Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I.1.
LATAR BELAKANG
Tidak ada asap jika tidak ada api. Itulah mungkin peribahasa
yang cukup tepat untuk menggambarkan perkembangan pemikiran
orientalisme saat ini. Disadari atau tidak, wacana orientalisme
merupakan asap dari kayu oriental yang dibakar oleh para orientalis.
Asap ini menyebar ke segala arah dunia dan sanggup membuat perih
mata yang tersapu olehnya. Sebaliknya, asap ini dapat pula menjadi
katarsis bagi mereka yang secara sengaja ingin membumihanguskan
bangunan-bangunan kayu oriental,sehingga yang tersisa dan yang
kokoh berdiri tinggallah mereka sendiri, para pembakarnya, sang
orientalis.
Orientalisme dipahami sebagai pengkajian Islam menurut
orang barat atau sarjana lainnya yang berkiblat ke barat dengan
berbagai stereotip dan etnosentrisnya. Dalam pandangan orientalis,
islam
adalah
makhluk
oriental
yang
penampakannya
eksotis,
islam,
ada
dua
orang
orientalis
yang
secara
khusus
sanad
dalam
kontruksi
hadis
merupakan
sebuah
BAB II
PEMBAHASAN
II.1.PENGERTIAN ORIENTALISME
Orientalisme berasal dari dua kata, orient dan isme diambil dari
bahasa latin oriri yang berarti terbit. Dalam bahasa
Prancis dan
lain
yang
bertujuan
untuk
menguasai,
(3)
sikap
ideologis
terhadap
masalah
ketimuran
PERTUMBUHAN
DAN
PERKEMBANGAN
ORIENTALISME
Pertumbuhan dan perkembangan orientalisme ada pada 3 fase
penting, yaitu; (1) masa sebelum meletusnya Perang Salib, disaat
umat islam berada dalam zaman keemasannya (650-1250), (2) masa
Perang Salib sampai pada masuknya masa pencerahan Eropa, (3)
munculnya masa pencerahan di Eropa sampai pada perkembangan
kontemporer.
inilah
sebenarnya
telah
dimulai
sebuah
akulturasi
yang
peradaban
Islam
yang
begitu
serta
belajar
tentang
segala
bidang
ilmu
pengetahuan
yang
pemindahan
mengkritik,
ilmu
mengecam
dan
pengetahuan
menyerang
kepada
Islam
upaya
dari
untuk
berbagai
kemudian
IGNAZ
GOLDZIHER
TENTANG
OTENTISITAS
HADITS
Goldizher dipandang sebagai orang pertama yang meletakan
dasar kajian terhadap hadits yang telah diterima oleh banyak
kalangan Barat, dan Goldizher telah berhasil meragukan otentisitas
hadits dengan dilengkapi studi-studi ilmiah yang dia lakukan. Hadits
yang dalam konsep Islam merupakan perkataan, perbuatan dan taqrir
yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW, menurut Goldizher
tidak lebih sekedar catatan atas kemajuan yang dicapai Islam di
bidang agama, sejarah dan social pada abad pertama dan kedua
Hijriah; hamper tidak mungkin untuk meyakinkan bahwa hadits dapat
dinyatakan sebagai asli dari Muhammad atau generasi sahabat Rasul.
Goldizher menyatakan bahwa dengan tidak adanya bukti-bukti
otentik tentang hadits, sungguh gegabahlah untuk mengemukakan
pendapat yang sekedar menduga, tentang bagian hadits mana yang
merupakan bagian-bagian yang asli yang tertua, atau tentang
manakah
diantaranya
yang
berasal
dari
Muhammad
SAW.
perkembangan
masyarakat
Islam
selama
situasi
kesarjanaan
Barat
terhadap
hadits.
Ia
catatan hadits informal pada masa Nabi. Hanya saja karena batang
tubuh hadits terus membesar pada setiap masa berikutnya, dan
karena dalam setiap generasi, materi hadits berjalan paralel dengan
doktrin-doktrin
fiqih
dan
juga
mencerminkan
keanekaragaman
ayahnya
tinggal
di
Kopeseny
dan
baru
pindah
ke
kesamaan
sifat
antara
keduanya
adalah
bahwa
keagamaan.
Adapun
bentuk
yang
memberikan
harus
mempunyai
hadits
yang
berkesesuaian
dan
telah
dipakai
oleh
orang-orang
Aran
jahiliah
yang
sifatnya
sebagai
revisi
itu,
al-Syakil
Khalil
yasien
bukanlah
merupakan
agama
baru.
Dalam
hal
ini
KETIDAKMUNGKINAN
KESHAHIHAN
HADITS
DALAM
mendapatkan
sejumlah
bukti
bahwa
hadits
benar-benar
beberapa
alasab
yang
dipakai
Islam
berperang
mesjid-mesjid.
dengan
Tetapi,
di
baju
Syam
Islam.
Mereka
mereka
tidak
tidak
mengetahui
cara-cara
tersebut,
kita
akan
mempercayai
data
otentik
hadits,
sanad,
disamping
sanad
harus
bersambung,
semua
hadits
juga
harus
membenarkan
anggapan
tersebut
diatas.
Goldziher
10
hadits
al-Zuhri
untuk
membuat
hadits
yang
sanadnya
tersebut
untuk
memalsukan
hadits
sesuai
dengan
11
periode
kedua
dan
ketiga
Hijriah.
Untuk
membuktikan
saja
untuk
mendeskripsikan
teori
tersebut,
Schacht
menanamkan
keraguan
terhadap
12
BAB III
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa terdapat pandangan
yang sangat berbeda antara para orientalis dengan ulama hadis
tentang Islam dan hadis. Menurutnya hadis berasal dari tradisi di
kalangan umat Islam abad pertama dan kedua Hijriyah sebagai akibat
dari perkembangan Islam. Kita sebagai umat muslim tidak sepatutnya
mempercayai mereka yang mempunyai misi menghancurkan islam,
hadits shahih dan sunnah rasul yang kita teladani adalah jalan
menuju syurga dan mendapat syafaat dari Nabi kita tercinta, jika
tidak percaya terhadap hadits, tidak dapat dipastikan rasulullah
memberikan
Naudzubillah.
13
syafaatnya,
dan
menghantarkannya
ke
neraka.