Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Evaluasi preanestesi pada anak, bukan hanya ditujukan untuk mengetahui macam
pembedahan yang akan dijalani oleh seorang anak, namun dimaksudkan juga untuk
memahaami fisiologi, perkembangan dan psikologi yang unik dari seorang anak. Ada banyak
perbedaan antara anak dan dan orang dewasa dimana hal ini sangat berpengaruh terhadap
pengelolaan anestesi. Seperti anestesia pada orang dewasa, anestesia pada anak kecil dan bayi
kususnya harus dipahami secara khusus, sehingga peran dokter anestesi yang berpengalaman
sangat penting dalam managemen anestesi pada anak. Ada 3 pembagian pediatri berdasarkan
perkembangan fisiologis.
1. Orok (Neonatus)
2. Bayi (infant)
3. Anak (child)
Pertumbuhan seorang manusia dari anak sampai dewasa, bukan hanya sebuah proses
perubahan ukuran tubuh yang sama untuk semua organ. Komposisi total tubuh, perbandingan
cairan tubuh dan kepala-tubuh serta fungsi kardiopulmonal, semua berubah tidak secara
bersamaan. Sebagai contohnya, kepala menjadi kecil dengan sedikit perubahan lengkung
kepala setelah umur 2 tahun. Pada saat yang sama, terjadi perubahan besar pada struktur
wajah. Perubahan yang paling mencolok adalah pertumbuhan maandibula dimana berubah
dari tulang mandibu;a yang kecil dan cenderung oblik menjadi tulang yang lebih besar,
kurang oblik dan lebih mobil pada dewasa. Perkembangan dari komposisi tubuh sangat
penting karena merupakan faktor penentu dalam meramalkan efek farmakologi sebuah obat.
Pada Fetus, 90% dari komposisi total cairan tubuhnya dalah air; pada bayi aterm, 75
dari komposisi total cairan tubuhnya adalah air, namun pada umur 1 tahun, 60% total
tubuhnya adalah air. Komposisi air anak menyerubai orang dewasa saat berumur 1 tahun.
Selain itu, juga terdapat perubahan pada proporsi cairan ekstraselular pada awal pertama
kehidupan. Dalam perkembangan manusia volume ekstraselular mengalami penurunan
sedangkan volume intraseluler mengalami peningkatan. Volume intraselular meningkat mulai
dari 20% pada anak prematur, sampai 30% pada anak aterm dan 40% pada dewasa. Hal ini
berkebalikan dengan volume ekstraselular dimana berubah dari 60% pada prematur, menjadi
45% pada bayi aterm, dan 20% pada dewasa. Persentasi komposisi tubuh terutama otot pada
anak prematur <20% dan bertambah >20% pada anak aterm dan mencapai 50% pada orang
dewasa. Demikian juga dengan lemak yang meningkat seiring pertambahan usia, dari 13%
1
pada anak aterm sampai 22% BB pada dewasa. Juga terdapat perubahan perbandingan aliran
darah terhadap organ yang berhubungan dengan umur.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perbedaan Antara Anak dan Dewasa
1.1. Neonatus
Sebagian besar ahli anestesi berharap untuk menangani anak yang besar pada pembedahan
rutin, tetapi ada kecenderungan peningkatan dalam permintaan pemberian anestesi pada
neonatus (0-3 bulan) dan bayi (3-12 bulan), sebagai bagian dari suatu keahlian. Neonatus dan
bayi tidak boleh dianggap sebagai orang dewasa yang kecil. Tidak cukup hanya
menyesuaikan dosis obat, ventilasi, dan kebutuhan gas dengan berat badan. Neonatus
mempunyai sejumlah keistimewaan.
1. Duktus arteriosus dan foramina pada septa interatrium dan interventrikel belum
menutup selama beberapa hari setelah lahir
2. Hemoglobin bayi mempunyai aafinitas tinggi terhadap oksigen, dan tidak bisa
digantikan oleh hemoglobin orang dewasa selama beberapa minggu.
3. Sistem saraf pusat, ginjal, dan fungsi hati, sistem pengaturan belum suhu, dan sistem
metabolisme obat tertentu belum menjadi matang sampai bayi berusia beberapa
minggu. Neonatus sangat peka terhadap relaksan otot tetapi tahan terhadap agen
depolarisator.
4. Paru-paru lebih lebih mudah rusak karena tekanan ventilasi yang berlebihan, sehingga
menyebabkan pneumothoraks atau pneumomediastinum.
5. Laju metabolisme yang tinggi menyebabkan cadangan oksigen yang jauh lebih kecil;
sehingga kurangnya kadar oksigen yang tersedia pada udara inspirasi, dapat
menyebabkan terjadinya bahaya hipoksia yang lebih cepat dibandingkan pada orang
dewasa. Neonatus tampaknya lebih dapat bertahan terhadap gangguan hipoksia
daripada anak yang besar dan orang dewasa, tetapi hal ini bukan alasan untuk
mengabaikan hipoksia pada neonatus.
6. Jalan masuk ke sirkulasi dan saluran pernafasan mungkin menjadi sulit dan neonatus
mungkin sulit dipantau tidak sedikit hipoksia akibat kerumunan penonton yang
kelihatannya tidak menimbulkan kesulitan.
1.2. Respirasi
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, menyangkut perkembangan anak
menyangkut sistem. Hal-hal penting itu adalah
1.
2.
3.
4.
5.
pendek, kecil, tumpul, tidak melengkung seperti huruf omega. Perbedaan anatomi
inilah yang mendasari metode dan cara intubasi yang digunakan saat anestesi.
Contohnya laringoscop bilah lurus (Miller) sangat cocok digunakan pada anak akrena
dapat mengangkat secara langsung epiglotis dari laring selama visualisasi glotis. Pada
anak-anak resistensi saluran nafas meningkat dan menurun seiring pertambahan usia.
Ketebalan mukosa saluran pernafasan pada anak-anak juga mempersulit intubasi.
Mekanisme pernafasan juga berubah secara drastis dari anak-anak ke dewasa.
Perubahan ini terjadi sebagai kompensasi dari peningkatan alveolarisasi dan ukuran
jalan nafas. Pada anak-anak, dinding dada lunak dan lentur karena sebagian besar
terdiri dari kartilago, sehingga dinding dada anak sangat rentan terhadap tekanan
tinggi. Pada bayi, otot intercostalis dan diafragma lebih banyak terdiri dari serabut
otot tipe 2 yang sangat rentan terhadap kelelahan. Serat tipe 1 menjadi dominan
ketika mencapai uumur 2 tahun. Pengaturan pusat pernafasan pada bayi dan dewasa
juga terdapat perbedaan. Pada bayi, apabila terjadi penurunan kadar CO2 berakibat
pada apnea dan hypoxia, ini kebalikan dengan orang dewasa dimana apabila terjadi
peningkatan CO2 akibat hypoxia, maka akan terjadi tachipnea. Berikut ini adalah
perbedaan mekanisme pernafasan pada anak dan dewasa.
1.3. Cardiovascular
Pada neonatus dan bayi, laju denyut nadi adalah penentu utama cardiac output. Denyut nadi
bayi mampu berdenyut lebih cepat dari orang dewasa guna mengatur preload, kontraksi,
oksigenasi miokard sebelum adanya penurunan cardiac output. Pada anak dan bayi,
5
bradikardi dapat secara drastis menurunkan cardiac output. Oleh karena itu, penanganan
bradikardi pada anak dan bayi harus cepat dengan cara meningkatkan denyut nadi guna
mengkoreksi penurunan cardiac output yang muncul dalam bentuk hipotensi. Bradikardi
adalah hasil yang muncul akibat hypertoni parasimpatik, dimana sangat sering terjadi pada
anak
dan
dicetuskan
karena
adanya
nyeri
yang
hebat,
atau
hypoxia.
Kadar hemoglobin dan afinitas oksigen bervariasi sesuai umur. Pada anak aterm, kadar
nomal Hb berkurang secara drastis sesuai peningkatan umur. Pada anak, jumlah darah dalam
sirkulassi lebih banyak dalam pembuluh darah (80-90 ml/kgBB). Oleh karena itu,
pemahaman mengenai EBV anak sangat penting dalam menentukan Allowance Blood Loss
pada anak (ABL = EBV x (HCt1-Hct2/rata2 HCt)).
kompleks, diketahui bahwa ginjal neonatus mengeluarkan banyak natrium, sehingga neonatus
lebih rentan terkena hiponatremia.
1.5. Gastrointestinal
Perbedaan sistem gastrointestinal pada anak dan dewasa perlu menjadi pertimbangan pada
saat anestesi. Pada saat pertama kali lahir, PH lambung neonatus adalah basa, meskipun
begitu, pada hari kedua kehidupan, lambung neonatus sudah mencapai PH fisiologis. Jumlah
sekresi cairan lambung pada bayi aterm sama dengan orang dewasa. Namun, meskipun PH
dan isi lambung pada anak saat puasa sama dengan orang dewasa, refleks kordinasi menelan
dan fungsi Lower Esophageal Spincter (LES) belum sepenuhnya matang sampai umur 6
bulan.
Hepar pada neonatus dan bayi belumlah matang secara fungsional. Ketidakmatangan
fungsional ini secara umum disebabkan oleh 2 hal:(1) pertumbuhan dan perkembangan
sistem enzim dimana meskipun ada pada saat lahir,namun belum berfungsi (2). Penurunan
Hepatic Blood Flow. Pada saat lahir, kemampuan hepar untuk konjugasi dan
mengkatabolisme suatu zat berkurang. Oleh karena itulah, obar-obat anestesi cenderung
memiliki waktu paruh yang lebih lama di neonatus dibandingkan dengan pada anak dewasa.
Ketidakmatangan fungsi hepar ini tercermin dari penurunan konsentrasi produk sintesis
hepar, seperti albumin pada neonatus.
Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
Masa Pra-Anaestesia
Kunjungan pra-anestesia dilakukan sekurang-kurangnya dalam waktu 24 jam sebelum
tindakan anestesia. Perkenalan dengan orang tua penderita sangat penting untuk memberi
7
penjelasan mengenai masalah pembedahan dan anestesia yang akan dilakukan. Pada
kunjungan tersebut yang perlu dilakukan adalah :
1. Anamnesis(aloanamnesis) pada orang tua pasien.
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium seperlunya disesuaikan dengan jenis operasi
Puasa
Puasa yang lama menyebabkan dehidrasi dan hipoglikemia. Lama puasa yang dianjurkan
adalah sebagai berikut :
Usia
< 6 bulan
6-36 bulan
>36 bulan
Tujuan lainnnya dapat berupa menekan biaya obat yang akan digunakan, anti emesis,
memudahkan saat induksi, dan hal-hal lain yang tak diinginkan.
Indikasi , Keuntungan dan Kerugian pada Premedikasi
Pasien anak-anak yang memerlukan premedikasi dan sedasi untuk membuat mereka menjadi
kooperatif, adalah yang termasuk di bawah ini:
1. Anak-anak yang memiliki riwayat operasi sebelumnya sehingga menjadi terlalu takut
akan ketidaknyamanan akan perawatan di rumah sakit dan operasi berikutnya.
2. Anak-anak di bawah usia sekolah yang tidak dapat dipisahkan dari orang tuanya
secara mudah, dimana ahli anestesi merasa kehadiran orang tuanya pada saat induksi
tidak akan menguntungkan.
3. Anak-anak yang terbatas komunikasinya yang disebabkan karena keterbelakangan
mental (misalnya autisme), dan orang tua berperan sebagai perantara untuk
berkomunikasi dengan sang anak saat induksi
4. Keadaan-keadaan dimana induksi harus dilakukan tanpa ada usaha perlawanan dari
ataupun sikap tidak kooperatif, atau menangis dari sang anak.
5. Remaja yang menunjukkan tingkat kecemasan yang tinggi. Remaja sering merasa
ketakutan akan kehilangan penampilan tubuhnya, kematian.
Tidak ada kesepakatan yang pasti akan keuntungan dari premedikasi pada anak-anak.
Terutama pada bayi. Namun seorang anak yang kooperatif dan ter-sedasi, dapat mengurangi
level kecemasan pada orang tuanya sendiri yang mungkin dapat berpengaruh terhadap
persiapan pre-operasi atau bahkan terhadap sikap anaknya sendiri. Anak-anak dan orang
10
Bayi
: Umur < 12 bulan, berikan atropine 0,01 0,02 mg/kgbb, dosis minimum
0,1 mg secara intra vena.
Anak Sehat
Anak tenang :Tidak diperlukan sedasi, akan tetapi kalau diperlukan dapat diberikan :
1. Diazepam peroral 4 mg/kgbb, 90 menit prainduksi atau dapat diberikan perrektal 0,20,4 mg /Kgbb, 30 menit prainduksi
2. Dapat juga diberikan midazolam dengan dosis 0,5-1 mg/Kgbb perrektal.
3. Atau khoralhidrat dengan dosis 20-75 mg/Kgbb.
2.
12
3.
4.
B. Intubasi dalam keadaan sadar ( awake), dilakukan pada pasien neonates yang berusia
dibawah 10 hari, pada pasien dengan keadaan umum jelek, hernia diafragmatika,
fistula trakea-bronkoessofagus, ileus obstruktif dan pada kasus yang diperkirakan sulit
untuk intubasi.Tata laksannya adalah sebagai berikut
1.
2.
Buatposisi kepala dalam posisi cium (sniffing) dan ekstensi sendi atlas
3.
4.
5.
Pipa endotrakhea
Pipa enditrakhea yang diguanakan untuk anak yang berumur < 8 tahun, adalah pipa
endotrakhea tanpa kaf (balon) dan yang terbuatdari plastic atau polivinil dan usahakan ukuran
pipa agak sedikit longgar.Ukuran diameter pipa untuk anak diatas 1 tahun dapat ditentukan
dengan rumus =1/n + 4,5 ( n dalam tahun). Pada neonaus, besarnya diameter PET yag
ditentukan sebagai berikut
Berat badan
Umur kehamilan
Diameter PET
<28 minggu
28-34 minggu
34-38 minggu
>38 minggu
2,5 mm
3,0 mm
3,5 mm
3,5-4,0 mm
Pemeliharaan
Pada operasi kecil dengan keadaan umumbaik, lokasi di permukaan tubuh tetapi
bukan didaerah kepala-leher, posisi terlentang dan durasinya singkat kurang dari 30
menit dilakukan melalui sungkup muka.
Pada operasi di daerah anorektal, genetalia externa dan inguinal dapat dilakukan
analgesia regional subarachoid atau epidural kaudal, sebagai bagian dari anestesi
balans.
Aliran gas total untuk alat Jackson ress :2-3 kali isi semenit (TV=10 ml/Kgbb)
Aliran gas total untuk alat makill pada anak >20 Kg minimum sama sdengan
isi semenit.
Campuran gas : -neonatus N2O :O2= 50:50
-Bayi N2O : O2= 60 :40
-Anak N2O :O2=70 : 30
Kalau tersedia obat pilihan adalah isofluran atau sevofluran 1-2 vol % (nafas
spontan) atau 0,25-1,00 vol % (nafas dibantu kendali)
Pola nafas
1) Spontan dilakukan pada kasus operasi kecil, keadaan umum pasien baik,
lokasi di permukaan tubuh kecuali di daerah kepala leher, possisi terlentang
dan durasi kurang dari 30 menit. Hati-hati terhadap obstruksi jalan nafas dan
depresi napas
2) Nafas bantu dan atau nafas kendali, dilakukan pada operasi besar dan lama.
Nafas kendali yang diberikan sebaiknya dilakukan dengan tangan (manual).
Hati-hati dengan penderita kista paru (bias terjadi pneumo thoraks) dan pada
fistel trakeo-osofagus
Pelumpuh otot
1) Otot lurik bersifat myasthenic reponse , sensitive terhadap pelumpuh otot non
depolarisasi tetapi resisten terhadap depolarisasi.
2) Obat pelumpuh otot
Suksinilkholin, dosis 1-2 mg/kgbb untuk fasilitas intubasi
Pankoronium dosis 0,04-0,06 mg/kgbb
Atrakurium dosis 0,3-0,6 mg/kgbb
3) Penawar, setiap mempergunakan obat pelumpuh oot on depolarisasi harus
diberikan penawarnya yaitu neostigmin, dosis 0,05 mg/kgbb, dikombinasikan
dengan atropine 0,025 mg/kgbb
Kebutuhan cairan
1) Pemeliharaan (dalam 24 jam)
Berat , 10 kg =100 ml/kgbb
14
Pemberian transfusi darah pada neonates /bayi,harus didasari oleh indikasi yang jelas,
mempergunakan nilai batas toleransi hematokrit yang optimal sesuai dengan umur
pasien. Hendaknya nilai hematokrit diperiksa sebelum operasi dan selanjutnya periksa
ulang secara periodic selama operasi brlangsung, sesuai dengan indikasi.
Rata-rata
45
54
36
38
38
Kisaran
40-45
45-65
30-42
34-42
35-43
toleransi
35
30-35
25
20-25
20-25
Pemulihan anestesi
15
Segera psetelah selesai pembedahan, hentikam aliran gas uap obat anestesi
Pada pasien tanpa intubasi, apabila pernapasan adekuat, luka operasi baik,
pindahkan ke ruang pulih
Ekstubasi bias dilakukan dalam keadaan pasien sadar maupun tidak sadar
Pemantauan
1) Sirkulasi :EKG, Tekanan darah dan stetoskop monoaural
2) Respirasi :suara nafas dengan stetoskop monoaural dan stetoskop
prekordial, analisis gas darah sesuai indikasi dan oksimetar denyut
3) Suhu tubuh :termometeeer rectal atau esophagus kontunyu
4) Cairan :produksi urin (untuk operasi besar)
5) Hematologi :Hb dan Ht untuk operasi besar
Pasca anesthesia
Perawatan pasca anesthesia di ruang pulih disesuaikan dengan tata laksana pasca anesthesia.
Pemantauan yang seksama ditujukan pada parameter :
1) Kesadaran, diawasi sampai sadar baik dan menangis
2) Pernafasan diupayakan agar segera bernafas spontan dan adekuat, bebas
dari pengaruh efek sisa obat pelumpuh otot.
3) Denyut nadi dan tekanan darah.
4) Warna kulit
5) Aktivitas, diawasi dan dijaga dengan baik agar tidak jatuh, kalau perlu ikut
sertakan orang tua
6) Suhu tubuh
Pasien boleh pulang ke ruangan apabila aldretenya sudah mencapai minimal 8 dan tidak ada
faktor penyulit lain, sedangkam pada kasus resiko tinggi pasien langsung dibawa ke ruang
terapi intensif untuk penatalaksanaan lebih lanjut
16
BAB III
KESIMPULAN
1. Anestesi Pediatri adalah anestesi pada anak di bawah umur 12 tahun
2. Anak bukanlah orang dewasa mini, sehingga pengelolaan anestesi pada anak harus
memiliki perhatian khusus.
3. Terdapat banyak perbedaan anatomi dan fisiologi antara anak dan dewasa, sehingga
dalam penanganan anestesi pediatri, perlu adanya pemahaman yang menyeluruh
mengenai hal tersebut.
4. Reflek parasimpatik pada neonatus dan bayi lebih dominan, sehingga premedikasi
Atropin sangat penting sebelum memulai operasi
5. Analgetik opioid seperti Pethidin (Meperidin) dan Fentanyl dapat diberikan untuk
anak > 5 tahun, namun perlu adanya pengawasan terhadap bahaya depresi pernafasan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Boulton T.B. 1994. Anestesiologi. Jakarta: EGC
Gunawan, S.G. dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Balai penerbit FK UI
Latief S.A. dkk. 2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan
terapi intensif FK UI
Longnecker D.E. dkk. 2008. Anesthesiology. New York:The McGraw Hill.
Mangku G., Senapathi T.G. 2010. Buku Ajar Anestesi dan Reanimasi. Jakarta Barat: P.T.
Indeks
Muhiman, M. Dkk. 2004. Anestesiologi. Jakarta: C.V. Infomedika
Omoigui, S. 1997. Buku Saku Obat-obatan Anestesia. Jakarta: EGC
Sarim B.Y. 2012. Buku Panduan Kepanitraan Kllinik Ilmu Anestesi. Kupang
18