You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Demokrasi adalah sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah
segara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip Trias Politica yang membagi
ketiga kekuasaan politik negara yaitu (eksekutif, yudikatif, legislatif) untuk
diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas dan berada dalam
peringkat yang sejajar satu sama lain.
Kesejajaran ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar bisa saling
mengawasi dan saling mengontrol. Ketiga jenis lembaga tersebut adalah lembaga
pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan
kewenangan eksekutif, lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan
kekuasaan yudikatif dan lembaga perwakilan rakyat memiliki kewenangan
menjalankan kekuasaan legislatif. Dibawah sistem ini keputusan legislatif dibuat oleh
masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi
masyarakat dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa arti istilah dan sejarah demokrasi?
2. Apa saja landasan landasan demokrasi?
3. Bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia?
4. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan tetapi juga untuk memberikan
informasi dan pengetahuan kepada pembaca mengenai arti istilah dan sejarah
demokrasi, landasan landasan demokrasi, dan bagaimana pelaksanaan demokrasi
di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arti Istilah dan Sejarah Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari yunani kuno yang diutarakan di Athena
Kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal
dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun,
arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah
berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem demokrasi
di banyak negara.
Kata demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos /cratein yang berarti pemerintahan. Sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci
tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini
disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan
dalam suatu negara dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus
digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Prinsip semacam ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika
fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar
ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab,
bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran
terhadap hak-hak asasi manusia.

Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya


kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk
gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa memperdulikan aspirasi rakyat, tidak
akan membawa kebaikan untuk rakyat.
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable),
tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntibilitas dari setiap
lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara
teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.

2.2 Landasan landasan Demokrasi


2.2.1 Pembukaan UUD 1945

1. Alinea pertama
Kemerdekaan ialah hak segala bangsa.
2. Alinea kedua
Mengantarkan rakyat Indonesia kepintu gerbang kemerdekaan Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
3. Alinea ketiga
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan
luhur supaya berkehidupan dan kebangsaaan yang bebas.
4. Alinea keempat
Melindungi segenap bangsa.
2.2.2 Batang Tubuh UUD 1945

1. Pasal 1 ayat 2
Kedaulatan adalah ditangan rakyat.
2. Pasal 2
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
3. Pasal 6
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
4. Pasal 24 dan Pasal 25
Peradilan yang merdeka.
5. Pasal 27 ayat 1
Persamaan kedudukan di dalam hukum.
6. Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul .
2.2.3 Lain-lain

1. Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang hak asasi


2. UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM

2.3 Demokrasi di Indonesia


Demokrasi di negara Indonesia sudah mengalami kemajuan yang pesat. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan dibebaskan menyelenggarakan kebebasan pers,

kebebasan masyarakat dalam berkeyakinan, berbicara, berkumpul, mengeluarkan


pendapat, mengkritik bahkan mengawasi jalannya pemerintahan.
Bisa dikatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi menjadi kiblat demokrasi
di kawasan Asia, berkat keberhasilan mengembangkan dan melaksanakan sistem
demokrasi. Menurut Ketua Asosiasi Konsultan Politik Asia Pasifik (APAPC), Pri
Sulisto, keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi bisa menjadi contoh bagi
negara-negara di kawasan Asia yang hingga saat ini beberapa di antaranya masih
diperintah dengan tangan besi. Indonesia juga bisa menjadi contoh, bahwa
pembangunan sistem demokrasi dapat berjalan seiring dengan upaya pembangunan
ekonomi.
Tapi bukan berarti demokrasi di Indonesia saat ini sudah berjalan sempurna.
Masih banyak persoalan yang muncul terhadap pemerintah yang belum sepenuhnya
bisa

menjamin

kebebasan

warga

negaranya.

Seperti

meningkatnya

angka

pengangguran, bertambahnya kemacetan di jalan, semakin parahnya banjir, dan


masalah korupsi.
Dalam kehidupan berpolitik di setiap negara yang kerap selalu menikmati
kebebasan berpolitik namun tidak semua kebebasan berpolitik berjalan sesuai
dengan yang diinginkan, karena pada hakikatnya semua sistem politik mempunyai
kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Demokrasi adalah sebuah proses yang
terus menerus merupakan gagasan dinamis yang terkait erat dengan perubahan. Jika
suatu negara mampu menerapkan kebebasan, keadilan, dan kesejahteraan dengan
sempurna, maka negara tersebut adalah negara yang sukses menjalankan sistem
demokrasi. Sebaliknya, jika suatu negara itu gagal menggunakan sistem
pemerintahan demokrasi, maka negara itu tidak layak disebut sebagai negara
demokrasi. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara Indonesia yang menganut
sistem pemerintahan yang demokrasi, kita sudah sepatutnya untuk terus menjaga,
memperbaiki, dan melengkapi kualitas-kualitas demokrasi yang sudah ada. Demi

tercapainya suatu kesejahteraan, tujuan dari cita-cita demokrasi yang sesungguhnya


akan mengangkat Indonesia kedalam suatu perubahan.

2.5 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia


Pelaksanaan demokrasi di Indonesia terbagi menjadi beberapa periode, yaitu:
1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi (1945-1950)
Tahun 1945-1950 Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin
kembali ke Indonesia. Pada masa itu penyelenggaraan pemerintahan dan demokrasi
Indonesia belum berjalan baik. Hal itu disebabkan masih adanya revolusi fisik.
Berdasarkan pada konstitusi negara, yaitu UUD 1945, Indonesia adalah negara
demokrasi yang berkedaulatan rakyat. Masa pemerintahan tahun 1945-1950
mengindikasikan keinginan kuat dari para pemimpin negara untuk membentuk
pemerintahan demokrasi.
Pada awalnya, pemerintahan Indonesia menunjukkan adanya sentralisasi
kekuasaan pada divi presiden sehubungan belum terbentuknya lembaga-lembaga
politik demokrasi, misalnya belum terbentuknya MPR dan DPR. Hal ini termuat
dalam pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi Sebelum MPR, DPR, dan
DPA dibentuk menurut UUD ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh presiden
dengan bantuan sebuah komite nasional.
Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara absolut,
pemerintah melakukan serangkaian kebijakan untuk menciptakan pemerintahan
demokratis. Kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:
1.

Maklumat Pemerintah No. X Tanggal 16 Oktober 1945 tentang Perubahan Fungsi


KNIP menjadi Fungsi Parlemen.

2.

Maklumat Pemerintah Tanggal 03 November 1945 mengenai pembentukan Partai


Politik.

3. Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945 mengenai Perubahan dari Kabinet


Presidensial ke Kabinet Parlementer.

Demikian kebijakan tersebut, terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan


di Indonesia. Sistem pemerintahan berubah menjadi sistem pemerintahan
parlementer. Cita-cita dan proses demokrasi masa itu terhambat oleh revolusi fisik
menghadapi Belanda dan pemberontakan PKI Madiun Tahun 1948. pada masa-masa
kritis tersebut, kepemimpinan dwitunggal Soekarno-Hatta berperan kembali dalam
pemerintahan nasional. Pada akhir tahun 1949, pemerintahan kembali ke sistem
Presidensial.

2. Pelaksanaan demokrasi pada masa orde lama


a.

Masa demokrasi liberal


Masa antara tahun 1950-1959 ditandai dengan suasana dan semangat yang
ultra-demokratis. Kabinet berubah ke sistem parlementer, sedangkan dwitunggal
Soekarno-Hatta dijadikan simbol dengan kedudukan sebagai kepala negara.
Demokrasi yang dipakai adalah demokrasi parlementer atau demokrasi liberal.
Masa demokrasi parlementer dapat dikatakan sebagai masa kejayaan demokrasi
karena

hampir

semua

unsur-unsur

demokrasi

dapat

ditemukan

dalam

perwujudannya. Unsur-unsur tersebut meliputi peranan yang sangat tinggi pada


parlemen, akuntibilitas politis yang tinggi, berkembangnya partai politik, pemilu
yang bebas, dan terjaminnya hak politik rakyat.
Namun proses demokrasi masa itu telah dinilai gagal dalam menjamin
stabilitas politik, kelangsungan pemerintahan, dan penciptaan kesejahteraan rakyat.
Kegagalan praktik demokrasi liberal tersebut disebabkan karena:

1.

Dominannya politik aliran, artinya berbagai golongan politik dan partai politik
sangat mementingkan kelompok atau alirannya sendiri daripada mengutamakan
kepentingan bangsa.

2. Landasan sosial ekonomi rakyat yang masih rendah.


3.

Tidak mempunyai para anggota konstituante bersidang dalam menetapkan dasar


negara sehingga keadaan menjadi berlarut-larut.
Hal ini menjadikan Presiden Soekarno segera mengeluarkan Dekrit Presiden
tanggal 05 Juli 1959 yang isinya:

1. Menetapkan pembubaran konstituante


2.

Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali sebagai konstitusi negara dan tidak
berlakunya UUDS 1950

3. Pembentukan MPRS dan DPAS

b. Masa demokrasi terpimpin


Masa antara tahun 1959-1965 adalah masa demokrasi terpimpin. Demokrasi
terpimpin berawal dari ketidaksenangan Presiden Soekarno terhadap partai-partai
politik yang dinilai lebih mengedepankan kepentingan partai dan ideologinya
masing-masing, serta kurang memperhatikan kepentingan yang lebih luas.
Pengertian dasar demokrasi terpimpin menurut ketetapan MPRS No.
VIII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan / perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat
secara gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner
dengan berporoskan nasakom dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Dominasi presiden
2. Terbatasnya peran partai politik
3.

Berkembangnya pengaruh PKI dan militer sebagai kekuatan sosial politik di


Indonesia.

Demokrasi terpimpin yang dijalankan oleh Presiden Soekarno ternyata


menyimpang dari prinsip-prinsip negara demokrasi. Penyimpangan-penyimpangan
tersebut antara lain:
1. Mengaburnya sistem kepartaian dan lemahnya peranan partai politik
2. Peranan parlemen yang lemah
3. Jaminan hak-hak dasar warga negara masih lemah
4. Terjadinya sentralisasi kekuasaan pada hubungan antara pusat dan daerah
5. Terbatasnya kebebasan pers
Akhir dari demokrasi terpimpin memuncak dengan adanya pemberontakan
G30-S/PKI pada tanggal 30 September 1965. Demokrasi terpimpin berakhir karena
kegagalan Presiden Soekarno dalam mempertahankan keseimbangan antara
kekuatan yang ada disisinya, yaitu PKI dan militer yang sama-sama berpengaruh.
Saat itu PKI ingin membentuk angkatan kelima, sedangkan militer tidak menyetujui
pembentukan tersebut. Akhir dari demokrasi terpimpin ditandai dengan keluarnya
Surat Perintah tanggal 11 Maret 1966 dari Presiden Soekarno kepada Jendral
Soeharto untuk mengatasi keadaan.

3. Pelaksanaan demokrasi pada masa orde baru


Masa orde baru dimulai tahun 1966. Pemerintahan Orde Baru mengawali
jalannya pemerintahan dengan tekad melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen. Orde Baru menganggap bahwa penyimpangan terhadap
Pancasila dan UUD 1945 adalah sebab utama kegagalan dari pemerintahan
sebelumnya. Orde Baru adalah tatanan peri kehidupan masyarakat, bangsa, dan
negara Indonesia atas dasar pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Demokrasi yang dijalankan dinamakan demokrasi yang didasarkan atas
nilai-nilai dari sila-sila pada pancasila.

10

Pemerintahan orde baru diawali dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret


sampai tahun 1968 dengan pengangkatan Jendral Soeharto sebagai Presiden RI. Orde
baru melanjutkan pembangunan demokrasi berdasarkan pada ketentuan-ketentuan
dalam UUD 1945. Semua lembaga negara, seperti MPR dan DPR dibentuk. Orde
baru juga berhasil menyelenggarakan pemilihan umum secara periodik, yaitu pada
tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Untuk berjalannya demokrasi,
pemerintah Orde Baru menyusun mekanisme kepemimpinan nasional lima tahun
yang merupakan serangkaian garis besar kegiatan kenegaraan yang dirancang secara
periodik selama masa lima tahun.
Dengan berjalannya mekanisme kepemimpinan nasional lima tahun,
pemerintahan

orde

menyelenggarakan

baru

berhasil

pembangunan

menciptakan

nasional

yang

stabilitas
dimulai

politik

dengan

dan

adanya

pembangunan lima tahun (Pelita), yaitu Pelita I tahun 1973-1978 sampai Pelita VI
tahun

1993-1998.

pertumbuhan

Keberhasilan

ekonomi,

tersabut

meningkatnya

ditandai

tingkat

dengan

pendidikan

meningkatnya
warga

negara,

pembangunan infrastruktur, berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk.


Namun,

dalam perkembangan

selanjutnya

pemerintahan

Orde

Baru

mengarah pada pemerintahan yang sentralistis. Demokrasi masa Orde Baru


bercirikan pada kuatnya kekuasaan Presiden dalam menopang dan mengatur
seluruh proses politik yang terjadi. Lembaga kepresidenan telah menjadi pusat dari
seluruh proses politik dan menjadi pembentuk dan penentu agenda nasional,
mengontrol kegitan politik dan pemberi legacies bagi seluruh lembaga pemerintah
dan negara. Akibatnya, secara subtantif tidak ada perkembangan demokrasi justru
penurunan derajat demokrasi. Sejumlah indikator yang menyebabkan demokrasi
tidak terjadi pada masa Orde Baru yaitu:
1. Rotasi kekuasan eksekutif hamper dapat dikatakan tidak ada.
2. Rekvutmen politik yang tertutup
3. Pemilu yang jauh dari semangat Demokrasi
11

4. Pengakuan terhadap hak-hak dasar yang terbatas.


Orde Baru sesungguhnya telah mampu membangun stabilitas pemerintahan
dan kemajuan ekonomi. Namun, makin lama jauh dari semangat demokrasi dan
kontrol rakyat. Akibatnya, pemerintahan menjadi korup, sewenang-wenang, dan
akhirnya jatuh. Sebab-sebab kejatuhan Orde Baru adalah:
1. Hancurnya ekonomi nasional (krisis ekonomi)
2. Terjadinya krisis politik
3. Tidak bersatunya lagi pilar-pilar pendukung Orde Baru (Menteri dan TNI)
4.

Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk


mundur dari jabatannya.
Dengan demikian, maka berakhirlah pemerintahan masa Orde Baru dengan
diumumkannya pengunduran diri Presiden Soeharto dari kekuasaannya pada
tanggal 21 Mei 1998.

4. Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasi (1998-sekarang)


Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis
antara lain:
1. Keluarnya ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi
2. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referendum.
3.

Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bebas dari
KKN

4.

Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan Presiden dan
Wakil Presiden RI.

5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai aman demen I, II, III


Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasi terdiri dari beberapa periodisasi
pemerintaham, antara lain:
1. B.J. Habiebie

12

Kebijakan-kebijakan yang dilakukan Habiebie pada masa pemerintahanya


antara lain:
1. Membentuk kabinet reformasi pembangunan
Dibentuk pada tanggal 22 Mei 1998, dengan jumlah menteri 16 orang yang
merupakan perwakilan dari GOLKAR, PPP, PDI
2. Mengadakan reformasi pada bidang politik.
Habiebie berusaha menciptakan politik yang transparan, mengadakan pemilu yang
bebas, jujur, dan adil, membebaskan tahanan politik, dan mencabut larangan
berdirinya Serikat Buruh Independen
3. Kebebasan menyampaikan pendapat
Kebebasan menyampaikan pendapat diberikan asal tetap berpedoman pada aturan
yang ada yaitu UU No. 9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan
pendapat di muka umum.
4. Reformasi dalam bidang hukum
Target reformasinya yaitu subtansi hukum, aparator penegak hukum, yang bersih
dan berwibawa, dan instansi peradilan yang independen.
5. Mengatasi masalah dwifungsi ABRI
Keanggotaan ABRI dalam DPR/ MPR dikurangi bahkan pada akhirnya ditiadakan.
6. Mengadakan sidang istimewa pada tanggal 10-13 November 1998 oleh MPR
7. Mengadakan pemilu tahun 1999
Pelaksanaan pemilu dilakukan dengan asas LUBER (langsung, umum, bersih) dan
JURDIL (jujur dan adil)

2. Abdurrahman Wahid
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh Abdurrahman Wahid antara lain:
1. Meneruskan kehidupan demokrasi seperti pemerintahan sebelumnya (memberikan
kebebasan berpendapat di kalangan masyarakat minoritas, kebebasan beragama,
memperbolehkan kembali penyelenggaraan budaya Tionghoa)
13

2.

Merestrukturisasi lembaga pemerintahan seperti menghapus departemen yang


dianggapnya tidak efisien (menghilangkan departemen penerangan dan sosial untuk
mengurangi pengeluaran anggaran, membentuk Dewan Keamanan Ekonomi
Nasional).

3.

Ingin memanfaatkan jabatan sebagai Panglima tertinggi dalam militer dengan


mencopot Kapolri yang tidak sejalan dengan keinginan Gusdur.

3. Megawati Soekarno Putri


Kebijakan-kebijakan yang ditempuhnya antara lain:
1.

Meningkatkan kerukunan antar elemen bangsa dan menjaga persatuan dan


kesatuan.

2.

Membangun tatanan politik yang baru, diwujudkan dengan dikeluarkannya UU


tentang pemilu, susunan dan kedudukan MPR/DPR, dan pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden.

3. Menjaga keutuhan NKRI, setiap usaha yang mengancam keutuhan NKRI ditindak
tegas seperti kasus Aceh, Ambon, Papua, Poso
4.

Melanjutkan amandemen UU 1945, keluarnya UU tentang otonomi daerah


menimbulkan penafsiran yang berbeda tentang pelaksanaan otonomi daerah. Oleh
karena itu, pelurusan dilakukan dengan pembinaan terhadap daerah.

4. Susilo Bambang Yudhoyono


Kebijakan-kebijakan yang ditempuh SBY antara lain:
1. Anggaran pendidikan ditingkatkan menjadi 20% dari keseluruhan APBN
2. Konversi minyak tanah ke gas
3. Pembayaran utang secara bertahap kepada PBB
4. Buy-back saham BUMN
5. Pelayanan UKM (Usaha Kecil Menengah) bagi rakyat kecil
6. Subsidi BBM
14

7. Memudahkan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia


8. Meningkatkan sektor pariwisata Visit Indonesia 2008
9. Pemberian bibit unggul pada petani
10. Pemberantasan korupsi melalui dengan dibentuknya KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istilah demokrasi berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena
Kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal
dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun,
arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu dan definisi modern telah
berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem demokrasi
dibanyak negara.
Kata demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
15

pemerintahan rakyat atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci
tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini
disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Landasan landasan demokrasi adalah Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh
UUD 1945, dan lain lain.

Negara Indonesia menunjukkan sebuah Negara yang sukses menuju


demokrasi sebagai bukti yang nyata, dalam pemilihan langsung presiden dan wakil
presiden. Selain itu bebas menyelenggarakan kebebasan pers. Semua warga negara
bebas berbicara, mengeluarkan pendapat, mengkritik bahkan mengawasi jalannya
pemerintahan. Demokrasi memberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat
bahkan dalam memilih salah satu keyakinanpun dibebaskan.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia yang meliputi: pada masa orde lama,
orde baru, masa reformasi yang terdiri dari: Reformasi pada masa B.J. Habiebie,
Megawati Soekarno Putri, Abdurrahman Wahid/Gusdur, hingga presiden yang
sekarang Susilo Bambang Yudhoyono.
3.2 Saran
Demokrasi adalah sebuah proses yang terus menerus merupakan gagasan
dinamis yang terkait erat dengan perubahan. Oleh karena itu, kita sebagai warga
negara Indonesia yang menganut sistem pemerintahan demokrasi kita sudah
sepatutnya untuk terus menjaga, memperbaiki, dan melengkapi kualitas-kualitas
demokrasi yang sudah ada. Demi terbentuknya suatu sistem demokrasi yang utuh di
dalam wadah pemerintahan bangsa Indonesia.

16

DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.forum-politisi.org/berita/article.php?id=547
2. http://www.wapresri.go.id/index/preview/pidato/36
3. http://ahmadsidqi.wordpress.com/2008/09/08/pancasila-sebagaisistem-demokrasi-di-indonesia/
4. http://korandemokrasiindonesia.wordpress.com/2009/11/29/demokrasi
-di-indonesia-awalnya-dianggap-diremehkan-ternyata-berpotensi-jadipanutan-di-asia/

17

You might also like