Professional Documents
Culture Documents
Dosen : Dr Winaresmi
Dikerjakan oleh :
Cahya Setiya
1205033008
Masalah yang dihadapi penderita dengan infark miokard adalah risiko terjadinya
perikarditis, gagal jantung akut, aritmia, anuresma ventrikel, ruptur ventrikel, ruptur muskulus
papilaris, emboli paru, syok kardiogenik dan kematian. Pasca infark miokard timbul masalah
keterbatasan fungsi fisik, masalah psikososial / depresi mental, masalah vokasional dan
penurunan kualitas hidup.
5. Penatalaksanaan.
5.1 Penatalaksanaan dari bidang kardiologi
Penanganan dari bidang kardiologi meliputi pengobatan untuk memperbaiki aliran
darah koroner serta mengurangi kebutuhan oksigen dengan cara istirahat total, pemberian
infus, oksigen, dan obat-obatan seperti analgetik, nitrat, aspirin, reperfusi dengan terapi
trombolitik atau dengan PTCA, betablocker, ACE-inhibitor.
5.2 Program Rehabilitasi Medik.
Program Rehabilitasi Medik meliputi edukasi, program latihan fisik, terapi okupasi
dan penanganan masalah psikososial. Cardiac Rehabilitation Program (CRP) dilakukan oleh
tim rehabilitasi kardiak meliputi edukasi, mengurangi faktor risiko, mengatasi faktor
psikologis yang ada, latihan fisik terstruktur yang dilakukan dengan progresi bertahap, serta
konseling masalah vokasional.
5.2.1 Edukasi.
Edukasi meliputi : pengetahuan mengenai IMA, faktor risiko, penyebab dan pencetus,
pemakaian obat secara teratur, diet rendah garam ( 2 gram) dan rendah lemak, mengatur
aktivitas sesuai kemampuan fungsional, pentingnya latihan fisik teratur dan pengaruh stress
terhadap jantung dan kegiatan seksual penderita pasca IMA
5.2.2
5.2.3
Program latihan.
intermittent bouts, 3-5 menit, periode istirahat 1-2 menit, total durasi 20
menit
Stress management
Merujuk ke psikiater jika diperlukan
Algoritma
Pasca Infark Miokard (fase rawat inap)
Hemodinamik stabil
Edukasi
Progresi latihan
Hemodinamik stabil
Edukasi
Penanganan faktor risiko
Terapi okupasi
Penanganan masalah psikososial
Latihan rekondisi
Rangkuman
Cardiac Rehabilitation Program (CRP) dilaksanakan oleh tim rehabilitasi kardiak meliputi
edukasi, mengurangi faktor risiko, mengatasi faktor psikologis yang ada, latihan fisik
terstruktur yang dilakukan dengan progresi bertahap, serta konseling masalah vokasional.
Asesmen lengkap termasuk uji latih diperlukan untuk menentukan kemampuan fungsi
jantung dan kondisi hemodinamik, serta kapasitas fungsi penderita dan stratifikasi resiko
penderita, untuk menentukan dosis latihan dan tingkat monitor / supervisi penderita.
Daftar pustaka
1. Chakravarthy MV, Booth FW. Hot Topics Exercise. Philadelphia, Hanley & Belfus,
2003:173-190
2. Franklin BA, Whaley MH and Howley ET. ACSMs Guidelines For Exercise Testing And
Prescription. 6th ed. Philadelphia, Lippincott Williams Wilkins, 2000: 165-182
3. Roberts SO. Principles of Prescribing Exercise. In: Roberts SO, Robergs RA and Hanson
P (Eds). Clinical Exercise Testing and Prescription.Theory and Application. New York,
CRC Press, 1997: 245-246.
4. Temes WC,.Cardiac Rehabilitation. In: Hillegass EA and Sadowsky HS (Eds). Essentials
of Cardiopulmonary Physical Therapy. USA, W.B.Sauders Company, 1994: 633-675.
5. William MA. Guidelines for Cardiac Rehabilitation and Secondary prevention Programs.
3 rd ed. USA, Human Kinetics, 1999:15-130
program latihan fisik / rekondisi yang dilakukan dengan progresi bertahap, terapi
okupasi, penanganan masalah psikososial dan penanganan faktor risiko meliputi smoking
cessation, lipid management, weight management dan blood pressure contro.
5.Program latihan.
5.1 Pre-op CABG
Evaluasi, breathing exercise dan latihan dengan incentive spirometer, latihan batuk efektif,
edukasi latihan pasca operasi, chest physiotherapy atas indikasi.
5.2 Pasca CABG
5.2.1
Di ICU :
Dimulai bila kondisi heodinamik stabil yaitu
a. Tidak ada chest pain ulang atau chest pain baru
b. Tidak ada gejala baru uncompensated heart failure
c. Tidak ada gejala baru ritme abnormal atau perubahan ECG dalam 8 jam terakhir
Latihan meliputi breathing exercise dan latihan dengan incentive spirometer bila
sudah ekstubasi, latihan batuk efektif dan chest physiotherapy atas indikasi, ankle
pumping exercise, ROM exercise, stretching dan mobilisasi bertahap, transfer dan
ADL sesuai kondisi hemodinamik penderita.
Dosis latihan mobilisasi:
Intensitas HRrest +20bpm, RPE 10-11 (6-20 Borg scale)
Durasi bertahap 3-5 menit, intermittent bouts dengan periode istirahat 1-2
menit, total
durasi 10-20 menit
Frekuensi 2-3 x /hari
Progresi bertahap dengan monitor BP, HR, ECG dan SaO2 dan
cardiac symptom
5.2.2
Durasi
Intensitas : RPE 11-14 (6-20 scale) setara dengan 30-50% dari 1RM yang
diangkat dengan usaha yang tidak terlalu berat (nyaman)
sebanyak 8-10 repetisi.
Repetisi
Set
Progresi
Mode
bags,walking
poles, machine/wal
rowing machine
Algoritma
kebutuhan O2
perfusi ginjal
kerusakan eritrosit
CABG
pergerakan silia
akumulasi mucus
restriksi pergerakan toraks
gangguan elektrolit
efusi perikardial
Hb
pain
kemampuan batuk lemah
volume darah
hipotensi
atelektasis
work of breathing
work of heart
perubahan postur
Hemodinamik stabil
Progresi latihan
Hemodinamik stabil
Kontraindikasi absolut -
Kontraindikasi absolut +
Latihan rekondisi
Edukasi
Penanganan faktor risiko
Terapi okupasi
Penanganan masalah psikososial
Hemodinamik sabil
Edukasi
ventilasi paru, kemampuan fungsi serta support psikologis. Edukasi pencegahan faktor
risiko sudah dimulai pada fase rawat inap dan dilanjutkan selama rawat jalan. Asesmen
lengkap termasuk uji latih diperlukan untuk menentukan kemampuan fungsi jantung dan
kondisi hemodinamik, kapasitas fungsi penderita dan stratifikasi resiko penderita, serta
menentukan dosis latihan dan tingkat monitor / supervisi penderita.
Daftar Pustaka
1.Chung EK, 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular. Edisi 1. Jakatra, EGC,
pp421-439.
2.Dafoe WA and Koshal A, 1993. Noncardiologic Complications of Coronary Artery
Bypass Surgery and Common Patient Concerns. In: Pashkow F and Dafoe WA
(Eds). Baltimore, Williams & Wilkins, pp183-195.
3.Roberts SO, 1997. Principles of Prescribing Exercise. In: Roberts SO, Robergs RA and
Hanson P (Eds). Clinical Exercise Testing and prescription. Theory and
Application. New York, CRC Press, pp 245-246.
th
Class II
Class III : Marked limitation of physical activity. Comfortable at rest, but less than
ordinary activity causes fatigue, palpitation, dyspnea, or anginal pain
Class IV :Unable to carry on any physical activity without discomfort. Symptons of
cardiac insufficiency or of the anginal syndrome may present at rest. If any
physical activity is undertaken, discomfort is increased.
4. Masalah yang dihadapi.
Masalah yang dihadapi penderita dengan gagal jantung adalah risiko terjadinya infark
miokard, stroke dan atrial fibrillation serta risiko kematian disamping masalah keterbatasan
melakukan aktivitas fisik, masalah psikososial dan penurunan kualitas hidup.
5. Penatalaksanaan.
Penatalaksanaan pada penderita dengan gagal jantung meliputi penanganan dari disilpin
kardiolgi yaitu mengatasi sindroma gagal jantung, menangani faktor presipitasi atau kelainan
yang mendasari dan
rehabilitasi medik.
5.1 Medikamentosa.
Pemberian obat ditujukan untuk :
a. Menurunkan after load : ACE-Inhibitor atau antagonis Kalsium
b. Meningkatkan kontraktilitas jantung : digitalis, dopamine, dobutamin
c. Menurunkan preload : nitrat, diuretika, vasodilator dan membatasi pemberian cairan
5.2 Program Rehabilitasi Medik.
Program Rehabilitasi Medik meliputi edukasi, program latihan fisik, terapi okupasi dan
penanganan masalah psikososial.
5.2.1 Edukasi.
Edukasi meliputi : pengetahuan mengenai gagal jantung, faktor risiko, penyebab dan
pencetus, pemakaian obat secara teratur, diet rendah garam ( 2 gram) dan rendah lemak,
mengatur aktivitas sesuai kemamuan fungsional, pentingnya latihan fisik teratur dan edukasi
dukungan psikologis penderita oleh keluarga.
i. Monitor gejala dini timbulnya dekompensasi kordis dan merujuk ke kardiolog bila
ada
Latihan rekondisi .
Latihan rekondisi pada gagal jantung meliputi latihan endurance dan resistance.
Latihan endurance.
Intensitas latihan :
Latihan endurance fase awal dimulai intensitas 40-60% VO2peak atau 10 bpm
dibawah simptom yang signifikan seperti angina, exertional hypotension, dysrhytmia
dan dyspnea.
Progresi latihan dengan meningkatkan intensitas menjadi 40-75% VO2peak atau 7085% peak heart rate dari hasil uji latih.
RPE 11-14 (light to somewhat hard), angina scale : tidak melebihi 2+
(moderate to bothersome), dyspnea scale tidak melebihi 2+ (mild, some difficult)
Durasi dan frekuensi latihan:
Fase awal diberikan dengan interval (periode istirahat 1-2 menit) selama 2-6 menit, 23 kali per hari. Progresi latihan dengan menambah durasi secara bertahap hingga
mencapai 30 menit (20-40 menit) sesuai toleransi latihan. Frekuensi minimal 3x /
minggu selama 12 minggu
Cara / mode latihan :
Dapat dengan berjalan, atau bersepeda statik
Latihan dengan beban (light-to-moderate resistance training)
Resistance training 2-3 x/minggu (low resistance dan high repetition)
Indikasi :
a. penderita gagal jantung kronik NYHA klas 1 atau 2
b. sudah menyelesaikan minimal 6-12 minggu program latihan tanpa komplikasi.
5.2.3 Terapi okupasi.
Edukasi dan latihan meliputi :
a. Konservasi energi
b. ADL
c. Stress management dan latihan relaksasi
5.2.4 Penanganan masalah psikososial
Dukungan psikologis penderita
Merujuk ke psikiater jika diperlukan
Algoritma
Gagal jantung kronik
Medis stabil
Ventricular arrhytmia -
Ventricular arrhythmia +
Program KFR
Edukasi
Latihan rekondisi
Terapi okupasi
Penanganan masalah psikososial
Rangkuman
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah
jantung dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, disebabkan impairment dari
cardiac output, penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri, disfungsi diastolik, abnormalitas
metabolisme otot skeletal atau fungsi pulmonal atau kombinasi keduanya.
Masalah yang dihadapi penderita dengan gagal jantung kronik adalah risiko
terjadinya infark miokard, stroke dan atrial fibrillation serta risiko kematian disamping
masalah keterbatasan melakukan aktivitas fisik, masalah psikososial dan penurunan kualitas
hidup.Latihan rekondisi penderita dengan gagal jantung menimbulkan perbaikan kapasitas
fungsional dan kualitas hidup, mengurangi simptom, mortalitas dan kecepatan ulangan rawat
inap karena gagal jantung. Adaptasi perifer (otot skeletal) meningkatkan toleransi terhadap
latihan fisik. Hanya penderita yang stabil dan tidak mengalami exercise induced ventricular
arrhytmia yang boleh mengikuti program latihan. Untuk itu diperlukan uji latih dengan six
minute walk test dengan monitor (telemetri bila ada).
Oleh karena pemakaian obat pada gagal jantung kronik dapat menimbulkan efek
samping, monitor selama pemberian latihan rekondisi mutlak dilakukan. Evaluasi berkala
respon hemodinamik dan kapasitas fungsi perlu dilakukan untuk menentukan progresi dosis
latihan.
Kepustakaan
1. Braith RW, 2001.Exercise for Chronic Heart failure and Heart Transplant patients. In:
Thompsom PD (Ed). Exercise & Sports Cardiology. Singapore,Mc Graw-Hill
International Edition, 317-353.