You are on page 1of 4

Pemeriksaan Klinis dan Diagnosis Gangguan TMJ

Pemeriksaan klinis untuk pasien dengan kemungkinan gangguan fungsi/penyakit TMJ


sebagian besar didasarkan atas pengamatan/ pemanfaatan, palpasi dan auskultasi.
1. Oklusi.
Gangguan oklusi secara umum bisa langsung diperiksa, yaitu misalnya gigitan silang
(crossbite), gigitan dalam (deep overbite), gigi supra erupsi dan daerah tak bergigi yang tidak
direstorasi, adanya bruxism.
2. Pembukaan antar insisal
Pembukaan antar insisal bervariasi lebarnnya, tetapi biasanya pada orang dewasa sekitar
40 hingga 50 mm.
3. Pergerakan lain
Pergeseran lateral juga diukur, biasanya pada titik atau garis tengah, dan dibandingkan
kesimetrisannya (angka yang didapat biasanya 8 hingga 10 mm). gangguan internal misalnya
dislokasi discus, akan membatasi pergeseran ke sisi yang berlawanan.
4. Palpasi
Palpasi otot pengunyahan secara bimanual, terutama otot maseter dan temporalis serta otot
leher dan bahu.
Dalam mendiagnosis pasien diperlukan riwayat yang menyeluruh. Keluhan utama yang
paling sering dirasakan pada penyakit/gangguan fungsi sendi temporomandibula adalah rasa
nyeri dan rasa tidak enak, yang disertai dengan kliking atau keluhan sendi lainnya.
1. Rasa sakit/nyeri. Bila pasien merasakan adanya rasa nyeri, maka yang paling penting untuk
diketahui adalah lokasi, sifat, dan lama terjadinya rasa nyeri/sakit tersebut.
2. Bunyi sendi. Jika pasien mengeluh adanya bunyi sendi atau kliking (suara berkeretak), maka
saat timbulnya dan perubahan pada suara sendi tersebut merupakan informasi yang perlu
diketahui.
3. Perubahan luas pergerakan. Penyembuhan kliking seringkali diikuti oleh keluhan baru, yaitu
nyeri akut dan berkurangnya luas pergerakan yang nyata, khususnya pada jarak antar insisal,
dimana penemuan inimerupakan petunjuk utama terjadinya closed lock.

4.

Perubahan oklusi. Beberapa penderita mengeluhkan perubahan gigitan. Keluhan ini dapat

merupakan tanda terjadinya perubahan degenerative tingkat lanjut atau spasme otot akut.
5. Informasi keadaan kolateral. Setelah riwayat utama diperiksa secara menyeluruh, selanjutnya
dapat dikumpulkan informasi keadaan kolateral. Kondisi-kondisi lain yang mengenai kepala dan
leher, seperti sinusitis akut atau kronis, sakit pada telinga, dll.
6.

Perawatan sebelumnya. Kronologi perawatan sebelumnya baik pemberian obat, mekanis,

maupun secara bedah juga dicatat.


7.

Stress. Untuk menentukan dengan tepat keadaan emosional pasien biasanya dibutuhkan

beberapa kunjungan dengan kemungkinan pengiriman/rujukan untuk evaluasi psikologis, dan


terapi control stress selanjutnya.

E. Dampak Gangguan TMJ


1. Permasalahan dalam proses makan
Berkurangnya kemampuan membuka mulut menyebabkan berkurangnya asupan nutrisi
penderita trismus. Penderita tidak sanggup memakan makanan dalam porsi yang biasa. Penderita
biasanya akan mengalami penurunan berat badan dan mengalami kekurangan gizi. Hal ini perlu
diperhatikan bila penderita tersebut membutuhkan suatu proses penyembuhan setelah menjalani
proses pembedahan, khemoterapi, atau radiasi. Kehilangan berat badan sebesar 10 % dari berat
badan awal memiliki indikasi terjadi intake gizi dan kalori yang kurang pada penderita.
Masalah di atas juga timbul akibat gangguan menelan pada penderita trismus, hal tersebut
berhubungan dengan pembentukan bolus makanan yang terganggu akibat proses salivasi dan
pergerakan lidah yang tidak sempurna. Selain itu akan banyak ditemukan sisa makanan yang
tidak seluruhnya ditelan. Kombinasi dari gangguan pada otot mastikasi, pembentukan bolus yang
tidak sempurna dan peningkatan dari sisa makanan akan menyebabkan aspirasi dari sisa
makanan tersebut.
2. Permasalahan dalam kesehatan gigi dan mulut
Gangguan dalam membuka mulut akan dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan
gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut yang jelek akan dapat menimbulkan karies yang dapat

menyebabkan terjadinya infeksi. Infeksi yang lebih lanjut terutama pada mandibula akan
menyebabkan terjadinya osteoradionekrosis. Osteoradionekrosis ini terdapat pada penderita
kanker yang menjalani terapi pada mandibula. Meskipun jarang terjadi, gangguan ini dapat
mengganggu fungsi rahang dan menjadi fatal. Hal ini terjadi akibat matinya jaringan tulang
mandibula oleh radiasi. Pada keadaan ini terapi yang dibutuhkan adalah oksigen hiperbarik.
3. Permasalahan dalam proses menelan dan berbicara.
Kebanyakan dari penderita trismus akan mengalami gangguan menelan dan berbicara.
Berbicara akan terganggu jika mulut tidak dapat terbuka secara normal sehingga bunyi yang
dihasilkan tidak akan sempurna. Proses menelan akan terganggu jika otot mengalami kerusakan,
laring tidak akan sanggup dielevasikan secara sempurna saat bolus makanan melaluinya.
4.

Permasalahan akibat immobilasi sambungan rahang


Meskipun gejala utama trismus adalah ketidakmampuan dalam membuka mulut, hal lain

yang sangat perlu mendapat perhatian adalah permasalahan pada temporomadibular joint. Saat
temporomadibular joint mengalami immobilisasi, proses degeneratif akan timbul pada
sambungan tersebut, perubahan ini hampir mirip dengan perubahan yang terjadi pada proses
artritis, dan biasanya akan diikuti oleh nyeri dan proses inflamasi. Jika tidak ditangani segera
proses ini akan terus berlanjut dan kerusakan akan menjadi permanen. Dan juga akan dapat
timbul proses degenarasi pada otot-otot pengunyah sehingga jika terus berlanjut akan
menimbulkan atropi pada otot tersebut.

F. Respon Imunitas Rongga Mulut


Saat terjadi trismus yang salah satunya disebabkan oleh inflamasi bakteri, tubuh akan
merespon dengan respon inflamasi salah satunya edema yang ditunjukkan oleh adanya bengkak.
Dimana, edema ini kemungkinan berada pada M.Pterygoideus medialis sehingga menyebabkan
trismus.
G. Pencegahan dan Penanganan Gangguan TMJ

Dalam melakukan perawatan terhadap gangguan TMJ sangatlah rumit. Namun perawatan
tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara. Perawatan sendiri/fisioterapi/terapi fisik:Pasien
dapat melakukan sendiri kompres dengan lap panas. Caranya : di atas lap diletakkan botol berisi
air panas, lama terapi 10-15 menit dilakukan terus-menerus sekurang-kurangnya 3 minggu.
Pemijatan sekitar sendi, sebelumnya dengan krim mengandung metal salisilat. Latihan membuka
dan menutup mulut secara perlahan tenpa terjadi deviasi, dilakukan di depan cermin. Caranya:
garis median pasien ditandai, lalu pasien disuruh membuka-menutup mulut di depan cermin
tanpa terjadi penyimpangan garis median. Fisioterapi dengan alat seperti Infrared yang berguna
untuk menghilangkan nyeri, relaksasi otot superficial, menaikan aliran dara superficial, dll.
Perawatan dengan Obat Analgetik seperti Aspirin, Asetaminophen, Ibuprofen ; Anti
inflamasi seperti Naproxen dan Ibuprofen ; dll.
Memakai alat di dalam mulut Splin oklusal atau Michigan splin. Fungsi splin oklusal
adalah menghilangkan gangguan oklusi, mensatbilkan hubungan gigi dan sendi, merlaksasi otot,
menghilangkan kebiasaan parafungsi, melindungi abrasi terhadap gigi, mengurangi beban sendi
temporomandibula, menghilangkan rasa nyeri akibat disfungsi sendi temporomandibula berikut
otot-ototnya, sebagai alat diagnostic untuk memastikan bahwa oklusi lah yang menyebabkan rasa
nyeri dan gejala-gejala yang sulit diketahui sumbernya.
Bila gejala-gejala gangguan sendi temporomandibula sudah hilang pada pasien dan posisi
kondilus sudah stabil pada tempatnya, otot-otot pengunyahan sudah normal, kondisi psikologik
pasien sudah stabil, postur tubuh sudah normal maka dapat dilakukan perawatan berikutnya yaitu
perawatan ortodontik, pembuatan gigi tiruan cekat, pembuatan gigi tiruan lepasan (jika memang
dibutuhkan).

You might also like