, available:


http://merulalia.wordpress.com/2010/08/30/postur-tubuh-yang-ergonomissaat-bekerja/ (22 Juli 2014).
Tarwaka, 2011,

Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan

Aplikasi Di Tempat Kerja, Surakarta: Harapan Offset.


John Ridley, 2008, Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja edisi ketiga,
Surabaya : Penerbit Erlangga.

16

You might also like