You are on page 1of 26

1

2.1. TANDA DAN GEJALA


Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil
dinyatakan

bahwa

kehamilannya

terasa

lain

dari

kehamilan

sebelumnya, karena perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan


lebih banyak dibagian bawah. Pada kehamilan pertama kalinya
mungkin belum bisa dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri dari
riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada yang sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan
bahwa Leopold I di fundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni
kepala. Leopold II teraba punggung di satu sisi dan bagian kecil di sisi
lain. Leopold III-IV teraba bokong di bagian bawah uterus. Kadangkadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah
kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Denyut
jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi pusat atau sedikit
lebih tinggi daripada umbilikus 6,7.
Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila
didiagnosis dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena
dinding perut tebal, uterus berkontraksi atau air ketuban banyak.
Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas adanya bokong vang ditandai
dengan adanya sakrum, kedua tuberositas iskii dan anus. Bila dapat
diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat
tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari vang letaknya tidak
sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama
dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong
mengalami edema sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong
dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong
dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus
mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan kedalam
mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan, mulut
dan tulang pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus dan tuberosis iskii

membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki
dapat diraba di samping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki
tidak sempuma hanya teraba satu kaki disamping bokong. Informasi
yang paling akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus untuk diagnosis
posisi6.
2.2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan jika masih ada keraguan dari pemeriksaan luar dan
dalam, sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografik atau M R I

(Magnetic

Resonance

Imaging).

Pemeriksaan ultrasonografik diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila


pemeriksaan fisik belum jelas, menentukan letak placenta, menemukan
kemungkinan cacat bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk
menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala,
menentukan adanya kelainan bawaan anak 6,7.
2.3. DIAGNOSIS
Diagnosis letak s u n g s a n g pada umumnya tidak sulit. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau
penunjang yang telah dilakukan.
1. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan perut terasa
penuh dibagian atas dan gerakan anak lebih banyak di bagian bawah
rahim. Dari riwayat kehamilan mungkin diketahui pernah melahirkan
sungsang.
2. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen yang dilakukan, antara lain6:
1) Palpasi dengan perasat Leopold didapatkan, yaitu:
Leopold I : Kepala janin yang keras dan bulat dengan balotemen
menempati bagian fundus uteri
Leopold II : Teraba punggung berada satu sisi dengan abdomen dan
bagian-bagian kecil berada pada sisi yang lain.
Leopold III : Bokong janin teraba di atas pintu atas panggul selama
engagement belum terjadi.

2) Auskultasi
Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah
sedikit diatas umbilikus, sedangkan bila ada engagement kepala
janin, denyut jantung janin terdengar di bawah umbilikus.
3. Pemeriksaan Dalam
Untuk mengetahui bokong dengan pasti, kita harus meraba os sacrum,
tuber ossis ischii, anus5.
4. Pemeriksaan Penunjang
Apabila masih ada keraguan harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik atau MRI5.
2.4. DIAGNOSIS BANDING
Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan
kehamilan dengan letak muka. Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi
Leopold masih ditemukan kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan
dalam yakni pada letak sungsang akan didapatkan jari yang dimasukkan ke
dalam anus mengalami rintangan otot dan anus dengan tuberosis iskii
sesuai garis lurus. Pada letak muka, jari masuk mulut akan meraba
tulang rahang dan alveola tanpa hambatan serta mulut dan tulang
pipi membentuk segitiga. Sedangkan dengan USG atau rontgen
sangatlah dapat dibedakan6,7.
2.10. PENATALAKSANAAN
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu, mencari kausa dari pada
letak sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa,
kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus. Jika tidak
ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position
atau dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi) 6 .

Gambar 2 . Knee Chest Position


Versi luar sebaiknya

dilakukan pada kehamilan 34-38

minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum


perlu dilakukan karena kemungkinan besar janin masih dapat
memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar
sulit dilakukan karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban
relatif telah berkurang.

Gambar 3. Versi Luar


Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak janin harus
pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik.
Kontraindikasi untuk melakukan versi luar: panggul sempit,
perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta
previa 6,7 . Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58%).
Peningkatan keberhasilan terjadi pada multiparitas, usia kehamilan,
frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi keberhasilan
versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like score).

Tabel 1. Bishop Score


Skor
0
1
2
3
Dilatasi
0 cm
1-2 cm
3-4 cm
5-6 cm
Pendataran
0-30%
40-50%
60-70%
80%
Konsistensi
Kaku
kenyal
lunak
Posisi
Posterior
medial
anterior
Turunnya kepala
-3
-2
-1 s.d 0
+1 sd +2
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot
dinding perut, penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi
kerugiannya

antara

lain:

narkosis

harus

dalam,

lepasnya

plasenta karena tidak merasakan sakit dan digunakannya tenaga


yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis dihindari pada versi
luar 7.
2. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak
ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan
letak kepala. Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah tidak
ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan
panggul, plasenta previa atau adanya tumor dalam rongga panggul 4.
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak
sungsang, maka penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan
pada letak sungsang dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal
(seksio sesaria). Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada
pembukaan dan penurunan bokong6,7. Syarat persalinan pervaginam pada
letak sungsang: bokong sempurna (complete) atau bokong murni (frank
breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar,
tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap
yaitu:

1) Persalinan bokong
a. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi
melintang atau miring.
b. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi
putaran paksi dalam sehingga trokanter depan berada di bawah
simfisis.
c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut,
sehingga distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah
panggul.
d. Terjadi pers alinan bokong, dengan trokanter depan
s ebagai hipomoklion.
e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin
untuk persalinan

trokanter

depan,

sehingga

seluruh

bokong janin lahir.


f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi
ke arah perut ibu.
g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah
lahir.
2) Persalinan bahu
a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi
melintang atau miring.
b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan
dibawah simpisis dan bertindak sebagai hipomoklion.
d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan
depan sehingga seluruh bahu janin lahir.
f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang
atau miring.
g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.

3) Persalinan kepala janin

a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi

dengan posisi dagu berada dibagian posterior.


b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian

belakang tertahan oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi


dalam dan menempatkan suboksiput sebagai hipomiklion.
c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung,

mata, dahi dan muka seluruhnya.


d. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga

seluruh kepala bayi dapat lahir.


e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas

bebas dari lendir dan mekoneum untuk memperlancar


pernafasan. Perawatan tali pusat seperti biasa. Persalinan
ini berlangsung tidak boleh lebih dari delapan menit (1-5).
JENIS-JENIS PERSALINAN SUNGSANG
Sebelum melakukan pertolongan persalinan sebaiknya dilakukan
penilaian persalinan sungsang. Metode penilaian yang lazim dipakai
adalah dari Zatuchni-Andros.
Tabel 2. Zatuchni- Andros
Skor
Paritas
Masa Gestasi
TBJ
Riwayat Presbo
Station

0
Primigravida
39 minggu
3130 gr
-3

1
Multigravida
38 minggu
3629-3175 gr
1x
-2

Pembukaan

< 2 cm

3 cm

Keterangan:
< 4 : Sectio caesaria
4
: Reevaluasi
> 4 : Pervaginam
Persalinan Pervaginam

2
37 minggu
3175 gr
2x
-1 atau lebih
rendah
>4 cm

Berdasarkan

tenaga

yang

dipakai

dalam

melahirkan

janin

pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:9


1) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan
kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara,
Bracht.
a. Tahap pertama: fase lambat, lahirnya bokong sampai dengan
umbilikus, spontan. Disebut fase lambat oleh karena pada fase ini
umumnya tidak terdapat hal-hal yang membahayakan jalannya
persalinan. Pada fase ini, penolong bersikap pasif menunggu
jalannya persalinan.
b. Tahap kedua: fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut.
Disebut fase cepat oleh karena dalam waktu < 8 menit (1 2 kali
kontraksi uterus) fase ini harus sudah berakhir. Pada fase ini, tali
pusat berada di antara kepala janin dengan PAP sehingga dapat
menyebabkan terjadinya asfiksia janin.
c. Tahap ketiga: fase lambat, lahirnya mulut sampai kepala.
Pertolongan pada tahap persalinan ini tidak boleh tergesa-gesa
oleh karena persalinan kepala yang terlalu cepat pada presentasi
sungsang dapat menyebabkan terjadinya dekompresi kepala
sehingga dapat menyebabkan perdarahan intrakranial.
d. Teknik: hiperlordosis badan bayi

10

Gambar 4. Proses Persalinan Janin dengan Presentasi Bokong


Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan
penolong tidak ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga
cara ini yang paling mendekati persalinan fisiologik, sehingga
mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak
sungsang dapat dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi peda
keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku seperti
pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.
2) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery),
janin dilahirkan sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu
dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
Indikasinya antara lain:
1. Bila pertolongan cara Bracht gagal

11

2. Elektif, karena sejak semula direncanakan pertolongan dengan


manual aid.
Tahapan dalam manual aid, antara lain:
1. Tahap pertama: lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan
2. Tahap kedua: lahirnya bahu dan lengan dengan tenaga penolong.
Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
a. Klasik (Deventer)
b. Mueller
c. Lovset
d. Bickenbach.

3. Tahap ketiga: Lahirnya kepala dengan cara:


a. Mauriceau (Veit-Smellie)
b. Najouks
c. Wigand Martin-Winckel
d. Parague terbalik
e. Cunam piper

Teknik :
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir.
Tahap kedua melahirkan bahu dan lengan oleh penolong:
1. Cara klasik

Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan


lengan belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di
ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan depan
yang berada di bawaah simpisis. Kedua kaki janin dipegang
dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati
perut ibu. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong
dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan
telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah
lengan bawah mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan
depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan

12

penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin


mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan
dilahirkan.

Gambar 5. Perasat Klasik


Keuntungan cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan
pada semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan
janin relatif tinggi di dalam panggul sehingga jari penolong harus
masuk ke dalam jalan lahir yang dapat manimbulkan infeksi.
2. Cara Mueller

Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah


melahirkan bahu dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi,
baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang. Bokong
janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari
penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk
pada krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan.
Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin
sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan
dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu depan
dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang
lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga
mengurangi infeksi.

13

Gambar 6. Perasat Mueller


3. Cara lovset

Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan


janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan
traksi curam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di
belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat
dilahirkan. Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal,
dapat dilakukan pada semua letak sungsang, minimal bahay
infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada sungsang
dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.

Gambar 7. Perasat Lovset

4. Cara Bickhenbach

Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller


dengan cara klasik.

14

Tahap ketiga: melahirkan kepala yang menyusul (after coming head)


1. Cara Mauriceau

Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke


dalam jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan
jari telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa kanina,
sedang jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan
diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin menunggang
kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain
mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua tangan
penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang
asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama
dilakukan oleh penolong yang mencengkeram leher janin dari
arah punggung. Bila suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala
dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion
sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi,
ubun-ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.

Gambar 8. Perasat Mauriceau

2. Cara Naujoks

Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari


penolong tidak dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan
penolong yang mencengkeram leher janin menarik bahu curam

15

kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong


kepala janin kearah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi karena
menimbulkan trauma yang berat.
3. Cara Prague Terbalik

Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di


belakang dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu
tangan penolong mencengkeram leher dari bawah dan punggung
janin diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong
yang lain memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik
keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut
janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion,
kepala janin dapat dilahirkan.

Gambar 9. Perasat Prague Terbalik


4. Cara Cunam Piper

Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan


kedua lengan janin diletakkan dipunggung janin. Kemudian
badan janin dielevasi ke atas sehingga punggung janin mendekati
punggung ibu. Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan
pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam
dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha
belakang. Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam

16

dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion


berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh
kepala lahir.

Gambar 10. Cunam Piper


3) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan
seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Cara
ini dilakukan hanya bila terjadi fetal distress atau ada indikasi untuk
menolong persalinan dengan ekstraksi total.
PROSEDUR PERSALINAN SUNGSANG PERABDOMINAM
Persalinan presentasi bokong dengan Sectio Cesaria merupakan cara
yang terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa
persalinan presentasi bokong secara pervaginam, memberi trauma yang
sangat berarti bagi janin, yang gejala-gejalanya akan tampak pada waktu
persalinan maupun di kemudian hari. Namun hal ini tidak berarti bahwa
semua presentasi bokong harus harus dilahirkan secara perabdominam.
Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa presentasi bokong
harus dilahirkan secara perabdominam, antara lain:
1. Primigravida tua
2. Nilai sosial janin tinggi
3. Riwayat persalinan yang buruk
4. Taksiran berat janin besar > 3500 g
5. Dicurigai terdapat kesempitan panggul
6. Prematuritas

17

Gambar 10. Syarat-Syarat Persalinan Pervaginam atau Perabdominam


2.11. KOMPLIKASI

Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:


1. Dari faktor ibu:

Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.

Infeksi

karena

terjadi

secara

ascendens

melalui

trauma

(endometritits)

Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.

2. Dari faktor bayi:

Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial,


perdarahan alat-alat vital intra-abdominal.

Infeksi karena manipulasi

Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian


leher, rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus
brachialis dan fasialis, kerusakan pusat vital di medulla oblongata,
trauma langsung alat-alat vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa

18

sampai lahir mati 6,7.


2.12. PROGNOSIS

Dibandingkan persalinan pervaginam pada presentasi belakang


kepala, morbiditas dan mortalitas ibu dan atau anak pada persalinan
sungsang pervaginam lebih besar. Morbiditas maternal adalah lebih
tingginya frekuensi persalinan operatif pada presentasi sungsang termasuk
sectio caesaria menyebabkan peningkatan morbiditas ibu antara lain5:
1. Morbiditas infeksi.
2. Ruptura uteri.
3. Laserasi servik.
4. Luka episiotomi yang meluas.
5. Atonia uteri akibat penggunaan analgesi sehingga terjadi perdarahan
pasca persalinan.
Morbiditas dan mortalitas perinatal adalah lebih tinggi dibandingkan pada
presentasi belakang kepala (vertex)5.
1. Trauma persalinan
1) Fraktura humerus dan klavikula
2) Cedera pada muskulus sternocleiodomastoideus
3) Paralisa tangan akibat cedera pada pleksus brachialis saat melahirkan
bahu
2. Persalinan preterm
3. Asfiksia intrapartum (janin sudah berusaha bernafas saat kepala masih
berada dalam jalan lahir oleh karena sebagian besar tubuh janin sudah
berada diluar jalan lahir sehingga menimbulkan refleks bernafas pada
janin)
4. Kelainan kongenital

19

BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. IDENTIFIKASI
Nama Pasien
Umur
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Agama
Nama Suami
Umur
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Agama
Alamat
Palembang
No.MedRec

: Ny. Erni Widiastuti


: 36 tahun
: SLTA
: Ibu Rumah Tangga
: Islam
: Tn. Ansar
: 29 tahun
: SLTA
: Wiraswasta
: Islam
: Kelurahan Talang Betutu, Sukarami, RT 18/ RW 07
: 627158

20

Tgl Pemeriksaan

: 4 Juni 2012

3.2. ANAMNESIS UMUM


1. Riwayat Perkawinan
2. Riwayat Sosioekonomi dan Gizi
3. Riwayat Obstetri
No.
1.
2.

Tempat
Bersalin

Tahun

Abortus
Hamil ini

2011

: 1 kali, lamanya 2 tahun


: Cukup
: G2P0A1

Hasil

Jenis

Kehamilan

Persalinan

Mati

Penyulit

Kuretase

Nifas

baik

Tidak

pernah

Anak
JK
-

BB
-

Keadaan
-

4. Riwayat Kontrasepsi

kontrasepsi
5. Riwayat Penyakit Dahulu
6. Riwayat Penyakit dalam Keluarga
7. Riwayat Kehamilan Lalu
PE/E/HEG
Perdarahan Post Partum
Penyakit-penyakit lain
Operasi yang lalu
Riwayat Imunisasi Tetanus

: Tidak ada
: Tidak ada
:
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: 2 kali, pada bulan Oktober dan

Desember
8. Riwayat Kehamilan Sekarang
Haid
Siklus
Lama
HPHT
Tafsiran tanggal persalinan
Lama hamil
Gerakan anak dirasakan
Periksa hamil

:
: Teratur, Tidak sakit
: 28 hari
: 5 hari
: lupa
::: sejak 4 bulan yang lalu
: 3 kali, pada bulan

Desember, dan April


9. Riwayat Persalinan
Dikirim oleh
His mulai sejak tanggal
Darah lendir sejak tanggal
Rasa mengedan sejak tanggal
Ketuban pecah sejak tanggal

:
: Datang sendiri
: 4 Juni 2012 Jam 15.00 WIB
: 4 Juni 2012 Jam 17.00 WIB
: Belum ada
: Belum pecah

3.3. ANAMNESIS KHUSUS


Keluhan Utama:
Mau melahirkan dengan anak letak sungsang.
Riwayat Perjalanan Penyakit:

menggunakan

Oktober,

21

5 jam SMRS, penderita mengeluh perut mules yang menjalar


hingga ke pinggang, hilang timbul, makin lama makin sering dan kuat ada.
Keluar darah lendir ada. Keluar air-air tidak ada. Penderita lalu ke bidan dan
dikatakan mau melahirkan dengan anak letak sungsang. Penderita kemudian
dirujuk ke RSMH.
Penderita mengaku hamil cukup bulan dan gerakan anak masih
dirasakan.
3.4. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
BB
: 65 kg
TB
: 152cm
Tipe Badan
: Atletikus
KU
: Tampak sakit sedang
Anemia/Ikterus : Tidak ada
Kesadaran
: Compos Mentis
Gizi
: Cukup
Payudara
: Simetris, Hiperpigmentasi areola, Erosi/Laserasi/Ulkus
tidak ada, Retraksi papil tidak ada, Massa tidak ada
Jantung
: HR 82 x/m, reguler, BJ I dan II normal, Murmur tidak ada,
Gallop tidak ada
Paru-paru
: Vesikuler normal, Ronki tidak ada, Wheezing tidak ada
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi
: 82 x/m
Pernapasan
: 20 x/m
Suhu
: 36,6oC
Hati
: Sulit dinilai
Limpa
: Sulit dinilai
Edema
: Tidak ada
Varises
: Tidak ada
Refleks
: +/+
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Fundus Uteri : 3 jari di bawah proc.xifoideus
Lingkar Perut : 32 cm
DJJ
: 142 x/m, teratur
Letak Janin
: Memanjang, Puka
Terbawah
: Bokong
Penurunan
: 4/5
His
: 2x/10/30 kuat
TBJ
: 3190 gr

22

Tanda Osborn

: Tidak dilakukan

Pemeriksaan Dalam
Portio
:
Konsistensi : Lunak
Posisi
: Medial
Pendataran
: 80%
Pembukaan : 2 cm
Ketuban
:+
Terbawah
: sakrum kanan depan
Penurunan
: H II
Penunjuk
: Belum dapat dinilai
Pemeriksaan Panggul
Promontorium : Tidak teraba
KD
: 13 cm
KV
: 11,5 cm
Linea Inominata: Teraba 2/3 bagian
Sakrum
: Lengkung cukup
Spina Ischiadika
: Tidak menonjol
Arcus Pubis
: Sudut > 90o
Dinding Samping: Lurus
Kesan Panggul : Luas
Bentuk PAP
: Ginekoid
DKP
: Tidak ada
Zatuchni-Andros : 4
Skor
Paritas
Masa Gestasi
TBJ
Riwayat Presbo
Station

0
Primigravida
39 minggu
3130 gr
-3

1
Multigravida
38 minggu
3629-3175 gr
1x
-2

Pembukaan

< 2 cm

3 cm

2
37 minggu
3175 gr
2x
-1 atau lebih
rendah
>4 cm

3.5. DIAGNOSIS KERJA


G2P0A1, Hamil Aterm Inpart Kala I Fase Laten Janin Tunggal Hidup,
Presentasi Bokong
3.6. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. DR: Hb, Ht, Leukosit, DC, Trombosit, CT, BT
2. KK: Albumin, Ureum, Kreatinin, Asam Urat, SGOT, SGPT, Bilirubin
Total, Direk, Indirek, LDH, Na, K, Cl

23

3. UR: Protein, Leukosit, Eritrosit


4. USG
3.7. TERAPI
1. IVFD RL gtt XX x/m
2. Kosongkan kandung kemih
3. Rencana partus pervaginam
3.8. PROGNOSIS
Ibu:
Quo ad Vitam
Quo ad Fungtionam

: Dubia
: Dubia

Janin:
Quo ad Vitam
Quo ad Fungtionam

: Dubia
: Dubia

BAB IV
KESIMPULAN

24

1.

Presentasi bokong (letak sungsang) merupakan keadaan dimana janin


terletak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah sehingga
kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum

2.

uteri.
Ada beberapa faktor predisposisi yang memungkinkan untuk terjadinya letak
sungsang, yaitu kelahiran prematur, plasenta terletak di daerah fundus,
bentuk irreguler dari uterus ibu, atau terdapat jaringan fibroid di bagian
bawah dari uterus, fetus yang berjumlah lebih dari satu (seperti kembar),
multiparitas, terlalu sedikit atau terlalu banyak cairan amnion, kelainan
bentuk kepala, hidrocepal atau anencepal karena kepala kurang sesuai

3.

dengan pintu atas panggul.


Klasifikasi presentasi kepala, meliputi presentasi bokong murni (Frank
Breech), presentasi bokong lengkap (Complete Breech), presentasi bokong
tidak lengkap (Incomplete Breech) yang terdiri dari kedua kaki terletak di
bawah, hanya satu kaki terletak di bawah, kedua lutut terletak paling rendah,

4.

hanya satu lutut terletak paling rendah.


Diagnosis presentasi bokong dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
abdomen dimana pada palpasi dengan perasat Leopold, auskultasi,
pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan

5.

ultrasonografik atau MRI.


Penatalaksanaan presentasi bokong dalam kehamilan (umur kehamilan 2830 minggu) adalah mencari kausa dari letak sungsang yakni dengan
USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda,
kelainan uterus. Jika tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan
knee chest position atau dengan versi luar (jika tidak ada

6.

kontraindikasi).
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu.
Kontraindikasi

7.

untuk melakukan

versi luar: panggul sempit,

perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa .


Dalam Persalinan, penatalaksanaan presentasi bokong dapat dilakukan
dengan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria) yang dinilai

25

berdasarkan skor Zatuchni-Andros. Bila ZA < 4 dilakukan section Caesar,


8.

ZA = 4, reevaluasi, dan ZA > 4 dilakukan persalinan pervaginam.


Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan
penurunan bokong. Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang:
bokong sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri,
klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio

9.

sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.


Persalinan dibagi menjadi 3, yaitu: Persalinan spontan (spontaneous breech),
manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), dan

ekstraksi sungsang (total breech extraction).


10. Kriteria presentasi bokong harus dilahirkan secara perabdominam, antara
lain: primigravida tua, nilai sosial janin tinggi, riwayat persalinan yang
buruk, taksiran berat janin besar > 3500 g, dicurigai terdapat kesempitan
panggul, prematuritas
11. Komplikasi persalinan letak sungsang, bagi ibu antara lain perdarahan oleh
karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta, infeksi karena terjadi
secara ascendens melalui trauma (endometritits), trauma persalinan seperti
trauma jalan lahir, simfidiolisis. Bagi bayi antara lain: perdarahan seperti
perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan alat-alat vital intraabdominal,

infeksi

karena

manipulasi,

trauma

persalinan

seperti

dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher, rupture alat-alat vital


intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fasialis, kerusakan pusat
vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata, telinga,
mulut), asfiksisa sampai lahir mati.

DAFTAR PUSTAKA
1. Yuliawati, S., Analisis faktor-faktor risiko yang mempengaruhi
terjadinya kematian perinatal di Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali
tahun 1998-2000, Tesis FK UGM, Yogyakarta, 2001.

26

2. Collea,J.V., Malpresentation and cord accident, in; Pernoll,M.L.,


Benson,R.C., Current Obstetric and Gynecologic Diagnostic and
treatment, Appleton and longer, LA,1987
3. Siswishanto, Rukmono. Malpresentasi

dan

Malposisi.

Dalam:

Wiknjosastro dkk, ed. Ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2008, hal 588-598
4. Benson,R.C., Current obstetric and gynecologic diagnostic and
treatment, 3rd ed, Lange Medical Publication, Maruzen Asia,
Singapore,1980
5. Martohoesodo,S., Hariadi,R., Distokia karena kelainan letak serta
bentuk janin, dalam Ilmu Kebidanan Edisi III, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002, hal;595-636
6. Cunningham, F.G., Mac.Donald, P.C., Gant, N.F., Distosia karena
kelainan pada presentasi, posisi atau perkembangan janin , Obstetri
Williams (18th ed), Suyono, J., Hartono, A., (Alih Bahasa), Jakarta :
EGC, 2005
7. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery
and outcome of 699 term singleton breeech deliveries at a single center.
Am J Obstet Gynecol 2002;187:1694-8
8. Supono. Pimpinan persalinan letak sungsang. Dalam: Ilmu kebidanan
bagian patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi/Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Pusat dr. Mohammad
Hoesin, Palembang, 1983;15-33.
9. Angsar,M.D., Setjalilakusuma,L., Persalinan sungsang, dalam Ilmu
Bedah Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, 2000, hal;104-122.

You might also like