You are on page 1of 10

SAP

(Satuan Acara Penyuluhan)


PENCEGAHAN DIARE

Disusun Oleh :
MAHASISWA UNIV. UMM
Septian Editiya
Farida Nirmala
Gupita Ayu M

RUMAH SAKIT UMUM DR. SAIFUL ANWAR


MALANG
2014

LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENCEGAHAN DIARE

Pada tanggal 23 Oktober 2014 di R. 7A RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Disusun Oleh :
MAHASISWA UNIV. UMM
Septian Editiya
Farida Nirmala
Gupita Ayu M

Telah Disetujui Oleh :


Pembimbing Klinik

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan

: Pencegahan diare

Sub Pokok Bahasan

Penyuluhan tentang pencegahan diare pada

orang tua
Sasaran

: Orang tua pasien diare di R. 7A RSAA

Pelaksana

: Mahasiswa profesi ners Univ. UMM

Waktu Pelaksanaan
Tempat

: Kamis, 23 Oktober 2014, Pukul 10.00

: Ruang 7A RSAA Malang

1. Latar Belakang
1.1.
Fenomena
Diare adalah Suatu keadaan dimana seseorang berak encer (biasanya 4 x atau
lebih dalam sehari) disertai muntah, badan lesu dan lemah, panas tidak ada nafsu
makan, darah dan lendir dalam kotoran. Diare masih merupakan masalah kesehatan
nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di
Indonesia rata- rata akan mengalami diare 2- 3 kali pertahun. Meskipun dari data
yang didapat angka kejadian diare bukanlah merupakan angka terbesar dari 10
penyakit terbesar namun dapat disimpulkan bahwa pengaruh dari sanitasi lingkungan
mempengaruhi tingkat kesakitan dapat beresiko bertambah tinggi, apabila kekurang
sadaran SDM terhadap lingkungan sekitar. Tindakan yang dapat menekan angka
kejadian dapat dilakukan disekitar kita sendiri dengan memperhatikan sanitasi
terhadap lingkungan higiene. Penyakit diare merupakan penyebab no 2 angka
kesakitan dan angka kematian pada anak- anak, khususnya dikalangan usia anak
dibawah 5 tahun. Berbagai faktor mempengaruhi kejadian diare, diantaranya adalah
faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan
perilaku masyarakat. Kepedulian individu terhaap prinsip higiene sangat mendukung
dalam menekan perkembangan penyakit diare. Sehingga pemerintah mengharapkan

masyarakat dapat bekerja sama dalam mewujudkan sehat sejahtera. Dengan


diperkenalkannya oralit, angka kematian akibat diare telah sangat menurun. Namun
demikian, balita yang mengalami gizi kurang masih cukup tinggi, yang antara lain
dapat merupakan akibat penyakit diare pada anak.
Angka kejadian
Berdasarkan hasil survei Morbiditas Diare yang dilakukan Kementerian

1.2.

Kesehatan sejak tahun 1996 2010 angka kesakitan diare meningkat dari tahun 1996
hingga 2006, kemudian menurun pada tahun 2010. Pada tahun 2010 angka kesakitan
diare sebesar 441 per 1.000 penduduk. Angka ini mengalami sedikit penurunan
dibandingkan tahun 2006 yaitu 423 per 1.000 penduduk (Wijaya, 2012).
Sekitar lima juta anak di seluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia
pada tahun 70 sampai 80-an, prevalensi penyakit diare sekitar 200- 400 per 1000
penduduk per tahun. Dari angka prevalensi tersebut, 70- 80% menyerang anak
dibawah lima tahun. Data nasional Depkes menyebutkan setiap tahunnya di Indonesia
100.000 balita meninggal dunia karena diare. Itu artinya setiap hari ada 273 balita
yang meninggal dunia dengan sia- sia, sama dengan 11 jiwa meninggal setiap jamnya
atau 1 jiwa meninggal setiap 5,5 menit akibat diare (Depkes RI, 2011).
Masih seringnya terjadi wabah atau kejadian luar biasa (KLB) diare menyebabkan
pemberantasannya menjadi suatu hal yang penting. Di Indonesia KLB diare masih
terus terjadi hampir disetiap musim sepanjang tahun. KLB diare menyerang hampir
semua propinsi di Indonesia (Widoyono, 2008). Berdasarkan Profil Kesehatan
Indonesia pada tahun 2010 KLB diare terjadi di 11 provinsi dengan jumlah penderita
sebanyak 4.204 orang, jumlah kematian sebanyak 73 orang dengan CFR sebesar 1,74
% nilai CFR tersebut sama dengan CFR tahun 2009. Kecenderungan CFR diare pada
periode tahun 2006- 2010 adanya 5 peningkatan CFR yang cukup signifikan pada
tahun 2007- 2008, dari 1,79% menjadi 2,94%. Angka ini turun menjadi 1,74% pada
tahun 2009 dan 2010. Penurunan angka Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare kurang
signifikan yaitu target CFR saat KLB diharapkan < 1 %.

2. Tujuan
2.1.

Tujuan Umum

Setelah

dilakukan

penyuluhan,

para

peserta

dapat

memahami

diare

dan

pencegahannya.
2.2.
Tujuan Khusus
2.2.1. Peserta mampu menjelaskan tentang pengertian diare.
2.2.2. Peserta mampu menjelaskan penyebab dari diare.
2.2.3. Peserta mampu menjelaskan gejala dari diare.
2.2.4. Peserta mampu menjelaskan pencegahan diare.
2.2.5. Peserta mampu menjelaskan pengobatan dan penanganan dari diare.
3. Strategi Pelaksanaan
3.1 Metode : ceramah dan tanya jawab
3.2 Media
: Lembar balik & leaflet
3.3 Sasaran : pasien dan keluarga pasien
4. Lokasi
Ruang 7A RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
5. Rancangan Pelaksanaan
5.1.
Stuktur Organisasi dan Pembagian Tugas
1. Penyaji
:
2. Moderator
:
5.2.
Alokasi Waktu
90 menit.
5.3.
Denah

5.4.

= Peserta
= Penyaji
= Fasilitator & fasilitator
= Moderator
Strategi
No
Kegiatan
1 Persiapan/
Pembukaan

Kegiatan Penyuluh
Mengucapkan salam

Kegiatan Peserta
Menjawab salam

pembuka
Menanyakan kabar

Menyatakan

pengunjung

keadaannya

Menjelaskan kontrak

Memperhatikan

waktu dan tujuan


penyuluhan

Waktu
10 menit

Pelaksanaan

Menjelaskan topik yang

Mendengarkan

akan diberikan
Kegiatan inti penyuluhan

Memperhatikan

70 menit

a. Menjelaskan dan
menguraikan materi
tentang:
-

Pengertian diare
Penyebab diare
Faktor resiko
Gejala klinis
Pencegahan
Penanganan diare

b. Memberikan
kesempatan kepada
masyarakat untuk bertanya

Memberikan
pertanyaan

c. Menjawab pertanyaan
masyarakat yang
yang berkaitan dengan
materi yang belum jelas

Memperhatikan
dan mendengarkan
jawaban

yang

dikemukakan
3

Terminasi

Penyaji menegaskan

penyuluh.
Memperhatikan

kembali kesimpulan dari


topik yang sudah di bahas
sebelumnya
Mengucapkan terima

Mengucapkan

kasih atas waktu dan

kembali

terima

perhatian keluarga

kasih

kepada

mahasiswa

yang

telah memberikan
penyuluhan
Salam penutup

Menjawab salam

10 Menit

6. Evaluasi
6.1.
6.2.
6.3.

Struktur
Moderator membuka acara tepat waktu dan mampu mengatur jalannya acara.
Penyaji mampu memberikan penjelasan dan menjawab pertanyaan pasien atau
pun keluarga pasien.
Fasilitator mampu mengarahkan peserta untuk mendengarkan penyaji.
Proses
Peserta mampu menjelaskan tentang pengertian diare.
Peserta mampu menjelaskan penyebab dari diare.
Peserta mampu menjelaskan gejala dari diare.
Peserta mampu menjelaskan pencegahan diare.
Peserta mampu menjelaskan pengobatan dan penanganan dari diare.

Hasil
Pesrta mampu menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh penyaji.

MATERI PENYULUHAN DIARE


A. Pengertian
Suatu keadaan dimana seseorang berak encer (biasanya 4 x atau lebih dalam
sehari) kadang- kadang disertai mual muntah, badan lesu dan lemah, tidak selera makan, suhu
tubuh diatas normal, keluar darah dari kotoran. Konsistensi proses encer dapat berwarna hijau
atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
B. Penyebab
1. Faktor Pendidikan
Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP ke
atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik
pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah.
Diketahui juga bahwa pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
morbiditas anak balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik
tingkat kesehatan yang diperoleh si anak.
2. Faktor Pekerjaan

Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata mempunyai pendidikan
yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh atau petani.
Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi
ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga
mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit.
3. Faktor Umur Balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur 12- 24
bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25- 59 bulan.
4. Faktor Lingkungan
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang
dominan, yaitu: sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan
berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak
sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian
penyakit diare.
5. Faktor Gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu, pengobatan
dengan makanan yang baik merupakan komponen utama penyembuhan diare tersebut.
Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini
disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi
yaitu baik = 100- 90, kurang = <90- 70, buruk = <70 dengan BB per TB.
6. Faktor Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor- faktor penyebab diare.
Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya beli
yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai penyediaan air bersih yang
memenuhi persyaratan kesehatan.
7. Faktor Makanan/minuman yang dikonsumsi
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum yang tidak
dimasak dapat juga terjadi sewaktu mandi dan berkumur. Kontak kuman pada kotoran
dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian
dimasukkan ke mulut dipakai untuk memegang makanan. Kontaminasi alat- alat makan
dan dapur. Bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan:
Bakteri : Etamuba coli, salmonella, sigella.
Virus : Enterovirus, rota virus.
Parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris) Jamur (Candida albikan).
8. Faktor terhadap Laktosa (Susu kaleng)

Tidak memberikan ASI secara penuh 4- 6 bulan pada pertama kehidupan. Pada bayi yang
tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI
penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar. Menggunakan botol
susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman sehingga menyebabkan
diare. Dalam ASI mangandung antibodi yang dapat melindungi kita terhadap berbagai
kuman penyebab diare seperti Sigella dan V. Cholerae.
C. Cara Penularan Diare
Penularan diare disebut dengan istilah 4F yaitu :
- Finger (jari), kebiasaan anak yang suka memasukkan jari ke dalam mulut,
pemakaian botol susu yang tidak bersih.
- Food (makanan), menggunakan sumber air dan makanan yang tercemar.
- Feces (feses, tinja), buang air besar disembarang tempat.
- Fly (serangga), pencemaran makanan oleh serangga atau oleh tangan
D. Gejala Klinis Diare
Karena terjadinya mencret dan muntah yang terus menerus, pada awalnya anak akan
merasa haus karena telah terjadi dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) ringan. Bila tidak
ditolong, dehidrasi bertambah berat dan timbullah gejala- gejala: anak tampak cengeng,
gelisah, dan bisa tidak sadarkan diri pada dehidrasi berat. Mata tampak cekung, ubunubun cekung (pada bayi), bibir dan lidah kering, tidak tampak air mata walaupun
menangis, turgor berkurang yaitu bila kulit perut dicubit tetap berkerut, nadi melemah
sampai tidak teraba, tangan dan kaki teraba dingin, dan kencing berkurang. Pada keadaan
dehidrasi berat nafas tampak sesak karena tubuh kekurangan zat basa (menderita
asidosis). Bila terjadi kekurangan elektrolit dapat terjadi kejang.
E. Penanganan Diare di rumah
Bila anak menderita diare dan belum menderita dehidrasi, segera berikan minum
sebanyak 10 ml per kilogram berat badan setiap kali mencret agar cairan tubuh yang
hilang bersama tinja dapat diganti untuk mencegah terjadinya dehidrasi, sehingga
mencegah terjadinya kematian. Sebaiknya diberikan cairan oralit yang telah tersedia di
pasaran saat ini seperti oralit 200 ml, oralit I liter, Oralit- 200 dan Pharolit- 200 dan juga
larutan oralit siap minum seperti Pedialyte dan Renalyte. Bila tidak tersedia, dapat pula
digunakan larutan yang dapat dibuat di rumah seperti larutan garam- gula.
F. Pencegahan Diare
- BAB di kakus, tidak di kali, pantai, sawah atau sembarang tempat
- Cuci tangan sebelum makan, dan sesudah buang air besar.
- Minum air dan makanan yang sudah dimasak
- Selalu menjaga agar makanan tetap dalam keadaan bersih.

Pemberian ASI eksklusif.


Susui anak anda selama mungkin, di samping makanan lainnya sesuai umur.
Bayi yang minum susu botol lebih mudah diserang diare dari pada bayi yang
disusui ibunya. Tetaplah anak disusui walaupun anak menderita diare.

DAFTAR PUSTAKA
Sunarwati, Sularyo. 2000. Deteksi dan intervensi Dini Penyimpanagn Tumbuh Kembang Anak
dan upaya Optimilitas kualitas SDM. Jakarta.
Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Prinsip- prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Cetakan ke- 2.
Jakarta: Rineka Cipta.

You might also like