Professional Documents
Culture Documents
MELENA
Ns.Seven Sitorus,S.Kep.,M.Kep
PENGERTIAN:
Penyebab:
DIAGNOSIS:
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
KOMPLIKASI:
Syok hipovolemik
Aspirasi pneumonia
Gagal ginjal akut
Sindrom hepatorenal koma hepatikum
Anemia karena perdarahan
Penatalaksanaan:
A. Penatalaksanaan kolaboratif Intervensi
awal mencakup 4 langkah:
1) Kaji keparahan perdarahan.
2) Gantikan cairan dan produk darah untuk
mengatasi shock.
3) tegakan diagnosa penyebab perdarahan
4) Rencanakan dan Pelaksanaan perawatan
definitif.
B. Bilas Lambung:
1. Dilakukan selama periode perdarahan akut
(kontroversial, karena mengganggu mekanisme
pembekuan normal.
2. Jika dinstruksikan bilas lambung maka 10002000 ml air atau normal salin steril dalam suhu
kamar dimasukan dengan menggunakan NGT.
3. Irigasi lambung dengan cairan normal saline
levarterenol agar menimbulkan vasokontriksi.
d) Pasien berresiko mengalami apsirasi lambung
karena pemasangan NGT dan peningkatan
tekanan intragastrik karena darah atau cairan
yang digunakan untuk membilas.
C. Pemberian Pitresin:
1. Dilakukan bila dengan bilas lambung atau
skleroterapi tidak menolong, maka diberikan
vasopresin (Pitresin) intravena.
2. Obat ini menurunkan tekanan vena porta dan
oleh karenanya menurunkan aliran darah pada
tempat perdarahan
3. Dosis 0,2-0,6 unit permenit. Karena
vasokontsriktor maka harus diinfuskan melalui
aliran pusat.
4. Hati-hati karena dapat terjadi hipersensitif
5. Pengaruh output urine krn sifat antidiuretiknya.
E. Memperbaiki Status
Hipokoagulasi:
1. Pemberian vitamin K dalam bentuk
fitonadion (aquaMephyton) 10 mg im
atau iv dengan lambat untuk
mengembalikan masa protrombin
menjadi normal.
2. Dapat pula diberikan plasma segar
beku.
F. Balon Tamponade:
Terdapat bermacam balon tamponade antara lain Tube
Sangstaken-Blakemore, Minnesota, atau LintonNachlas.
Alat ini untuk mengontrol perdaraghan GI bagian atas
karena varises esophagus.
Tube Sangstaken-Blakemore mengandung 3 lumen:
a) Balon gastrik yang dapat diinflasikan dengan 100-200
mL udara,
b) Balon esopagus yang dapat diinflasikan dengan 40
mm Hg (menggunakan spigmomanometer).
c) Lumen yang ke-3 untuk mengaspirasi isi lambung.
Sengstaken-Blakemore tube.
Image courtesy of Richard Treger, MD.
Linton-Nachlas tube.
Image courtesy of Richard Treger, MD.
G. Perawatan:
1. Pasien dipertahankan istirahat, karena
gerakan seperti batuk, mengejan abdomen
dapat terjadi perdarahan lanjut.
2. Bagian kepala tempat tidur tetap
ditinggikan untuk mengurangi aliran darah
ke sistem porta dan mencegah refluk ke
dalam esopagus.
3. Karena pasien tdk dapat menelan, saliva
harus sering di suction dari esopagus
bagian atas.
H. Terapi Pembedahan:
a) Reseksi lambung (antrektomi)
b) Gastrektomi
c) Gastroentrostomi
d) Vagotomi
Billroth I : prosedur yang mencakup
vagotomi dan antrektomi dengan
anastomosis lambung pada duodenum.
Billroth II : meliputi vagotomi, reseksi
antrum dan anastomosis lambung pada
jejunum
e) Operasi dekompresi hipertensi porta
Pengkajian:
a. Anamnesis
Anamnesis: perlu ditanyakan tentang :
1) Riwayat penyakit dahulu: hepatitis,
penyakit hati menahun, alkoholisme,
penyakit lambung, pemakaian obatobat
ulserogenik dan penyakit darah
seperti leukemia, dll.
2) Tanda-gejala hemel timbul mendadak
3) Tanyakan prakiraan jumlah darah:
misalnya
satu gelas, dua gelas atau
lainnya.
b. Pemeriksaan Fisik :
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Nadi, tekanan darah
4) Tanda-tanda anemia
5) Gejala hipovolemia
6) Tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis
hati: spider nevi, ginekomasti, eritema
palmaris, adanya kolateral, asites,
hepatosplenomegali dan edema tungkai.
Diagnosa Keperawatan: