Professional Documents
Culture Documents
Komplikasi DIabetik
I.
Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai oleh
adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau
keduanya. (Waspadji, halm. 1911).
Diabetes Melitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang dicirikan
dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia. Diabetes Melitus seringkali dikaitkan dengan
gangguan sistem mikrovaskuler dan makrovaskuler, gangguan neuropatik, dan lesi dermopatik.
(Baradero, dkk. 2009. halm 85)
II.
Kaki diabetes
Kaki diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang tidak
terkendali. Kelainan kaki diabetes melitus dapat disebabkan adanya gangguan pembuluh darah,
gangguan persyarafan dan adanya infeksi. Kaki diabetes melitus yang tidak dirawat dengan baik
akan mudah mengalami luka, dan cepat berkembang menjadi ulkus gangren dan tidak
ditanggulangi. Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan bahwa angka kematian ulkus
gangren pada penyandang diabetes melitus berkisar 17%-32%, sedangkan angka laju amputasi
berkisar antara 15%-30%. Para ahli diabetes memperkirakan sampai kejadian amputasi
dapat dihindarkan dengan perawatan kaki yang baik. (Fakultas Kedokteran UI, hal.283).
a. Gangguan Pembuluh Darah
1.
2.
3.
4.
5.
Kerusakan syaraf dapat menyebabkan kulit sangat kering, bersisik, retak dan pecahpecah, terutama pada sela-sela jari kaki. Kulit kaki yang pecah memudahkan berkembangnya
infeksi jamur dikenal dengan kutu air, yang dapat berlanjut menjadi ulkus gangren.
Gambar
D. Kutil Pada Telapak Kaki
Kutil pada telapak kaki disebabkan oleh virus dan sangat sulit dibersihkan. Biasanya
terjadi pada telapak kaki hamper mirip dengan callus, jangan diobati sendiri, periksakan ke
dokter.
Gambar
E. Radang Ibu Jari Kaki (Jari Seperti Martil)
Pemakain sepatu yang terlalu sempit dapat menimbulkan luka pada jari-jari kaki,
kemudian terjadi peradangan. Adanya neuropati dan peradangan yang lain pada ibu jari dan kaki
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk ibu jari kaki seperti martil (hammer toe). Kejadian ini
dapat juga disebabkan adanya kelainan anatomic yang dapat menimbulkan titik tekan abnormal
pada kaki. Kadang-kadang pembedahan diperlukan untuk mencegah komplikasi ke tulang.
Gambar
B. Etiologi
Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya mengalami masalah kaki,
yaitu :
1.
Berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati)membuat pasien tidak
menyadari
bahkan
sering
mengabaikan
luka
yang
terjadi
karena
tidak
dirasakannya. Mulanya luka hanya
kecil, kemudian
meluas
dan akan
menjadi
borok yang menimbulkan bau yang disebut gas gangren. Jika tidak dilakukan perawatan akan
sampai ke tulang yang mengakibatkan infeksi tulang (osteomylitis). Dan untuk mencegah
perluasan infeksi terpaksa harus dilakukan amputasi (pemotongan tulang).
2.
Sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh
darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain berupa
penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama). Sering terjadi pada tungkai
bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang
baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat
sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi.
3.
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan
sel darah putih memakan dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah
(KGD) diatas 200 mg%. Kemampuan ini pulih kembali bila KGD menjadi normal dan terkontrol
baik. Infeksi ini harus dianggap serius karena penyebaran kuman akan menambah persoalan baru
pada borok. Kuman pada borok akan berkembang cepat ke seluruh tubuh melalui aliran darah
yang bisa berakibat fatal, ini yang disebut sepsis (kondisi gawat darurat).
Sejumlah peristiwa yang dapat mengawali kerusakan kaki pada penderita diabetes
sehingga meningkatkan risiko kerusakan jaringan antara lain:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Luka kecelakaan
Trauma sepatu
Stress berulang
Trauma panas
Iatrogenik
Oklusi vaskular
Kondisi kulit atau kuku
Ada beberapa faktor resiko pada penderita kaki diabetes melitus, antara lain :
A. Faktor risiko demografis
1.
2.
3.
4.
5.
Usia
Jenis kelamin
Etnik
Situasi sosial
Hidup sendiri dua kali lebih tinggi
B. Faktor risiko perilaku
Ketrampilan manajemen diri sendiri sangat berkaitan dengan adanya komplikasi kaki
diabetik. Ini berhubungan dengan perhatian terhadap kerentanan.
C. Faktor risiko lain
D. Klasifikasi
Suatu klasifikasi lain yang juga sangat praktis dan sangat erat dengan pengelolaan adalah
klasifikasi yang berdasar pada perjalanan alamiah kaki diabetes (Edmons 2004-2005):
1) Stage 1 : Normal Foot
gambar
2) Stage 2 : High Risk Foot
gambar
3) Stage 3 : Ulcerated Foot
gambar
4) Stage 4 : Infected Foot
gambar
5) Stage 5 : Necrotic Foot
gambar
6) Stage 6 : Unsavable Foot
gambar
Untuk stage 1 dan 2, peran pencegahan primer sangat penting, dan semuanya dapat
dikerjakan pada pelayanan kesehatan primer. Untuk stage 3 dan 4 kebanyakan sudah
memerlukan perawatan ditingkat pelayanan kesehatan yang lebih memadai umumnya sudah
memerlukan pelayanan spesialistik. Untuk stage 5, apalagi 6, jelas merupakan kasus rawat inap,
dan jelas sekali memerlukan suatu kerjasama tim yang sangat erat, dimana harus ada dokter
bedah, utamanya dokter ahli bedah vaskular/ ahli bedah plastik dan rekonstruksi.
E. Tanda dan Gejala
Orang yang menderita DM dapat diamati gejalanya. Gejala tersebut dapat digolongkan
menjadi gejala akut dan kronis.
Gejala akut
1. Pada fase awal biasanya biasanya penderita menunjukan BB yang terus naik, karena pada saat
itu insulin masih mencukupi. Gejala pada tahap ini ditunjukan dengan adanya tiga serba
banyak yaitu bnayak amakn (polifagia), bamyak minum (polidipsia), banyak kencing (poliuria),
atau disingkat 3P.
2. Pada fase selanjutnya timbul gejala yang disebabkan oleh kurangnya insulin. Penderita masih
mengalami poliuria dan polidipsi namun tak lagi polifagia. Nafsu makan mulai berkurang,
bahkan mual jika kadar glukosa darah melebihi 500mg/dl. BB mengalami penurunan dengan
cepat (bisa 5-10kg dalam waktu 2-4minggu). Badan terasa mudah lelah.
Gejala kronis
nutrisi harus diperhatikan dan diperbaiki. Karena nutrisi yang baik justru membantu kesembuhan
luka. Berbagai hal lain juga harus diperhatikan dan diperbaiki, seperti kadar albumin serum,
kadar HB dan kadar oksigenasi jaringan. Demikian juga fungsi ginjalnya. Semua faktor tersebut
akan dapat menghambat kesembuhan luka .
Kontrol vaskular. Kedaan vaskular yang buruk tentu akan menghambat kesembuhan
luka. Umumnya pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui berbagai cara sederhana seperti:
warna dan suhu kulit, perabaan arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior serta ditambah
pengukuran tekanan darah. Disamping itu saat ini juga tersedia berbagai fasilitas mutakhir untuk
mengevaluasi kedaan pembuluh darah dengan cara non-invasif maupun yang invasif dan
semiinvasif, seperti pemeriksaan ankle brachial index, ankle pressure, toe pressure, TcPO2,dan
pemeriksaan echodopplerdan kemudian pemeriksaan arteriografi.
Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskulernya, dapat dilakukan pengelolaan untuk
kelainan pembuluh darah perifer dari sudut vaskuler yaitu berupa:
Modifikasi faktor Resiko
a) Stop merokok
b) Memperbaiki berbagai faktor resiko terkait aterosklerosis
-hiperglikemia
-hipetensi
-dislipidemia
Walking program Latihan kaki merupakan domain usaha yang dapat diisi oleh jajaran
rehabilitasi medik.
Dasar-dasar dari pengobatan diabetes adalah kepatuhan terhadap diit, olahraga, dan obatobat antibiotika. Mengatur makanan ber-diit merupakan usaha pertama dalam mengontrol
penyakit ini disamping olahraga dan obat-obatan.
a) Terapi farmakologis
Jika mengacu pada berbagai penelitian yang sudah dikerjakan pada kelaian akibat
aterosklerosis ditempat lain (jantung, otak), mungkin obat seperti aspirin dan lain sebagainya
yang jelas dikatakan bermanfaat, akan bermanfaat pula untuk pembuluh darah kaki penyandang
DM. Tetapi sampai saat ini belum ada bukti yang cukup kuat untuk menganjurkan pemakaian
obat secara rutin guna memperbaiki pasien pada penyakit pembuluh darah kaki penyandang DM.
b) Revaskularisasi
Jika kemungkinan proses penyembuhan luka rendah atau jikalau ada klaudikasio
intermiten yang hebat, tindakan revaskularisasi dapat dianjurkan. Sebelum tindakan
revaskularisasi diperlukan pemeriksaan arteriografi untuk mendapatkan pembuluh darah yang
lebih jelas, sehingga dokter ahli baedah vaskular dapat lebih mudah melakukan rencana tindakan
dan mengerjakanya.
Dengan berbagai tekhnik bedah tersebut, vaskularisasi daerah distal dapat diperbaiki,
sehingga hasil pengelolaan ulkus diharapkan lebi baik. Paling tidak faktor vaskular lebih
memadai, sehingga kesembuhan luka tinggal tergantung pada berbagai faktor lain yang juga
masih banyak jumlahnya.
Terapi hiperbarik dilaporkan juga bermanfaat untuk memperbaiki vaskularisasi dan
oksigenasi jaringan luka pada kaki diabetes sebagai terapi ajuvan. Wlaupun demikian masih
banyak kendala untuk menerapkan terapi hiperbarik secara rutin pada pengelolaan umum kaki
diabetes.
Upaya pencegahan bagi penyandang diabetes yang belum mengalami komplikasi kaki
diabetik dapat dilakukan dengan cara mengendalikan kadar gula darah selalu mendekati nilai
normal. Hal ini karena komplikasi diabetes dapat dicegah, ditunda, atau diperlambat dengan
mengendalikan
kadar
gula
darah.
Ada empat hal utama yang dapat anda lakukan untuk mengendalikan kadar gula darah, yaitu:
1. Pengaturan makan/diet dengan penekanan pada pentingnya keteraturan makan dalam hal
Beberapa tindakan bedah khusus diperlukan dalam pengelolaan kaki diabetik ini, sesuai
indikasi dan derajat lesi yang dijumpai seperti :
1. Insisi : abses atau selullitis yang luas
2. Eksisi : pada kaki diabetik derajat I dan II
3. Debridement/nekrotomi : pada kaki diabetik derajat II, III, IV dan V
4. Mutilasi : pada kaki diabetik derajat IV dan V
5. Amputasi : pada kaki diabetik derajat V
G. Perawatan Kaki Diabetes
Perawatan penderita DM selain memperhatikan gizi yang seimbang sesuai kebutuhan zat
gizi, olahraga teratur, jadwal pengaturan makan juga harus diperhatikan adalah kebersihan diri
terutama perawatan pada bagian perifer dari tubuh yaitu tangan dan kaki. Oleh karena itu sangat
penting bagi penderita untuk menjaga dari kemungkinan luka terkena pisau, gunting, paku atau
lainnya.
Penderita DM beresiko terhadap ulkus diabetik karena ; sirkulasi darah kaki kurang baik,
indera rasa kedua kaki berkurang sehingga kaki mudah terluka, daya tahan tubuh terhadap
infeksi menurun.
Perawatan yang harus dilakukan pada penderita kaki diabetes :
1. Periksa kaki setiap hari, apakah ada kulit retak, melepuh, luka, perdarahan. Gunakan cermin
untuyk melihat bagian bawah kaki, atau minta bantuan oranglain untuk memeriksa.
2. Bersiuhkan kaki setiap hari pada waktu mandi dengan air bersih dan sabun mandi. Bila perlu
gosok kaki dengan sikat lunak atau batu apung. Keringkan kaki dengan handuk bersih, lembut,
yakinkan daerah sela-sela jari kaki dalam keadaan kering, terutama sela jari ketiga-keempat dan
keempat-kelima.
3. Berikan pelembab atau lotion pada daerah kaki yang kering, tetapi tidak pada sela-sela jari kaki.
Pelembab gunanya untuk menjaga agar kulit tidak retak.
4. Gunting kukiu kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu pendek atau terlalu
dekat dengan kulit, kemudian kikir agar kuku tidak tajam. Bila penglihatan kurang baik minta
bantuan oranglain untuk memotong kuku atau mengikir kuku setiap dua hari sekali. Hindarkan
terjadi lukan pada jaringan sekitar kuku. Ila kuku keras sulit untuk dipotong, rendam kaki dengan
air hangat kuku (37 C) selama kurang lebih 5 menit, bersihkan dengan sikat kuku, sabun air
bersih. Bersihkan kuku setiap hari pada waktu mandi an berikan cream pelembab kuku.
5. Memakai las kaki sepatu atau sandal untuk melindungi kaki agar gtidak terjadi luka, jugfa
didalam rumah.
6. Gunakan sepatu ataua sandal yang baik yang sesuai untuk ukurtan dan enak untuk dipakai,
dengan ruang dalam sepatu yang cukup untuk jari-jari. Pakalilah kaus/stoking yang pas dan
bersih terbuat dari bahan yang mengandung katun. Syarat sepatu yang baik untuk kaki diabetic:
-Ukuran : -sepatu lebih dalam
-panjang sepatu inchi lebih panjang dari jari-jaroi kaki terpanjang saat berdiri
(sesuai cetakan kaki)
-Bentuk : ujung tidak runcing
Tinggi tumit kuranmg dari 2 inchi
-Bagian dalam bawah (insole) tidak kasar dan licin, terbuat dari bahan busa karet, plastic dengan
tebal 10-12mm.
7. Periksa sepatu sebelum duipakai, apakah ada kerikil, benda-benda tajam seperti jarum
dan
duri. Lepas sepatu setiap 4-6 jam serta pergerakan pergelangan dan jari-jari kaki agar sirkulasi
darah tetap b aik teritama pada pemakaina sepatu baru,
8. Bila ada luka kecil, obati luka dan tutup dengan pembalut bersih. Periksa apakah ada tanda-tanda
radang.
9. Segera ke dokter bila kaki mengalami luka
10. Periksakan kaki kedokter secara rutin.
Cara memilih sepatu bagi penderita kaki diabetes :
1.
Ukuran : jangan terlalu sempit/longgar, inchi lebih panjang dari jari kaki.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
Bila luka kecil : bersihkan dengan anti septik, tutup luka dengan kasa steril dan bila
waktu 2 hari tidak sembuh segera periksa ke dokter.
2.
dalam
1.
2.
3.
4.
5.
Hindari rokok.
Senam kaki diabetes
Kaki diabetes mengalami gangguan sirkulasi darah dan neuropati dianjurkan
untuk melakukan latihan jasmani atau senam kaki sesuai dengan kondisi kemampuan tubuh.
Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki
dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki (deformiotas). Selain itu dapat meningkatkan
kekuatan otot betis dan otot paha (Gastrocnemeus, Hamsring, Quadriceps), dan juga mengatasi
keterbatasan gerak sendi (Limitiation of joint mobility).
Latihan senam kaki dapat dilakukan dengan posisi berdiri, duduk dan tidur, dengan cara
menggerakan kaki dan sendi-sendi kaki misalnya berdiri dengan kedua tumit diangkat,
mengangkat kaki dan menurunkan kaki. Gerakan dapat berupa gerakan menekuk, meluruskan,
mengangkat, memutar keluar atau kedalam dan mencengkram pada jari-jari kaki. Latihan senam
kaki diabetes dapat dilakukan setiap hari secara teratur, sambil santai dirumah bersama keluarga,
juga waktu kaki terasa dingin, lakukan senam ulang.
Misnadiarly (2006) menjelaskan beberapa latihan senam kaki yang dapat dialakukan :
6. Lutut diluruskan lalu dibengkokan kembali kebawah sebanyak 10kali. Ulangi langkah ini untuk
kaki yang sebelahnya
7. Letakan sehelai kertas koran dilantai. Bentuklah kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua
belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah
kaki. Cara ini dilakukan sekali saja.
H. Perawatan Luka
Perawatan luka kaki ulkus diabetes
Perlengkapan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
11
PERAWATAN KAKI DIABETIK
Perawatan Kulit
by admin
Kaki diabetik adalah kaki para penderita diabetes yang secara umum lebih sering terkena komplikasi seperti luka dan
sering kali luka sulit sembuh dan berakhir dengan amputasi. Berdasarkan data bahwa setiap 30 detik terjadi
amputasi pada kaki diabetic di seluruh dunia, 60-80% amputasi kaki non traumatic disebabkan oleh diabetes, 80%
amputasi kaki diabetes didahului oleh luka ( M.Yunir 2008)
Komplikasi diabetes secara umum dapat mengenai pembuluh darah, gangguan mata, gangguan ginjal dan
gangguan pada kaki. Komplikasi yang paling sering adalah perubahan pada anggota gerak bagian bawah atau yang
biasa di sebut kaki diabetic (diabetic foot).
Kelainan yg terjadi pada kaki diabetik biasanya adalah: gangguan pembuluh darah, gangguan sensori, perubahan
struktur kaki, penebalan kulit, perubahan kulit dan kuku, luka pada kaki dan infeksi.
Dasar terjadinya kaki diabetik adalah adanya kelainan pembuluh darah, kelainan saraf dan adanya infeksi. Kelainan
saraf dapat mengenai saraf otonom, motorik dan sensori, sedangkan kelainan pembuluh darah sangat berpengaruh
terhadap proses penyembuhan luka. Bila mengenai saraf sensori maka, kaki akan kehilangan sensasi rasa sakit atau
nyeri, bahkan ketika ada luka sekalipun, penderita tidak akan merasakannya, akibatnya luka akan dibiarkan karena
tidak terasa sakit sampai akhirnya terjadi infeksi. Bila mengenai saraf motorik (serabut saraf yang menuju otot) maka
otot akan menjadi kecil, akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan pada otot kaki yang akan meyebabkan perubahan
bentuk kaki (deformitas), seperti jari menekuk atau bergesernya sendi. Bila mengenai saraf otonom penderita akan
merasa sulit berkeringat dan kulit menjadi kering, kulit kering sangat beresiko menjadi luka.
Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan darah tidak mengalir dengan lancar sehingga pasokan makanan dan
oksigen akan sulit mencapai organ tubuh terutama yang letaknya jauh dari jantung seperti jari kaki, sehingga pada
saat luka akan mempersulit proses penyembuhan luka.
Untuk itulah sangat diperlukan kesadaran dari penderita untuk merawat kaki secara mandiri sebelum terjadi luka,
berikut adalah tips-tips perawatan kaki diabetik:
1. Periksa kaki setiap hari,telapak kaki, sela-sela jari kaki, periksa apakah ada kemerahan, lecet, kulit kering,
penebalan kulit, dan jika tidak mampu sendiri,bisa dengan bantuan cermin atau bisa juga minta bantuan orang lain.
2. Hindari kaki kontak langsung dengan benda2/air panas
3. Gunakan alas kaki baik didalam maupun diluar rumah
4. Gunakan pelembab/lotion/minyak utk menjaga kelembaban kulit, ingat kulit yang kering beresiko terjadinya luka
5. Gunakan sepatu lembut dan lunak, pastikan ukuran yang sesuai dengan ukuran kaki , cara mengukur sepatu yg
pas adalah dengan membuat pola telapak kaki pada kertas, lalu gunting dan masukan kedalam sepatu yg akan
dipilih untuk digunakan, bila kertas pola menekuk/melipat berarti sepatu tdk pas untuk kaki anda. Jangan digunakan!
6. Lakukan senam kaki, bisa dengan cara merobek2 kertas koran dengan kaki sampai kecil2 lalu bentuk seperti bola
dan buang ke tempat sampah..juga dengan menggunakan kaki anda.
7. Bila menggunting kuku jangan terlalu pendek, dan terlalu miring sehingga akan membuat luka pada kulit disela2
kuku. Jika kuku terasa keras lebih baik rendam dahulu dengan menggunakan air hangat agar kuku lebih lunak dan
mudah di gunting, jika kesulitan lebih baik minta bantuan orang lain.
8. Jika menggunakan kaos kaki, gunakan kaos kaki yang lebut dan menyerap keringat.
9. Pastikan kadar gula darah selalu terkontrol.
Bila Anda adalah penderita diabetes, jadikanlah perawatan kaki rutinitas harian Anda yang menyenangkan, sayangi
kaki Andadengan merawatnya, sebelum terjadi luka..
Salam sehat
Penulis:
Ria Hestiana Putri, SKp, ETN
Perawat Spesialis Luka, Stoma dan Inkontinensia
Hp.081584077677
Pendahuluan
PojokSehat. Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang akibat
peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan
pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan
peningkatan
prevalensi
penyakit
degeneratif,
lain-lain.
seperti Penyakit
Tetapi
data
Jantung
epidemiologi
Koroner
di
negara
berkembang memang masih belum banyak. Hal ini disebabkan penelitian epideemiologik sangat
mahal biayanya. Oleh karena itu angka prevalensi yang dapat itelusuri terutama berasal dari
negara maju.
Prevalensi
Diabetes
Melitus
Tipe
Di Indonesia penyandang diabetes mellitus (DM) tipe I sangat jarang. Demikian pula di negara
tropis lain. Hal ini rupanya ada hubungan dengannya dengan letak geografis Indonesia yang
terletak di daerah khatulistiwa. Dari angka prevalensi berbagai negara tampak bahwa makin jauh
letaknya suatu negara dari khatulistiwa makin tinggi prevalensinya DM tipe-nya. Ini bisa dilihat
pada prevalensi DM tipe I di Eropa. Di bagian utara Eropa,misalnya di negara-negara Skandinavia
prevalensi tipe 1-nya merupakan yang tertinggi di dunia, sedangkan di daerah bagian selatan
Eropa misalnya di Malta sangat jarang. Di samping itu juga tampak bahwa insidens DM tipe 1 di
Eropa Utara meningkat dalam 2-3 dekade terakhir. Ini menunjukkan bahwa barangkali pada DM
tipe 1 faktor lingkungannya juga berperan di samping yang sudah diketahui yaitu faktor genetik.
Adanya kekurangan asam asptartat pada posisi 57 dari rantai HLA-DQ-beta menyebabkan orang
itu mejadi rentan (suspectable) terhadap timbulnya DM tipe 1. Tetapi kenyataan lain
menunjukkan bahwa faktor lingkungan sangat berperan. Ini tampak pada angka prevalensi DM
tipe 1 di dua negara dimana secara etnik tidak berbeda tetapi prevalensi DM tipe 1 di Estonia
hanya
1/3
dari
Finlandia.
Dengan ditemukannya dua faktor tadi yaitu faktor genetic (non-Asp 57) dan faktor lingkungan
maka di masa mendatang, upaya pencegahan timbulnya DM tipe 1 bukanlah suatu hal yang
mustahil.
Di Indonesia prevalensi DM tipe 1 secara pasti belum diketahui, tetapi diakui memang sangat
jarang. Ini mungkin disebabkan oleh karena Indonesia terletak di khatulistiwa atau barangkali
faktor genetiknya memang tidak menyokong, tetapi mungkin juga karena diagnosis DM tipe 1
yang terlambat hingga pasien sudah meninggal akibat komplikasi sebelum didiagnosis.
Prevalensi
Diabetes
Melitus
Tipe
Lain halnya pada DM tipe 2 yang meliputi lebih 90% dari semua populasi diabetes, faktor
lingkungan diabetes, faktor lingkungan sangat berperan. Prevalensi DM tipe 2 pada bangsa kulit
putih berkisar antara 3-6% dari orang dewasanya. Angka ini merupakan baku emas untuk
membandingkan prevalensi diabetes antar berbagai kelompok etnik di seluruh dunia. Dengan
demikian kita dapat membandingkan prevalensi di suatu negara atau suatu kelompok etnis
tertentu dengan kelompok etnis kulit putih pada umumnya. Misalnya di negara-negara
berkembang yang laju pertumbuhan ekonominya sangat menonjol, misalnya di Singapura,
prevalensi diabetes sangat meningkat dibanding dengan 10 tahun yang lalu. Demikian pula pada
beberapa kelompok etnis di beberapa negara yang mengalami perubahan gaya hidup yang
sangat berbeda dengan cara hidup sebelumnya karena memang mereka lebih makmur,
prevalensi diabetes bisa mencapai 35% seperti misalnya di beberapa bangsa mikronesia dan
polinesia di pasifik, Indian pima di Amerika Serikat, orang Meksiko yang ada di Amerika serikat,
bangsa Creole di Amerika Selatan. Prevalensi tinggi juga ditemukan di Malta, Arab Saudi, Indian
Canada,
dan
Cina
di
Mauritius,
Singapura
dan
Taiwan.
Tentang baku emas yang tadi dibicarakan, sebenarnya juga ada keistimewaannya, misalnya
suatu penelitian di Wadena Amerika Serikat, mendapatkan bahwa prevalensi pada orang kulit
putih sangat tinggi dibandingkan dengan baku emas tadi (Eropa) yaitu sebesar 23,2% untuk
semua gangguan toleransi glukosa, terdiri dari 15,1% Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan
8,1% DM tipe 2. Dengan kenyataan ini dapat diambil kesimpulan bahwa factor lingkungan sangat
berperan. Hal ini dapat dilihat pada studi Wadena tadi bahwa secara genetic mereka sama-sama
kulit putih, tetapi di Eropa prevalensinya lebih rendah. Di sini jelas karena orang-orang di Wadena
lebih gemuk dan hidupnya lebih santai. Hal ini akan berlaku bagi bangsa-bangsa lain, terutama di
negara yang tergolong sangat berkembang seperti Singapura, Korea, dan barangkali Indonesia.
Contoh lain yang baik bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh adalah di Mauritius, suatu
Negara kepulauan yang penduduknya terdiri dari berbagai kelompok etnik. Pada suatu penelitian
epidemiologic yang dilakukan di sana dengan jumlah responden sebanyak 5.080 orang,
didapatkan
Kelompok
prevalensi
etnik
TGT
TGT
dan
DM
%
tipe
DM
adalah
tipe
sbb
2
:
%
India
Hindu
16,2
12,4
India
Muslim
15,3
13,3
Creole
17,5
11,9
Cina 16,6
Dari angka-angka di atas nampak bahwa pada bangsa-bangsa India, Cina, dan reole (campuran
Afrika, Eropa, dan India) prevalensi DM jauh lebih tinggi dari baku emas, padahal di negara
asalnya sangat rendah. Misalnya di Cina daratan prevalensi diabetes sangat rendah. Juga di India
sangat rendah dengan catatan di beberapa bagian dari India bagian Selatan sudah menunjukkan
peningkatan. Di Afrika juga rendah, tetapi pada bangsa Afrika yang tinggal di Amerika Serikat,
Inggris, Mauritius dan Suriname prevalensi DM sangat tinggi. Perlu diketahui bahwa keadaan
ekonomi di Mauritius untuk golongan etnik tadi jauh lebih baik dibandingkan dengan di negara
asalnya.
Dari data ini semua dapatlah disimpulkan bahwa faktor lingkungan teutama peningkatan
kemakmuran suatu bangsa akan meningkatkan prevalensi diabetes. Bahwa kekerapan akan
menjadi dua kali lebih tinggi dalam waktu 10 tahun bukanlah suatu hal yang mustahil terutama
di Negara berkembang yang pertumbuhan ekonominya sudah mapan. Keadaan ini tentu saja
harus diantisipasi oleh pembuat kebijaksanaan di tiap Negara bekembang supaya dalam
menentukan rencana jangka panjang kebijakan pelayanan kesehatan di negaranya, masalah ini
harus
dipertimbangkan.
Data terakhir adalah data dari IDF tahun 2006 seperti tampak pada gambar 1, prevalensi di
Negara-negara
timur
tengah
paling
tinggi
(di
atas
20%)
di
susul
Mexico.
Indonesia termasuk dalam kelompok dengan prevalensi yang paling rendah saat itu. Ini mungkin
karena Indonesia belum punya angka nasional resmi. Yang lebih memprihatinkan adalah
komposisi umur pasien diabetes di negara maju kebanyakan sudah berumur 65 tahun jadi pada
umur yang sudah tidak produktif lagi, sedangkan di negara berkembang kebanyakan pasien
diabetes berumur antara 45 sampai 64 tahun, golongan umur yang masih sangat produktif.
Diabetes
di
Indonesia
Menurut penelitian epidemiologi yang sampai tahun delapan puluhan telah dilaksanakan
berbagai kota di Indonesia, prevalensi diabetes berkisar antara 1,5% s/d 2,3% kecuali di Manado
yang
agak
tinggi
sebesar
6%.
Hasil penelitian epidemiologis berikutnya tahun 1993 di Jakarta (daerah urban) membuktikan
adanya peningkatan prevalensi DM dari 1,7% pada tahun 1982 menjadi 5,7% pada tahun 1993,
kemudian pada tahun 2001 di Depok, daerah sub urban di Selatan Jakarta menjadi 12,8%.
Demikian pula prevalensi DM di Ujung Pandang (daerah urban), meningkat dai 1,5% pada tahun
1981 menjadi 3,5% pada tahun 1998 dan terakhir pada tahun 2005 menjadi 12,5%.
Di daerah rural yang dilakukan oleh Arifin di suatu kota kecil di Jawa Barat angka itu hanya 1,1%.
Di suatu daerah terpencil di Tanah Toraja didapatkan prevalensi DM hanya 0,8%. Di sini jelas ada
perbedaan antara urban dengan rural, menunjukkan bahwa haya hidup mempengaruhi kejadian
diabetes. Di Jawa Timur angka itu tidak berbeda yaitu 1,43% di daerah urban dan 1,47% di
daerah rural. Hal ini mungkin disebabkan tingginya prevalensi Diabetes Melitus Terkait
Malnutrisi (DMTM) yang sekarang dikategorikan sebagai diabetes tipe pancreas di Jawa Timur
sebesar
21,2%
dari
seluruh
diabetes
di
daerah
rural.
Melihat tendensi kenaikan prevalensi diabetes secara global yang tadi dibicarakan terutama
disebabkan oleh karena peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat
dimengerti bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan
dating kekerapan DM tipe 2 di Indonesia akan meningkat dengan drastic yang disebabkan oleh
beberapa
faktor
1.
Faktor
2.
keturunan
3.
(genetic)
Faktor
Perubahan
gaya
hidup
dari
kegemukan/obesitas
tradisional
ke
gaya
Makan
Hidup
santai,
barat
berlebihan
kurang
Faktor
hidup
gerak
badan
demografi
Jumlah
penduduk
meningkat
Urbanisasi
Penduduk
berumur
di
atas
40
tahun
meningkat
pasien
diabetes.
Penelitian terakhir yang dilakukan oleh Litbang Depkes yang hasilnya baru saja dikeluarkan bulan
Desember 2008 menunjukkan bahwa prevalensi nasional untuk TGT 10,25% dan diabetes 5,7%
(1,5% terdiri dari pasien diabetes yang sudah terdiagnosis sebelumnya, sedangkan sisanya 4,2%
baru ketahuan diabetes saat penelitian). Angka itu diambil dari hasil penelitian di seluruh
provinsi. Kalimantan Barat dan Maluku Utara menduduki peringkat prevalensi diabetes tertinggi
tingkat
propinsi.
Dengan hasil penelitian ini maka kita sekarang untuk pertama kali punya angka prevalensi
nasional. Sekadar untuk perbandingan menurut IDF pada tahun 2006 angka prevalensi Amerika
Serikat 8,3% dan Cina 3,9% jadi Indonesia berada di antaranya. Di Malaysia, Negara
tetangga/serumpun Indonesia terdekat, pada 3rd National Health and Mortality & Morbidity
Survey in Malaysia 2006 didapatkan prevalensi yang tinggi ysitu 14,9% tetapi survey itu
dilakukan pada individu di atas 30 tahun, sedangkan di Indonesia populasi survey melibatkan
individu
15
tahun
atas.
Kesimpulan
Jumlah penyandang diabetes terutama diabetes tipe 2 makin meningkat di seluruh dunia
terutama di negara berkembang karena perubahan gaya hidup salah yang menyebabkan
obesitas. Faktor urbanisasi dan meningkatnya pelayanan kesehatan merupakan factor penting
juga karena usia menjadi lebih panjang. Untuk pertama kalinya Indonesia mempunyai data
nasional prevalensi diabetes untuk daerah urban sebesar 5,7% berkat penelitian yang baru saja
selesai dilakukan oleh Litbangkes Depkes.
Diambil
dari Kecenderungan
Peningkatan
Jumlah
Penyandang
Diabetes
Di Tulis oleh : Slamet Suyono pada Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu edisi kedua tahun
2009. Bagian I Bab V