Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membrane (PROM)
Oleh sebab itu, klinisi yang mengawasi pasien harus memiliki pengetahuan
yang baik mengenai anatomi dan struktur membran fetal, serta memahami
patogenesis terjadinya ketuban pecah dini, sehingga mampu menegakkan diagnosis
ketuban pecah dini secara tepat dan memberikan terapi secara akurat untuk
memperbaiki luaran / outcome dan prognosis pasien ketuban pecah dini dan
bayinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pecahnya ketuban sebelum atau saat inpartu, yaitu bila pembukaan pada
primi kurang dari 3 cm (saat fase laten atau sebelum fase aktif).3
2.2 Etiologi
Masih belum jelas tetapi diduga berhubungan dengan :3
1.
Infeksi genitalia yang dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan
2.
3.
membran.
Meningkatnya tekanan intra uteri, misalnya trauma hidramnion
dan gemeli.
Berkurangnya kekuatan dari leher rahim atau panggul ibu sehingga
menyebabkan selaput ketuban mudah robek.
merokok, dan perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor resiko dari KPSW
adalah:3
1.
Infeksi
2.
Inkompetensi serviks
3.
Polihidramnion
4.
5.
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban, servik yang pendek (< 25 mm)
pada usia kehamilan 23 minggu
6.
Kehamilan kembar
7.
Trauma
8.
Malposisi
9.
10.
Sampai saat ini penyebab KPSW belum diketahui secara pasti, tetapi berbagai
penulis menyebutkan beberapa faktor predisposisi, antara lain:4
1. Faktor selaput ketuban
2. Faktor infeksi
3. Faktor perubahan intrauterine yang mendadak
4. Faktor yang berhubungan dengan kebidanan dan ginekologi seperti:
multigravida, pernah KPD pada kehamilan yang lalu, hamil ganda,
hidramnion,
perdarahan
antepartum,
malposisi,
disproporsi
2.4.Patogenesis KPSW
TAYLOR dkk telah menyelidiki hal ini, ternyata ada hubungannya
dengan hal-hal berikut :3
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum
ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis,
sevisitis dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotalitas
rahim ini.
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban).
3. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis).
4. Multipara, malposisi, disproporsi, cervix incompetent, dan lain-lain.
5. Ketuban pecah dini artifisial (amniotomi), dimana ketuban
dipecahkan terlalu dini.
Mekanisme Ketuban Pecah Dini1
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada
daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban
bagian inferior rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degenerasi
ektraseluler matriks.
Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan
aktifitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Faktor
risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah:
a. Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen
b. Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakhibat pertumbuhan
struktur abnormal karena antaralain merokok.
2.6.Pemeriksaan Penunjang12
1. Test Nitrazine
Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya
cairan ketuban (alkalis), PH normal vagina yaitu 4,5-5,3 tidak terjadi
perubahan warna (kuning) dan apabila terdapat cairan ketuban, maka
membrane
hyaline
berhubungan
dengan
usia
kehamilan
Terhadap ibu:
1. Infeksi intrapartal, apalagi bila sering dilakukan pemeriksaan
dalam. Semua ibu hamil dengann KPD prematur sebaiknya
dievaluasi untuk kemungkinan terjadi korioamnionitis. Infeksi
perpuralis, peritonitis, dan septikomia.
2. Masalah psikologi karena terlalu lama dirawat
3. Merasa lelah karena berbaring terus ditempat tidur.
Terhadap kehamilan dan persalinan
1. Dapat terjadi persalinan kapan saja, terjadi kelahiran preterm.
2. Abruption placenta, karena adanya penurunan yang progresif
pada permukaan intra uterin.
3. Prolaps tali pusat dapat terjadi (sering terjadi pada presentasi
letak bokong atau letak lintang).
4. Oligohydramnion, dry labor.
5. Partus lama.
2.8.Penatalaksanaan2,3
Menurut protap obgyn Universitas Sriwijaya :
1. Konservatif
a. Bila tidak didapatkan komplikasi.
Komplikasi : - Suhu >38C
-Leukosit >15000/mm3
-Air ketuban berbau, kental, dan hijau kuning.
b. Usia gestasi > 28 minggu sampai <37 minggu
Diberikan obat-obatan :
1. Tokolitik
2. Kortikosteroid (pematangan paru)
3. Vitamin C dosis tinggi
4. Antibiotika
10
- Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksin, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterin)
- Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu.
- Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2.Aktif
a. Indikasi penatalaksaan aktif bila :
1. Didapatkan komplikasi
2. Usia gestasi >37 minggu atau < 28 minggu
3. Janin mati
4. Indeks tokolitik >8
b.Berikan antibiotik
c.Terminasi
1. Perabdominam bila :
- Kontra indikasi tetes pitosin
- Letak lintang
11
12
Waktu terminasi pada hamil preterm dapat disarankan selang waktu 8 jam
sampai 24 jam bila tidak terjadi his spontan.
Dan menurut buku pedoman diagnosis dan terapi obsetri dan ginekologi
RSHS tahun 2005, pengelolaan untuk KPSW ini dibagi dua yaitu:
1. Konservatif
Pengelolaan konservatif dilakukan apabila tidak ada penyulit (baik pada ibu
maupun janin) pada usia kehamilan 28-36 minggu dirawat selama 2 hari.
Selama perawatan dilakukan:
13
2. Aktif
a.
Pengelolaan aktif pada KPSW dengan umur kehamilan 20-28 minggu
dan 37 minggu dilakukan terminasi kehamilan.
Terminasi kehamilan > 20-28 minggu
o Misoprostol 100 g intravaginal, yang dapat diulangi 1x6 jam
sesudah pemberian pertama
o Pemasangan batang laminaria selama 12 jam
o Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dektrose 5% mulai 20
tetes/menit sampai 60 tetes/menit
o Kombinasi 1 dan 3 untuk janin hidup maupun janin mati
o Kombinasi 2 dan 3 untuk janin mati
Catatan:
dilakukan
histerektomi
bila
upaya
melahirkan
14
15
Terapi antibiotik
Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban sangat
sedikit amnio infusi
Terapi antibiotik
Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban sangat
sedikit amnio infusi
16
BAB III
LAPORAN KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 7 Maret 2015
pukul 16.30 WIB di ruang VVIP 2 RSUD Palembang BARI.
I. IDENTIFIKASI
Identitas Pasien
Nama
: Ny. Y
Usia
: 21 tahun.
Alamat
Palembang
Pekerjaan
Pendidikan
Suku
: Palembang
Agama
: Islam
17
: 29 tahun
Alamat
Palembang
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan
: SMA
II. ANAMNESA
Keluhan Utama
Keluar air-air dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluar air-air dari jalan lahir sejak 3 Hari SMRS. Air-air tersebut jernih
dan berbau amis. Selain itu, pasien juga mengakui keluar lendir darah dari jalan
lahir (-), perut kencang dialami pasien yang dirasakan semakin hari semakin sering.
Pasien rutin periksa kehamilan tiap bulan di poliklinik rs setempat.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus maupun asma sebelum
masa kehamilan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Diabetes Melitus
18
Riwayat Menstruasi
Menarche
Siklus haid
Lama haid
Jumlah darah haid
Hari pertama haid terakhir
Taksiran persalinan
: 13 tahun.
: 30 hari / teratur.
: 6 hari.
: 2 kali ganti pembalut.
: 20- 06- 2014.
: 27- 03- 2015.
Riwayat Pernikahan
Untuk pertama kali, pasien menikah pada usia 19 tahun dengan lama
pernikahan kurang lebih1 tahun 4 bulan.
Riwayat Obstetrik
No
Tahun Tempat
partus Partus
1.
Umur
Jenis
Penolong
kehamila
Persalina
Persalina
Jenis
Keadaan
Penyuli
Kelamin
anak
Berat Sekaran
Badan
Hamil
ini
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
19
Tanda vital
Tekanan darah
Frekuensi nadi
Frekuensi nafas
Suhu
: 120/80 mmHg
: 80 kali/menit
: 20 kali/menit
: 36,7 C
Status Generalisata
Kepala
: normocephal
Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
Telinga
: tidak ditemukan kelainan
Hidung
: tidak ditemukan kelainan
Tenggorokkan
: tidak ditemukan kelainan
Leher
: pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
tiroid (-)
Thoraks
Jantung
Paru-paru
Abdomen:
Inspeksi
Auskultasi
Ekstremitas:
Superior
Inferior
:
: S1S2 reguler tunggal, murmur (-), gallop (-)
: suara napas vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
: cembung, linea (-), striae (-)
: bising usus (+) normal
: edema (-/-), akral hangat
: edema (-/-), akral hangat, varises (-/-)
Inspeksi
: membesar arah memanjang, striae (+), linea (+).
Palpasi
: Tinggi fundus uteri : 32 cm.
Leopold I
: teraba bokong.
Leopold II
: punggung janin terletak di kanan ibu.
Leopold III : teraba kepala.
Leopold IV : belum masuk pintu atas panggul.
Taksiran Berat Janin (Johnson)
: (32-12) x 155 gram : 3100 gram.
His
:Auskultasi
: Denyut jantung janin : 150kali /menit
20
Vaginal toucher
1 cm, ketuban (-), kepala di Hodge 1, bagian terbawah janin kepala, blood
slym (+)
Leukosit
: 11.100 /mm3
Hemoglobin : 10,5 gr%
Hematokrit : 30 %
Trombosit
: 132.000 /mm3
Bleeding Time: 3 menit
Clotting Time : 8 menit
V. DIAGNOSA
G1P0A0 hamil36- 37 mingguinpartu kala 1 fase laten JTH presentasi kepala dengan
KPSW
LAPORAN OPERASI
Tanggal 6 Maret 2015 Pukul 09.15 WIB Operasi mulai
Penderita Terlentang dalam keadaan anastesi spinal. Dilakukan tindakan aseptik dan
antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya. Lapangan Operasi dipersempit
dengan doek steril. Dilakukan insisi pfannensteil sepanjang 10 cm, dua jari diatas
simfisis. Kemudian insisi diperdalam secara tajam dan tumpul. Setelah peritoneum
dibuka, tampak uterus sebesar kehamilan aterm. Diputuskan untuk melakukan
SSTP dengan cara sebagai berikut :
21
ke lateral. Tangan
Pukul 09.30 WIB lahir hidup neonatus laki-laki dengan BB 3050 g, PB 47 cm,
Apgar score 8/9. Ke dalam cairan infus dimasukkan oksitosin 20 IU. Plasenta
dilahirkan dengan peregangan tali pusat terkendali.
Pukul 09.40 WIB Plasenta lahir lengkap dengan BP 500 g, PTP 50 cm, 17x18
cm. Dilakukan pembersihan kavum uteri dengan kassa. Dilanjutkan dengan
penjahitan pada uterus sebagai berikut:
Lapisan SBR dijahit satu lapis secara jelujur feston dengan benang vicryl
no.1
22
Tindakan
FOLLOW UP
Hari pertama post Op (6 Maret 2015 )
S : Nyeri luka post op (+)
O : KU : Baik
Vital sign : TD 110/70 mmHg, N 80x/m, RR 20x/m, Temp 26,6oC
Periksa luar :
TFU 2 jari bawah pusat, nyeri tekan (+), cairan bebas (-), kontraksi uterus (+) baik,
lochea rubra (+).
A : P1A0 Post SSTP atas indikasi partus kering
P:
- IVFD RL gtt 20x/mnt + drip oxytosin 2 amp
- Inj. Metronidazole 3x1 fls
- Inj. Cefotaxime 2x1 vial
- Inj. Asam tranexamat 3x1 amp
23
P:
- IVFD RL gtt 20x/mnt
24
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Ny. Y usia 21 tahun datang ke Ponek RSUD Palembang BARI karena keluar
air-air dari jalan lahir sejak 3 Hari SMRS. Air-air tersebut jernih dan berbau amis.
Selain itu, keluar lendir darah dari jalan lahir (-), perut kencang dialami pasien (+)
menjalar sampai ke pinggang yang dirasakan semakin hari semakin sering.
Berdasarkan teori, diagnosis KPSW dapat ditegakkan melalui anamnesis.
Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluarkan cairan yang banyak secara tibatiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas dan perlu juga diperhatikan warna
keluarnya cairan tersebut. His belum teratur atau belum ada serta belum ada
pengeluaran lendir darah.
Teori
Pasien merasa basah pada vagina.
Kasus
Pasien datang dengan keluhan keluar airair dari jalan lahir
Riwayat keluar air ketuban dari jalan
26
sakit.
Cairan yang keluar jernih dan berbau
Pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal, baik pemeriksaan tanda
vital, maupun status generalisata dari pasien. Pada pasien tidak didapatkan adanya
tanda-tanda infeksi. Suhu pasien normal yaitu 37,4o C. Denyut nadinya juga dalam
batas normal, yaitu 80 kali per menit.
Berdasarkan teori, pemeriksaan fisik pada kasus KPSW ini penting untuk
menentukan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu. Hal ini terkait dengan
penatalaksanaan KPSW selanjutnya dimana risiko infeksi ibu dan janin meningkat
pada KPSW. Umumnya dapat terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi.
Selain itu juga didapatkan adanya nadi yang cepat.
Teori
Tanda-tanda infeksi:
Suhu ibu >38o C
Nadi cepat
Kasus
Tidak ada tanda-tanda infeksi:
Suhu ibu 37,4o C
Nadi 80 kali /menit
Pada pasien ini hanya dilakukan pemeriksaan dalam pada saat pertama kali
datang untuk menentukan ada tidaknya pembukaan. Pada saat di lakukan
pemeriksaan dalam pada pasien ini belum dapat mengevaluasi ketuban karena
pembukaan portio masih 1 cm, dengan konsistensi tebal lunak, ketuban (-), blood
slym (-)
Pemeriksaan dalam vagina dibatasi seminimal mungkin dan hanya
dilakukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi
persalinan dan pada pasien dengan KPD akan ditemukan selaput ketubannya
27
negatif. Pemeriksaan dalam pada saat pasien datang pertama kali adalah penting
untuk menilai apakah sudah ada pembukaan sehingga pasien berada dalam kondisi
inpartu.
Teori
Pemeriksaan dalam dilakukan:
Seminimal mungkin untuk
infeksi.
KPD sudah dalam persalinan.
KPD yang dilakukan induksi persalinan.
Selaput ketuban negatif.
mencegah
Kasus
Pemeriksaan dalam dilakukan:
Saat pertama kali datang.
Untuk
memantau
kemajuan
persalinan.
Selaput ketuban
tidak
dievaluasi
28
dapat
inpartu kala 1 fase laten janin tunggal hidup presentasi kepala dengan KPSW 3 hari.
Kasus yang ditemukan sudah sesuai dengan teori yang ada. Penatalaksanaan KPSW
pada pasien ini pada umumnya tepat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Ny. Y yang berusia 21 tahun datang ke ponek RSUD Palembang BARI
dengan keluhan keluar air- air dari jalan lahir kurang lebih 3 hari SMRS. Setelah
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka
didapatkan G1P0A0 hamil 36-37 minggu inpartu kala 1 fase laten janin tunggal
hidup presentasi kepala dengan KPSW 3 hari. Pada pasien dilakukan partus
perabdominal, section sesarea.
Diagnosis akhir pada pasien ini adalah PIA0 post SSTP atas indikasi partus
kering. Secara umum penegakkan diagnosis maupun penatalaksanaan pada pasien
ini sudah tepat dan sesuai dengan teori.
29
30