Professional Documents
Culture Documents
ILMU OROMAKSILOFACIAL
EKSTRAKSI GIGI
KELOMPOK 3
Tesalonika Pratiwi
J111 13 001
J111 13 043
Meilisa Yusriyanti
J111 13 002
J111 13 044
J111 13 309
J111 13 310
Mukhlas Ardyansyah
J111 13 507
Ayu Wahyuni
J111 13 511
J111 13 036
J111 13 037
Sridevianti
BLOK OROMAKSILOFASIAL I
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
J111 13 516
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat
diselesaikan dengan tepat waktu. Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas
akhir dalam tutorial II modul 4 pada blok Oromaksillofacial dengan judul
Ekstraksi Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen pendamping : drg. Abul fausi, M.Kes., Sp.BM yang telah
mendampingi dan memberikan kami pengarahan dalam penyusunan makalah ini.
Sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Begitu juga dengan
teman kelompok 3 yang sudah bekerja sama dan turut andil dalam pembuatan
makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca. Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
penyusunan makalah ini. Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat dan
berguna bagi kehidupan masyarakat.
Makassar,
Mei 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ekstraksi gigi adalah cabang dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut
pencabutan gigi dari soketnya pada tulang alveolar, dimana pada gigi tersebut
sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi merupakan salah
satu tindakan medis yang sering dilakukan oleh dokter gigi. Ekstraksi gigi
yang ideal yaitu penghilangan seluruh gigi atau akar gigi dengan minimal
trauma atau nyeri yang seminimal mungkin sehingga jaringan yang terdapat
luka dapat sembuh dengan baik dan masalah prostetik
setelahnya yang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENCABUTAN GIGI
Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus,
dimana gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan
gigi juga merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan
keras dan jaringan lunak dari rongga mulut. Definisi pencabutan yang ideal
adalah pencabutan gigi secara utuh atau akar gigi dengan trauma seminimal
mungkin terhadap jaringan gigi sehingga bekas pencabutan dapat sembuh
dengan sempurna dan tidak menimbulkan komplikasi.1
Perawatan gigi memiliki tujuan utama mempertahankan keberadaan gigi
selama mungkin di rongga mulut, namun terkadang pencabutan gigi
diindikasikan sebagai tindakan terbaik untuk mencegah keadaan yang lebih
buruk. Adapun Indikasi dan kontraindikasi perlu diketahui sebelum tindakan
pencabutan gigi, yaitu ;
2.1.1
a. Indikasi Pencabutan
Gigi dicabut karena berbagai alasan, misalnya karena adanya rasa
sakit sakit yang dapat memengaruhi jaringan sekitarnya. Berikut
beberapa indikasi pencabutan gigi :
1) Karies yang parah (Dental Caries. Alasan paling umum dan yang
dapat diterima secara luas untuknpencabutan gigi adalah gigi
mengalami karies yang parah yang tidak dapat diperthankan.
2) Nekrosis pulpa. Gigi yang mengalami nekrosis pulpa atau pulpa
irreversible yang tidak diindikasikan untuk perawatan endodontic
3) Penyakit periodontal parah (Periodontal Disease). Periodontitis
yang parah akan berdampak pada kehilangan tulang yang
berlebihan dna mobilitas gigi yang irreversible. Pada keadaan
seperti ini, gigi yang mengalami mobilitas yang tinggi harus
dicabut.
Ketidakmampuan
pasien
membayar
prosedur
jika
tidak
dilakukan
perawatan
terhadap
pencabutan,
harus
dilakukan
tindakan
akut,
seperti
infeksi
fusospirochetal
atau
Compromised
Patient.
Pasien
dengan
penyebab
demam
yang
tidak
diketahui
yang
pencabutan. 2
tepat
sangat
diperlukan
sebelum
Sterile gauze
Periapical currete
Suction tip
10
digunakan
pada gigi
gigi
tertentu.
Dalam
Maxillary
Root
Tip
Forceps
digunakan
untuk
Forceps.
11
dengan mahkota
yang telah
Elevator
Elevator merupakan instrument yang memiliki peranan
pernting dalam pencabutan gigi. Elevator terdiri atas tiga
bagian, yaitu ; handle, shank, dan blade. Bentuk blade-nya
berbeda beda masing masing tipe elevator. Elevator terdiri
atas ;
-
Towel clamp
Towel clamp digunakan untuk mengikatkan handul dan
kain pada kepala pasien dan dada , untuk sebagai pengaman
suction tube dan suction yang dihubungkan dengan handpiece,
dengan kain steril menutupi dada pasien.
12
Needle Holder
Needle holder digunakan untuk menjahit benang. Needle
holder terdiri atas Mayo-Hega Needle holder dan Mathiedu
needle holder.4
13
14
2.1.3
Posisi Operator
Untuk memastikan adekuatnya visualisais dan kenyamana selama
pencabutan, maka hal yang perlu diperhatikan adalah posisi dental
chair.
Gambar 1.1 Posisi Dental Chair (a) untuk gigi maksilla, (b) untuk
gigi mandibula
Untuk pencabutan gigi rahang atas, mulut pasien harus sama tinggi
dengan pundak dokter gigi dan sudut antara dental chair dan lantai
kira-kira 120o. Juga permukaan oklusal gigi rahang tasa harus 45o
dibandingkan dengan permukaan horizontal (lantai) ketika mulut
15
16
dibagian bukal atau labial sekitar gigi yang dicabut. Pada saat
pencabutan gigi maksila regio kanan, operator menempatkan ibu
jari disisi bukal dan jari telunjuk dipalatum. Operator dapat
menggunakan tiga jari lainnya untuk menfiksasi kepala pasien
selama pencabutan.
17
2.1.4
technique
hanya
digunakan
pada
kasus-kasus
dimana
18
Teknik
ini
merupakan
teknik
pencabutan
dengan
jaringan
lunak
yaitu
straight
dan
curved
19
ke
arah
bukal
dan
lingual/palatal
untuk
20
5. Langkah kelima
Pencabutan gigi dari soket tersebut. Setelah perlekatan
longgar dan gigi telah luxated.5
Ekstraksi Gigi Permanen dengan Closed technique :4
1. Gigi Rahang atas
a) Ektraksi gigi Incisivus centralis
Ibu jari ditempatkan pada bagian labial dan ibu jari
ditempatkan pada daerah palatal.
Beaks forceps
21
22
terlalu
bersemangat
dan
tiba-tiba,
akan
23
dan
meningkatkan
pergerakan
secara
molar
ketiga
rahang
atas
lebih
kecil
24
25
premolar
oleh
rahang
tulang
bawah
yang
keras
secara
umum
dan
padat,
26
28
alveolar.
Pembedahan
dilakukan
pemisahan
atau
29
Gambar 2.2
Gambar 2.3
3. Gigi dengan akar yang mengalami dilaserasi pada ujung akar.
4
Gambar 2.4
4. Gigi dengan akar yang ankylosis atau dengan kondisi yang
30
Gambar 2.5
5. Gigi yang impaksi atau semi-impaksi. Pencabutan gigi pada
Gambar 2.6.
6. Gigi yang menyatu dengan gigi tetangganya atau gigi yang
31
Gambar 2.7
7. Ujung akar yang patah yang tetrtinggal di dalam tulang
Gambar 2.8
8. Gigi posterior rahang atas, dimana akarnya mencakup daerah
Gambar 2.9
32
Gambar 3.1
10. Adanya lesi periapikal pada daerah akal. 4
Gambar 3.2
11. Gigi molar decidui dimana akarnya memluk mahkota gigi
Gambar 3.3
33
Jika pasien
Pembuatan flap
2.
3.
34
surgical extraction
35
36
37
Persiapan Operator
1.
Posisi Operator
Agar operator dalam bekerja merasa nyaman dan tidak mudah
Ielah, maka diperlukan posisi yang menganut prinsip ergonomis,
biasanya posisi operator berdiri setegak mungkin sehingga berat
badannya dapat dipikul oleh masing-masing kaki sama beratnya.
38
2. Posisi Pasien
Setelah penderita duduk, sandaran punggung dan kepala kursi
diatur sedemikian rupa sehingga pen&rita duduk dengan enak.
Sementara itu bila mulut penderita dibuka untuk disuntik dan akan
dioperasi di bagian mandibula maka bidang oklusal gigi sejajar atau
membuat sudut 10 derajat terhadap lantai. Bila berdiri di belakang
penderita maka posisi
Pilihan penderita
39
Umur penderita
Temperamen penderita. 10
Pasien yang datang ke dokter gigi
perawatan
seperti
pendekatan
farmakoterapi
40
tingkat
intelektual
dan
yang
cukup
komunikasi,
pada kemampuan
sebagai
alternatif
Gangguan
kardiovaskular
(karena
kecemasan,
mengangkat
ambang
mengurangi
nyeri
dan
b) Kontraindikasi
Ketidakmampuan untuk berklomunikasi
41
42
4. Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam eksodonsia disesuaikan dengan
tujuan dan tujuan eksodonsia yang akan dilakukan. Kebanyakan alat
eksodonsia dibuat dari bahan logam yang tahan karat. Meskipun
demikian bila alat eksodonsia disimpan dalan keadaan basah atau
lembab maka akhirnya akan berkarat dan menjadi rusak. Penyimpanan
alat eksodonsia setelah selesai dipakai sebaiknya dalam keadaan steni
dan kering dengan cara dalam keadaan panas alat dikeringkan dengan
handuk kemudian masuk dalam tempat penyimpanan. Alat eksodonsia
dibagi dalam 2 kelompok yaitu:
1.
43
44
Klasifikasi Shock
a. Klasifikasi Shock yang dibuat berdasarkan penyebabnya.
1) Shock Hipovolemik atau oligemik
Perdarahan dan kehilangan cairan yang banyak akibat dari
muntah, diare, luka bakar, atau dehidrasi yang menyebabkan
pengisian ventrikel tidak adekuat, seperti direfleksikan pada
penurunan volume, dan tekanan akhir diastolic ventrikel kanan
dan kiri. Perubahan ini yang menyebabkan Shock dengan
menimbulkan stroke volume dan curah jantung yang tidak
adekuat.
2) Shock Kardiogenik
Shock kardiogenik ini akibat depresi berat kerja jantung
sistolik.Tekanan arteri sistolik< 80 mmHg, indeks jantung
berkurang di bawah 1,8 L/menit/ m2, dan tekanan pengisian
ventrikel kiri meningkat. Pasien sering tampak tidak berdaya,
Pengeluaran urin kurang dari 20 ml/ jam, ekstremitas dingin dan
sianotik. Penyebab paling sering adalah 40% lebih karena
45
46
2) Shock Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun
(hati, usus, ginjal,dan lainnya). Organ- organ ini tidak dapat
mentoleransi hipoperfusi lebih lama, seperti lemak, kulit, dan
otot. Oligouria bias terjadi dan asidosis metabolic. Akan tetapi,
kesadaran relative masih baik.
3) Shock
Berat Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat .
Mekanisme kompensasi Shock beraksi untuk menyediakan aliran
darah ke dua organ vital. Pada Shock lanjut terjadi vasokonstriksi
di semuapembuluh darah lain. Terjadi oligouria dan asidosis
berat, ganguan kesadaran dan tanda- tanda hipoksia jantung.
3. Manifestasi Klinis
1) Shock Hipovolemik
Manifestasi klinik dari Shock adalah hipotensi, pucat,
berkeringat dingin, sianosis,
Hiperventilasi
Hipotensi
Curah jantungberkurang
Vasokonstriksi perifer
3) Shock Neurogenik
47
per 30 menit
48
49
2. Berdasarkan penggunaanya :
a. Penggunaan antibiotik
Penggunaan antibiotik dapat mencegah luka pencabutan gigi
terinfeksi dan terkontaminasi baik yang ada di rongga mulut maupun
dari alat-alat yang digunakan. Dengan menggunakan antibiotik
efektif untuk mencegah dry socket. Biasanya dengan menggunakan
bubuk, suspensi, atau dengan diletakan di kasa.
b. Penggunaan klorheksidin
Penggunaan klorheksidin baik dengan obat kumur atau irigasi
efektif mengurangi soket yang kering. Dengan menggunakan
klorheksidin 0,2% dapat mencegah gangguan bakteri dari membran
sel serta efektif melawan berbagai bakteri gram (-) dan gram (+)
yang dapat mengakibatkan terjadinya dry socket.
c. Penggunaan saline isotonik (NaCl 0,9%)
Dengan menggunakan saline isotonik (NaCl 0,9%) pada
pencabutan
gigi
dapat
membebaskan
rongga
mulut
secara
Kesulitan
50
2. Pemeriksaan radiografis
Pemeriksaan radiologi sangat mendukung dalam menilai sifat dari
akar dan jauh dekatnya dengan strultur di dekatnya misalnya sinus
maksillaris atau kanalis mandibularis.
-
51
gigi
mengalami
fraktur mahkota,
52
anatomi
merupakan
jaminan
terbaik
untuk
53
tekanan
berlebihan
ke
arah
oklusal
atau
sejajar.
ProsessusAlveolaris
Fraktur Minor: fraktur prosessus alveolaris yang ringan adalah
terikutnya bagian bukal / fasial maksila bersama akar pada
waktu pencabutan dengan tang, karena tekanan pada prosessus
alveolaris yang getas dan tipis.
Fraktur Mayor: yakni terangkatnya prosessus alveolaris atau
tuberositas pada saat pencabutan.
Mandibula
Fraktur mandibula paling sering terjadi pada pencabutan
molar ketiga. Mandibula cukup lemah di sini karena merupakan
pertemuan badan dan prosessus alveolar yang berat dengan ramus
yang tipis. Kesalahan biasanya karena menggunakan elevator
dengan kekuatan yang berlebihan. Elevator yang diinsersikan pada
bagian mesial molar ketiga baik yang erupsi atau impaksi, dan
ditekan dengan kekuatan yang besar kearah distal atau distooklusal menjadikan mandibula terancam fraktur.
3) Pergeseran
Seluruh gigi atau fragmen bias masuk ke dalam antrum. Pada
maksila antrum yang sering terlibat adalah sinus maksilaris, fossa
infra temporalis, dan hidung. Pada mandibula adalah ruang
submandibula, canalis alveolaris inferior. Biasanya dikarenakan
54
55
akan
mengakibatkan
emesis.
Cara
terbaik
untuk
56
57
BAB III
SIMPULAN
58
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Koerner, KR. Manual of minor oral surgery for the general dentist.
Blackwell Munksgaard : Germany ; 2006. P 20-25
4.
5.
Oral
7.
8.
9.
10.
11.
59
12.
13.
14.
Bagian
Mikrobiologi
Fakultas
Kedokteran
Gigi
16.
17.
60