You are on page 1of 14

Permasalahan Klaim Konstruksi di Proyek Institusi Pemerintah

Seminar Konstruksi Indonesia 6 November 2014

PERMASALAHAN KLAIM KONSTRUIKS


DI PROYEK INSTITUSI PEMERINTAH 1
Sarwono Hardjomuljadi 2
Dr.Ir.MSc (Civ); MSBA (Bus); MH (Law); MDBF (ADR); ACPE (Eng); ACIArb (Arb)

ABSTRAK
Klaim bukanlah suatu hal yang tabu, karena klaim tidak lain dan tidak
bukan adalah : Suatu tindakan seseorang untuk meminta sesuatu yang
merupakan haknya, di mana hak seseorang tersebut telah hilang sebelumnya,
karena yang bersangkutan beranggapan mempunyai hak untuk mendapatkannya
kembali.
Dalam suatu kontrak konstruksi, timbulnya klaim dari para pihak adalah
suatu keniscayaan, karena kedua pihak akan mencoba untuk mencapai sasaran
akhir masing-masing, yang kebetulan berbeda. Kontraktor selaku penyedia jasa,
akan berusaha mengurangi kerugian bahkan jika mungkin untuk mendapatkan
keuntungan tambahan, sebaliknya pihak pengguna jasa akan berusaha menjaga
agar tidak terjadi cost overrun.
Kedua pihak berusaha dengan strategi masing-masing untuk mendapatkan
keinginannya dan mencari kesempatan untuk mendapatkan itu. Disinilah
pemahaman yang mendalam akan klausula-klausula kontrak menjadi sangat
penting. Kedua pihak akan menginterpretasikan setiap kata dalam klausulaklausula kontrak secara berbeda demi kebenaran menurut sudut pandangnya
maasing-masing.
Kata kunci: klaim, keinginan, kesempatan, kebenaran..


1
2

Di presentasikan pada Seminar Nasional 2014 Manajemen Klaim Proyek Konstruksi, Jakarta, 6 November
2014.
Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum (2009-2014)
Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (2011-2015)
FIDIC Affiliate Member, FIDIC Adjudicator, FIDIC Accredited Trainer, Geneve
Country Representative, Dispute Resolutuion Board Foundation (DRBF), Seattle
Member, Chartered Institute of Arbitrator (CIArb), London
Corporate Panel Member, Dispute Board Federation (DBF), Geneve
Sekretaris, Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi Indonesia (BADAPSKI)
Lektor Kepala Aaspek Hukum dan Administrasi Kontrak, Universitas Mercu Buana Jakarta (S1),
Universitas Parahyangan Bandung (S2), Universitas Tarumanagara Jakarta (S1, S2, S3), Universitas Atma
Jaya Yogyakarta (S2), Universitas Muhammadiyah Jakarta (S1).

Permasalahan Klaim Konstruksi di Proyek Institusi Pemerintah

Seminar Konstruksi Indonesia 6 November 2014

LATAR BELAKANG

Umum
Pekerjaan konstruksi adalah rangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan sipil, arsitektur, mekanikal
elektrikal, dan tata lingkungan masingmasing beserta kelengkapannya, untuk
mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik.3 Pelaksanaan pembangunan
infrastruktur/ konstruksi, pada umumnya dilaksanakan oleh penyedia jasa, 4
melalui suatu proses pengadaan barang/ jasa yang dilakukan oleh pengguna jasa,5
yang kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan suatu perjanjian kontrak
kerja konstruksi, 6 antara pengguna jasa dan penyedia jasa.
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang lazim dilakukan di
Indonesia, pelaksanaan pengawasan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh
pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan, umumnya akan dibantu oleh
penyedia jasa pengawas konstruksi 7 dengan suatu perjanjian jasa konsultansi
pengawas konstruksi.
Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan suatu langkah globalisasi ke
depan, ditandai dengan dibukanya peluang bagi badan usaha ataupun tenaga kerja
asing untuk bekerja di Indonesia, maka peningkatan kemampuan Sumber Daya
Manusia bangsa Indonesia khususnya dalam bidang pengembangan infrastruktur
dalam hal ini bidang jasa konstruksi merupakan suatu keharusan. Penggunaan
standar kontrak internasional akan merupakan suatu hal yang mandatory dalam
pelaksanaan proyek infrastruktur khususnya bidang jasa konstruksi di Indonesia.
Proyek-proyek dengan pinjaman pendanaan asing baik pendanaan konstruksi
Government to Government (G to G) maupun Business to Business (B to B) akan
meningkat, seiring dengan meningkatnya proyek-proyek yang menggunakan
standar kontrak internasional, dalam hal ini yang paling banyak dipakai adalah
Federation Internationale des Ingenieurs-Conseils (FIDIC) Conditions of
Contract yang cakupannya sangat luas, lebih dari 10 standar kontrak telah banyak
dipakai secara luas di lebih dari 100 negara di dunia. Di Indonesia standar kontrak
FIDIC yang banyak dipakai pada saat ini adalah FIDIC Conditions of Contract for

3

Undang Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Pasal 1 Ayat 2
Ibid, Pasal 1 ayat 4, Penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya
menyediakan layanan jasa konstruksi;
5
Ibid, Pasal 1 ayat 3, Pengguna jasa adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau
pemilik pekerjaan/proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi;
6
Ibid, Pasal 1 ayat 5, Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan
hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi;
7
Ibid, Pasal 1 ayat 11, Pengawas konstruksi adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi yang mampu melaksanakan
pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.
4

Permasalahan Klaim Konstruksi di Proyek Institusi Pemerintah

Seminar Konstruksi Indonesia 6 November 2014

Construction, FIDIC Conditions of Contract for Engineering Procurement and


Construction (EPC)/Turnkey Project, FIDIC Conditions of Contract for Plant and
Design-Build, FIDIC Short Form of Contract. Keempat buku ini sudah
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh penulis dengan lisensi dari FIDIC.
Penggunaan standar kontrak FIDIC Conditions of Contract for Design-Build
Operate sedang dalam tahap uji coba di Indonesia. Oleh karena itulah,
pemahaman akan standar kontrak ini, dan khususnya pemahaman akan bagaimana
pengaturan penyelesaian sengketa menurut standar kontrak ini, merupakan suatu
keharusan, untuk kemudian dapat disiapkan suatu peraturan perundangan yang
mendukungnya, utamanya untuk kepentingan nasional, karena jika tidak terdapat
peraturan perundangan yang mendukung, maka para pihak yang berkontrak akan
mencantumkan klausula-klausula tentang penyelesaian sengketa di luar negeri,
yang saat ini mulai menggejala, banyak kontrak antara Institusi Pemerintah dan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan pihak swasta nasional, pelaksanaan
penyelesaian sengketanya dilakukan di luar negeri.

MATERI DAN DISKUSI


Kontrak
KUH Perdata 1338
Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya.
Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua
belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang
dinyatakan cukup untuk itu.
Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Pacta Sunt Servanda (menurut Blacks Law Dictionary) Agreement must
be kept, the rule that agreements and stipulations, those contained in treaties,
must be observed.
Chow (2006): Contract is a legally binding agreement formed when one
party accepts an offer made by another and which fulfills the conditions. 8
Martin and Law (2006): Contract is a legally binding agreement.
Agreement arises as a result of offer and acceptance, but a number of other
requirements must be satisfied for an agreement to be legally binding. 9


8
9

Chow Kok Fong (2006): Construction Contracts Dictionary, Sweet & Maxwell Asia)
Bryan A.Garner (2004): Blacks Law Dictionary, Thomson West

Permasalahan Klaim Konstruksi di Proyek Institusi Pemerintah

Seminar Konstruksi Indonesia 6 November 2014

John Adriaanse (2010) said that A variety of factors makes a construction


contract different from most other types of contracts. These include the length of
the project, its complexity, its size and the fact that the price agreed and the
amount of work done may change as it proceed 10
Ali et al (1994)11 menyatakan Kontrak adalah perjanjian antara dua pihak
dalam perdagangan, sewa menyewa dan sebagainya atau persetujuan yang
bersanksi hukum antara dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak
melakukan kegiatan.
Tay & Tang (2004)12 Contract is an agreement which binds the parties
concerned. Kontrak adalah suatu perjanjian yang mengikat para pihak yang
terkait.
Kontrak adalah suatu perjanjian yang bersifat mengikat secara hukum dan
terjadi ketika salah satu pihak menyetujui penawaran yang dibuat oleh pihak lain
dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. both parties must have legal capacity to enter into the contract (kedua belah
pihak harus memiliki kapasitas hukum untuk memasuki kontrak);
b. the parties must have intended to create legal relations (kedua belah pihak
harus memiliki niat untuk menciptakan hubungan hukum);
c. it must comply with any legal requirements (harus mengacu pada persyaratan
hukum);
d. the purpose of the contract must not be illegal (tujuan kontrak tidak boleh
melawan hukum);
e. the terms must be reasonably certain (ketentuan harus mengandung kepastian).
Kontrak konstruksi (Construction contract):
Garner13 mendefinisikan kontrak konstruksi sebagai A contract setting
forth the specifications for a building projects construction. Kontrak konstruksi
adalah suatu kontrak yang memuat spesifikasi untuk suatu pembangunan proyek
konstruksi.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 200514 Kontrak
konstruksi adalah perikatan yang dilakukan secara khusus untuk konstruksi suatu
aset atau suatu kombinasi yang berhubungan erat satu sama lain atau saling
tergantung dalam hal rancangan, teknologi dan fungsi atau tujuan penggunaan
utama.

10

John Adriaanse (2010): Construction Contract Law : The Essential s


Lukman Ali et al (1994): Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Balai Pustaka, hal 523
12
Chaterine Tay Swee Kian and Tang See Chim (2004): Contract Law, Marshall Cavendish International,
hal 19
13
Bryan A Garner (2004): Blacks Law Dictionary, Tomson West, hal 343
14
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24/ 2005: Standar Akuntansi Pemerintahan, Akuntansi
Konstruksi Dalam Pengerjaan, Jakarta, Indonesia
11

Permasalahan Klaim Konstruksi di Proyek Institusi Pemerintah

Seminar Konstruksi Indonesia 6 November 2014

Persyaratan (Conditions):
Garner (2004)15 Conditions is a future and uncertain event on which the
existence or extent of an obligation or liability depends; an uncertain act or event
that triggers or negates a duty to render a promised performance.
Persyaratan adalah suatu kejadian mendatang dan tidak pasti di mana
keberadaan atau batas suatu kewajiban atau tanggungjawab tergantung padanya;
suatu tindakan atau kejadian yang tidak pasti yang menambah atau meniadakan
suatu kewajiban menghasilkan kinerja yang dijanjikan. Sebagai contoh, jika
Ahmad menjanjikan Rp 500.000,- kepada Ali sebagai pembayaran untuk
perbaikan mobilnya tetapi Ali gagal memperbaikinya, maka Ahmad dibebaskan
dari kewajiban membayar.
Tay and Tang (2004)16 A conditions is a vital term of a contract going to
the root of the contract. A breach of condition entitles the injured party to
repudiate the contract and to claim damages.
Persyaratan adalah bagian pokok dari suatu kontrak yang mengarah pada
akar kontrak. Pelanggaran persyaratan memberikan hak kepada pihak yang
dicederai untuk tidak mengakui kontrak dan mengajukan klaim ganti rugi.
Dalam satu putusannya, Lord Wensleydale pada tahun 1861 menyatakan:
The question is not what the parties to a deed or other documents may have
intended to do by entering into that deed, but what is the meaning of the words
used in that deed: a most important distinction in all cases of construction and
disregard of which often leads to erroneous conclusions.
Bahkan dinyatakan secara lebih tegas oleh Sir Gorell Barnes pada tahun
1907:What a man intends and the expression of his intention are two different
things. He is bound and those who take after him are bound by his expressed
intention. If that expressed intention is unfortunately different from what he really
desires, so much the worse for those who wish the actual intention to prevail.
Didasari pernyataan di atas, jelaslah bagi suatu kontrak konstruksi, karena
kompleksitasnya,diperlukan suatu persyaratan umum, peryaratan khusus,
spesifikasi umum, spesifikasi khusus, gambar-gambar, bill of quantity serta
dokumen pendukung lainnya. Konmtrak memuat ketentuan ketentuan yang harus
dipatuhi, jika terjadi pelanggaran berarti akan dikenakan sanksi bagi yang
melanggarmya.
Persyaratan Umum Kontrak FIDIC (FIDIC Conditions of Contract).
Dalam menginterpretasikan kontrak yang mengggunakan FIDIC General
Conditions of Contract, perlu diperhatikan 2 (dua) aspek penting yaitu:

15

Bryan A Garner (2004): Blacks Law Dictionary. Thomson West, pp 312


Chaterine Tay, Swee Kian and Tang, See Chim (2004): Contract Law, Marshall Cavendish
International, hal 56

16

Permasalahan Klaim Konstruksi di Proyek Institusi Pemerintah

Seminar Konstruksi Indonesia 6 November 2014

o Aspek legal (kontraktual)


o Aspek manajemen biaya konstruksi
Kontrak harus ditinjau dari dua aspek tersebut secara bersamaan tanpa
melupakan yang lain. Untuk mempelajari FIDIC Conditions of Contract secara
mendalam dan mengerti filosofinya, haruslah dipelajari semua edisi sejak edisi
pertama hingga pengembangannya sekarang ini. Mengingat FIDIC Conditions of
Contract for Works of Civil Engineering Construction 1st Edition(1957), FIDIC
Conditions of Contract 2nd Edition (1969), FIDIC Conditions of Contract 3rd
Edition (1977), FIDIC CC 4th Edition (1987) praktis sudah jarang dipergunakan
di dunia internasional, maka FIDIC Conditions of Contract for Construction 1st
Edition (1999) yang merupakan edisi terakhir dari FIDIC sebelum FIDIC
Conditions of Contract MDB Harmponised 1st Edition(2006) yang dipergunakan
pada Stan dard Bidding Document the World Bank, ADB, JICA dsb, dan
kemudian 2nd Edition (2010) yang belum banyak digunakan di Indonesia.
Perbedaan Interpretasi atas Kontrak.
Untuk membahas kelemahan-kelemahan dalam menginterpretasikan
kontrak berdasar FIDIC Conditions of Contract, perlu dipahami cara memandang
sesuatu secara optimistis atau pesimistis sesuai dengan sifat-sifat manusia.
Apabila suatu kontrak konstruksi didukung oleh suatu kontrak yang merupakan
perjanjian tertulis antar orang-orang atau antar pihak-pihak, maka kedua
pandangan di atas akan nampak dengan sendirinya dalam proses pembelajaran
kontrak tersebut.
Cara memandang suatu kontrak harus didasarkan pada pengrtian bahwa
kontrak tersebut digunakan untuk membangun sesuatu dan dengan prinsip bahwa
yang terpenting adalah cara seseorang menginterpretasikan kontrak dan bukan
bagaimana seseorang membaca kontrak tersebut. Membaca kontrak tidak selalu
berarti bahwa seseorang mampu menginterpretasikan kontrak tersebut. Selain itu,
permasalahan yang timbul selama konstruksi atau dengan perkataan lain selama
masa efektif suatu kontrak harus selalu dikaitkan dengan apa yang tertera dan
dijelaskan dalam kontrak.
Dalam pembicaraan, perdebatan atau argumentasi selama berlangsungnya
kontrak konstruksi, pihak-pihak terkait sering melupakan batasan-batasan yang
ditetapkan dalam kontrak, sehingga pembahasan atau perdebatan sering mengarah
pada pencarian solusi yang bersifat ekstrim di luar batas
kewajaran dari suatu
kontrak. Sering juga pihak-pihak terkait tidak dapat mencari penyelesaian karena
mereka tidak menyiapkan skenario penyelesaian yang didasarkan pada langkahlangkah yang sebetulnya sudah termasuk dalam kontrak tersebut.

Permasalahan Klaim Konstruksi di Proyek Institusi Pemerintah

Seminar Konstruksi Indonesia 6 November 2014

Apabila kita telah menandatangani suatu kontrak dengan pihak lain untuk proyek
konstruksi, semua masalah yang timbul dalam pelaksanaan kontrak harus selalu
dikembalikan pada kontrak.
Strategi
Salim17 Strategi adalah proses dalam perencanaan yang berhubungan
dengan kebijaksanaan dan sasaran jangka panjang.
Allen18 Strategy is plan or method to meet a need. Strategi merupakan
suatu rencana atau cara untuk mencapai suatu kebutuhan.
Ali et al19 Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus.

Gambar 01 Pemilihan type kontrak

Klaim
Garner20 A demand for money, property, or a legal remedy to which one
asserts a right. Suatu tuntutan atas uang, kepemilikan atau suatu pemulihan
hukum yang berhak didapatkan seseorang.


17

Salim, Peter (2007): Collegial English-Indonesia Dictionary, Modern English Press, Jakarta
Allen, Robert (2007): The Penguin English Dictionary, WS Bookwell, hal 1271
19
Ali, Lukman et al (1994): Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Balai Pustaka, hal 964
20
Garner, Bryan A (2004): Blacks Law Dictionary, Thomson West, hal 264
18

Permasalahan Klaim Konstruksi di Proyek Institusi Pemerintah

Seminar Konstruksi Indonesia 6 November 2014

Hardjomuljadi et al21 Klaim adalah suatu tindakan seseorang untuk


meminta sesuatu di mana hak seseorang tersebut telah hilang sebelumnya karena
yang bersangkutan beranggapan memiliki hak untuk mendapatkannya kembali.
Martin and Law22 Claim is a demand for a remedy or ascertain of a
right, especially the right to take a particular case to court. Klaim adalah suatu
tuntutan atas suatu ganti rugi atau memastikan suatu hak, terutama hak untuk
membawa kasus tertentu ke pengadilan.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 200523 Klaim adalah jumlah yang
diminta kontraktor kepada pemberi kerja (pengguna jasa) sebagai penggantian
biaya-biaya yang tidak termasuk dalam nilai kontrak.
Klaim Konstruksi
Di masa mendatang, pada saat globalisasi telah terjadi di segala bidang,
maka persaingan di bidang konstruksi pun akan bertambah berat, terutama karena
para pesaing di bidang ini yang datang dari luar negeri memiliki kemampuan
teknik dan kemampuan penanganan masalah kontraktual yang, secara jujur harus
diakui, sudah lebih tinggi dari pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh
rata-rata penyedia jasa konstruksi nasional baik konsultan maupun kontraktor.
Hal ini disebabkan antara lain oleh kurangnya proyek-proyek besar yang
menggunakan tata cara internasional baik dalam persyaratan teknis (technical
requirement) maupun persyaratan kontraktual (contractual requirement).
Kelemahan dalam penguasaan bahasa Inggris terlebih bahasa Inggris kontrak
(contractual English language) sebagai bahasa yang digunakan pada kontrakkontrak internasional juga merupakan salah satu kendala yang harus diatasi.
Dalam kontrak internasional yang umumnya melibatkan tiga pihak yaitu
pengguna jasa (employer), penyedia jasa konsultan (engineer) dan penyedia jasa
kontraktor (contractor), terjadinya klaim yang kemudian berkembang menjadi
sengketa terutama sekali disebabkan oleh kelalaian, kekurang telitian dan
kelemahan dalam pengetahuan kontraktual para pelaku jasa konstruksi.
Bertambahnya harga kontrak di samping karena adanya perubahan desain yang
mengakibatkan bertambahnya volume pekerjaan dan perpanjangan waktu
penyelesaian juga akibat adanya klaim dari pihak kontraktor. Komponen
penambahan harga kontrak ini berdasarkan hasil studi yang dilakukan penulis,
dapat diklasifikasi menjadi tiga kelompok, yaitu perintah perubahan (variation
order), penyesuaian harga dengan rumus eskalasi (price adjustment),dan klaim.

21

Hardjomuljadi, Sarwono; Abdulkadir, Ariono; Takei, Masaru (2006): Strategi Klaim Konstruksi
Berdasarkan FIDIC Conditions of Contract, Pola Grade, Jakarta
22
Martin, Elizabeth A and Law, Jonathan (2006): Oxford Dictionary of Law, Oxford University Press,
New York
23
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24/ 2005: Standar Akuntansi Pemerintahan, Akuntansi
Konstruksi Dalam Pengerjaan, Jakarta, Indonesia

Permasalahan Klaim Konstruksi di Proyek Institusi Pemerintah

Seminar Konstruksi Indonesia 6 November 2014

Suatu hal yang harus dipahami dalam kaitannya dengan klaim adalah bahwa
kontraktor selalu berkewajiban menginvestasikan sumber daya, terutama sumber
daya keuangan untuk menyelesaikan pekerjaan sehingga kontraktor akan selalu
berupaya sekuat tenaga untuk memperoleh kembali dana investasi tersebut
sebelum atau pada akhir penyelesaian pekerjaan.
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan penulis24 maka penyebab klaim
dapat diklasifikasi menajadi penyebab fisik klaim seperti dibawah ini, yang
ternyata berbeda menurut sudut pandang pengguna jasa dan kontraktor selaku
penyedia jasa, seperti pada gambar 02, 03 dan 04.
A Construction:
A1 Acceleration, A2 Availability of labor, A3 Availability of material, A4
Availability of plant & equipment, A5 Changes in design, A6 Changes in scope of
work, A7 Contractors late completion, A8 Damage o person or property, A9
Defective design, A10 Delays caused by the employer, A11 Delays caused by the
contractor, A12 Design error and omission, A13 Employer furnished items, A14
Inadequate site investigation,A15 Late drawing and instruction, A16 Oral change
order by employer, A17 Other contractors interference and delays, A18 Project
planning and interfacing, A19 Possession of site and availability, A20 Slow client
response, A21 Suspension of the works, A22 Sub contracting problem, A23
Variations in quantity, A24 Work stoppages.
B. Nature
B1 Act of God, B2 Exceptional inclement whether, B3 Subsurface conditions of
geology, B4 Subsurface conditions of ground water, B5 Unforeseeable physical
conditions, B6 War/threats/public riots
C. Performance
C1 Accidents safety, C2 Defective work, C3 Inefficiency and disruption, C4
Inspections problems, C5 labor disputes, C6 lack of communication among parties,
C7 Poor site management and supervision, C8 Productivity of equipment, C9
Productivity of labor, C10 Slow decision making involving all parties, C11
Suitability of material, C12 Unsuitable leadership style of contractor.
D. Contractual
D1 Ambiguities in contract documents, D2 Constructive change orders, D3 Delayed
dispute resolution, D4 Delayed payment on contract and extras, D5 Different
interpretation of contract document, D6 Variation order
E Third parties
E1 Changes in law and regulations, E2 Changes in material and labor cost, E3
Cultural difference, E4 Environmental issue, E5 Government policies, E6 Inflation,
E7 Interest rate, E8 National and international impact, E9 Permit and licenses, E10
Public disorder

24

Sarwono Hardjomuljadi (2014): Factor Analysis on Causal of Construction Claims and Disputes in
Indonesia (with reference to the construction of hydroelectric power project in Indonesia).

Permasalahan Klaim Konstruksi di Proyek Institusi Pemerintah

Seminar Konstruksi Indonesia 6 November 2014

Gambar 02 Penyebab Klaim Konstruksi dari sudut pandang Pengguna Jasa

Gambar 03 Penyebab Klaim Konstruksi dari sudut pandang Kontraktor

10

Permasalahan Klaim Konstruksi di Proyek Institusi Pemerintah

Seminar Konstruksi Indonesia 6 November 2014

Dari hasil di atas terlihat bahwa dalam menghadapi suatu prmaasalahan


yang sama yaitu penyebab fisik yang diambil dari banyak referensi, ternyata
terdapat perrbedaan pandangan antara kontraktor dan pengguna jasa.
Didasari sudut pandang di atas, masing-,masing pihak menyiapkan
strateginya masing-masing. Permasalahan yang timbul adalah strategi untuk
mengurangi klaim yang dilakukan secara tidak benar, justru akan menimbulkan
permasalahan baru.
Sebagai pihak yang paling bisa mengambil tindakanvdan menentukan strateginya
sejak awal adalah pengguna jasa, sehingga terkadang pihak pengguna jasa
mengambil tindakan yang menurut pendapatnya adalah tindakan pengamanan
untuk melindungi kepentingannya.
Klaim Konstruksi pada Proyek Institusi Pemerintah
Pasal 13
PPK dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau menandatangani Kontrak
dengan Penyedia Barang/Jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup
tersedia anggaran yang dapat mengakibatkan dilampauinya batas anggaran
yang tersedia untuk kegiatan yang dibiayai dari APBN/APBD.

Hal ini membuat penyelesaian klaim menjadi sulit, karena untuk


memutuskan bahwa suatu klaim disetujui berarti menyanggupi untuk membayar
suatu nilai tertentu, sedangkan dalam Pasal 13 disebutkan bahwa sebelum adanya
anggaran maka PPK dilarang membuat ikatan atau menandatangani kontrak.
Pasal 51
(1) Kontrak Lump Sum merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana
ditetapkan dalam Kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut:
a . jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian
harga;
b. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa;
c. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan
sesuai dengan isi Kontrak;
d. sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based);
e. total harga penawaran bersifat mengikat; dan
f. tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.

Proses Klaim konstruksi utamanya bagi pekerjaan dengan kontrak lump


sum, menjadi sulit, karena PPK tidak berani memutuskan, karena bayang-bayang
menguntungkan orang lain, yang bisa membawanya ke ranah pidana.
Pemahaman arti dari kontrak lump sum secara legal, masih kurang dimiliki oleh
para PPK dan bahkan institusi pemeriksa.

11

Permasalahan Klaim Konstruksi di Proyek Institusi Pemerintah

Seminar Konstruksi Indonesia 6 November 2014

Contoh pertama, sangat sederhana adalah pembangunan suatu WC


dengankontrak lump sum menggunakan kloset jongkok, yang kaena kondisi
kesehatan pengguna jasa, terpaksa harus diubah menjadi kloset duduk.
Kloset duduk jelas harus dibeli dan memerlukan tambahan biaya
pengadaan kloset duduk yang merupakan barang produksi pabrik.
Pihak PPK akan merujuk pada ketentuan yang biasanya akan disampaikan
pada saat aanwijzing, bahwa Kontrak bersifat lump sum, semua resiko menjadi
tanggung jawab penyedia jasa, sehingga meskipun diketahuinya bahwa
perubahan menjadi kloset duduk memerlukan tambahan biaya pengadaan di pihak
kontraktor, dia akan berkeras berpegang pada ketentuan di atas.
Di sinilah diperlukan pemahaman legal dan pemahaman akan suatu
perjanjian, karena perjanjian kontrak lump sum ini dibuat dengan kondisi dan
persyaratan/spesifikasi seperti yang diperjanjikan pada awalnya. Jika terjadi
perubahan persyaratan/spesifikasi yang ditentukan oleh pengguna jasa atau
merupakan suatu peruintah perubahan, maka apa yang diperjanjikan menjadi
berubah dengan konsekwensi terjadinya perubahan lingkup perjanjian yang berarti
sifat lumpsum yang diperjanjikan pada sasat awal telah berubah.
Contoh kedua, pentingnya pemahaman hukum, adalah pasal 51 menyebutkan
beberapa jenis kontrak (2) Kontrak Harga Satuan merupakan Kontrak Pengadaan

Barang/Jasa (3) Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan adalah Kontrak
yang merupakan gabungan Lump Sum dan Harga Satuan (4) Kontrak Persentase
merupakan Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya dan (5) Kontrak
Terima Jadi (Turnkey) merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya. Dari kelima jenis kontrak, hanya (5) kontrak terima
jadi yang menyebutkan pekerjaan konstruksi, yang lain sama sekali tidak
menyebutnya. Para engineer umumnya tidak menaruh perhatian akan hal ini, yang
jika suatu saat berproses di pengadilan, bukan tidak mungkin hakim akan
mempermasalahkan hal ini.
Contoh ketiga, perlunya pemahaman , kete;litian dn interpretasi kontrak
yang benar.
Pasal 92
(1). c. penyesuaian harga tidak diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Tunggal
dan Kontrak Lump Sum serta pekerjaan dengan Harga Satuan timpang.
(2) Persyaratan penggunaan rumusan penyesuaian harga adalah sebagai
berikut:.
f. Kontrak yang terlambat pelaksanaannya disebabkan oleh kesalahan Penyedia
barang/Jasa diberlakukan penyesuaian harga berdasarkan indeks harga terendah
antara jadwal awal dengan jadwal realisasi pekerjaan.

Pasal 92 di atas mengatur mengenai kontrak lump sum (1).c tanpa penyesuaian
harga,sedangkan dalam ayat (2).f disebutkan dapat disesuaikan apabila Penyedia

12

Permasalahan Klaim Konstruksi di Proyek Institusi Pemerintah

Seminar Konstruksi Indonesia 6 November 2014

Jasa melakukan kesalahan. Pasal ini tidak mengatur mengenai kesalahan yang
dilakukan oleh pengguna jasa.
Dalam menginterpretasikan suatu kontrak diperlukan suatu kemampuan
menginterpretasi khusus, seperti dilihat pada klausula di bawah ini.
FIDIC Conditions of Contract for Construction-1999 and MDB Harmonised
Edition-2006)
Sub-Clause 17.4 Consequences of Employer Risks
If the Contractor suffers delay and/or incurs Cost from rectifying this lost or
damage, the Contractor shall give a further notice to the Employer and shall be
entitled subject to Sub Clause 20.1 [Contractors Claim] ],
b) payment of any such Cost, which shall be included in the Contract Price, in
the case of sub-paragraph (f) and (g) of Sub-Clause 17.3 [Employers Risk],
reasonable profit on the Cost shall also be included.
FIDIC Conditions of Contract for EPC/Turnkey Project-1999)
Sub-Clause 17.4 Consequences of Employer Risks
If the Contractor suffers delay and/or incurs Cost from rectifying this lost or
damage, the Contractor shall give a further notice to the Employer and shall be
entitled subject to Sub Clause 20.1 [Contractors Claim]
b) payment of any such Cost, which shall be added to the Contract Price.

Dari kedua pasal di atas, jelas bahwa dalam hal terdapat tambahan biaya
pada kontrak harga satuan, tambahan harga sebesar Y harus dimasukkan dalam
harga kontrak, berarti harga kontrak yang semula pada batas atas X akan naik
menjadi Z = X+Y. Sedangkan pada kontrak lump sum tambahan harga Y akan
ditambahkan, sehingga harga final menjadi X+Y juga, hanya permasalahan
administrasinya saja yang berbeda.
KESIMPULAN
Penyebab klaim dari sudut pandang pihak kontraktor dan pihak pengguna jasa,
berdasarkan studi yang dilakukan penulis ternyata berbeda, ini menunjukkan
adanya perbedaan interpretasi atas kontrak.
Peraturan pemerintah yang mengatur proses penyelenggaraan konstruksi
dilingkungan institusi pemerintah terkesan unilateral.
Diperlukan adanya kebersamaan stakeholder sektor konstruksi untuk memahami
bahwa pembinaan bagi kontraktor nasional merupakan suatu keharusan untuk
menghadapi era global, karena diperlukan suatu dukungan bagi kontraktor
nasional oleh pemerintah dengan pembuatan aturan-aturan yang mendukung,
sebaliknya pihak kontraktor harus mamahami masalah yang dihadapi bersama dan
mendukung pemerintah dengan berperilaku profesional.

13

Permasalahan Klaim Konstruksi di Proyek Institusi Pemerintah

Seminar Konstruksi Indonesia 6 November 2014

Penting untuk dicatat bahwa pada kontrak lump sum sekalipun, klausula yang
menyangkut variasi harus tetap ada, untuk menjaga dalam hal terjadi variasi,
karena kontrak konstruksi adalah kontrak yang dinamis.

DAFTAR PUSTAKA
Adriaanse, John (2010): Construction Contract Law : The Essential s
Ali, Lukman et al (1994): Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Balai Pustaka
Allen, Robert (2007): The Penguin English Dictionary, WS Bookwell,
Chaterine Tay, Swee Kian and Tang, See Chim (2004): Contract Law, Marshall
Cavendish International,
Chow Kok Fong (2006): Construction Contracts Dictionary, Sweet & Maxwell Asia)
Garner, Bryan A (2004): Blacks Law Dictionary, Thomson West
Hardjomuljadi, Sarwono (2014): Factor Analysis on Causal of Construction Claims and
Disputes in Indonesia (with reference to the construction of hydroelectric power
project in Indonesia).
Hardjomuljadi, Sarwono; Abdulkadir, Ariono; Takei, Masaru (2006): Strategi Klaim
Konstruksi Berdasarkan FIDIC Conditions of Contract, Pola Grade, Jakarta
Hardjomuljadi, Sarwono (2014): The Banks Role in the FIDIC Conditions of Contract
MDB Harmonised Edition 2006, 6th FIDIC Asia-Pacific Contract Users
Conference, FIDIC-Informa, July 8-9, 2014, Shenzen, China.
Hardjomuljadi, Sarwono (2013) "Challenge and Problem Solving in using FIDIC MDB:
From Commencement to Termnination of the Works ", FIDIC Centenary
Conference, September,15-18, Barcelona, Spain
Hardjomuljadi, Sarwono (2013)
The Development of FIDIC General Conditions of
Contract for Construction and the History of its Red Flag Clauses in
Indonesia,.5th FIDIC Asia-Pacific Contract Users Conference, FIDIC-Informa,
June 10-12, Kuala Lumpur, Malaysia
Hardjomuljadi, Sarwono (2012)
The answer to the need of a fair and balanced
Conditions of Contract, FIDIC, World Annual Conference, September 9-12,
Seoul , Korea
Martin, Elizabeth A and Law, Jonathan (2006): Oxford Dictionary of Law, Oxford
University Press, New York
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24/ 2005: Standar Akuntansi
Pemerintahan, Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan, Jakarta, Indonesia
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 54/ 2019: Pengadaaan Barang/ Jasa
Pemerintah
Salim, Peter (2007): Collegial English-Indonesia Dictionary, Modern English Press,
Jakarta
Undang Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

14

You might also like