Professional Documents
Culture Documents
Nama : Nurbaeti
Acara
: Filum Arthropoda
NIM
Hari/tgl.
: D611 14 010
BAB III
PEMBAHASAN
Arthropoda merupakan hewan Triploblastik Selomata. Anggota hewan ini
memiliki tubuh dan kaki beruas-ruas. Tubuh simetri bilateral terdiri dari kepala,
dada, dan perut. Arthropoda memiliki system pencernaan yang sempurna dimulai
dari mulut yang sudah dilengkapi dengan rahing hingga berakhir pada saluran
pengeluaran yaitu anus. System peredaran darahnya terbuka. Arthropoda bernapas
dengan trakea, insang, paru-paru, buku atau melalui saluran permukaan tubuhnya.
Sisa metabolisme biasa diekskresikan melalui pembuluh malpigi yang bermuara
pada usus. Pada umumnya, reproduksi dilakukan secara seksual tetapi ada juga yang
biseksual yaitu dengan Parthenogenesis.
Cara hidup Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas, parasit,
komensal, atau simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok hewan ini,
misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah. Habitat
penyebaran Arthropoda sangat luas. Ada yang di laut, periran tawar, gurun pasir, dan
padang rumput.
Sistem reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara seksual. Namun ada
juga yang secara aseksual, yaitu dengan partenogenesis. Partenogenesis adalah
pembentukan individu baru tanpa melalui fertilisasi (pembuahan). Individu yang
dihasilkan bersifat steril. Organ reproduksi jantan dan betina pada Arthropoda
terpisah, masing-masing menghasilkan gamet pada individu yang berbeda sehingga
bersifat dioseus (berumah dua).Hasil fertilisasi berupa telur. Berikut pembahasan
mengenai tiap sampel dari spesies Arthropoda.
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti
Acara
: Filum Arthropoda
NIM
Hari/tgl.
: D611 14 010
Keterangan:
1. Mata
2. Glabela
3. Mulut
4. Pleura
5. Axis
depan
belakang
samping
No. Sampel
01
No. Peraga
92
Filum
Arthropoda
Kelas
Trilobita
Ordo
Asaphida
Family
Asaphusidae
Genus
Asaphus
Spesies
Proses Pemfosilan
Cast
Bentuk
Komposisi Kimia
SiO2
Lingkungan Pengendapan
Laut dalam
Umur
Keterangan
Sampel fosil pertama (01) dengan nomor peraga 92 adalah contoh fosil dari
filum Arthropoda yang termasuk dalam kelas Trilobita, family Asaphusidae, genus
Asaphus, dan spesies Asaphus ekspansus (WAHLENBERG).
Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian
mengalami transportasi pada daerah cekungan sedimen oleh media geologi berupa
air, es maupun angin.
Seiring dengan berjalannya waktu organisme tersebut tertimbun dengan cepat
oleh material-material sedimen yang terakumulasi dalam cekungan sehingga
organisme tersebut terhindar dari makhluk pemangsa. Karena material-material
sedimen semakin bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin
besar sehingga terjadi proses kompaksi dan membentuk lapisan sedimen. Selama
berada dalam lapisan sedimen, bagian dari organisme yang tidak resisten terhadap
pelapukan tergantikan oleh mineral-mineral atau material-material sedimen yang
lebih resisten. Hal ini terjadi pada tulang dan cangkang binatang yang kadang
dijumpai rongga dan bagian lunak organisme lainnya. Sehingga ketika organisme
tersebut mati, air dapat mengalir melalui rongga-rongga tersebut. Kemudian air yang
mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau oksida besi masuk
ke dalam rongga tersebut yang kemudian akan mengalami presipitasi dan mengisi
rongga-rongga
tersebut
dengan
mineral.
Proses
tersebut
disebut
proses
permineralisasi. Selama proses tersebut, tulang dan cangkang asli dari organisme
mengalami pelapukan yang kemudian larut, sehingga yang tertinggal hanya cetakan
bagian dalam dari cangkang tersebut. Peristiwa masuknya mineral seperti silika,
kalsium karbonat, FeO, MnO dan FeS atau butiran-butiran mineral yang mengisi
rongga-rongga kosong di dalam sebuah organisme yang telah mati sehingga menjadi
keras/membatu dan menjadi fosil disebut cast.
Tenaga endogen yang merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi dapat
berupa proses tektonik dan aktivitas vulkanik. Proses tektonik dapat berupa
pergeseran lempeng baik lempeng yang saling menunjam atau yang saling
bergeseran atau bahkan yang saling menjauh. Aktivitas vulkanik dapat berupa erupsi
vulkanik, gempa vulkanik dan sebagainya. Tenaga endogen ini menyebabkan
terjadinya pengangkatan (up lift) atau penurunan muka air laut (sea level change)
yang mengakibatkan terangkatnya fosil ke permukaan. Tenaga eksogen yang
merupakan tenaga yang berasal dari luar bumi berupa air hujan atau angin yang
menyebabkan terjadinya proses pelapukan dan pengikisan pada lapisan yang
terdapat fosil, hingga menyebabkan tersingkapnya suatu organism yang telah
membatu tadi ke permukaan yang kemudian dikenali sebagai fosil.
Bagian-bagian tubuh yang dapat dikenali dari fosil ini adalah mata, mulut,
pleura atau garis melintang horizontal dibagian pungung yang terletak dibagian
pinggir, axis yaitu garis melintang horizontal yang terletak dipunggung bagian
tengah fosil, dan yang terakhir adalah Glabela yang merupakan daerah yang terletak
diantara kedua mata fosil, jika dianalogikan seperti manusia maka gladela
merupakan daerah jidat. Berdasarkan bagian-bagian tubuh fosil yang terlihat, maka
dapat disimpulkan bahwa fosil ini tidak mengalami transportasi karena bagian
tubuhnya lengkap.
Fosil ini tidak bereaksi ketika ditetesi larutan HCl, yang menandakan bahwa
komposisi kimianya berupa silika (SiO2). Dilihat dari komposisi kimianya, maka
lingkungan pengendapannya berada pada lingkungan laut dalam. Sedangkan,
berdasarkan Skala Waktu Geologi fosil ini hidup pada zaman Ordovisium Bawah
atau sekitar 500-450 juta tahun yang lalu.
Kegunaan fosil ini yaitu sebagai penentu umur relatif dari suatu lapisan
sedimen, penentu suatu lingkungan pengendapan serta sebagai bukti dari kehidupan
masa lampau.
Referensi:
Buku Lapangan
http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti
Acara
: Filum Arthropoda
NIM
Hari/tgl.
: D611 14 010
Keterangan:
1. Mata
2. Glabela
3. Mulut
4. Axis
5. pleura
depan
belakang
samping
No. Sampel
02
No. Peraga
692
Filum
Arthropoda
Kelas
Trilobita
Ordo
Proetida
Family
Proetusidae
Genus
Proetus
Spesies
Proses Pemfosilan
Cast
Bentuk
Komposisi Kimia
SiO2
Lingkungan Pengendapan
Laut dalam
Umur
Keterangan
Sampel fosil kedua (02) dengan nomor peraga 92 adalah contoh fosil dari filum
Arthropoda yang termasuk dalam kelas Trilobita, family Proetusidae, genus
Proetusidae, dan spesies Proetus bohemicus HAWLE CORDA.
Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian
mengalami transportasi pada daerah cekungan sedimen oleh media geologi berupa
air, es maupun angin.
Seiring
tersebut
dengan
mineral.
Proses
tersebut
disebut
proses
permineralisasi. Selama proses tersebut, tulang dan cangkang asli dari organisme
mengalami pelapukan yang kemudian larut, sehingga yang tertinggal hanya cetakan
bagian dalam dari cangkang tersebut. Peristiwa masuknya mineral seperti silika,
kalsium karbonat, FeO, MnO dan FeS atau butiran-butiran mineral yang mengisi
rongga-rongga kosong di dalam sebuah organisme yang telah mati sehingga menjadi
keras/membatu dan menjadi fosil disebut cast.
Tenaga endogen yang merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi dapat
berupa proses tektonik dan aktivitas vulkanik. Proses tektonik dapat berupa
pergeseran lempeng baik lempeng yang saling menunjam atau yang saling
bergeseran atau bahkan yang saling menjauh. Aktivitas vulkanik dapat berupa erupsi
vulkanik, gempa vulkanik dan sebagainya. Tenaga endogen ini menyebabkan
terjadinya pengangkatan (up lift) atau penurunan muka air laut (sea level change)
yang mengakibatkan terangkatnya fosil ke permukaan. Tenaga eksogen yang
merupakan tenaga yang berasal dari luar bumi berupa air hujan atau angin yang
menyebabkan terjadinya proses pelapukan dan pengikisan pada lapisan yang
terdapat fosil, hingga menyebabkan tersingkapnya suatu organism yang telah
membatu tadi ke permukaan yang kemudian dikenali sebagai fosil.
Bagian-bagian tubuh yang dapat dikenali dari fosil ini adalah mata, mulut,
pleura atau garis melintang horizontal dibagian pungung yang terletak dibagian
pinggir, axis yaitu garis melintang horizontal yang terletak dipunggung bagian
tengah fosil, dan yang terakhir adalah Glabela yang merupakan daerah yang terletak
diantara kedua mata fosil, jika dianalogikan seperti manusia maka gladela
merupakan daerah jidat. Berdasarkan bagian-bagian tubuh fosil yang terlihat, maka
dapat disimpulkan bahwa fosil ini tidak mengalami transportasi karena bagian
tubuhnya lengkap.
Fosil ini tidak bereaksi ketika ditetesi larutan HCl, yang menandakan bahwa
komposisi kimianya berupa silika (SiO2). Dilihat dari komposisi kimianya, maka
lingkungan pengendapannya berada pada lingkungan laut dalam. Sedangkan,
berdasarkan Skala Waktu Geologi fosil ini hidup pada zaman Ordovisium Bawah
atau sekitar 370-395 juta tahun yang lalu.
Kegunaan fosil ini yaitu sebagai penentu umur relatif dari suatu lapisan
sedimen, penentu suatu lingkungan pengendapan serta sebagai bukti dari kehidupan
masa lampau.
Referensi:
Buku lapangan
http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti
Acara
: Filum Arthropoda
NIM
Hari/tgl.
: D611 14 010
Keterangan:
1. Mata
2. Glabela
3. Mulut
4. Axis
5. Pleura
depan
belakang
samping
No. Sampel
03
No. Peraga
325
Filum
Arthropoda
Kelas
Trilobita
Ordo
Redlichiida
Family
Microspiriferidae
Genus
Microspirifer
Spesies
Proses Pemfosilan
Cast
Bentuk
Komposisi Kimia
SiO2
Lingkungan Pengendapan
Laut dalam
Umur
Keterangan
Sampel fosil ketiga (03) dengan nomor peraga 325 adalah contoh fosil dari filum
Arthropoda yang termasuk dalam kelas Trilobita, family Microspiriferidae, genus
Microspirifer, dan spesies Microspirifer mucronatus (CONRAD).
Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian
mengalami transportasi pada daerah cekungan sedimen oleh media geologi berupa
air, es maupun angin.
Seiring dengan berjalannya waktu organisme tersebut tertimbun dengan cepat
oleh material-material sedimen yang terakumulasi dalam cekungan sehingga
organisme tersebut terhindar dari makhluk pemangsa. Karena material-material
sedimen semakin bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin
besar sehingga terjadi proses kompaksi dan membentuk lapisan sedimen. Selama
berada dalam lapisan sedimen, bagian dari organisme yang tidak resisten terhadap
pelapukan tergantikan oleh mineral-mineral atau material-material sedimen yang
lebih resisten. Hal ini terjadi pada tulang dan cangkang binatang yang kadang
dijumpai rongga dan bagian lunak organisme lainnya. Sehingga ketika organisme
tersebut mati, air dapat mengalir melalui rongga-rongga tersebut. kemudian air yang
mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau oksida besi masuk
ke dalam rongga tersebut yang kemudian akan mengalami presipitasi dan mengisi
rongga-rongga
tersebut
dengan
mineral.
Proses
tersebut
disebut
proses
permineralisasi. Selama proses tersebut, tulang dan cangkang asli dari organisme
mengalami pelapukan yang kemudian larut, sehingga yang tertinggal hanya cetakan
bagian dalam dari cangkang tersebut. Peristiwa masuknya mineral seperti silika,
kalsium karbonat, FeO, MnO dan FeS atau butiran-butiran mineral yang mengisi
rongga-rongga kosong di dalam sebuah organisme yang telah mati sehingga menjadi
keras/membatu dan menjadi fosil disebut cast.
Tenaga endogen yang merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi dapat
berupa proses tektonik dan aktivitas vulkanik. Proses tektonik dapat berupa
pergeseran lempeng baik lempeng yang saling menunjam atau yang saling
bergeseran atau bahkan yang saling menjauh. Aktivitas vulkanik dapat berupa erupsi
vulkanik, gempa vulkanik dan sebagainya. Tenaga endogen ini menyebabkan
terjadinya pengangkatan (up lift) atau penurunan muka air laut (sea level change)
yang mengakibatkan terangkatnya fosil ke permukaan. Tenaga eksogen yang
merupakan tenaga yang berasal dari luar bumi berupa air hujan atau angin yang
menyebabkan terjadinya proses pelapukan dan pengikisan pada lapisan yang
terdapat fosil, hingga menyebabkan tersingkapnya suatu organism yang telah
membatu tadi ke permukaan yang kemudian dikenali sebagai fosil.
Bagian-bagian tubuh yang dapat dikenali dari fosil ini adalah mata, mulut,
pleura atau garis melintang horizontal dibagian pungung yang terletak dibagian
pinggir, axis yaitu garis melintang horizontal yang terletak dipunggung bagian
tengah fosil, dan yang terakhir adalah Glabela yang merupakan daerah yang terletak
diantara kedua mata fosil, jika dianalogikan seperti manusia maka gladela
merupakan daerah jidat. Berdasarkan bagian-bagian tubuh fosil yang terlihat, maka
dapat disimpulkan bahwa fosil ini tidak mengalami transportasi karena bagian
tubuhnya lengkap.
Fosil ini tidak bereaksi ketika ditetesi larutan HCl, yang menandakan bahwa
komposisi kimianya berupa silika (SiO2). Dilihat dari komposisi kimianya, maka
lingkungan pengendapannya berada pada lingkungan laut dalam. Sedangkan,
berdasarkan Skala Waktu Geologi fosil ini hidup pada zaman Ordovisium Bawah
atau sekitar 360-370 juta tahun yang lalu.
Kegunaan fosil ini yaitu sebagai penentu umur relatif dari suatu lapisan
sedimen, penentu suatu lingkungan pengendapan serta sebagai bukti dari kehidupan
masa lampau.
Referensi:
Buku Lapangan
http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti
Acara
: Filum Arthropoda
NIM
Hari/tgl.
: D611 14 010
Keterangan:
1. Mata
2. Glabela
3. Mulut
4. Axis
5. Pleura
depan
belakang
samping
No. Sampel
04
No. Peraga
170
Filum
Arthropoda
Kelas
Trilobita
Ordo
Family
Homotelusidae
Genus
Homotelus
Spesies
Proses Pemfosilan
Cast
Bentuk
Konveks
Komposisi Kimia
SiO2
Lingkungan Pengendapan
Laut dalam
Umur
Keterangan
Fosil dengan nomor sampel 04, nomor peraga 170 adalah contoh fosil dari
filum Arthropoda yang termasuk dalam kelas Trilobita, family Homotelusidae, genus
Homotelus, dan spesies Homotelus bromidensis ESKER.
Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian
mengalami transportasi pada daerah cekungan sedimen oleh media geologi berupa
air, es maupun angin.
Seiring dengan berjalannya waktu organisme tersebut tertimbun dengan cepat
oleh material-material sedimen yang terakumulasi dalam cekungan sehingga
organisme tersebut terhindar dari makhluk pemangsa. Karena material-material
sedimen semakin bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin
besar sehingga terjadi proses kompaksi dan membentuk lapisan sedimen. Selama
berada dalam lapisan sedimen, bagian dari organisme yang tidak resisten terhadap
pelapukan tergantikan oleh mineral-mineral atau material-material sedimen yang
lebih resisten. Hal ini terjadi pada tulang dan cangkang binatang yang kadang
dijumpai rongga dan bagian lunak organisme lainnya. Sehingga ketika organisme
tersebut mati, air dapat mengalir melalui rongga-rongga tersebut. kemudian air yang
mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau oksida besi masuk
ke dalam rongga tersebut yang kemudian akan mengalami presipitasi dan mengisi
rongga-rongga
tersebut
dengan
mineral.
Proses
tersebut
disebut
proses
permineralisasi. Selama proses tersebut, tulang dan cangkang asli dari organisme
mengalami pelapukan yang kemudian larut, sehingga yang tertinggal hanya cetakan
bagian dalam dari cangkang tersebut. Peristiwa masuknya mineral seperti silika,
kalsium karbonat, FeO, MnO dan FeS atau butiran-butiran mineral yang mengisi
rongga-rongga kosong di dalam sebuah organisme yang telah mati sehingga menjadi
keras/membatu dan menjadi fosil disebut cast.
Tenaga endogen yang merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi dapat
berupa proses tektonik dan aktivitas vulkanik. Proses tektonik dapat berupa
pergeseran lempeng baik lempeng yang saling menunjam atau yang saling
bergeseran atau bahkan yang saling menjauh. Aktivitas vulkanik dapat berupa erupsi
vulkanik, gempa vulkanik dan sebagainya. Tenaga endogen ini menyebabkan
terjadinya pengangkatan (up lift) atau penurunan muka air laut (sea level change)
yang mengakibatkan terangkatnya fosil ke permukaan. Tenaga eksogen yang
merupakan tenaga yang berasal dari luar bumi berupa air hujan atau angin yang
menyebabkan terjadinya proses pelapukan dan pengikisan pada lapisan yang
terdapat fosil, hingga menyebabkan tersingkapnya suatu organism yang telah
membatu tadi ke permukaan yang kemudian dikenali sebagai fosil.
Bagian-bagian tubuh yang dapat dikenali dari fosil ini adalah mata, mulut,
pleura atau garis melintang horizontal dibagian pungung yang terletak dibagian
pinggir, axis yaitu garis melintang horizontal yang terletak dipunggung bagian
tengah fosil, dan yang terakhir adalah glabela yang merupakan daerah yang terletak
diantara kedua mata fosil, jika dianalogikan seperti manusia maka gladela
merupakan daerah jidat. Berdasarkan bagian-bagian tubuh fosil yang terlihat, maka
dapat disimpulkan bahwa fosil ini tidak mengalami transportasi karena bagian
tubuhnya lengkap.
Fosil ini tidak bereaksi ketika ditetesi larutan HCl, yang menandakan bahwa
komposisi kimianya berupa silika (SiO2). Dilihat dari komposisi kimianya, maka
lingkungan pengendapannya berada pada lingkungan laut dalam. Sedangkan,
berdasarkan Skala Waktu Geologi fosil ini hidup pada zaman Ordovisium Bawah
atau sekitar 450-500 juta tahun yang lalu.
Kegunaan fosil ini yaitu sebagai penentu umur relatif dari suatu lapisan
sedimen, penentu suatu lingkungan pengendapan serta sebagai bukti dari kehidupan
masa lampau.
Referensi:
Buku Lapangan
http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti
Acara
: Filum Arthropoda
NIM
Hari/tgl.
: D611 14 010
Keterangan:
1. mata
2. glabela
3. mulut
4. axis
5. pleura
depan
belakang
samping
No. Sampel
05
No. Peraga
280
Filum
Arthropoda
Kelas
Trilobita
Ordo
Family
Trimerusidae
Genus
Trimerus
Spesies
Proses Pemfosilan
Cast
Bentuk
Konveks
Komposisi Kimia
SiO2
Lingkungan Pengendapan
Laut dalam
Umur
Keterangan
Fosil dengan nomor sampel 05, peraga 280 adalah contoh fosil dari filum
Arthropoda yang termasuk dalam kelas Trilobita, family Trimerusidae, genus
Trimerus, dan spesies Trimerus delphinocephalus GREEN.
Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian
mengalami transportasi pada daerah cekungan sedimen oleh media geologi berupa
air, es maupun angin.
Seiring dengan berjalannya waktu organisme tersebut tertimbun dengan cepat
oleh material-material sedimen yang terakumulasi dalam cekungan sehingga
organisme tersebut terhindar dari makhluk pemangsa. Karena material-material
sedimen semakin bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin
besar sehingga terjadi proses kompaksi dan membentuk lapisan sedimen. Selama
berada dalam lapisan sedimen, bagian dari organisme yang tidak resisten terhadap
pelapukan tergantikan oleh mineral-mineral atau material-material sedimen yang
lebih resisten. Hal ini terjadi pada tulang dan cangkang binatang yang kadang
dijumpai rongga dan bagian lunak organisme lainnya. Sehingga ketika organisme
tersebut mati, air dapat mengalir melalui rongga-rongga tersebut. kemudian air yang
mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau oksida besi masuk
ke dalam rongga tersebut yang kemudian akan mengalami presipitasi dan mengisi
rongga-rongga
tersebut
dengan
mineral.
Proses
tersebut
disebut
proses
permineralisasi. Selama proses tersebut, tulang dan cangkang asli dari organisme
mengalami pelapukan yang kemudian larut, sehingga yang tertinggal hanya cetakan
bagian dalam dari cangkang tersebut. Peristiwa masuknya mineral seperti silika,
kalsium karbonat, FeO, MnO dan FeS atau butiran-butiran mineral yang mengisi
rongga-rongga kosong di dalam sebuah organisme yang telah mati sehingga menjadi
keras/membatu dan menjadi fosil disebut cast.
Tenaga endogen yang merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi dapat
berupa proses tektonik dan aktivitas vulkanik. Proses tektonik dapat berupa
pergeseran lempeng baik lempeng yang saling menunjam atau yang saling
bergeseran atau bahkan yang saling menjauh. Aktivitas vulkanik dapat berupa erupsi
vulkanik, gempa vulkanik dan sebagainya. Tenaga endogen ini menyebabkan
terjadinya pengangkatan (up lift) atau penurunan muka air laut (sea level change)
yang mengakibatkan terangkatnya fosil ke permukaan. Tenaga eksogen yang
merupakan tenaga yang berasal dari luar bumi berupa air hujan atau angin yang
menyebabkan terjadinya proses pelapukan dan pengikisan pada lapisan yang
terdapat fosil, hingga menyebabkan tersingkapnya suatu organism yang telah
membatu tadi ke permukaan yang kemudian dikenali sebagai fosil.
Bagian-bagian tubuh yang dapat dikenali dari fosil ini adalah mata, mulut,
pleura atau garis melintang horizontal dibagian pungung yang terletak dibagian
pinggir, axis yaitu garis melintang horizontal yang terletak dipunggung bagian
tengah fosil, dan yang terakhir adalah Glabela yang merupakan daerah yang terletak
diantara kedua mata fosil, jika dianalogikan seperti manusia maka gladela
merupakan daerah jidat. Berdasarkan bagian-bagian tubuh fosil yang terlihat, maka
dapat disimpulkan bahwa fosil ini tidak mengalami transportasi karena bagian
tubuhnya lengkap.
Fosil ini tidak bereaksi ketika ditetesi larutan HCl, yang menandakan bahwa
komposisi kimianya berupa silika (SiO2). Dilihat dari komposisi kimianya, maka
lingkungan pengendapannya berada pada lingkungan laut dalam. Sedangkan,
berdasarkan Skala Waktu Geologi fosil ini hidup pada zaman Ordovisium Bawah
atau sekitar 423-435 juta tahun yang lalu.
Kegunaan fosil ini yaitu sebagai penentu umur relatif dari suatu lapisan
sedimen, penentu suatu lingkungan pengendapan serta sebagai bukti dari kehidupan
masa lampau.
Referensi:
Buku Lapangan
http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti
Acara
: Filum Arthropoda
NIM
Hari/tgl.
: D611 14 010
Keterangan:
depan
belakang
Mata
Glabela
Mulut
Axis
Pleura
samping
No. Sampel
06
No. Peraga
853
Filum
Arthropoda
Kelas
Trilobita
Ordo
Lichida
Family
Phacopsidae
Genus
Phacops
Spesies
Proses Pemfosilan
Cast
Bentuk
Komposisi Kimia
SiO2
Lingkungan Pengendapan
Laut dalam
Umur
Keterangan
Fosil dengan nomor sampel 06, nomor peraga 853 adalah contoh fosil dari
filum Arthropoda yang termasuk dalam kelas Trilobita, family Phacopsidae, genus
Phacops, dan spesies Phacops slateri KOZL.
Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian
mengalami transportasi pada daerah cekungan sedimen oleh media geologi berupa
air, es maupun angin.
Seiring dengan berjalannya waktu organisme tersebut tertimbun dengan cepat
oleh material-material sedimen yang terakumulasi dalam cekungan sehingga
organisme tersebut terhindar dari makhluk pemangsa. Karena material-material
sedimen semakin bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin
besar sehingga terjadi proses kompaksi dan membentuk lapisan sedimen. Selama
berada dalam lapisan sedimen, bagian dari organisme yang tidak resisten terhadap
pelapukan tergantikan oleh mineral-mineral atau material-material sedimen yang
lebih resisten. Hal ini terjadi pada tulang dan cangkang binatang yang kadang
dijumpai rongga dan bagian lunak organisme lainnya. Sehingga ketika organisme
tersebut mati, air dapat mengalir melalui rongga-rongga tersebut. kemudian air yang
mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau oksida besi masuk
ke dalam rongga tersebut yang kemudian akan mengalami presipitasi dan mengisi
rongga-rongga
tersebut
dengan
mineral.
Proses
tersebut
disebut
proses
permineralisasi. Selama proses tersebut, tulang dan cangkang asli dari organisme
mengalami pelapukan yang kemudian larut, sehingga yang tertinggal hanya cetakan
bagian dalam dari cangkang tersebut. Peristiwa masuknya mineral seperti silika,
kalsium karbonat, FeO, MnO dan FeS atau butiran-butiran mineral yang mengisi
rongga-rongga kosong di dalam sebuah organisme yang telah mati sehingga menjadi
keras/membatu dan menjadi fosil disebut cast.
Tenaga endogen yang merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi dapat
berupa proses tektonik dan aktivitas vulkanik. Proses tektonik dapat berupa
pergeseran lempeng baik lempeng yang saling menunjam atau yang saling
bergeseran atau bahkan yang saling menjauh. Aktivitas vulkanik dapat berupa erupsi
vulkanik, gempa vulkanik dan sebagainya. Tenaga endogen ini menyebabkan
terjadinya pengangkatan (up lift) atau penurunan muka air laut (sea level change)
yang mengakibatkan terangkatnya fosil ke permukaan. Tenaga eksogen yang
merupakan tenaga yang berasal dari luar bumi berupa air hujan atau angin yang
menyebabkan terjadinya proses pelapukan dan pengikisan pada lapisan yang
terdapat fosil, hingga menyebabkan tersingkapnya suatu organism yang telah
membatu tadi ke permukaan yang kemudian dikenali sebagai fosil.
Bagian-bagian tubuh yang dapat dikenali dari fosil ini adalah mata, mulut,
pleura atau garis melintang horizontal dibagian pungung yang terletak dibagian
pinggir, axis yaitu garis melintang horizontal yang terletak dipunggung bagian
tengah fosil, dan yang terakhir adalah Glabela yang merupakan daerah yang terletak
diantara kedua mata fosil, jika dianalogikan seperti manusia maka gladela
merupakan daerah jidat. Berdasarkan bagian-bagian tubuh fosil yang terlihat, maka
dapat disimpulkan bahwa fosil ini tidak mengalami transportasi karena bagian
tubuhnya lengkap.
Fosil ini tidak bereaksi ketika ditetesi larutan HCl, yang menandakan bahwa
komposisi kimianya berupa silika (SiO2). Dilihat dari komposisi kimianya, maka
lingkungan pengendapannya berada pada lingkungan laut dalam. Sedangkan,
berdasarkan Skala Waktu Geologi fosil ini hidup pada zaman Ordovisium Bawah
atau sekitar 370-395 juta tahun yang lalu.
Kegunaan fosil ini yaitu sebagai penentu umur relatif dari suatu lapisan
sedimen, penentu suatu lingkungan pengendapan serta sebagai bukti dari kehidupan
masa lampau.
Referensi:
Buku Lapangan
http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti
Acara
: Filum Arthropoda
NIM
Hari/tgl.
: D611 14 010
Keterangan:
depan
belakang
Mata
Glabela
Mulut
Axis
Pleura
samping
No. Sampel
07
No. Peraga
172
Filum
Arthropoda
Kelas
Trilobita
Ordo
phacopida
Family
Calymenenidae
Genus
Calymene
Spesies
Proses Pemfosilan
Cast
Bentuk
Komposisi Kimia
SiO2
Lingkungan Pengendapan
Laut dalam
Umur
Keterangan
Fosil dengan nomor sampel 07, nomor peraga 92 adalah contoh fosil dari
filum Arthropoda yang termasuk dalam kelas Trilobita family Calymenenidae, genus
Calymene, dan spesies Calymene blumenbachi BGN.
Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian
mengalami transportasi pada daerah cekungan sedimen oleh media geologi berupa
air, es maupun angin.
Seiring dengan berjalannya waktu organisme tersebut tertimbun dengan cepat
oleh material-material sedimen yang terakumulasi dalam cekungan sehingga
organisme tersebut terhindar dari makhluk pemangsa. Karena material-material
sedimen semakin bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin
besar sehingga terjadi proses kompaksi dan membentuk lapisan sedimen. Selama
berada dalam lapisan sedimen, bagian dari organisme yang tidak resisten terhadap
pelapukan tergantikan oleh mineral-mineral atau material-material sedimen yang
lebih resisten. Hal ini terjadi pada tulang dan cangkang binatang yang kadang
dijumpai rongga dan bagian lunak organisme lainnya. Sehingga ketika organisme
tersebut mati, air dapat mengalir melalui rongga-rongga tersebut. kemudian air yang
mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau oksida besi masuk
ke dalam rongga tersebut yang kemudian akan mengalami presipitasi dan mengisi
rongga-rongga
tersebut
dengan
mineral.
Proses
tersebut
disebut
proses
permineralisasi. Selama proses tersebut, tulang dan cangkang asli dari organisme
mengalami pelapukan yang kemudian larut, sehingga yang tertinggal hanya cetakan
bagian dalam dari cangkang tersebut. Peristiwa masuknya mineral seperti silika,
kalsium karbonat, FeO, MnO dan FeS atau butiran-butiran mineral yang mengisi
rongga-rongga kosong di dalam sebuah organisme yang telah mati sehingga menjadi
keras/membatu dan menjadi fosil disebut cast.
Tenaga endogen yang merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi dapat
berupa proses tektonik dan aktivitas vulkanik. Proses tektonik dapat berupa
pergeseran lempeng baik lempeng yang saling menunjam atau yang saling
bergeseran atau bahkan yang saling menjauh. Aktivitas vulkanik dapat berupa erupsi
vulkanik, gempa vulkanik dan sebagainya. Tenaga endogen ini menyebabkan
terjadinya pengangkatan (up lift) atau penurunan muka air laut (sea level change)
yang mengakibatkan terangkatnya fosil ke permukaan. Tenaga eksogen yang
merupakan tenaga yang berasal dari luar bumi berupa air hujan atau angin yang
menyebabkan terjadinya proses pelapukan dan pengikisan pada lapisan yang
terdapat fosil, hingga menyebabkan tersingkapnya suatu organism yang telah
membatu tadi ke permukaan yang kemudian dikenali sebagai fosil.
Bagian-bagian tubuh yang dapat dikenali dari fosil ini adalah mata, mulut,
pleura atau garis melintang horizontal dibagian pungung yang terletak dibagian
pinggir, axis yaitu garis melintang horizontal yang terletak dipunggung bagian
tengah fosil, dan yang terakhir adalah Glabela yang merupakan daerah yang terletak
diantara kedua mata fosil, jika dianalogikan seperti manusia maka gladela
merupakan daerah jidat. Berdasarkan bagian-bagian tubuh fosil yang terlihat, maka
dapat disimpulkan bahwa fosil ini tidak mengalami transportasi karena bagian
tubuhnya lengkap.
Fosil ini tidak bereaksi ketika ditetesi larutan HCl, yang menandakan bahwa
komposisi kimianya berupa silika (SiO2). Dilihat dari komposisi kimianya, maka
lingkungan pengendapannya berada pada lingkungan laut dalam. Sedangkan,
berdasarkan Skala Waktu Geologi fosil ini hidup pada zaman Silur Bawah atau
sekitar 423-436 juta tahun yang lalu.
Kegunaan fosil ini yaitu sebagai penentu umur relatif dari suatu lapisan
sedimen, penentu suatu lingkungan pengendapan serta sebagai bukti dari kehidupan
masa lampau.
Referensi:
Buku Lapangan
http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
Nama : Nurbaeti
Acara
: Filum Arthropoda
NIM
Hari/tgl.
: D611 14 010
Keterangan:
Ventral
dorsal
mata
glabela
mulut
axis
pleura
samping
No. Sampel
08
No. Peraga
443
Filum
Arthropoda
Kelas
Trilobita
Ordo
Harpetida
Family
Harpesidae
Genus
Harpes
Spesies
Proses Pemfosilan
Cast
Bentuk
Konveks
Komposisi Kimia
SiO2
Lingkungan Pengendapan
Laut dalam
Umur
Keterangan
Fosil denrgan nomor sampel 08, nomor peraga 443 adalah contoh fosil dari filum
Arthropoda yang termasuk dalam kelas Trilobita, family Harpesidae, genus Harpes,
dan spesies Harpes macrocephalus GOLDF).
Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian
mengalami transportasi pada daerah cekungan sedimen oleh media geologi berupa
air, es maupun angin.
Seiring dengan berjalannya waktu organisme tersebut tertimbun dengan cepat
oleh material-material sedimen yang terakumulasi dalam cekungan sehingga
organisme tersebut terhindar dari makhluk pemangsa. Karena material-material
sedimen semakin bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin
besar sehingga terjadi proses kompaksi dan membentuk lapisan sedimen. Selama
berada dalam lapisan sedimen, bagian dari organisme yang tidak resisten terhadap
pelapukan tergantikan oleh mineral-mineral atau material-material sedimen yang
lebih resisten. Hal ini terjadi pada tulang dan cangkang binatang yang kadang
dijumpai rongga dan bagian lunak organisme lainnya. Sehingga ketika organisme
tersebut mati, air dapat mengalir melalui rongga-rongga tersebut. kemudian air yang
mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau oksida besi masuk
ke dalam rongga tersebut yang kemudian akan mengalami presipitasi dan mengisi
rongga-rongga
tersebut
dengan
mineral.
Proses
tersebut
disebut
proses
permineralisasi. Selama proses tersebut, tulang dan cangkang asli dari organisme
mengalami pelapukan yang kemudian larut, sehingga yang tertinggal hanya cetakan
bagian dalam dari cangkang tersebut. Peristiwa masuknya mineral seperti silika,
kalsium karbonat, FeO, MnO dan FeS atau butiran-butiran mineral yang mengisi
rongga-rongga kosong di dalam sebuah organisme yang telah mati sehingga menjadi
keras/membatu dan menjadi fosil disebut cast.
Tenaga endogen yang merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi dapat
berupa proses tektonik dan aktivitas vulkanik. Proses tektonik dapat berupa
pergeseran lempeng baik lempeng yang saling menunjam atau yang saling
bergeseran atau bahkan yang saling menjauh. Aktivitas vulkanik dapat berupa erupsi
vulkanik, gempa vulkanik dan sebagainya. Tenaga endogen ini menyebabkan
terjadinya pengangkatan (up lift) atau penurunan muka air laut (sea level change)
yang mengakibatkan terangkatnya fosil ke permukaan. Tenaga eksogen yang
merupakan tenaga yang berasal dari luar bumi berupa air hujan atau angin yang
menyebabkan terjadinya proses pelapukan dan pengikisan pada lapisan yang
terdapat fosil, hingga menyebabkan tersingkapnya suatu organism yang telah
membatu tadi ke permukaan yang kemudian dikenali sebagai fosil.
Bagian-bagian tubuh yang dapat dikenali dari fosil ini adalah mata, mulut,
pleura atau garis melintang horizontal dibagian pungung yang terletak dibagian
pinggir, axis yaitu garis melintang horizontal yang terletak dipunggung bagian
tengah fosil, dan yang terakhir adalah Glabela yang merupakan daerah yang terletak
diantara kedua mata fosil, jika dianalogikan seperti manusia maka gladela
merupakan daerah jidat. Berdasarkan bagian-bagian tubuh fosil yang terlihat, maka
dapat disimpulkan bahwa fosil ini tidak mengalami transportasi karena bagian
tubuhnya lengkap.
Fosil ini tidak bereaksi ketika ditetesi larutan HCl, yang menandakan bahwa
komposisi kimianya berupa silika (SiO2). Dilihat dari komposisi kimianya, maka
lingkungan pengendapannya berada pada lingkungan laut dalam. Sedangkan,
berdasarkan Skala Waktu Geologi fosil ini hidup pada zaman Devon Tengah atau
sekitar 360-370 juta tahun yang lalu.
Kegunaan fosil ini yaitu sebagai penentu umur relatif dari suatu lapisan
sedimen, penentu suatu lingkungan pengendapan serta sebagai bukti dari kehidupan
masa lampau.
Referensi:
Buku Lapangan
http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil