You are on page 1of 3

TELEVISI

DiZaman yang penuh modern ini, hampir di setiap rumah memiliki televisi. Akan tetapi tanpa kita sadari kita
menjadi objek atau pangsa pasar oleh produksi televise, baik iklan maupun acara-acara tayangan televise
tersebut. Bagaimana kita menyikapinya hal ini tentunya kita harus cerdas dalam menonton televisi, bisa
memilih acara-acara yang benar-benar mendidik. Proses dalam mencerdaskan dalam menonton, Masyarakat
Peduli Media melakukan pendampingan terhadap masyarakat di wilayah Yogyakarta agar paham dalam
menonton televise,yaitu di kecamatan wirobrajan dan kecamatan Gadingsari.
Televisi tak lepas dari mata kita, setiap hari berapa juta orang mata menonton televise baik acara
sinetron,olahraga, berita ataupun lainnya. Program televise kita hanya sekedar menari ratting atau nilai
berapa banyak yang menonton acara tersebut. Sehingga acara yang ditayangkan hanya untuk mendapatkan
keuntungan belaka, tidak melihat kebutuhan masyarakat. Setiap acara program televise memiliki dampak
posive dan negative, terutama dampak terhadap anak-anak dalam menonton televise. Adapun dampak
positive dan negative yaitu :
Dampak positif dan Ngative menonton Televisi
Pertama, acara TV punya dampak pornografi. Ini saya dapat dari kelompok usia kelas 4-6 tahun. Kelompok
ini mencatat pemeran dalam acara Superhero Kocak punya baju yang terlalu seksi. Anak tak pantas
melihatnya.
Kedua, konsumtif. Tayangan iklan merangsang anak-anak meminta/ membeli barang yang tidak dibutuhkan.
Dampak konsumtif karena iklan ini muncul di setiap kelompok diskusi. Anak TK hingga kelas 6 SD rata-rata
meminta mainan, makanan, sampai atribut-atribut yang dipakai aktor dan aktris. Sedangkan usia SMA
meminta motor dan aksesoris mirip yang digunakan artis. Tidak hanya iklan, sinetron dan acara musik di TV
turut membentuk keinginan anak meniru atribut yang dipakai aktor/ aktrisnya.
Ketiga, menunda-tunda dan malas(perilaku). Malas belajar karena demen bahkan candu dengan acara TV
favorit. Ujung-ujungnya, anak sering menunda mengerjakan pekerjaan rumah. Pada kelompok usia TK, anak
bisa melanggar adab membaca doa karena menonton Islam KTP. Acara Amel Cemal Cemil bikin anak rakus,
punya tata cara makan kurang baik.
Keempat, kemampuan berbahasa (membentak,mengumpat). Saya mencatat ada anak usia kelas 1-3 SD
suka berkata kasar dan kurang sopan pada yang lebih tua. Anak-anak usia ini sudah mengenal kata-kata
seperti kurang ajar. Kartun Sinchan punya peran besar dalam kasus ini. Anak usia ini juga mudah melawan
perintah orang tua, membentak. Semua kelompok sepakat bahwa acara musik, sinetron, iklan, dan
kartun sinchan bikin anak mereka tidak berbahasa Indonesia dengan baik, banyak bahasa gaul yang dikenal.
Acara Islam KTP jadi sorotan juga. Makian-makian seperti ente bahlul, kurang ajar, busuk jadi dibiasakan
pada anak. Anak jadi berbicara dengan bahasa yang biasa

Demikian televise juga ada dampak positifnya yaitu acara TV dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Seperti acara bolang, laptop si unyil, koki cilik, asal-usul, dunia ikan, Hand Made. George.Acara tersebut
membuat anak mengenal daerah geografis dunia, mengenal negara, mengetahui proses pembuatan barangbarang, tahu permainan tradisional, dan adat istiadat. Ibu-ibu berpendapat acara TV yang memberikan
dampak positif perlu dilestarikan.
Selain itu, anak diajak untuk kreatif. Acara macam Hand Made, Koki Cilik, dan Panji Si petualangmerangsang
anak kreatif membuat mainan dengan barang bekas, daur ulang, kreasi memasak. Dampak ketiga, acara TV
juga dapat membuat perilaku anak paham agama, menghormati orang lain, punya empati, menolong orang
lemah, dan menepati janji. Acara TV yang menginspirasi perilaku tersebut seperti Panji Si petualang, upinipin, Islam KTP, krisna, tolong.
Islam KTP saya catat jadi acara yang punya dua sisi muka. Buruk untuk kemampuan berbahasa anak, namun
baik karena memberikan pemahaman agama pada anak.Saya juga mencatat bahwa tayangan TV bisa diakali
oleh ibu-ibu. Ada pengakuan salah satu warga bahwa ia menerapkan peraturan. Sehingga kita sebagai orang
tua tentunya perlu mendampingi anak-anaknya dalam menonton televisi.

Awas! Dampak Negatif Televisi


TELEVISI, media audio-visual yang mampu menyedot pemirsa dari
berbagai kalangan. Tidak hanya anak-anak, dan remaja, tetapi juga
kalangan dewasa dan orang tua. Bukan hanya kaum perempuan,
tetapi juga kaum lelaki. Ketika ditanya apa yang menarik dari
televisi? Kebanyakan mereka menjawab, televisi bisa menghibur.
Televisi diakuinya, juga bisa membuat mereka menangis, tertawa,
atau pun marah.
Bagi kalangan akademisi, kotak ajaib ini mendapat perhatian
khusus. Menurut penelitian yang dilakukan, ternyata di balik dampak
positif yang diberikan televisi, seperti informasi yang menyebabkan
bertambahnya pengetahuan, namun di balik semuanya itu, televisi
juga menyimpan banyak pengaruh buruk.
Secara fisik, televisi bisa menyebabkan gangguan penglihatan,
karena pancaran cahaya pada mata. Itulah sebabnya dianjurkan
menonton televisi dengan jarak yang ideal, antara 5 6,25 kali lebar
layar TV. Pancaran sinar televisi pada mata dalam waktu lama, dan
berulang-ulang dapat menyebabkan gangguan penglihatan seperti
mata minus.

Tak hanya itu. Televisi juga dapat menyebabkan gangguan


pendengaran. Apalagi, jika volume suara siaran televisi tidak stabil,
naik turun, dan mengagetkan. Kadang kecil, kadang besar. Volume
yang tidak stabil ini membuat gendang telinga pemirsa menjadi
terganggu.
Pengaruh buruk juga terjadi, karena televisi menyebabkan rasa
malas, sehingga banyak waktu terbuang sia-sia. Sekadar duduk
bermalas-malasan di depan televisi. Ini menyebabkan rasa sakit pada
tulang belakang, terlebih ketika posisi duduk tidak baik.
Efek Psikologis
Dampak negatif televisi, tentunya tak hanya sampai di situ. Bukan
hanya berdampak buruk terhadap fisik pemirsa, televisi juga bisa
mempengaruhi segi psikologis. Selain penghilangan perasaan
tertentu, televisi juga menimbulkan budaya konsumtif yang tinggi.
Meskipun tidak terjadi pada setiap orang, namun prilaku konsumtif
ini kerap muncul, karena bujuk rayu iklan yang menggoda luar biasa.
Pengaruh lain juga pada penggunaan bahasa gaul, dan gaya
berpakaian.
Ini
dapat
dimaklumi,
setiap
orang
memiliki
kecenderungan untuk meniru idolanya. Terutama di kalangan remaja
dan kawula muda. Beragam cara kerap dilakukan untuk meniru
idolanya. Ambil contoh ketika gaya boyband banyak ditayangkan
televisi, tak sedikit remaja yang menirunya.
Ada yang lain? Tentu, televisi pun mempengaruhi sikap dan perilaku
seseorang. Apa yang dicontohkan dalam tayangan televisi, sangat
cepat ditiru dalam keseharian. Seperti gaya bercanda yang
berlebihan dalam tayangan Opera Van Java, misalnya, harus diakui
banyak ditiru anak anak.
Efek lainnya soal menjadwal ulang kegiatan. Tak sedikit yang
menyusun agenda keseharian, justru disesuaikan dengan acara
televisi. Cukup banyak yang menunda shalat, misalnya, hanya
karena tanggung acara yang ditonton tengah ramai-ramainya.
Bahkan terkadang, yang biasa shalat awal waktu, karena tanggung
tengah asik menonton televisi, menjadi di akhir waktu.
Dari semua efek negatif tersebut, tentu sudah seharusnya kita
berhati hati. Jangan sampai pengaruh negatifnya lebih banyak
berpengaruh dibanding positifnya. Jika suatu tayangan dianggap
kurang bermanfaat, maka lebih baik jangan ditonton. Di sinilah
pentingnya orang tua memantau anak-anaknya, agar dampak buruk
televisi dapat diminimalisir.

You might also like