You are on page 1of 48

HASIL SMALL GROUP DISSCUSION

SISTEM MUSKULOSKELETAL
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KEGANASAN

OLEH :
SGD 1
I GUSTI AYU CITRA KUSMALA DEWI

1302105001

NI KADEK AMARA DEWI

1302105008

NI WAYAN LUH WAHYUNI

1302105011

A.A SAGUNG DIAH GAYATRI DIPPA

1302105026

I DEWA MADE SURYA WIBAWANTARA

1302105034

NI PUTU PEBRIANI WIDIASIH

1302105039

I GUSTI AYU SRI MAHARANI DEVI

1302105056

HARISTA MIRANDA SALAM

1302105059

A.A PURNAMA JAYANTI

1302105078

MADE AYU WEDASWARI WIDYA

1302105080

NI PUTU EKA YANTI

1202105002

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Udayana
2015

LEARNING TASKS
1. Jelaskan apa yang yang dimaksud dengan sel ganas (sel kanker) dan keganasan dan apa yang
membedakan dengan sel normal.
2. Apakah ada perbedaan sel ganas pada jaringan tulang dengan jaringan tubuh yang lainnya
(misal usus). Jika ada, jelaskan perbedaan tersebut .
3. Sebutkan jenis-jenis keganasan yang bisa terjadi pada tulang, otot dan sendi dan jaringan
penunjajng
4. Jelaskan keluhan yang diungkapkan oleh pasien yang menandakan tanda dan gejala
keganasan pada sistem muskuloskletal yang bisa didapatkan dari hasil wawancara riwayat
penyakit maupun keluhan utama.
5. Jelaskan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosa keganasan pada sistem muskuloskletal
6. Jelaskan ciri khas/perbedaan (hasil anamnesa, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
penunjajng) dari beberapa jenis keganasan yang saudara sebutkan pada pertanyaan nomor 3.
7. Jelaskan stadium kegananasan pada sistem muskuloskletal
8. Jelaskan apa masalah keperawatan aktual, potensial maupun komplikasi yang mungkin
timbul pada pasien dengan keganasan pada sistem muskuloskletal
9. Jelaskan apa saja tujuan/outcome dalam rencana keperawatan pasien
10. Sebutkan dan jelaskan Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan yang muncul pada pasien
11. Jika pasien tersebut menjalani perawatan di rumah, apa edukasi dan fokus keperawatan yang
perlu dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk merawat pasien tersebut dirumah.
12. Apakah pasien memerlukan Dukungan psikologis dan sosial dari keluarga, lingkungan dan
tempat kerja pasien? Jelaskan
13. Apa kebiasaan atau mitos yang yang ada di tengah kehidupan masyarakat sehubungan
dengan perawatan pasien dengan gangguan muskuloskletal (keganasan) yang sifatnya positif
dan negatif. (ceritakan apa yang anda ketahui dan temukan di lingkungan sekitar anda. Boleh
menggunakan pendapat pribadi dan tidak menggunakan sumber ilmiah)
Note : untuk setiap item pertanyaan, akan lebih baik jika dicarikan minimal dua gambar
atau 1 video yang terkait dengan pertanyaan tersebut. Jelaskan apa maksud gambar
tersebut
PEMBAHASAN
1. JELASKAN APA YANG YANG DIMAKSUD DENGAN SEL GANAS (SEL KANKER)
DAN KEGANASAN DAN APA YANG MEMBEDAKAN DENGAN SEL NORMAL.

Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik
dari DNA seluler. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berproliferasi secara
abnormal, mengakibatkan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel
tersebut. (Brunner & Suddarth, 2002). Selama rentang kehidupan seseorang, berbagai
jaringan tubuh normalnya mengalami periode pertumbuhan atau proliferatif yang harus
dibedakan dari aktivitas pertumbuhan maligna. Terdapat beberapa pola pertumbuhan sel dan
disebut dengan istilah hyperplasia, metaplasia, dysplasia, anaplasia, dan neoplasia. Kanker
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang
tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus
membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive) dan terus menyebar
melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang
belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri untuk mengganti sel-sel
yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker mengalami pembelahan secara terus
menerus meskipun tubuh tidak memerlukannya sehingga terjadi penumpukan sel baru yang
disebut tumor ganas (Yayasan Kanker Indonesia,2006). Dimana berikut perbedaan antara sel
normal dan sel kanker. Sel-sel normal memiliki karakteristik tertentu yang penting bagi
berfungsinya jaringan, organ, dan sistem tubuh. Sel-sel ini memiliki kemampuan untuk
bereproduksi, berhenti bereproduksi bila perlu, tetap tinggal di lokasi tertentu, menjalami
fungsi tertentu, dan merusak diri sendiri bila diperlukan.
Karakteristik Sel Normal
1. Reproduksi Sel
Reproduksi sel diperlukan untuk mengganti sel yang mati, rusak, atau hancur.
Sel-sel normal bereproduksi secara benar dan terkendali. Kecuali sel kelamin, semua sel
tubuh berkembang biak dengan mitosis. Sel kelamin mereproduksi melalui proses yang
disebut meiosis.

2. Komunikasi Sel
Sel berkomunikasi dengan sel lain melalui sinyal kimia. Sinyal ini membantu sel-sel
normal untuk mengetahui kapan waktu harus bereproduksi dan kapan harus berhenti.
Sinyal sel biasanya dihantarkan ke sel melalui protein tertentu.

3. Adhesi Sel
Sel memiliki molekul adhesi pada permukaannya yang memungkinkan mereka
menempel pada membran sel lainnya. Adhesi membantu sel untuk berada di lokasi yang
tepat serta membantu menghantarkan sinyal antara sel-sel.
4. Spesialisasi Sel
Sel-sel normal memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi sel khusus. Sebagai
contoh, sel dapat berkembang menjadi sel jantung, sel otak, sel paru-paru, atau sel lain.
5. Kematian Sel
Sel-sel normal memiliki kemampuan untuk merusak diri sendiri ketika terinfeksi atau
rusak. Kemampuan bunuh diri ini disebut sebagai apoptosis. Sisa sel lantas dibuang
oleh sel darah putih.
Karakteristik Sel Kanker
Sel-sel kanker memiliki karakteristik yang berbeda dari sel normal. Berikut diantaranya:
1. Reproduksi Sel
Sel-sel kanker dikenal memiliki kemampuan reproduksi tak terkendali. Sel-sel ini
mungkin mengalami mutasi gen atau mutasi kromosom yang mempengaruhi sifat-sifat
reproduksi sel. Sel-sel kanker berkembang biak tak terkendali serta tidak mengalami
penuaan biologis serta terus bertumbuh.
2. Komunikasi Sel
Sel-sel kanker kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi dengan sel lain melalui sinyal
kimia. Mereka juga kehilangan kepekaan terhadap sinyal anti-pertumbuhan dari sel-sel di
sekitarnya yang berfungsi membatasi pertumbuhan sel.
3. Adhesi Sel
Sel-sel kanker kehilangan molekul adhesi yang membuat mereka terikat pada sel
berdekatan.
Beberapa jenis sel kanker memiliki kemampuan untuk bermetastasis atau menyebar ke
area lain dari tubuh melalui darah atau cairan getah bening. Setelah berada dalam aliran
darah, sel-sel kanker melepaskan pesan kimia yang disebut kemokin yang memungkinkan
mereka untuk melewati pembuluh darah ke dalam jaringan sekitarnya.
4. Spesialisasi Sel

Sel-sel kanker tidak terspesialisasi dan tidak mampu berkembang menjadi sel jenis
tertentu. Serupa dengan sel induk, sel-sel kanker berkembang biak atau mereplikasi
berkali-kali dalam jangka waktu lama. Penyebaran sel kanker berlangsung cepat dan
mampu menyebar ke seluruh tubuh.
5. Kematian Sel
Ketika gen dalam sel normal rusak dan tidak bisa diperbaiki, DNA tertentu memeriksa
sinyal untuk memicu mekanisme kerusakan sel. Mutasi yang terjadi pada mekanisme
pemeriksaan gen memungkinkan kerusakan pada sel kanker tidak terdeteksi. Hal ini
menyebabkan hilangnya kemampuan sel kanker untuk menjalani kematian sel terprogram.

2. APAKAH ADA PERBEDAAN SEL GANAS PADA JARINGAN TULANG DENGAN


JARINGAN TUBUH YANG LAINNYA (MISAL USUS). JIKA ADA, JELASKAN
PERBEDAAN TERSEBUT .

Sel Ganas pada Jaringan Tulang


Pengertian

(Kanker Tulang)
Penyakit yang relatif langka,

Sel Ganas pada Jaringan Genitalia


(Kanker Vulva)
Vulva merupakan bagian luar dari

dimana sel-sel kanker tumbuh pada

sistem reproduksi wanita, yang

jaringan tulang. Kanker tulang

meliputi labia, lubang vagina, lubang

terjadi ketika sel-sel di dalam

uretra dan klitoris.Tumor ganas vulva

tulang membelah atau berkembang

adalah kanker yang tumbuh dengan

dengan tidak teratur. Biasanya sel-

cepat dan tidak terkendali pada daerah

sel akan membelah dan

vulva dan merusak jaringan

berkembang dengan teratur. Jika

sekitarnya.

sel-sel tulang terus membelah tak


teratur, sementara sel-sel baru yang
tumbuh itu tidak dibutuhkan tubuh,
maka akan membentuk massa atau
jaringan, yang disebut sebagai
Klasifikasi

tumor.
Kanker tulang primer :
Kanker yang satu ini memang
berasal dari tulang itu sendiri. Yang
termasuk dalam kategori kanker
tulang ini adalah: Mieloma
Multipel, Osteosarkoma,
Fobrosarkoma, dan Histiositoma
Fobrosa Maligna, Kondrosarkoma,
Tumor Ewing, dan Limfoma
Tulang Maligna.
Kanker tulang sekunder :
Kanker tulang jenis ini disebabkan
oleh kanker yang sudah ada di
organ tubuh yang lain sebelum
akhirnya menyebar ke tulang. Jadi
kankernya bukan dari tulang.
Contohnya adalah kanker paru-paru
yang menyebar ke tulang dimana
sel-sel kankernya menyerupai sel-

Karsinoma sel skuamosa


Melanoma
Sarkoma
Karsinoma sel basal
Adenokarsinoma

sel paru-paru namun berada pada


Penyebab

tulang yang diserang.


Genetik

/Faktor

Radiasi

(kutil genitalis) HPV merupakan

Resiko

Bahan Kimia

virus penyebab kutil kelamin dan

Trauma

Limfedema kronisInfeksi

Infeksi HPV atau kutil kelamin

ditularkan melalui hubungan


seksual

Pernah menderita kanker leher


rahim atau kanker vagina

Gejala

Infeksi sifilis

Diabetes

Obesitas

Tekanan darah tinggi

Usia

Hubungan seksual pada usia dini

Berganti-ganti pasangan seksual

Merokok

Infeksi HIV

Mudah dilihat dan teraba sebagai

Rasa sakit (nyeri)

Pembengkakan

benjolan, penebalan ataupun luka

Keterbatasan gerak

terbuka pada atau di sekitar lubang

Fraktur patologik

Menurunnya berat badan

Teraba massa; lunak dan

vagina.

atau perubahan warna. Jaringan di


sekitarnya mengkerut disertai

menetap dengan kenaikan suhu


kulit di atas massa serta distensi
pembuluh darah
maupun pelebaran vena

Kadang terbentuk bercak bersisik

gatal-gatal.

Pada akhirnya akan terjadi


perdarahan dan keluar cairan yang
encer.

Gejala-gejala penyakit

Gejala lainnya adalah:

metastatik meliputi nyeri dada,

Nyeri ketika berkemih

batuk, demam, berat badan

Nyeri ketika melakukan hubungan

menurun dan malaise (Smeltzer.

seksual.

2001: 2347).
Penatalaks
anaan

Pembedahan
Kemoterapi

Pembedahan

Terapi penyinaran

Kemoterapi

Kanker vulva stadium 0


a. Eksisi lokar luas atau bedah
laser, atau kombinasi
keduanya
b. Vulvektomi skinning
c. Salep yang mengandung obat
kemoterapi

Kanker vulva stadium I


a. Eksisi lokal luas

Kanker vulva stadium II


a. Vulvektomi radikal dan
pengangkatan kelenjar getah
bening selangkangan kiri dan
kanan.
b. Terapi penyinaran.

Kanker vulva stadium III


a. Vulvektomi radikal dan
pengangkatan kelenjar getah
bening selangkangan dan paha.

Kanker vulva stadium IV


a. Vulvektomi radikal dan

pengangkatan kolon bagian


bawah, rektum, atau kandung
kemih.
b. Vulvektomi radikal diikuti
dengan terapi penyinaran.
c. Terapi penyinaran diikuti
dengan vulvektomi radikal.
d. Terapi penyinaran (pada
penderita tertentu) dengan atau
tanpa kemoterapi dan mungkin
juga diikuti oleh pembedahan.
3. SEBUTKAN JENIS-JENIS KEGANASAN YANG BISA TERJADI PADA TULANG,
OTOT DAN SENDI DAN JARINGAN PENUNJAJNG

Keganasan pada tulang dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang bersifat primer dan
sekunder, keganasan pada tulang primer dibedakan menjadi dua yaitu tumor tulang benigna
(jinak) dan tumor tulang maligna (ganas). Tumor tulang sekunder atau tumor tulang metastatic
merupakan tumor dari organ lain yang menyebar ke tulang. Tumor tulang metastatic lebih
sering daripda tumor tulang maligna primer. Tumor yang muncul dari jaringan tubuh dimana
saja bisa menginvasi tulang dan menyebabkan destruksi tulang local dengan gejala yang mirip
dengan yang terjadi pada tumor primer. Tumor yang sering bermetastase ke tulang adalah
karsinoma ginjal, prostat, paru-paru, payudara, ovarium dan tiroid.
- Keganasan pada tulang
Klasifikasi menurut WHO dalam hal ini dipertimbangkan sifat-sifat tumor asal usul sel
serta pemeriksaan histologis menetapkan jenis tumor bersifat jinak atau ganas. Sel-sel
muskuloskeletal berasal dari mesoderm tapi kemudian berdeferensiasi menjadi beberapa sel
osteoklas, kondroblas, fibroblas dan mieloblas. Oleh karena itu sebaiknya klasifikasi tumor
tulang berdasarkan atas sel, yaitu bersifat osteogenik, kondrogenik, atau mielogenik,
meskipun demikian terdapat kelompok yang tidak termasuk dalam kelompok tumor yaitu
kelainan reaktif (reaktif bone) atau harmatoma yang sebenarnya berpotensi menjadi ganas.

a. Osteoma
Klasifikasi : tumor jinak
Asal sel : osteogenik
Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak dan ditandai oleh pertumbuhan tulang
yang abnormal. Kelainan ini ditemukan pada tulang tengkorak seperti maksila,
mandibula, palatum, sinus paranasalis dan dapat pula pada tulang-tulang panjang seperti
tibia, femur dan falangs. Jika osteoma berkembang menjadi tumor ganas maka disebut
dengan osteosarkoma (Price, Sylvia Anderson, 2005).

Gambar osteoma pada rongga mulut


b. Osteoid Osteoma
Klasifikasi : tumor jinak
Asal sel : osteogenis
Osteoid osteoma merupakan osteoblastik jinak terdiri dari inti osteoid dengan
vaskularisasi tinggi dan jinak dimana tulang dengan potensi pertumbuhan yang terbatas.
Gejala yang paling menonjol adalah nyeri pada suatu daerah tertentu dan menghilang
dengan pemberian salisilat. Lokasi osteoid osteoma pada femur (25%), tibia (25%), dan
sisanya pada daerah lain seperti pada tulang belakang.

Gambar osteoid osteoma tibia


c. Enkondroma (Kondroma Sentral)
Klasifikasi : tumor jinak
Asal sel : kondrogenik
Enkondroma atau kondroma sentral adalah tumor jinak sel-sel rawan displastik yang
timbul pada metafisis tulang tubular, terutama pada tangan dan kaki.

Gambar enkondroma (kondroma sentral)


d. Osteokondroma
Klasifikasi : tumor jinak
Asal sel : kondrogenik
Osteokondroma adalah tumor jinak tulang dengan penampakan adanya penonjolan tulang
yang berbatas tegas sebagai eksostosis yang muncul dari metafisis, penonjolan tulang ini
ditutupi (diliputi) oleh kartilago hialin. Tumor ini berasal dari komponen tulang (osteosit)
dan komponen tulang rawan (kondrosit)

Gambar tumor jinak osteokondroma pada tulang femur laki-laki 22 tahun


e. Kondosarkoma
Klasifikasi : tumor ganas
Asal sel : kondrogenik

Kondosarkoma ialah tumor ganas dengan ciri khas pembentukan jaringan tulang rawan
oleh sel-sel tumor. Kondrosarkoma merupakan tumor tulang yang terdiri dari sel-sel
kartilago (tulang rawan) anaplastik yang berkembang menjadi ganas. Kondrosarkoma
biasanya ditemukan pada daerah tulang femur, humerus, kosta dan bagian permukaan
pelvus. Kondrosarkoma dapat dibagi menjadi kondrosarkoma primer dan sekunder.
Untuk keganasan yang berasal dari kartilago itu disebut kondrosarkoma primer.
Sedangkan apabila merupakan bentuk degenerasi keganasan dari penyakit lain seperti
enkondroma, osteokondroma dan kondroblastoma disebut kondrosarkoma sekunder.

f. Osteoklastoma
Klasifikasi : tumor ganas
Asal sel : giant cell tumor
Osteoklastoma atau tumor giant cell adalah sebuah lesi yang bersifat jinak tapi secara
lokal dapat bersifat agresif dan destruktif yang ditandai dengan adanya vaskularisasi yang
banyak pada jaringan penyambung termasuk proliferasi sel-sel monuklear pada stroma
dan banyaknya sel datia yang tersebar serupa osteoklas.

Gambar osteoklastoma pada bagian ujung bawah radius seorang pria umur 32 tahun
g. Sarkoma ewing
Klasifikasi : tumor ganas

Asal sel : mielogenik


Sarkoma ewing paling sering terlihat pada anak-anak dalam usia belasan dan tempat yang
paling sering adalah korpus tulang-tulang panjang. Penampilan kasarnya adalah berupa
tumor abu-abu lunak yang tumbuh ke retikulum sumsum tulang dan merusak korteks
tulang dari sebelah dalam. Di bawah periosteum terbentuk lapisan-lapisan tulang yang
baru diendapkan paralel dengan batang tulang sehingga membentuk gambaran serupa
kulit bawang. Tanda dan gejala yang khas adalah nyeri, benjolan nyeri tekan, demam (3840 oC) dan leukositosis (20.000 sampai 40.000 leukosit/mm3)

Gambar I a. Gambar lesi permeatif b. Onion skin. II gambaran massa tumor sarkoma
eeing intra operasi pada pasien di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. III gambaran
histopatologis pasien dengan sarkoma Ewing di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo
h. Multipel Mieloma
Klasifikasi : tumor ganas
Asal sel : mielogenik
Tumor ganas yang paling sering ditemukan adalah multipel mieloma, akibat proliferasi
ganas dari sel-sel plasma. Gejala yang paling sering timbul adalah nyeri tulang, dan
lokasi nyeri seringkali pada tulang iga dan tulang belakang.

Gambar Multipel Mieloma


i. Fibroma Kondromiksoid
Klasifikasi : tumor jinak
Asal sel : jaringan lunak
Fibroma kondromiksoid jarang ditemukan dan merupakan suatu tumor jinak, terutama
ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Pertumbuhan tumor ini sangat lambat.
Lokasi daripada tumor ini yaitu pada daerah metafisis tulang panjang atau tulang tulang
kecil pada tarsal dan metatarsal

Keganasan pada otot


a

Leiomyioma

Leiomioma adalah neoplasma jinak jaringan lunak yang timbul dari otot polos. Sel
otot polos membentuk otot tak sadar dalam tubuh kita. Otot tak sadar adalah mereka
yang kita tidak bergerak secara sadar dengan otak kita. Otot tak sadar yang ditemukan
di sebagian besar tubuh seperti dalam rahim, paru-paru, perut hati, dan usus, dinding
dari semua pembuluh darah dan kulit.Tanda dan gejala dari leiomyioma diantaranya
pembengkakan jaringan lunak yang tidak nyeri, nyeri pada pilar leimioma, dan terjadi
obstruksi pada usus.

Gambar Leiomyioma jika dilihat menggunakan X-Ray


Leiomyosarcoma
Leiomyomasarcoma adalah tumor mesenkim yang berasal dari otot polos terutama
terjadi pada usus. Leiomyosarcoma berasal antara propria muskularis dan lapisan
mukosa muskularis dinding usus.

Rhabdomyoma adalah tumor otot lurik. Ada 2 jenis rhabdomyoma adalah neoplastik
dan hamartoma. Hamartoma dibagi menjadi rhabdomyoma jantung dan mesenchymal
rhabdomyomatous kulit. Paling banyak terdapat terdapat pada daerah kepala dan

leher. Penyebab dari rhabdomyoma kemungkinan terbesar merupakan varian genetik


dari perkembangan otot lurik.

Gambar rhabdomyoma dilihat dari USG


Rabdomiosarkoma
Rabdomiosarkoma (kanker dari otot lurik) adalah kanker ganas yang berasal dari
mesenkim embrional yang menghasilkan otot rangka. Rabdomiosarkoma (RMS) kata
iniberasaldaribahasaYunani,

(rhabdo

yang

artinyabentuklurik,

danmyo

yang

artinyaotot).
Rabdomio sarcoma merupakan suatu tumor ganas yang aslinya berasal dari jaringan
lunak (soft tissue) tubuh, termasuk disini adalah jaringan otot, tendon dan connective
tissue. Rabdomio sarcoma merupakan keganasan yang sering didapatkan pada anakanak. Respon pengobatan dan prognosis dari penyakit ini sangat bergantung dari
lokasi dan gambaran histology dari tumor inis endiri.

Gambar rabdomiosarkoma jika dilihat dari MRI


-

Keganasan pada jaringan lunak


Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ

tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat,
lemak

dan

jaringan

synovial

(jaringan

di

sekitar

persendian).

Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala sampai ujung

kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang ganas. Tumor ganas atau kanker
pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma jaringan lunak atau Soft Tissue Sarcoma
(STS).Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya hanya sekitar
1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-15% dari seluruh
keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok umur.Pada anak-anak paling sering
pada umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling banyak pada umur 45-50 tahun.Lokasi
yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah yaitu sebesar 46% di mana 75%
ada diatas lutut terutama di daerah paha. Di anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan
bawah hingga telapak tangan sekitar 13%. 30% di tubuh bagian luar maupun dalam, seperti pada
dinding perut, dan juga pada jaringan lunak dalam perut maupun dekat ginjal atau yang disebut
daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di tempat lainnya,
antara lain di dada seperti pada kasus ini. Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat,
tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah
digerakan dari jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.

Gambar : Tumor jaringan lunak


-

Keganasan pada sendi


Sinovial Sarcoma
Synovial sarcoma adalah salah satu tumor jaringan lunak yang paling umum terjadi pada
remaja dan pasien muda. Lokasi tumor dapat terpadi menjadi tiga daerah yaitu : lokasi
trunkal melibatkan kepala, leher, dada, perut, danp anggul, ekstremitas distal melibatkan

tangan, kaki, dan pergelangan kaki, dan ekstremitas proksimal melibatkan lengan, lengan,
paha, dan kaki. Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada
lokasi di mana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah
kulit yang tidak terasa sakit
. Hanya sediki tpenderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat pendarahan
ataun ekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraftepi.
Foto polos dapat membantu dalam mendiagnosis, seperti biasanya sinovial sarcoma
memeberikan gambaran badai salju dalam matriks dari tumor jaringan lunak yang dapat
digambarkan pada radiografi polos.

Gambar synovial sarcoma pada lutut yang merusak tulang tibia dilihat dari MRI
4. JELASKAN

KELUHAN

MENANDAKAN

TANDA

YANG
DAN

DIUNGKAPKAN
GEJALA

OLEH

KEGANASAN

PASIEN
PADA

YANG
SISTEM

MUSKULOSKLETAL YANG BISA DIDAPATKAN DARI HASIL WAWANCARA


RIWAYAT PENYAKIT MAUPUN KELUHAN UTAMA.
Nyeri
Nyeri merupakan keluhan utama yang diderita oleh penderita kanker, semakin lanjut

penyakitnya, derajat nyeri semakin meningkat. Nyeri yang dirasakan semata-mata


disebabkan oleh factor fisik, tetapi juga problem psikologis seperti cemas dan depresi.
Berdasarkan lamanya, nyeri dibedakan atas nyeri yang berlangsung dalam hitungan menit
(nyeri sementara), nyeri yang berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari
namun kurang dari satu bulan, sifatnya terlokalisir dan terasa hebat (nyeri akut), nyeri
yang berlangsung dalam hitungan bulan sampai tahun, timbul secara perlahan-lahan

semakin lama semakin berat dan disertai penurunan nafsu makan, rasa lemah, gangguan
tidur, penderita menjadi sensitif (nyeri kronis).

a.

2
Gangguan saluran cerna
Mulut kering
Pada penderita kanker , terutam pada stadium lanjut. Kondisi ini dapat disebabkan
karena penderita bernapas melalui mulut, kurang minum dan demam. Sebagai
akibatnya mulut terasa nyeri dan rasa kecap menurun, haus dan sulit menelan.
b. Konstipasi
Gangguan buang air besar, konsistensinya dapat keras, normal atau lunak, sering
disertai dengan buang angin, perut kembung dan perasaan buang air besar yang tidak
tuntas. Penyebab umumnya dikarenakan penderita berbaring lama, asupan makanan
berupa cairan dan rendah serat, gangguan metabolic

( kekurangan cairan ) dan

gangguan persarafan.
c.

Diare
Buang air lembek/cair dan sering ( lebih dari 3 kali dalam 24 jam ), hal ini dialami
pada 6 10% penderita kanker. Penyebabnya adalah sumbatan akibat tumor atau
faeces, diet tinggi serat atau makanan pedas, obat, tindakan bedah, infeksi atau
3

penyakit lain.
Gangguan saluran napas
a. Batuk
merupakan refleks untuk membersihkan jalan napas dari benda asing atau bahan yang
mengiritasi. Penyebabnya dapat berupa iritasi saluran napas oleh asap, udara kering,
tumor, tersedak, dahak, penyakit asma, atau penyakit pada paru-paru (infeksi, tumor,
adanya cairan) dan obat.
b. Sesak napas
kesulitan bernapas dan sering disertai dengan rasa cemas yang akan semakin
menyebabkan beratnya keluhan ini. Penyebabnya antara lain sumbatan saluran napas (
akibat kanker nasofaring, kanker hidung, tumor laring dll ), penurunan fungsi jaringan
paru (akibat tumor, pembedahan, radiasi, kemoterapi, adanya cairan, perdarahan),

gangguan ventilasi (akibat nyeri dada, peninggian diafragma ), gagal jantung, anemia
4

( kurang darah ) dan kecemasan.


Demam
Dikatakan demam jika suhu tubuh meningkat di atas 37.5 C. Demam pada penderita
kanker dapat disebabkan oleh infeksi, tumor atau reaksi obat

5. JELASKAN PEMERIKSAAN FISIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG PERLU


DILAKUKAN UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSA KEGANASAN PADA SISTEM
MUSKULOSKLETAL

Pengkajian Skeletal Tubuh


Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang
yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai. pengkajian tulang di antaranya amati
kenormalan susunan tulang dan kaji adanya deformitas, lakukan palpasi untuk mengetahui
adanya edema atau nyeri tekan, dan amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya
pembengkakan. (Priharjo ,1996).

Pengkajian Persendian
Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas dan
benjolan. Luas gerakan dievaluasi secara aktif (sendi digerakkan oleh otot sekitar sendi dan
pasif dengan sendi digerakkan oleh pemeriksa). Luas gerakan normal sendi-sendi besar
menurut American Academy of Orthopedic Surgeons diukur dengan goniometer (busur
derajat yang dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi). Bila suatu sendi di
ekstensi maksimal namun terdapat sisa fleksi, dikatakan bahwa luas gerakan terbatas. Yang
disebabkan karena deformitas skeletal, patologi sendi atau kontraktur otot dan tendo

disekitarnya.. Inspeksi persendian dan bandingkan secara bilateral. Harusnya didapat


kesimetrisan tanpa kemerahan, pembengkakan, pembesaran atau deformitas. Palpasi sendi
dan tulang untuk mengetahui edema dan tenderness. Palpasi sendi selama gerakan untuk
mengetahui adanya krepitasi. Sendi harusnya terasa lembut saat bergerak dan tidak ada
nodul.

Jika sendi terasa nyeri periksa adanya kelebihan cairan pada kapsulnya (efusi),
pembengkakan, dan peningkatan suhu, yang mencerminkan inflamasi aktif. Kita dapat
mencurigai adanya effuse jika sendi mebengkak,ukurannya dan tonjolan tulangnya samar.
Tempat tersering terjadi efusi adalah lutut. Bila hanya ada sedikit cairan pada rongga sendi di
bawah tempurung lutut dapat diketahui dengan maneuver : aspek lateral dan medial lutut
dalam dalam keadaan ekstensi dapat diurut dengan kuat kearah bawah. Gerakan tersebut
akan menggerakkan cairan kearah bawah. Begitu ada tekanan dari sisi lateral dan medial
pemeriksa akan melihat benjolan disisi lain dibawah tempurung lutut. (Smeltzer, 2002).

Pengkajian Sistem Otot


Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan merubah posisi, kekuatan otot dan
koordinasikan ukuran otot serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan otot menunjukkan
polineuropati, gangguan elektrolit (kalsium dan kalium), miastenia grafis, poliomyelitis,
distrofi otot. Dengan palpasi otot saat ekstremitas relaks digerakkan secara pasif akan terasa
tonus otot. Mengkaji kekuatan otot dilakukan dengan palpasi otot dan ekstremitas yang
digerakkan secara pasif dan rasakan tonus otot. (Smeltzer, 2002).

Pengkajian Cara Berjalan


Pengkajian dilakukan dengan meminta pasien berjalan dari tempat pemeriksa sampai seberapa
jauh, pemeriksa memperhatikan cara berjalan, kehalusan dan irama. Gerakan yang tidak
teratur dan regular dianggap abnormal. Bila pincang kemungkinan karena nyeri akibat
menyangga beban tubuh dan dari kasus ini pasien menunjukkan lokasi rasa tidak nyaman,
untuk mengarahkan pemeriksaan selanjutnya. Keterbatasan gerak sendi mempengaruhi cara
berjalan. Kondisi neurologis yang mengakibatkan cara berjalan abnormal.

Pengkajian Kulit dan Sirkulasi Perifer


Sebagai tambahan pengkajian sistem musculoskeletal, perawat harus melakukan inspeksi kulit
dan melakukan pengkajian sirkulasi perifer. Palpasi kulit dapat menunjukan adanya suhu yang
lebih ganas atau lebih dingin dari lainya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi
dengan m,engkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler. Adanya luka,
memar, perubahan warna kulit dan tanda penurunan sirkulasi perifer atau infeksi dapat
mempengaruhi penatalaksanaan keperawatan. (Smeltzer, 2002).

Pemeriksaan fisik yang dapat di temukan pada keganasan muskuloskeletal:

Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran
vena. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang

terbatas (Gale, 1999).


Nyeri tekan atau nyeri lokal pada sisi yang sakit. rasa sakit yang dirasakan hebat atau

dangkal
Sering hilang dengan posisi flexi

Berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek
berat

Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan:


1.Sinar- X penting untuk dilakukan untuk mengevaluasi pasien dengan kelainan
musculoskeletal. Sinar-X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan
perubahan hubungan tulang. Sinar X multiple di perlukan untuk pengkajian paripurna
struktur yang sedang diperiksa. Sinar X korteks tulang menunjukan adanya pelebaran,
penyempitan, dan tanda iregularitas. Sinar X sendi dapat menunjukan adanya cairan,
iregularitas, spur, penyempitan, dan perubahan struktur sendi. Pemeriksaan radiologis
menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang.

2.CT scan dada menunjukan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat
meperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligament atau tendon. Pemeriksaan
dilakukan bisa dengan tau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.

3.MRI adalah teknik pencitraan khusus, noninovatif, yang menggunakan medan magnet,
gelombang radio, dan komuter untuk memperlihatkan abnormalitas, misalnya pada tumor
atau penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang, jaringa lunak seperti tulang, tendon
dan tulang rawan. Karena digunakan electromagnet, pasien mengenakan implant logam,
braces atau pacemaker tidak bisa menjalani pemeriksaan ini.

4.Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan insisi,eksisi,
biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicurigai.

5.Skrining tulang untuk melihat penyebaran tumor

6.Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase.


Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang diproduksi
terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru).
7. Pemindai tulang (skintigrafi tulang). pemindai dilakukan 4 sampai 6 jam setelah isotop
di injeksikan. Derajat ambilan nukrida berhubungan langsung dengan metabolisme
tulang. Peningkata ambilan isotop tampak penyakit primer tulang (osteosarkoma)
penyakit tulang metastatik, penyakit imflamasi skelet (osteomilitis) dan beberapa jenis
patah tulang pasien dianjurkan meminum air banyak-banyak. pemeriksaan radionuklida
berikutnya tak boleh dilakukan dalam 1 atau 2 hari setelahnya. Scintigrafi untuk dapat
dilakukan mendeteksi adanya skip lesion. ( Rasjad. 2003).

8. Mielografi penyuntikan bahan kontras kedalam rongga subaratnoid spinalis lumbal ,


dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis final (penyenpitan kanalis
finalis) atau tempat adanya tumor.

6. JELASKAN CIRI KHAS/PERBEDAAN (HASIL ANAMNESA, PEMERIKSAAN FISIK


MAUPUN PEMERIKSAAN PENUNJAJNG) DARI BEBERAPA JENIS KEGANASAN
YANG SAUDARA SEBUTKAN PADA PERTANYAAN NOMOR 3.

Osteoma

Hasil anamnesa
Umumnya osteoma jarang ditemukan

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik

Pemer
Pada f

dirongga mulut, dan apabila ditemukan

ditemukan gejala

berben

dilaporkan bahwa lebih banyak

asimptomatis, pertumbuhan

tanpa

menyerang rahang bawah dari pada

lambat. Perabaan keras

panda

rahang atas. Ia mempunyai gejala klinik

seperti tulang dan

terliha

yang sama seperti perjalanan tumor

bertangkai.Tidak nyeri pada

jinak pada umumnya, Osteoma dapat

tumor. Tidak terjadi

dapat di identifikasi pada usia 20 sampai perubahan pada bentuk wajah


dengan 50 tahun, tetapi bisa juga

kecuali jika lesi tersebut telah

ditemukan pada usia yang lebih muda

meluas dan membesar .

atau bahkan pada usia yang lebih


tua. .Multipel osteoma dirahang sama
seperti osteoma yang terjadi di tulangOsteoid Osteoma

tulang panjang dan tulang tengkorak.


a.
Nyeri dan/ atau pembengkakan

Dapat juga timbul massa atau

Pada f

ekstremitas yang terkena (biasanya

pembengkakan.

adany

menjadi semakin parah pada malam hari

Pembengkakan lokal biasanya radiol

dan meningkat sesuai dengan

dapat diketahui apabila

didaer

progresivitas penyakit)

kelainan telah menembus

suatu

b.

Fraktur patologik

batas tulang. Pembengkakan

serta p

c.

Pembengkakan pada atau di atas

dari kelainan jinak biasanya

merup

menetap dan nyeri.

tulang

tulang atau persendian serta pergerakan


yang terbatas (Gale, 1999)
d.

Teraba massa tulang dan peningkatan


suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena

e.

Gejala-gejala penyakit metastatik

tomog

memb

meliputi nyeri dada, batuk, demam,


berat badan menurun dan malaise.
(Smeltzer., 2001
Enkondroma

Nyeri merupakan gejala yang paling

Pembengkakan lokal biasa

Gamb

banyak ditemukan. Sekitar 75% pasien

ditemukan.Massa yang teraba

memp

kondrosarkoma merasakan nyeri. Gejala

radiol

nyeri yang ditimbulkan tergantung pada

antara

predileksi serta ukuran tumor. Gejala

Mung

dini biasanya berupa nyeri yang bersifat

ekspan

tumpul akibat pembesaran tumor yang

yang m

perlahan-lahan. Nyeri berlangsung lama

bintik

dan memburuk pada malam hari. Saat

lusen.

istirahat nyeri tidak menghilang. Nyeri


diperberat oleh adanya fraktur
patologis.Frekuensi miksi meningkat
Osteokondroma

Osteokondroma (Eksostosis

Tumor ini tumbuh pada

Ditem

Osteokartilaginous) merupakan tumor

permukaan tulang sebagai

tulang

tulang jinak yang paling sering

benjolan yang keras.

eksost

ditemukan. Biasanya menyerang usia

Penderita dapat memiliki satu

metafi

10-20 tahun.10% dari penderita yang

atau beberapa benjolan

kecil d

memiliki beberapa osteokondroma, akan

itemuk

mengalami kelaganasan tulang yang

oleh k

disebut kondrosarkoma, tetapi penderita

ini dil

yang hanya memiliki satu


osterokondroma, tidak akan menderita
Kondrosarkoma

kondrosarkoma
Kondrosarkoma biasanya ditemukan

Pembengkakan lokal biasa

Pada r

pada daerah tulang femur, humerus,

ditemukan.Juga terdapat

akan t

kosta dan bagian permukaan pelvis

massa yang teraba

radiol

perkap

Osteoklastoma

Umumnya tumor ini

Nyeri tekan pada

pada T

terjadi pada proksimal tibia, distal

pemeriksaan palpasi juga

(Osteo

femur, distal

didapatkan pada

litik ek

radius, dan proksimal humerus.(1,3,5)

pasien. Pada pemeriksaan

eksent

Didapatkan

fisik dapat ditemukan

kortek

juga kasus TGC pada tulang pubis,

atrofi otot dan menurunnya

agresi

kalkaneus,

pergerakan sendi.

destru

dan tulang-tulang kaki.(3

TGC pada sakrum sering

perios

menimbulkan gejala

adany

low back pain yang meluas di


kedua ekstremitas
bagian bawah dan dapat
disertai gejala
neurologis, gangguan
berkemih atau buang air
besar.(3,5) Fraktur patologis
ditemukan sekitar
Sarkoma Ewing

Manifestasi lokal meliputi : nyeri dan

1137% pasien.(2,11
nyeri dan bengkak pada

Gamb

bengkak pada daerah femur atau pelvis,

daerah femur atau pelvis,

Ewing

meskipun tulang lain dapat juga terlibat.

meskipun tulang lain dapat

bersifa

Masa tulang dan jaringan lunak didaerah juga terlibat. Masa tulang dan

medul

sekitar tumor sering dan bisa teraba

jaringan lunak didaerah

daerah

fluktuasi dan terlihat eritema yang

sekitar tumor sering dan bisa

cepat

berasal dari perdarahan dalam tumor.

teraba fluktuasi dan terlihat

reaksi

Manifestasi sistemik biasanya meliputi :

eritema yang berasal dari

reaksi

lesu, lemah serta berat badan menurun

perdarahan dalam tumor

garis

dan demam kadang terjadi serta dapat

menye

ditemukan adanya masa paru yang

dikena

merupakan metastase. Durasi dari

appea

munculnya gejala bisa diukur dalam

diangg

minggu atau bulan dan seringkali

tuimo

memanjang pada pasien yang

pada l

mempunyai lesi primer pada aksis


tulang. Tanda dan gejala yang khas
adalah : nyeri,benjolan nyeri
tekan,demam (38-40 oC), dan
leukositosis (20.000 sampai 40.000
Multipel mieloma

leukosit/mm3).
Pasien mengatakan nyeri menyerupai

Inspeksi : terdapat penonjolan - FotoP

arthitis, terdapat pembengkakan pada

tulang dan fraktur patologis

area yg terdapat tomur, terdapat faktur

Palpasi : teraba massa pada mielom

patologis

area tomur

Gamb

berbat

bulat p

belaka

dalam

Lesi lo

rongg

tulang

progre

kortik

tulang

denga

menga

Pada b

gamba

pemer

gejala

telah m

Film p

1) Ost

penon

terutam

diseba

sumsu

mielom

belaka
tanda

mielom

sering

2) Fr

verteb

denga

3) Les

menye

lesiya

mengh
4)

perlua

mengh

-CT-S

mengg
pada

modal
dan

dibutu
pada

mengg

yang C
- MRI

poten

mielo

untuk

Stadium

Kriteria
Karsinoma in situ, karsinoma intra epitelial (sel-sel kanker
terbatas pada epitelium vagina dan belum menyebar ke lapisan
vagina lainnya. Pada stadium ini kanker tidak dapat menyebar ke
bagian tubuh lainnya.
Kanker telah menyebar ke bawah epitelium tetapi masih terbatas

IA
IB

pada mukosa vagina (mukosa terdiri dari 2 lapisan, yaitu


epitelium dan lamina propria atau stroma subepitel)
Tumor berukuran kurang dari 2 cm dan telah menembus ke dalam

Secar
pada

inten

- Gamb
tidak

memi

dari p

Secar

dinding kurang dari 1 mm.

digun

Tumor lebih besar dari 2 cm dan telah menembus ke dalam

multi

dinding sedalam lebih dari 1 mm


Fibroma kondromiksoid
Proses sudah meluas sampai jaringan ikat vagina,tetapi belum
II
mencapai dinding panggul maupun organ lain.
Proses telah meluas sampai ke salah satu/kedua dinding panggul
III
dan atau telah menyebar ke kelenjar getah bening.
Proses sudah keluar dari panggul kecil,atau sudah menginfiltrasi
IVA
mukosa rektum/kandung kemih
Kanker telah menyebar ke organ tubuh yang jauh misalnya paruIVB
paru

Gamb

berupa

hulat/o

jaring

intrase

dipisa

menga

denga

bebera

denga

7. JELASKAN STADIUM KEGANANASAN PADA SISTEM MUSKULOSKLETAL


1. Kanker Genetalia

1. Kanker Vulva
Stadium
0

Kriteria
Karsinoma in situ, karsinoma intraepitel seperti pada penyakit

Bowen, penyakit Paget yang noninvasif


Tumor terbatas pada vulva dengan diameter terbesar 2 cm /
kurang kelenjar di lipat paha tak teraba, atau teraba tidak
membesar dan mudah digerakan (mobil), klinis tidak

II

mencurigakan adanya anak sebar di situ.


Tumor terbatas pada vulva dengan diameter > 2 c, kelejar di
lipat paha ( inguinal )tidak teraba bilateral, tidak membesar dan

III

mobil, klinis tidak mencurigakan adanya anak sebar di situ.


Tumor dari setiap ukuran dengan :
1) Perluasan ke urethra, atau vagina, perineum dan anus
2) Pembesaran kelenjar lipat pada uni/ bilateral, mobil tapi klinis

IV

mencurigakan telah terinfiltrasi oleh sel tumor.


Tumor dari setiap ukuran yang :
1) Telah menginfiltrasi kandung kemih, mukosa rektum, atau ke

dua-duanya termasuk bagian proksimal dari urethra


2) Telah menyebar ke tulang atau metastasis jauh.

2. Kanker Tuba Fallopi

Stadium

Kriteria

IA

Pertumbuhan tumor terbatas pada salah satu tuba; tidak ada


ascites.
1. Tak ditemukan tumor di permukaan luar, kapsulnya utuh.
2. Tumor terdapat di permukaan luar, atau kapsulnya pecah atau

IB

kedua-duanya.
Pertumbuhan tumor terbatas pada kedua tuba; tidak ada asites.
1. Tak ada tumor di permukaan luar, kapsulnya utuh.
2. Tumor terdapat di permukaan luar, atau kapsulnya pecah, atau

IC

kedua-duanya.
Tumor dari tingkatan klinik 1A dan IB, tetapi ada asites atau

II

cucian rongga perut positif.


Pertumbuhan tumor melibatkan satu atau dua tuba, dengan

IIA
IIB
IIC

perluasan ke panggul.
Perluasan proses dan/ atau metastatis ke uterus atau ovarium.
Perluasan proses ke jaringan panggul lainnya.
Tumor dari tingkat klinik IIA atau IIB, tetapi dengan asites

III

dan/atau cucian rongga perut positif.


Tumor melibatkan satu atau dua tuba dengan penyebaran
kelenjar limfa intraperitoneal, atau kedua-duanya. Tumor
terbatas pada panggul kecil dengan bukti histologik penyebaran

IV

ke usus halus atau omentum.


Pertumbuhan tumor melibatkan salah satu atau kedua tuba
dengan metastasis berjarak jauh. Bilamana didapatkan efusi
pleural, harus ada sitologi positif untuk menyebutnya sebagai
tingkat klinik IV. Begitu pula ditemukannya metastasis

keparenkim hatci.
3. Kanker Uterus
Tingkat

Kriteria

I
II
III

kanker hanya tumbuh di badan rahim


kanker telah menyebar ke leher rahim (serviks)
kanker telah menyebar ke luar rahim, tetapi
masih di dalam rongga panggul dan belum
menyerang kandung kemih maupun rektum. Kelenjar getah
bening panggul mungkin mengandung sel-sel kanker.

IV

Kanker telah menyebar ke dalam kandung kemih atau


rektum atau kanker telah menyebar keluar rongga panggul.

4.
Ovarium

Kanker

Stadium
I

Interpretasi
Tumor terbatas di ovarium

Ia

Pertumbuhan tumor ganas di satu ovarium dan tidak ada asites

Ib

Tumor terbatas di kedua ovarium tanpa asites

Ic

Tumor terbatas di satu atau kedua ovarium, sitologi asites/air

II

cucian peritoneum posirif maligma

IIa

Tumor di satu atau kedua ovarium dengan pertumbuhan dalam

IIb

pelvis

IIc

Tumor di satu atau kedua ovarium dengan pertumbuhan dalam

III

pelvis minor dan pada pembedahan tumor terangkat seluruhnya

IV

Tumor meluas pada jaringan pelvis lain dan pada pembedahan

Khusus

tumor tidak terangkat seluruhnya


Tumor stadium IIa atau IIb, tapi asites atau cucian peritoneum
positif sel maligma
Tumor di satu atau kedua ovarium dengan metastasis pada
peritoneum di luar panggul dan KGB retroperitoneal atau
keduanya. Tumor terbatas pada panggul kecil dengan
metastasis ke dinding usus dan omentum, dibuktikan dengan
histopatologis
Tumor pada satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh.
Metastasis ke hati atau adanya efusi pleura yang dibuktikan
dengan sitologi juda digolongkan stadium IV
Kasus yang tidak dilakukan laparotomi, tapi diduga karsinoma
ovarium

8. JELASKAN APA MASALAH KEPERAWATAN AKTUAL, POTENSIAL MAUPUN


KOMPLIKASI YANG MUNGKIN TIMBUL PADA PASIEN DENGAN KEGANASAN
PADA SISTEM MUSKULOSKLETAL
a. Masalah Keperawatan Aktual
- Nyeri kronis, masalah keperawatan ini diangkat karena pada semua keganasan
musculoskeletal ditandai dengan timbulnya rasa nyeri pada tulang dengan awitan yang
tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat dan berlangsung lebih
dari 6 bulan b.d ketunadayaan fisik kronis di tandai dengan keluhan nyeri, gelisah dan
-

perubahan pola tidur


Hipertermi, masalah keperawatan ini dapat diangkat karena pada salah satu jenis
keganasan muskuloskeletan yaitu Sarcoma Ewing menunjukan gejala peningkatan
suhu tubuh dari kisaran normal yaitu 38o-40oC. b.d penyakit dan trauma ditandai

dengan peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.


Hambatan Mobilitas Fisik, pada keganasan musculoskeletal yang mengenai salah satu
ekstermitas (atas maupun bawah) penderita biasanya akan mengalami keterbatasan
pada pergerakan fisik tubuh. Maka masalah keperawatan ini dapat diangkat pada
keadaan keganasan musculoskeletal.b.d intoleran aktivitas, ansietas, penurunan massa

otot, kerusakan integritas struktur


-

tulang ditandai dengan keterbatasan rentang

pergerakan sendi dan pergerakan lambat.


Gangguan Rasa Nyaman, penderita keganasan musculoskeletal akan merasa kurang
nyaman dan senang dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan social.b.d
gejala terkait penyakit dan efek samping berkaitan dengan terapi (mis, kemotrapi)
ditandai dengan ansietas, gangguan pola tidur, merintih, melaporkan perasaan tidak

nyaman
Mual, masalah keperawatan ini dapat diangkat karena pada penderita keganasan
musculoskeletal yang menjalankan kemoterapi biasanya mengalami mual yang
hebat.b.d tumor terlokalisasi dan nyeri di tandai dengan melaporkan mual dan sensasi

muntah
Harga Diri Rendah Kronik, dilihat dari factor psikologis penderita keganasan
musculoskeletal akan merasakan perasaan negative tentang dirinya sendiri yang
berlangsung lama.b.d persepsi kurang dihargai oleh orang lain dan situasi traumatic

ditandai dengan evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa
Kerusakan Integritas Kulit, pada keganasan musculoskeletal biasanya timbul luka yang
mengakibatkan rusaknya lapisan kulit sehingga timbu gangguan pada lapisan kulit
tersebut. b.d kondisi ketidakseimbangan nutrisi dan imobilisasi fisik ditandai dengan

kerusakan lapisan kulit dan gangguan permukaan kulit.


Konstipasi, salah satu gejala dari keganasan musculoskeletal yaitu konstipasi.
Konstipasi disebabkan karena penderita berbaring lama, asupan makanan yang berupa
cairan dan rendah serat, gangguan metabolic (kekurangan cairan) dan gangguan
persyarafan. b.d ketidakadekuatan toileting dan kurang aktivitas fisik ditandai dengan

keletihan umum, mual dantidak dapat mengeluarkan feses


Diare, selain konstipasi masalah keperawatan yang dapat diangkat pada keganasan
musculoskeletal yaitu diare. Diare pada penderita keganasan biasanya disebabkan oleh
sumbatan akibat tumor atau faeses, diet tinggi serat atau makanan pedas, tindakan

bedah dan infeksi.b.d proses infeksi dan ansietas di tandai dengan nyeri abdomen
Anxietas, pada penderita keganasan umumnya mengalami kecemasan yang tinggi
karena penderita takut penyakitnya tidak dapat disembuhkan dan menimbulkan
kematian.b,d infeksi/ kontaminan interfesonal ditandai dengan mual, diare, rasa nyeri

yang meningkat dan gangguan pola tidur


b. Masalah Keperawatan Potensial

Resiko Infeksi, masalah keperawatan ini diangkat karena penderita kanker pada
umumnya memiliki antibody yang abnormal sehingga tidak efektif untuk melawan

infeksi.
Resiko Jatuh, pada beberapa jenis keganasan musculoskeletal penderita kanker
mengalami kerapuhan pada tulang sehingga resiko untuk penderita kanker terjatuh

sangat tinggi.
c. Masalah Keperawatan Komplikasi
- PK Infeksi.

9. JELASKAN APA SAJA TUJUAN/OUTCOME DALAM RENCANA KEPERAWATAN


PASIEN
Diagnosa Keperawatan
1.

Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik ditandai dengan meringis, dan
melaporkan nyeri secara verbal.

2.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai dengan
keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus dan keterbatasan
kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar

3.

Gangguan

citra

tubuh

berhubungan

dengan

pembedahan

ditandai

dengan

mengungkapkan rasa malu terhadap penampilan tubuh dan perubahan aktual pada fungsi
4.

Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan


ketakutan,

kesedihan

yang

mendalam,

dan

rasa

nyeri

yang

ditandai dengan
meningkatkan

ketidakberdayaan
5.

Resiko cedera berhubungan dengan biologis (tumor)

6.

Resiko infeksi berhubungan dengan faktor risiko penyakit kronis dan kerusakan jaringan

7.

Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan kurang pajanan


ditandai dengan pengungkapan masalah dan prilaku tidak tetap (apatis)

Outcome
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan

Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan x 24 jam

dengan agens cedera fisik

diharapkan nyeri klien dapat teratasi dengan kriteria hasil:

ditandai dengan meringis, dan

NOC Label: Pain Level

melaporkan nyeri secara

1. melaporkan nyeri berkurang (skala 3)

verbal

2. Wajah tidak Nampak meringis lagi (skala 4)


NOC Label: Pain Control
1. Pasien dapat mengenal nyeri yang dialaminya (range 5).
2.Menggunakan analgesic seperti yang telah
direkomendasika
3. Pasien mengetahui faktor penyebab nyeri.
Pasien dapat melaporkan ketika tidak dapat mengontrol
nyeri
NOC label: Vital Signs
a. Tanda vital dalam rentang normal ( T = 36,5o C 37o C,
TD = 120/80 mmHg, RR = 16-20 x/menit, N = 60100x/menit)

Hambatan mobilitas fisik

Setelah diberikan Asuhan keperawatan selama ....x24 jam

berhubungan dengan Intoleran diharapkan pasien mampu menyeimbangkan gerakannya


aktivitas, Penurunan kendali

dengan kriteria hasil

otot, ditandai dengan

NOC Label (Coordinated movement) :

perubahan cara berjalan,

1) Adanya kontraksi yang kuat pada otot pasien.

keterbatasan kemampuan

2) Pasien mampu mengontrol gerakkannya

melakukan keterampilan

3) Adanya gerakkan halus pada pasien

motorik kasar dan halus,

4) Pasien mampu menggerakkan anggota tubuh kearah

pergerakan lambat
Gangguan citra tubuh

yang diinginkan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama.x24 jam

berhubungan dengan

diharapkan citra tubuh pasien membaik dengan kriteria

pembedahan ditandai dengan

hasil:

mengungkapkan rasa malu

Noc Label: Body Image

terhadap penampilan tubuh

1. Puas terhadap penampilan tubuh

dan perubahan aktual pada

2. Puas terhadap fungsi tubuh

fungsi

3. Menyesuaikan terhadap perubahan tubuh akibat operasi

Ansietas berhubungan dengan


perubahan dalam status
kesehatan ditandai dengan
ketakutan, kesedihan yang
mendalam, dan rasa nyeri

Setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam


pasien dapat mengontrol dengan criteria hasil:
NOC : Anxiety Level
1.Pasien tidak gelisah
2. Pasien tidak merasa stress
3. Wajah pasien tidak tampak tegang

yang meningkatkan
ketidakberdayaan
Resiko cedera berhubungan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .x24

dengan biologis (tumor)

jam keluarga dan pasien dapat mengontrol risiko trauma


dengan indikator :
NOC : Risk Control
1. Memonitor faktor resiko dari lingkungan
2. Memonitor faktor resiko dari personal
3. Memonitor perubahan status kesehatan
NOC: Knowledge: Fall prevention

Resiko infeksi berhubungan

1. Penggunaan alat bantu yang benar.


2. Penggunaan alat bantu yang aman.
Setelah diberikan Asuhan keperawatan selama ....x24 jam

dengan faktor risiko penyakit

diharapkan tidak terjadi infeksi yang berlanjut dengan

kronis dan kerusakan jaringan

criteria hasil:
NOC Label :Risk Control
1.Pasien memiliki pengetahuan mengenai faktor risiko
yang menyebabkan penyakitnya.
2.Pasien dapat memantau kondisi lingkungan dan
memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor risiko.
3.Pasien dapat secara rutin memantau status kesehatannya.
Setelah diberikan asuhan keperawatan
NOC Label: Risk control: Infectious Process
1.Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Keluarga pasien menunjukkan kemampuan untuk

mencegah timbulnya infeksi


3. Jumlah leukosit dalam batas normal ( 4.000 - 10.000
/mm3)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x 24 jam


Defisiensi Pengetahuan
berhubungan dengan
keterbatasan kognitif dan
kurang pajanan ditandai
dengan pengungkapan
masalah dan prilaku tidak
tetap (apatis)

diharapkan pasien membaik dengan criteria hasil :


a. NOC Label :
Knowledge: Disease Process
Dengan kriteria hasil:
a. Klien mengetahui penyebab dan faktor yang
berkontribusi terhadap terjadinya penyakit
b. Mengetahui tanda dan gejala dari penyakit
c. Klien mengetahui faktor risiko
d. Klien dapat menggunakan strategi untuk meminimalisir
laju penyakit
e. Dapat mengetahui dampak psikososial penyakit pada
diri sendiri dan keluarga.

10. SEBUTKAN DAN JELASKAN INTERVENSI KEPERAWATAN YANG DILAKUKAN


UNTUK MENGATASI MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL PADA PASIEN
(TERLAMPIR)
11. JIKA PASIEN TERSEBUT MENJALANI PERAWATAN DI RUMAH, APA EDUKASI
DAN FOKUS KEPERAWATAN YANG PERLU DILAKUKAN KEPADA PASIEN DAN
KELUARGANYA UNTUK MERAWAT PASIEN TERSEBUT DIRUMAH.
Health Education :
1. Ajari pasien dan keluarga untuk mengontrol atau memanajemen nyerinya pasien secara
psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi dan bimbingan imajinasi) dan
farmakologi (pemberian analgetika).

2. Jelaskan

pada pasien dan keluarga mengenai proses penyakit serta tanda gejala

kemungkinan komplikasi yang muncul pada pasien


3. Beritahu pada pasien dan keluarga tentang kepatuhan pengobatan baik dalam minum obat
maupun program terapi yang akan dijalani pasien
4. Memberitahu pasien agar selalu memotivasi dirinya untuk mempercepat proses
kesembuhannya.
5. Beritahu pasien dan keluarga agar selalu memantau intake dari nutrisi pasien .
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan
teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.
6. Bila pasien dengan pembedahan maka beritahu pasien dan keluarga agar selalu merawat
luka dengan prinsip yang benar sebagaimana yang sudah diindikasikan serta selalu
mengobservasi keadaan luka untuk mengurangi atau meminimalisir terjadinya infeksi
sekunder
7. Beritahu pada pasien dan keluarga bila terjadi komplikasi atau kondisi pasien yang tidak
seperti biasanya agar langsung membawa pasien ke rumah sakit atau ke dokter spesialis
mengenai keganasan pada musculoskeletal.
8. Beritahu juga pasien agar selalu memantau setiap perubahan pada kondisinya.
9. Menganjurkan pasien untuk beristirahat dan tidak melakukan pekerjaan yang berat agar
tidak memperparah kondisi pasien .

Minum obat secara terartur

Tarik nafas dalam,untuk management nyeri

Fokus Keperawatan
Fokus Keperawatan pada pasien osteosarkoma dalam penanganan di rumah harus
memperhatikan tindakan-tindakan keperawatan berikut :
a. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan
bimbinganimajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).

b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif


Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan
secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
c. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurang nya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi
dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi
dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai
dengan indikasi dokter.
d. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya
komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah. (Smeltzer. 2001)

12. APAKAH PASIEN MEMERLUKAN DUKUNGAN PSIKOLOGIS DAN SOSIAL DARI


KELUARGA, LINGKUNGAN DAN TEMPAT KERJA PASIEN? JELASKAN
Manusia mempunyai sifat yang holistik, dalam artian manusia adalah makhluk fisik yang
sekaligus psikologis, yang mana kedua aspek ini saling berkaitan satu sama lain dan saling
mempengaruhi. Sehingga apa yang terjadi dengan kondisi fisik manusia akan mempengaruhi
pula kondisi psikologisnya, dengan kata lain setiap penyakit fisik yang dialami seseorang
tidak hanya menyerang manusia secara fisik saja, tetapi juga dapat membawa masalahmasalah bagi kondisi psikologisnya (Namora dan Hasnida, 2009)
Hal ini dapat dilihat pada pasien penderita keganasan atau kanker dimana ketika dokter
mendiagnosis bahwa seseorang menderita penyakit berbahaya seperti kanker, secara umum
ada tiga bentuk respon emosional yang bisa muncul pada pasien penyakit kronis
sepertikanker, yaitu penolakan, kecemasan dan depresi. Dalam keadaan tersebut sangat sulit
bagi pasien kanker untuk dapatmenerima dirinya karena keadaan dan penanganan penyakit
kankerini dapat menimbulkan stres yang terus-menerus, sehingga tidakhanya mempengaruhi
penyesuaian fisik tapi juga penyesuaian psikologi individu (Lehmann et al, 1978).
Kecemasan merupakan respon yang umum terjadi setelahpenyakit kanker terdiagnosis.
Berdasarkan survei yangdilakukan, menunjukkan ketikamengetahui bahwa mereka menderita
kanker, pasien kanker akanmengalami kondisi psikologis yang tidak menyenangkan,

misalnyamerasa kaget, cemas, takut, bingung, sedih, panik, gelisah ataumerasa sendiri, dan
dibayangi oleh kematian. Kecemasan meningkatketika individu membayangkan terjadinya
perubahan dalam hidupnyadi masa depan akibat dari penyakit yang diderita ataupun akibat
dariproses penanganan suatu penyakit. Kadangkala proses penanganan
kanker sangat membebani pasien dibandingkan penyakitnya sendiri,misalnya proses radiasi
dan obat-obatan yang digunakan untukmembunuh sel kanker tenyata dapat mengakibatkan
kerusakan tubuhbahkan bepotensi untuk menyebabkan hilangnya fungsi tubuh yangtidak
dapat diperbaiki. Proses penanganan kanker jugadisertai dengan rasa sakit, kecemasan,
disfungsi seksual, dankemungkinan perawatan di rumah sakit dalam jangka waktu yanglama
(Radley, A. 1994).
Perawatan di rumah sakit merupakan salah satu hal yangcukup mencemaskan bagi
pasien, misalnya ketika akan dilakukanoperasi dan merasa tidak nyaman atau mengalami rasa
sakit setelahdilakukannya operasi. Setelah operasi, penderita kanker seringkalimengalami
perasaan kecewa ketika harus kehilangan salah satuorgan tubuh. Dalam kondisi
demikian,seorang seringkali mengalami kehilangan identitas diri dankehilangan kontrol atas
tubuh, lingkungan fisik dan sosialnya,sehingga membuat pasien kurang nyaman menjalani
pemeriksaandan perawatan di rumah sakit.
Kondisi dan penanganan penyakit kanker dapat menimbulkanstres, sehingga tidak saja
mempengaruhi kondisi fisik tetapi jugakondisi psikologis pasien. Meskipun reaksi psikologis
terhadapdiagnosis penyakit dan penanganan kanker sangat beragam dankeadaan serta
kemampuan masing-masing penderita tergantungpada banyak faktor, namun ada enam reaksi
psikologis yang utama(Prokop, 1991) yaitu kecemasan, depresi, perasaan kehilangankontrol,
gangguan kognitif atau status mental (impairment), gangguanseksual serta penolakan
terhadap kenyataan (denial). Profil psikologis pasien yang datangpada pemeriksaan medis
menunjukkan tingginya tingkat kecemasan,rasa marah, dan keterasingan.
Menghadapi penderitaan fisik dan mental akibat penyakityang parah seperti kanker,
umumnya pasien yang memilikipenerimaan diri yang rendah, harga diri yang rendah, merasa
putusasa, bosan, cemas, frustasi, tertekan dan takut kehilangan seseorang(Charmaz dalam
Radleay, 1994). Banyak penelitian menunjukkanpasien kanker akan mengalami masalah
harga diri rendah. Jika perasaan-perasaan rendah tersebut dirasakan pasiendalam waktu yang
cukup lama dapat mengakibatkan depresi. Olehsebab itu, pasien kanker biasanya mengalami

sakit dua kali lipat darikebanyakan penyakit lain. Selain menderita penyakit kanker itusendiri
mereka juga menderita depresi (Keitel & Kopala, 2000).Mereka tidak bisa menerima
keadaan dirinya sebagai orang yangsakit sehingga pasien kanker akan terus merasa bahwa
dia adalahorang yang paling tidak beruntung. Dengan menjadi penderita kanker,aktivitas
yang dapat dilakukannya sangat terbatas. Penelitian yangdilakukan terhadap pasien kanker
menemukanbahwa pasien yang mengalami kanker memperlihatkan adanya stresdan depresi
yang ditunjukkan dengan perasaan sedih, putus asa,pesimis, merasa diri gagal, tidak puas
dalam hidup, merasa lebihburuk dibandingkan dengan orang lain, penilaian rendah
terhadaptubuhnya, dan merasa tidak berdaya.
Dari penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa pasienpenderita kanker tidak hanya
menderita secara fisik, tetapi jugamengalami masalah psikologis, seperti harga diri yang
rendah dandepresi. Oleh karena itu pasien penderita kanker tidak hanyadiberikan perawatan
fisik saja, namun perlu perawatan dan dukungan secara psikologisbaik dari keluarga, tenaga
medis, rekan kerja dan lingkungan sekitar pasien untuk meningkatkan harga diri dan
mengurangi depresi yang dialamioleh pasien penderita kanker.
13. APA KEBIASAAN ATAU MITOS YANG YANG ADA DI TENGAH KEHIDUPAN
MASYARAKAT

SEHUBUNGAN

DENGAN

PERAWATAN

PASIEN

DENGAN

GANGGUAN MUSKULOSKLETAL (KEGANASAN) YANG SIFATNYA POSITIF DAN


NEGATIF. (CERITAKAN APA YANG ANDA KETAHUI DAN TEMUKAN DI
LINGKUNGAN SEKITAR ANDA. BOLEH MENGGUNAKAN PENDAPAT PRIBADI
DAN TIDAK MENGGUNAKAN SUMBER ILMIAH)
Berdasarkan sebuah artikel yang dirilis oleh www.pilihdokter.com, terdapat beberapa
mitos yang sering muncul terkait dengan keganasan atau kanker itu sendiri, antara lain:
pernyataan bahwa dengan berpikir positif dapat membantu pengobatan atau penyembuhan
kanker itu sendiri, karena hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa
berpikir positif dapat membantu penyembuhan kanker. Faktanya berpikir positif hanya
memperbaiki kualitas hidup pasien selama pengobatan kanker dan sesudahnya, karena
dengan berpikir positif, pasien dapat lebih aktif dan memiliki hubungan yang lebih dekat
dengan keluarga, teman dan membantu menguatkan pasien dalam menghadapi penyakitnya.

Mitos kedua adalah bahwa pengobatan kanker membuat seseorang tidak dapat
beraktivitas, padahal faktanya sebagaian besar orang yang sedang melakukan pengobatan
kanker dapat tetap tinggal beraktivitas seperti biasanya. Mitos lain yang berkembang adalah
bahwa pemeriksaan biopsi dan tindakan pembedahan dipercayai dapat membuat sel kanker
menyebar. Faktanya bagi sebagain jenis kanker, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa
pemeriksaan biopsi dan pembedahan dapat mengakibatkan kanker menyebar karena.
Kebiasaan lain yang berkembang dalam masyarakat adalah menyembuhkan penyakit
kanker termasuk kanker tulang hanya dengan mengkonsumsi ekstrak tumbuhan
berantioksidan tinggi. Belakangan ini berkembang kepercayaan baru dimasyarakat yang
menyatakan bahwa dengan mengkonsumsi makanan dengan antioksidan tinggi dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit. Timbulnya kepercayaan itu juga diakibatkan oleh
iklan produk herbal yang menyatakan dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit hanya
dengan mengkonsumsi produk yang dijual. Padahal penyembuhan kanker sendiri tidak dapat
dilakukan dengan konsumsi produk berantioksidan tinggi dan immune booster saja, tetapi
juga harus mengikuti beberapa terapi yang membunuh sel-sel kanker itu sendiri seperti
melakukan kemotrapi. Konsumsi produk berantioksidan tinggi sesungguhnya hanya dapat
mengurangi kadar radikal bebas yang bersifat karsinogen didalam tubuh, sehingga konsumsi
produk herbal berantioksidan tinggi hanya dapat menurunkan resiko kanker itu sendiri, bukan
menghilangkan sel kanker ataupun menyembuhkan kanker.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Ed 8. EGC. Jakarta
Bjorndal Sorensen K, Godballe C, Ostergaard B, Krogdahl A. Adult extracardiac rhabdomyoma:
light and immunohistochemical studies of two cases in the parapharyngeal space. Head
Neck. Mar 2006
Keitel, M. A., & Kopala, M. 2000. Counseling Women with BreastCancer: A Guide for
Professional. Thousan Oaks: SagePublications, Inc.
Lehman et al. 1978. Assesment of need, development and evaluation of a model of care. Arch.
Phys Med. 59th Edition. 410-419
Moorhead S, Jonson M, Mass ML, et al. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby
Elsevier : USA
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2012. Diagnosis Keperawatan
2012-2014. Jakarta : Penerbit Buku Kedoteran EGC.
Namora dan Hasnida. 2009. Dukungan Sosial pada Pasien Kanker, Perlukah?. Sumatra Utara:
USU Press
Priharjo, R. 1996.Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta; EGC.
Prokop, C. K., Bradley, L. A., Burish, T. G., Anderson, K. O., & Fox, J. E. 1991. Health
Psychology: Clinical Methods and Research.New York: MacMillan Publishing Company.
Radley, A. 1994. Making sense of illness: The Social Psychology ofHealth and Disease. London:
Sage Publications.
Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Orthopaedi, Trauma, 12th Edition. Bintang Lamupatue,
Makasar: 2003
Rahmadi, Agus. 1993. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskletal. Banjarbaru: Akper Depkes
Robbins dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II. Jakarta: EGC
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
EGC : Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2).EGC; Jakarta.
Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Yayasan Kanker Indonesia, (2006), Informasi Dasar tentang Kanker, cetakan ke-4, Jakarta.

Robbins dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II. Jakarta: EGC
Sabiston, David C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC
Sabiston, David C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC

You might also like