You are on page 1of 22

LAPORAN KASUS

I.

II.

Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Agama
Status pernikahan
Suku bangsa
Tanggal masuk
Dirawat yang ke
Tanggal pemeriksaan

: Ny. Y
: 34 tahun
: Perempuan
: Ibu rumah tangga
: Islam
: Sudah menikah
: Betawi
: 08 Mei 2014
:I
: 09 Mei 2014

Anamnesa :
Autoanamnesa
Keluhan utama
:Pusing berputar sejak 7 hari SMRS
Keluhan tambahan
:Mual muntah
Riwayat Penyakti Sekarang (RPS) :
Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 7 hari SMRS. Keluhan ini
timbul mendadak saat pasien baru bangun tidur di pagi hari. Saat membuka mata
pengelihatan berputar sehingga sulit berdiri dari kasur. Hal ini dirasakan sepanjang
hari. Pusing dirasakan bertambah berat saat pasien merubah posisinya seperti miring
kanan/kiri, duduk dan berdiri (posisi yang mengoyangkan kepalannya) dan pusing
diperinggan dengan tidur berbaring. Pusing juga tidak dipengaruhi oleh keramaian
lingkungan sekitarnya. Awalnya pasien masih bisa berusaha berdiri dari kasur dengan
bantuan, namun sekarang pasien merasa sangat lemas sehingga sulit berdiri. Pasien
juga mengeluh mual dan muntah, muntah pasien 10 kali/hari dengan jumlah
muntahan yang sedikit berupa cairan atau makanan utuh tanpa ada darah. Perasaan
mual dan muntah juga diperburuk dengan pemberian makanan dan minuman. Pada
saat timbul keluhan pasien juga merasa demam yang hilang keesokan harinya. Pasien
mengaku tidak mendengar suara berdenging, tidak ada penurnan kesadaran dan tidak

ada nyeri pada telinga. Pasien juga tidak merasa adanya ganguan atau penurunan pada
pendengarannya. Pasien mangatakan BAB 2x dan jarang BAK selama 7 hari ini.
6 hari SMRS pasien mengeluh berat pada kepala bagian belakangnnya yang tidak
menyebar dan menetap sepanjang hari. 3 hari SMRS pasien pergi berobat ke dokter
saraf di RSPAD Gatot Subroto. Pasien diberikan obat bethahistin 3 x 6mg, antibiotic
1 x 1 tab dan obat racikan. Setelah minum obat, pasien merasa tidak membaik.
Riwayat penyakit dahulu seperti Hipertensi, Diabetes Melitus, Sakit jantung dan
trauma disangkal oleh pasien. Ibu pasien menderita penyakit Diabetes Melitus tipe II
dan terkontrol.
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :
Hipertensi
: pasien mengaku tidak ada
Diabetes Melitus
: pasien mengaku tidak ada
Sakit jantung
: pasien mengaku tidak ada
Trauma
: Disangkal
Sakit kepala sebelumnya : Disangkal
Migren
: Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita seperti ini. Ibu pasien
menderita Diabetes Melitus Tipe II terkontrol.
Riwayat kelahiran / Pertumbuhan / Perkembangan : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan Fisik :
Status Internus
Keadaan umum
: Baik
Gizi
: Baik
Tanda-tanda vital
:
Tekanan darah kanan
: 120/90 mmHg
Tekanan darah kiri: 120/90 mmHg
Nadi kanan
: 86x/menit
Nadi kiri
: 86x/menit
Pernafasan
: 20x/menit
Suhu
: 36.8oC (per aksila)
Limfonodi
: Tidak teraba perbesaran
Jantung
: Bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
: Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/Hepar
: Tidak teraba pembesaran
Lien
: Tidak teraba pembesaran
Ekstremitas
: Akral hangat, edema (-), sianosis (-)
2

Status Psikiatri
Tingkah laku
Perasaan hati
Orientasi
Jalan fikiran
Daya ingat

: Baik, wajar
: Euthym
: Baik
: Koheren
: Baik

Status Neurologis :
Kesadaran
Sikap tubuh
Cara berjalan

: Kompos mentis; E4M6V5 GCS = 15


: Terlentang
: Pasien membutuhkan bantuan untuk berjalan

Gerakan abnormal
Kepala
- Bentuk
- Simetris
- Pulsasi
- Nyeri tekan

(dipapah)
: Tidak ada
: Normosefali
: Simetris
: Teraba
: Tidak ditemukan

Leher

- Sikap
: Normal
- Gerakan
: Normal
- Vertebra
: Normal
- Nyeri tekan : Tidak ditemukan
Tanda Rangsang Meningeal
- Kaku kuduk :
Laseque
:
>700 / >700
Kernig
:
>1350 / >1350
- Brudzinski I :
-/- Brudzinski II :
-/Nervus Kranialis
N. I (Olfaktorius)
Daya penghidu

Normosmia / Normosmia

Penglihatan

Baik / Baik

Pengenalan warna

Baik / Baik

N. II (Optikus)

Lapang pandang

Baik / Baik (sesuai pemeriksa)

Fundus

Tidak dilakukan

N. III (Okulomotorius), N. IV (Troklearis), N. VI (Abdusen)


Ptosis

-/-

Strabismus

-/-

Nistagmus

+ /+

Exopthalmus

-/-

Enopthalmus

-/-

Gerakan bola mata


o
o
o
o
o
o
o
o
o

Lateral
:
Medial
:
Atas lateral :
Atas medial :
Bawah lateral :
Bawah medial :
Atas
:
Bawah
:
Gaze
:

+/+
+/+
+/+
+/+
+/+
+/+
+/+
+/+
Baik

o
o
o
o
o
o
o

Ukuran pupil
Bentuk pupil
Isokor/anisokor
Posisi
Reflek cahaya langsung
Reflek cahaya tidak langsung
Reflek akomodasi/konvergensi

Pupil

N. V (Trigeminus)
o Menggigit

: 4mm / 4mm
: bulat / bulat
: isokor
: di tengah
:+/+
:+/+
:+/+

baik / baik
4

o Membuka mulut
o Sensibilitas atas
o Sensibilitas tengah
o Sensibilitas bawah
o Reflek masseter
o Reflek zigomatikus
o Reflek kornea
o Reflek bersin
N. VII (Fasialis)
Pasif
o Kerutan kulit dahi
o Kedipan mata
o Lipatan nasolabial
o Sudut mulut
Aktif

:
:
:
:
:
:
:
:

baik / baik
+/+
+/+
+/+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

:
:
:
:

Simetris kanan dan kiri


Simetris kanan dan kiri
Simetris kanan dan kiri
Simetris kanan dan kiri

Mengerutkan dahi
:
Mengerutkan alis
:
Menutup mata
:
Meringis
:
Menggembungkan pipi
:
Gerakan bersiul
:
Daya pengecapan lidah 2/3 depan:
Hiperlakrimasi
Lidah kering
:

N. VIII (Vestibulokoklearis)
o Suara gesekan jari tangan
o Mendengar detik jam
o Tes Swabach
o Tes Rinne
o Tes Weber

Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Tidak dilakukan
:
Tidak ada
Tidak ada

: +/+
: +/+
: Sama seperti pemeriksa
:+/+
: Tidak ada lateralisasi

N. IX (Glossofaringeus)
o
o
o
o

Arkus pharynx
: Simetris
Posisi uvula
: Di tengah (sentral)
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang: Tidak dilakukan
Reflek muntah
: Tidak dilakukan

N. X (Vagus)
5

o
o
o
o

Denyut nadi
Arkus pharynx
Bersuara
Menelan

: Teraba, reguler
: Simetris
: Jelas
: Baik

N. XI (Aksesorius)
o Memalingkan kepala : Baik
o Sikap bahu
: Simetris
o Mengangkat bahu
:+/+
N. XII (Hipoglosus)
o Menjulurkan lidah
o Kekuatan lidah
o Atrofi lidah
o Artikulasi
o Tremor lidah

Motorik

Kekuatan
Tonus

5
5

:
5
5

5
5

5
5

Normotonus
Normotobnus
Eutrof
Eutrof

5
5

5
5

5
5

5
5

Normotonus
Normotonus
Eutrof
Eutrof

Reflek Fisiologis
Reflek Tendon
- Reflek biceps :
+/+
- Reflek triceps :
+/+
- Reflek patella :
+/+
- Reflek Achilles:
+/+
Reflek periosteum
Reflek permukaan dinding perut
Reflek kremaster
Reflek sphincter ani

: Simetris
: +/+
: Tidak ditemukan
: Jelas
: Tidak terdapat tremor lidah

:
:
:
:

:
:
Bentuk

Tidak dilakukan
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Reflek Patologis
6

- Hoffman Trommer :
-/- Babinski
:
-/- Chaddock
:
-/- Oppenheim
:
-/- Gordon
:
-/- Schaeffer
:
-/- Rosollimo
:
-/- Mendel Bechterew :
-/- Klonus paha
:
-/- Klonus kaki
:
-/Sensorik
- Eksteroseptif
Nyeri : Baik / Baik
Suhu : Baik / Baik
Taktil : Baik / Baik
- Proprioseptif
Vibrasi
: Baik / Baik
Posisi
: Baik / Baik
Tekan dalam : Baik / Baik
Koordinasi dan keseimbangan
- Tes Romberg
- Tes Tandem
- Tes Fukuda
- Disdiadokokinesis
- Rebound phenomenon
- Dismetri
- Tes telunjuk hidung
- Tes telunjuk telunjuk
- Tes tumit lutut
Sistem Saraf Otonom
- Miksi
Inkontinensia
Retensi
Anuria
- Defekasi
Inkontinensia
Retensi
Fungsi Luhur
- Fungsi bahasa
- Fungsi orientasi
- Fungsi memori

:+
: Baik
: Baik
: Baik
: Baik
: Tidak dapat dinilai
:+
:+
: Baik

: Tidak ada
:: Tidak ada
: Tidak ada
:-

: Baik
: Baik
: Baik
7

Fungsi emosi
Fungsi kognisi

: Baik
: Baik

Pemeriksaan Penunjang
-

Laboratorium klinik pada tanggal 10 Mei 2014


JENIS

PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit

HASIL
09-05-2014 18:03:55

MCV
MCH
MCHC
KIMIA KLINIK
Ureum
Kreatinin
Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl)

NILAI RUJUKAN

SAAT INI

13.4
38
4.6
4000
146000

13.0
37
4.5
4100 *
159000

83
29
35

84
29
35
12 *
0.6
139
3.6
106 *

12-16 g/dL
37-47%
4.3-6.0 juta/L
4,800-10,800/ L
150,000-400,000/
L
80-96 fL
27-32 pg
32-36 g/dL
20-50 mg/dL
0.5-1.5 mg/dL
135-147 mmol/L
3.5-147 mmol/L
95-105 mmol/L

Laboratorium pada tanggal 09 Mei 2014


IMUNOSEROLOGI

HASIL

NILAI RUJUKAN

Anti Dengue IgG/IgM


Anti Dengue IgM
Anti Dengue IgG

Negatif
Negatif

Negatif
Negatif

JENIS PEMERIKSAAN
KIMIA KLINIK
SGOT (AST)
SGPT (ALT)

HASIL

NILAI RUJUKAN

150 *
111 *

< 35 U/L
< 40 U/L

Laboratorium pada tanggal 08 Mei 2014


JENIS PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrtit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
KIMIA KLINIK
Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl)

HASIL

NILAI RUJKAN
14.6
42
5.1
4300 *
140000 *
83
29
35
140
3.5
101

12-16 g/dL
37-47%
4.3-6.0 juta/L
4,800-10,800/ L
150,000-400,000/ L
80-96 fL
27-32 pg
32-36 g/dL
135-147 mmol/L
3.5-147 mmol/L
95-105 mmol/L

Resume
Wanita umur 34 tahun datang dengan keluhan kepala berputar sejak 7 hari SMRS.
Keluhan ini timbul mendadak saat pasien baru bangun dan dirasakan sepanjang hari.
Pusing dirasakan bertambah berat saat pasien merubah posisi kepalanya dan pusing
diperinggan dengan tidur berbaring. Pasien juga mengeluh mual dan muntah, muntah
pasien 10 kali/hari. Perasaan mual dan muntah juga diperburuk dengan pemberian
makanan dan minuman. Pada saat timbul keluhan pasien juga merasa demam yang
hilang keesokan harinya. Pasien mengaku tidak mendengar suara berdenging, tidak
ada penurunan kesadaran dan tidak ada nyeri pada telinga .
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik, kesadaran pasien komposmentis
dengan GCS 15, tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 86 x/menit, pernafasan 20
x/menit, suhu 36.8 oC (per aksila). Status generalis lainnya dalam batas normal.
Pada pemeriksaan neurologis didapatkan pemeriksaan keseimbangan dan
koordinasi yaitu tes Romberg +, tes telunjuk hidung +, tes telunjuk jari +, tes yang
lain dalam batas normal. Pada

pemeriksaan motorik dalam batas normal,


9

pemeriksaan N cranial dalam batas normal, tanda rangsang meningeal dalam batas
normal dan pemeriksaan sensorik dalam batas normal. Didapatkan gejala otonom
yaitu mual muntah.
Diagnosis

Diagnosis klinis : Vertigo, Vomitus, Nistagmus


Diagnosis topik : N. Vestibularis
Diagnosis etiologi
: Neuritis vestibuler
Diagnosis Banding : Benign proksismal position vertigo (BPPV)

Terapi
Medikamentosa
1. Kausal
Kebanyakan kasus vertigo tidak diketahui sebabnya, tetapi jika diketahui

sebabnya maka terapi kausal merupakan pilihan utama.


2. Simptomatik
IVFD Ringer Laktat 20 tetes/menit
IV Ranitidin 2x1 ampl
IV Omeprazol 1x40 mg
PO Bethahistin Mesylate 6mg 3x1 Tablet
Non medikamentosa
Terapi rehabilitative
Vertigo vestibular perifer akan mengalami perbaikan dalam 1-3 minggu.
1. Metode Brandt Daroff
Pasien duduk tegak ditempat tidur dengan kaki menggantung. Lalu tutup
kedua mata dan berbaring dengan cepat pada salah satu sisi tubuh selama 30
detik. Kemudian duduk tegak kembali, setelah 30 detik., baringkan tubuh
pada sisi yang lain dengan cara yang sama, tunggu selama 30 detik, setelah
itu duduk kembali. Lakukan latihan ini 5 kali pada pagi hari, dan 5 kali pada
malam hari sampai 2 hari berturut-turut tidak timbul vertigo lagi.

10

2. Latihan Visual Vestibular.


Pada pasien yang masih berbaring melirik ke atas, ke bawah, ke samping
kiri,kanan : selanjutnya gerakan serupa sambil menatap jari yang digerakkan
pada jarak 30 cm, mula-mula gerakkan lambat, makin lama makin cepat.
Gerakan kepala fleksi dan ekstensi, makin lama makin cepat. Lalu diulang
dengan mata tertutup. Setelah itu gerakkan kepala ke kiri dan ke kanan
dengan urutan yang sama.
Untuk pasien yang sudah dapat duduk. Gerakkan kepala dengan cepat ke atas
dan ke bawah, seperti sedang manggut sebanyak 5 detik atau lebih sampai
vertigo menghilang. Ulangi latihan tsb sebanyak 3 kali. Gerakkan kepala
menatap ke kiri/kanan selama 30 detik, kembali ke posisi biasa selama 30
detik, lalu menatap ke arah sisi lain selama 30 detik dan seterusnya. Ulangi
latihan sebanyak 3 kali. Sambil duduk dan membungkuk mengambil benda
yang diletakkan di lantai.
Untuk pasien yang sudah bisa berdiri/berjalan. Sambil berdiri gerakkan mata,
kepala seperti latihan diatas. Duduk di kursi lalu berdiri dengan mata terbuka
dan tertutup. Latihan berjalan (gait exercise) dengan mata terbuka.
Pemeriksaan anjuran

11

Laboratorim rutin
- Darah rutin
- Darah lengkap
Tes kalori
Neurofisiologi : EEG
Neuroimaging : CT scan kepala, MRI

Prognosis
o Ad vitam
o Ad fungsionam
o Ad sanationam

: ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi dan fisiologi


Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh
aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan system regulasi
yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan
keseimbangan adalah : menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain,
untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta
menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak. Komponen-komponen
pengontrol keseimbangan adalah :
Sistem informasi sensoris
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.Visual
a. Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969)
menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan
membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan,
12

dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik.
Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan
tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi
dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul
ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang. Dengan
informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan
bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis
untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam
keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular
berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis
semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut
dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala
dan percepatan perubahan sudut. Melalui reflex vestibulo-occular, mereka
mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka
meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi
di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke
serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri. Nukleus vestibular
menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan serebelum.
Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula
spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal,
kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem

13

vestibular

bereaksi

sangat

cepat

sehingga

membantu

mempertahankan

keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.

c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi
kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna
dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif
menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri
melalui lemniskus medialis dan talamus. Kesadaran akan posisi berbagai
bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang
dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujungujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls
dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot
di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

Definisi

14

Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan
sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang
disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit.
Klasifikasi

Patofisiologi Vertigo
Jaringan saraf yang berperan dalam keseimbangan :
1. Reseptor Alat Keseimbangan Tubuh
- Reseptor mekanik vestiblm
- Reseptor cahaya di retina
- Reseptor mekanik di kulit, otot, sendi (propioseptif)
2. Saraf aferen , terdiri atas :
- N. Vestibularis
- N. opticus
- N. spinovestibulocereberalis
3. Pusat keseimbangan, terdiri atas :
- Inti vestibularis
- Cortex cerebri
- Hypothalamus
- Inti oculomotoris
- Formation retikularis
15

Vertigo dapat timbul apabila terdapat ganggan pada salah satu ata lebih dari ketiga
sistem tersebut pada tingkat persepsi (cortex dan thalams), intergrasi dan resepsi (mata,
system vestibler dan system somatosensori).
Faktor Resiko
Beberapa faktor penyebab terjadinya vertigo antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mabuk darat atau mabuk laut.


Konsumsi alkohol.
Infeksi bakteri di telinga bagian dalam.
Infeksi virus (misalnya flu) yang mengganggu labirin telinga.
Radang sendi leher.
Pusat keseimbangan otak kekurangan sirkulasi darah.

ANALISA MASALAH
Ny. Y, 34 tuhan
Diagnosis klinis
: Vertigo, Vomitus, Nistagmus
Diagnosis topik
: Sistem vestibular
Diagnosis etiologi
: Neuropati vestibuler
Diagnosis tersebut ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan umum dan
pemeriksaan neurologis.
Dasar diagnosis pada pasien ini adalah :
Diagnosis klinis :
Vertigo

16

Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluhkan kepala terasa


pusing berputar.
Pada pemeriksaan fisik, pasien tidak dapat menggerakan kepalannya

karena pusing berputar. Tes Romberg +.


Vomitus
Pada anamnesis didapatkan pasien mual muntah sejak terdapat keluhan

pusing berputar dan diperberat oleh pemberian makanan dan minuman.


Nistagmus
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nistagmus horizontal spontan.

Diagnosis topik :
Diagnosis topic ditegakan berdasarkan anamnesis yaitu pada kasus ini didapatkan
jenis vertigo merupakan vertigo perifer.
Diagnosis klinis :
Diagnosis klinis yaitu neuritis vestibularis karena keluhan utama pasien ini adalah
pusing berputar sepanjang hari sejak 7 hari SMRS. Diperberat oleh pergerakan kepala
dan diperingan dengan berbaring. Pusing juga tidak dipengaruhi oleh keramian
lingkungan sekitar. Pasien juga mengeluh mual muntah dan tidak terdapat gangguan
pendengaran. Dari anamnesis diatas kita berpikir kalau ini adalah salah sat bentuk
vertigo. Kalsifikasi vertigo adalah :

Dari klasifikasi di atas pasien ini terkena vertigo jenis yang vertigo vestibular.
Vertigo vestibular dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

17

Pasien ini mempunyai gejala yang mendadak, derajat vertigonya sedang hingga
berat, terdapat perburukan gejala bila melakukan pergerakan kepala, terdapat gejala
otonom yaitu mual dan muntah. Sehingga pasien ini termask dalam kriteria jenis vertigo
yang tipe perifer.
Neuritis Vestibular

Neuritis vestibular adalah penyebab vertigo rotatorik yang tersering kedua.


Meskipun pada sebagian besar kasus tidak penyebab yang dapat diidentifikasi secara
pasti, banyak bukti menunjukan bahwa episodic tersebut disebabkan oleh virus.
Gejala utama neuritis vestibular adalah vertigo berputar yang hebat dengan onset akut
dan berlangsung hingga beberapa hari yang diperberat oleh pergerakan kepala. Keluhan
ini disertai oleh nistagmus torsional horizontal. Umumnya pendengaran tidak
terpengaruhi. Neuritis vestibularis cenderung mengenai individu yang beusia diantara 3060 tahun dan tidak menjadi sering pada usia tua, yang menunjukan bahwa kelianan ini
bukan disebabkan oleh iskemik.

Diagnosis Banding
18

Benign proksismal position vertigo (BPPV)


Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan vertigo yang
dicetuskan oleh perubahan posisi kepala atau badan terhadap gaya gravitasi. Jenis vertigo
ini adalah peyebab yang tersering. Pasien dengan BPPV khasnya mengeluhkan serangan
singkat vertigo berputar yang hebat yang muncul tidak lama setelah pergerakan kepala
dengan cepat, biasannya ketika kepala mendongak keatas atau menoleh ke salah satu sisi.
Vertigo menghilang dalam waktu 10-60 detik. Vertigo jenis ini disebabkan oleh pelepasan
statolit dari membrane statolit. Dipengaruhi oleh gravitasi, statolit bermigrasi ke bagian
terendah labirin, tempat ia dapat tersap dengan mudah ke pint mask kanalis semisirkularis
posterior ketika pasien berbaring terlentang.
Tahun1980 Epley mengemukakan teori canalithiasis, partikel otolith bergerak
bebas di dalam Kanalis Semisirklaris ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel
ini berada pada posisi yang sesuai dengan gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika
kepala direbahkan ke belakang partikel ini berotasi ke atas sarnpai 900 di sepanjang
lengkung Kanalis Semisirkularis. Hal ini menyebabkan cairan endolimfe mengalir
menjauhi ampula dan menyebabkan kupula membelok (deflected), hal ini menimbulkan
nistagmus dan pusing. Pembalikan rotasi waktu kepala ditegakkan kernbali, terjadi
pembalikan pembelokan kupula, muncul pusing dan nistagmus yang bergerak ke arah
berlawanan. Model gerakan partikel begini seolah-olah seperti kerikil yang berada dalam
ban, ketika ban bergulir, kerikil terangkat sebentar lalu jatuh kembali karena gaya
gravitasi. Jatuhnya kerikil tersebut memicu organ saraf dan menimbulkan pusing.
Terapi

19

1. IVFD Ringer laktat 20 tpm


Cairan ini digunakan untk mengatasi kondisi kekurangan volume darah
2. Ranitidin 2x1 ampul
Ranitidine bekerja dengan menghambat reseptor H2. Reseptor H2 bekerja
perangsang sekresi asam lambung. Sehingga obat ini bekerja sebagai menghambat
sekresi asam lambung.
3. Omeprazol 1x40 mg
Omeprazol bekerja di PPI atau penghambat Pompa proton yait penghambat sekresi
asam lambung yang lebih kuat dari AH2. Penghambatan berlangsng lama, antaar 2448 jam.
4. PO Bethahistin Mesylate 6mg 3x1 Tablet
Salah satu kelompok jenis histaminik.

Pemeriksaan anjuran

Laboratorim rutin
- Darah rutin (Hb, Ht, Leukosit, Eritrosit, Trombosit)
- Darah lengkap
Tes kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30 derajat, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian
dengan air dingin (30oC) dan air hangat (44oC) masing-masing selama 40 detik dan
jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak
permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional preponderance
ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan di satu
telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional
preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di
masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n.
VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.
20

Neurofisiologi : EEG
Neuroimaging : CT scan kepala, MRI

Prognosis
Ad vitam : ad bonam; Karena tanda vital yang stabil, keadaan umum yang cukup
baik, dan kesadaran pasien yang selalu dalam keadaan kompos mentis, secara
keseluruhan dapat dinilai baik
Ad fungsionam : dubia ad bonam; Karena karena pada pasien ini ditemukan
adanya perbaikan dari gejala yang di timbulkan oleh vertigo.
Ad sanationam : dubia ad bonam; karena tergantung kepatuhan pasien dalam
mengikuti terapi dan minum obat teratur.

TINJAUAN PUSTAKA
Sherwood L, 2011, Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.
Pengenalan dan Penatalaksanaan Kasus-Kasus Nerologi, edisi-2. Jakarta : Departemen
Saraf RSPAD Gatot Soebroto Dikesad.
Baehr dan Frotscher, 2012, Diagnosis Topik nerologi DUUS. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Edward Y dan Roza Y, Diagnosis dan Penatalaksanaan Benign Parosyxmal Positional
Vertigo Kanalis Horizontal. Bgian Telinga Hidng Tenggorok Bedah Kepala Leher.
Universitas Andalas.

21

Gunawan dkk, 2009, Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Departemen Farmakologi Dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

22

You might also like