You are on page 1of 11

Sistem Informasi Surveilans Demam Berdarah Dengue

(SIS DBD) berbasis Web untuk Perencanaan, Pencegahan


dan Pemberantasan DBD
Farid Agushybana, Cahya Tri Purnami, M. Solihuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) or in Bahasa Indonesia known as Demam
Berdarah Dengue (DBD). This disease caused by dengue virus. This virus is
transmitted by mosquito of Aedes aegypti. The DHF is one of the major health
problems in Indonesia which tend to increase and also progressively and widely
spreading. Semarang is an endemic area of DHF. Hither to, the existing DHF
surveilance system is run manually so that the system cannot provide up to date
information and data. In fact, for planing, preventing and eradicating this disease
a reliable epidemiological surveillance is needed. Based on these problems, the
primary purpose of this research is to develop a surveilance system of DHF
which based on web-based application. This research run a qualitative method
for collecting data related to DHF. This research designs a system called
Surveillance Information System of DHF (SIS DHF). This system will manage
modules for: recording DHF cases,

periodical monitoring, epidemiological

investigation, risk factors of DHF, geographic mapping, and annual number of


population per village. According to the health officers of Semarang, this system
is relatively easy to

operate and will help them in conducting the DHF

surveillance.

Key words : Demam Berdarah Dengue, sistem surveilans, web-based system

PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) atau lebih
dikenal dengan DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Virus
ini ditularkan dari orang ke orang oleh nyamuk Aedes aegypti. Kota Semarang
termasuk daerah endemis DBD. Kalau kita melihat Angka insidensi DBD di Kota
Semarang, pada tahun 2005 jumlah penderita DBD mencapai 2.297 dengan CFR
1,7 (DKK Semarang, 2005).
Melihat kegawatan penyakit ini maka seharusnya sistem pencatatan dan
pelaporan guna keperluan perencanaan, pencegahan dan pembarantasan
penyakit DBD didukung oleh sistem yang handal, yakni suatu sistem yang dapat
menyediakan data dan informasi yang akurat, valid dan up to date. Namun
sampai saat ini sistem surveilans DBD di Dinas Kesehatan

Kota Semarang

masih dikerjakan secara manual. Dengan sistem seperti ini maka sering timbul
masalah tentang keterlambatan pelaporan serta data yang disajikan tidak up to
date, yang pada akhirnya akan menggangu proses perencanaan, pencegahan
dan upaya-upaya pembarantasan. Maka untuk itu perlu dirancang suatu sistem
surveilans yang didukung oleh teknologi informasi sehingga bisa diakses secara
on line oleh petugas kesehatan (baik Puskemas maupun dinas kesehatan) serta
masyarakat pada umumnya.
Sistem surveilans penyakit DBD adalah pengamatan penyakit DBD di
Puskesmas meliputi kegiatan pencatatan, pengolahan dan penyajian data
penderita DBD untuk pemantauan mingguan, laporan mingguan wabah, laporan
bulanan program P2DBD, penentuan desa / kelurahan rawan, mengetahui

distribusi kasus DBD / kasus tersangka DBD per RW / dusun, menentukan


musim penularan dan mengetahui kecenderungan penyakit (Ditjen P2M & PLP,
1992).
Tujuan penelitian ini adalah merancang sistem surveilans DBD berbasis
web di Dinas Kesehatan Kota Semarang.

MATERI DAN METODE


Penelitian yang akan dilakukan merupakan suatu riset operational karena
didalamnya dilakukan pengembangan sistem untuk dapat meme-cahkan kelemahan-kelemahan
sistem yang berjalan saat ini.
Obyek penelitian ini adalah sistem surveilans DBD yang ada di Dinas
Kesehatan Kota Semarang. Sedangkan subyek penelitian ini adalah petugas
pengelola data pada seksi pencegahan dan pemberantasan penyakit bersumber
binatang di Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Data diperoleh dengan cara melakukan wawancara pada pengelola data
penyakit DBD dan observasi pada sistem surveilans DBD yang berjalan saat ini.
Analisis

data

dilakukan

dengan

menggunakan

langkah-langkah

penyusunan sistem secara terkomputerisasi. Adapun langkah-langkah tersebut


adalah 1) Survey, 2) Analisa Sistem , 3) Desain, mengimplementasikan model
yang diinginkan
dalam

pemakai 4) Implementasi, mempresentasikan hasil desain ke

pemrograman,

5) Uji coba desain, 6) Testing

prosedur, pembuatan laporan teknis tertulis

akhir,

7) Deskripsi

seperti petunjuk pemakaian dan

pengoperasian. 8) Konversi database, 9) Instalasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari analisis sistem yang dilakukan diperoleh informasi yang uraiannya
sebagai berikut. Data kasus atau penderita diperoleh dari laporan rumah sakit,
laporan disampaikan tiap satu bulan. Bila laporan disampaikan dalam kurun
waktu kurang dari 1 bulan, maka akan ditindak lanjuti dengan Penyelidikan
Epidemiologi (PE) oleh Puskesmas terkait untuk mengetahui sumber kasus /
penderita dan radius penyebaran. Kendala yang dialami selama ini adalah
penyampaian informasi hasil PE oleh Puskesmas ke DKK. Kendala tersebut yaitu
keterlambatan penyampaian hasil PE (lebih dari 1 minggu). Tindak lanjut dari PE
yang dilakukan oleh DKK, yaitu fogging atau pemberantasan sarang nyamuk
(PSN). Laporan kasus DBD seharusnya dilaksanakan dalam kurun waktu 1 x 24
jam, namun pada kenyataanya lebih dari itu. Alur pelaporan kasus DBD dimulai
dari masyarakat dan dari petugas kesehatan / rumah sakit ataupun klinik lainnya,
kemudian dilanjutkan dengan pelaporan ke Puskesmas, dari Puskesmas akan
diteruskan laporannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Jadi komponen
atau unit-unit yang berkaitan dalam sistem informasi surveilans DBD ini dapat
digambarkan dalam bentuk diagram berikut ini:
Masyarakat

Data Survey
dan Kasus

Rumah Sakit
Pemerintahan
Kota

Data RS
Laporan

Sistem Informasi
Surveilans DBD

Hasil PE
dan Data Kasus

Puskesmas
Dinas
Kesehatan
Propinsi

Laporan

Umpan Balik

Laporan

Dinas Kesehatan Kota


Semarang

Gambar 1. Diagram pemanfaatan data dan informasi DBD

Berdasarkan survey kebutuhan dan analisis sistem terhadap sistem


surveilans dan cara pencatatan dan pelaporan penyakit demam berdarah mulai
dari masyarakat, Puskesmas dan kemudian ke Dinas Kesehatan, maka sistem
yang akan dikembangkan adalah suatu sistem informasi surveilans epidemiologi
yang bersifat multi-user dengan model modular. Adapun modul tersebut
mencakup modul pemasukan kasus / penderita, modul masukan pengamatan
jentik berkala, modul penyelidikan epidemiologi (PE), modul pencatatan fogging,
modul Pokja DBD, modul pemasukan data jumlah penduduk dan modul
pelaporan.
Modul pemasukan data penderita ini digunakan untuk mencatat tanggal
sakit, nama, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, kode kelurahan, tempat
perawatan, tanggal masuk, jenis penyakit (Demam Dengue,

Dengue Shock

Syndrom, Demam Berdarah Dengue), status kasus (penderita atau meninggal).


Data yang dihasilkan akan digunakan untuk melihat perkembangan kasus serta
penyebaran kasus di wilayah kelurahan, kecamatan maupun secara keseluruhan
di Kota Semarang. Data-data ini selanjutnya digunakan untuk proses
perencanaan dan penanggulangan pemberantasan DBD.
Modul pemasukan pemantauan jentik berkala memuat tentang tanggal
pemeriksaan jentik, kode kelurahan, nama Dasa Wisma, ada tidaknya jentik pada
tempat-tempat penampungan air. Data pada modul ini digunakan sebagai salah
satu data faktor resiko pada penyakit demam berdarah, yakni untuk menghitung
angka bebas jentik. Apabila pada wilayah kelurahan tertentu mempunyai angka
bebas jentik yang rendah, maka wilayah kelurahan ini mempunyai resiko
kejadian DBD yang lebih tinggi dibanding dengan wilayah yang lain.

Pada

modul

penyelidikan

epidemiologi

akan

dicatatkan

tanggal

pelaksanaan PE, lokasi kelurahan yang diobservasi, hasil PE (yang meliputi


jumlah penderita, jumlah rumah yang di-PE, jumlah rumah yang positif jentik
nyamuk, jumlah rumah yang melakukan pemberantasan sarang nyamuk). Hasil
pencatatan digunakan untuk membuat laporan pelaksaan PE. Laporan PE ini
merupakan dasar bagi tindak lanjut pemberantasan DBD diwilayah lokasi PE
maupun dalam proses perencanaan penanggulangan secara umum se-Kota
Semarang.
Masukan data pelaksanaan fogging dicatatkan pada modul masukan
fogging. Data yang dimasukkan antara lain tanggal fogging, kode kelurahan,
volume obat yang digunakan serta jumlah rumah yang di-fogging. Data wilayah
dan jumlah rumah yang disemprot ini akan digunakan untuk mengamati wilayahwilayah mana yang telah dilakukan penyemprotan dan mana yang belum.
Pada modul Pokja DBD digunakan untuk mencatat keberadaan kelompokkelompok kerja DBD, yang mana salah satu tugas Pokja DBD ini adalah untuk
melakukan pengamatan jentik secara berkala. Dengan adanya data keberadaan
dan keaktifan Pokja ini bisa digunakan untuk merencanakan pembinaanpembinaan pada wilayah yang Pokjanya tidak aktif.
Yang tidak kalah pentingnya dalam sistem informasi surveilans DBD ini
adalah data tentang jumlah penduduk per wilayah kelurahan per tahun. Data ini
nantinya akan dimanfaatkan untuk membuat hitungan-hitungan tentang angka
kejadian demam berdarah dan proporsi jumlah penduduk yang sakit dan bentuk
laporan lainnya.
Hasil pemasukan data dari modul-modul diatas akan menghasilkan
laporan-laporan yaitu: angka bebas jentik (ABJ), proporsi penyakit DBD per jenis

kelamin, proporsi penyakit DBD per golongan umur, laporan House Index ,
laporan Incidence Rate DBD, laporan Case Fatality Rate (CFR), laporan
pelaksanaan PSN, laporan hasil PE, laporan pelaksanaan fogging. Laporanlaporan ini digunakan oleh seksi pencegahan dan pemberantasan penyakit ber
sumber binatang di Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk : pemantauan situasi
penyakit DBD mingguan, laporan mingguan kejadian luar biasa (KLB), laporan
bulanan program pemberantasan penyakit DBD (P2 DBD), pemantauan desa /
kelurahan rawan, untuk mengetahui distribusi kasus DBD / tersangka DBD per
wilayah, penentuan musim penularan, untuk mengetahui kecenderungan situasi
penyakit.
Untuk menjawab pemasalahan tentang ketersediaan data yang up to date
dan valid, maka sistem informasi surveilans DBD (selanjutnya dinamakan SISDBD) ini dikembangkan dengan menggunakan aplikasi web based sehingga bisa
digunakan secara multi-user dan bisa diakses secara on-line oleh petugas
Puskesmas, petugas DKK Semarang, rumah sakit serta masyarakat umum yang
membutuhkan data dan informasi tentang DBD. Aplikasi yang digunakan untuk
mengembangkan sistem ini adalah PHP dan MySQL. Kedua aplikasi ini adalah
aplikasi yang mendukung pengembangan sistem berbasis pada web dan
mendukung kebutuhan sistem yang bersifat multi-user.
Berikut ini adalah rancangan tampilan menu utama dari aplikasi Sistem
Informasi Surveilans DBD.

Gambar 2. Menu utama Sistem Survailance DBD

iMac

Rumah Sakit
Internet Service Provider
iMac

Internet
Rumah Sakit
SIS DBD
DKK Semarang

Puskemas

Puskemas
Puskemas

Gambar 3. Model komunikasi SIS DBD secara on line


Model komunikasi data dari Puskesmas, Rumah Sakit maupun di DKK
Semarang menggunakan sistem akses internet dapat dilihat pada Gambar 3.
SIS DBD yang ada di DKK Semarang dihubungkan ke internet, dengan demikian
Puskesmas, Rumah Sakit atau institusi lain yang akan memasukkan data dapat
mengakses SIS DBD via koneksi internet secara dial up. Dengan model
komunikasi seperti ini maka data yang ada di pusat data SIS DBD di DKK
Semarang akan selalu baru dan valid sesuai kondisi yang ada saat itu. Demikian

juga bila Puskesmas ataupun Rumah Sakit yang membutuhkan data atau
informasi tentang DBD, maka akan memperolehnya via internet serta datanya
selalu baru dan valid.
Sebagai salah satu syarat supaya sistem ini bisa berjalan dengan baik,
maka dia harus memenuhi syarat, yakni sederhana, fleksible dan dapat diterima
(acceptable) oleh pemakai. Untuk itu selanjutnya dilakukan uji coba sistem,
petugas pengelola data DBD mencoba menggunakan sistem ini secara
keseluruhan, mulai dari modul pemasukan data kasus sampai pada pembuatan
laporan. Petugas tersebut menyampaikan bahwa aplikasi ini mudah sekali untuk
dioperasikan, cukup cepat bila dibandingkan dengan sistem manual serta mudah
dipelajari karena menggunakan bahasa Indonesia.

SIMPULAN
Terbentuk rancangan dan aplikasi sistem surveilans DBD berbasis
komputer di seksi P2B2 Dinas Kesehatan Kota Semarang. SIS DBD ini terdiri
dari modul-modul : pemasukan kasus / penderita, masukan pengamatan jentik
berkala, penyelidikan epidemiologi (PE), pencatatan fogging, Pokja DBD,
pemasukan data jumlah penduduk dan pelaporan.
Sistem yang dirancang adalah aplikasi yang menggunakan dasar web.
Aplikasi untuk penyusunannya adalah PHP dan MySQL.

SARAN
Data-data yang sudah dimiliki (dalam bentuk hardcopy) sebaiknya
dimasukkan ke dalam sistem, sehingga tersedia data DBD dari tahun ke tahun
sebelum sistem ini diterapkan.

SIS DBD segera diterapkan secara on line sehingga dapat diakses oleh
semua pihak yang memerlukan data / informasi DBD.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada saudara M. Solihuddin
sebagai programmer komputer sehingga aplikasi ini bisa terwujud. Teman
sejawat Ibu Dyah Wulan Sumekar, SKM, M.Kes selaku anggota tim peneliti.
Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang beserta staf khususnya seksi
P2B2.

DAFTAR PUSTAKA
Davis, Gordon B. Sistem Informasi Manajemen. Struktur dan
Pengembangannya. Bagian II, Pustaka Binaman Pressindo,1992.
Daihani, Dadan Umar. Komputerisasi Pengambilan Keputusan, Gramedia,
Jakarta, 2001.
Ditjen P2M & PLP, Depkes RI. Petunjuk Teknis Penemuan, Pertolongan dan
Pelaporan Penderita Penyakit Demam Berdarah Dengue,
Depkes RI, Jakarta, 1992.
_______________. Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit Demam Berdarah
Dengue, Depkes RI, Jakarta, 1992.
______________. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit
Demam Berdarah Dengue. Depkes RI, Jakarta, 1992.
_______________ . Petunjuk Teknis Penyelidikan Epidemiologi,
Penanggulangan Seperlunya dan Penyemprotan Massal dalam
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, Depkes RI,
Jakarta, 1992.

____________. Petunjuk Teknis Pembinaan Peran Serta Masyarakat dalam


Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), 1992.
Depkes RI, Dukungan Informasi untuk Manajemen Kesehatan di Kabupaten /
Kota Madia, Pusat Data Kesehatan, 1997.
DKK Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2001, DKK Semarang,
2001.
Mc Leod , Raymond, Jr. Sistem Informasi Manajemen. Jilid 1, Edisi Bahasa
Indonesia, Prenhallindo, 1995.
No Name. Jateng Selatan Rawan DBD dan Malaria, KOMPAS on line, 9 Juli
2002.
WHO, Penanganan Penyakit Menular di WHO Jakarta, WHO JakartaIndonesia, 2001.

You might also like