Professional Documents
Culture Documents
Mendeteksi lubang pada gigi yang tidak dapat terdeteksi hanya melalui
pemeriksaan klinis atau dilihat secara langsung.
2. Dapat memantau perkembangan dan pertumbuhan gigi anak yang belum
tumbuh keluar dan masih terdapat didalam tulang rahang pada pasien
anak-anak.
3.
4.
5.
Sinar x ditemukan oleh Wilhem C Roentgen, seorang professor fisika dari jerman
saat melihat timbulnya fluoresensi yang berasal dari kristal barium platinosianida
yang mendapat hadiah nobel pada tahun 1901. Akhir desember 1895 dan awal
januari 1896 Dr. Otto Walkhoff (dokter gigi) dari jerman adalah orang pertama
yang menggunakan sinar x pada foto gigi (premolar bawah).
Pada tahun 1913 Collige menyampurnakan penemuan Rontgen dengan
memodifikasi tabung yang digunakan. Tabung yang digunakan adalah tabung
vakum yang didalamnya hanya terdapat 2 elktroda yaitu anode dan katode.
Tabung jenis ini kemudian disebut Hot Chatode Tube dan merupakan tabung
yang dipergunakan untuk pesawat Rontgen konvesional yang sekarang.
Setahun setelah Rontgen menemukan sinar-X, maka Henri Becquerel, di
Perancis, pada tahun 1896 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat
yang hampir sama. Penemuannya diumumkan dalam kongres Akademi Ilmu
Pengetahuan Paris pada tahun itu juga
Orang Indonesia yang telah menggunakan sinar Roentgen pada awal abad ini
ialah R.M. Notokworo yang lulus dokter di Universitas Leiden, Belanda, pada
tahun 1912. Beliau mula-mula bekerja di semarang, lalu pada permulaan masa
pendudukan jepang dipindahkan ke surabaya. Pada tahun 1944 ia meninggal
secara misterius, dibunuh oleh tentara Jepang.
Radiologi dan Radiografi
Radiologi adalah cabang ilmu kesehatan mengenai zat radioaktif dan energi
pancarannya yang berhubungan dengan diagnosis dan pengobatan penyakit,
baik dengan cara radiasi ionisasi (seperti sinar-X) maupun nonionisasi (seperti
14 sampai 19 foto. Ada tiga pemeriksaan radiografi intra oral yaitu: pemeriksaan
periapikal, interproksimal, dan oklusal.
1)
Teknik ini digunakan untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan
tulang pendukungnya. Ada dua teknik pemotretan yang digunakan untuk
memperoleh foto periapikal yaitu teknik parallel dan bisektris, yang sering
digunakan di RSGM adalah teknik bisektris.
2)
Teknik ini digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah
daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat permukan
gigi yang berdekatan dan puncak tulang alveolar. Teknik pemotretannya yaitu
pasien dapat menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film di dalam mulut.
3)
Teknik ini digunakan untuk melihat area yang luas baik pada rahang atas
maupun rahang bawah dalam satu film. Film yang digunakan adalah film oklusal.
Teknik pemotretannya yaitu pasien diinstruksikan untuk mengoklusikan atau
menggigit bagian dari film tersebut.
2. Teknik Rontgen Ekstra Oral/Proyeksi Ekstra Oral
Radiografi yang termasuk proyeksi ekstra oral adalah semua proyeksi radiografik
daerah maksilofasial, dengan film diletakan di luar mulut pasien. proyeksi
ekstraoral di bidang kedokteran gigi meliputi proyeksi-proyeksi standar maupun
proyeksi khusus untuk pemeriksaan daerah kepala, sendi temporomandibula,
sinus, tulang nasal, zigomatik dan sebagainya.
Foto Rontgen ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang
dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto Rontgen ekstra
oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto Rontgen
panoramik, sedangkan contoh foto Rontgen ekstra oral lainnya adalah foto
lateral, foto antero posterior, foto postero anterior, foto cephalometri, proyeksiWaters, proyeksi reverse-Towne, proyeksi Submentovertex
1)
Teknik Lateral
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka,
diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka.
3)
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau
kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Rontgen ini juga
dapat memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan
ethmoidalis, fossanasalis, dan orbita.
4)
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila
dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, serta tulang hidung.
5)
Teknik Cephalometri
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma
penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapat
digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan
palatum keras.
6)
Proyeksi Waters
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis,
sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatiko frontalis, dan rongga nasal.
7)
Proyeksi Reverse-Towne
Proyeksi Submentovertex
Foto ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus
sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus
zigomatikus.
3. Radiografi Konvensional Dan Modern Radiographic Imaging
Radiografi digital merupakan panduan radiografi diagnostik konvensional,
dengan kemajuan teknologi komputer. Tujuannya adalah untuk menghasilkan
gambaran yang memberikan informasi diagnostik maksimum, dengan radiasi
minimum.
4. Computed Tomographic-Scan (CT-Scan)
penyinaran dari glandula saliva. Lesi karies dihasilkan dari perubahan glandula salivarius.
Penurunan arus, peningkatan pH, penurunan kapasitas buffer karena adanya perubahan
elektrolit dan peningkatan viskositas. Saliva normal dapat menurun dan akumulasi debris
yang cepat karena tidak adanya tindakan pembersihan. Karies sekunder yang
disebabkan radiasi memiliki bentuk jelas yang merata pada cement enamel junction
(CEJ) dari permukaan bukolabial, merupakan lokasi yang biasanya tahan terhadap
karies.
Permukaan bukal dan lingual sering Nampak warna putih atau opak karena terjadi
demineralisasi dari email. Daerah ini terjadi demineralisasi bila saliva menjadi asam dan
kehilangan suplai mineral yang secara normal mengisi ion negative berubah, permukaan
lembut, kehailangan translusensi dan sering fraktur, menyebabkan erosi, membuat dentin
menjadi terbuka.
Efek Radiasi pada Tulang
Perawatan kanker pada daerah mulut sering dialkukan penyinaran termasuk pada
mandibula. Kerusakan primer pada tulang disebabkan oleh penyinaran yan
mengakibatkan rusaknya pembuluh darah periosteum dan tulang kortikal, yang dalam
keadaan normalnya sudah tipis. Radiasi juga dapat merusak osteoblas dan osteoklas.
Jaringan sumsusm tulang menjadi hipovaskular, hipoxik, dan hiposelular.
Sebagai tambahan, endosteum menjadi terjadi atrofi pada endosteum menunjukkan
berkurangnya aktifitas osteoblas dan osteoklas, dan beberapa lacuna pada tulang yang
kompak tampak kosong, hal tersebut merupakan indikasi terjadinya nekrosis. Derajat
mineralisasi menjadi berkurang, memicu terjadinya kerapuhan, aytau perubahandari
tulang yang normal. Jika keadaan ini bertambah parah tulang akan mangalami kematian,
kondisi seperti ini disebut osteoradionecrosis.
Efek Radiasi pada Pulpa
Apoptosis adalah mekanisme biologis yang merupakan jenis kematian sel yang
terprogram, yang dapat terjadi pada kondisi fisiologis maupun patologis. Apoptosis
digunakan oleh organism multi sel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh
tubuh. Apoptosis umumnya berlangsung seumur hidup dan bersifat menguntungkan bagi
tubuh.
Apoptosis dapat terjadi selama selama perkembangan, sebagai mekanisme homeostatis
untuk menjaga atau memelihara populasi sel dalam jaringan, sebagai mekanisme
pertahanan jika sel rusak oleh suatu penyakit atau bahan racun pada proses penuaan.
Apoptosis pada jaringan fibroral pulpa dapat terjadi akibat dosis radiasi yang diterima
selama terapi radiasi adalah 200 rad sehingga apoptosis pada sel fibrolas pulpa
meningkat pulpa sehingga selain sel sel fibrolas, sel-sel lain juga turut mati akibat efek
radiasi. Dikarenakan sel fibrolas merupakan sel terbanyak yang ada di pulpa dengan
fungsi sebagai menjaga integritas dan vitalitas pulpa berupa membentuk dan
mempertahankan matriks jaringan pulpa dengan membentuk ground substance dan serat
kolagen sehingga apoptosis pada sel fibrolas pulpa menjadi proses awal terjadinya karies
radiasi.
Selain itu, Interaksi radiasi pengion dengan meteri biologic diawali dengan interaksdi
fisika yaitu, proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi akan
berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bila penyerapan
energi langsung terjadi pada molekul organik dalam sel yang mempunyai arti penting,
seperti DNA. Sedangkan interaksi secara tidak langsung bila terlebih dahulu terjadi
interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang efeknya kemudian akan mengenai
molekul organik penting. Mengingat sekitar 80% dari tubuh manusia terdiri dari air, maka
sebagian besar interaksi radiasi dalam tubuh terjadi secara tidak langsung.
A. Radiasi dengan Molekul Air (Radiolisis Air)
Penyerapan energi radiasi oleh molekul air dalam proses radiolisis air akan menghasilkan
radikal bebas (H* dan OH*) yang tidak stabil serta sangat reaktif dan toksik terhadap
molekul organik vital tubuh.
B. Radiasi dengan DNA..
Interaksi radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur molekul
gula atau basa, putusnya ikatan hydrogen antar basa, hilangnya basa dan lainnya.
Kerusakan yang lebih parah adalah putusnya salah satu untai DNA yang disebut single
strand break, atau putusnya kedua untai DNA yang disebut double strand breaks
C. Radiasi dengan Kromosom.
Sebuah kromosom terdiri dari dua lengan yang dihubungkan satu sama lain dengan
suatu penyempitan yang disebut sentromer. Radiasi dapat menyebabkan perubahan baik
pada jumlah maupun struktur kromosom yang disebut aberasi kromosom. Perubahan
jumlah kromosom, misalnya menjadi 47 buah pada sel somatic yang memungkinkan
timbulnya kelainan genetic. Kerusakan struktur kromosom berupa patahnya lengan
kromosom terjadi secara acak dengan peluang yang semakin besar dengan
meningkatnya dosis radiasi.
DOSIS DAN EFEK SOMATIK RADIASI
1. Dosis lemah/rendah: 0 50 rad
a. 0-25 rad
tidak ada efek,mungkin tidak ada delayed effect
b. 25-50 rad
efek tidak ada/sedikit perubahan susunan darah,
mungkin ada delayed effect
2. Dosis sedang
: 50-200 rad
a. 50-100 rad
badan lemas/mual, perpendekan umur, perubahan
susunan darah delayed recovery
b. 100-200 rad
mual dan muntah 24 jam setelah radiasi, nafsu
makan kurang, lemas, suara serak, diare, epilepsi,
kerontokan rambut
3. Dosis semi letal
: 200-400 rad
- mual, mutah dalam 1-2 jam setelah radiasi
- epilepsi
- nafsu makan berkurang
- panas dan lemas
- pada minggu ke-3: radang mulut/tenggorok
- Pada minggu ke-4 : pucat, perdarahan hidung, diar
4. Dosis letal : 400-600 rad
- 1-2 Jam : mual muntah
- akhir minggu ke-1: radang mulut/tenggorokan