You are on page 1of 171

PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR PADA PROYEK

PEMBANGUNAN CENTRAL NATURAL GAS


(Studi Kasus : Stasiun Gas Induk Bitung-Tangerang)

Tugas Akhir
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana S1 Jurusan
Teknik Sipil-Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

M.FADHIL CHOLIQ
(3336100371)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON - BANTEN
2014

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya laporan tugas akhir dengan judul Perencanaan Pondasi Tiang Bor
Pada Proyek Pembangunan Central Natural Gas (Studi kasus: Stasiun Gas Induk
Bitung-Tangerang) dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula syalawat
serta salam kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan seluruh sahabatnya. Penulisan tugas akhir ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1) pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Laporan tugas akhir ini dapat penulis selesaikan dengan baik atas bantuan dan
kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Ibu Enden Mina, ST., MT dan Bapak Rama Indera Kusuma, ST., MT
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingannya serta
meluangkan waktunya hingga selesainya laporan tugas akhir ini.
2. Bapak Zulmahdi Darwis, ST.,M.Eng dan Ibu Restu Wigati, ST, M. Eng
selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk

memberi

masukan-masukan

yang

membantu

saya

dalam

penyusunan laporan tugas akhir ini.


3. Bapak M.Fakhruriza Pradana, ST., MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Ibu Irma Suryani ST,M.Sc Selaku Koordinator tugas akhir Jurusan Teknik
Sipil.
5. Pihak PT Surya Cipta Teknik, Tangerang yang telah banyak membantu
dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan.

iv

6. Untuk seluruh mahasiswa sipil Untirta, khususnya Durisapu, terima kasih


banyak untuk bantuan dan dukungan baik moril dan materil.
Penulis selaku insan yang tidak pernah jauh dan luput dari kesalahan,
menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih banyak kekurangan-kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Diharapkan saran dan kritik yang membangun
untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga Tugas Akhir ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Cilegon, Juli 2014

Muhammad Fadhil Choliq

Halaman Persembahan
Karya skripsi ini akan ku persembahkan khusus untuk kedua orang tua ku, Muhamad
Annas dan Tini Suhastini. Hanya karena merekalah aku bisa jadi seperti ini,
sebagai motivator terhebat dalam perjalanan hidupku. Kedua adikku tercinta, Siti
Sarah Choirunnisa dan Siti Aisyah Noor Salma, yang tak henti mendoakan aku
sehingga menjadi bahan bakar semangat dalam menjalani hidup ini.
Seluruh keluarga besarku yang telah mendukung perjalanan pendidikanku.
Tak ada kata yang sempurna, tak ada kalimat seindah apapun untuk
menggambarkan rasa terima kasihku.

Muhammad Fadhil Choliq

PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR PADA PROYEK


PEMBANGUNAN CENTRAL NATURAL GAS
(Studi Kasus : Stasiun Gas Induk Pertamina Bitung-Tangerang)
Muhammad Fadhil Choliq
INTISARI
Studi perencanaan pondasi tiang bor dilakukan pada Proyek
Pembangunan CNG Mother and Daughter Station berbasis di BitungTangerang. Pondasi tiang bor pada proyek ini direncanakan untuk menahan
beban kompresor gas. Tujuan dari studi ini adalah menghitung daya dukung
kelompok pondasi tiang bor dan penurunan, serta merencanakan pile cap dan
pondasi tiang bor dengan menentukan dimensi dan menghitung kebutuhan
tulangan yang dibutuhkan dalam perencanaan pondasi tiang bor. Metode-metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Meyerhof (1976) dengan
data hasil Standar Penetration Test, dan metode Skempton (1966) dan Oneil
Reese (1989) dengan data hasil uji laboratorium. Peneliti juga membandingkan
hasilnya dengan menggunakan software GEO5 v.17.
Hasil analisis perhitungan daya dukung pondasi tiang bor dalam penelitian
menunjukan bahwa daya dukung kelompok tiang berdasarkan Meyerhof
(1976) untuk data SPT adalah 272,78 ton dengan SF = 5,65 dan penurunannya
0,67 cm, berdasarkan Skempton (1966) dan Oneil Reese (1989) dengan data
hasil uji laboratorium adalah 321,664 ton dengan SF = 6,67 dan penurunannya
1,176 cm, dan berdasarkan program GEO5 v.17 adalah 716,543 ton dengan SF =
6,24 dan hasil penurunannyan 1,09 cm. Hasil analisis perhitungan tahanan beban
lateral pondasi tiang bor dalam penelitian menunjukan tahanan beban lateral
pada tiang kelompok didapat Hu = 65,911 ton dan defleksi tiang kelompok
0,00355 cm.
Hasil perencanaan pondasi tiang bor didapat dimensi tiang bor 0,4 m
dengan tulangan longitudinal tekan lentur sebesar 8 D19, serta tulangan geser
(sengkang spiral) sebesar D19-150. Hasil perencanaan pile cap didapat dimensi
pile cap 2,6 x 7 x 0,85 m dengan tulangan tarik dua arah sebesar D22-100 dan
tulangan tekan dua arah sebesar D19-100 dengan jarak sengkang sebesar 250 mm.
Berdasarkan analisis besar faktor keamanan daya dukung pondasi memenuhi
syarat keamaan untuk daya dukung baik untuk beban vertikal maupun horizontal
karena nilai SF > 3,5 dan hasil penurunan pondasi kelompoknya memenuhi syarat
keamanan karena nilai penurunannya < 4 cm.
Kata kunci : Tiang bor, daya dukung, penurunan, beban lateral, pile cap

vii

DESIGN OF BORED PILE FOUNDATION OF CENTRAL


NATURAL GAS DEVELOPMENT PROJECT
(Case study : Main Gas Station of Bitung Pertamina - Tangerang)
Muhammad Fadhil Choliq

ABSTRACT
The study of design bored pile foundation was conducted on the " Project of
Mother and Daughter CNG Station located in Bitung-Tangerang". Bored pile
foundation used in this project to support the weight of the gas compressor.The
purpose of this study was to calculate the bearing capacity and displacement the
pile group foundation, as well as design pile cap and bored pile with determining
the dimensions and calculate the required reinforcement in the design of bored pile.
The Methode that is used in this study are Meyerhof (1976) method with Standard
Penetration Test (SPT) result data, and (1966) and Oneil Reese (1989) method
from laboratory test results data. The Study also compared manual results with
GEO5 v.17 software result.
The result of the analysis of the calculation of pile foundation bearing
capacity in this study showed that the bearing capacity of the pile group based on
Meyerhof (1976) for SPT data is 272,78 tons with SF = 5,65 and 0,67 cm
displacement, based Skempton (1966) and Oneil Reese (1989) method from
laboratory test results data is 321,664 tons with SF = 6,67 and displacement 1.176
cm. Otherwise based on GEO5 v.17 program the bearing capacity is 716,543 tons
with SF = 6,24 and displacement 1,09 cm. The results of the analysis of lateral load
resistance calculation bored pile in the study showed lateral load resistance on the
pile group obtained Hu = 65.911 tons and 0.00355 cm deflection of pile group.
The result of design bored pile be obtained dimensions 0.4 m with flexural
compressive longitudinal reinforcement at 8 D19, as well as shear reinforcement
(cross bar spiral) of D19-150. Based on the results of desain pile cap the dimension
is 2,6 x 7 x 0,85 m with tensile reinforcement two way directions for D22-100 and
reinforcement two way directions for D19-100 with a cross bar spacing of 250 mm
and Based on the analysis of large safety factor of foundation bearing capacity to
meet the security requirements for load bearing capacity either vertically or
horizontally for SF values > 3.5 and the result of settlement in foundation safety
group qualify for the settlement value < 4 cm.
Keywords: Bored Pile, bearing capacity, displacement, lateral load resistance,
pile cap

viii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................iii
PRAKATA .........................................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................vi
INTISARI ...........................................................................................................vii
ABSTRACT .......................................................................................................viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xi
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiv
DAFTAR NOTASI .............................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xix
I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................3
C. Lokasi Penelitian ..................................................................................3
D. Tujuan Penelitian .................................................................................4
E. Manfaat Penelitian ...............................................................................4
F.

Batasan Masalah ..................................................................................5

G. Keaslian Penelitian................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................6
III. LANDASAN TEORI
A. Definisi Tanah.......................................................................................10
B. Penyelidikan Lapangan dengan Pengeboran .......................................12
C. Macam-Macam Pondasi .......................................................................21
D. Pengertian Pondasi Tiang Bor ..............................................................21
E. Keuntungan dan Kerugian Pondasi Tiang Bor .....................................23
F.

Metode Dasar Dalam Pelaksanaan Tiang Bor ......................................24

ix

G. Pembebanan Pondasi Tiang Bor ...........................................................27


H. Dimensi Tiang Bor ................................................................................34
I.

Kapasitas Dukung Tiang Bor ................................................................34

J.

Kapasitas Tahanan Beban Lateral Ultimit ............................................44

K. Penurunan Pondasi Tiang Bor ..............................................................52


L.

Faktor Aman Tiang Bor ........................................................................64

M. Perencanaan Pile Cap ...........................................................................65


N. Perencanaan Tulangan Pondasi Tiang Bor ...........................................67
O. Program GEO5 v.17..............................................................................69
IV. METODOLOGI PENELITIAN
A. Data Umum ..........................................................................................73
B. Lokasi Pengujian Lapangan .................................................................73
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................74
D. Proses Perancangan ..............................................................................74
E. Flow Chart Metodologi Penelitian ......................................................76
F. Waktu Penelitian ..................................................................................78
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Perencanaan Pondasi ...................................................................80
B. Pembebanan Pondasi ...........................................................................80
C. Korelasi Data Tanah untuk Menghitung Daya Dukung dan Penurunan .......83
D. Analisis Pondasi Tiang Bor ..................................................................86
E. Perhitungan Tahanan Beban Lateral Pada Tiang Bor ...........................93
F.

Perencanaan Pile Cap dengan Empat Pile ............................................104

G. Perencanaan Tulangan Pondasi Tiang Bor ...........................................112


H. Menghitung Penurunan Tiang dan Penurunan Ijin ...............................120
I.

Analisis Program GEO5 v.17 ...............................................................126

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ..........................................................................................142
B. Saran ....................................................................................................143
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.

Mesin Compressor ......................................................................... 2

Gambar 2.

Peta Lokasi Penelitian ................................................................... 4

Gambar 3.

Layout Lokasi Penelitian ............................................................... 4

Gambar 4.

Posisi Penelitian terhadap Peneliti Sebelumnya ............................ 9

Gambar 5.

Splint Barrel Sampler Untuk Penyelidikan SPT ............................ 14

Gambar 6.

Contoh Palu yang Biasa Digunakan Dalam Uji SPT ..................... 14

Gambar 7.

Skema Urutan Pengujian Penetrasi Standar (SPT) ........................ 15

Gambar 8.

Formulir Pengujian SPT ................................................................ 17

Gambar 9.

Cara Pelaporan Hasil Uji Sondir .................................................... 21

Gambar 10. Bored Pile dengan metode kering .................................................. 24


Gambar 11. Bored Pile dengan metode acuan................................................... 25
Gambar 12. Bored Pile dengan metode adonan ................................................ 26
Gambar 13. Wilayah Gempa Indonesia dengan Periode Ulang 500 Tahun ...... 32
Gambar 14. Diagram Spektrum Respon Gempa Rencana ................................. 33
Gambar 15. Definisi Tiang Ujung Jepit dan Ujung Bebas ................................ 44
Gambar 16. Tiang Ujung Jepit dalam Tanah Kohesif ....................................... 48
Gambar 17. Tahanan Lateral Ultimit Tiang dalam Tanah Kohesif ................... 49
Gambar 18. Variasi nilai Ax, Am, Bx, Bm untuk Tiap Kedalaman z .......... 51
Gambar 19. Faktor Penurunan I0 ....................................................................... 55
Gambar 20. Koreksi Kompresi Rk ..................................................................... 56
Gambar 21. Koreksi kedalaman Rh ................................................................... 56
Gambar 22. Koreksi Angka Poisson R............................................................. 57
Gambar 23. Koreksi Kekakuan Lapisan Pendukung, Rb ................................... 57
Gambar 24. Gambar Grafik Faktor Koreksi ..................................................... 62
Gambar 25. Susunan Kelompok Tiang dalam Pelat Penutup Tiang ................. 65
Gambar 26. Penulangan Tiang Bor ................................................................... 69
Gambar 27. Hasil output daya dukung tiang tunggal ....................................... 71
Gambar 28. Hasil output penurunan tiang tunggal ............................................ 71

xi

Gambar 29. Hasil output daya dukung tiang kelompok ................................... 72


Gambar 30. Hasil output penurunan tiang kelompok ........................................ 72
Gambar 31. Titik pengujian Sondir dan SPT yang ditinjau ............................... 74
Gambar 32. Flow Chart Metodologi penelitian................................................. 76
Gambar 33. Detail potongan rencana pondasi ................................................... 79
Gambar 34. Susunan pondasi tiang kelompok .................................................. 91
Gambar 35. Defleksi tiang ujung jepit akibat beban lateral .............................. 100
Gambar 36. Momen pada tiang ujung jepit akibat beban lateral ....................... 100
Gambar 37. Penampang bundar kolom pendek dengan penampang persegi dan
aktual ekivalen ............................................................................... 116
Gambar 38. Hasil Pengujian konsolidasi ........................................................... 125
Gambar 39. Pola beban dan penurunan konsolidasi .......................................... 126
Gambar 40. Tampilan Awal program GEO5 v.17 (Pile Group) ....................... 127
Gambar 41. Tampilan settings pada program GEO5 v.17(Pile Group) ............ 127
Gambar 42. Tampilan structure pada program GEO5 v.17(Pile Group) .......... 128
Gambar 43. Tampilan geometry pada program GEO5 v.17(Pile Group).......... 129
Gambar 44. Tampilan material beton pada program GEO5 v.17 (Pile Group) ........ 130
Gambar 45. Tampilan material tulangan pada program GEO5 v.17 (Pile Group) .. 131
Gambar 46. Tampilan load pondasi pada program GEO5 v.17 (Pile Group) ... 131
Gambar 47. Menu input profile pada program GEO5 v.17 (Pile Group)....... 132
Gambar 48. Kedalaman lapisan 1 pada program GEO5 v.17(Pile Group) ....... 132
Gambar 49. Kedalaman lapisan 2 pada program GEO5 v.17(Pile Group) ....... 133
Gambar 50. Kedalaman lapisan 3 pada program GEO5 v.17(Pile Group) ....... 133
Gambar 51. Tampilan profile pondasi pada program GEO5 v.17 (Pile Group) ...... 133
Gambar 52. Menu input soils pada program GEO5 v.17 (Pile Group) .......... 134
Gambar 53. Spesifikasi tanah lapisan 1 pada program GEO5 v.17 (Pile Group) .... 134
Gambar 54. Spesifikasi tanah lapisan 2 pada program GEO5 v.17 (Pile Group) .... 135
Gambar 55. Spesifikasi tanah lapisan 3 pada program GEO5 v.17 (Pile Group) .... 136
Gambar 56. Menu input water pada program GEO5 v.17 .............................. 137
Gambar 57. Tampilan water pondasi pada program GEO5 v.17 (Pile Group) . 137
xii

Gambar 58. Tampilan Stage settings pondasi pada program GEO5 v.17 (Pile Group) ....... 138
Gambar 59. Tampilan hasil analisis daya dukung vertikal pondasi pada program
GEO5 v.17 (Pile Group) ................................................................ 138
Gambar 60. Tampilan hasil analisis penurunan pondasi pada program GEO5
v.17 (Pile Group) ........................................................................... 139
Gambar 61. Tampilan output pondasi pada program GEO5 v.17 (Pile Group)........ 139

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Perbandingan Penelitian Tugas Akhir Sebelumnya .............................. 8
Tabel 2. Nilai berat jenis tanah dari berbagai macam tanah ...............................10
Tabel 3. Nilai n, e, w, d, b untuk tanah keadaan asli lapangan .........................11
Tabel 4. Hubungan indeks plastis dengan plastisitas dan jenis tanah .................11
Tabel 5. Hubungan N dengan kerapatan relatif (Dr) tanah pasir ........................18
Tabel 6. Hubungan nilai N, konsistensi dan kuat tekan bebas (qu) untuk tanah
lempung jenuh.......................................................................................19
Tabel 7. Beban Mati pada Struktur ....................................................................27
Tabel 8. Beban Hidup pada Struktur ..................................................................28
Tabel 9. Faktor Keutamaan untuk berbagai kategori gedung dan bangunan ......30
Tabel 10.Faktor Daktilitas Maksimum (m), Faktor Reduksi Gempa Maksimum
(Rm), Faktor Tahanan Lebih Struktur (f1) beberapa jenis sistem/subsistem
struktur gedung .....................................................................................31
Tabel 11.Jenis tanah berdasarkan SNI 03-1726 tanah sedang dan tanah lunak
apabila untuk lapisan setebal maksimum 30 meter paling atas dipenuhi
syarat-syarat yang tercantum dalam tabel 11.-2002 ...........................32
Tabel 12.Faktor reduksi kekuatan ......................................................................34
Tabel 13.Nilai rata-rata untuk memperkirakan tahanan kulit tiang bor tiang yang
dibor dalam tanah lempung ...................................................................37
Tabel 14. Perkiraan qd Untuk Tiang yang Dicor Ditempat ...............................39
Tabel 15. Intensitas Gaya Geser Dinding Tiang ................................................40
Tabel 16. Faktor Kapasitas Dukung Ujung Nc dan Nq .....................................43
Tabel 17. Nilai-nilai nh Untuk Tanah Kohesif ...................................................46
Tabel 18. Kriteria tiang kaku dan tiang tidak kaku ...........................................46
Tabel 19. Nilai Modulus Elastis .........................................................................46
Tabel 20. Koefisien momen dan defleksi pada tiang bor untuk tanah granuler .50

xiv

Tabel 21. Ketentuan Penurunan Maksimum Pada Suatu Bangunan Jenis


bangunan .............................................................................................53
Tabel 22. Angka poison () untuk masing-masing jenis tanah ...........................53
Tabel 23. Hubungan Untuk Indeks Pemampatan(Cc).........................................63
Tabel 24. Faktor aman untuk tiang bor ...............................................................64
Tabel 25. Rencana Waktu penelitian...................................................................79
Tabel 26. Beban mati yang bekerja pada pondasi mesin kompresor ..................80
Tabel 27 Data tanah pada pondasi mesin kompresor ..........................................83
Tabel 28. Hasil Daya dukung ultimit tiang dan SF untuk kapasitas tiang tunggal ......91
Tabel 29. Hasil Daya dukung ultimit tiang dan SF untuk kapasitas tiang kelompok ...93
Tabel 30. Nilai defleksi dan momen tiang tunggal akibat beban lateral .............101
Tabel 31. Perkiraan penurunan tiang tunggal .....................................................122
Tabel 32. Hasil analisis daya dukung vertikal dan penurunan tiang bor kelompok ...140
Tabel 33.Perbandingan Hasil Analisis Perencanaan dengan Kondisi di Lapangan .... 141

xv

DAFTAR NOTASI

Ab

= Luas penampang ujung bawah tiang (m2)

As

= Luas Selimut Tiang (m2)

bw

= Lebar Pile Cap (m)

= Koefisien Gesek

= Faktor Respon Gempa

Cu

= Kohesi Undrained (ton/m2)

= Diameter Tiang (m)

Dr

= Kerapatan Relatif

Eg

= Efisiensi Kelompok Tiang

Ep

= Modulus Elastis Tiang (kN/m2)

Es

= Modulus Elastis Tanah (kN/m2)

= Angka Pori

= Eksentrisitas (m)

eb

= Eksentrisitas Balanced (m)

= Kedalaman Tiang Pada Keadaan Momen Maksimum (m)

fb

= Tahanan Ujung Neto per Satuan Luas (kPa)

fc

= Kuat Tekan Beton (MPa)

fi

= Besar gaya geser maksimum dari lapisan tanah (ton/m 2)

fs

= Tahanan Gesek Satuan (ton/m2)

fy

= Kuat Tarik Baja (MPa)

= Kedalaman total lapisan tanah ujung tiang ke muka tanah (m)

Hu

= Tahanan Lateral Ultimit Tiang (ton)

Hi

= Beban Horizontal per 1 tiang (kN)

= Faktor Keutamaan Gedung

Ip

= Momen Inersia Tiang (m4)


xvi

I0

= Faktor pengaruh penurunan tiang yang tidak mudah mampat

= Faktor Kekakuan Tiang

= Modulus Reaksi Subgrade

lw

= Panjang Pile Cap (m)

= Panjang Tiang (m)

Li
m

= Tebal Lapisan Tanah dengan Memperhitungkan Geseran Dinding


Tiang (m)
= Jumlah Baris Tiang

Mmak = Momen dimana tiang mencapai batas maksimum (ton.m)


Mg

= Momen Pada Dasar Muka Tanah (ton.m)

Mu

= Momen Ultimit Penampang (ton)

My

= Tahanan Momen Batas Tiang (ton.m)

Mz

= Momen Tiang untuk Tiap Lapisan (ton.m)

= Jumlah Tiang

= Jumlah Tiang Dalam Satu Baris

= Rasio Tulangan

min

= Rasio Tulangan Minimum

= Tekanan Overburden di Tengah Lapisan Tanah (ton/m2)

= Keliling Tiang (m)

= Beban Total (ton)

Pr

= Kuat Rencana Penampang (ton)

Pu

= Kuat Nominal Penampang (ton)

qd

= Unit Tahanan Ujung (ton/m2)

= Beban yang Bekerja (ton)

Qb

= Tahanan Ujung Tiang (ton)

Qs

= Tahanan Gesek Dinding (ton)

Qpg

= Daya Dukung Kelompok Tiang (ton)


xvii

Qult

= Daya Dukung Ultimit Tiang (ton)

= Faktor Reduksi Gempa

= Faktor Kekakuan untuk modulus tanah konstan

Rk

= Faktor koreksi kemudahan mampatan tiang

Rh

= Faktor koreksi untuk kelebihan lapisan yang terletak pada tanah keras.

= Faktor koreksi angka poison

Rb

= Faktor koreksi untuk kekakuan lapisan pendukung

= Jarak antar Pusat Tiang (m)

= Penurunan Tiang Tunggal (cm)

Sc

= Penurunan Konsolidasi (cm)

= Faktor Kekakuan untuk modulus tanah yang tidak konstan

Vu

= Gaya Geser Ultimit (ton)

Vc1

= Gaya Geser Satu Arah (ton)

Vc2

= Gaya Geser Dua Arah (ton)

= Arc tan d/s (derajat)

= Faktor Reduksi Kekuatan

= Koefisien dari Skin Friction

= Kadar Air (%)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Berkas-Berkas Sidang Tugas Akhir

LAMPIRAN 2

Gambar Detail Tulangan

LAMPIRAN 3

Data Penyelidikan Tanah

LAMPIRAN 4

Gambar Mesin Kompresor

xix

BAB I
PEDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan suatu konstruksi pertama sekali yang dilaksanakan dan
dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan struktur bawah baru kemudian
melaksanakan pekerjaan struktur atas. Pembangunan suatu pondasi sangat besar
fungsinya pada suatu konstruksi. Pondasi didefinisikan sebagai bangunan bawah
tanah yang meneruskan beban yang berasal dari berat bangunan itu sendiri dan
beban luar yang bekerja pada bangunan ke tanah yang ada disekitarnya.
Industri didaerah Bitung dan daerah sekitarnya berkembang dengan pesat
membuat pertamina gas mengalami kekurangan dalam memenuhi kebutuhannya.
Pertamina membangun sebuah proyek Pembangunan CNG mother and daughter
station berbasis di Bitung-Tangerang yaitu sebuah proyek penyediaan gas alam
yang diharapkan bisa memasok kebutuhan gas untuk industri Bitung dan
sekitarnya.
Proyek Pembangunan CNG mother and daughter station bertempat di
Bitung-Tangerang terdapat

beberapa bangunan salah satunya

bangunan

kompresor, pondasi pada bangunan kompresor menggunakan pondasi tiang


pancang grup dengan 6 buah tiang dengan diameter 0,3m x 0,3m. Dari hasil
penyelidikan tanah pada titik sondir 1 dan dept boring 1 diperoleh data bahwa
lapisan tanah bagian atas adalah tanah lunak dengan konsistensi rendah sehingga
daya dukung tanahnya juga rendah, sedangkan lapisan tanah keras terdapat pada
kedalaman 4-5 meter dari permukaan tanah. Dalam pelaksanaannya proyek ini
juga memerlukan tanah urugan setinggi 2,1-2,5 meter dari permukaan jalan.
Bangunan kompresor menampung beban mesin kompresor, kompresor
sendiri merupakan alat penampung dan penyaluran gas dimana bahan yang
ditampung sudah menjadi gas natural. Berat bersih kompresor 11 ton, dengan
tinggi 2,802 m, panjang 6,954 m, dan lebar 2,18 m. Alat ini di datangkan langsung
dari Buenos Aires, Argentina.

Gambar 1. Mesin Compressor


(Sumber: Data Observasi Lapangan, 2013)

Beban yang bekerja adalah beban vertikal dan beban horizontal, beban
vertikal yaitu berat sendiri kompresor karena dalam penelitian ini fokus pada daya
dukung dan penurunan pondasi tiang bor akibat beban vertikal dari kompresor itu
sendiri dan beban horizontal yaitu beban gempa pada pondasi tiang bor. Dalam
perencanaan pondasi tiang bor, ada beberapa metode yang dapat digunakan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Skempton (1966)
karena metode ini digunakan untuk tanah lempung sesuai dengan karakteristik
tanah di lapangan yaitu lanau kelempungan. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode Oneill dan Reese(1989) karena metode ini
digunakan untuk tanah pasir sesuai dengan karakteristik tanah di lapangan yaitu
lanau kepasiran. Metode lainnya yang digunakan adalah metode Meyerhof (1976),
metode ini digunakan untuk menganalisis data dari penyelidikan SPT dimana
metode ini telah lama muncul dan banyak digunakan dalam penelitian daya
dukung tiang bor. Metode lainnya menggunakan metode statis, yaitu perhitungan
yang dilakukan menurut teori Mekanika Tanah, yaitu dengan mempelajari sifatsifat teknis tanah ( strength parameter) yang diperoleh dari hasil uji lapangan
(SPT atau CPT) dan data hasil uji laboratorium.
Dalam penelitian, penulis ingin membuat suatu pondasi jenis tiang bor untuk
bangunan kompresor, hasilnya akan dibandingkan dengan penggunaan pondasi
tiang pancang yang sebelumnya sudah di analisis oleh Anwar (2013) dengan
2

menggunakan 2 metode yaitu Meyerhof (1976) untuk menganalisis data dari


penyelidikan SPT (Standard Penetration Test dan Aoki de alencer (1986) untuk
menganalisis data dari penyelidikan CPT(Cone Penetration Test). Dengan safety
factor (FS) safety factor ijin

dan hasil penurunan pondasi kelompoknya

memenuhi syarat keamanan karena nilai penurunannya < penurunan ijin.

B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah :
1.

Bagaimana menentukan dimensi pile cap dan pondasi, serta banyaknya


tulangan pile cap dan pondasi yang akan digunakan.

2.

Berapa besar nilai ketahanan tanah dan daya dukung pondasi


tiang bor terhadap beban kompresor.

3.

Bagaimana menganalisa dan mendapatkan angka penurunan yang terjadi


pada tiang bor yang menahan beban kompresor dengan perhitungan
manual dan menggunakan software GEO5 v.17.

C. Lokasi penelitian
Penelitian berlokasi di daerah Bitung-Tangerang, tepatnya di proyek
pembangunan CNG mother and Daughter station berbasis di Bitung terletak di
Jalan raya serang km 10,4 Bitung, Tangerang Batas-batas lokasi proyek adalah
sebagai berikut:
1.

Sebelah Utara

: Perumahan dinas karyawan Pertamina Gas

2.

Sebelah Selatan

: Jalan Raya Serang Km 10,4 Bitung, Tangerang

3.

Sebelah Barat

: PT. SBR

4.

Sebelah Timur

: Lapangan sepak bola

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian


(Sumber : Google Map, 2014)

Gambar 3. Layout Lokasi Penelitian


(Sumber : Data kontraktor pelaksana,2013)

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Merencanakan pile cap dan pondasi tiang bor pada proyek pembangunan
CNG mother and Daughter station berbasis di Bitung.
2. Mendapatkan hasil analisa daya dukung pondasi tiang bor terhadap berat
kompresor sesuai data yang diperoleh dengan menggunakan perhitungan
manual dan software GEO5 v.17.
3. Dapat membandingkan angka penurunan secara hitungan manual dan
menggunakan software GEO5 v.17.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat:
1.

Mengetahui penulangan pondasi dan pile cap sesuai dengan dimensi


pondasi dan pile cap yang direncanakan.
4

2.

Mengetahui

daya

dukung,

penurunan

pondasi

dan

mampu

mengaplikasikan program GEO5 v.17.


3.

Menjadikan referensi sebagai salah satu contoh perhitungan pondasi


tiang bor untuk mahasiswa Teknik Sipil UNTIRTA.

F. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian adalah :
1.

Pada proyek pembangunan CNG mother and Daughter station berbasis


di Bitung ini, peneliti bermaksud hanya merencanakan pondasi tiang
bor pada pondasi bangunan kompresor dengan data penyelidikan tanah
pada titik sondir 1 dan dept boring 1.

2.

Analisis menggunakan metode yang sesuai dengan data penyelidikan


tanah yang telah dilakukan yaitu metode statis, Meyerhof (1976), Oneill
Reese (1989) dan Skempton (1966) .

3.

Beban horizontal yang ditinjau adalah beban gempa.

4.

Tidak menghitung rancangan anggaran biaya pada banguan kompresor.

5.

Karena kompresor ini berfungsi sebagai penampung gas maka


diasumsikan beban kompresor adalah beban statis, oleh karena itu dalam
penelitian ini tidak menghitung akibat beban getaran mesin.

G. Keaslian Penelitian
Penelitian perencanaan pondasi dan analisa daya dukung pondasi telah diteliti
oleh banyak orang. Namun setiap penelitian mempunyai lokasi dan tinjauan
gedung yang berbeda. Perencanaan pondasi kompresor menggunakan pondasi
tiang bor pada proyek pembangunan CNG mother and Daughter station berbasis
di Bitung ini belum pernah dilakukan oleh orang lain.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian yang dilakukan oleh Putro (2011) yang meneliti tentang


Perencanaan Pondasi Tiang Bor pada Proyek Gedung Menara Palma yang
berlokasi di Jl. HR. Rasuna Said Kav. 6, Kuningan, Jakarta Selatan. Dari hasil
penelitian didapat hasil Analisa penurunan dengan menggunakan program FBPIER = 0.001 m. Daya dukung 1 tiang diameter 0,8 m kedalaman 14 m= 105 ton
dan daya dukung kelompok = 1575.024 ton. Daya dukung 1 tiang diameter 0,8 m
kedalaman 16 m= 226.31 ton dan daya dukung kelompok = 5092.452 ton. Daya
dukung 1 tiang diameter 1 m kedalaman 14 m= 152.45 ton dan daya dukung
kelompok = 2271.63 ton . Daya dukung 1 tiang diameter 1 m kedalaman 16 m=
339.43 ton dan daya dukung kelompok = 7637.265 ton. Menggunakan pondasi
tiang pancang dengan material beton: dimensi 0,8 x 0,8 m dan panjang tiang 14
m dan 16 m.
Penelitian yang dilakukan oleh Danuatmaja (2009) yang meneliti tentang
Perencanaan Pondasi Tiang Bor pada Gedung Kampus STIE-IBS yag berlokasi di
Kemang, Jakarta Selatan. Didalam proyek ini peneliti menghitung dengan
beberapa metode dan diperoleh hasil perhitungan dengan menggunakan metode
Vesic untuk daya dukung ujungnya dan untuk daya dukung selimutnya
menggunakan metode Lambda(). Untuk penurunannya menggunakan metode
semi empiris sehingga di dapat penurunan untuk masing-masing diameter tiang
bor, untuk diameter 0,6 m 1 tiang didapat nilai penurunan sebesar 0,0158 m dan
kelompok tiang sebesar 0,0317 m, untuk diameter 0,8 m 1 tiang didapat nilai
penurunan sebesar 0,0191 m dan kelompok tiang sebesar 0,0382 m.

Untuk

penulangan pondasi dan pile cap mengacu pada peraturan SK SNI T-15-1991-03,
didapat diameter dan penulangan pada pondasi tiang bor sebesar 0,6 m dengan
tulangan pokok sebanyak 10 batang diameter tulangan 22 mm(10D22) dan 0,8 m
dengan tulangan pokok sebanyak 13 batang diameter tulangan 25 mm(13D25).

Penelitian yang dilakukan oleh Anggara (2010) yang meneliti tentang


Analisa Pondasi Tiang Bor Pada Proyek Jembatan Tambalan II yang berlokasi di
Bantul, Yogyakarta. Didalam proyek ini peneliti menganalisis kapasitas dukung
dan penurunan pondasi tiang bor

pada proyek jembatan tambalan II. Fondasi

tiang bor dipilih karena penggunaan pondasi tiang bor merupakan suatu
keharusan demi tercapai suatu struktur yang aman. Analisis yang digunakan
adalah dengan metode statis yaitu dengan data uji laboratorium dan data SPT
(lapangan). Dalam analisis ini digunakan tiang bor dengan diameter 0,60 m ;
0,80 m dan 1,00 m. dengan kuat tekan beton K-250 dan panjang efektif tiang
bor 15 m. Dari perhitungan analisis yang telah dilakukan didapatkan berat
total struktur atas hasil analisis SAP 2000 sebesar 766,43 ton. Berdasarkan data
SPT hasil analisis fondasi tiang bor diameter tiang 0,60 m sebesar 1281,707 ton
lebih kecil daripada beban total 1288,85 ton sehingga tidak aman digunakan.
Untuk diameter tiang 0,80 m mempunyai kapasitas dukung kelompok tiang
sebesar 1612,00 ton lebih besar daripada beban total 1352,16 ton sehingga aman
digunakan. Untuk diameter tiang 1,00 m mempunyai kapasitas dukung kelompok
tiang sebesar 1864,462 ton lebih besar daripada beban total 1433,55 ton
sehingga aman digunakan.. Dan penurunan fondasi tiang bor diameter tiang
0,60 m adalah 0,28 m. Untuk diameter 0,80 m adalah 0,31 m. Untuk diameter
1,00 m pada tanah lempung adalah 0,35 m. Semakin besar jarak antar tiang
atau luasan kelompok tiang maka semakin kecil penurunan yang terjadi.
Berdasarkan hasil penelitian dari referensi di atas, penulis tertarik untuk
meneliti Perencanaan pondasi tiang bor pada proyek pembangunan central natural
gas (Studi kasus: Stasiun gas induk Bitung-Tangerang) yang menahan beban
kompresor gas. Analisis yang di pakai menggunakan metode perhitungan daya
dukung pondasi dan penurunan manual serta menggunakan program GEO5 v.17.

Tabel 1. Perbandingan penelitian dengan penelitian yang berhubungan

Peneliti

Galeh

Yunida

Febri Yoga

Muhammad

A Putro

Danuatmaja

Anggara

Fadhil Choliq

Metode

Perencanaan

Perencanaan

Analisa daya

Perencanaan

Penelitian

pondasi

pondasi tiang bor

dukung pondasi

pondasi tiang

tiang bor

pada struktur

tiang bor pada

bor pada

pada struktur

gedung

struktur jembatan

kompresor

FB-PIER

Tidak

SAP 2000

GEO5 v.17

Lokasi

Jl. HR.

Gedung Kampus

Jembatan

Pondasi

penelitian

Rasuna Said

STIE-IBS

Tambalan II

kompresor di

Kav. 6,

Kemang

Bantul

stasiun gas

gedung
Analisa
menggunakan
software

Kuningan,

induk Bitung-

Jakarta

Tangerang

Selatan
Metode

LCPC

Vesic, Lambda,

Metode Statis

Metode Statis

peerhitungan

(Laboratoire

Semi Empiris,

dengan

dengan

Central des

SK SNI T-15-

menggunakan uji

menggunakan

Ponts et

1991-03

laboratorium dan

uji

SPT

laboratorium

Chaussees),
Vesic dan N-

dan N-SPT,

SPT, SKSNI

Skempton,

T15-1991-03

Meyerhof, SNI
03-2847-2002,
SNI 03-17262002

Galeh

Putro

(2011)

dengan

judul

Perencanaan Pondasi Tiang Bor pada Proyek Gedung


Menara Palma
Isi tugas akhir:

Muhammad Fadhil Choliq

1. Menghitung penulangan pada pondasi.


2. Meneliti daya dukung dan penurunan tiang bor group
pada pondasi.

Perencanaan pondasi tiang bor pada proyek


pembangunan central natural gas (Studi kasus:

3. Menghitung penulangan dan ukuran pada pile cap.

Stasiun gas induk Bitung-Tangerang

4. Sotware yang digunakan yaitu FB-PIER.

Isi tugas akhir


Yunida

Danuatmaja

(2009)

dengan

judul

Perencanaan Pondasi Tiang Bor pada Gedung Kampus


STIE-IBS Kemang

penulangan pada pile cap.


2. Meneliti daya dukung dan penurunan tiang bor

Isi Tugas Akhir:

pada kompresor

1. Menghitung penulangan pada pondasi.

3. Data yang digunakan adalah N-SPT, dan

2. Meneliti daya dukung dan penurunan tiang bor group


pada pondasi.

laboratorium.
4. Gaya horizontal yang ditinjau adalah beban

3. Menghitung penulangan dan ukuran pada pile cap.


4. Tidak

1. Menghitung penulangan pada pondasi dan

menggunakan

software

sebagai

bahan

gempa
5. Software yang digunakan yaitu Geo5 v.17

perbandingan

Febri Yoga Anggara (2010) dengan judul


Analisa Pondasi Tiang Bor Pada Proyek Jembatan

Keterangan:

Tambalan II Bantul

Penelitian yang bersifat mendukung


dan dapat digunakan sebagai
referensi

Isi tugas akhir:


1. Meneliti daya dukung dan penurunan tiang bor pada
pondasi bangunan gedung.

Penelitian tidak sejenis/berhubungan


Penelitian sejenis yang digunakan
sebagai referensi

2. Metode perhitungan yang digunakan yaitu metode


statis yaitu dengan uji laboratorium dan data SPT.
3. Analisis struktur bangunan atas menggunakan
program SAP 2000

Gambar 4. Posisi penelitian terhadap peneliti sebelumnya

BAB III
LANDASAN TEORI

A. Definisi Tanah
Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air dan bahan padat. Udara
dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi
sifat-sifat teknis tanah. Ruang diantara butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya
dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah
dikatakan dalam kondisi jenuh. Bila rongga terisi udara dan air, tanah pada
kondisi jenuh sebagian (partially saturated). Tanah kering adalah tanah yang tidak
mengandung air sama sekali atau kadar airnya nol.
Karakteristik dan parameter tanah sangat penting dalam merencanakan tipe
pondasi yang di pakai, karena tidak semua karakteristik dan parameter tanah
cocok digunakan dalam perencanaan pondasi, apabila tidak sesuai dapat di
lakukan dengan cara rekayasa pondasi. Parameter tanah yang berpengaruh
terhadap kapasitas daya dukung pondasi adalah berat isi tanah, nilai kohesi, sudut
geser tanah, berat jenis tanah, nilai uji sondir, nilai N pada uji SPT.
Tanah sendiri memiliki berat jenis bermacam-macam, berat jenis dari
berbagai macam tanah tersebut berkisar antara 2,65 sampai 2,75. Nilai berat jenis
sebesar 2,67 biasanya digunakan untuk tanah-tanah tak berkohesi. Sedang untuk
tanah kohesif tak organik berkisar diantara 2,68 sampai 2,72. Nilai-nilai berat
jenis tanah diberikan dalam tabel 2 berikut.

Tabel 2. Nilai berat jenis tanah dari berbagai macam tanah


Macam tanah

Berat jenis (Gs)

Kerikil

2,65 -2,68

Pasir

2,65 2,68

Lanau Tak Organik

2,62 2,68

Lempung Organik

2,58 2,65

10

Lempung Tak Organik

2,68 2,75

Humus

1,37

Gambut

1,25 -1,80

Sumber : Hary Christady Hardiyatmo, dalam buku mekanika tanah 1, 1992

Nilai-nilai porositas, angka pori dan berat volume total pada keadaan tanah
asli dari berbagai jenis tanah, diberikan oleh terzaghi (1947), terdapat pada tabel
3. berikut:
Tabel 3. Nilai n, e, w, d, b untuk tanah keadaan asli lapangan

32
19

d
(g/cm)
1,43
1,75

b
(g/cm)
1,89
2,09

0,67

25

1,59

1,99

30

0,43

16

1,86

2,16

66

1,90

70

1,58

Macam tanah

n (%)

(%)

Pasir seragam, tidak padat


Pasir seragam, padat
Pasir berbutir campuran,
tidak padat
Pasir berbutir campuran,
padat
Lempung lunak sedikit
organik

46
34

0,85
0,51

40

Sumber : Terzaghi (1947), dalam buku mekanika tanah 1, Hary Christady 1992

Indeks plastisitas merupakan interval kadar air dimana tanah masih bersifat
plastis. Jika tanah mempunyai interval kadar air daerah plastis yang kecil, maka
keadaan ini disebut dengan tanah kurus. Kebalikannya, jika tanah mempunyai
interval air daerah yang besar, maka keadaan ini disebut dengan tanah gemuk.
Batasan mengenai indeks plastis, sifat, macam tanah, dan kohesinya diberikan
Atterberg terdapat dalam tabel 4 berikut:

Tabel 4. Hubungan indeks plastis dengan plastisitas dan jenis tanah


PI

Tingkat plastisitas

Jenis Tanah

Kohesi

Tidak plastis / non PI

Pasir

Non kohesif

0<PI<7

Plastisitas Rendah

Lanau (si lt)

Kohesif sebagian

7-17

Plastisitas Sedang

Silty- clay

Kohesif

>17

Plastisitas Tinggi

Lempung (clay)

Kohesif

Sumber : Hary Christady Hardiyatmo, dalam buku mekanika tanah 1, 1992

11

B. Penyelidikan Lapangan dengan Pengeboran


Penyelidikan lapangan yang dilaksanakan ini adalah dengan menggunakan
jenis peralatan bor mesin. Pengeboran yang dilakukan dalam proyek ini adalah
untuk menentukan profil lapisan tanah terhadap kedalaman dan juga untuk
menentukan sifat - sifat fisis tanah meliputi : jenis tanah, warna tanah, tingkat
plastisitas tanah, serta juga untuk pengambilan sampel tanah dalam tabung untuk
dilakukan pengujian di laboratorium. Lebih terperinci penyelidikan dengan
pengeboran ini bertujuan :
1. Untuk mengevaluasi keadaan tanah secara visual terperinci
2. Untuk mengambil sampel tak terganggu (undisturbed) dan sampel
terganggu (disturbed) untuk diselidiki di laboratorium.
3. Untuk melaksanakan test penetrasi SPT yang digunakan untuk
menduga kedalaman tanah keras.
Penyelidikan lapangan diproyek ini yang dilakukan adalah 2 titik uji sondir dan
satu titik uji N-SPT (Deep boring).
Laporan hasil pengeboran tanah harus dibuat jelas dan tepat. Pengawas
lapangan yang menangani pekerjaan selain harus selalu mencatat hal-hal kecil
yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, seperti: pergantian alat dan
tipenya, kedalaman lubang pada waktu penggantian alat, metode penahanan
lubang bor agar tetap stabil atau penahan tebing lubang uji. Sesudah contoh tanah
diuji di laboratorium, ditentukan klasifikasinya. Catatan lapangan bersama
dengan hasil pengujian laboratorium tersebut dirangkum sedemikian hingga batas
batas antara material yang berbeda diplot pada elevasi yang benar, menurut
skala vertikal yang ditentukan. Semua hasil-hasil pengeboran dicatat dalam
laporan hasil pengeboran (atau disebut boring log), yang berisi antara lain:
1. Kedalaman lapisan tanah.
2. Elevasi permukaan titik bor, lapisan tanah dan muka air tanah.
3. Simbol jenis tanah secara grafis.
4. Deskripsi tanah.
5. Posisi dan kedalaman pengambilan contoh. Disebutkan kondisi contoh
terganggu atau tak terganggu.

12

6. Nama proyek, lokasi, tanggal, dan nama penanggung jawab pekerjaan


pengeboran.

1.

Penyelidikan Lapangan dengan Standar Penetrasi Test (SPT)


Metode SPT adalah metode pemancangan batang (yang memiliki ujung

pemancangan) ke dalam tanah dengan menggunakan pukulan palu dan


mengukur jumlah pukulan perkedalaman penetrasi. Cara ini telah dibakukan
sebagai ASTMD 1586 sejak tahun 1958 dengan revisi revisi secara
berkala sampai sekarang.
Sifat-sifat

tanah

ditentukan

dari

pengukuran kerapatan relatif

secara langsung di lapangan. Sewaktu melakukan pengeboran inti, jika


kedalaman pengeboran telah mencapai lapisan tanah yang akan diuji, mata
bor dilepas dan diganti dengan alat yang disebut tabung belah standar
(standard split barrel sampler). Gambar Splint Barrel Sampler dapat
dilihat pada gambar 5.
Tabung dipasang bersama-sama dengan pipa bor, alat diturunkan
sampai ujungnya menumpu lapisan tanah dasar, kemudian dipukul dari atas.
Pukulan diberikan oleh alat pemukul yang beratnya 63,5 kg (140 pon),
yang ditarik naik turun dengan tinggi jatuh 76,2 cm (30). Gambar palu yang
digunakan untuk pengujian SPT dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini.

13

Gambar 5. Splint Barrel Sampler Untuk Penyelidikan SPT


Sumber: SNI 4153:2008 Tentang cara uji penetrasi dengan SPT

Gambar 6. Contoh Palu Yang Biasa Digunakan Dalam Uji SPT


Sumber: SNI 4153:2008 Tentang cara uji penetrasi dengan SPT

14

Pemancangan biasanya dilakukan dengan beban 140 lbs (


dijatuhkan dari ketinggian 30" atau

63.5 kg ) yang

75 cm.

Pengamatan dan perhitungan dilakukan sebagai berikut :


1.

Mula-mula tabung SPT dipukul kedalam tanah sedalam 45 cm yaitu


kedalaman yang diperkirakan akan terganggu oleh pengeboran.

2.

Kemudian untuk setiap kedalaman 15 cm dicatat jumlah pukulan yang


dibutuhkan untuk memasukkannya. Jumlah pukulan untuk memasukkan
split spoon 15 cm pertama dicata sebagai N 1 . jumlah pukulan untuk
memasukkan 15 cm kedua adalah N2 dan jumlah pukulan untuk
memasukkan 15 cm ketiga adalah N3. jadi total kedalaman setelah
pengujian SPT adalah 45 cm dan menghasilkan N1, N2 dan N3.

3.

Angka SPT ditetapkan dengan menjumlahkan 2 angka pukulan terakhir


(N2+N3) pada setiap interval pengujian dan dicatat pada lembaran
Drilling Log.

4.

Setelah selesai pengujian, tabung SPT diangkat dari lubang bor


kepermukaan tanah untuk diambil contoh tanahnya dan dimasukan
kedalam kantong plastik untuk diamati di laboratorium.

Gambar 7. Skema Urutan Pengujian Penetrasi Standar (SPT)


Sumber: SNI 4153:2008 Tentang cara uji penetrasi dengan SPT

15

a.

Tujuan Percobaan SPT


1.

Menentukan kepadatan relatif lapisan tanah tersebut dari


pengambilan contoh tanah dengan tabung, dapat diketahui jenis
tanah dan ketebalan tiap tiap lapisan kedalaman tanah
tersebut.

2.

Memperoleh data yang kualitatif pada perlawanan penetrasi


tanah dan menetapkan kepadatan dari tanah yang tidak
berkohesi yang biasanya sulit diambil sampelnya.

b. Kegunaan hasil penyelidikan SPT


1.

Menentukan kedalaman dan tebal masing - masing lapisan


tanah tersebut.

2.

Alat dan cara operasinya relatif sederhana.

3.

Contoh tanah terganggu dapat diperoleh untuk identifikasi jenis


tanah, sehingga interpretasi kuat geser dan deformasi tanah
dapat diperkirakan dengan baik.

c.

Cara Interpretasi hasil uji SPT


Hasil uji penetrasi lapangan dengan SPT dilaporkan menjadi satu

dengan log bor dari hasil pengeboran dalam bentuk formulir seperti
diperlihatkan dalam gambar 8, yang antara lain memuat hal-hal sebagai
berikut:
1.

Deskripsi tanah meliputi : jenis tanah, warna tanah, tingkat


plastisitas dan ketebalan lapisan tanah masing masing.

2.

Pengambilan contoh tanah asli / Undisturbed sample (UDS)

3.

Pengujian Standart Penetration Test (SPT)

4.

Muka air tanah

5.

Tanggal pekerjaan dan berakhirnya pekerjaan.

16

Gambar 8. Formulir Pengujian SPT


Sumber: SNI 4153:2008 Tentang cara uji penetrasi dengan SPT

Jumlah N pukulan memberikan petunjuk tentang kerapatan relatif dilapangan


khususnya tanah pasir atau kerikil dan hambatan jenis tanah terhadap penetrasi.
Uji ini biasanya digunakan untuk tanah yang keras.
Nilai N pada perancangan pondasi dapat dipakai sebagai indikasi
kemungkinan model keruntuhan pondasi yang akan terjadi (Terzaghi dan Peck,
1948). Kondisi keruntuhan geser lokal (local shear failure) dapat dianggap
17

terjadi, bila nilai N < 5, dan keruntuhan geser umum (general shear failure)
terjadi pada nilai N > 30. Untuk nilai N antara 5 dan 30, interpolasi linier dari
koefisien kapasitas dukung tanah Nc, Nq, N dapat dilakukan. Bila nilai-nilai
kerapatan relatif (Dr) diketahui, nilai N dapat didekati dengan persamaan
(Meyerhof, 1957):
N = 1,7 Dr2 (14,2 po + 10)...................................................................................(1)
Dengan:
Dr : Kerapatan relatif
Po : Tekanan vertikal akibat beban tanah efektif pada kedalaman tanah yang
ditinjau, atau tekanan overbudurden efektif.
Hubungan nilai N dengan kerapatan relatif (Dr) yang diusulkan oleh
Terzaghi dan Peck (1948), untuk tanah pasir, disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Hubungan N dengan kerapatan relatif (Dr) tanah pasir

Nilai N

Kondisi

<4
4 s.d
10
10 s.d
30
30 s.d
50
> 50

Sangat tidak padat

Kerapatan relatif
(Dr)
< 0,2

Tidak padat

0,2-0,4

Kepadatan sedang

0,4-0,6

Padat

0,6-0,8

Sangat padat

> 0,8

Sumber:Terzaghi dan Peck, 1948

Untuk tanah lempung jenuh, Terzaghi dan Peck (1948) memberikan hubungan N
secara kasar dengan kuat tekan bebas, seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 6.
Kuat tekan bebas ( qu) diperoleh dari uji tekan bebas, dengan cu = 0,5.qu dan =
0. Hubungan empiris antara cu dan N:
Cu = 6 N (kN/m2).................................................................................................(2)
Penggunaan hubungan nilai N dan kuat geser tanah lempung jenuh pada
Tabel 6. tersebut hanya pendekatan kasar. Peck et al.(1953) menyatakan bahwa
18

nilai N hasil uji SPT untuk tanah lenpung hanyalah sebagai pendekatan
kasar, sedang pada tanah pasir, nilai N hasil uji SPT dapat dipercaya. Untuk
menentukan kuat geser tanah lempung jenuh di lapangan, lebih baik jika nilainya
diperoleh dari uji geser kipas (vane shear test) di lapangan atau dari pengujian
contoh tanah tak terganggu di laboratorium.
Tabel 6. Hubungan nilai N, konsistensi dan kuat tekan bebas (qu) untuk tanah lempung
jenuh

Nilai N

Konsistensi
Sangat
Lunak
Lunak
Sedang
Kaku
Sangat
Kaku
Keras

<2
2 s.d 4
4 s.d 8
8 s.d 15
15 s.d 30
> 30

Kuat Tekan Bebas (qu)


(kN/m2)
< 25
25 s.d 50
50 s.d 100
100 s.d 200
200 s.d 400
> 400

Sumber: Terzaghi dan Peck , 1948

2.

Penyelidikan lapangan dengan Cone Penetrometer Test (CPT, Sondir)


Penyondiran adalah suatu proses memasukkan alat sondir secara tegak

turns kedalam tanah untuk mengetahui besarnya perlawanan penetrasi tanah


terhadap kedalaman lapisan tanah yang ditembus alat sondir tersebut. Alat sondir
adalah suatu alat yang berbentuk silinder dengan ujungnya berupa suatu konus.
Dimana pada pengujian sondir, alat ini ditekan kedalam tanah untuk mengukur
perlawanan tanah pada ujung sondir ( tahanan ujung ) dan gesekan pada selimut
sondir ( hambatan lekat atau gesekan selimut ).
a. Kegunaan uji sondir adalah :
1.

Untuk menentukan profil dan karakteristik tanah.

2.

Merupakan pelengkapan bagi informasi dari pengeboran tanah.

3.

Menentukan daya dukung pondasi.

4.

Untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras serta daya


dukung maupun daya lekat setiap kedalaman.

5.

Untuk memeberikan gambaran jenis tanah secara kontinu

6.

Untuk mengevaluasi (meninjau kembali) karakteristik teknis tanah.


19

b. Tujuan uji sondir adalah :


Tujuan praktis :
-

Untuk mengetahui kedalaman dan kekuatan lapisan- lapisan tanah

Tujuan teoritis :
-

Untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus ( penetrasi terhadap


ujung konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas )

Untuk mengetahui jumlah hambatan lekat tanah ( perlawanan geser


atau friction tanah terhadap selubung bikonus yang dinyatakan dalam
gaya persatuan panjang )

c.

Cara Interpretasi hasil uji sondir


Cara

pelaporan

hasil

uji

sondir

biasanya

dilakukan

dengan

menggambarkan variasi tahanan ujung (qc) dengan gesekan selimut (fs)


terhadap kedalamannya. Bila hasil sondir diperlukan untuk mendapatkan daya
dukung tiang, maka diperlukan harga komulatif gesekan (jumlah hambatan
lekat), yaitu dengan menjumlahkan harga gesekan selimut terhadap
kedalaman, sehingga pada kedalaman yang ditinjau dapat diperoleh gesekan
total yang dapat digunakan untuk menghitung gesekan pada kulit tiang.
Besaran gesekan komulatif ( total friction ) diadaptasikan dengan sebutan
jumlah hambatan lekat (JHL). Bila hasil sondir digunakan untuk klasifikasi
tanah, maka cara pelaporan hasil sondir ang diperlukan adalah
menggambarkan tahanan ujung (qc), gesekan selimut (fs), dan ratio gesekan
( FR ) terhadap kedalaman tanah. Data sondir tersebut digunakan untuk
mengidentifikasi dari profil tanah terhadap kedalaman. Cara pelaporan uji
sondir tercantum pada gambar 9.

20

Gambar 9. Cara Pelaporan Hasil Uji Sondir


Sumber: SNI 2728:2008 Tentang cara uji penetrasi dengan alat sondir

C. Macam Macam Pondasi


Pondasi adalah bagian paling bawah dari suatu bangunan yang meneruskan
beban bangunan bagian atas kelapisan tanah atau batuan yang berada dibawahnya.
Klasifikasi pondasi dibagi 2 (dua) yaitu:
1. Pondasi dangkal
Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung beban secara langsung
seperti : Pondasi setempat dan pondasi menerus
2. Pondasi dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah
keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan, seperti:
Pondasi sumuran (pier foundation), Pondasi tiang (pile foundation).

D. Pengertian Pondasi Tiang Bor


Pondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi tiang yang pemasangannya
dilakukan dengan mengebor tanah pada awal pengerjaannya. Bored pile dipasang
ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu, baru kemudian diisi
21

tulangan dan dicor beton. Tiang ini biasanya dipakai pada tanah yang stabil dan
kaku, sehingga memungkinkan untuk membentuk lubang yang stabil dengan alat
bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan untuk menahan dinding
lubang dan pipa ini ditarik ke atas pada waktu pengecoran beton. Pada tanah yang
keras atau batuan lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk menambah tahanan
dukung ujung tiang. Bagian struktural ini disebut juga
a. Sumuran yang dibor (drilled shaft)
b. Kaison yang digali (drilled caisson) atau sering disrbut kaison saja.
c. Tiang pancang yang dibor (bored pile) biasanya dibatasi D > 760 mm.
d. Pilar dengan dasar berbentuk lonceng (belled pier) atau kaison dengan
dasar berbentuk lonceng (belled caisson).
Pelaksanaan pondasi tiang bor tanah dilubangi dahulu dengan ukuran
diameter

sesuai

desain,

menggunakan

alat

bor,

dasar

lubang

pada

akhir pengeboran dibersihkan (disedot dengan pompa) kemudian lubang tersebut


diisi dengan pembesian / penulangan dan selanjutnya dicor dengan beton
(menggunakan pipa tremi).
Lubang dibuat dengan alat bor mesin. Untuk kondisi tanah yang mudah
longsor,

sebelum

pengeboran

dipasang

pipa

casing

terlebih

dahulu

(biasanya untuk lapisan atas saja). Untuk menjaga kelongsoran pada bagian
bawah pipa diisi dengan lumpur bentonit. Untuk tiang bor ini, perlu
dikendalikan dengan cermat tentang kedalaman pengeboran agar dapat
mengendalikan waste beton. Kedalaman final biasanya ditetapkan atas
persetujuan konsultan pengawas dengan antara lain melihat sampel tanah hasil
pengeboran

terakhir. Pada umumnya daya dukung tiang bor lebih

tinggi daripada tiang pancang. Bahkan tiang bor pada ujungnya dapat dibuat
benjolan / pedestal

untuk

keperluan

menambah

daya

dukung

dan

memiliki ketahanan terhadap beban tarik.


Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan tiang bor ini adalah :
1.

Urutan pengeboran titik tiang dengan teratur agar gerakan/ maneuver


peralatan

bor

tidak terganggu

oleh

tiang bor

yang telah

selesai (umumnya gerakan mundur).


2.

Selama proses pengeboran akan dihasilkan (pada umumnya)


22

lumpur hasil

pengeboran.

Oleh

karena

itu

lumpur

tersebut

harus dapat dialirkan ketempat tertentu agar lokasi bersih dan tidak
menghambat proses pekerjaan.
3.

Sistem

pengecoran

menggunakan

system

tremi

untuk

menghindari segresi.

E. Keuntungan dan Kerugian Pondasi Tiang Bor


1.

Keuntungan pemakaian pondasi tiang bor :


a. Pemasangan tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran yang
membahayakan bangunan sekitarnya.
b. Mengurangi kebutuhan beton dan tulangan dowel pada pelat penutup
tiang (pile cap). Kolom dapat secara langsung di letakkan di puncak
tiang bor.
c. Kedalaman tiang dapat divariasikan.
d. Tanah dapat diperiksa dan dicocokkan dengan data laboratorium.
e. Tiang bor dapat dipasang menembus batuan.
f. Diameter tiang memungkinkan dibuat besar, bila perlu ujung bawah
tiang dapat dibuat lebih besar guna mempertinggi kapasitas dukungnya.
g. Tidak ada resiko kenaikan muka tanah.
h. Penulangan tidak dipengaruhi oleh tegangan pada waktu pengangkutan.

2.

Kerugian pemakaian pondasi tiang bor :


a. Pengecoran tiang bor dipengaruhi kondisi cuaca.
b. Pengecoran beton agak sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu
beton tidak dapat dikontrol dengan baik.
c. Mutu beton hasil pengecoran bila tidak terjamin keseragamannya di
sepanjang badan tiang bor mengurangi kapasitas dukung tiang bor,
terutama bila tiang bor cukup dalam.
d. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah
berupa pasir atau tanah yang berkerikil.
e. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan
gangguan tanah, sehingga mengurangi kapasitas dukung tiang.
23

f. Akan terjadi tanah runtuh (ground loss) jika tindakan pencegahan


tidak dilakukan.

F. Metode Dasar Dalam Pelaksanaan Pondasi Tiang Bor


1. Metode Kering
Urutan pelaksanaan pekerjaan pada metode ini sebagai berikut :
1) Pertama-tama dibuat lubang dengan cara mengebor tanah dengan
alat bor sedalam yang diinginkan.
2) Dasar dari lubang diisi beton secukupnya

untuk kedudukan

besi tulangan. Pengecoranya dapat dilakukan dengan cara jatuh


bebas dengan ketinggian yang dibatasi.
3) Penulangan besi diturunkan ke dalam lubang.
4) Seluruh

lubang

diisi

dengan

beton,

sampai

dengan

elevasi

yang ditetapkan.
Cara ini dilakukan pada kondisi tanah yang cohesive dan dengan muka
air tanah (MAT) di bawah dasar
permaebilitas yang

rendah,

sehingga

lubang
air

atau
tanah

tanah mempunyai
tidak

menyulitkan

pelaksanaan. Oleh karena itu, cara ini disebut dengan metode kering (dry
method) lihat gambar 10.

Gambar 10. Bored Pile Dengan Metode Kering


Sumber : Joseph E Bowles, dalam buku Analisis dan Desain Pondasi edisi keempat
jilid 2,1998

24

2.

Metode Acuan
Metode ini digunakan, bila kondisi tanah mudah terjadi deformasi

ke arah lubang galian, sehingga dapat menutup sebagian dari lubang.


Cara ini juga digunakan bila menginginkan untuk menahan aliran air
tanah ke dalam lubang, tetapi ujung casing harus dapat mencapai tanah
yang kedap (impermeable).
Untuk memelihara kondisi lubang bor, maka ketika memasang
casing disertai dengan pengisian lumpur (slurry) ke dalam lubang
bor. Setelah casing duduk pada tempatnya,

maka slurry dipompa

keluar dari lubang bor. Banyanya slurry yang dipakai tergantung dari
kebutuhan proyek. Di bawah dasar casing digali lagi dengan diameter
yang lebih kecil dari diameter dalam casing, kurang-lebih antara 2550 mm. ada 2 alternatif tentang casing yaitu, casing ditinggal dan casing
dicabut kembali selama proses pengecoran beton (Gambar 11.).
Beton dimasukan dengan tekanan untuk dapat mengganti slurry yang
ada diantara casing bagian luar dengan tanah. Bila dipilih alternatif casing
dicabut lagi, harus dilakukan dengan hati-hati. Saat penarikan dilakukan
harus dalam keadaan beton masih cair, dan beton betul-betul dapat
mendesak slurry keluar.

Gambar 11. Bored Pile Dengan Metode Acuan


Sumber : Joseph E Bowles,dalam buku Analisis dan Desain Pondasi edisi keempat
jilid 2,1998

25

3.

Metode Adonan
Metode ini dapat diaplikasikan pada semua situasi penggunaan

casing. Adonan disini juga difungsikan untuk menahan air tanah yang
dapat masuk ke dalam lubang. Perlu dicatat dalam metode ini, bahwa
kecukupan slurry (harus
menambah

ditambah

densitinya agar

dapat

bila

kurang),

memperoleh

atau dengan

kekuatan

untuk

menahan runtuhnya tanah ke dalam lubang bor.


Material bentonite dibuat dengan cara dicampur dengan air
sehingga

merupakan

Diperlukan percobaan

cairan
pencampuran

lumpur
bentonite

(slurry

bentonite).

untuk memperoleh

jumlah prosentase yang optimum. Bentonite dan air harus dicampur


dengan benar agar tidak terlalu kental.
Secara umum dengan metode adonan ini diharapkan agar adonan
tidak terlalu lama dalam lubang, karena akan dapat membentuk
dinding yang tipis yang sulit untuk dihilangkan/ diganti dengan beton
selama pengecoran beton. Selama proses pengecoran, pipa tremi harus
selalu terbenam dalam beton, sehingga harus diperhatikan antara
kecepatan pengecoran beton dengan kecepatan menarik pipa tremi.
Urutan pelaksanaan metode ini dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Bored Pile Dengan Metode Adonan


Sumber : Joseph E Bowles,dalam buku Analisis dan Desain Pondasi edisi keempat
jilid 2,1998

26

Mutu beton yang digunakan biasanya antara 25 Mpa 35 M pa,


tergantung diameter lubang bor. Sedangkan slump beton digunakan
antara 12,5 sampai dengan 18 cm.
G.

Pembebanan Pondasi Tiang Bor


Dalam melakukan analisis desain suatu struktur bangunan, perlu

adanya gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang
bekerja pada struktur. Hal penting yang mendasar adalah pemisahan antara
beban-beban yang bersifat statis dan dinamis.
1.

Beban Statis
Beban statis adalah beban yang memiliki perubahan intensitas beban

terhadap waktu berjalan lambat atau konstan. Jenis-jenis beban statis


menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan Gedung
1987 adalah sebagai berikut:
a. Beban mati (dead load/ DL)
Beban mati adalah semua beban yang berasal dari berat
bangunan, termasuk segala unsur tambahan tetap yang merupakan
satu kesatuan dengannya. Besaran beban mati di jelaskan pada tabel
7.
Tabel 7. Beban Mati pada Struktur

Beban Mati

Besar Beban

Batu alam

2600 kg/m3

Beton Bertulang

2400 kg/m3

Dinding Pasangan Bata

250 kg/m2

Langit-langit + penggantung

18 kg/m2

Lantai ubin dari semen Portland

24 kg/m2

Spesi per cm tebal

21 kg/m2

Kolam renang

1000 kg/m2

Sumber: PPURG 1987

b.

Beban Hidup ( Live Load/LL)


Beban hidup adalah semua beban tidak tetap, kecuali beban
27

angin, beban gempa dan pengaruh-pengaruh khusus yang diakibatkan


oleh selisih suhu, pemasangan

(erection),

penurunan

pondasi,

susut, dan pengaruh-pengaruh khusus lainnya. Meskipun dapat


berpindah- pindah, beban hidup masih dapat dikatakan bekerja
perlahan-lahan pada
berdasarkan

struktur.

Beban

hidup

diperhitungkan

perhitungan matematis dan menurut kebiasaan yang

berlaku pada pelaksanaan konstruksi di Indonesia. Untuk menentukan


secara pasti beban hidup yang bekerja pada suatu lantai bangunan
sangatlah sulit, dikarenakan fluktuasi beban hidup bervariasi,
tergantung dari banyak faktor. Oleh karena

itu

faktor

pengali

pada beban hidup lebih besar jika dibandingkan dengan faktor


pengali pada beban mati. Besaran beban hidup di jelaskan pada tabel
8.
Tabel 8. Beban Hidup pada Struktur

Beban Hidup Pada Lantai Bangunan

Besar Beban

Lantai Apartemen

250 kg/m2

Tangga dan Bordes

300 kg/m2

Plat Atap

100 kg/m2

Lantai Ruang rapat

400 kg/m2

Beban Pekerja

100 kg

Sumber: PPURG 1987

2.

Beban Dinamik
Beban dinamik adalah beban dengan variasi perubahan intensitas

beban terhadap waktu yang cepat. Beban dinamis ini terdiri dari beban
gempa dan beban angin.
a.

Beban Gempa
Gempa bumi adalah fenomena getaran yang dikaitkan dengan

kejutan pada kerak bumi. Beban kejut ini dapat disebabkan


oleh banyak hal, tetapi salah satu faktor utamanya adalah
benturan/pergesekan

kerak

bumi

yang

mempengaruhi

28

permukaan bumi. Lokasi gesekan ini disebut fault zone. Kejutan


tersebut akan menjalar dalam bentuk gelombang. Gelombang ini
menyebabkan permukaan
bergetar.

bumi

dan

bangunan

di

atasnya

Pada saat bangunan bergetar timbul gaya-gaya pada

struktur bangunan karena adanya kecenderungan

dari massa

bangunan untuk mempertahankan dirinya dari gerakan. Gaya


yang timbul disebut gaya inersia, besar gaya tersebut bergantung
pada banyak faktor yaitu:
1.

Massa Bangunan

2.

Pendistribusian massa bangunan

3.

Kekuatan struktur

4.

Jenis tanah

5.

Mekanisme redaman dari struktur

6.

Perilaku dan besar alami getaran itu sendiri

7.

Wilayah kegempaan

8.

Periode getar alami

Dalam tugas akhir ini, faktor-faktor yang berpengaruh antara lain:


1) Faktor Keutamaan Struktur (I)
Menurut SNI Gempa 2002, pengaruh Gempa Rencana harus
dikalikan dengan suatu Faktor Keutamaan ( I ) menurut
persamaan 3 di bawah ini :
I = I1.I2..................................................................................(3)
Dimana I1 adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan
periode ulang gempa berkaitan dengan penyesuaian probabilitas
terjadinya gempa selama umur rencana dari gedung. Sedangkan I2
adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan umur rencana dari
gedung tersebut. Faktor-faktor Keutamaan I1, I2dan I ditetapkan
menurut Tabel 9.

29

Tabel 9. Faktor Keutamaan untuk berbagai kategori gedung dan bangunan


Faktor Keutamaan
Kategori gedung

I1

I2

Gedung umum seperti untuk


penghunian, perniagaan dan
perkantoran
Monumen dan bangunan monumental

1,0

1,0

1,0

1,0

1,6

1,6

Gedung penting pasca gempa seperti


rumah sakit, instalasi air bersih,
pembangkit tenaga listrik, pusat
penyelamatan dalam keadaan darurat,
fasilitas radio dan televisi.
Gedung untuk menyimpan bahan
berbahaya seperti
gas,
produk
minyak bumi, asam, bahan beracun.

1,4

1,0

1,4

1,6

1,0

1,6

Cerobong, tangki di atas menara

1,5

1,0

1,5

Sumber: SNI 03 1726, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur


Gedung , 2002

Besarnya beban Gempa Rencana yang direncanakan untuk


berbagai kategori bangunan gedung, tergantung pada probabilitas
terjadinya keruntuhan struktur bangunan selama umur rencana
yang diharapkan. Karena gedung sekolah merupakan bangunan
yang memiliki fungsi biasa, serta dengan asumsi probabilitas
terjadinya gempa tersebut selama kurun waktu umur gedung
adalah 10%, maka berlaku I1= 1,0.

2) Faktor Reduksi Gempa (R)


Nilai Faktor Daktilitas Struktur ( ) di dalam perencanaan
struktur bangunan gedung dapat dipilih menurut kebutuhan,
tetapi harganya tidak boleh diambil lebih besar dari nilai Faktor
Daktilitas Maksimum m yang dapat dikerahkan oleh masingmasing sistem atau subsistem struktur gedung. Pada Tabel 10.
ditetapkan nilai m dari beberapa jenis sistem dan subsistem
struktur gedung, berikut Faktor Reduksi Maksimum Rm yang
bersangkutan.
30

Tabel 10. Faktor Daktilitas Maksimum (m), Faktor Reduksi Gempa


Maksimum (Rm), Faktor Tahanan Lebih Struktur (f1) beberapa jenis
sistem/subsistem struktur gedung
Sistem dan subsistem stuktur gedung
Sistem rangka pemikul momen
(sistem struktur yang pada
dasarnya memiliki rangka ruang
pemikul beban gravitasi secara
lengkap.
Beban lateral dipikul rangka
pemikul momen terutama melalui
mekanisme lentur)

Uraian sistem pemikul beban gempa


1. Rangka pemikul momen khusus
a. Baja
b.Beton bertulang
2. Rangka pemikul momen menengah
Beton (SRPMM)
3. Rangka pemikul momen biasa
a.Baja
b.Beton bertulang
4.Rangka batang baja pemikul
momen khusus (SRBPMK)

Rm

fi

5,2
5,2

8,5
8,5

2,8
2,8

3,3

5,5

2,8

2,7
2,1

4,5
3,5

2,8
2,8

4,0

6,5

2,8

Sumber : SNI 03-1726.Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Gedung, 2002

3) Faktor Respon Gempa (C)


Faktor respon gempa ini bergantung pada spektrum respon
gempa yang besarnya dipengaruhi oleh:
a.

Zona gempa
Lokasi pembangunan bangunan kompresor ini adalah di
kabupaten Tangerang yang termasuk zona kegempaan 4

b. Penentuan Jenis Tanah


Jenis tanah ditetapkan sebagai tanah keras,
Tabel 11. Jenis tanah berdasarkan SNI 03-1726 tanah sedang dan

tanah lunak apabila untuk lapisan setebal maksimum 30 meter


paling atas dipenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam tabel
11.SNI GEMPA-2002
Jenis tanah

Kec rambat gelombang


geser rata-rata
(m/det)

vs

Nilai hasil Test Penetrasi


Standar rata-rata

S u (kPa)

Tanah Keras

vs

350

50

Tanah Sedang

175

v s < 350

15

< 15

v s < 175
Tanah Lunak

Su
< 50

50

100

S u < 100

S u < 50

Atau, setiap profil dengan tanah lunak yang tebal total lebih dari 3 m dengan
PI > 20, wn

.Tanah Khusus

Kuat geser niralir


rata-rata

40% dan Su < 25 kPa

Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi

Sumber: SNI 03 1726, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk


Struktur Gedung , 2002

31

Wilayah gempa menurut SNI Gempa 2002 di tentukan


berdasarkan gambar 13.

Gambar 13. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan batuan dasar


dengan periode ulang 500 tahun
Sumber: SNI 03 1726, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Gedung , 2002

Setelah dihitung waktu getar dari struktur bangunan pada arah-X


(TX) dan arah-Y (TY), maka harga dari Faktor Respon Gempa C
dapat ditentukan dari Diagram Spektrum Respon Gempa Rencana
(Gambar 14).

32

Gambar 14. Diagram Spektrum Respon Gempa Rencana


Sumber: SNI 03 1726, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Gedung , 2002

b.

Beban Angin
Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan

Gedung 1987, muatan angin diperhitungkan


adanya

tekanan positif

dengan

menganggap

dan tekanan negatif (isapan), yang bekerja

tegak lurus pada bidang-bidang yang

ditinjau.

positif

ini dinyatakan dalam kg/m2,

dan

tekanan

negatif

Besarnya

tekanan

ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup (velocity pressure) yang


ditentukan dalam pasal 4.2 dengan koefisien- koefisien angin yang
ditentukan dalam pasal 4.3.

3.

Faktor Reduksi Kekuatan


Dalam menentukan kuat rencana suatu struktur, kuat minimalnya harus

direduksi dengan faktor reduksi kekuatan sesuai dengan sifat beban yang
bekerja. SNI 03-2847-2002 menetapkan berbagai nilai reduksi kekuatan ( )
untuk berbagai jenis besaran gaya dalam perhitungan struktur. Faktor reduksi
kekuatan tertera pada tabel 12.

33

Tabel 12. Faktor reduksi kekuatan

Kondisi Pembebanan

Faktor Reduksi ( )

Beban lentur tanpa gaya aksial

0,8

Gaya aksial tarik, aksial tarik dengan lentur

0,8

Gaya aksial tekan, aksial tekan dengan lentur

0,7

Dengan tulangan spiral

0,70
0,65

Dengan tulangan biasa


Sumber: SNI 03 2847, 2002

0,65
Lintang dan torsi
H. Dimensi Tiang Bor
Tumpuan pada beton
Untuk menghitung dimensi pondasi tiang bor digunakan rumus berikut ini:
Ds = 2,257
Dengan: Ds

I.

......................................................................................(4)
: Diameter pondasi tiang bor (mm)

Qw

: Beban pondasi tiang bor (ton)

fc

: Kuat tekan beton pada umur 28 hari (MPa)

Kapasitas Dukung Tiang Bor


Besarnya kapasitas dukung pondasi tiang bor pada tanah tergantung pada

kapasitas dukung ujung dan kapasitas gesekan antara struktur pondasi


dengan lapisan tanah. Kemampuan geser tanah dipengaruhi oleh panjang tiang
sehingga kemampuan geser tanah semakin tinggi dengan bertambahnya
kedalaman tiang di dalam tanah.
Kapasitas dukung tiang merupakan besarnya beban yang diperoleh oleh
pondasi. Analisis kapasitas dukung pada tiang bor dilakukan dengan
terlebih dahulu mengetahaui data tanah. Dimensi tiang dan pile cap, jarak
antar tiang, kedalaman pondasi dan data pendukung seperti mutu beton.
Kapasitas dukung pondasi tiang dapat dibedakan menjadi kapasitas dukung tiang
34

tunggal dan kapasitas dukung kelompok tiang.


1.

Kapasitas Dukung Tiang Tunggal


Kapasitas dukung tiang tunggal terdiri dari kapasitas dukung ujung

tiang bor (Qb) dan daya dukung selimut tiang (Qs). Penentuan kapasitas
dukung tiang dapat dilakukan dengan metode statis.
a. Berdasarkan Data Laboratorium
Kapasitas

dukung

berlanau, lempung

pada

tanah

kohesif

(lempung,

lempung

berpasir atau berkerikil yang sebagian besar

butiran tanahnya terdiri dari butiran halus) (Hary C. H) dihitung


dengan rumus sebagai berikut :
1) Kapasitas Dukung Ujung Tiang
a) Tanah Lempung
Pekerjaan pengeboran tanah pada pemasangan tiang
menyebabkan perubahan kuat geser tanah lempung. Selain
itu, pengecoran

beton

juga menambah kadar air lempung

sehingga mengurangi kuat geser lempung. Tahanan ujung tiang


bor (Qb) menurut Skempton(1966) dapat dinyatakan dengan
persamaan:
Qb = . Ab . Nc . Cb .............................................................(5)
Dengan:
Qb = Tahanan ujung ultimit (ton)

= Faktor koreksi, dengan = 0,8 untuk d < 1 m, dan =


0,75

untuk d > 1 m

Ab = Luas penampang ujung bawah tiang (m2)


Cb = Kohesi tanah di bawah ujung tiang pada kondisi
(undrained) (ton/m2)
Nc = Faktor kapasitas dukung (Nc = 9)
Untuk

menghitung

tahanan

ujung,

dukung Nc

= 9 dapat digunakan

Kedalaman

penembusan

tiang

pada

faktor

kapasitas

(Skempton,

1966).

lapisan pendukung

disarankan paling sedikit 5 kali diameter tiang. Jika tanah

35

termasuk jenis tanah lempung retak-retak, maka Cb diambil


nilai minimnya.
b) Tanah Pasir
Pemancangan tiang dengan cara dipancang, getaran dan
beban kejut yang terjadi saat pemancangan menyebabkan
tanah granuler memadat, sehingga menambah tahanan
ujungnya. Namun, kejadian ini tidak terjadi bila tiang
dipasang dengan mengebor tanah lebih dulu. Akibat
pengeboran, tanah granuler di sekitar lubang bor dapat
terganggu kepadatannya. Tahanan ujung tiang bor (Qb)
menurut Oneill and Reese(1989) dapat dinyatakan dengan
persamaan:
Qb = b fb.................................................................................(6)
Dengan:
Ab = Luas penampang ujung bawah tiang (m2)
fb

= tahanan ujung neto per satuan luas (kPa)

fb = 0,60.rN60 4500 kPa......................................................(7)


Dengan:
N60 = nilai N-SPT rata rata antara ujung bawah tiang bor sampai
2db di

bawahnya. Tidak perlu dikoreksi terhadap

overbudden.

2)

db

= diameter ujung bawah tiang bor (m)

= tegangan referensi = 100 kPa

Kapasitas Dukung Selimut Tiang


a) Tanah Lempung
Untuk menghitung Tahanan gesek dinding tiang bor,
Skempton (1966) menyarankan faktor adhesi () 0,45 sehingga
persamaan tahanan gesek dinding tiang bor, menjadi :
Qs = 0,45 . Cu . As................................................................. (8)
Dengan :
36

Qs = Tahanan gesek dinding ultimit (ton).


Cu

= Kohesi rata-rata tanah pada kondisi tak terdrainase


disepanjang tiang (ton/m2).

As = Luas selimut tiang (m2).


Faktor adhesi () pada tiang bor yang ujung bawahnya
dibesarkan dapat diambil lebih kecil. Hal ini karena waktu
pelaksanaan pekerjaanya yang lebih lama. Umumnya, tiang
harus segera dicor sesudah pengeboran. Air yang dipakai untuk
membantu

proses

pengeboran

mengakibatkan

penurunan

faktor adhesi. Untuk tiang bor yang bentuknya membesar pada


bagian bawah disarankan agar tahanan

geseknya

(Qs)

diabaikan

diameter

tiang,

pada

lokasi

sejarak

kali

dihitung dari batas atas bagian yang dibesarkan.


Selain Skempton, Reese (1976) juga memberikan nilai
berdasarkan metode konstruksi tiang yang digunakan untuk
tiang yang di bor dalam tanah lempung, seperti terlihat pada
tabel 13 di bawah ini:
Tabel 13. Nilai rata-rata untuk memperkirakan tahanan kulit tiang bor tiang yang dibor
dalam tanah lempung ( setelah Reese (1976))
Metode konstruksi pilar
Kering atau memakai adonan ringan
Memakai lumpur bor dimana pemindahan lapisan penyaring tidak
tertentu
Tiang-tiang dengan dasar berbentuk lonceng pada tanah yang kira-kira
sama dengan tanah di sisi tiang bor
Dengan metode kering
Memakai lumpur bor dimana pemindahan lapisan penyaring tak tertentu
Tiang lurus atau dengan dasar lonceng pada tanah lebih kokoh dari pada
tanah di sekeliling tiang bor.

Limiting (fs+)
ksf

0,5
1,8
0,3

0,3
0,15

0,8
0,5

Sumber : Joseph E Bowles, dalam buku Analisis dan Desain Pondasi edisi keempat jilid 2,1998

Catatan:
Untuk tanah ke beton gunakan nilai-nilai 0,25 hingga 1 untuk tiang acuan yang merupakan
pelekatan untuk selubung baja. Gunakan nilai-nilai yang lebih tinggi untuk acuan yang didorong.

37

b) Tanah Pasir
Tahanan gesek tiang bor (Qs) menurut Oneill dan
Reese(1989) dapat dinyatakan dengan persamaan:
Qs = fs .As............................................................................. (9)
Dengan :
Qs = Tahanan gesek dinding ultimit (ton).
fs

= tahanan gesek satuan (kN/m2)

As = Luas selimut tiang (m2).


fs

= . po............................................................................. (10)

Dengan :

= Koefisien gesek
po = tekanan overburden di tengah-tengah lapisan tanah (kN/m2)

= 1,5-0,135

dengan 0,25............................................ (11)

Dengan :
z

= kedalaman di tengah-tengah lapisan tanah (m)

dr = lebar referensi = 300 mm


po = sat.z............................................................................... (12)
Dengan :

sat = berat isi tanah dalam keadaan jenuh (ton/m3)


3) Kapasitas Dukung Ultimit Tiang
Kapasitas ultimit tiang bor dinyatakan dalam persamaan :
Qult =Qb+Qs..............................................................................(13)

Dengan :
Qult = Kapasitas ultimit tiang bor (ton)
Qb = Tahanan ujung ultimit (ton)
Qs = Tahanan gesek dinding ultimit (ton)

38

4) Kapasitas Ijin Tiang Bor


Kapasitas ijin tiang bor, diperoleh dari jumlah tahanan ujung
dan tahanan gesek dinding yang dibagi dengan faktor aman
tertentu.
1) Untuk dasar tiang yang dibesarkan dengan diameter d< 2 m
Qa =

.............................................................................(14)

2) Untuk tiang tanpa pembesaran di bagian bawahnya


Qa =

. ...........................................................................(15)

b. Berdasarkan Data Lapangan (Berdasarkan Uji N-SPT)


1) Kapasitas Dukung Ujung Tiang Bor
Qb = Ab.qd............................................................................(16)
Dengan : Qb = Kapasitas dukung ujung (ton)
Ab = Luas penampang tiang (m2)
qd = Unit tahanan ujung (ton/m2) (ditentukan pada
Tabel 14)
Tabel perkiraan qd untuk tiang yang dicor ditempat dapat
dilihat pada tabel 14 dan hubungan nilai N, konsistensi, dan kuat
tekan bebas (qu) untuk tanah lempung jenuh dapat dilihat pada
tabel 6.
Tabel 14. Perkiraan qd Untuk Tiang yang Dicor Ditempat

Lapisan kerikil
Intensitas daya dukung
ultimate pada ujung tiang

1)

Lapisan berpasir 1)
Lapisan lempung keras

(qd)

N 50

750

50 > N 40

525

40 > N 30
N 30

300
300

3qu 2)

1.Perbedaan antara lapisan kerikil dengan lapisan berpasir dapat dipertimbangkan berdasarkan
hasil penyelidikan pada sejumlah kecil tanah tersebut. Lapisan berpasir yang bercampur dengan
kerikil dianggap sama dengan lapisan berpasir tanpa kerikil. Harga N diperoleh dari
penyelidikan.
2.Pada lapisan lempung keras, intensitas daya dukung ditetapkan berkenaan dengan
kriteria perencanaan pondasi kaison qu adalah kekuatan geser unconfined ( t/m2 )
Sumber : Suyono Sosrodarsono dan Kazuto Nakazawa, 1981.

39

2) Kapasitas Dukung Selimut Tiang


= p . Li . fi ......................................................... ( 17)

Qs
Dengan :
p

= Keliling tiang (m)

Li = Tebal lapisan tanah dengan memperhitungkan geseran


dinding tiang.
fi = Besar gaya geser maksimum dari lapisan tanah dengan
memperhitungkan

geseran

dinding

tiang

(ton/m2).

(ditentukan berdasarkan Tabel 15.)


Tabel intensitas gaya geser dinding tiang dapat dilihat pada tabel
15. berikut ini.
Tabel 15. Intensitas Gaya Geser Dinding Tiang

Sumber : Joseph E Bowles, dalam buku Analisis dan Desain Pondasi edisi keempat jilid
2,1998

3) Kapasitas Dukung Ultimit Tiang


Qult

= qd . A + p Li . fi...........................................................(18)

Dengan :
Qult = Daya dukung batas pada tanah pondasi (ton)
qd = Unit tahanan Ujung (ton/m2) (ditentukan Tabel 14.)
A = Luas ujung tiang (m2)
4) Kapasitas Dukung Ijin Tiang
Qa =

........................................................................................(19)

Dengan :
SF = Faktor aman (untuk mencari angka SF digunakan Tabel 24.)
40

2. Kapasitas Dukung Kelompok Tiang


a. Jumlah Tiang
Penentuan jumlah tiang didasarkan pada beban tetap yang bekerja pada
pondasi dan kapasitas dukung ijin.
n=

.............................................................................................(20)

Dengan: n

: Jumlah tiang

: Beban total (ton)

Qa

: Kapasitas dukung ijing tiang (ton)

b. Efisiensi Kelompok Tiang


Efisiensi kelompok tiang (reduksi / penyusutan kapasitas kelompok
tiang) dihitung dengan rumus : (sumber : H.C.Hardiyantmo, 2001)
Formula Converse-Labarre
Eg = 1-

Dengan : Eg

...............................................................(21)

= Efisiensi kelompok tiang

= Jumlah baris tiang

= Jumlah tiang dalam satu baris

= arc tg d/s (derajat)

= Jarak antar pusat tiang (m)

= Diameter tiang (m)

c. Kapasitas Dukung Kelompok Tiang


1) Tanah Pasir
1.

Pada tiang pancang jenis tiang gesekan dengan s 3,0 D,


maka faktor effisiensi ikut menentukan
Qpg

2.

= n . E g . Qult .......................................................(22)

Pada pondasi tiang, baik tahanan gesek maupun tahanan


ujung dengan s 3,0 D, kapasitas dukung kelompok tiang
dapat sama besar dengan jumlah dari seluruh kapasitas
dukung tiang tunggal (Eg = 1)
Qpg

= n . Qult................................................................(23)
41

2) Tanah Lempung
Kapasitas dukung kelompok tiang pada tanah lempung dapat
ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.

Kapasitas dukung kelompok tiang yang jarak antar


tiang jauh (lebih besar dari 2,25d) dihitung berdasarkan
pada tiang tunggal.
Qu= Eg.n.Qa..........................................................................(24)

2.

Kapasitas dukung kelompok tiang yang mengalami


keruntuhan blok atau jarak antar tiang sangat dekat
(kurang dari 2,25d) kelompok tiang yang berukuran L,
B,

D dihitung

sebagai

berikut

(Sumber

: H.C.

Hardiyatmo, 2001).
Qg = [2 D (B + L) c] + [1,3 . cb . Nc . B . L]......................(25)
Dengan :
Qg

= Kapasitas ultimit kelompok (ton)

= Lebar kelompok tiang (m)

= Kedalaman tiang dibawah permukaan tanah (m)

= Panjang kelompok tiang (m)

=Faktor

kapasitas

dukung

(nilainya

ditentukan

berdasarkan Tabel 16)


c
cb

= Kohesi tanah disekeliling kelompok tiang (ton/m 2)


=Kohesi tanah disekeliling dasar kelompok tiang
(ton/m2)

42

Tabel faktor kapasitas dukung ujung Nc dan Nq dapat dilihat pada tabel 16
berikut ini.

Tabel 16. Faktor Kapasitas Dukung Ujung Nc dan Nq

()
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Meyerhof(1963)
Nc
Nq
N
5,14
1
0
5,38
1,09
0
5,63
1,2
0,01
5,9
1,31
0,02
6,19
1,43
0,04
6,49
1,57
0,07
6,81
1,72
0,11
7,16
1,88
0,15
7,53
2,06
0,21
7,92
2,25
0,28
8,34
2,47
0,37
8,8
2,71
0,47
9,28
2,97
0,6
9,81
3,26
0,74
10,37
3,59
0,92
10,98
3,94
1,13
11,63
4,34
1,37
12,34
4,77
1,66
13,1
5,26
2
13,93
5,8
2,4
14,83
6,4
2,87
15,81
7,07
3,42
16,88
7,82
4,07
18,05
8,66
4,82
19,32
9,6
5,72
20,72
10,66
6,77

()
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

Meyerhof(1963)
Nc
Nq
22,25
11,85
23,94
13,2
25,8
14,72
27,86
16,44
30,14
18,4
32,67
20,63
35,49
23,18
38,64
26,09
42,16
29,44
46,12
33,3
50,59
37,75
55,63
42,92
61,35
48,83
67,87
55,96
75,31
64,2
83,86
73,9
93,71
85,37
105,11
99,01
118,37
115,31
133,87
134,87
152,1
158,5
173,64
187,21
199,26
222,3
229,92
265,5
266,88
319,06

N
8
9,46
11,19
13,24
15,67
18,56
22,02
26,17
31,15
37,15
44,43
53,27
64,07
77,33
93,69
113,99
139,32
171,14
211,41
262,74
328,73
414,33
526,45
674,92
873,06

Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi I , 2002
Catatan:
Dalam hitungan kapasitas kelompok tiang maka dipilih dari hal-hal berikut:
1. Jika kapasitas kelompok tiang (Qg) lebih kecil daripada kapasitas tiang tunggal kali jumlah
tiang (nQa), maka kapasitas dukung pondasi tiang yang dipakai adalah kapasitas kelompoknya
(Qg).
2. Sebaliknya, bila dari hitungan kapasitas kelompok tiang (Qg) lebih besar, maka dipakai
kapasitas tiang tunggal kali jumlahnya (nQa).

43

J.

Kapasitas Tahanan Beban Lateral Ultimit


Pondasi tiang dirancang dengan memperhitungkan beban beban horisontal

atau beban lateral. Besarnya beban lateral yang harus didukung pondasi tiang
bergantung pada rangka bangunan yang mengirimkan gaya lateral tersebut ke
kolom bagian bawah. Gaya lateral yang terjadi pada tiang bergantung pada
kekakuan atau tipe tiang, acam tanah, penanaman ujung tiang ke dalam pelat
penutup kepala tiang, sifat gaya-gaya dan besar defleksi. Jika gaya lateral yang
harus didukung tiang sangat besar, maka dapat digunakan tiang miring.
1. Tiang Ujung Jepit dan Tiang Ujung Bebas
Dalam analisis gaya lateral, tiang-tiang perlu dibedakan menurut model
ikatannya dengan pelat penutup tiang. Karena, model ikatan tersebut sangat
mempengaruhi kelakuan tiang dalam mendukung beban lateral. Sehubungan
dengan hal tersebut, tiang tiang dibedakan menurut 2 tipe, yaitu:

Tiang ujung jepit (fixed end pile)

Tiang ujung bebas (free end pile)

Mc Nulty (1956) mendefinisikan tiang ujung jepit (fixed end pile) sebagai
tiang yang ujung atasnya terjepit (tertanam) dalam pelat penutup kepala tiang
paling sedikit sedalam 60 cm (24 in).(Gambar 15). Dengan demikian, untuk
tiang tiang yang bagian atasnya tidak terjepit atau terjepit ke dalam pelat
penutup kepala tiang tetapi kurang dari 60 cm, termasuk tiang ujung bebas
(free end pile).

Gambar 15. Definisi tiang ujung jepit dan ujung bebas (Mc Nulty, 1956).
Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi II, 2002

2. Gaya Lateral Ijin

Perancangan

pondasi

tiang

yang

menahan

gaya

lateral,

harus

memperhatikan dua kriteria, yaitu:


44

Faktor aman terhadap keruntuhan ultimit harus memenuhi.


Defleksi yang terjadi akibat beban yang bekerja harus masih dalam
batas-batas toleransi.

3. Kriteria Tiang
Untuk

menentukan

apakah

tiang termasuk

tiang panjang atau

tiang pendek, maka salah satunya perlu diketahaui faktor kekuatan tiang,
yang dapat ditentukan dengan menghitung faktor-faktor kekakuan R dan
T. Batasan ini terutama digunakan untuk menghitung defleksi tiang oleh
akibat gaya horizontal.
Jika tanah berupa lempung terkonsolidasi normal (Normally consolidated
clay) dan tanah granuler, modulus tanah dapat dianggap bertambah secara
linier dengan kedalamanya (atau semakin ke bawah semakin besar).
(Sumber : H.C. Hardiyatmo, 2002). Faktor

kekakuan

untuk modulus

tanah yang tidak konstan (T) dan untuk modulus tanah yang konstan (R)
ini dinyatakan oleh persamaan :
T=

..................................................................................................(26)

Dengan:
T

= Faktor kekakuan untuk modulus tanah yang tidak konstan


= Modulus elastisitas tiang (kN/m2)

Dengan : Ep
Ip

= Momen inersia tiang (m4)

nh I

= Koefisien variasi modulus (kN/m 3)

R =

.................................................................................................(27)
konsta
konstan

Dengan :
R

= Faktor kekakuan untuk modulus tanah konstan

Ep

2
= Modulus elastisitas tiang (kN/m )

= Modulus reaksi subgrade

45

Nilai-nilai nh yang disarankan oleh Reese dan kawan-kawan (1956),


ditunjukan dalam Tabel 17. berikut ini.

Tabel 17. Nilai-nilai nh Untuk Tanah Kohesif (Poulos dan Davis,1980)

nh
Reese dan Matlock
Davisson Prakash
Peck dan Davissonn
Davisson
Davisson
Wilson dan Hilts
Bowles

Lempung
normal
Lempung
normal

Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi II , 2002

Kriteria tiang pendek atau tiang panjang ditentukan berdasarkan Nilai


R atau nilai T yang ditunjukan pada tabel 18.

Tabel 18. Kriteria tiang kaku dan tiang tidak kaku (Tomlinson,1977)

Jenis (perilaku) tiang

Kaku
Tidak kaku

Mudulus Tanah (K)

Mudulus Tanah

bertambah de ngan

(K) konstan

kedalaman
L 2T
L 4T

L 2R
L 3,5 R

Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi II , 2002

Tabel 19. Nilai Modulus Elastis

Tipe Tanah

Modulus Elastis (kN/m2)

Lempung
Sangat lunak

300-3000

Lunak

2000-4000

Sedang

4500-9000

Keras

7000-20000

Berpasir

30000-42500

Pasir Berlanau

5000-20000

Pasir Tidak padat

10000-25000

Pasir Padat

50000-100000

Pasir dan kerikil


Padat

80000-200000
46

Tidak padat

50000-140000

Lanau

2000-20000

Loess

15000-60000

Serpih

140000-1400000

Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi II , 2002

4.

Hitungan Tahanan Beban Lateral Ultimit


Tanah lempung lunak, tahanan tiang terhadap beban lateral lebih

bergantung pada tahanan ultimit tanah di sekitar pemukaannya. Berdasarkan


pengamatan, Reese (1967) menyarankan bahwa untuk tanah-tanah kohesif
murni, tahanan ultimit tanah akan sebesar pu = 2 cu pada kedalaman tiang
kira-kira 3d (d = diameter tiang). Pada kedalaman selanjutnya, tekanan tanah
pada tiang akan konstan.
Tiang ujung jepit, Brooms (1964) menganggap bahwa momen yang
terjadi pada tubuh tiang yang tertanam di dalam tanah sama dengan momen
yang terjadi di ujung atas tiang yang terjepit oleh pelat penutup tiang (pile
cap). Dengan memperhatikan gambar 16.a, untuk tiang pendek, dapat
dihitung tahanan tiang ultimit terhadap beban lateral:
Hu =9cud(L-3d/2) ..................................................................................(28)
Mmak = Hu(L/2 + 3d/4) .........................................................................(29)
Dengan:
Hu

= Tahanan lateral ultimit tiang (ton)

Mmak = Momen dimana tiang mencapai batas maksimum (ton.m)


cu

= Kohesi tak terdrainase (kN/m2)

= Panjang Tiang (m)

= Diameter tiang (m)


Nilai-nilai Hu untuk tiang pendek dapat diplot dalam grafik hubungan L/d

dan Hu/cu.d2, ditunjukkan dalam gambar 17a dan nilai-nilai Hu untuk tiang
panjang oleh Brooms (1946) digambarkan dalam grafik hubungan My/cud3
dan Hu/cu.d2 ditunjukkan dalam gambar 17b.

47

Gambar 16. Tiang ujung jepit dalam tanah kohesif (Brooms, 1964)
a) Tiang pendek b) Tiang sedang c) Tiang panjang
Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi II, 2002

48

Gambar 17. Tahanan lateral ultimit tiang dalam tanah kohesif (Brooms, 1964)
Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi II, 2002

Untuk tiang dengan panjang sedang, dimana tiang akan mengalami


keluluhan ujung atas yang terjepit (Gambar 15 b),dan dapat dihitung
menggunakan persamaan dibawah ini
f =

...................................................................................................(30)

Hu =

...................................................................................................(31)

Dengan:
f

= Kedalaman tiang pada keadaan momen maksimum (m)

Hu = Tahanan lateral ultimit tiang (ton)


My = Tahanan momen bahan tiang (ton.m)
cu = Kohesi tak terdrainase (kN/m2)
Untuk mengetahui besarnya momen dan defleksi pada tiap lapisan tanah
granuler dapat dihitung menggunakan persamaan dibawah ini dan
menggunakan tabel koefisien pada tiang bor untuk tanah granuler, seperti
49

yang tertera pada tabel 20 dibawah ini.


Tabel 20. Koefisien momen dan defleksi pada tiang bor untuk tanah granuler

Z
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,2
1,4
1,6
1,8
2,0
3,0
4,0
5,0

Ax
2,435
2,273
2,112
1,952
1,796
1,644
1,496
1,353
1,216
1,086
0,962
0,738
0,544
0,381
0,247
0,142
-0,075
-0,05
-0,009

Am
0
0,1
0,198
0,291
0,379
0,459
0,532
0,595
0,649
0,693
0,727
0,767
0,772
0,746
0,696
0,628
0,2225
0
-0,033

Av
1
0,989
0,956
0,906
0,840
0,764
0,677
0,585
0,489
0,392
0,295
0,109
-0,056
-0,193
-0,298
-0,371
-0,349
-0,106
0,015

Bx
1,623
1,453
1,293
1,143
1,003
0,873
0,752
0,642
0,540
0,448
0,364
0,223
0,112
0,029
-0,030
-0,070
-0,089
-0,028
0

Bm
1
1
0,999
0,994
0,987
0,976
0,960
0,939
0,914
0,885
0,852
0,775
0,688
0,594
0,498
0,404
0,059
-0,042
-0,026

Bv
0
-0,007
-0,028
-0,058
-0,095
-0,137
-0,181
-0,226
-0,270
-0,312
-0,350
-0,414
-0,456
-0,477
-0,476
-0,456
-0,213
0,017
0,029

Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi II, 2002

Untuk perhitungan defleksi tiang pada tiap lapisan untuk tanah granuler
xz = Ax.

+ Bx.

................................................................................(32)

Dengan :
xz = defleksi tiang untuk tiap lapisan(m)
Ax = koefisien A untuk defleksi tiang tiap lapisan tanah granuler
Bx = koefisien B untuk defleksi tiang tiap lapisan tanah granuler
Hi = Beban horizontal per 1 tiang (kN)
2
Ep = Modulus elastisitas tiang (kN/m )

Ip = Momen inersia tiang (m4)


T = Faktor kekakuan untuk modulus tanah yang tidak konstan
Mg = Momen pada dasar muka tanah /z = 0 m (kN.m)

50

Untuk perhitungan momen tiang pada tiap lapisan untuk tanah granuler
Mz = Am. Hi.T + Bm.Mg...............................................................................(33)
Dengan:
Mz = Momen tiang untuk tiap lapisan(m)
Am = koefisien A untuk momen pada tiang tiap lapisan tanah granuler
Bm = koefisien B untuk momen pada tiang tiap lapisan tanah granuler
Hi = Beban horizontal per 1 tiang (kN)
T = Faktor kekakuan untuk modulus tanah yang tidak konstan
Mg = Momen pada dasar muka tanah /z = 0 m (kN.m)
Untuk mengetahui besarnya momen dan defleksi pada tiap lapisan tanah
cohesif dapat dihitung menggunakan persamaan dibawah ini dan menggunakan
grafik variasi nilai Ax , Am, Bx ,Bm untuk tiap kedalaman z yang terdapat pada
gambar 18.

Gambar 18. Variasi nilai Ax , Am, Bx ,Bm untuk tiap kedalaman z (Davisson and Gill
(1963)
Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi II, 2002

Untuk perhitungan defleksi tiang pada tiap lapisan untuk tanah cohesif
xz = Ax.

+ Bx.

.............................................................................(34)
51

Dengan :
xz = defleksi tiang untuk tiap lapisan(m)
Ax = koefisien A untuk defleksi tiang tiap lapisan tanah cohesif
Bx = koefisien B untuk defleksi tiang tiap lapisan tanah cohesif
Hi = Beban horizontal per 1 tiang (kN)
2
Ep = Modulus elastisitas tiang (kN/m )

Ip = Momen inersia tiang (m4)


R = Faktor kekakuan untuk modulus tanah konstan
Mg = Momen pada dasar muka tanah /z = 0 m (kN.m)
Untuk perhitungan momen tiang pada tiap lapisan untuk tanah cohesif
Mz = Am. Hi.R + Bm.Mg............................................................................(35)
Dengan:
Mz = Momen tiang untuk tiap lapisan(m)
Am = koefisien A untuk momen pada tiang tiap lapisan tanah cohesif
Bm = koefisien B untuk momen pada tiang tiap lapisan tanah cohesif
Hi = Beban horizontal per 1 tiang (kN)
R = Faktor kekakuan untuk modulus tanah konstan
Mg = Momen pada dasar muka tanah /z = 0 m (kN.m)

K. Penurunan Pondasi Tiang Bor


Dalam bidang teknik sipil ada dua hal yang perlu diketahui mengenai
penurunan, yaitu:
1.

Besarnya penurunan yang terjadi


Tanah adalah akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai atau

lemah ikatan antar partikelnya yang terbentuk karena pelapukan dari batuan.
Komposisi tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu:
a.

Tanah kering terdiri dari dua fase yaitu partikel padat dan udara
pengisi pori (udara pori)

b.

Tanah jenuh sempurna terdiri dari dua fase yaitu partikel padat dan
air pori

52

c.

Tanah jenuh sebagian terdiri dari tiga fase yaitu partikel padat,
udara pori dan air pori.

Klasifikasi tanah berdasarkan teksturnya, yaitu:


1.

Kerikil (Gravel), butiran dengan diameter > 2,0 mm

2.

Pasir (Sand), butiran dengan diameter 2,0 s/d 0,05 mm


(tidak memiliki nilai c-kohesi tanah, memiliki nilai -sudut geser
dalam tanah).

3. Lanau (Silt), butiran dengan diameter 0,05 s/d 0,02 mm


4. Lempung (Clay), butiran dengan diametar < 0,002 mm
(memiliki nilai kohesi tanah, tidak memiliki nilai sudut geser dalam
tanah).
Data tanah dapat diperoleh dengan menggunakan sistem sondir dan
boring. Perhitungan modulus geser tanah maksimum (Gmax) untuk setiap
jenis tanah memiliki nilai yang berbeda bergantung pada jenis tanahnya.
Pondasi setempat ataupun Pondasi merata tidak diizinkan mengalami
penurunan yang melebihi dari batas-batas tertentu, seperti terlihat pada tabel
21.

Tabel 21. Ketentuan Penurunan Maksimum Pada Suatu Bangunan Jenis bangunan

Jenis bangunan

Penurunan Maksimum

Bangunan umum
Bangunan pabrik
Gudang
Pondasi mesin

2.54 cm
3.81 cm
5.08 cm
0.05 cm

Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi I , 2002

Tabel 22. Angka poison () untuk masing-masing jenis tanah

Jenis Tanah
Lempung jenuh
Lempung tak jenuh
Lanau
Pasir padat
Pasir kasar (angka pori, e= 0,40,7)

0,4-0,5
0,1-0,3
0,2-0,3
0,3-0,35
0,15

53

Pasir halus (angka pori, e= 0,40,7)


Batu(tergantung dari jenisnya)
Loess

0,25
0,1-0,4
0,1-0,3

Sumber : Joseph E Bowles, dalam buku Analisis dan Desain Pondasi edisi keempat jilid 2,1998

Pemampatan pada tanah dasar akan terjadi apabila tanah dasar tersebut
menerima beban di atasnya. Pemampatan tersebut disebabkan oleh adanya
deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara dari
dalam pori dan sebab-sebab lain. Pada umumnya, pemampatan pada tanah
yang disebabkan oleh pembebanan dapat dibagi dalam tiga kelompok besar,
yaitu:
1. Pemampatan segera (immediately settlement), Si, yang merupakan akibat
dari perubahan elastis dari butiran tanah tanpa adanya perubahan kadar air.
2. Pemampatan konsolidasi (consolidation settlement), Sc, yaitu pemampatan
yang disebabkan oleh keluarnya air dari dalam pori- pori tanah.
3. Pemampatan sekunder ( secondary settlement),Ss, merupakan pemampatan
yang di akibatkan oleh adanya penyesuaian yang bersifat plastis dari butirbutir tanah.

2.

Kecepatan penurunan
Istilah penurunan (settlement) digunakan untuk menunjukan gerakan

titik tertentu pada bangunan terhadap titik referensi yang tetap. Umumnya,
penurunan yang tidak seragam lebih membahayakan bangunan dari
penurunan totalnya.
a.

Perkiraan penurunan tiang tunggal


Menurut Poulus dan Davis (1980) penurunan jangka panjang

pondasi tiang tunggal tudak perlu ditinjau karena penurunan tiang akibat
konsolidasi dari tanah relatif kecil. Hal ini disebabkan karena pondasi
tiang direncanakan terhadap kuat dukung ujung dan kuat dukung
friksinya atau penjumlahan dari keduanya (Hardiyatmo,2002)
1. Untuk tiang apung atau tiang friksi
S=

...................................................................................(36)

54

Dimana : I = Io.Rk.Rb.Ru
2. Untuk tiang dukung ujung
S=

...................................................................................(37)

Dimana : I = Io.Rk.Rb.Ru
Dengan:
S = Penurunan tiang tunggal (cm)
Q = Beban yang bekerja (ton)
D = Diameter tiang
I0 = Faktor pengaruh penurunan tiang yang tidak mudah mampat
Rk = Faktor koreksi kemudahan mampatan tiang
Rh = Faktor koreksi untuk kelebihan lapisan yang terletak pada
tanah keras.
R = Faktor koreksi angka poison
Rb = Faktor koreksi untuk kekakuan lapisan pendukung
h = Kedalaman total lapisan tanah ujung tiang ke muka tanah

Gambar 19. Faktor penurunan I0 (Poulos dan Davis, 1980)


Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi II, 2002

55

Gambar 20. Koreksi kompresi Rk (Poulos dan Davis, 1980)


Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi II, 2002

Gambar 21. Koreksi kedalaman Rh (Poulos dan Davis, 1980)


Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi II, 2002

56

Gambar 22. Koreksi angka poisson R (Poulos dan Davis, 1980)


Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi II, 2002

Gambar 23. Koreksi kekakuan lapisan pendukung, Rb (Poulos dan Davis, 1980)
Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi II, 2002

57

Gambar 23, K adalah ukuran kompresibilitas relatif dari tiang dan tanah
yang dinyatakan oleh persamaan:
K=

.............................................................................................(38)

Dimana :
RA =
Dengan:
K = Faktor kekakuan tiang
Ep = Modulus elastisitas dari bahan tiang (kPa)
Es = Modulus elastisitas tanah disekitar tiang (kPa)
Eb = Modulus elastisitas tanah disekitar tiang (kPa)
J.Bowles (1997)

memberikan persamaan yang dihasilkan dari

pengumpulan data pengujian kerucut statis (sondir), sebagai berikut:


Es = 3.qc (untuk tanah pasir) ..............................................................(39)
Es = 2 sampai 8qc (untuk Lempung) ...............................................(40)
qc (side) = perlawanan konus rata-rata pada masing-masing sepanjang
tiang.
Analisa yang dilakukan secara mendetail oleh meyerhof (1976), untuk
nilai modulus elastisitas tanah dibawah ujung tiang (E b) kira-kira 5 10
kali harga modulus elastisitas tanah di sepanjang tiang (E s). Rumus
untuk penurunan tiang elastis adalah :
S=

........................................................................................(41)

Dimana :
Q = Beban yang bekerja (ton)
Qs = Tahanan gesek (ton)
= koefisien dari skin friction
Ep = Modulus elastisitas dari bahan tiang (kPa)

b. Perkiraan penurunan kelompok tiang (pile group)


Hitungan pondasi tiang, kapasitas izin tiang sering lebih didasarkan
pada persyaratan penurunan. Penurunan tiang terutama bergantung pada
58

nilai banding tahanan ujung dengan beban tiang. Jika beban yang
didukung pertiang lebih kecil atau sama dengan tahanan ujung tiang,
penurunan yang terjadi mungkin sangat kecil.
Sg =

............................................................................................(42)

Dimana :
q=
I = faktor pengaruh = 1 -

0,5

Lg dan Bg = Lebar poor tiang kelompok (m)


qc = kapasitas tahanan ujung tiang (kg/cm 2)

c.

Penurunan Diizinkan
Penurunan yang diizinkan dari suatu bangunan bergantung pada

beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi jenis, tinggi, kekakuan,


dan fungsi bangunan, serta besar dan kecepatan penurunan serta
distribusinya.

Jika

penurunan

berjalan

lambat,

semakin

besar

kemungkinan struktur untuk menyesuaikan diri terhadap penurunan


yang terjadi tanpa adanya kerusakan strukturnya oleh pengaruh rangkak
(creep). Oleh karena itu, dengan alasan tersebut, kriteria penurunan
pondasi pada tanah pasir dan pada tanah lempung berbeda.
Penurunan maksimum dapat diprediksi dengan ketetapan yang
memadai, umumnya dapat diadakan hubungan antara penurunan
diizinkan dengan penurunan maksimum. Dimana syarat perbandingan
penurunan yang aman yaitu :
Stotal

Sizin

Sizin = 10%. D................................................................................(43)


Dimana:
D = Diameter tiang
Penurunan pada pondasi tiang dapat dibedakan menjadi penurunan pada
pondasi tiang tunggal dan penurunan pada pondasi kelompok tiang.

59

1. Penurunan Tiang Tunggal


a.

Tanah Pasir
Penurunan yang terjadi pada tiang dapat dihitung dengan

metode empiris dan semi empiris.


b. Tanah Lempung
Penurunan pada tanah lempung tiang tunggal terdiri dari dua
komponen yaitu penurunan seketika (immediate settlement) yang
terjadi setelah

beban

bekerja

dan

penurunan

konsolidasi

(consolidation settlement).

2. Penurunan Kelompok Tiang


a. Tanah Pasir
Penurunan

pada kelompok tiang dapat dihitung dengan

beberapa metode. Salah satu metode yang digunakan untuk


menghitung penurunan kelompok tiang adalah metode Vesic.

b. Tanah Lempung
Sifat penting dari lapisan lempung (sedimentary clays) adalah.
Lapisan lempung setelah mengendap dalam waktu yang lama akan
mengalami konsolidasi dan penurunan akibat tekanan dari lapisanlapisan yang kemudian mengendap di atasnya. Endapan yang
terjadi pada lapisan lempung ini semakin lama mungkin menjadi
menghilang lagi oleh karena, misalnya oleh erosi air atau es ini
berarti lapisan-lapisan bawah pada suatu saat

dalam

sejarah

geologinya pernah mengalami konsolidasi akibat tekanan yang


lebih tinggi daripada tekanan yang berlaku di atasnya pada masa
sekarang ini.
Lapisan

yang

dijelaskan

di

atas

disebut

over

consolidated, Sedangkan lapisan yang belum pernah mengalami


tekanan yang lebih tinggi diatasnya daripada tekanan yang
berlaku

pada

masa

sekarang disebut normally consolidated.

Penurunan total adalah jumlah dari penurunan segera dan


60

penurunan konsolidasi dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :


S

= Ss + Sc.............................................................................. (44)

Dengan :

: Penurunan total

Ss

: Penurunan segera

Sc

: Penurunan konsolidasi

1) Penurunan Segera
Penurunan segera adalah penurunan yang dihasilkan oleh
distorsi masa tanah yang tertekan dan terjadi pada volume
konstan. Menurut jambu, Bjerrum dan Kjaemsli

(1956)

dirumuskan sebagai berikut:


= i.0.

Si

............................................................(45)

Dengan :
Si

: Penurunan segera (m)

: Faktor koreksi untuk lapisan tanah

dengan

tebal terbatas H (ditentukan berdasarkan


Gambar 11)
0

: Faktor koreksi untuk kedalaman pondasi


(ditentukan berdasarkan Gambar 11)

: Lebar kelompok tiang (m)

Es

: Modulus elastis tanah (Tabel 16)

: Tekanan netto fondasi (ton/m2)

Tabel faktor koreksi (i dan 0) dapat dilihat pada gambar 24


berikut ini.

61

Gambar 24. Gambar Grafik Faktor Koreksi


Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi II , 2002

2) Penurunan Konsolidasi
Dalam penghitungan penurunan konsolidasi pada tanah
lempung menggunakan rumus persamaan (Braja M. Das, 1985)
1. Tanah konsolidasi normal (normal consolidated)
Bila (Po = Pc)

Sc

H.Log

........................................(46)

2. Tanah konsolidasi berlebih (over consolidated)


a. Bila (Po + P) < Pc
Sc =

H.Log

.....................................(47)

b. Bila (Po + P) > Pc


Sc =

H.Log

H.Log

.......(48)

Dengan :
H

: Tebal lapisan tanah

Cc

: Indeks pemampatan

Cs

: Indeks pemampatan kembali (rebound

curve) atau

indeks pemuaian
62

: Penambahan tekanan vertikal

Po

: Tekanan efektif overburden

: Penurunan konsolidasi

Pc

: Tegangan pra konsolidasi

eo

: Angka pori awal

1) Indeks pemampatan (Cc)


Indeks pemampatan digunakan untuk menghitung besarnya
penurunan yang terjadi dilapangan sebagai akibat dari konsolidasi
dapat ditentukan dari kurva yang menunjukan hubungan antara
angka pori dan tekanan yang didapat dari hasil uji konsolidasi
dilaboratorium.
Terzaghi dan Peck (1967), menyarankan pemakaian persamaan
empiris berikut ini untuk menghitung indeks pemampatan :
1. Untuk lempung yang struktur tanahnya tak terganggu
(undistributed)
Cc = 0,009(LL-10).............................................................(49)
2. Untuk lempung yang terbentu kembali (remolded)
Cc = 0,007(LL-10).............................................................(50)
LL : Batas cair (%)
Menurut Rendon Herrero (1980), perumusan-perumusan
tersebut telah dikembangkan dengan cara menguji bermacammacam jenis lempung. Tabel 23. di bawah ini adalah rumus rumus yang digunakan untuk menghitung indeks pemampatan.

Tabel 23. Hubungan Untuk Indeks Pemampatan(Cc)


Pesamaan
Cc = 0,007 (LL 7)

Acuan
Skempton

Cc = 0,01 N
Cc = 1,15 (eo 0,27)
Cc = 0,3 (eo-0,27)

Nishida
Hough

Cc = 0,0115 N

Daerah pemakaian
Lempung yang terbentuk kembali
(remolded)
Lempung Chicago
Semua lempung
Tanah kohesif anorganik : lanau,
lempung berlanau, lempung
Tanah organic, gambut, lanau
organik, dan lempung
63

Cc = 0,0046 (LL 9)
Cc = 0,75 (eo 0,5)
Cc = 0,208eo + 0,0083
Cc = 0,156eo + 0,0107
Catatan :
eo
N

Lempung Brazilia
Tanah dengan plastisitas rendah
Lempung Chicago
Semua lempung

= Angka pori tanah di lapangan


= Kadar air tanah di lapangan

Sumber : Braja M.Das, 1941

2) Indeks Pemuaian (Cs)


Indeks pemuaian (Swell index) nilainya ditentukan dari hasil
pengujian dilaboratorium atau dengan rumus:
Cs = sampai

Cc...................................................................(51)

L. Faktor Aman Tiang Bor


Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka kapasitas ultimit tiang dibagi
dengan faktor aman tertentu. Faktor aman (F) untuk tiang bor juga bergantung
terutama pada informasi dari hasil uji beban statis, keseragaman kondisi tanah,
dan ketelitian program penyelidikan tanah. Nilai-nilai tipikal faktor aman untuk
tiang bor yang disarankan oleh Coduto (2001) dan Hannigan et al. (1997)
ditunjukkan dalam tabel 24.. Nilai-nilai dalam tabel tersebut berlak untuk
bangunan pada umumnya. Untuk bangunan-bangunan khusus, maka nilai-nilai
faktor amannya dapat ditambah atau dikurangi.
Tabel 24. Faktor aman untuk tiang bor (Coduto, 2001;Hannigan et al,1997)
Informasi dalam perancangan
Uji beban
statis

Kondisi
tanah

Program penyelidikan
lokasi

Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

Seragam
Tak teratur
Seragam
Seragam
Tak teratur
Tak teratur

Teliti
Rata-rata
Teliti
Rata-rata
Teliti
Rata-rata

Faktor aman(F)
Beban ke
Beban ke
bawah (tiang atas (tiang
tekan)
tarik)
2,0*
3,0*
2,5
4,0
2,5
5,0
3,0
6,0
3,0
6,0
3,5
6,0

Keterangan: * Jika uji beban statis sangat teliti dan kondisi sifat-sifat tanah dapat didefinisikan
dengan baik, faktor aman beban ke bawah dapat direduksi 1,7 kalinya dan beban ke atas 2,5
kalinya.
Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi II , 2002

64

Seperti halnya pada tiang pancang, dalam Tabel 24 terlihat bahwa untuk
memilih faktor aman untuk beban tarik lebih besar dari beban tekan. Hal ini,
karena

keruntuhan

akibat

beban

tarik

lebih

bersifat

segera

dan

merusakkan(terutama saat gempa). Karena itu, banyak ahli pondasi menyarankan


faktor aman 1,5 sampai 2 kali faktor aman untuk beban tekan.

M. Perencanaan Pile Cap


Menurut Bowles ( 1991 ), pile cap diperlukan untuk menyebarkan beban
vertical, horizontal, dan momen ke setiap tiang dalam satu kelompok tiang.
Susunan tiang dibuat simetris sehingga pusat berat kelompok tiang dan pusat
berat pile cap terletak pada satu garis vertikal. Jarak antar tiang diusahakan
sedekat mungkin untuk menghemat pile cap, tetapi jika pondasi memikul
beban momen, maka jarak tiang perlu diperbesar yang berarti menambah
atau memperbesar tahanan momen. Contoh susunan tiang tiang dalam pelat
penutup tiang dapat dilihat pada gambar 25 .

Gambar 25. Susunan kelompok tiang dalam pelat penutup tiang


Sumber :H.C. Hardiyat mo, dalam buku analisis dan perencanaan fondasi II , 2002

Perancangan pile cap dilakukan dengan anggapan sebagai berikut:


a.

Pelat penutup tiang sangat kaku.

b.

Ujung atas tiang menggantung pada pelat penutup tiang (pile cap). Karena
itu, tidak ada momen lentur yang diakibatkan oleh pelat penutup tiang.
65

c.

Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu, distribusi tegangan
dan deformasi membentuk bidang rata.

Perencanaan pile cap berdasarkan SNI 03-2847-2002.


1.

Momen Rencana

terjadi = ...........................................................................................................(52)
= terjadi x 1..............................................................................................(53)

qu

Ditinjau selebar 1 meter


= 1/8 x qu x L2........................................................................................(54)

Mu

Dengan:
terjadi : Tegangan yang terjadi (ton/m2)
P

: Gaya aksial (beban yang bekerja) (ton)

Apc

: Luas Penampang Pile Cap(m2)

Mu

: Momen Lentur (ton.m)

2.

Lentur (Flexure)

Rumus yang digunakan untuk menghitung tulangan longitudinal

b = .

..................................................................................(55)

D engan

b : Rasio Tulangan

: Faktor distribusi tegangan beton

fy : Tegangan leleh baja (MPa)


fc : Kuat tekan beton (MPa)
maks = 0,75 x b............................................................................................(56)
m

...............................................................................................(57)

Rmaks = mak x fy x (1-1/2 mak x m).........................................................(58)


min

Mn

Rn

......................................................................................................(59)

......................................................................................................(60)
...................................................................................................(61)

Rasio tulangan yang diperlukan


66

perlu

))................................................................(62)

Tulangan pokok
As

= x b x d.............................................................................................(63)

= 1/4 D2.................................................................................................(64)

3. Geser (shear)
a. Geser satu arah
Vc1 = (

)x lw x t........................................................................................(65)

Dengan:
Vc1 = Gaya Geser satu arah(ton)
t = Tebal pile cap efektif (mm)
lw = Panjang pile cap(mm)
fc = mutu beton (MPa)

b. Geser dua arah


Vc2 = (

)x bw x t.......................................................................................(66)

Dengan:
Vc2 = Gaya Geser dua arah(ton)
t = Tebal pile cap efektif (mm)
bw = Lebar pile cap(mm)
fc = mutu beton (MPa)

N. Perencanaan Tulangan Pondasi Tiang Bor


Tulangan merupakan suatu fungsi yang sangat penting untuk struktur beton
karena daya dukung struktur beton bertulang didapatkan dari hasil kerja sama
antara beton dan tulangannya. Perencanaan pemakaian tulangan mengikuti sesuai
dengan peraturan SNI 03-2847-2002.
Menentukan tulangan tarik pondasi.
1. Menentukan eksentrisitas.

67

e=

...........................................................................................................(67)

2. Kemudian transformasikan kolom bundar menjadi penampang persegi ekivalen


untuk menentukan eksentrisitas dalam keadaan balanced.
a. Tebal dalam arah lentur sebesar
0,8h.............................................................................................................(68)
b. Lebar kolom segiempat ekivalen
b=

........................................................................................................(69)

c. Luas tulangan total Ast didistribusikan pada dua lapis


As = As =

( ) +...............................................................................(70)

d. Jarak antar lapis tulangan


Ds............................................................................................................(72)
e. Jarak tulangan (tekan/tarik) terhadap tepi terluar beton
d = ds =

(Ds- 2/3 Ds)..............................................................................(73)

f. Jarak tulangan tarik terhadap tepi terluar daerah tekan


d = 0,8h d...............................................................................................(74)

3. Cek apakah eksentrisitas rencana yang diberikan e lebih besar atau lebih kecil
daripada eksentrisitas balanced eb.
cb =
fs =

..................................................................................................(75)
(

)...........................................................................................(76)

ab = 0,85.cb..................................................................................................(77)
Pnb = 0,85.fc.b.ab + Asfs-As.fs.....................................................................(78)
Mnb = 0,85.fc.b.ab (

)+ (As.fs+As.fy) * (

)+.......................(79)

eb < e, jika eksentrisitas (e) lebih besar dari eb maka keruntuhan yang terjadi
berupa keruntuhan tarik.
eb > e, jika eksentrisitas (e) kurang dari eb maka keruntuhan yang terjadi
berupa keruntuhan tekan.
68

4. Cek apakah kuat tekan rencana penampang (Pr) lebih besar dari kuat tekan
rencana yang bekerja (Pu).
Faktor reduksi kekuatan =0,7
Ast = n. .(D)2.............................................................................................(80)
Ag = .(D)2..................................................................................................(81)

..........................................................................................................(82)

m =

....................................................................................................(83)

Pn = 0,85.h2.fc[(

)]...........................(84)

Pr = Pn...........................................................................................................(85)
Syarat Pr > Pu (OK)........................................................................................(86)
Jika Pr < Pu, maka ubahlah ukuran kolom dan (atau) tulangnya. Selanjutnya
ulangi langkah 3 dan 4. Tata letak pen]ulangan tiang bor dapat di lihat pada
gambar 26.

Gambar 26. Penulangan Tiang Bor

P. Program GEO5 v.17


Software GEO5 v.17 adalah versi terbaru dari software GEO5, GEO5 v.17
digunakan di 90 negara di seluruh dunia. Tugas rekayasa adalah sama yaitu untuk
membuktikan bahwa konstruksi tersebut aman dan dirancang dengan baik.
Karakteristik dasar dari struktur (misalnya geometri dinding, medan, lokalisasi
jangkar, dll) adalah sama di seluruh dunia, cara untuk membuktikan bahwa
pembangunan tersebut aman dan teori analisis yang digunakan berbeda. Sejumlah
69

besar teori-teori baru dan faktor terutama prsial analisis menyebabkan input data
dalam jumlah besar dan program yang rumit. Program ini memakai prinsip
metode elemen hingga dalam menganalisis permasalahan di bidang geoteknik,
seperti analisis pondasi, dinding penahan tanah, tunnel, jembatan, dll.
Dalam analisis tugas akhir ini peneliti memakai analisis untuk pondasi
tunggal dan analisis untuk pondasi kelompok pada software GEO5.v.17. Input
program GEO5.v.17 untuk pondasi tunggal adalah data struktur, jenis struktur,
jenis pondasi, data tanah. Sedangkan output untuk pondasi tunggal adalah daya
dukung pondasi, penurunan (settlement) dan faktor keamanan (safety factor).
Input program GEO5.v.17 untuk pondasi kelompok adalah data struktur, jenis
struktur, jenis pondasi, banyaknya ponadasi dalam satu kelompok tiang dan data
tanah. Sedangkan output untuk pondasi kelompok adalah daya dukung pondasi,
penurunan (settlement) dan faktor keamanan (safety factor).

1. Input dari program GEO5.v.17 untuk pondasi tunggal dan kelompok


Input dari program GEO5.v.17 untuk pondasi tunggal dan kelompok :
1. Data struktur.
2. Jenis struktur
3. Jenis pondasi.
4. Data propertis tanah.

2. Metode yang dipakai dari program GEO5.v.17


Metode yang dipakai untuk pondasi terdiri dari :
1.

2.

Analisis daya dukung Vertikal


a.

Metode Tomlinson

b.

Metode Tegangan efektif

Analisis Settlement
a.

Memuat Kurva Linier (Poulos)

b.

Noninier memuat kurva (Masopust)

70

3.

Output dari program GEO5.v.17 untuk pondasi tunggal dan kelompok


Output dari program GEO5.v.17 untuk pondasi tunggal dan kelompok

adalah daya dukung pondasi, penurunan (settlement) dan faktor keamanan


(safety factor).

Gambar 27. Hasil output daya dukung tiang tunggal

Gambar 28. Hasil output penurunan tiang tunggal

71

Gambar 29. Hasil output daya dukung tiang kelompok

Gambar 30. Hasil output penurunan tiang kelompok

72

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Data umum
Dalam menganalisis daya dukung pondasi kompresor diperlukan parameterparameter yang jelas sehingga dapat ditentukan keamanan suatu konstruksi yang
sesuai kondisi lapangan. Parameter- parameter tersebut diantaranya yaitu:
1. Data tanah
Data tanah yang digunakan adalah data hasil pengujian lapangan SPT,
Sondir dan laboratorium oleh PT.Surya Cipta Teknik selaku kontraktor
pada p r oyek pembangunan CNG mother and Daughter station di
Bitung-Tangerang. Data tanah terdiri dari:
a. d (Berat jenis tanah kering)
b. s (Berat jenis tanah jenuh)
c. c (kohesi tanah)
d. (su dut geser tanah)
e. V (void rasio)
f. Data propertis mesin kompresor, serta
g. Data pelengkap untuk analisis GEO5v.17, yaitu:
-

Model material

Tipe material

Modulus elastisitas

B. Lokasi pengujian lapangan


Dalam penelitian ini hanya meneliti pada bangunan pondasi kompresor pada
p r oyek pembangunan CNG mother and Daughter station yang bertempat
di Bitung, Tangerang, Banten. Oleh karena itu untuk peninjuan titik yang diuji
adalah titik DB1, dan titik S1. Lokasi yang dimaksud dapat dilihat pada gambar
berikut:

73

Gambar 31. Titik pengujian Sondir dan SPT yang ditinjau


Sumber : Data kontraktor, 2013

C. Metode pengumpulan data


Untuk mencapai maksud dan tujuan studi ini, dilakukan beberapa
tahapan dianggap perlu dan secara garis besar diuraikan sebagai berikut:
Tahap Pertama adalah melakukan review dan studi kepustakaan terhadap
jurnal-jurnal terkait dengan pondasi tiang, permasalahan penurunan pondasi dan
daya dukung pondasi tiang bor.
Tahap Kedua adalah meninjau langsung ke lokasi proyek dan menentukan
lokasi pengambilan yang dianggap perlu.
Tahap Ketiga adalah pelaksanaan pengumpulan data-data dari pihak
kontraktor yaitu PT. Surya Cipta Teknik
1. Data hasil sondir pada titik pembanguunan pondasi kompressor
2. Data hasil SPT formula
3. Data laboratorium
D. Proses Perancangan
Tahapan proses perancangan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Proses pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data, penelitian ini
menggunakan data tanah pada proyek pembangunan CNG mother and
Daughter station berbasis di Bitung,dimana data yang dikumpulkan tersebut

74

adalah data tanah, data pondasi tiang pancang, dan data beban kompresor
2. Perhitungan Daya dukung dan Penurunan Tiang Bor
Pada tahap ini adalah tahap dimana peneliti menghitung penurunan dan daya
dukung berdasarkan data tanah dengan menggunakan formula seperti metode
statis, metode skempton untuk tanah lempung menggunakan data
laboratorium dari hasil penyelidikan tanah, metode oneil and reese untuk
tanah pasir menggunakan data laboratorium dari hasil penyelidikan tanah,
metode meyerhof menggunakan data SPT dari hasil penyelidikan tanah.
Metode ini dipilih karena sangat sesuai dengan data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Pada tahap ini peneliti juga melakukan pemodelan dengan software
Geo5 v.17 dimana pemodelan ini bertujuan untuk mendapatkan hasil daya
dukung tiang bor dan penurunannya.
3. Perencanaan Pondasi Tiang Bor
Pada tahap ini adalah tahap dimana peneliti merencanakan pile cap dan
pondasi tiang bor beserta perencanaan tulangan pile cap dan tiang bor untuk
menentukan dimensi pile cap dan tiang bor dan

menentukan jumlah

tulangan yang dibutuhkan pile cap dan pondasi tiang bor dengan mengambil
hasil perhitungan manual berupa nilai Mu, Vu, dan Pu dalam tahap analisis
pembebanan untuk dilanjutkan ke perhitungan penurunan dan daya dukung
pondasi tiang bor.
4. Hasil Analisis
Pada tahap ini peneliti mendapatkan hasil analisis data dari tahap
analisis daya dukung tiang bor baik menggunakan formula maupun
menggunakan software Geo5 v.17 pada tahap ini juga peneliti dapat
membandingkan

hasil

analisisnya

dari

keduanya.

Hasil

analisis

menngunakan formula atau software Geo5 v.17 yaitu Daya dukung tanah,
penirunan dan nilai faktor keamanan.
5. Kesimpulan dan Saran
Pada tahap ini peneliti dapat menyimpulkan hasil analisisnya dan dapat juga
memberikan saran dari hasil analisis perbandingan baik menggunakan
formula maupun menggunakan software Geo5 v.17.

75

E. Flow Chart Metodologi penelitian

MULAI

PENGUMPULAN DATA DAN LITERATUR


1. DATA PENYELIDIKAN TANAH
2. BUKU-BUKU YANG BERKAITAN
3. PERATURAN-PERATURAN YANG
BERKAITAN

PEMBEBANAN PONDASI TIANG BOR


1. BEBAN MATI
2. BEBAN HIDUP
3. BEBAN GEMPA

PERHITUNGAN DAYA
DUKUNG TIANG BOR

PEMODELAN DENGAN PROGRAM


GEO5 V.17

PERHITUNGAN DENGAN FORMULA


1. METODE SKEMPTON
2. METODE ONEIL AND REESE
3. METODE MEYERHOF

TIDAK
CEK ANALISA STRUKTUR
SF > SF IJIN

YA
A

76

PERENCANAAN PILE CAP DAN PONDASI TIANG BOR

PILE CAP

PONDASI TIANG
BOR

MENENTUKAN DIMENSI DAN


PENULANGAN PILE CAP

MENENTUKAN DIMENSI DAN


PENULANGAN PONDASI TIANG
BOR

CEK ANALISA
STRUKTUR

CEK ANALISA
STRUKTUR

Mr > Mu

Pr > Pu

PERHITUNGAN PENURUNAN PONDASI

TIDAK

ANALISA PENURUNAN
PONDASI
S TOTAL S IJIN
YA
PERENCANAAN PILE CAP DAN
PONDASI TIANG BOR

SELESAI
Gambar 32. Flow Chart Metodologi penelitian
Sumber: Hasil Analisis, 2014

77

F. Waktu Penelitian
Adapun rencana waktu Penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 25. Rencana Waktu penelitian

No

KEGIATAN

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kegiatan:

Menentukan Topik
Pengumpulan Bahan
Membuat Proposal
Bimbingan Proposal
Seminar Proposal
Perencanaan
Bimbingan Hasil
Seminar Hasil
Pembuatan Skripsi
Sidang Akhir

FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Rencana
Realisasi
Sumber : Hasil analisis, 2014

78

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penulis akan merencanakan pondasi tiang bor pada bangunan kompresor
pada proyek pembangunan CNG mother and daughter station berbasis di BitungBanten. Beban yang bekerja adalah beban statis yaitu beban mati, beban mati
tambahan (mesin kompresor) dan beban hidup yang ketentuannya sudah diatur
dalam PPURG 1987. Beban lain yang bekerja adalah beban dinamik yaitu beban
gempa, ketentuan mengenai beban gempa sudah di atur dalam SNI-03-1726-2002.
Dimana perhitungan meliputi daya dukung pondasi, penurunan serta penulangan
pondasi. Adapun metode yang digunakan adalah metode Skempton(1966), metode
Oneill dan Reese(1989), metode Meyerhof (1976) dan Metode Statis serta
dianalisis juga daya dukung tanah dan penurunan menggunakan software GEO5
v.17.

Gambar 33. Detail potongan rencana pondasi


Sumber: Hasil analisis, 2014

Gambar 33 diatas terlihat potongan memanjang pondasi kompresor dengan


beban diatasnya yaitu sebuah mesin kompresor dengan tinggi 2,802 m dan
direncanakan pile cap dengan tinggi 0,85 m, semua beban tersebut direncanakan

79

didukung oleh pondasi tiang bor berpenampang lingkaran dengan diameter 0,4 m
dengan panjang 8,1 m. Pada lapisan pertama terdapat jenis tanah urugan yang
didominasi oleh pasir dengan tebal lapisan 2,1 m. Pada lapisan kedua terdapat
jenis tanah silty clay dengan tebal lapisan 3 m. Dan pada lapisan ketiga terdapat
jenis tanah silty sand dengan tebal lapisan 7 m.
A. Data Perencanaan Pondasi
a. Beban mesin kompresor

= 11 ton (terlampir)

b. Direncanakan dimensi pile cap

= 7 x 2,6 x 0,85 m

c. Direncanakan dimensi pondasi

= 0,5 x 0,5 m

d. Direncanakan Mutu beton

= K-350

e. Direncanakan panjang pondasi

= 8,1 m

f. Direncankan menggunakan 4 buah tiang dalam satu kelompok tiang

B. Pembebanan Pondasi
1. Beban Statis
Beban Statis terdiri dari 2, yaitu beban mati dan beban hidup
a. Beban Mati
Beban mati terdiri dari beban pile cap dan beban mati tambahan
berupa beban mesin kompresor seberat 11 ton.
Beban Pile Cap

= Volume x Bj.beton
= (7 x 2,6 x 0,85) x (2,4)
= 37,128 ton

Beban mesin kompresor

= 11 ton

Total Beban mati

= Beban Pile Cap + Beban kompresor


= 37,128 + 11
= 48,128 ton

Tabel 26. Beban mati yang bekerja pada pondasi mesin kompresor

No
1
2
Jumlah

Beban
Kompresor
Pile cap

Nilai
11
37,128
48,128

Satuan
Ton
Ton
Ton

Keterangan
Data mesin
-

Sumber: Hasil anaslisis, 2014

80

b. Beban hidup

Berdasarkan PPURG 1987 terdapat beban hidup pekerja sebesar 100


kg.

2. Beban Dinamik
a. Beban Gempa
Beban gempa direncanakan berdasarkan SNI-03-1726-2002
1) Perhitungan Berat Bangunan (W)
Beban Mati
Beban Pile Cap

= Volume x Bj.beton
= (7 x 2,6 x 0,85) x (2,4)
= 37,128 ton

Beban mesin kompresor

= 11 ton

Total Beban mati

= 48,128 ton

Beban Hidup
Beban pekerja

= 0,1 ton

Koefisien reduksi beban

= 0,9 (bangunan pabrik)

Beban hidup

= Beban pekerja x koefisien


= 0,1 x 0,9
= 0,09 ton

Total berat bangunan (W)

= Beban mati + beban hidup


= 48,128 ton + 0,09 ton
= 48,218 ton

2) Faktor Keutamaan Struktur (I)


Berdasarkan Tabel 9 faktor keutamaan untuk berbagai bangunan
didapat nilai I sebesar 1,6, karena bangunan menahan beban mesin
komprseor yang terdapat gas didalamnya.

81

3) Faktor Reduksi Gempa (R)


Nilai faktor reduksi gempa di ambil tidak boleh melebihi nilai
faktor reduksi gempa maksimum seperti terlihat pada Tabel 10 Faktor
Daktilitas Maksimum (m), Faktor Reduksi Gempa Maksimum (Rm),
Faktor Tahanan Lebih Struktur (f1) beberapa jenis sistem/subsistem
struktur. Direncanakan sistem struktur menggunakan sistem rangka
pemikul momen biasa (SRPMB) dengan material beton bertulang,
maka di dapat:
= 2,1
R = 3,5
fi = 2,8

4) Faktor Respon Gempa (C)


a) Zona Gempa
Lokasi

pembangunan

bangunan kompresor pada proyek

pembangunan CNG mother and daughter station berbasis di


Bitung ini adalah di kabupaten Tangerang yang termasuk zona
kegempaan 4.

b) Penentuan Jenis Tanah


Berdasarkan SNI 03-726-2002 yang tercantum pada Tabel 11
jenis tanah, didapat jenis tanah berdasarkan nilai N pada
pengujian N-SPT.
N rata-rata

=
= 41

Jenis tanah yang didapat adalah tanah sedang


Berdasarkan SNI 03-726-2002 yang tercantum pada gambar 14
diagram spektrum respon gempa rencana, didapat nilai faktor
respon gempa(C) sebesar 0,7.

82

5) Beban Geser Dasar Nominal Akibat Gempa (V)


Vx = Vy

x 48,218

= 15,429 ton
C. Korelasi Data tanah untuk Menghitung Daya Dukung dan Penurunan
Pondasi Tiang Bor
Dalam perhitungan daya dukung pondasi data yang digunakan adalah
data SPT (Standard Penetration Test) dan data laboratorium. Untuk data tanah
properties tanah diperoleh menggunakan korelasi. Yaitu meliputi sudut geser ( ),
berat isi tanah jenuh (

sat),

berat isi tanah kering (d), dan kohesi (c). Data

properties tanah ini digunakan untuk kebutuhan analisis software GEO5 v.17.
Adapun data yang dimaksud seperti pada tabel 27 di bawah ini.
Tabel 27. Data tanah pada pondasi mesin kompresor
Lapisan
tanah

Permeabilitas
(m/hari)

Lapisan 1
(Sand)
Lapisan 2
(Silty-Clay)
Lapisan 3
(Silty-Sand)

(Sudut
Gesek)

sat
(t/m3)

d
(t/m3)

(t/m3)

c
(kN/m2)

Tebal
(m)
2,1

2,1

Kedalaman
(m)

cu
(kN/m2)

1,157 x 10-10

23,944

1,695

1,261

1,689

1,157 x 10-12

12,626

1,497

1,079

1,496

11,2

37,5

5,1

1,157 x 10-10

43,284

2,086

1,75

2,08

24

12,1

Sumber: Hasil anaslisis, 2014

1. Perhitungan analisis data tanah per lapisan sesuai dengan tabel 27


a. Lapisan 1
Lapisan ini merupakan TANAH URUGAN
Diketahui tanah urugan proyek CNG ini berasal dari daerah Tiga
Raksa, Tangerang.
Dari lampiran data tanah diketahui:

sat

= 1,695 (t/m3)

= 1,261 (t/m3)

Kadar air ()

= 34,618 %

= d x (1+)
= 1,261 (1+0,34618)

83

= 1,689 (t/m3) kg/cm2


Kedalaman

= 2,1 m

Indeks plastisitas = 0, maka


Dari tabel hubungan indeks plastis dengan plastisitas dan jenis tanah
menurut Atterberg didapatkan bahwa tanah termasuk tanah PASIR.
Nilai N-SPT diambil 0-4 blows, maka
Menurut Persamaan Kishida, 1967 untuk mencari nilai sudut gesek
memakai:

+ 15

+ 15

= 23,944

b. Lapisan 2
Lapisan ini merupakan TANAH ASLI
Dari lampiran data tanah diketahui:

sat

= 1,497 (t/m3)

= 1,079 (t/m3)

Kadar air ()

= 38,668 %

= d x (1+)
= 1,261 (1+0,38,668)
= 1,496 (t/m3)

Tebal

=3m

Kedalaman

= 5,1 m

Jenis tanah Silty-Clay, dengan konsistensi Medium Stiff


Nilai sudut gesek = 12,626
Nilai kohesi (c) = 0,112 kg/cm2 = 11,2 kN/m2
Nilai N-SPT diambil 0-4 blows
Nilai kuat tekan bebas (qu)

= 75 kN/m2

cu = 0,5 x qu
= 0,5 x 75
= 37,5 kN/m2
Nilai kohesi undrained (cu)

= 37,5 kN/m2
84

c. Lapisan 3
Lapisan ini merupakan TANAH ASLI
Menurut persamaan Kishida, 1967 untuk mencari nilai sudut gedek
tergantung pada nilai N-SPT, dari data tanah didapat nilai N-SPT pada
kedalaman 3,5-11 m adalah 40-50 blows, maka:

+ 15

+ 15

= 43,284
Dari tabel hubungan kerapatan relative dan sudut gesek dalam tanah
non kohesif hasil penyelidikan dari penyelidikan tanah (Meyerhof, 1956),
maka didapat jenis tanah Silty-sand padat. Oleh karena itu, dari tabel nilai
n, e, , d, dan b untuk tanah keadaan asli lapagan, pada data tanah pasir
tidak seragam dalam keadaan padat maka didapat:

d = 1,86 (t/m3)
e

= 0,43

kadar air () (%) = 16%

= d x (1+)

= 1,86 (1+0,16)

= 2,1576 (t/m3)

Dari tabel nilai berat jenis tanah dari berbagai macam tanah, maka didapat
nilai:
Gs = 2,665

1,86

2,6598

= 2,665 x w

= 0,998 (t/m3)

Untuk mencari nilai sat digunakan persamaan berikut:

sat =

=
= 2,160 (t/m3)

85

Tebal = 8 m
Kedalaman = 12,1 m
Jens tanah Silty-sand, dengan konsistensi Very Stiff
Nilai kohesi (c) = 0,6 kg/cm2

= 6 kN/m2

Nilai kohesi undrained (cu)

=6xN
=6x4
= 24 kN/m2

D. Analisis Pondasi Tiang Bor


1. Analisis Kapasitas Dukung Tiang Tunggal
a. Berdasarkan Data Laboratorium
Perhitungan kapasitas daya dukung tiang bor menggunakan metode
Skempton(1966), metode Oneill dan Reese(1989) dan diambil dari
data laboratorium.

1) Kapasitas dukung ujung tiang (Qb)


Data tiang bor:
Dimensi tiang bor (Ds)

= 0,4 x 0,4 m

Keliling tiang bor (p)

= 2.3,14.0,2 = 1,256 m

Luas tiang bor (Ab)

= .0,42

Tegangan referensi (r)

= 100 kN/m2

= 0,126 m2

Nilai daya dukung ujung tiang dapat dihitung seperti berikut.


Qb = Ab.fb
N60 = 33,6
fb

= 0,60rN60
= 0,60.100.33,6
= 2016 kPa = 2016 kN/m2

Qb

= 0,126.2016
= 253,2096 kN = 25,32 ton

86

2) Kapasitas dukung selimut tiang (Qs)


a) Lapisan 1
Data tiang bor:
Kedalaman 2,1 m
Luas Selimut tiang (As)

= 1,256 x 2,1 = 2,638 m2

Jenis tanah pasir (granuler) maka:


Qs = fs .As
po = .z
= 1,689.1,05
= 1,324t/m2

= 1,5-0,135
= 1,5-0,135
= 1,15

fs

= . po
= 1,15. 1,324
= 1,522 ton/m2

Qs1 = fs .As
= 1,522. 2,638
= 4,014 ton

b) Lapisan 2
Jenis tanah silty clay (kohesif)
Dari persamaan 9 daya dukung pondasi tiang bor pada
tanah kohesif (ketebalan 3 m)
Luas Selimut tiang (As)

= 1,256 x 3 = 3,768 m2

= faktor adhesi, 0,45 (Skempton,1966)


Qs2 = 0,45.Cu.As
= 0,45.37,5.3,768
= 63,595 kN = 6,359 ton

87

c) Lapisan 3
Jenis tanah silty sand (kohesif)
Dari persamaan 9 daya dukung pondasi tiang bor pada
tanah kohesif (ketebalan 7 m)
Luas Selimut tiang (As)

= 1,256 x 7 = 8,792 m2

= faktor adhesi, 0,45 (Skempton,1966)

Qs3 = 0,45.Cu.As
= 0,45.120.8,792
= 444,723 kN = 44,723 ton
d) Daya dukung kulit total
Qs(total) = Qs1+ Qs2+ Qs3
= 4,014 + 6,359 + 44,723 = 55,096 ton

3) Kapasitas dukung ultimit tiang (Qu)


Qult = Qb + Qs
= 25,32 + 55,096
= 80,416 ton

4) Nilai Safety Factor (SF)


SF =

(untuk 1 tiang bor)

=
= 6,67

b. Berdasarkan Data SPT (Standard Penetration Test)


Perhitungan kapasitas daya dukung tiang bor menggunakan data
SPT memakai metode Meyerhof (1976) dan data diambil pada DB
1.

88

1) Kapasitas dukung ujung tiang (Qb)


Data tiang bor:
Dimensi tiang bor (Ds)

= 0,4 x 0,4 m

Luas tiang bor (Ab)

= .0,42

= 0,126 m2

Qb = Ab.qd
Bedasarkan tabel perkiraan qd untuk tiang yang dicor ditempat
untuk lapisan berpasir di dapat nilai qd sebesar = 300 ton/m2.
Qb = Ab.qd
= 0,126 x300
= 37,8 ton

2) Kapasitas dukung selimut tiang (Qs)


a) Lapisan 1
Data tiang bor:
Ketebalan 2,1 m
Luas Selimut tiang (As)

= 1,256 x 2,1 = 2,638 m2

Keliling tiang bor (p) = 2.3,14.0,2 = 1,256 m


Bedasarkan tabel intensitas gaya geser dinding di dapat nilai
fi sebesar 2 ton/m2 untuk tiang yang dicor ditempat.
Jenis tanah pasir (granuler) maka:
Qs1

= p . Li . fi
= 1,256.2,1.2
= 5,275 ton

b) Lapisan 2
Data tiang bor:
Ketebalan 3 m
Luas Selimut tiang (As)

= 1,256 x 2,1 = 2,638 m2

Keliling tiang bor (p) = 2.3,14.0,2 = 1,256 m


Bedasarkan tabel 15 intensitas gaya geser dinding di dapat
nilai fi sebesar 2 ton/m2 untuk tiang yang dicor ditempat.
Jenis tanah Silty Clay (tanah kohesif) maka:

89

Qs2

= p . Li . fi
= 1,256.3.2
= 7,536 ton

c) Lapisan 3
Data tiang bor:
Ketebalan 7 m
Luas Selimut tiang (As)

= 1,256 x 2,1 = 2,638 m2

Keliling tiang bor (p) = 2.3,14.0,2 = 1,256 m


Bedasarkan tabel intensitas gaya geser dinding di dapat nilai
fi sebesar 2 ton/m2 untuk tiang yang dicor ditempat.
Jenis tanah Silty Sand (non kohesif) maka:
Qs3

= p . Li . fi
= 1,256.7.2
= 17,584 ton

d) Daya dukung kulit total


Qs(total) = Qs1+ Qs2+ Qs3
= 5,275 + 7,536 + 17,584 = 30,395 ton

3) Kapasitas dukung ultimit tiang (Qu)


Qult = Qb + Qs
= 37,8 + 30,395
= 68,195 ton

4) Nilai Safety Factor (SF)


SF =

(untuk 1 tiang bor)

=
= 5,65

90

Tabel 28 Hasil Daya dukung ultimit tiang dan SF untuk kapasitas tiang tunggal

Data yang
digunakan
Laboratorium
SPT

Metode yang
digunakan
Skempton dan O'neil
and Reese
Meyerhoff

Daya Dukung
Ultimit Tiang

Safety
Factor

SFijin

80,416 kN

6,67

3,5

68,195 kN

5,65

3,5

Sumber: Hasil analisis, 2014

2. Analisis Kapasitas Dukung Tiang Kelompok

Gambar 34. Susunan pondasi tiang kelompok


Sumber: Hasil analisis, 2014

a. Berdasarkan Data Laboratorium


Kapasitas kelompok ijin tiang grup (Qg) dari data laboratorium
dengan metode Skempton (1966),

dan Oneill and Resse (1989)

didapat nilai Qult = 120,126 ton. Karena jarak antar tiang jauh (s
2,25d) untuk tanah lempung efisiensi kelompok tiang dihitung
berdasarkan pada tiang tunggal.
Banyaknya tiang (n)

=4

Dimaeter tiang (d)

= 0,4 m

Jumlah tiang dalam satu baris (n)

=2

Jumlah baris tiang (m)

=2

91

Jarak antar pusat tiang (s)

=3m

Eg = 1-
Eg = 1- 7,985
= 0,9112
Qpg

= E g x . n x Qult
= 0,9112 x 4 x 80,416
= 321,664 ton

SF

=
=
= 6,67

b. Berdasarkan Data SPT (Standard Penetration Test)


Kapasitas kelompok ijin tiang grup (Qg) dari data SPT (Standard
Penetration Test) dengan metode Meyerhof didapat nilai Qult = 68,195
ton. Karena jarak antar tiang jauh (s 2,25d) untuk tanah lempung
efisiensi kelompok tiang dihitung berdasarkan pada tiang tunggal.
Banyaknya tiang (n) = 4
Banyaknya tiang (n)

=4

Dimaeter tiang (d)

= 0,4 m

Jumlah tiang dalam satu baris (n)

=2

Jumlah baris tiang (m)

=2

Jarak antar pusat tiang (s)

=3m

Eg = 1-
Eg = 1- 7,985
= 0,9112
Qpg

= E g x . n x Qult
= 0,9112 x 4 x 68,195
= 272,78 ton

92

SF

=
=
= 5,65

Tabel 29. Hasil Daya dukung ultimit tiang dan SF untuk kapasitas tiang kelompok

Data yang
digunakan
Laboratorium
SPT

Metode yang
digunakan
Skempton dan O'neil
and Reese
Meyerhoff

Daya Dukung
Ultimit Tiang

Safety
Factor

SFijin

321,664 ton

6,67

3,5

272,78 ton

5,65

3,5

Sumber: Hasil analisis, 2014

E. Perhitungan Tahanan Beban Lateral Pada Tiang Bor


1. Perhitungan Tahanan Beban Lateral Pada Tiang Tunggal
a. Kriteria Jenis Tiang
Kriteria tiang pendek atau tiang panjang ditentukan berdasarkan
nilai R atau nilai T yang ditunjukan pada tabel 18 kriteria tiang kaku
dan tiang tidak kaku dan tabel 19 nilai modulus elastis tanah.
Diameter Tiang (d)
Ip

= 0,4 m

= r4
= 0,254
= 0,049 m4

nh

= 500 kN/m3 (Tabel 17 nilai-nilai nh untuk tanah kohesif


lempung terkonsolidasi normal)

Ep

= 257429,6 kN/m2 (nilai modulus elastis untuk material


beton)

Es

= 100000 kN/m2 (nilai modulus elastis untuk

material

lempung kepasiran)

= 0,3 (nilai angka poison untuk tanah lanau dan lempung


tak jenuh)

93

=
= 1,907
Nilai L 4T, maka tiang termasuk jenis tiang tidak kaku (ujung
jepit)
Untuk tanah kohesif didapat nilai k
= 0,65

= 0,65
= 1,497
=

=
= 4,25
Momen terhadap sumbu y akibat gaya horizontal terhadap dasar
pile cap.
Hiy

My

= Hiy x hz

= 3,857 ton

= 3,857 x 2,251
= 8,682 ton.m
b. Perhitungan Defleksi, Momen Pada Tiap Lapisan Tanah
1) Dasar Muka Tanah (Z = 0)
Data tiang bor:
H

= 15,429 ton
94

= 3,857 ton

Hi

Kedalaman (z)

=0 m

My

= - 8,682 ton.m

a) Perhitungan Defleksi pada Dasar Muka Tanah


Data tiang bor:
Ax

= 2,435 (Didapat dari Tabel koefisien untuk


Tiang Bor)

Bx

= 1,623 (Didapat dari Tabel koefisien untuk


Tiang Bor)

Mg

= 8,682 ton.m

xz (0 m) = Ax.

+ Bx.

= 2,435.
= 0,00458 m

+ 1,623.
= 4,58 mm

1) Lapisan 1
Data tiang bor:
H

= 15,429 ton

Hi

Kedalaman (z)
T

= 2,2

= 3,857 ton

= 2,1 m

=
= 1,101 m

a) Perhitungan Defleksi pada Lapisan 1


Data tiang bor:
Ax

= 1,024 (Didapat dari hasil interpolasi pada Tabel


koefisien untuk Tiang Bor)

95

Bx

= 0,406 (Didapat dari hasil interpolasi pada Tabel


koefisien untuk Tiang Bor)

Mg

= 8,682 ton.m

xz (2,1 m)

= Ax.

+ Bx.

= 0,851.

+ 0,294.

= 0,00187 m = 1,87 mm

b) Perhitungan Momen pada Lapisan 1


Data tiang bor:
Am

= 0,787 (Didapat dari hasil interpolasi pada Tabel


koefisien untuk Tiang Bor)

Bm

= 0,814 (Didapat dari hasil interpolasi pada Tabel


koefisien untuk Tiang Bor)

Mg

= 8,682 ton.m

Mz (2,1 m)

= Am. Hi.T + Bm.Mg


= 0,814.3,857.1,907+ 0,814.8,682
= 13,039 ton.m

2) Lapisan 2
Data tiang bor:
H

= 15,429 ton

Hi

= 8,1 m

Kedalaman (z)
R

= 4,25

= 3,857 ton

= 5,1 m

=
= 1,2 m

96

Zmax

=
=
=2

a) Perhitungan Defleksi pada Lapisan 2


Data tiang bor:
= 0,15 (Didapat dari grafik variasi nilai Ax, Am,

Ax

Bx, Bm dengan kedalaman Z)


= - 0,5 (Didapat dari grafik variasi nilai Ax, Am,

Bx

Bx, Bm dengan kedalaman Z)


Mg

= 8,682 ton.m

xz (5,1 m)

= Ax.

+ Bx.

= 0,15.

+ - 0,5.

= - 0,000272 m = 0,272 mm

b) Perhitungan Momen pada Lapisan 2


Data tiang bor:
= 0,24 (Didapat dari grafik variasi nilai Ax, Am,

Am

Bx, Bm dengan kedalaman Z)


= 0,2 (Didapat dari grafik variasi nilai Ax, Am,

Bm

Bx, Bm dengan kedalaman Z)


Mg

= 8,682 ton.m

Mz (5,1 m)

= Am. Hi.R + Bm.Mg


= 0,24.3,857.4,25 + 0,2.8,682
= 5,67 ton.m

3) Lapisan 3
Data tiang bor:
H

= 15,429 ton

Hi

= 3,857 ton
97

Kedalaman (z)

= 8,1 m

= 4,25

=
=
=2m

Zmax

=
=
=2

a) Perhitungan Defleksi pada Lapisan 3


Data tiang bor:
Ax

= - 0,73 (Didapat dari grafik variasi nilai A x,


Am, Bx, Bm dengan kedalaman Z)

Bx

= - 1,22 (Didapat dari grafik variasi nilai A x,


Am, Bx, Bm dengan kedalaman Z)

Mg

= 8,682 ton.m

xz (5,1 m) = Ax.

+ Bx.

= - 0,73.
= - 0,00322 m

+ -1,22.
= - 3,22 mm

b) Perhitungan Momen pada Lapisan 3


Data tiang bor:
Am

= 0 (Didapat dari grafik variasi nilai Ax, Am,


Bx, Bm dengan kedalaman Z)

Bm

= 0 (Didapat dari grafik variasi nilai Ax, Am,


Bx, Bm dengan kedalaman Z)

Mg

= 8,682 ton.m

Mz (12,1 m) = Am. Hi.R + Bm.Mg


= 0 x 8,682.4,25 + 0 x 8,682

98

= 0 ton.m

Menghitung Beban Lateral Tiang (Hu)


Nilai cu

= 37,5 kN/m2

My/cu.d3

= 86,82/37,5.0,43
= 36,175

Maka dengan menggunakan gambar 16(grafik hubungan


Hu/cu.d2 dengan My/cu.d3) untuk tahanan lateral ultimit tiang
dalam tanah kohesif didapat:

= 25

Hu = 25 x(37,5x0,42)
= 150 kN = 15 ton
Pada Hu tersebut, momen yang bekerja pada tiang adalah Mmak
Mmak

= Hu(L/2+3d/4)
= 15 (8,1/2 + 3.0,4/4)
= 65,25 ton.m

Pada Mmak tersebut, kedalaman tiang terletak pada kedalaman f


f

=
=
= 1,1 m

99

Gambar 35. Defleksi tiang ujung jepit akibat beban lateral


Sumber: Hasil analisis, 2014

Gambar 36. Momen pada tiang ujung jepit akibat beban lateral
Sumber: Hasil analisis, 2014

100

Tabel 30. Nilai defleksi dan momen tiang tunggal akibat beban lateral

Kedalaman Defleksi Momen


m
Mm
ton.m
0
4,58
-8,682
2,1
1,87
13,039
5,1
0,272
5,67
8,1
-3,22
0
Sumber: Hasil analisis, 2014

c. Faktor aman terhadap keruntuhan akibat gaya horisontal


yang bekerja
SF

= 3,889

SF > SF ijin
3,889 > 3,5

OK

2. Perhitungan Tahanan Beban Lateral Pada Kelompok Tiang


a.

Data yang diperoleh

Gaya aksial beban yang bekerja (P)

= 11,1 ton

Beban mesin

= 11 ton

Gaya Horizontal

= 15,429 ton

Luas penampang pile cap (Apc)

= 18,2 m2

H gaya horizontal (hz)

= 2,251 m

Berat pile cap

= 37,128 ton

Nilai cu

= 37,5 kN/m2

Direncanakan menggunakan tiang ujung jepit

b. Analisa Perhitungan Momen Kelompok Tiang


1) Mencari letak pusat berat gaya-gaya
Berat sendiri (mesin + pile cap) (Wtotal) = 48,128 ton
Jumlah tiang = 4 tiang
Berat yang diterima setiap tiang =
=

101

= 12,032 ton/tiang
Titik pusat tiang berada di pusat kelompok tiang
x2 = jumlah sisi x (jarak)2
= 2 x (-2)2 + 2 x (2)2
= 16 m2
My = Hy = (fy(hz)) + (Wtotal x (l) + (Wmesin x (l)
= (15,429 x 2,251) + (48,128 x 0) + (11 x 2,802)
= 3,91 ton.m

2) Kontrol terhadap gaya transversal (horizontal)


Menghitung gaya horizontal pada masing-masing tiang
Hi

= 3,857 ton

Menghitung gaya horizontal pada masing-masing tiang


Tiang dengan ujung jepit pada tanah lempung, bila lebih dulu
tiang dianggap sangat kuat, maka gaya horizontal ultimit yang
meruntuhkan tanah
Hu

= 9.cu.d(L-3d/2)
= 9.37,5.0,4.(8,1-3.0,4/2)
= 40,5 ton

Pada Hu tersebut, momen yang bekerja pada tiang adalah Mmak


Mmak = Hu(L/2+3d/4)
= 40,5 (8,1/2 + 3.0,4/4)
= 176,175 ton.m
Karena Mmak > My, maka tiang termasuk tiang panjang, maka My
momen maksimum yang dapat di tahan tiang
f

Hu

= 0,006 Hu
=
=

0,003 Hu2
Hu

= 13,033
= 4344,33
102

Hu

= 65,911 ton
Dengan memberikan faktor aman F = 3,5, gaya horizontal yang
aman terhadap keruntuhan tanah dan tiang
Hs

=
=

= 18,832 ton/tiang
3)

Kontrol terhadap defleksi tiang


Gaya horizontal H bekerja pada arah sumbu x:
Ip

= r4
= 0,254
= 0,049 m4

nh

= 500 kN/m3 (Tabel 17 nilai-nilai nh untuk tanah kohesif


lempung terkonsolidasi normal)

Dalam hitungan diperlukan nilai-nilai koefisien reaksi subgrade


horisontal (kh) yang dapat didekati dengan persamaan yang
diusulkan oleh Terzaghi (1955)
Untuk tanah lempung
kh

= nh (z/d)
= 500 (8,1/0,4)
= 10125 kN/m3

=
=
= 0,373

= 0,373 x 8,1 = 3,02 m > 1,5 (termasuk tiang panjang)

Defleksi tiang panjang dengan ujung jepit


yo

= 0,00355 cm < 1 cm (OK)

103

4)

Faktor aman terhadap keruntuhan akibat gaya horisontal


yang bekerja

SF

SF

> F ijin

= 4,272

4,272 > 3,5

OK

Gaya-gaya vertikal yang bekerja pada tiang bor


Tiang-tiang deret 1:
Q1

= 11,385 ton/tiang

Tiang-tiang deret2:
Q2

= 12,755 ton/tiang

Faktor aman minimum terhadap gaya tekan:


SF

=
=
= 6,33

F. Perencanaan Pile Cap dengan Empat Pile


1.

Dimensi Pile Cap


Direncanakan menggunakan ukuran pile cap sebesar panjang 7 m, lebar

2,6 m, dan tebal 0,85 m yang menyesuaikan ukuran mesin kompresor yaitu
tinggi 2,802 m, panjang 6,954 m, dan lebar 2,18 m.

2.

Tebal Pile Cap (H)


Data pile cap:
Tebal pile cap efektif (t) = 0,764 m = 764 mm
Tebal selimut beton

= 75 mm

Diameter tulangan (D)

= 22 mm
104

H = 764 + 75 + .22 = 850 mm = 0,85 m

3.

Penulangan Pile Cap


Pile cap ukuran ( 7 x 2,6 x 0,85 ) m
Data perencanaan:
Gaya aksial beban yang bekerja (P)

= 11,1 ton

Mutu Beton (fc)

= 30 Mpa

= K-350

Lebar pile cap (bw) = 2,6 m

= 2600 mm

Tebal pile cap efektif (t) = 0,764 m

= 764 mm

Panjang pile cap (lw) = 7 m

= 7000 mm

Digunakan tulangan tarik U39 dengan ukuran D-22


Digunakan tulangan tekan U39 dengan ukuran D-22
Digunakan tulangan geser U39 dengan ukuran D-13
Mutu baja tulangan (fy)

= 390 Mpa

1 (fc = 30 Mpa)

= 0,85

a. Tulangan arah x
1) Perencanaan Tulangan Tarik
Jarak antar tiang arah x (Sx) = 3 m
Momen ultimit (Mu) arah x
Beban mati (DL)

= 11 ton

Beban hidup (LL)

= 0,1 ton

Kombinasi pembebanan yang di pakai sesuai SNI 03-2847-2002


Pu = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 (11) + 1,6 (0,1)
= 14,8 ton
Mencari nilai x terhadap titik pusat
x = 0,5 x Sx
= 0,5 x 3
= 1,5 m
Mux = Pu x x
= 14,8 x 1,5

105

= 22,2 ton.m
(

=
(

=
= 0,0000174

max = 0,75.*

+
+

= 0,75.*
= 0,0252
min =
=
= 3,59 x 10-3
Persyaratan:
min < < max
Karena

min

> , maka rasio distribusi tulangan yang digunakan

dalam perhitungan adalah min


m

Mn

= 15,294

=
= 27,75 ton.m
Rn

perlu =

= 27,75.107 Nmm

))

(
(

= 0,13969

))

= 0,000359
106

Menurut SNI 2847-2002 pasal 12.5.3 untuk struktur yang luas


dan masif, nilai perlu minimal adalah sebesar 1,3 perlu. Dan hasil
perhitungan ternyata

min

> perlu minimal maka dipakai

min

untuk perhitungan As perlu.


= min x bw x t

As perlu

= 3,59 x 10-3 x 2600 x 764


= 7131,176 mm2
Asmin

mm2

Syarat luas tulangan


Asmin

Asperlu

As (D-22)

= x x D2

= x 3,14 x 222
= 379,94 mm2
Dipilih susunan tulangan As = 20 D22 dengan As = 7598,8 mm2
As = 7598,8 mm2
memenuhi syarat

As perlu = 7131,176 mm2

Aspakai

= 7598,8 mm2

Jarak Tulangan (s)

=
=
= 130 mm

Digunakan tulangan tarik D22 - 100


2) Perencanaan Tulangan Tekan
As

= 20% x Aspakai
= 20% x 7598,8
= 1519,76 mm2

107

Jarak Tulangan (s)

=
= 130 mm
Digunakan tulangan tekan D19 100

b. Tulangan arah y
1) Perencanaan Tulangan Tarik
Jarak antar tiang arah x (Sy) = 1,5 m
Momen ultimit (Mu) arah x
Beban mati (DL)

= 11 ton

Beban hidup (LL)

= 0,1 ton

Kombinasi pembebanan yang di pakai sesuai SNI 03-2847-2002


Gaya aksial yang bekerja (Pu) = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 (11) + 1,6 (0,1)
= 14,8 ton
Mencari nilai y terhadap titik pusat
y = 0,5 x Sx
= 0,5 x 1,5
= 0,75 m
Muy = Pu x y
= 14,8 x 0,75
= 11,1 ton.m
(

=
(

=
= 0,00008713

108

max = 0,75.*

+
+

= 0,75.*
= 0,0252
min =
=
= 3,59 x 10-3

Persyaratan:
min < < max
Karena

min

> , maka rasio distribusi tulangan yang digunakan

dalam perhitungan adalah min


m

Mn =

= 15,294

=
= 13,875 ton.m = 13,875.107 Nmm
Rn

perlu =

= 0,0698

))

(
(

))

= 0,0001792
Menurut SNI 2847-2002 pasal 12.5.3 untuk struktur yang luas
dan masif, nilai perlu minimal adalah sebesar 1,3 perlu. Dan hasil
perhitungan ternyata

min

> perlu minimal maka dipakai

min

untuk perhitungan As perlu.


As perlu

= min x bw x t
= 3,59 x 10-3 x 2600 x 764

109

= 7131,176 mm2
mm2

Asmin =
Syarat luas tulangan
Asmin

Asperlu

As (D-22)

= x x D2

= x 3,14 x 222
= 379,94 mm2
Dipilih susunan tulangan As = 20 D22 dengan As = 7598,8 mm2
As = 7598,8 mm2
memenuhi syarat

As perlu = 7131,176 mm2

Aspakai

= 7598,8 mm2

Jarak Tulangan (s)

=
=
= 130 mm

Digunakan tulangan tarik D22 - 100


2) Perencanaan Tulangan Tekan
As

= 20% x Aspakai
= 20% x 7598,8
= 1519,76 mm2

Jarak Tulangan (s)

=
=
= 130 mm

Digunakan tulangan tekan D19 100

110

c. Perencanaan Tulangan Geser


1) Kuat geser satu arah pile cap
Data pile cap:
Mutu Beton (fc)

= K-350

= 30 Mpa

Panjang pile cap (lw) = 7 m

= 7000 mm

Tebal pile cap efektif (t)

= 0,764 m

= 764 mm

Jumlah pile pengaruh area geser 1 arah = 3 buah


Daya dukung ultimit 1 pile

= 80,416 ton

Faktor reduksi geser ( )

= 0,75

Perhitungan kuat geser satu arah berdasarkan SNI 03-2847-2002


Vc1

=(

=(

)x lw x t
)x 7000 x 764

= 4882033,729 N
= 488,203 ton
Vu1

= 3 x Qu
= 3 x 80,416
= 241,248 ton

Vc1 Vu1
0,75. 488,203 241,248
366,615

241,248

OK

2) Kuat geser dua arah pile cap pada pile


Data pile cap:
Mutu Beton (fc)

= K-350

= 30 Mpa

Lebar pile cap (bw) = 2,6 m

= 2600 mm

Tebal pile cap efektif (t)

= 764 mm

= 0,764 m

Jumlah pile pengaruh area geser 2 arah pada pile = 1 buah


Daya dukung ultimit 1 pile

= 80,416 ton

Faktor reduksi geser ( )

= 0,75

Perhitungan kuat geser satu arah berdasarkan SNI 03-2847-2002

111

Vc2

=(

=(

)x bw x t
)x 2600 x 764

= 1813326,814 N
= 181,332 ton
Vu2

= 1 x Qu
= 1 x 80,416
= 80,416 ton

Vc2 Vu2
0,75. 182,401 80,416
136

80,416

OK

Maksimal jarak (s) yang di ambil dari syarat-syarat berikut:


S

212,5

mm

176

mm

S 24

528

mm

110

mm

200

mm

Sdipakai

250 mm

G. Perencanaan Tulangan Pondasi Tiang Bor


Data Perencanaan :
Diameter Pondasi Tiang Bor (D): 0,4 m
Berat isi tanah ()= 1,755 ton/m3
Panjang pondasi (L)

= 8,1 m

Digunakan tulangan U39


Mutu Baja Tulangan

= 390 Mpa

a = 2.250 kg/m2 untuk U 39 (PBI 1971)

112

1. Perencanaan tulangan melingkar


Menghitung koefisien tekanan tanah aktif (Ka)
Lapisan 1
Ka1

= tg2 (45-/2)
= tg2 (45-23,944/2)
= 0,422

Lapisan 2
Ka2

= tg2 (45-/2)
= tg2 (45-12,626/2)
= 0,641

Lapisan 3
Ka3

= tg2 (45-/2)
= tg2 (45-43,284/2)
= 0,186

Ka rata rata =
=
= 0,354
Gaya Tarik melingkar (T)

= 0,5 x x D x L2 x Ka
= 0,5 x 1,755 x 0,4 x 8,12 x 0,354
= 8,152 ton

= 8152 kg

= 2.250 kg/m2

Luasan Tulangan melingkar (As)

=
= 3,623 cm2 = 362,311 mm2
Dipakai tulangan D 19 (As = 383,385 mm2)

2. Perencanaan tulangan longitudinal tekan lentur


Beban mati (DL)

= 48,128 ton

Beban hidup (LL)

= 0,1 ton
113

Kombinasi pembebanan yang di pakai sesuai SNI 03-2847-2002


Gaya aksial yang bekerja (Pu) = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 (48,128) + 1,6 (0,1)
= 57,913 ton
Mencari nilai x terhadap titik pusat
x = 0,5 x Sx
= 0,5 x 3
= 1,5 m
Momen maksimum pondasi (Mult)

= Pu x x
= 57,913 x 1,5
= 86,869 ton.m

Diameter tiang bor


Ag

= 0,4 m

= x x D2
= x 3,14 x 0,42
=0,1756 m2 = 175600 mm2

Direncanakan menggunakan rasio tulangan () 1 %


As

= x Ag
= 0,01 x 175600
= 1756 mm2

Diameter tulangan yang digunakan, D 19


As1

= 383,385 mm2

Jumlah tulangan yang di perlukan

=
=
= 4,432

Digunakan tulangan = 8 D 19

3. Perencanaan tulangan geser


Perhitungan geser pondasi tiang bor didasarkan atas momen dan gaya
aksial untuk kombinasi beban yang menentukan dalam perhitungan
tulangan aksial tekan dan lentur.
Panjang pondasi (L) = 8,1 m = 8100 mm

114

Diameter pondasi (D) = 0,4 m = 400 mm


Luas tulangan pondasi (As) = 1256 mm2
Kuat tekan beton (fc) = 30 MPa
Tegangan leleh baja (fy) = 390 MPa
Gaya aksial ultimit (Pu) = 57,913 ton = 579130 N
Momen ultimit (Mu) = 86,869 ton.m = 868690000 Nmm
Gaya lateral ijin (H) = 15,429 ton = 154290 N
Faktor beban ultimit (K) = 1,5
Gaya geser ultimit akibat momen (Vu) = Mu / L
= 868690000/8100
= 107245 N

Gaya geser ultimit akibat gaya lateral (Vu) = K x H


= 1,5 x 154290
= 231435 N
Diambil gaya geser ultimit rencana (Vu) = 231435 N
Jarak tulangan terhadap sisi lur beton (d) = 50 mm
Tebal efektif (d) = D d = 400 50 = 350 mm
Vc

= 0,2 x fc x D x d
= 0,2 x 30 x 400 x 350
= 840000 N

Faktor reduksi kekuatan geser () = 0,7 (sengkang spiral)


Vr

= x Vcmax
= 0,7 x 840000
= 588000 N

Vr > Vu

Aman terhadap geser

Geser pada beton sepenuhnya dipikul oleh tulangan geser, sehingga:


Vs = Vu = 231435 N
Untuk tulangan geser digunakan sengkang berpenampang D19
Luas tulangan sengkang berpenampang D19 (Asv) = 383,385 mm2
Jarak tulangan yang diperlukan (s) =

115

=
= 167,140 mm
Digunakan sengkang D 19 150

4. Cek eksentrisitas rencana

Gambar 37. Penampang bundar kolom pendek dengan penampang persegi dan aktual
ekivalen
Sumber: Hasil Analisis 2014

Gaya aksial ultimit (Pu) = 57,913 ton


Momen ultimit (Mu) = 86,869 ton.m
d = 350 mm
Tegangan leleh baja (fy) = 390 MPa
e

=
=
= 1,5 m

a) Tebal dalam arah lentur


0,8h = 0,8.400

= 320 mm

116

b) Lebar kolom segiempat ekivalen


b=
=
= 392,5 mm
c) Luas tulangan total Ast didistribusikan pada dua lapis
As = As =
=

= 1133,54 mm2
d) Jarak antara lapis tulangan
Ds =

.320 = 213,333 mm

e) Jarak tulangan (tekan/tarik) terhadap tepi terluar beton


d = ds =
=

(Ds- 2/3 Ds)


(320- 213,333)

= 74,27 mm
f) Jarak tulngan tarik terhadap tepi terluar daerah tekan
d = 0,8.h d
= 320 74,27
= 245,73 mm

cb

=
=
= 212,12 mm = 0,212 m

ab = 1.cb
= 0,85.212,2
= 180,37 mm
fs =

117

= 390 MPa = fy
Dengan demikian gunakan fs = fy = 390 MPa
Pnb = 0,85.fc.b.ab + Asfs-As.fs
= 0,85.30.392,5.180,37
= 1805,278 kN
Mnb = 0,85.fc.b.ab (

)+ (As.fs+As.fy) * (

)+2*

=0,85.30.392,5.180,37(
(

)+

)+

= 144972657 Nmm
eb = Mnb / Pnb
= 144972657 / 1805278
= 80,304 mm
Karena eb < e, jika eksentrisitas (e) lebih besar dari eb maka keruntuhan
yang terjadi berupa keruntuhan tarik.

5. Menghitung Kuat Rencana Penampang (Pr)


Rasio penampang ()

=
=
= 0,018

Lebar pondasi (h)

=1,8 %

= 0,4 m

Kuat tekan beton (fc) = 30 MPa


Tegangan leleh baja (fy) = 390 MPa
Faktor reduksi kekuatan =0,7
m =
m =

.
.

= 15,294

118

)+

Pn = 0,85.4002.30*(
= 38492459,1 N

Pn = 0,85.h2.fc*(

)+

= 3849,246 ton

Pr = Pn
= 0,7 x 3849,246
= 2694,472 ton
Pr > Pu
2694,472 ton > 57,913 ton

AMAN

6. Tulangan Penyaluran Tiang Bor


Penyaluran Tulangan
Gaya Tarik dan Tekan pada tulangan di setiap penampang komponen
struktur beton bertulang harus disalurkan pada masing-masing sisi
penampang tersebut melalui panjang pengangkuran, kait atau alat mekanis,
atau kombinasi dari cara-cara tersebut.(SNI BETON 03- 2847 2002
Hal. 117 dari 278)

Panjang penyaluran tulangan - tulangan tarik


= 1,3
=1
=1
ld

= 330,38625 mm

Asperlu/Asterpasang
ld perlu
Id min
Digunakan panjang penyaluran, lb

= 0,77456
= 255,90397 mm
= 300 mm
= 300 mm

Panjang penyaluran tulangan tekan


Factor-faktor :
ldb
Asperlu/Asterpasang
ld perlu
ld min

= 338,2186 mm
= 0,77456
= 261,9706 mm
= 300 mm

119

Digunakan panjang penyaluran, lb = 300 mm


Panjang penyaluran tulangan tarik terkait
ldhb

= 182,57419 mm

Batang dengan Fy selain 400 Mpa


= 0,975
Asperlu/Asterpasang
= 0,77456
ldh perlu
= 141,41466 mm
ldh min = 8 x db
= 152 mm
ldh min
= 150 mm
(SNI BETON 03-2847-2002 Hal 120 dari 278)
Digunakan panjang penyaluran, ldh = 300 mm (SNI 03-2847 BETON
2002)

H. Menghitung penurunan tiang tunggal (single pile), penurunan kelompok


tiang (pile group), dan penurunan ijin.
1. Penurunan tiang tunggal (single pile)
qc

= 46,605 kg/cm2 (terlampir pada data penyelidikan tanah

dengan sondir)
Menghitung modulus elastisisas tanah di sekitar tiang (E s)
Es

= 8 qc
= 8 x 46,605
= 372,84 kg/cm2
= 37,284 MPa

Menentukan modulus elastisitas tanah didasar tiang (E b)


Eb

= 3 qc
= 3 x 46,605
= 139,815 kg/cm2
= 13,982 MPa

Menentukan modulus elastisitas bahan tiang:


Dengan Karakteristik beton K-350 maka fc = 350 kg/m2 = 30 MPa
Ep

= 4700 x
= 4700 x
120

= 25742,96 MPa
RA

=1

Menentukan faktor kekakuan tiang:


K

= 690,456

Untuk

= 1, dimensi ujung dan atas sama

Untuk

= 20,25

Dari masing-masing grafik didapat :


Io

= 20,25,

= 0,086 (untuk

= 1) (Gambar 19, grafik faktor

penurunan I0 )
Rk = 1,22 (untuk

= 20,25, K = 690,456) (Gambar 20, grafik koreksi

kompresi Rk)
R = 0,920 (untuk = 0,3, K = 690,456) (Gambar 21, grafik koreksi
kedalaman Rh)
Rh = 0,16 (untuk

= 20,25,

= 1) (Gambar 22, grafik koreksi angka

poisson R)
Rb = 0,920 (untuk

= 20,25,

= 2,67, K = 690,456) (Gambar 23,

grafik koreksi lapisan pendukung Rb)


a. Penurunan untuk tiang apung atau tiang tiang friksi
I

= Io x Rk x Rh x R
= 0,086 x 1,22 x 0,16 x 0,920
= 0,0154

Q beban terfaktor = 48,281 ton = 48281 kg

121

S =
=
= 0,0812 cm

b. Penurunan untuk tiang dukung ujung


I

= Io x Rk x Rb x R
= 0,086 x 1,22 x 0,920 x 0,920
= 0,0888

S =
=
= 0,0812 cm
= 0,766 cm

c. Hasil perhitungan perkiraan penurunan tiang tunggal dapat


dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 31. Perkiraan penurunan tiang tunggal

No
1
2
Jumlah

Bentuk penurunan
Untuk Tiang Friksi
Untuk Tiang dukung ujung

Penurunan tiang (S)


0,0812 cm
0,766 cm
0,847 cm

Sumber : Hasil analisis 2014

2. Penurunan yang diijinkan (Sijin)


Sijin

= 10% x D
= 10% x 40
= 4 cm

Penurunan total tiang tunggal < penurunan ijin


0,847 cm < 4 cm...........................Aman

122

3. Penurunan Kelompok tiang (Sg)


a. Kapasitas kelompok ijin tiang grup (Qg) dari data SPT dengan metode
Meyerhof (1976) didapat nilai Qult = 68,195 ton
Untuk penurunan grupnya dihitung dengan persamaan berikut
Sg =
Dimana :
q =

= 0,374 kg/cm2

=
0,5

I =1-

0,5

=1-

= 0,663 0,5
Maka:
Sg =
=
= 0,67 cm

b. Kapasitas kelompok ijin tiang grup (Qg) dari data laboratorium dengan
metode Skempton (1966) dan Oneil and Reese (1989) didapat nilai
Qult = 120,126 ton.
Untuk penurunan grupnya dihitung dengan persamaan berikut
Sg =
Dimana :
q =
I =1=1-

= 0,66 kg/cm2

=
0,5
0,5

= 0,663 0,5

123

Maka:
Sg =
=
= 1,176 cm

4. Penurunan yang diijinkan (Sijin)


Sijin

= 10% x D
= 10% x 40
= 4 cm

Penurunan total tiang kelompok < penurunan ijin


1. Metode Meyerhoff untuk data SPT
0,67 cm < 4 cm...........................Aman
Maka, perkiraan total penurunan tiang kelompok memenuhi syarat
aman
2. Metode Skempton dan Oneil and Reese untuk data Laboratorium
1,176 cm < 4 cm...........................Aman
Maka, perkiraan total penurunan tiang kelompok memenuhi syarat
aman

5. Penurunan konsolidasi (Sc)


Perumusan yang dipakai dalam perhitungan pemampatan konsolidasi
akibat adanya beban terbagi rata berdasarkan sejarah pembebanannya
dirumuskan sebagai berikut:
Untuk Tanah konsolidasi normal (normal consolidated) o = c
Sc =

H log

Dimana:
H

= tebal lapisan tanah yang mengalami pemampatan (m)

e0

= angka pori tanah sebelum dibebani

= tegangan efektif overburden (ton/m2)

= penambahan tekanan akibat beban dari luar (ton/m 2)

124

Cc

= indeks kompresi

Dari data penyelidikan tanah diketahui:

Gambar 38. Hasil Pengujian konsolidasi


Sumber : Data kontraktor, 2013

dari grafik diatas diketahui :


Tegangan overburden (0) = 0,86 kg/cm2 = 8,6 ton/m2

= (Beban kompresor + Tanah urug)


= (48,281/(2,6 x 7)) + (2,1 x 1,689) = 6,199 ton/m2

Insitu Void ratio, e0 = 1,27


= 6,513 x10-4 cm2/sec

Cc

Compression indeks = 0,43


Sample area

= 32 cm2

Sample height

= 2,05 cm

Maka didapat nilai Sc berikut ini:


Sc =
=

H log

300 log

= 1,3396 cm

125

Gambar 39. Pola beban dan penurunan konsolidasi


Sumber: Hasil analisis, 2014

Gambar

39

menjelaskan

pola

pembebanan

dan

penurunan

konsolidasi. Beban mesin kompresor dan pile cap beserta tanah urugan
membebani tanah asli (lapisan 2 dan lapisan 3). Kedalaman dasar
ekivalen pondasi tiang bor = (2/3) x 6 m = 4 m dengan penyebaran beban
4V:1H dan kedalaman selanjutnya beban tiang disebarkan menurut
penyebaran beban 2V : 1H (seperti halnya penyebaran beban anggapan
untuk pembebanan pondasi dangkal).

I.

Analisis Program GEO5 v.17


Dalam analisis kalkulasi dengan menggunakan software GEO5 v.17

pile group ada beberapa metode yang digunakan. Untuk analisis daya dukung
vertikal penulis menggunakan metode safety factors (ASD)

dan analisis

penurunan menggunakan analisis modulus oedemetri (E oed), perencanaan


struktur menggunakan metode LRFD 2003 dengan perencanaan struktur beton
berdasarkan ACI 318-11.

126

Gambar 40. Tampilan Awal program GEO5 v.17 (Pile Group)

Langkah-langkah ataupun prosedur GEO5 v.17 adalah


1. Menentukan pengaturan yang akan dipakai untuk metode analisis
a. Membuka menu input settings

Gambar 41. Tampilan settings pada program GEO5 v.17(Pile Group)

Memilih metode yang digunakan untuk metode analisis


Sistem struktur

= LRFD 2003

Metode Analisis

= Analisis menggunakan modulus oedometrik (Eoed)

Metodelogi verifikasi = Safety factors (ASD)


Tipe analisis

= analytical solution

Tipe tanah

= tanah kohesif

127

2. Menentukan dimensi dan panjang tiang beserta dimensi dan tebal pile
cap
a. Membuka menu input- structure

Gambar 42. Tampilan structure pada program GEO5 v.17(Pile Group)

Memasukan data pile cap dan dimensi pondasi yang direncanakan


Lebar pile cap (by)

= 2,6 m

Panjang pile cap (bx)

=7m

Banyak pile arah x (nx)

=2

Banyak pile arah y (ny)

=2

Jumlah tiang (n)

=4

Diameter tiang

= 0,4 m

Jarak antar tiang arah x (sx) = 3 m


Jarak antar tiang arah y (sy) = 1,5 m

128

b. Membuka menu input- geometry

Gambar 43. Tampilan geometry pada program GEO5 v.17(Pile Group)

Memasukan data geometry tiang kelompok sesuai yang direncanakan


Tebal pile cap

= 0,85 m

Panjang tiang

= 8,1 m

129

3. Menentukan mutu bahan beton dan baja yang digunakan


a. Membuka menu input- material

Gambar 44. Tampilan material beton pada program GEO5 v.17


(Pile Group)

Memasukan material beton sesuai yang direncanakan berdasarkan ACI


318-11.
Modulus elastis beton (Ep) = 32836,57 MPa
Modulus geser (G)

= 13681,90 MPa

Mutu Beton

= 30 MPa

Memasukan material tulangan sesuai yang direncanakan berdasarkan


ACI 318-11.
Mutu baja tulangan (fy)

= 390 MPa

130

Gambar 45. Tampilan material tulangan pada program GEO5 v.17


(Pile Group)

4. Memasukan beban yang bekerja pada tiang group


a. Membuka menu input- load

Gambar 46. Tampilan load pondasi pada program GEO5 v.17


(Pile Group)

131

Memasukan beban pondasi yang sebelumnya sudah dihitung menggunakan


metode manual
Beban vertikal pondasi

= 428,81 kN

Momen arah x

= 222 kN

Momen arah y

= 111 kN

Beban Horizontal arah x

= 154,29 kN

Beban Horizontal arah y

= 154,29 kN

5. Memasukan kedalaman tanah serta jumlah lapisan dengan panjang


tiang yang direncanakan sesuai pengujian bor log
a. Membuka menu input- profile

Gambar 47. Menu input profile pada program GEO5 v.17


(Pile Group)

b. Memasukan kedalaman tanah sesuai dengan pengujian bor log


Lapisan 1

Gambar 48. Kedalaman lapisan 1 pada program GEO5 v.17


(Pile Group)

Kedalaman tanah

= 2,1 m

132

Lapisan 2

Gambar 49. Kedalaman lapisan 2 pada program GEO5 v.17


(Pile Group)

Kedalaman tanah

= 5,1 m

Lapisan 3

Gambar 50. Kedalaman lapisan 3 pada program GEO5 v.17


(Pile Group)

Kedalaman tanah

= 12,1 m

Gambar 51. Tampilan profile pondasi pada program GEO5 v.17


(Pile Group)

133

6. Memasukan spesifikasi tanah berdasarkan pengujian laboratorium dan


korelasi data properties tanah untuk tiap lapisan tanah
a. Membuka menu input- soils

Gambar 52. Menu input soils pada program GEO5 v.17


(Pile Group)

b. Memasukan spesifikasi tanah untuk tiap lapisan


Lapisan 1

Gambar 53. Spesifikasi tanah lapisan 1 pada program GEO5 v.17


(Pile Group)

Spesifikasi tanah:
Berat isi tanah ()

= 16,89 kN/m3

Kohesi tak terdrainase (cu) = 0 kN/m2

134

Angka poisson (v)

= 0,2 (untuk tanah pasir)

Modulus oedemetrik (Eoed) = 20 MPa (untuk tanah pasir 7-30 MPa)


Berat isi tanah jenuh (sat)
Jenis tanah

= 16,95 kN/m3
= Pasir

Lapisan 2

Gambar 54. Spesifikasi tanah lapisan 2 pada program GEO5 v.17


(Pile Group)

Spesifikasi tanah:
Berat isi tanah ()

= 14,96 kN/m3

Kohesi tak terdrainase (cu) = 37,5 kN/m2


Angka poisson (v)

= 0,3 (untuk tanah lempung)

Modulus oedemetrik (Eoed) = 20 MPa (untuk tanah kohesif)


Berat isi tanah jenuh (sat) = 14,97 kN/m3
Jenis tanah

= Lanau kelempungan

135

Lapisan 3

Gambar 55. Spesifikasi tanah lapisan 3 pada program GEO5 v.17


(Pile Group)

Spesifikasi tanah:
Berat isi tanah ()

= 20,8 kN/m3

Kohesi tak terdrainase (cu) = 24 kN/m2


Angka poisson (v)

= 0,20 (untuk tanah lempung)

Modulus oedemetrik (Eoed) = 20 MPa (untuk tanah kohesif)


Berat isi tanah jenuh (sat) = 20,86 kN/m3
Jenis tanah

= Lanau kepasiran

136

7. Memasukan kedalaman muka air tanah berdasarkan data bor log


a. Membuka menu input- water

Gambar 56. Menu input water pada program GEO5 v.17


(Pile Group)

b. Memasukan kedalaman muka air tanah

Gambar 57. Tampilan water pondasi pada program GEO5 v.17


(Pile Group)

Kedalaman muka air tanah

= 4,1 m

137

8. Menentukan tipe bangunan yang akan direncanakan


a. Membuka menu input- Stage settings
Memilih bangunan permanen untuk tipe bangunan yang direncanakan
dengan SF ijin = 2

Gambar 58. Tampilan Stage settings pondasi pada program GEO5 v.17
(Pile Group)

9. Tahap analisis
a. Analisis daya dukung vertikal

Gambar 59. Tampilan hasil analisis daya dukung vertikal pondasi pada
program GEO5 v.17 (Pile Group)

138

Dari hasil analisis didapat:


Daya dukung vertikal untuk tiang kelompok

= 7165,43 kN

Beban vertikal maksimum

= 1147,60 kN

Safety factor (SF)

= 6,24

b. Analisis penurunan menggunakan analisis oedemetrik (E oed)

Gambar 60. Tampilan hasil analisis penurunan pondasi pada program GEO5
v.17 (Pile Group)

Dari hasil analisis didapat:


Penurunan tiang kelompok

= 10,9 mm

10. Hasil Output

Gambar 61. Tampilan output pondasi pada program GEO5 v.17 (Pile Group)

139

Hasil analisa daya dukung dan penurunan dengan menggunakan software


GEO5 v.17 cukup aman dengan 6 tiang bor dengan nilai SF sebesar 6,24 dan
tidak melebihi penurunan yang di syaratkan sebesar 4 cm

J.

Hasil kapasistas daya dukung dan penurunan tiang bor


Metode yang digunakan yaitu metode Skempton (1966) dan Oneil and Reese

(1989)

menggunakan

data

laboratorium

dan metode

Meyerhof

(1976)

menggunakan data SPT yang dijelaskan pada perhitungan diatas serta


menggunakan software GEO5 v.17, dimana beban yang bekerja berdasrkan berat
mesin, pile cap, dan beban gempa maka didapat daya dukung vertikal dan
penurunan pondasi seperti yang tertera pada tabel dibawah ini.

Tabel 32. Hasil analisis daya dukung vertikal dan penurunan tiang bor kelompok

Metode yang
digunakan
Skempton dan O'neil
and Reese
Meyerhof
Software GEO5 v.17

Data yang
digunakan

Beban
bekerja
(ton)

Daya
dukung
ultimit(ton)

SF

Penurunan
(cm)

Laboratorium

48,218

321,664

6,67

1,176

48,218
48,218

272,78
716,543

5,65
6,24

0,67
1,09

SPT
Laboratorium

Sumber: Hasil Analisis, 2014

Berdasarkan tabel 32 didapatkan nilai daya dukung, faktor keamanan dan


angka penurunan berdasarkan 3 metode yang digunakan yaitu Skempton dan
Oneil and Reese, Meyerhof, dan software GEO5 v.17. Menggunakan metode
Skempton dan Oneil and Reese berdasarkan data laboratorium didapatkan nilai
daya dukung sebesar 321,664 ton dengan angka penurunan 1,176 cm dan nilai
faktor keamanan (SF) sebesar 6,67 dan menggunakan metode Meyerhof
berdasarkan data SPT didapatkan nilai daya dukung sebesar 272,78 ton dengan
angka penurunan 0,67 cm dan nilai faktor keamanan (SF) sebesar 5,65. Serta
menggunakan software GEO5 v.17 didapatkan nilai daya dukung sebesar 716,543
ton dengan angka penurunan 1,09 cm dan nilai faktor keamanan (SF) sebesar
6,67.

140

Hasil analisis dan desain pondasi tiang bor menggunakan 4 buah tiang bor
berpenampang bulat dengan diameter tiang 0,4 m dan panjang 8,1 m serta
menggunakan mutu beton K-350 mendapatkan hasil yang lebih ekonomis dan
efisien dari kondisi eksisting di lapangan yang sebelumnya sudah diteliti oleh
Anwar (2013) dengan menggunakan 6 buah tiang pancang persegi dengan
diameter tiang 0,3 m x 0,3 m dan panjang 6 m serta menggunakan mutu beton K350. Dengan demikian pondasi tiang bor bisa dijadikan solusi untuk dijadikan
pondasi kompresor karena memiliki SF yang lebih kecil dari pondasi tiang
pancang tetapi tidak kurang dari SFijin untuk kriteria tiang bor yang digunakan
sebesar 3,5.

Tabel 33. Perbandingan Hasil Analisis Perencanaan dengan Kondisi di Lapangan

Analisa
Perhitungan
Jumlah tiang
Diameter Tiang
Panjang Tiang
Daya Dukung
Tanah
Penurunan
Safety Factor

Perencanaan Tiang
Bor
4 buah
0,4 m x 0,4 m
8,1 m

Kondisi di Lapangan (Tiang


Pancang)
6 buah
0,6 m x 0,6 m
6m

716,543 ton

802,637 ton

1,09 cm
6,24

1,164 cm
11,888

141

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari tugas akhir ini, yaitu:
1. Hasil analisis perhitungan daya dukung pondasi tiang bor kelompok
dengan menggunakan 4 buah tiang bor berdiameter 0,4 m dengan panjang
tiang 8,1 m dengan menggunakan beberapa metode didapat nilai daya
dukung kelompok tiang berdasarkan Meyerhof (1976) untuk data SPT =
272,78 ton dengan SF = 5,65, Skempton (1966) dan Oneil and Reese
(1989) untuk data laboratorium = 321,664 ton dengan SF = 6,67 dan
berdasarkan program GEO5 v.17 = 716,543 ton dengan SF = 6,24.
2. Hasil perhitungan tahanan beban lateral pada tiang kelompok dengan
menggunakan 4 buah tiang bor berdiameter 0,4 m dengan panjang tiang
8,1 m didapat Hu = 65,911 ton dengan SF 4,272 dan defleksi tiang
kelompok yang didapat sebesar 0,00355 cm.
3. Berdasarkan perencanaan pile cap didapat dimensi pile cap 2,6 x 7 x 0,85
m dengan tulangan tarik arah x dan y sebesar D22-100 dan tulangan tekan
arah x dan y sebesar D19-100 dengan jarak sengkang sebesar 250 mm dan
perencanaan pondasi ting bor didapat dimensi tiang bor 0,4 m dengan
tulangan longitudinal tekan lentur sebesar 8 D19, serta tulangan geser
(sengkang spiral) sebesar D19-150.
4. Penurunan pondasi tiang bor kelompok dengan menggunakan 4 buah tiang
bor berdiameter 0,4 m dengan panjang tiang 8,1 m berdasarkan metode
Meyerhof (1976) untuk data SPT = 0,67 cm, Skempton (1966) dan Oneil
and Reese (1989) untuk data laboratorium = 1,176 cm, untuk program
GEO5 v.17 didapatkan nilai yaitu 1,09 cm
Secara keseluruhan berdasarkan analisis besar faktor keamanan daya dukung
pondasi yang direncanakan pada proyek CNG mother and daughter station
berbasis

di

Bitung-

Tangerang

menggunakan

142

pondasi

tiang

bor

kelompok dengan jumlah 4 tiang, memenuhi syarat keamaan untuk daya dukung
baik untuk beban vertikal maupun horizontal karena nilai SF > 3,5 dan syarat
momen dan gaya aksial untuk perencanaan struktur pile cap dan pondasi karena
Mr >Mult dan Pr > Pu serta hasil penurunan pondasi kelompoknya memenuhi
syarat keamanan karena nilai penurunannya < 4 cm.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari kesimpulan yang diperoleh, ada beberapa saran yang
didapatkan antara lain:
1.

Dalam

perencanaan pondasi

tiang bor, penulis menyarankan data

penyelidikan tanah yang lengkap khususnya data laboratorium yang tingkat


keakuratannya lebih baik agar angka koreksi terhadap data yang diperoleh
semakin kecil yang berguna dalam perhitungan baik menggunakan metode
maual maupun software.
2.

Penelitian selanjutnya dapat merencanakan daya dukung pondasi tiang bor


dengan menggunakan metode lain yang lebih akurat seperti menggunakan
metode dengan menggunakan data CPT dan membandingkan hasil data CPT
dan SPT serta dengan variabel rumus yang lebih banyak lagi.

3.

Software yang digunakan sebagai perencanaan pondasi tiang bor dapat


menggunakan program selain GEO5 v.17 sebagai contoh software plaxis 8.1,
software SHAFT1 dan software FB-Multipier.

143

DAFTAR PUSTAKA
Anggara, Yoga, Febri, 2010, Analisis Pondasi Tiang Bor pada Proyek Jembatan
Tambalan II.Yogyakarta.
Anwar, Saepul, 2014, Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang pada
Proyek Pembangunan Central Natural Gas (Studi kasus: Stasiun Gas Induk
Bitung).Cilegon.
Bowles,Joseph E,1998, Analisis dan Desain Pondasi edisi keempat jilid 2 ,
Erlangga,Jakarta.
Danuatmaja, Yunida, 2009, Perencanaan Pondasi Tiang Bor pada Gedung
Kampus STIE-IBS.Jakarta.
Das, M, B.,1941, Principles of Foundation Engineering Secon Edition, PWSKent Publishing Company, Boston
Hardiyatmo, Hary Christady., 1992, Mekanika tanah 1. Gadjah Mada
University press, Yogyakarta.
Hardiyatmo, Hary Christady., 2011, Analisis dan Perencanaan Fondasi I.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hardiyatmo, Hary Christady., 2011, Analisis dan Perencanaan Fondasi II.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Meyerhof,G.G, 1976, Bearing Capacity and Settlement of Pile Foundations,
ASCE Journal of Geotechnical Eng. Vol. 102, No. GT3, pp. 197-228.
ONeilll, M.W. and Reese, L.C. (1999), Drilled Shaft: Construction
Prosedures and Design Methods, Report for FHWA-IF-99-025.
Peck, Ralph B,Dkk. 1973, Teknik Fondasi Edisi Kedua. Gadjah mada
University press, Yogyakarta.
PPPURG, 1987, Pedoman Pembebanan pada Rumah dan Gedung. Departemen
Pekerjaan Umum, Jakarta.

Putro, A, Galeh, 2011, Perencanaan Pondasi Tiang Bor pada Proyek Gedung
Menara

Palma . Jakarta.

Skempton, A.W. (1951), The Bearing Capacity of Clays, Proc. Build. Res.
Congres, London, England.
SNI 03 1726, 2002, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Gedung. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
SNI 03 2847, 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung. Badan Standarisasi Nasional, Bandung.
SNI 2728, 2008, Tentang Cara Uji Penetrasi dengan Alat Sondir. Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.
SNI 4153, 2008, Tentang Cara Uji Penetrasi dengan SPT. Badan Standarisasi
Nasional, Jakarta.
Vesic, A.S. (1977), Design of Pile Foundations, NCHRP Synthesis 42,
Transportation Research Board, Washingthon, D.C.

You might also like