You are on page 1of 4

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banjir merupakan salah satu bencana alam, yang terjadi secara alamiah,
merupakan permasalahan umum yang terjadi di sebagian wilayah Indonesia,
terutama di daerah padat penduduk misalnya di kawasan perkotaan. Banjir selain
akibat curah hujan yang tinggi, diperburuk lagi dengan berkurangnya daerah
resapan air akibat perubahan tata guna lahan, berkurangnya penampang sungai
akibat sedimentasi atau banyaknya sampah yang dibuang oleh masyarakat ke
sungai dan kurang memadainya sistem drainase yang ada. Seperti banjir yang
terjadi di daerah Bandar Lampung pada tanggal 18 Desember 2008, dimana banjir
tersebut merendam sebagian besar kawasan Bandar Lampung. Lalu bencana
banjir kembali terjadi di Kota Bandar Lampung pada tanggal 14 Februari 2010.

Pemecahan bahaya banjir di daerah Bandar Lampung bukanlah hal yang mudah,
karena

harus

diselesaikan

secara

cermat,

komprehensif

dan

bertahap.

Permasalahan itu menyangkut penyelesaian secara teknis dan non-teknis yang


tidak akan menghasilkan suatu solusi yang baik tanpa didukung oleh data dan
pendekatan yang terukur (kuantitatif). Oleh sebab itu diperlukan data hidrologi
yang ada di daerah Bandar Lampung seperti data hujan, data aliran, maupun data
tentang Daerah Aliran Sungai (DAS).

Meskipun banjir di Kota Bandar Lampung tidak menimbulkan korban jiwa,


namun perlu adanya mitigasi/ pengurangan dampak terhadap hal ini. Dimana
upaya mitigasi yang akan dilakukan melalui Hidrograf Satuan Terukur (HST).
Dalam Pembuatan HST diperlukan data-data primer DAS seperti data hujan, data
aliran dan data tentang DAS sehingga penanganan terhadap bahaya banjir dapat
lebih akurat.

Pada tahun 2007 pemerintah menerbitkan Undang-Undang Penanggulangan


Bencana. Materi pokok yang diatur dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana antara lain adalah tanggung jawab dan
wewenang pemerintah pusat dan daerah dalam penanggulangan bencana,
kelembagaan, peran lembaga usaha dan lembaga internasional, penyelenggaraan
penanggulangan bencana (pra bencana - saat tanggap darurat - pasca bencana),
pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana, pengawasan, penyelesaian sengketa,
dan ketentuan pidana. Salah satu amanat Undang-undang Penanggulangan
Bencana adalah dibentuknya lembaga khusus yang menangani bencana yaitu
Badan Nasional Penanggulangan Bencana di tingkat pusat, dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Hal ini
karena negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa dari segala bentuk
ancaman bencana. Oleh karena itu Undang-undang Penanggulangan Bencana
diperlukan sebagai payung hukum dalam manajemen bencana.

Bencana banjir yang terjadi di Kota Bandar Lampung pada umumnya terjadi pada
DAS bagian tengah ataupun hilir, sebagai contoh adalah Sungai Way Awi,
dimana sungai ini berada di DAS Way Kuala Garuntang bagian tengah. DAS ini

mempunyai karakteristik wilayah berada di daerah tidak datar atau topografi


cenderung berbukit sehingga sangat rawan terhadap bencana banjir. Di kawasan
ini terdapat berbagai macam aktivitas karena peruntukan dari wilayah ini adalah
sebagai kawasan campuran. Salah satu aktivitas yang ada adalah aktivitas
pemukiman, dimana pemukiman yang ada di DAS ini merupakan pemukiman
padat. Selain pemukiman padat daerah ini juga mempunyai nilai ekonomi dan
sosial yang tinggi. Penelitian ini dilakukan pada Sungai Way Awi yang berada di
DAS Way Kuala Garuntang bagian tengah.

B.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


1.

Bagaimanakah HST Sungai Way Awi, DAS Way Kuala Garuntang pada
bagian tengah?

2.

Upaya mitigasi apa yang optimal digunakan untuk mengatasi banjir pada
sungai Way Awi, DAS Way Kuala Garuntang?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini meliputi :


1.

Pengukuran debit yang dilakukan dengan cara pengukuran tinggi muka air,
pengukuran kecepatan aliran dan pengukuran penampang melintang sungai.
Pengukuran ini dilakukan pada sungai Way Awi yang terletak pada daerah
Jagabaya, bagian tengah DAS Way Kuala Garuntang.

2.

Pengukuran tinggi hujan yang dilakukan dengan alat penakar hujan tipe
tipping bucket yang diletakkan pada DAS Way Kuala Garuntang sebanyak
satu titik kontrol yang terletak pada daerah Kotabaru.

3.

Membuat HST Sungai Way Awi, DAS Way Kuala Garuntang pada bagian
tengah.

4.

Membuat mitigasi banjir perkotaan yang optimal pada sungai Way Awi.

5.

Penelitian ini beranggapan bahwa Indonesia mempunyai 2(dua) musim yaitu


musim kemarau (April-September) dan musim penghujan (Oktober-Maret).

D. Tujuan Penelitian

1.

Mengetahui karakteristik (watak) banjir pada lokasi studi.

2.

Mengembangkan HST sungai Way Awi, DAS Way Kuala Garuntang pada
bagian tengah.

3.

Mendapatkan mitigasi yang optimal untuk mengatasi banjir pada sungai Way
Awi.

E. Manfaat Penelitian

1.

Memberikan informasi mengenai HST untuk melihat respon sungai Way Awi
terhadap hujan maupun bahaya banjir yang mungkin terjadi.

2.

Mengetahui mitigasi yang dapat digunakan secara optimal untuk mengatasi


banjir pada sungai Way Awi.

You might also like