You are on page 1of 44

ANALISA PERBANDINGAN NILAI PRI DARFI PRODUK SIR 20 DAN SIR 3 UNTUK

TEMPERATUR YANG BERBEDA-BEDA


KARYA ILMIAH
REZEKIKA HARAHAP
062401043

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

ANALISA PERBANDINGAN NILAI PRI DARFI PRODUK SIR 20 DAN SIR 3 UNTUK
TEMPERATUR YANG BERBEDA-BEDA

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

REZEKIKA HARAHAP
062401043

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

PERSETUJUAN

Judul

Kategori
Nama
Nomor Induk Mahasiswa
Program Studi
Departemen
Fakultas

: ANALISA PERBANDINGAN NILAI PRI DARI PRODUK SIR


20 DAN SIR 3 UNTUK TEMPERATRUR YANG BERBEDABEDA
: KARYA ILMIAH
: REZEKIKA HARAHAP
: 062401043
: DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS
: KIMIA
: MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetejui di
Medan, Juni 2009

Diketahui/Disetujui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,

Komisi Pembimbing:
Pembimbing

Dr.Rumondang Bulan,MS
NIP 131 459 466

Dra.Yugia Muis,M.Si
NIP 130 872 289

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

PERNYATAAN

ANALISA PERBANDINGAN NILAI PRI DARI PRODUK SIR 20 DAN SIR 3 UNTUK
TEMPERATUR YANG BERBEDA-BEDA

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan
dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2009

REZEKIKA HARAHAP
062401043

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah yang penulis sajikan berjudul
ANALISA PERBANDINGAN NILAI PRI DARI PRODUK SIR 20 DAN SIR 3 UNTUK
TEMPERATUR BERBEDA Karya ilmiah ini disusun untuk melengkapi dan menyelesaikan
program diploma-3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dengan selesainya karya ilmiah ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ayahanda Syamsul Bahri Harahap dan Ibunda Cut Harnani Arsyad yang telah
memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materil.
2. Ibu Dra. Yugia Muis,MSi selaku pembimbing pada penyelesaian karya ilmiah ini yang
telah memberikan panduan dan kepercayaan penuh kepada penulis untuk
menyempurnakan karya ilmiah ini.
3. Ibu Dr.Rumondang Bulan,MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.
4. Kakak penulis yang tersayang Ilham Harahap, Taufik Turahman, dan adik penulis
yang sangat disayangi Zikrillah Harahap, Rezeki Tarida Harahap yang selalu
memberikan dukungannya.
5. Kakanda Danny Araby,ST yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini.
6. Sahabat penulis Amelia yang selalu memotifasi dan khususnya buat Erna suryani dan
Ryzka H. Pane Dan Evi sulistiani yang sangat penulis sayangi.Terima kasih banyak
atas dukungan, bantuan, pengertian, dan kerja samanya. Serta terima kasih atas semua
canda tawa dan kebersamaannya selama ini, sampai kita bisa menyelesaikan PKL dan
laporannya.
7. Pangeran hati penulis yang selalu membuat penulis tegar dan selalu mengajarkan
penulis untuk selalu bersemangat dan pantang menyerah.
8. Untuk ibu Sutikah, bu Megawati,terima kasih karena telah menjadi pengantim orang
tua kandung penulis selama penulis merantau untuk menuntut ilmu.
9. Kakak dan adik kost yang selalu membuat gembira dan membantu disaat penulis
kesulitan.Kak Iin, kak wik, Astri.Sefin dan Tina makasih ya semua !!!
10. Rekan rekan seperjuangan Kimia Analis khususnya angkatan 2006 yang tidak bias
disebutkan satu per satu.
11. Dan terima kasih juga untuk teman-teman lainnya yang sangat menyayangi penulis
Penulis menyadari, bahwa masih banyak kekurangan di dalam penyususnan dan
penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca yang
sifatnya membangun kesempurnaan karya ilmiah ini, yang akhirnya dapat digunakan untuk
menambah pengetahuan dan memperbaiki segala kekurangan yang ada. Penulis mohon maaf jika
ada kesalahan dan terdapat kekurangan dalam laporan karya ilmiah ini. Akhir kata penulis
berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya penulis.

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

Medan, Juli 2009

penulis

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

ABSTRAK

Plastisity Retention Index ( PRI ) merupakan ukuran ketahan karet terhadap pengusangan (
oksidasi ) pada suhu tinggi. Nilai PRI diukur dari besarnya kelenturan karet mentah yang masih
tertinggal apabila sampel karet tersebut dipanaskan selama 30 menit pada suhu 1400C. Plastisitas
merupakan perbandingan antara nilai plastisitas setelah pemanasan terhadap nilai plastisitas awal
sebelum pemanasan.
Pengukuran ini dilakukan dengan alat wallace plastimeter dimana digunakan variasi temperatur
yang berbeda-beda yaitu pada temperatur 1350C, 1400C dan 1450C.Variasi temperatur ini
dilakukan untuk mengetahui ketahan karet terhadap suhu tinggi sehingga dapat diketahui
temperatur mana yang sesuai digunakan.Dari hasil percobaan yang dilakukan didapat bahwa
temperatur yang sesuai digunakan adalah pada temperatur 1400C yaitu 78 % dan sesuai dengan
standar SNI ( Standar nasional Indonesia )

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

THE ANALYSIS OF PRI RATE OF EXCHANGE FROM THE PRODUCT SIR 20 AND SIR 3
FOR THE DIFFERENT TEMPERATURE

ABSTRACT

Plastisity Retention Index ( PRI ) was the measurement of rubber endurance of the heating
(oxidation) in the high temperature. The PRI value was measured from the pliancy size of still
backward raw rubber if the sample of this rubber was heated while 30 minutes in the temperature
of 1400C. Plastisitas were the comparison between the value of the plasticity after the heating
towards the value of the plasticity of early before the heating. This grating was done with the
implement wallace plastimeter where being used by the temperature variation that differed that is
in the temperature 1350C, 140 0C and 1450 C.Variasi this temperature was carried out to know
rubber endurance of the high temperature so as to be able to be known by what temperature that
was appropriate to use.from results of the trial that was carried out were received that
temperature that was appropriate was used was in the temperature 1400C that is 78 % and in
accordance with the SNI standard.

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan
Pernyataan
Penghargaan
Abstrak
Abstract
Daftar Isi

ii
iii
iv
vi
vii
viii

BAB 1 Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Permasalahan
1.3.
Tujuan
1.4.
Manfaat

1
2
2
3

BAB 2 Tinjauan Pustaka


2.1.
Lateks
2.2.
Susunan dan sifat-sifat karet alam
2.2.1. Pengaruh struktur kimia karet
2.2.2 . Pengaruh komponen bukan karet ( Non-Rubber )
2.3.
Proses pengolahan karet ( Crumb Rubber )
2.4.
Nilai Plastisity Retention Indek ( PRI )
2.4.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai PRI
2.4.2. Penanganan nilai PRI
2.5.
Nilai Plastisitas awal ( Po )
2.5.1. Penanganan Nilai Po
2.6.
Pengolahan Standard Indonesia Rubber ( SIR )

4
5
8
9
10
18
20
23
24
24
25

BAB 3 Metodologi Percobaan


3.1
Alat-Alat
3.2
Bahan-Bahan
3.3
Prosedur

27
28
28

BAB 4 Hasil dan Pembahasan


4.1
Hasil
4.2.
Pembahasan

29
30

BAB 5 Kesimpulan dan Saran


5.1
Kesimpulan
5.2
Saran

31
31

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

Daftar Pustaka
32
Lampiran
33
Tabel 1. Standard Spesifikasi Mutu Lateks Pekat Menurut PT Bridgestone Sumatra Rubber
Estate
Tabel 2. Standard Spesifikasi Mutu Lateks Pekat Menurut SNI

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Salah satu tahap pengolahan karet alam dari lateks kebun adalah tahap pengeringan. Tahap
pengeringan ini dilakukan didalam dryer (pengeringan) dengan temperatur pemanasan yang
sesuai. Dalam hal ini perlu diperhatikan temperatur pemanasan yang digunakan di dalam
pengeringan karena hal ini akan sangat mempengaruhi mutu karet remah (crumb rubber) yang
dihasilkan. Salah satu standar mutu dari karet remah yang terdapat dalam Standard Indonesia
Rubber (SIR) adalah Plasticity Retention Index (PRI). Penentuan PRI dilakukan untuk
memberikan gambaran mengenai keliatan karet pada waktu dipanaskan dan tahan tidaknya karet
terhadap oksidasi.
Karet yang mempunyai PRI tinggi mempunyai rantai molekul yang tahan terhadap
oksidasi, sedangkan yang mempunyai PRI rendah mudah teroksidasi menjadi karet lunak. PRI
dapat dipakai sebagai petunjuk mudah tidaknya karet dilunakkan dalam gilingan pelunak.
Penggilingan berulang-ulang harus dihindarkan karena gesekan-gesekan yang terjadi dapat
menurunkan nilai PRI dan tidak memenuhi standar mutu dari crumb rubber.Semakin tinggi nilai
PRI maka semakin tinggi pula kualitas karet tersebut.
Berdasarkan analisa diatas, Penulis tertarik untuk membahas bagaimana ketahanan karet
terhadap

temperatur

yang

berbeda,

sehingga

penulis

memilih

judulANALISA

PERBANDINGAN NILAI PRI DARI PRODUK SIR 20 DAN SIR 3 UNTUK TEMPERATUR
YANG BERBEDA-BEDA

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

1.2. Permasalahan
Penelitian menyatakan bahwa nilai PRI dari karet yang diproduksi dari perkoagulasi
asam ataupun auto-koagulasi ( koagulasi alami ) lateks kebun menurun karena lamanya waktu
koagulasi dan penggilingan yang berlebihan. Adanya tembaga dalam jumlah yang sangat kecil
juga dapat menurunkan nilai PRI.
Penentuan besarnya plastisitas suatu sampel bahan tertentu dapat dilakukan dengan
menggunakan nilai-nilai mutlak ( absolute ) dan nilai-nilai nisbi ( relative ). Skala pada
pengujian dengan Wallace plastimeter menunjukkan nilai plastistas.
Wallace plastimeter adalah alat yang dipakai untuk penentuan parameter Plasticity
Retention Index ( PRI ) dari sampel-sampel karet alam spesifikasi teknis. PRI atau petunjuk
mengenai plastisitas adalah nilai tengan dari perbandingan antara platisitas setelah sampel
melalui pemanasan terhadap nilai plastisitas awal sebelum pemanasan dikali 100 %.

1.3. Tujuan percobaan


1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai PRI
2. Untuk mengetahui pengaruh temperatur pemanasan terhadap nilai PRI dari karet remah
SIR 20 dan SIR 3
3. Untuk mengetahui temperatur yang cocok digunakan untuk pematangan karakteristik
karet alam
4. Di ajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memeperoleh Ahli Madya

1.4. Manfaat percobaan

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

1. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Platisity Retention Index ( PRI
)
2. Dapat mengetahui hubungan PRI dengan kualitas karet alam
3. Dapat mengetahui temperatur yang cocok digunakan untuk pematangan karakteristik
karet alam

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

2.1. Lateks
Lateks yang berasal dari pohon Havea brasiliensis terdiri dari dua bahan utama yaitu
partikel-partikel karet ( rubber partikel ) dan bahan bukan karet ( non rubber ). Sebelum
tercampur atau terkontaminasi dengan bahan-bahan lain itu, mempunyai pH 6,9-7,0, cair, dan
bersifat koloid yang stabil. Kestabilan koloid lateks tersebut akan dapat terganggu oleh berbagai
faktor segera setelah lateks keluar dari pohon ( setelah disadap ) misalnya terganggu oleh bakteri
atau enzim yang berasal dari udara luar atau dari peralatan pekerja, akibat perubahan suhu dan
sebagainya. Pengaruh faktor luar itu dapat mengakibatkan menurunnya mutu lateks yang akan
diolah menjadi berbagai jenis produk seperti RRS, SIR, dan lateks pekat/pusingan.
Berdasarkan alasan seperti diuraikan diatas maka diperlukan beberapa perlakuan agar
mutu lateks yang diolah tetap terjamin. Tindakan yang perlu dilakukan antara lain :
manambahkan bahan pengawet dan menjaga kebersihan peralatan penderes. Jadi untuk
menghasilkan karet bermutu baik, pengawasan yang cermat perlu dilakukan mulai dari
penderesan sampai proses akhir dipabrik sampai dengan transaksi pengapalannya. Oleh karena
itu sifat-sifat lateks perlu mendapat perhatian agar dapat memproduksi karet bermutu ekspor.

Komposisi lateks :

1. Susunan kimia

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

Pada uraian diatas telah disebutkan bahwa lateks havea brasiliensis terdiri dari dua
bahan pokok yaitu partikel-partikel hidrokarbon ( karet ) dan bahan bukan karet. Bahan bukan
karet dalam lateks terdiri dari air, protein, lipida, inositol, dan quenrachital (Karbohidrat ) dan
beberapa logam.
Menurut berbagai peneliti, bahwa bagian-bagian bukan karet terutama protein, lipida dan
karbohodrat sangat berpengaruh terhadap mutu produksi akhir seperti sheet, crumb rubber, dan
lateks pusingan
2. Susunan fraksi lateks
Apabila lateks segar dipusing dengan suatu alat pemusing berkecepatan tinggi (1800020000 rpm ), maka lateks tersebut akan terpisah menjadi 4 fraksi yaitu : fraksi karet, frey
wisling, serum jernih, dan fraksi bawah terutama lutoid.
( Tampubolon, M,1980 )

2.2. Susunan dan sifat-sifat karet alam


Karet alam selain mempunyai susunan juga mempunyai sifat.Adapun susunan dan sifat-sifat
dari karet alam adalah sebagai berikut:
1. 25-40 % bahan karet mentah dan
2. 60-75 % serum ( Air dengan zat-zat yang melarut didalamnya ).

Bahan karet mentah antara lain mengandung:


1. 90-95 % karet murni
2. 2,0-3,0% protein ( zat putih telur )
Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

3. 1,0-2,0 % asam-asam lemak ( fatty acids )


4. kira-kira 0,2 % gula-gula
5. kira-kira 0,5 % garam-garam mineral
Selain ini didalam lateks havea juga ditemukan bagian-bagian yang berwarna kuning,
yakni biasanya disebut dengan fraksi kuning. Zat-zat bukan karet yang berada dalam lateks
sering dapat menyebabkan perbedaan-perbedaan yang agak besar antara sifat-sifat dari barang
karet yang berasal dari klon-klon pohon karet yang berlainan. Untuk memperoleh hasil yang
seragam, lateks dari berbagai perkebunan dicampur dahulu dalam tangki-tangki besar sebelum
dilakukan pengolahan lebih lanjut, kemudian dicampur dengan air bersih sehingga diperoleh
kadar karet kering( KKK ) yang dikehendaki.
Karet murni terdiri dari senyawaan kimia yang disebut hidrokarbon. Hidrokarbon dari
karet alam murni tersusun oleh rantai-rantai panjang dari suatu zat kimia yang disebut
isoprene.Rantai-rantai panjang dari isoprene disebut polimer dari isoprene.
Lateks adalah cairan yang berupa susu, yang mana didalamnya terdapat dalam bagianbagian karet yang kecil, garis tengah antara 0,0001 dan 0,001 mm ). Bagian-bagian karet ini
tidak melekat satu dengan yang lainnya, karena masing-masing dikelilingi oleh satu lapisan tipis
dari protein dan lemak, dan bagian-bagian karet ini mempunyai muatan negatif dipermukaannya,
maka mereka saling menolak. Muatan negatif ini dapat diperkuat dengan penambahan dengan
zat-zat bereaksi basa, misalnya amoniak. Penambahan dari 7 sampai 8 gram larutan amoniak
dalam air pada lateks mempunyai kegunaan sebagai pengawet sehingga lateks ini dapat disimpan
beberapa tahun lamanya tanpa membeku ( tanpa berkoagulasi ). Penambahan dari suatu zat yang
bereaksi asam pada lateks menyingkirkan muatan negatif yang melindungi bagian-bagian karet

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

sehingga lateksnya membeku ( berkoagulasi ). Zat pembeku ( koagulan ) yang banyak digunakan
untuk membekukan karet dalam lateks adalah asam format ( asam semut ).
Susunan karet tidak tetap ( tidak konstan ),tetapi bergantung dari :
1

Jenis pohon karet ( klon ) dari mana lateksnya berasal

2. Intensitas ( kehebatan ) dari cara penyadapan


3. pengaruh musim
Mengingat bahwa pada setiap perkebunan karet lateks yang berasal dari ratusan pohon
terlebih dahulu dicampur, maka dapat dikatakan lateks tadi yang dipakai sebagai bahan mentah
mempunyai sifat-sifat yang agak konstan. Hanya perbedaan-perbedaan sifat yang disebabkan
oleh iklim dan musim tidak dapat dihindarkan.
Karet alam selain terdiri dari hidrokarbon murni, juga mengandung beberapa zat lainnya dan
ini penting benar untuk penentuan sifat-sifat dari hasilnya. Waktu mengolah lateks menjadi karet,
sebagian lainnya tetap berada dalam karet yang dibekukan dan melindunginya terhadap pengaruh
cahaya dan terhadap oksigen dari hawa udara. Perlu ditambahkan disini bahwa bahan karet yang
diperdagangkan hanya mengandung sebagian kecil dari jumlah zat yang bukan zat karet
seluruhnya.( Rubber, S. 1983 )

2.2.1 Pengaruh struktur kimia karet


Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene dengan nama kimia Cis 1,4
poliisopren.Rumus umum monomer karet alam adalah ( C5H8 )n dengan rumus bangun seperti
pada gambar 1

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 1. Rumus bangun Cis 1,4 poliisopren ( karet alam )

CH3

C=C
-CH2

CH2 -

Karet Alam

N adalah derajat polimerasi yaitu bilangan menunjukkan jumlah monomer didalam rantai
polimer. Nilai n dalam karet alam berkisar antara 3000-15000.
Viskositas karet berkorelasi dengan nilai n. Semakkin besar nilai n akan semakin panjang
rantai molekul karet menyebabkan sifat viskositas karet semakin tinggi. Karet yang terlalu kental
(viscous ) kurang disukai konsumen, karena akan mengkonsumsi energi yang besar sewaku
proses vulkanisasi pada pembuatan barang jadi. Tetapi sebaliknya karet yang viskositasnya
terlalu rendah juga kurang disukai karena sifat barang jadinya seperti tegangan putus dan
perpanjangan putus menjadi rendah.
Molekul-molekul polimer karet alam tidak lurus, tetapi melingkar seperti spiral dan
ikatan -C-C-C- didalam rantai berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang
fleksibel yaitu dapat ditarik, ditekan dan kentur.
Adanya ikatan rangkap -C=C- pada molekul karet, memungkinkan dapat terjadi reaksi
oksidasi. Oksidasi

karet oleh udara ( O2 ) terjadi pada ikatan rangkap yang berakhir pada

pemutusan ikatan rangkap molekul, sehingga panjang rantai polimer akan semakin pendak.
Terjadinya pemutusan rantai polimer mengakibatkan sifat viskositas, dan PRI serta Po karet
menjadi menurun.Oksidasi karet oleh udara akan lebih lambat terjadi bila kadar antioksidan alam
( protein dan lipida ) tinggi serta kadar ion-ion logam karet rendah. Untuk itu didalam penaganan
Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

bahan olahan berupa lateks atau koagulum harus dilakukan sebaik mungkin, agar sifat karet
dapat terjaga tetap baik mulai dari kebun,pengolahan dipabrik hingga sampai luar negeri. (
Omposunggu, M,1987 )

2.2.2. Pengaruh komponen bukan karet ( non-rubber )


Kandungan bukan karet lateks yang terdiri dari air dan senyawa-senyawa protein, lipida,
karbohidrat serta ion-ion organik serta pengaruh sifat karet.
Komponen senyawa-senyawa protein dan lipida selain berguna menyelubungi partikel
karet ( kemantapan karet ), juga berfungsi sebagai antioksidan alamiah dan bahan pencepat (
accelerator ) dalam proses pembuatan barang jadi. Oleh karena itu dalam penanganan bahan
olah ( lateks kebun atau koagulum ) dan pengolahan karet ekspor ( lateks pekat, RRS atau SIR )
komponen non karet protein dan lipida harus dijaga sebaik mungkin. Hilangnya protein dan
lipida dapat terjadi akibat pencucian yang terlalu berat atau akibat terjadinya pembusukan yang
terlalu lama, sehingga habis dimakan mikroba. Menjaga kandungan protein dan lipida dapat
dilakukan dengan peralatan dan pengawetan serta mencegah terjadinya proses pencucian yang
terlalu berat sewaktu pengolahan. Karet yang telah habis kandungan protein dan lipidanya akan
mudah dioksidasi oleh udara mengakibatkan sifat elastisitas dan PRI nya menjadi rendah.
Kandungan ion-ion anorganik ( Ca, Mg, Fe, Mn, Cu dll ) berkorelasi dengan kadar abu
didalam analisa karet. Semakin tinggi konsentarsi ion logam semakin tinggi kadar abu. Kadar
abu karet diharapkan rendah, karena umumnya sifat logam dapat mempercepat terjadinya proses
oksidasi karet.
Dalam penanganan bahan olahan karet kotoran dari luar seperti, tanah dan lain-lain harus
dihindarkan. ( Ompusunggu , M , 1987 )

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

2.3. Proses pengolahan karet ( crumb rubber )

Cara pembuatan SIR 3


Cara pembuatan SIR 3 melalui beberapa langkah sebagai berikut:
1. Penerimaan bahan baku
Langkah penerimaan bahan baku meliputi:
a. Lateks kebun yang diterima di pabrik dengan menggunakan jembatan timbang
yang telah dikalibrasi. Dalam hal kebun dekat ke pabrik maka penimbangan
lateks tiap penyadap dapat dilakukan dengan timbangan gantung yang telah
dikalibrasi ukuran 50 kg.
b. Mutu lateks diperiksa secara visual untuk melihat kontaminan dan lateks yang
mengalami perkoagulasi. Kontaminan yang terdapar dalam lateks harus
disingkirkan.Lateks yang telah mengalami perkoagulasi diolah menjadi SIR 3
WF, SIR 10 dan/atau SIR 20

2. Penyaringan
Langkah penyaringan meliputi:
a. Lateks dengan mutu baik dikumpulkan dalam tangki penerimaan (bulking tank )
setelah dilakukan penyaringan dengan ukuran saringan 20 mesh. Kontaminan
yang tidak lolos saringan harus dibuang dalam tempat sampah.

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

b. Pada saat menyalurkan lateks ke tangki penerimaan, tidak dibenarkan mengalir


terlampau deras karena sebahagian lateks tidak melalui penyaringan.

3. Penentuan KKK ( Kadar Karet Kering )


Kadar karet kering lateks dari tangki penerimaan ( bulking tank ) ditentukan menurut
standar sesuai dengan prosedur pada SNI 06-2047 revisi terakhir atau dengan metrolax
yang telah dikalibrasi.
4. Pengenceran lateks
Langkah pengenceran lateks meliputi:
a. Lateks diencerkan menjadi 25-28 % karet kering. Jumlah pengenceran lateks
dapat dihitung dengan rumus:
Va =

K 3k 1

V 1
K3p

Dimana:
Va

= Volume air pengencer yang ditambahkan.

V1

= Volume lateks yang diencerkan.

K3k = Kadar karet lateks kebun.


K3p = Kadar karet kering setelah pengenceran ( berkisar antara 25 hingga 28 %
).
Hendaknya setiap pabrik menetapkan kadar karet kering pada angka yang tetap 25 hingga 28 %
agar mutu yang dihasilkan konsisten
5. Pembubuhan bahan kimia.
Langkah pembubuhan kimia meliputi:

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

a. Pada pengolahan SIR 3 WF ditambahkan larutan SMBS 10 % dengan dosis 0,40,6 kg/ton karet kering.
b. Lateks yang telah ditambahkan zat kimia atau yang telah diencerkan diaduk
selama 10 menit hingga merata.
6. Kebersihan peralatan
Langkah kebersihan peralatan meliputi:
a. Saringan lateks, bulking tank dan sarana lainnya untuk penerimaan bahan baku
harus dalam keadaan selalu bersih dengan frekuensi pembersihan setiap hari
terutama setelah selesai mengolah.
b. Timbangan untuk penentuan kadar karet kering lateks dijaga selalu bersih
terpelihara dengan baik.
7. Penggumpalan
Langkah penggumpalan meliputi:
a. Pada pabrik SIR dengan cara penggumpalan menggunakan bak penggumpal
lateks (coagulating trough ), lateks dari tangki pencampur dapat dialirkan ke bak
penggumpal lateks. Bersamaan dengan mengalirnya leteks dialirkan juga larutan
asam semut ( HCOOH ) kepekatan 2 % (matched flow process ).
b. Setelah bak penggumpal terisi penuh dengan leteks,kemudian pada permukaan
lateks disemprotkan larutan SMBS 10 %. Selanjutnya gumpalan lateks ditutup
dengan plastik hitam untuk menghindari oksidasi yang dapat menyebabkan warna
SIR menjadi gelap.
c. Lateks dibiarkan selama 3,5-4 jam sehingga diperoleh gumpalan lateks yang
sempurna.
Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

d. Bak penggumpal,talang,pengaduk,dan saringan lateks harus dalam keadaan bersih


sebelum dipakai.
8. Penggilingan
Langkah penggilingan meliputi:
a. Gumpalan lateks dalam bak penggumpal akan cukup keras setelah dibiarkan 4
jam jika koagulum akan digiling, perlu dialirkan air sehingga koagulum
mengapung yang akan memudahkan penggilingan pada crusher.
b. Koagulum digiling dengan crusher dan diupayakan agar krep hasil gilingan tidak
terputus sehingga tidak terjadi penurunan kapasitas pengolahan.
c. Lembaran krep selanjutnya digiling dengan kreper ( creper ) hingga matang giling
agar terhindar dari white spot/virgin rubber. Ketebalan krep terakhir tidak lebih
dari 5 mm.
d. Air pencuci pada setiap creper dan hammermill harus benar-benar cukup dan
bersih agar sisa asam dan serum benar-benar tercuci.
9. Pengeringan
Langkah pengeringan meliputi:
a

Remahan yang keluar dari creper-hammermill/shredder diisikan kedalam boks


atau troli pengering. Isi harus rata baik kepadatan maupun banyaknya, diupayakan
tidak terlampau padat agar udara panas dapat masuk secara merata.

Remahan dalam troli perlu disemprot dengan air hingga basah dan sisa asam
tercuci sempurna. Remahan dalam bos tidak boleh dibiarkan menunggu didepan
dryer lebih dari 30 menit, sebab jika lebih akan mengakibatkan white spot/virgin
rubber atau warna karet menjadi gelap.

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

Pengatur waktu ( setting time ) dan pengatur suhu ( setting of temperature) dryer
sama sekali tidak diperbolehkan berubah-ubah ketika dryer sedang beroperasi,
kecuali jika keadaan memaksa misalnya diketahui terjadi white spot/virgin rubber
sebanyak dua bok berturut-turut. Suhu pengeringan 110-1150C dengan waktu
pengeringan 3-3,5 jam.

Cara pembuatan SIR 20


Adapun cara pembuatan SIR 20 ini melalui langkah sebagai berikut:
1

Penerimaan bahan baku


Langkah penerimaan bahan baku meliputi:
a

Bahan olahan karet berupa lump/slab/sit angina yang tiba dipabrik ditentukan
beratnya dengan menggunakan jembatan timbang atau timbangan duduk yang
dikalibrasi.

Tempat penampungan bahan olahan karet yang berlantai semen dan terlindung
dari panas matahari dan harus dalam keadaan bersih.

Sortasi
Langkah sortasi meliputi:
a. Bahan olahan karet dari kebun ditempatkan terpisah menurut sumber dan jenis
mutunya apabila bahan baku ( lump ), slab atau sit angina saja maka dapat
langsung diolah tanpa melalui sortasi yang ketat. Apabila jenis bahan baku
bervariasi (lump, slap dan sit angina ), maka komposisinya diatur sesuai dengan
kebutuhan agar mutu produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi teknis.
b. Mutu bahan olahan diperiksa secara visual. Apabila ada kont aminan harus
dipisahkan dan dimasukkan dalam tempat sampah. Dalam keadaan tertentu , mutu

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

teknis bahan baku seperti Po, PRI, kadar kotoran dan kadar abu diperiksa secara
laboratorium.
3. Pencacahan dan blending karet
Langkah pencacahan dan blending karet meliputi:
a. Sebelum digiling bahan olahan karet terutama slab yang tebal harus lebih dahulu
dibelah dengan slab cutter/breaker untuk pemeriksaan kontaminan dan
memudahkan pengolahan selanjutnya. Kotoran permukaan bahan baku hendaknya
dicuci pada bak cuci pendahuluan atau disemprot dengan air
b. Bahan olahan karet dipecah didalam prebeaker-1/extruder-1 menjadi ukuran
diameter 3-5 cm.
c. Keluar

dari prebeaker-1/extruder-1,

cacahan

karet

dicampur

pada

bak

makroblending -1 atau drum berputar yang dilengkapi dengan saringan ( rotary


screen ).
d. Cacahan dipecah lagi menjadi ukuran lebih kecil ( diameter rata-rata 1-4 cm )
menggunakan salah satu alat atau lebih :turbomill, prebeaker II, hamermill-1,
extruder II, granulator 18 inci. Cacahan yang diperoleh kemudian dicampur lagi
pada bak makroblending II atau drum berputar yang dilengkapi dengan saringan (
rotary screen ).
e. Cacahan dipecah lagi menjadi ukuran lebih kecil ( diameter rata-rata 0,5-2
macerator hammermill atau hammermill II. Cacahan yang keluar dicampur lagi
pada bak makroblending III.
f. Dalam setipa langkah proses diatas, kontaminan yang dijumpai haru dipisahkan
dan dimasukkan dalam tempat sampah.
Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

4. Pembuatan krep
Langkah pembuatan krep meliputi:
a. Cacahan dijadikan lembaran dengan

menggunakan macerator. Apabila tidak

mempunyai macerator, cacahan langsung digiling dengan creper.


b. Lembaran yang keluar dari macerator digiling dengan creper ( 6- 12 kali)
tergantung pada kualitas bahan baku dan pengolahan pendahuluan. Apabila
melakukan penggilingan secara manual dilakukan pelipatan lembatan krep untuk
homogenasi. Krep yang dihasilkan harus matang digiling dengan ketebalan
berkisar 5-10 mm. Selama penggilingan selalu dibarengi dengan pencucian yang
baik. Diantara creper bisa juga ditambah atau creper hammermill.
5. Proses basah dan kering
Langkah proses basah dan kering meliputi:
a. Pada proses basah, krep diremahkan langsung dengan alat shredder/cutter atau
creper hammermill.
b. Pada proses kering, krep hasil gilingan ditimbang kemudian digulung dan atau
dikeringkan pada suhu ruangan ( pre drying ) selama 3-12 hari, khusus untuk
bahan baku tunggal ( lump ) atau lump yang tecampur sebahagian dengan slab.
Apabila tersedia ruangan penggantung, krep tersebut dikeringkan dala ruangan
penggantung selama 1-7 hari, khusus untuk bahan baku tunggal ( lump ) atau
lump yang tercampur sebahagian dengan slab. Apabila bahan baku terdiri dari
campuran lump/slab/sit angina/skrep maka lama penggantungan sekitar 2-3
minggu tergantung kepada nilai Po/PRI yang diinginkan.
6. Peremahan
Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

Langkah peremahan meliputi:


a. Peremahan sistem basah
Krep yang dihasilkan dari proses basah langsung diremahkan dengan alat
shredder, creper hammermill, granulator, pelletizer/extruder.
b. Peremahan sistem kering
Krep yang dihasilkan dari proses kering ( Pre drying ) digiling atau tanpa digiling
lalu

diremahkan denga

menggunakan alat

shredder,creper

hammermill,

granulator, pelletizer/extruder.
7. Pengeringan
Langkah pengeringan meliputi:
a. Hasil remahan dimasukkan kedalam troli/boks pengering. Pengisian troli tidak
boleh terlampau padat, dan ketingginannya cukup merata pada setiap troli dan
tidak boleh terjadi penyatuan remah berbentuk gumpalan.
b. Setting time dan setting or temperature dreyer ( 115- 1200C ) sama sekali tidak
diperbolehkan untuk diubah-ubah ketika dreyer sedang beropersi, kecuali apabila
keadaan memaksa misalnya terjadi white spot/virgin rubber pada dua boks
berturut-turut. Lama pengeringan setelah melalui pengeringan gantung ( 2-3
minggu ) adalah 1,5-3,5 jam sedangkan lama pengeringan dan pengeringan
gulung ( 3-12 hari ) adalah 3-4 jam. Pengeringan sengan sistem langsung 3,5-5
jam.
( tim standar pengolahan karet, 1997)

2.4. Nilai Plasticity Retention Index ( PRI )


Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

Nilai PRI dari karet mentah dapat menunjukkan tingkat ketahanan karet terhadap
oksidasi. Karet yang mempunyai nilai PRI tinggi berarti lebih tahan terhadap oksidasi
dibandingkan dengan karet yang mempunyai PRI rendah. Nilai PRI sangat dipengaruhi oleh cara
penanganan bahan olah dan pengolahan di pabrik. Karet yang dihasilkan dari bahan olah lateks
kebun akan mempunyai nilai PRI lebih tinggi dibandingkan dengan karet yang dihasilkan dari
bahan olah koagulum lapangan ( lump dan slab ).
Nilai PRI yang merupakan gambaran mengenai ketahanan oksidasi dari karet yang
bersangkutan dalam proses pengerjaan selanjutnya. Untuk SIR 20 yang umumnya diolah dari
koagulum kebun ( field kebun ) maka tingginya nilai PRI ditentukan oleh bahan penggunpal
yang digunakan, tingkat perendaman ( maturation ) dan kondisi pengeringannya. Secara umum
dapat dikatakan bahwa bahan olahan karet yang kandungan air kecil dan penggumpalannya
dilakukan dengan asam formiat ( asam semut ) seperti Sit angina memberikan produk dengan
nilai PRI yang tinggi dan lebih konsisten. Sedangkan bahan olah karet yang memiliki kandungan
air yang tinggi dan penggumpalannya dikerjakan dengan tawas, atau secara alamiah seperti slab
dan skrep biasanya memberikan nilai PRI yang rendah dan bervariasi besar.
Rendahnya nilai PRI karet yang berasal dari bahan koagulum akibat sebagian besar bahan
bukan karet terutama protein dan fosfolida yang dapat bertindak sebagai antioksidan telah hilang.
Bahan bukan karet yang masih tertinggal adalah berupa logam-logam, sehingga kadar abu karet
tersebut tinggi dan karet mudah teroksidasi. Akibatnya nilai PRI rendah. Selain itu juga dapat
disebabkan penangana bahan olah koagulum ini tidak terbaik, terutama yang berasal dari rakyat
yang berupa bokar ( bahan olah karet rakyat ).
Diketahui bahwa perendaman bokar yang terlalu lama dalam air atau penjemuran
langsung dibawah sinar matahari akan menurunkan nilai PRI. Penurunan nilai PRI ini dapat
Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

disebabkan hilangnya senyawa-senyawa antioksidan yang berasal dari protein dan fosfolida
karena sebagian besar senyawa karet terlarut atau terurai. Turunnya nilai PRI dapat pula
disebabkan oleh prose pengolahan di pabrik seperti penggilingan yang berlebihan atau
pengeringan yang terlalu tinggi temperaturnya.Nilai PRI yang berasal dari bahan olah lateks dari
setiap klon dapat diklasifikasikan mennjadi tiga kelompok yaitu rendah ( 85 ), sedang ( 86-94
), dan tinggi ( 95 ). (Azwar, Rasidin dkk, 1998 ).

2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai PRI:


a. Ion-ion logam
Ion-ion logam seperti Cu,Mn, dan Fe akan merangsang atau mempercepat degradasi
karet pada waktu pemanasan. Karena itu bahan olahan yang berkontaminasi dengan logamlogam tersebut diatas akan menyebabkan rendahnya PRI
Sebagai gambaran pengaruh kontaminasi logam-logam tersebut diatas terhadap
penurunan PRI dapat dilihat sebgai berikut :

% garam
0
0,05 CuSO4
0,20 MnSO4
0,05 ( Fe )2 ( SO4)3

PRI
94
teroksidasi
72
58

Dari data diatas terlihat bahwa prooksidan terkuat adalah Cu,,kemudian menyusul Fe dan
Mn.
Kontaminasi Cu, dan Fe dapat berasal dari peralatan yang dipergunakan di kebun atau di
pabrik sehingga perlu dihindarkan pemakaian alat-alat yang terbuat dari Cu atau Fe. Sedangkan
kontaminasi Mn diduga berasal dari tanah. Disampiping itu perlu diperhatikan bahwa ketiga
Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

logam tersebut dapat juga berasal dari air pengolahan, sehingga air pengolahan haruslah
memenuhi syarat.
Skrep pohon yang terlalu lama baru diambil dari pohonnya biasanya menaikkan kadar Cu
dan Mn, sehingga skrep pohon harus segera diamibil dan sebaiknya jangan lebih 2 hari tertahan
di pohon.
b. Pencampuran dengan karet skim
Bila lump dicampur dengan karet skim maka SIR yang dihasilkan akan mempunyai nilai
PRI yang rendah, karena karena karet skim mempunyai kadar Cu yang relatif tinggi. Oleh karena
itu pencampuran bahan olahan SIR dengan karet skim tidak diperbolehkan. Adanya
pencampuran karet skim ini biasanya dapat di duga jika kadar N dalam SIR 0,7%.
c. Jumlah ammonia
Untuk mempertahankakn kesetabilan, biasanya latek diawetkan dengan amonia. Bila
latek tersebut akan diolah menjadi SIR harus dijaga agar kadar amonia tidak terlalu tinggi karena
hal ini akan mengakibatkan turunnya nilai PRI. Disamping itu juga akan menambah kebutuhan
asam untuk koagulasi.
Pengaruh jumlah ammonia terhadap PRI dapat dilukiskan sebagai berikut:
Kadar NH3
0,01
0,05
0,10
0,50
1,00

PRI
92
94
87
86
61

Jadi penurunan PRI itu di duga karena destruksi anti oksidant alamiah oleh peningkatan kadar
NH3.

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

d. Sinar matahari
Bahan mentah yang terkena sinar matahari langsung akan mengalami penurunan PRI
secara drastis, karena sinar ultra violet yang terkandung dalam sinar matahari akan meningkakan
oksidasi. Penurunan PRI akan lebih besar jika lump yang disinari sudah kering.
Penyinaran lump mangkok kering selama 6 jam dapat menyebabkan penurunan PRI
45 %. Dengan alasan tersebut diatas, sedapat mungkin haruslah diusahakan agar bahan yang
akan diolah menjadi SIR tidak terkena sinar matahari langsung.
e. Suhu pengeringan
Temperatur pengeringan yang tinggi bukanlah faktor utama untuk mengakibatkan
penurunan PRI. Tetapi penguraian karet karena oksidasi dapat pula terjadi jika

pengeringan

suhu tinggi yang terlalu lama harus selalu dihindarkan dengan menjaga secara cermat keadaan
drier termasuk pengatur suhu dan rekorder.
f.

Perendaman dan penggilingan


Lump mangkok dan skrep biasnya direndam untuk membersihkan kotoran pada

perendaman itu ternyata bukan hanya kotoran yang terbuang tetapi anti oksidannya juga turut
tercuci. Oleh karena itu sangat perlu dijaga agar perendaman lump atau skrep tidak lebih dari 3
hari agar PRI tidak terlalu rendah.
Untuk menurunkan kadar kotoran lump atau skrep biasannya dilakukan peggilingan misal
dengan pelletizer.Gesekan-gesekan yang timbul pada penggilingan itu mengakibatkan
menurunnya nilai PRI Biasanya penurunan itu tergantung dari kondisis bahan mentah dan
peralatannya.Jadi untuk menentukan jumlah pengilingan perlu dilakukan pengamatan
Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

pendahuluan dimasing-masing pabrik karena kondisi bahan mentah dan alat sering berbeda-beda
antara satu pabrik dengan pabrik lainnya.
g. Perlakuan dengan bahan kimia
Jika dianngap perlu PRI dapat diperbaiki dengan cara merenda karet yang telah
dibutirkan dalam suatu larutan bahan kimia.Bahan kimia yang dapat digunakan untuk
menaikkan PRI antara lain asam fosfat, asam oksalat, dan thiourea
Pengaruh perendaman dalam bahan kimia terhadap PRI
Remahan direndam dalam
Air
H3PO4
0,5 %
( COOH )2 0,5 %
Thiourea 0,5 %

PRI
45
70
82
72

Sebelum pengeringan, remahan direndam didalam larutan-larutan tersebut diatas selam


3 jam. Ternyata perendaman dengan asam oksalat menghasilkan PRI yang tinggi

2.4.2 Penanganan nilai PRI


Nilai PRI yang rendah akan mengakibatkan rendahnya mutu suatu karet. Untuk itu maka
perlu dilakukan usaha pencegahan.
Adapun cara penanganan nilai PRI yang rendah sebagai berikut:
1. periksa kondisi dryer dan normalkan temperature pengeringan.
2. koagulum atau remahan harus segera diproses. Dalam keadaan yang ekstrim dapat
dipertimbangkan perlakuan dengan asam fosfat.
3. cek pH koagulasi yang terbaik biasanya 4,7.

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

2.5. Nilai plastisitas awal ( Po )


Plastisitas awal adalah ukuran plastisitas karet yang secara tidak

langsung

memperkirakan panjangnya rantai polimer molekul ( BM ) karet. Biasanya karet dengan nilai Po
menunjukkan BM nya tinggi.Syarat uji minimum Po = 30 untuk semua jenis SIR menunjukkan
bahwa karet harus memiliki BM minimum 1.300.000. SIR dengan Po kurang dari 30 biasanya
disebabkan karet telah mengalami degradasi atau pemotongan rantai molekulnya, yang berakibat
sifat fisik merosot.

2.5.1. Penanganan nilai Po


Seperti halnya dengan PRI, Po juga dapat bernilai rendah. Jika nilai Po rendah maka akan
mengakibatkan nila PRI yang diperoleh juga rendah.Untuk itu perlu dilakukan cara penanganan
agar nilai Po yang diperoleh tidak rendah.
Adapun cara penanganan nilai Po yang rendah sebagai berikut:
1. Usahakan menormalkan pengeringan dengan memberbaiki creping, crumb size, dan
pengoperasian dryer.
2. Turunkan temperature pengeringan atau kurangi/persingkat waktu pengeringan
3. Usahakan penyimpanan lump ditempat kering dan hindari penyimpanan pada rumah asap
atau pada sinar matahari.
4. Up grade mutu bahan mentah.
5. ganti formalin dengan NH4OH.

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

2.6. Pengolahan Standar Indonesia Rubber ( SIR )


Standar Indonesia rubber ( SIR ) yaitu produk karet alam yang baik prosesing ataupun
penentuan kualitasnya dilakukan secara spesifikasi teknis.
Berdasarkan bahan bakunya kualitas SIR yang dihasilkan dibagi dalam dua bagian:
1. Bahan baku lateks diproduksi menjadi SIR 5,SIR 5L,SIR 5 CV, dan SIR 5 LV.
2. bahan baku grade/cup lump diolah menjadi SIR sebagai mutu SIR 10, SIR 20, dan SIR
50.
Kemampuan suatu jenis pabrik untuk menghasilkan SIR dari bahan mentah tertentu terletak pada
kemampuannya untuk menghasilkan produk yang memenuhi syarat spesifikasi, yang dewasa ini
terdiri dari :
a. Kadar zat menguap : tergantung dari pengeringan
b. Kadar nitrogen
c. Kadar abu
d. Kadar kotoran
e. PRI atau plasticity retention index
Menurut kenyataan sekarang, dengan tanpa mempertimbangkan sifat-sifat fisika maka hanya
dua spesifikasi yang perlu mendapat perhatian serius dan harus dipertimbangkan masa-masak
bila melakukan pengolahan yaitu kadar kotoran dan PRI. Dengan demekian, untuk mendapatkan
fabrikasi yang baik persyaratan yang diperlukan adalah :
1. Cukup bersih
2. Nilai PRI cukup tinggi
3. Produk yang seragam dan spesifikasi semantap mungkin.

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

Dalam keadaan normal,dengan bahan mentah tertentu ( hasil perkebunan besar misalnya),
cara pengolahan yang lazim adalah mengolah setiap jenis bahan mentah secara terpisah untuk
memperoleh jenis mutu yang berbeda dan paling baik untuk masing-masing. Dengan bahan
mentah rakyat cara kerja semacam ini kiranya hanya angan-angan belaka karena bahan mentah
ini sukar disortasi dengan baik.Sortasi masih mungkin dilaklukan menurut jumlah kotoran yang
terkandung, tetapi tidak mungkin untuk PRI. Justru keseragaman ini yang sangat penting bagi
Indonesia, sedangkan keseragaman kadar kotoran lebih mudah dicapai dengan melakukan
pembersihan yang cukup. Karena itu berdasrkan macamnya bahan mentah perlu diterapkan cara
pengolahan yang berbeda. Langkah pengolahan yang berlaku mutlak dan umum adalah usaha
untuk mendapatkan pengeringan dan pembungkusan yang mudah. Langkah pengolahan lainnya
adalah sedikit banyak berkisar pada :
1. Pembersihan secara mekanik untuk menurunkan kadar kotoran
2. blending untuk menghasilkan produk yang lebih seragam
3. peningkatan nilai PRI ( pencampuran koagulum dengan PRI tinggi atau perlakuan
kimiawi )
Dengan demikian ada banyak jalan untuk mencapai pembersihan mekanis dan semua cara
pembersihan mekanis yang memperbaiki kadar kotoran sedikit banyak menyebabkan penurunan
nilai PRI. Karena itu yang penting adalah mencari cara pembersihan mekanis yang mampu
melakukan penurunan kadar kotoran secukupnya tanpa terlalu banyak mengorbankan nilai PRI.

BAB 3
METODE PERCOBAAN
Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

3.1 Alat-Alat
a. Blending mill
b. Wallace punch
c. Wallace Rapid Plastimeter
d. Alat pengukur waktu
e. Oven
f.

Wadah plastimeter

g. Kertas sigaret
h. Neraca Analitik
3.2 Bahan-Bahan
a. SIR 3
b. SIR 20

3.3 Prosedur Percobaan


a. Ditimbang 25 gram SIR 3 dan SIR 20 yang sudah dikeringkan
b. Digiling dengan blending mill sebanyak tiga kali dengan ketebalan 1,6-1,8 mm
c. Dilipat dua lembaran karet SIR 3 dan SIR 20 , kemudian diletakkan perlahan-lahan
dengan telapak tangan sehingga mempunyai ketebalan 3,2-3,6 mm
d. Dipotong lembaran karet SIR dan SIR 20 dengan alat Wallace punch sebanyak 6 buah
potongan uji dengan diameter 13 mm

e. Untuk pengukuran pastimeter awal (Po) diambil 3 potongan uji, sedangkan untuk
pengukuran plastisitas setelah pengusangan diambil 3 potongan uji.
Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

f.

Diletakkan potongan uji untuk pengukuran plastisitas setelah pengusangan diatas

g. Baki dan dimasukkan kedala oven pada suhu 1350C selama 30 menit, lalu dikeluarkan
kemudian didinginkan sampai suhu kamar.
h. Untuk potongan uji plastisitas sebanyal 3 buah, kemudian diletakkan satu-persatu
diantara dua lembar kertas sigaret dengan ukuran 40 mm x 35 mm, kemudian diletakkan
diatas piringan plastimeter lalu piringan plastimeter tersebut ditutup.
i.

Setelah ketukan pertama piringan bawah plastimeter akan bergerak keatas selam a 15
detik dan menekan piringan atas.

j.

Kemudian dilanjutkan sampai ketukan kedua berakhir yang ditandai dengan jarum
micrometer pada waktu berhenti bergerak sebagai nilai plastimeter karet.

k. Untuk potongan uji setelah pengusangan yang telah didinginkan pada suhu kamar diukur
dengan cara yang sama.
l.

Dilakukan perlakuan yang sama untuk suhu 140oC dan suhu 145oC

m. Nilai PRI dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :


PRI =

Pa
100 0 0
Po

Dimana :
Pa = Plastimeter setelah pengusangan
Po = Plastimeter sebelum pengusangan(Plastimeter awal)

BAB IV
Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL

Sampel

Temperatur

Sebelum
Pemanasan
(Po)

Sesudah
Pemanasan
(Pa)

Plastisitas
Retensi Indeks
(PRI)

SIR 3
I

135

II

140

III

145

25
26
25
25
24
25
25
24
24

18
18
18
15
15
15
9
9
8

72
69
72
60
63
60
36
38
33

SIR 20
I

135

II

140

III

145

28
28
28
29
28
28
28
28
28

24
23
23
22
22
22
14
14
15

86
82
82
76
79
79
50
50
54

4.2. Pembahasan
Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

Pengujian nilai PRI ini merupakan salah satu parameter untuk menentukan kualitas dari
suatu karet. Penentuan PRI adalah cara pengujian yang sederhana dan cepat untuk mengukur
ketahanan karet mentah terhadap degredasi oleh oksidasi pada suhu tinggi. Pengujian ini
meliputi pengujian plastisitas dari potongan uji sebelum dan susudah pengusangan didalam oven.
Suhu dan waktu pengusangan diatur sedemikian rupa,sehingga dapat memberikan
perbedaan yang nyata dari berbagai jenis karet mentah.Pada suhu pemanasan yang tinggi,
molekul-molekul karet akan teroksidasi membentuk senyawa-senyawa yang rentai molekulnya
lebih pendek sehingga keelastisitasannya akan semakin rendah. Nilai PRI yang tinggi
menunjukkan ketahanan yang tinggi terhadap degredasi oleh oksidasi suhu yang tinggi.
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa untuk sampel SIR 3 pada suhu 135 0C Nilai
PRI maksimum yaitu 72 % dan minimum 69 %. Suhu 1400C nilai PRI maksimum 63 % dan
minimum 60%. Suhu 1450C nilai PRI maksimum 38 % dan minimum 33 %. Sedangkan untuk
sampel SIR 20 diperoleh pada suhu 1350C nilai PRI maksimum yaitu 86 % dan minimum 82 %.
Suhu 1400C nilai PRI maksimum 79 % dan minimum 76 %. Suhu 1450C nilai PRI maksimum 54
% dan minimumnya 50 %.
Standar nilai Po dan PRI telah ditetapkan sebagai Standar Nasional Indonesia ( SNI )
nilai PRI minimum untuk SIR 20 adalah 50 % dan SIR 3 adalah 75 %. Sedangkan untuk nilai Po
minimum pada SIR 20 adalah 30 % dan SIR 3 adalah 30 %. Jadi dapat disimpulkan bahw nilai
PRI yang sesuai dengan standar yang ditetapkan adalah pada suhu 1450C yaitu 76% yang paling
mendekati dengan SNI.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
Bila nilai PRI semakin tinggi, maka kualitas karet semakin bagus( tahan terhadap oksidasi suhu
tinggi ). Sebaliknya bila nilai PRI rendah maka karet semakin peka terhadap oksidasi suhu tinggi.
Dari hasil yang diperoleh dengan menggunakan temperatur yang berbeda yaitu pada temperatur
1350C, 1400C dan temperatur 1450C didapatkan temperatur yang paling cocok digunakan adalah
temperatur 1400C yaitu 78%, dikarenakan perubahan nilai PRI yang diperoleh konstan dan
sesuai dengan SNI ( Standar nasional Indonesia ).

5.2. Saran
Sebaiknya pada waktu pemanasan, temperatur dan waktu pemanasan diatur sedemikian
rupa, dimana temperatur yang paling baik digunakan adalah 1400C agar plastisitas karet tidak
rusak sehingga nilai PRI nya menjadi tinggi dan kualitas karet menjadi baik.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar Rasidin, dkk. 1988. Prosiding Loka Karya Nasional Pemulian Karet 1988 dan Diskusi
Nasional Prospek Karet Alam Abad 21. Medan. Pusat Penelitian Karet Penelitian
Perkebunan Indonesia.
Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

Omposunggu, M. 1987. Pengolahan Lateks Pekat. Sungei Putih. Lembaga Penilitian Perkebunan.
Rubber, S. 1983. Karet Alam. Ceatakan Pertama. Jakarta. Penerbit Kinta.
Tampubolon,M. 1980. Komposisi Dan Sifat Latek. Tanjung Morawa. Pusat Penelitian
Pengembangan Perkebunan.
Tim Standar Pengolahan Karet. 1997.Kumpulan Pedoman Pengolahan Karet.Direktorat Jendral
Perkebunan.

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar Spesifikasi Mutu Lateks Pekat Munurut PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate

No

Parameter Mutu

SIR 3

SIR 20

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

Kadar kotoran

0,030

0,2

(%max)
2

Kadar abu (%max)

0,50

1,00

VM (%max)

0,80

0,80

PO (min)

30

PRI (min)

50

ASHT (max)

ML1+4 (range)

43-57

Nitrogen (%max)

0,10-0,30

0,60

Sumber: Data PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate 22 Februari 2008

Tabel 2. Standar Spesifikasi Mutu Lateks Pekat Menurut SNI


No

Parameter Mutu

Kadar kotoran

SIR 3

SIR 20

0,030

0,200

(%max)
Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

Kadar abu (%max)

0,50

1,00

VM (%max)

0,80

0,80

PO (min)

30

30

PRI (min)

75

50

ASHT (max)

ML1+4 (range)

Nitrogen (%max)

0,60

0-,60

Keterangan:
VM

= Volatile matter

PO

= Original Plasticity

PRI

= Plasticity Retention Index

ASHT = Accelerated Storage Hardening Test


ML1+4= Mooney Viscometer

Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009.
USU Repository 2009

You might also like