You are on page 1of 24

HEMATEMESIS

MELENA
Ns.Seven Sitorus,S.Kep.,M.Kep

FIKES UPN VETERAN JAKARTA

PENGERTIAN:

Hematemesis adalah muntah darah berwarna


hitam ter yang berasal dari saluran cerna bagian
atas.
Melena adalah buang air besar (BAB) berwama
hitam ter yang berasal dari saluran cerna bagian
atas. Yang dimaksud dengan saluran cerna
bagian atas adalah saluran cerna di atas
(proksimal) ligamentum Treitz, mulai dari jejunum
proksimal, duodenum, gaster dan esofagus.

Penyebab:

Kelainan esophagus: varises, esophagitis,


keganasan
Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung
& duodenum, keganasan, dll
Penyakit darah: leukemia, DIC, purpura
trombositopenia, dll.
Penyakit sistemik lainnya: uremia, dll
Pemakaian obat yang ulserogenik: golongan
salisilat, kortikosteroid, alkohol, dll

Tanda dan gejala:

Tanda-tanda perdarahan gastrointestinal antara lain:


1. Hipertensi portal
2. Obstruksi intestinal
3. Koagulopati
4. Epistaksis
5. Fisura ani dan hemoroid
6. Peningkatan nadi 20x/menit
7. Penurunan tekanan darah sistolik 10 mmHg
saat
dari duduk akan berdiri.
Gejala perdarahan gastrointestinal ditandai dengan darah
merah segar dari mulut, Muntahan darah merah segar atau
seperti kopi, Melena, Darah segar bercampur tinja, Darah
diluar tinja

DIAGNOSIS:

Muntah dan BAB darah warna hitam dengan


sindrom dispepsia.
Ada riwayat makan obat GAINS, jamu pegal linu,
alkohol yang menimbulkan erosi/ulkus peptikum.
Ada riwayat sakit kuning/hepatitis.
Keadaan umum pasien sakit ringan sampai berat,
dapat disertai panurunan kesadaran (prekoma.
koma hepatikum), dapat terjadi syok hipovolemik
DIAGNOSIS BANDING
Hemoptoe, hematoskezia

PEMERIKSAAN PENUNJANG:

DPL. hemostasis lengkap atau masa


perdarahan. masa pembekuan, masa
protrombin, elektrolit (Na, K., Cl),
Pemeriksaan Fungsi hati (cholinesterase.
Albumin / globulin, SGOT/SGPT.
Pertanda hepatitis B dan C.
Endoskopi SCBA diagnostik
Foto rontgen
USG hati.

KOMPLIKASI:

Syok hipovolemik
Aspirasi pneumonia
Gagal ginjal akut
Sindrom hepatorenal koma hepatikum
Anemia karena perdarahan

Penatalaksanaan:
A. Penatalaksanaan kolaboratif Intervensi
awal mencakup 4 langkah:
1) Kaji keparahan perdarahan.
2) Gantikan cairan dan produk darah untuk
mengatasi shock.
3) tegakan diagnosa penyebab perdarahan
4) Rencanakan dan Pelaksanaan perawatan
definitif.

Resusitasi Cairan & Produk Darah:


Pasang akses intravena dengan kanul
berdiameter besar
Lakukan penggantian cairan intravena: RL atau
NaCl
Kaji terus tanda-tanda vital saat cairan diganti
Jika kehilangan cairan > 1500 ml membutuhkan
penggantian darah selain cairan. Untuk itu periksa
gol darah dan cross-match
Kadang digunakan obat vasoaktif sampai cairan
seimbang untuk mempertahankan tekanan darah
dan perfusi organ vital, seperti: dopamin,
epineprin dan norefineprin untuk menstabilkan
pasien sampai dilakukan perawatan definitif.

Diagnosa Penyebab Perdarahan:


Dilakukan dengan endoskopi pleksibel
Pemasangan selang nasogastrik untuk mengkaji
tingkat perdarahan (tetapi kontroversial)
Pemeriksaan barium (double contrast untuk
lambung dan duodenum.
Pemeriksaan tsb dilakukan pada berbagai posisi
terutama pada 1/3 distal esopagus, kardia dan
fundus lambung untuk mencari ada tidaknya
varises, sedini mungkin setelah hematemisis
berhenti.
Angiografi (jika tidak terkaji dengan endoskofi

Perawatan Definitif (Terapi Endoskofi):


a) Skleroterapi, menggunakan
pensklerosis: natrium morrhuate atau
natrium tetradesil sulfat. Agen ini melukai
endotel menyebabkan nekrosis
dan
akhirnya mengakibatkan sklerosis
pembuluh yang berdarah.
b) Endoskopi tamponade termal mencakup
probe pemanas, fotokoagulasi laser &
elektrokoagulasi.

B. Bilas Lambung:
1. Dilakukan selama periode perdarahan akut
(kontroversial, karena mengganggu mekanisme
pembekuan normal.
2. Jika dinstruksikan bilas lambung maka 10002000 ml air atau normal salin steril dalam suhu
kamar dimasukan dengan menggunakan NGT.
3. Irigasi lambung dengan cairan normal saline
levarterenol agar menimbulkan vasokontriksi.
d) Pasien berresiko mengalami apsirasi lambung
karena pemasangan NGT dan peningkatan
tekanan intragastrik karena darah atau cairan
yang digunakan untuk membilas.

C. Pemberian Pitresin:
1. Dilakukan bila dengan bilas lambung atau
skleroterapi tidak menolong, maka diberikan
vasopresin (Pitresin) intravena.
2. Obat ini menurunkan tekanan vena porta dan
oleh karenanya menurunkan aliran darah pada
tempat perdarahan
3. Dosis 0,2-0,6 unit permenit. Karena
vasokontsriktor maka harus diinfuskan melalui
aliran pusat.
4. Hati-hati karena dapat terjadi hipersensitif
5. Pengaruh output urine krn sifat antidiuretiknya.

D. Mengurangi Asam Lambung:


1. Turunkan keasaman sekresi lambung,
dengan obat histamin (H2) antagonistik,
contoh: simetidin (tagamet), ranitidin
hidrokloride (zantac) dan famotidin
(pepcid)
2. Dosis tunggal dapat menurunkan sekresi
asam selama hampir 5 jam.
3. Antasid juga biasanya diberikan.

E. Memperbaiki Status
Hipokoagulasi:
1. Pemberian vitamin K dalam bentuk
fitonadion (aquaMephyton) 10 mg im
atau iv dengan lambat untuk
mengembalikan masa protrombin
menjadi normal.
2. Dapat pula diberikan plasma segar
beku.

F. Balon Tamponade:
Terdapat bermacam balon tamponade antara lain Tube
Sangstaken-Blakemore, Minnesota, atau LintonNachlas.
Alat ini untuk mengontrol perdaraghan GI bagian atas
karena varises esophagus.
Tube Sangstaken-Blakemore mengandung 3 lumen:
a) Balon gastrik yang dapat diinflasikan dengan 100-200
mL udara,
b) Balon esopagus yang dapat diinflasikan dengan 40
mm Hg (menggunakan spigmomanometer).
c) Lumen yang ke-3 untuk mengaspirasi isi lambung.

Sengstaken-Blakemore tube.
Image courtesy of Richard Treger, MD.

Linton-Nachlas tube.
Image courtesy of Richard Treger, MD.

G. Perawatan:
1. Pasien dipertahankan istirahat, karena
gerakan seperti batuk, mengejan abdomen
dapat terjadi perdarahan lanjut.
2. Bagian kepala tempat tidur tetap
ditinggikan untuk mengurangi aliran darah
ke sistem porta dan mencegah refluk ke
dalam esopagus.
3. Karena pasien tdk dapat menelan, saliva
harus sering di suction dari esopagus
bagian atas.

4. NGT harus diirigasi setiap 2 jam untuk


memastikan kepatenannya dan menjaga agar
lambung tetap kosong.
6. Lubang hidung harus sering diperiksa,
dibersihkan dan diberi pelumas untuk mencegah
area penekanan yang disebabkan selang.
7. Jangan membiarkan darah berada dalam
lambung karena akan masuk ke intestin dan
bereaksi dengan bakteri menghasilkan amonia,
yang akan diserap ke dalam aliran darah.
Sementara kemapuan hepar untuk merubah
amonia menjadi urea rusak, dan dapat terjadi
intoksikasi amonia.

H. Terapi Pembedahan:
a) Reseksi lambung (antrektomi)
b) Gastrektomi
c) Gastroentrostomi
d) Vagotomi
Billroth I : prosedur yang mencakup
vagotomi dan antrektomi dengan
anastomosis lambung pada duodenum.
Billroth II : meliputi vagotomi, reseksi
antrum dan anastomosis lambung pada
jejunum
e) Operasi dekompresi hipertensi porta

Pengkajian:
a. Anamnesis
Anamnesis: perlu ditanyakan tentang :
1) Riwayat penyakit dahulu: hepatitis,
penyakit hati menahun, alkoholisme,
penyakit lambung, pemakaian obatobat
ulserogenik dan penyakit darah
seperti leukemia, dll.
2) Tanda-gejala hemel timbul mendadak
3) Tanyakan prakiraan jumlah darah:
misalnya
satu gelas, dua gelas atau
lainnya.

b. Pemeriksaan Fisik :
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Nadi, tekanan darah
4) Tanda-tanda anemia
5) Gejala hipovolemia
6) Tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis
hati: spider nevi, ginekomasti, eritema
palmaris, adanya kolateral, asites,
hepatosplenomegali dan edema tungkai.

Diagnosa Keperawatan:

Defisit volume cairan berhubungan dengan


kehilangan darah akut, penggantian cepat volume
dengan cairan kristaloid.
b) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunan kapasitas angkut oksigen dan faktor- faktor
resiko aspirasi.
c) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan aliran intravena
d) Ansietas berhubungan dengan sakit kritis,
ketakutan akan kematian ataupun
kerusakan bentuk tubuh, perubahan peran dalam
lingkup sosial atau ketidakmampuan yang permanen.
a)

You might also like