You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI

EKSTRAKSI MIKORIZA

Oleh:

NAMA

: Gusti Ngurah Ketut Budiarta

NIM

: 125040200111001

KELOMPOK

: Rabu, 11.00

ASISTEN

: Setya Murni Sidabutar

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk terus meningkat setiap tahunnya, di kabupaten Malang dalam 5
tahun terakhir pertumbuhannya mencapai 0,5 % dan diperkirakan pada tahun 2015 penduduk
dapat mencapai 2.542.930 jiwa (Pemerintah Kabupaten Malang, 2011). Produksi tanaman
pangan semakin menurun dengan maraknya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non
pertanian. Tahun 2000 sampai tahun 2005 sebanyak 16.584 ha lahan pertanian di kabupaten
Malang telah berubah menjadi pemukiman penduduk serta industri (Wahyudi, 2006). Selain itu,
penurunan produksi ini juga disebabkan oleh menurunnya kesuburan tanah karena aplikasi bahan
kimia sintetis yang sangat intensif selama bertahun-tahun. Kondisi ini menyebabkan akar
tanaman tidak mampu menyerap unsur hara dengan optimal. Agens hayati seperti mikoriza dapat
menjadi solusi permasalahan ini karena asosiasinnya dapat memperluas bidang penyerapan akar,
menyerap unsur hara terutama P dalam jumlah yang lebih besar sehingga produksi tanaman
pangan dapat dipastikan meningkat.
Paitan (Tithonia diversifolia) telah lama dikenal sebagai pupuk hijau karena mengandung
unsur hara essensial seperti fosfor (P), nitrogen (N), kalium (K), kalsium (Ca) dan magnesium
(Mg). Tumbuhan ini mampu membentuk semak lebat dalam waktu yang singkat dibandingkan
tumbuhan di sekitarnya. Tingginya kandungan unsur hara di dalam jaringan paitan diduga karena
adanya infeksi mikoriza yang memperluas bidang penyerapan perakaran, sehingga nutrisi yang
masuk dan digunakan oleh tanaman menjadi jauh lebih besar (Rutungga, 1999).
Paitan (T. diversifolia) memiliki hubungan yang sangat erat dengan mikoriza. Infeksi
mikoriza di akar paitan rata-rata mampu mencapai 40 % (Sharock, 2004). Tanah di Sumatera
Barat menunjukkan tingkat infeksi mikoriza pada paitan tetap tinggi walaupun dengan kondisi
ketinggian tempat yang berbeda (Agustian, 2004). Interaksi keduanya yang sangat erat
berpotensi untuk diobservasi lebih lanjut sebagai upaya mencari sumber inokulum mikoriza yang
nantinya dapat dikembangkan untuk diaplikasikan pada tanaman pangan.
Dalam praktikum ini mikoriza dieksplorasi hanya dari wilayah malang selatan sebagai
inisiasi mengetahui bentuk dan jenis mikoriza. Sampel diambil dari rizosfer tanaman paitan dan
diekstraksi menggunakan saringan bertingkat. Hasil praktikum ini dapat menjadi informasi
mengenai identifikasi mikoriza.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dan informasi mengenai mikoriza
b. Untuk mengetahui mekanisme terbentuknya MVA
c. Untuk mengetahui bentuk simbiosis mikoriza dengan tanaman
d. Untuk mengetahui jenis dan bentuk mikoriza hasil ekstraksi rizosfer paitan (Tithonia
diversifolia).
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai informasi mengenai identifikasi
mikoriza.meliputi bentuk, jenis dan jumlah spora mikoriza dari sampel yang diambil rizosfer
paitan (Tithonia diversifolia).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Mikoriza
Mikoriza sesungguhnya berasal dari kata Mykes yang artinya cendawan dan Rhiza
artinya akar, sehingga bisa diartikan sebagai cendawan tanah (Talanca, 2010). Cendawan ini
ditemukan pertama kali pada akar pepohonan hutan dan menunjukan asosiasi simbiotik.
Cendawan MA mampu hidup pada berbagai ekosistem. Penelitian Janes pada tahun 1896
di Kebun Raya Cibodas menunjukan adanya kolonisasi mikoriza pada 69 spesies dari 75 spesies
tanaman yang diamati.

Spesies tanaman ini termasuk pada 56 famili dari Bryophyta,

Pteridophyta, Gymnosperma, dan Angiosperma (Suriadikarta & Simanungkalit, 2010).


Penelitian di negara tropis lainnya seperti Brazil dan Kolombia menunjukan adanya
variasi keragaman cendawan MA pada berbagai wilayah. Pada ekosistem alami ditemukan 16-21
spesies, ekosistem pertanian sebanyak 10-15 spesies, dan pada ekosistem pertanian intensif
hanya ditemukan 6-9 spesies (Sieverding, 1991). Hal itu menunjukan bahwa keanekaragaman
spesies cendawan MA paling tinggi terdapat pada ekosistem alami.
2.2 Mekanisme Terbentuknya MVA
Cendawan mikoriza arbuskula (MA) merupakan satu kelompok jamur tanah biotrof
obligat yang tidak dapat bertahan hidup dan bereproduksi secara terpisah dari tanaman inang.
Cendawan ini dicirikan dengan adanya struktur vesikel atau arbuskel. Cendawan yang memiliki
kedua struktur tersebut disebut dengan kelompok vesikuler-arbuskuler. Namun tidak semua
cendawan memiliki struktur vesikel, sedangkan hampir semua spesies mikoriza memiliki
struktur arbuskuler, sehingga penamaan cenderung menggunakan istilah mikoriza arbuskula
(MA). Arbuskel merupakan struktur dalam akar berbentuk seperti pohon berasal dari cabangcabang hifa intraradikal yang menembus dinding sel korteks, dan terbentuk di antara dinding sel
dan membran plasma seperti yang disajikan pada gambar 1 (Suriadikarta & Simanungkalit,
2010).

Gambar 1. Kolonisasi cendawan MA dalam akar padi penuh


dengan hifa (kiri) dan penuhsop dengan spora (kanan)
Sumber: (Suriadikarta & Simanungkalit, 2010)

2.3 Manfaat Simbiosis Mikoriza


Infeksi mikoriza pada akar paitan telah menyebabkan tanaman ini memiliki kemampuan
tumbuh yang cepat. Jama juga menambahkan bahwa mikoriza telah membantu penyerapan hara,
walaupun tanah tersebut miskin unsur hara. Sehingga sering dijumpai semak paitan yang lebat
pada areal-areal yang miskin unsur hara dimana tanaman lain termasuk tanaman budidaya tidak
mampu tumbuh secara optimal (Jama, 2000).
Terjadi perubahan morfologi dan fisiologi pada akar yang terinfeksi mikoriza arbuskula.
Salah satu perubahan itu adalah keberadaan hifa CMA yang masuk dan berkembang dalam sel
akar tanaman inang. Selanjutnya hifa ini akan berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam
tanah dan membentuk rajutan hifa secara internal di jaringan korteks pada tanaman. Sebagian
hifa akan memanjang dan menjulur keluar dan masuk ke tanah untuk menyerap air dan unsur
hara (Allen, 1992).
Semakin rendah konsentrasi unsur hara khususnya P dalam larutan tanah, maka peranan
mikoriza semakin efektif. Hal itu membuktikan bahwa mikoriza mampu memperluas bidang
penyerapan akar tanaman sehingga penyerapan unsur hara lebih optimal yang berpengaruh pada
proses pertumbuhan tanaman (Hairiah, 2000).
BAB III. METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat:

Timbangan

: menimbang sampel tanah

Saringan

: untuk menyaring sampel tanah

Sprayer

: untuk nyemprot atau bilas tanah

Tabung

: wadah untuk sentrifus

Sentrifuse

: untuk memisahkan spora mikoriza dengan tanah

Stopwatch

: untuk menghitung waktu sentrifus

Cawan petri

: untuk menampung suspense mikoriza

Mikroskop

: untuk mengamati

Bahan:

Sampel tanah mikoriza

: sebagai bahan inokulum mikoriza

Air

: membilas tanah

Larutan gula

: mengikat spora mikoriza

3.2 Digram Alir Langkah Kerja

Sampel tanah bermikoriza 50 gr


Masukkan tanah kedalam saringan empat tingkat dengan ukuran 160 m, 135 m, 55 m dan 35
m,
saringan dialiri air dari atas
Tanah pada saringan ketiga dan keempat dibilas dengan sprayer dan dimasukkan kedalam tabung
yang telah ditambahkan larutan gula 60%.
Tabung yang berisi suspense dimasukkan kedalam sentrifuse dan diputar dengan kecepatan 2000
rpm selama 3-5 menit.
hasil sentrifugasi, supernatan dituangkan kedalam saringan keempat dengan ukuran 35 m,
bilas dengan menggunakan air untuk menghilangkan larutan gula.
masukkan hasil saringan kedalam cawan petri
amati dibawah mikroskop
3.3 Analisis Perlakuan
Sampel tanah diambil dari rizosfer (daerah perakaran) tanaman paitan (Tithonia
diversifolia).. Pada praktikum ini daerah yang digunakan adalah wilayah Malang Selatan.
Sampel tanah rizosfer diambil 50 gram kemudian dimasukkan ke dalam empat saringan
bertingkat 160 m, 135 m, 55 m dan 35 m. Kemudian dialiri air dari atas yang berfungsi
untuk membawa spora mikoriza ke bawah dan memisahkannya dari partikel tanah yang lebih
besar serta kotoran. Tanah yang mengandung mikoriza adalah tanah pada saringan 3 dan 4 (55
m dan 35 m), sehingga dipindahkan ke dalam beberapa tube secara merata dan ditambahkan
dengan larutan gula 60%. Tube kemudian disentrifuse dengan kecepatan 2000 rpm selama 3-5
menit tujuannya adalah untuk memisahkan partikel berdasarkan beratnya sehingga spora dapat
terlepas dari partikel tanah dan terikat oleh gula. Supernatan hasil sentrifuse dimasukkan ke
dalam saringan 4 (35 m) dan dialiri air utnuk menghilangkan larutan gula. Hasil saringan
kemudian dipindahkan ke dalam cawan petri dan diamati di bawah mikroskop.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan

4.1.2 Pembahasan

Gambar 2. Hasil eksplorasi mikoriza

Dari hasil praktikum spora mikoriza ditemukan dengan ciri morfologi berbetuk bulat
sampai oval serta berwarna cokelat kemerahan. Pada praktikum ini tidak dilakukan penghitungan
jumlah spora serta pengamatan infeksi pada akar tanaman paitan. Tanaman paitan merupakan
tanaman yang sangat adaptif dan mudah tumbuh pada tempat-tempat yang miskin unsur hara.
Diduga bahwa hal tersebut karena hubungan simbiotiknya dengan mikoriza. Mikoriza yang
ditemukan adalah ektomikoriza karena ditemukan di tanah (di luar jaringan akar). Mikoriza ini
tergolong jenis Glomus sp. karena tidak lolos pada saringan 35 m.

Gambar 3. (a) Populasi tanaman paitan (T. difersifolia), (b)VAM


(Vesicular-Arbuscular Mycorrhizas) pada akar paitan (T. diversifolia).
Sumber: (Hairiah, 2000)
Perbedaan lokasi dan rizosfer menyebabkan perbedaan keanekaragaman spesies dan
populasi fungi mikoriza. Semakin jauh dari garis pantai Sebaran genus Glomus semakin
menurun, namun pada pengamatan populasi cenderung meningkat dan fluktuatif karena juga
dipengaruhi oleh tekstur tanah, kondisi iklim, kandungan unsur hara terutama P serta tingkat
penggunaan lahan (Siradz, 2007).

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah bahwa mikoriza merupakan jamur tanah yang
bersimbiosis dengan tanaman dengan beberapa mekanisme termasuk terbentuknya struktur
MVA. Mikoriza memiliki peran yang sangat penting dalam hal meningkatkan serapan unsur hara
tanaman. Pada praktikum ini tanah yang digunakan berasal dari rizosfer tanaman paitan yang
memiliki hubungan simbiotik dengan mikoriza. Hasil praktikum menunjukkan mikoriza
memiliki ciri morfologi berwarna merah kecokelatan berbentuk oval sampai bulat.
5.2 Saran
Praktikum harus lebih kondusif lagi dan asisten harus memahami materi praktikum yang
disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA
Agustian, 2004. Keragaman Mikoriza Arbuskula (CMA) pada Tithonia yang Tumbuh pada
Berbagai Ketinggian Tempat di Sumatera Barat. s.l.:Jurnal Stigma Vol XI No. 4, hal. 8592.
Allen, M., 1992. Mycorrhizal Functioning an Integrative Plant-Fungal Process. London:
Chapman and New York.
Hairiah, K., 2000. Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi Refleksi Pengalaman dari
Lampung Utara. Bogor: International Centre For Research in Agroforestry.
Jama, B., 2000. Thitonia diversifolia as A Green Manure for Soil Fertility Improvement in
Western Kenya: a riview. s.l.:Agroforest. Syst 49, Hal. 201-221.
Pemerintah Kabupaten Malang, 2011. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten MAlang Tahun 2010-2015. Malang: s.n.
Rutungga, V., 1999. Biomass Production and Nutrient Accumulation by Tephrosia vogelii
(Hemsley) A. Grey and Thitonia diversifolia Hook F. Fallows During The Six-Month
Growth Period at Maseno. Western Kenya: Biotechnol. Agron. Soc. Environ. 3(4), hal.
237-246.
Sharock, R., 2004. A Global Assessment USing PCR Techniques of Mycorrhizal Fungal
Populations Colonizing Tithonia diversifolia. s.l.:Mycorrhiza 14 (2), hal. 103-109.
Sieverding, E., 1991. Vesicular-Arbuscular Mycorrhiza Management in Tropical
Agroecosystem. s.l.:Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ)
GmbH, Eschborn.
Siradz, 2007. Pengembangan Lahan Marginal Pesisir Pantai dengan Bioteknologi Masukan
Randah. Yogyakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Suriadikarta & Simanungkalit, 2010. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati (online).
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk8.pdf. Diakses pada
12 Mei 2015: s.n.
Talanca, H., 2010. Status Cendawan Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA) pada Tanaman.
Maros: Prosiding PEkan Serealia Nasional 2010, Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Wahyudi, A., 2006. Alih Fungsi (Konversi) Lahan Berdampak Pada Produksi Beras dan
Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian (Studi pada Penyusutan Produksi Beras dan
Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor Pertanian Kabupaten Malang. Malang.

You might also like