You are on page 1of 86

mereka

belajar
di lapang
an

no:01 |
50.000
rp
Pendiri
Bambang Ismawan
Pemimpin Umum
Bambang Ismawan
Wakil Pemimpin Umum
Koeswandi
Pemimpin Redaksi
Onny Untung
Redaktur Pelaksana
Karjono, Utami Kartika Putri
Redaksi
Syah Angkasa, Sardi Duryatmo, Evy Syariefa Firstantinovi, Dian Adijaya Susanto,
Destika Cahyana, Laksita Wijayanti, Rosy Nur Apriyanti, Lastioro Anmi Tambunan,
Vina Fitriani, Imam Wiguna, Hermansyah, Kiki Rizkika
Sekretaris Redaksi
Mimin Suyatmin
Artistik
Antonius Riyadi, Edi Amd, Satrio Wibowo, Bahrudin, Hernawan Nugroho, Topik
Andri Sitepu, Kukuh Hariyanto 6 Mereka Tidak Takut Lelah dan Rugi
8 Mubin Usman
Konsultan Grafis
Tonny Parhansyah Di Antara Buah dan Bensin
14 Legawa Hamijaya
Dokumentasi Dokter Polisi di Kebun Duren
Indira Kelana Devi, Agus Untung Suropati 20 Imron Khudori
Penerbit Juragan Adenium yang Besar di Jalan
PT Trubus Swadaya 24 Eddy Sutioso
Direktur
Metamorfosis Pride of Sumatera
Onny Untung 28 Li Shih Hua
Pelopor Ekspor Bulan Taiwan
Pemasaran 32 Pramote Rojruangsang
PT Trubus Media Swadaya
Kisah Laki-laki Variegata
Direktur 36 Bangun Dioro
Tinus Lingga Sersan di Kandang Kambing
Iklan 40 Daun Penjemput Maut
Kinanti Roospitasari (Koordinator), 42 Budiyanto Tasma
Supri Handoyono, Mahar Prabowo, Gudang Reptil Dunia
Hawari Hamiddudin 46 Vichai Pinyawat
Distribusi Kegilaan Bersama Burung
Kosim (Kepala), Eddy Sunarto, Hudi Utomo 52 Kh Fuad Affandi
Agribisnis dan Agama
56 Priatmana Muhendi
Kesetiaan pada Tomat
Alamat Redaksi dan Perpustakaan 60 Darren Chandra
Wisma Hijau, Jl. Raya Bogor Km 30 Mekarsari, Cimanggis, Depok - 16952 Telp : (021) 8729060, 87701748 Faks :
(021) 8729059 E-mail: redaksi@trubus-online.com; Homepage: www.trubus-online.com; Alamat Distribusi dan Setelah Timah Terbitlah Rempah
Iklan : Jl. Gunung Sahari III/7, Jakarta Pusat 10610 Telp. : (021) 4262318 (direct), 4204402, 4255354 (hunting), Fax. 64 Jap Khiat Bun
(021) 4269263; Bank: BRI Veteran No. RC. 314603099; Bank BCA Cabang Samanhudi a.n. Majalah Trubus (YSTM) Bersandar pada Ikan Hias
No. Rek. 4770040111 Giro Pos : Rekening Giro dan Cek Pos No. A. 12.676; Alamat Surat : Kotak Pos 1456, Jakarta
10014; Harga per Eksemplar : Rp50.000,-.
68 Djuju Antony
Tetap Diskus, Bukan yang Lain
CARA BERLANGGANAN 72 JB Hariantono
Kalau di kota Anda tidak ada agen toko buku yang menjual TRUBUS, Anda bisa berlangganan langsung dengan
mengirimkan uang melalui pos wesel atau transfer ke Bank BCA Cab. Samanhudi a.n. PT Trubus Media Swadaya
Ketika Bangkir Terpikat sang Ratu
No. 4770091000. Kirimkan bukti transfer atau resi wesel ke Bagian Sirkulasi Majalah Trubus, Jl. Gunung Sahari 76 Jesda Attavichit
III/7 Jakarta 10014 Tromol Pos 1456. Majalah akan dikirim dengan pos biasa ke alamat. Harga tersebut belum Kolonel Tertawan Cupang
termasuk ongkos kirim. (Ongkos kirim Jawa/Madura Rp41.000,-; Sumatera Rp48.500,-; Kalimantan/Bali Rp50.000,-; 80 Suluh Eko Prabowo
Lombok/NTT/NTB Rp55.500,-; Sulawesi Rp52.500,-; Maluku/Irian(Papua) Rp64.000,-.
Makmur Karena Lobster
TOKO-TOKO TRUBUS 84 Bukan karena Lampu Aladin
1. Toko Trubus Gunung Sahari, Jl. Gunung Sahari III/7 Jakarta Pusat, 021-4204402; 2. Kebun Pembibitan Trubus
Cimanggis, Desa Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Depok, 021-8721201-04; 3. Toko Trubus Makro, Jl. Lingkar
Luar Selatan Kav. 5-6 Pasar Rebo - Jakarta Timur, 021-9239845; 4. Toko Trubus Bintaro Jaya Sektor IX, samping
Bank Universal, 021-7450761; 5. Toko Trubus Cikarang, Jl. Raya Industri, samping Hompimpa, Lippo Cikarang,
021-89909872; 6. Toko Trubus Daan Mogot, Jl Ruko Daan Mogot Baru samping Rs. Hermina, 021- 9188493; 7.
Toko Trubus Ungaran, Jl. Merapi No. 17 Ungaran, 024- 6922976; 8. Toko Trubus Yogyakarta, Jl. Raya Godean
Km. 5 Ps. Tlogorejo, 0274- 7104303; 9. Toko Trubus Semarang, Jl. Pamularsih No. 101 Semarang, 024-70718601
10. Toko Trubus Purwokerto, Jl. Menteri Sumpeno No. 10 (Depo Pelita) Sokaraja, 0281-6844218.

PENCETAK
PT DIAN RAKYAT. Isi di luar tanggung jawab percetakan.
Cover: Mereka Belajar di Lapangan Foto: Onny
Untung Koleksi: Yui Po Chen Lokasi: Tian-Wei,
Chung-Hua, Taiwan Desain: Edi Amd

4 TRUBUS GOLD EDITION - I


a
merek
r
belajaan
ng
di lapa

Mereka Tidak
Takut
Lelah
& Rugi
Jakarta membara. Asap mengepul dari gedung-gedung yang terbakar.
Barang dagangan dijarah. Kerusuhan Mei 1998 itulah yang mengubah
kehidupan Handry Chuhairy. “Dari 5 toko, cuma 1 yang tersisa,” ujar
manajer operasional pasar swalayan Sabar Subur itu. Stres dan putus
asa membuncah di benak alumnus Universitas Tarumanagara itu.

Dukadirinya.
lara itu tidak ia biarkan membenamkan berbicara di berbagai pelatihan aglaonema.
Semangat bertahan di Adenium, yang juga menjadi pilihannya sejak
tengah kesulitan segera dibangkitkan. Ia pun pertama kali terjun ke pertanian, memenuhi
rajin berselancar di dunia maya. Di malam-malam nurserinya di Tangerang. Bisnis ritelnya pun
yang hening berkali-kali matanya menyinggahi bangkit kembali. Tiga dari empat toko yang dulu
situs berisi aneka warna bunga dan daun. “Saya terbakar berhasil dibangun kembali. “Anggap
senang tanaman,” ungkap sarjana Ekonomi itu. saja kebun itu ganti toko yang kelima,” katanya
Hobi yang terpupuk sejak dahulu itulah yang sambil tertawa terbahak-bahak saat dihubungi
mendorongnya untuk berkecimpungan di dunia via telepon.
tanaman hias, saat bisnis ritelnya terpuruk. Jauh sebelum Handry terjun ke bisnis tanaman,
Adenium dan aglaonema pilihan pertama. di Lembang Rizal Djaafarer sudah mengibarkan
Sembilan tahun berlalu. Handry kini menjelma benderanya. Selama 28 tahun komunitas tanaman
sebagai pekebun andal. Ia kerap diundang untuk mengenal pria santun itu sebagai pakar kaktus
6 TRUBUS GOLD EDITION - I
dan phalaenopsis. Bisnis kaktusnya bermula jangan menanyakan waktu yang tepat untuk
setelah ia berhasil menyilangkan aneka kaktus. memerah kambing pada Greg, menanyakan pH
Kepiawaian itu membuat Rizal bingung lantaran air untuk koi pada Bangun Dioro, menanyakan
jumlah koleksinya membeludak. Iseng-iseng kaktus pada Jap Khiat Bun. Mereka tidak akan
para kaktus itu dijual di pameran. Hasilnya luar bisa menjawab. Itu karena ketiganya fokus di
biasa. Jadi, Rizal muda memutuskan, kaktuslah bidang masing-masing.
kehidupannya. Ia hengkang dari bangku terakhir Kerja keras, fokus, dan konsistensi itu ternyata
di Fakultas Pendidikan Teknik Kejuruan Jurusan tidak cukup. Dinding terjal lain yang masih
Arsitektur, IKIP Bandung. harus dilalui –dan setiap saat siap menghadang
Rizal Djaafarel dan Handry Chuhairy bagian lagi—ialah rugi. Sekitar Rp100-juta uang Handry
dari orang nonpertanian yang berkebun dan Chuhairy amblas sejak main aglaonema.
terbilang sukses di mata orang banyak. Sekadar Sedangkan Imron Khudori sempat terimpit hutang
menyebut nama, ada Jaka Dhama Limbang, Rp150-juta. Bisnis pelepah pisangnya terpuruk
jebolan Fakultas Teknik Universitas Trisakti yang sehingga ia terpaksa menjadi pedagang keliling
memperdalam ilmu pascapanen tanaman hias, sebelum nasibnya
dan mampu memproduksi aneka berubah menjadi bandar besar
mesin pertanian. Jauh melintasi Bagaimana adenium.
lautan, di Kaohsiung, Taiwan Li Masuknya para pemain
Shih Hua setiap hari menyibukkan
duduk berlatar belakang nonpertanian itu
diri memonitor pertumbuhan perkaranya memberikan fenomena menarik
phalaenopsisnya. Alumnus seperti yang terlihat di kebun
Business Adminstration, Taichung
sehingga para durian Bernard Sadhani. Pekebun
University itu kini berubah menjadi pemain tanaman durian jebolan Teknik Sipil ITB itu
eksportir kelas dunia. yang semula memperlakukan durian seperti tiang
Lantas, apakah yang berlatar listrik atau jalan raya. Kontraktor
belakang pertanian tidak ada yang tidak mengerti sipil itu memakai theodolit saat
sukses? Tidak juga. Sebut saja seluk-beluk menanam durian. Sejauh mata
Wildan Mustofa, jebolan Fakultas memandang, jejeran pohon durian
Pertanian Jurusan Ilmu Tanah pertanian bisa di Cikalong Kulon, Cianjur, itu terlihat
IPB yang berkebun kentang di eksis? Eka lurus dengan tinggi seragam.
Pangalengan. Nama lain ialah Nun di Desa Cisarua, Kecamatan
Gregori Garnadi Hambali, lulusan Budianta, sang Sukaraja, Kabupaten Sukabumi,
Biologi University of Birmingham, penyair yang Priatmana Muhendi pernah gagal
Inggris, breeder kawakan yang
diacungi jempol oleh pemain
senang menulis memenuhi permintaan besar untuk
tomat. Soalnya, tomat yang ia
tanaman dunia. mempunyai kumpulkan dari petani di sekitarnya
*** beragam bentuk, ukuran, dan
Bagaimana duduk perkaranya
jawabannya, warna. Sarjana Manajemen itu
sehingga para pemain tanaman “Karena mereka pun kemudian menularkan ilmu
yang semula tidak mengerti seluk-
beluk pertanian bisa eksis? Eka
tidak tahu apa- manajemennya
menganjurkan
pada petani. Ia
ada kerjasama
Budianta, penyair yang senang apa, tapi suka.” pengaturan masa tanam dan jenis.
menulis menjawabannya, “Karena Kini, di desa itu dapat diperoleh
mereka tidak tahu apa-apa, tapi tomat dalam jumlah besar dengan
suka.” Lantaran tidak tahu apa-apa, setiap saat keseragaman tinggi, tidak campur aduk bulat,
tanaman itu diperhatikan sehingga tumbuh baik. lonjong, merah atau kuning.
Terjemahan di lapangan dari ucapan Eka Ketekunan yang digabung dengan tekad dan
Budianta itu ialah disiplin. Ambil contoh Bangun kesabaran memang modal besar yang diperlukan
Dioro. Jika pada malam hari telinganya terusik untuk terjun di agribisnis. Dua puluh satu tahun
lengkingan kambing, maka esok paginya ia lalu Jap Khiat Bun mencari cacing di sungai
akan menjadi penghulu, mengawinkan kambing. Jakarta yang kotor dan berbau “Semua sungai
Kambing melengking pertanda birahi. Jika masa dan selokan sudah saya datangi untuk diambil
kawin ditunda, Bangun Dioro harus menunggu 21 cacingnya,” katanya. Eksportir ikan hias terbesar
hari lagi. Itu artinya ia kehilangan waktu 5 bulan di Indonesia itu tekun, belajar pada para ahli.
untuk bisa memerah susu kambing. Dia menjalankan prinsip Sin Yung: kepercayaan
Bertanyalah tentang tanaman pada Greg. dan kejujuran. Tanpa itu semua tak ada yang
Bertanyalah tentang kambing pada Bangun Dioro. langgeng. Itulah yang dilaksanakan secara
Bertanyalah tentang ikan hias pada Jap Khiat Bun. konsisten oleh mereka yang sukses belajar di
Ketiga orang itu pasti tahu jawabannya. Namun, lapangan. (Onny Untung)
TRUBUS GOLD EDITION - I 7
mubin usman:

Dari atas rel kereta api, Mubin Usman mulai membangun mimpi: hidup lebih baik
ketimbang sekadar menjadi petani padi sawah seperti sang ayah. Pilihan jatuh
pada bisnis buah yang dalam hitungannya lebih mendatangkan rupiah. Sebuah
keputusan tepat.

mereka
belajar
di lapan
gan

8 TRUBUS GOLD EDITION - I


a
merek
beplaanjagarn
di la

Foto-foto: Evy Syariefa


Derurel
Di bengkel kereta api melintas di atas kira-kira 1 km—menumpuk pepaya
yang kini di dekat kawasan jinggo—mirip jenis bangkok
serbamodern kampus Universitas Indonesia, sekarang—hasil panen di kebun.
Depok, selalu membangkitkan Begitu kereta tiba, tanggungan
memori Mubin Usman. Hampir diikat menggantung di jendela.
setengah abad lalu, di atas angkutan Setelah siap, dengan sigap anak
umum massal itu kelahiran Depok ke-3 dari 12 bersaudara itu
59 tahun silam itu menggantungkan melompat masuk.
harapan.
Di sebuah stasiun sederhana—
sekarang Stasiun Pondokcina—saat Jago silat
jarum jam baru bergulir ke angka Itulah awal hari Mubin. Di
3 dari tengah malam Mubin menunggu M a n g g a r a i ,    p e p a y a — k a d a n g -
kereta. Sepur itu akan mengantarkan kadang dilengkapi pisang, jeruk, atau
ke tempat tujuan: Pasar Manggarai, rambutan—sudah ditunggu para
Jakarta Selatan. Terlambat sedikit tengkulak. Tawar-menawar harga
saja, kereta pertama yang berhenti terjadi sampai tercapai kesepakatan:
di stasiun pada pukul 04.30 pergi isi pikulan berpindah pada tengkulak
meninggalkan. yang paling berani memberi
Di stasiun itu, Mubin muda harga mahal.
yang baru lulus Sekolah Rakyat N a m u n ,   t a k    s e l a l u    r u p i a h
tidak bertangan hampa. Di dalam didapat. Kerap terjadi, baru saja
2 pikulan yang ditanggung sendiri ia turun dari kereta, beberapa
Medali dari
Presiden sembari menyusuri jalan tanah dari orang mengerubungi. Bukan untuk
Megawati rumah di kawasan Kober—berjarak membeli,  tapi meminta paksa

10 TRUBUS GOLD EDITION - I


buah yang dibawa. Kalau sudah Strateginya memang Lengkeng,
begitu, mau tak mau Mubin mesti jitu. Mubin jadi bisa cerita manis
m e n g e l u a r k a n    “ i l m u memasok massal ke bibit buah
n g o t o t ” .    “ B a r a n g pasar buah. “Kadang-
yang mereka ambil, kadang ada orang
saya rebut lagi. y a n g    b e l i    b u a h
Kalau mereka masih m e n a n y a k a n ,    s a y a
memaksa ya terpaksa punya bibitnya tidak. Nah,
mesti berantem dulu,” besok saya tinggal bawa
kata laki-laki yang besar di bibit yang ada di kebun,” tutur
kebun bersama sang ayah—Haji pria yang beribadah haji pada 1996
Usman—itu. Untung sebagai anak itu. Dari sanalah cikal-bakal usaha
lelaki Betawi, Mubin dibekali ilmu pembibitan buah-buahan unggul yang Dari lahan
beladiri. Kalau sudah begitu, niat hingga kini bertahan. seluas
berjualan urung dilaksanakan.
Sukses menjual isi tanggungan 100m2
bukan berarti aman-aman saja. Buah yang jadi Presiden di pinggir
rupiah “menggoda” preman pasar buat meminta
“uang jago”. Lagi-lagi Mubin mesti beradu nyali Soeharto jalan, bisnis
dengan para pemalak. “Kondisi di pasar memang Rintisan sejak puluhan Mubin
begitu. Nyawa jadi taruhan,” tuturnya. Toh, tahun silam itu Trubus masih
pria gemar bercelana komprang, baju pangsi, bisa saksikan di nurseri Wijaya Usman
dan sarung dibelit di pinggang bila ke pasar itu Tani—nama kebun bibit milik menggurita
pantang mundur. Mubin sekarang—di kawasan
Margonda, Depok. Di dekat saung,
jadi
Mubin menunjuk tabulampot mangga dalam 4 kebun
Bibit buangan drum besar berumur lebih dari 30 tahun. Diameter
bibit dan
Hasilnya, berbekal uang hasil penjualan, batang bawah mencapai 30 cm, tajuk pendek
Mubin pulang ke Depok. Namun, sesuai pesan karena rutin dipangkas. “Ini sudah saya sambung bengkel
Haji Usman pikulan tak boleh kosong. “Jadi saya berulang-ulang dengan jenis berbeda. Awalnya modern,
bawa sampah pasar—waktu itu tanpa plastik dan indramayu, lalu okyong, sekarang nangklangwan,”
barang lain yang sulit urai, red—buat dijadikan serta
pupuk,” ujar ayah 3 anak itu. Tiba di rumah, Mubin toko ban
memilah-milah sampah, memasukkan ke dalam
lubang, menimbun dengan tanah supaya jadi ternama.
kompos. Kompos—berbarengan dengan kotoran
sapi dan kambing yang diternak di dekat rumah—
dipakai sebagai pupuk ribuan pepaya di lahan
3.000 m2 yang jadi komoditas andalan. Pepaya
dipilih karena cepat panen.
Dari sisa sampah pasar, muncul bibit buah-
buahan. “Di situ kan ada biji durian, mangga,
rambutan. Semua tumbuh,” tutur Mubin. Bibit-bibit
yang jumlahnya makin banyak itu dikumpulkan.
Lalu dimasukkan ke dalam keranjang bambu Waktu
kecil—sekarang polibag—sebelum diletakkan menerima
penghargaan
berkelompok di antara barisan pepaya. Durian
dari Gubernur
dengan durian, mangga dengan mangga, rambutan Jawa Barat
dengan rambutan, jeruk dengan jeruk.
Bibit lantas disambung dengan entres jenis papar kakek 3 cucu itu fasih menyebut 2 varietas
unggul—ilmu yang didapat dari ayah. Entres mangga introduksi asal Thailand.
didapat dari pohon-pohon milik tetangga di Mubin memang inovatif. Sejak punya lahan
dekat-dekat rumah. Maklum Depok dulu memang sendiri—pada 1972 menempati tanah seluas kira-
dikenal sebagai sentra buah-buahan. Hasil kira 100 m2 di pinggir Jalan Margonda berpisah
sambungan ditanam di lahan kebun orangtua dengan orangtua—ia rajin mengumpulkan jenis-
yang masih kosong. Lagi-lagi penanaman massal. jenis buah unggul. Dalam sebuah foto jepretan
“Supaya kalau nanti panen hasilnya banyak. Jadi 1980-an, Mubin mejeng dengan jambu biji
bisa membanjiri pasar,” kata pria yang tak lulus bangkok. Waktu itu ia satu-satunya pemilik jambu
Sekolah Menengah Pertama itu. bongsor itu.
TRUBUS GOLD EDITION - I 11
a
merek
beplaanjagarn
di la

Di depan Bibit didapat dari sebuah sesaat. Bisnis bibit jeruk runtuh
kios bensin pameran di kawasan lantaran penyakit Citrus Vein
sekaligus kebun Ancol, Jakarta Utara, Phloem Degeneration (CVPD)
bibit
pada 1982 berbarengan mewabah. “Orang takut tanam
dengan lengkeng diamond jeruk,” keluh pria yang pada
river, mangga khioe sawoi awal membuka kios otomotif
dan okyong, serta durian sering menyewa ojek untuk
monthong. Pada pameran belanja onderdil ke Kota itu.
yang diikuti oleh peserta Bangkrut, laki-laki yang
mancanegara itu, Presiden menikah pada 1971 itu
Soeharto—yang membuka mulai lagi dari awal dengan
acara—berpidato, “Bangsa memperbanyak mangga,
Indonesia harus berdikari.” rambutan, dan belimbing.
Buat Mubin, itu berarti S e b a g i a n     d i t a n a m
punya  kebun  buah  dan pembi sendiri untuk dipanen
bitan  sendiri. Barang introduksi buahnya. Itu pun bukan
boleh masuk, tapi hanya dalam tanpa   risiko.  Waktu
bentuk tanaman induk. Di tanahair, awal menanam pepaya
bibit diperbanyak, lalu ditanam dan jeruk di kebun
supaya hasilnya bisa dipanen dan o r a n g t u a ,     r i b u a n
dikirim ke pasar. Apalagi waktu itu, tanaman siap panen
Mubin melihat buah impor mulai dimusnahkan karena peraturan
berdatangan. pemerintah. Bencana alam pun jadi hambatan.
Banjir besar setinggi 1 m pernah meluluh-lantakan
tanaman pepaya.
Unggul Toh, Mubin berani menerima tantangan
N i a t     i t u itu. Pilihannya ternyata tepat. Dari
diwujudkan dengan kebun belimbing dewa dan jambu
mengumpulkan biji daging merah, pria yang kios
bibit buah unggul dari bensinnya berkembang jadi toko
kampung ke kampung. Pun oli, bisnis cuci motor, dan toko
hasil introduksi, meski ban itu memasok tengkulak
di Pasarminggu, Jakarta
Selatan—Mubin pindah ke
sini pada 1972 karena pasar
Manggarai dibubarkan—dan
Belimbing Citayam, Bogor.
dewa, salah B e l a k a n g a n     b a n y a k
satu andalan pekebun yang mengikuti jejak
sehingga belimbing dewa dan
jambu biji merah jadi komoditas andalan
Depok. Mubin pun berbangga hati. Dua komoditas
itu dilepas sebagai varietas unggul nasional oleh
menteri pertanian atas namanya—ditambah kecapi

harganya waktu itu, “Ngga cukup kalau ngga jual


1 ekor kambing,” selorohnya.
Di kebun kecilnya, bibit-bibit itu dikumpulkan,
diperbanyak, dan dijual. Terkadang Mubin memikul
bibit hingga ke kampung-kampung memenuhi
pesanan pelanggan. Bibit laris-manis karena
waktu itu masih jarang hasil perbanyakan dengan
cara vegetatif—umumnya bibit asal biji.
Lantaran banyak pembeli menanyakan bibit
jeruk, Mubin berkonsentrasi memperbanyak bibit
anggota famili Rutaceae itu. “Ternyata memang
Waktu wisata laku banyak,” kata pria yang sembari merawat bibit
belanja ke juga membuka kios bensin di lokasi sama. Sayang
Thailand bulan madu perniagaan bibit jeruk hanya bertahan

12 TRUBUS GOLD EDITION - I


ratu jaya. Malah belimbing dewa menjuarai Lomba
Buah Unggul Nasional Trubus untuk kategori buah
bintang pada 2003—2005.
Gara-gara itu pula, pria yang kios bensinnya
menjelma jadi bengkel besar itu semakin terkenal
sebagai penyedia bibit dan buah unggul. Sebuah
penghargaan Satyalancana Wira Karya dari
Presiden Megawati diberikan pada acara Pekan
Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (Penas
KTNA) di Manado pada 2004. Kehormatan
lain, penghargaan sebagai perintis
lingkungan hidup dari Gubernur Jawa
Barat atas jasa mengubah daerah
aliran sungai Ciliwung menjadi
sentra belimbing.

Pingpong manis
Manisnya bisnis bibit pun
dirasakan kembali. Saat tren lengkeng
dataran rendah menyeruak di tanahair,
laki-laki yang tinggal di kawasan elit
Depok itu panen order. Tabulampot
lengkeng diamond river dan pingpong yang
dimiliki sejak lama laris-manis dengan harga
fantastis. Padahal, dulu tidak ada yang melirik.
Toh, Mubin belajar dari pengalaman.
Keuntungan penjualan bibit diinvestasikan. “Jual Kini jejak kesuksesan pria yang berkeliling Kecapi ratujaya,
Eropa atas undangan sebuah perusahaan ban varietas unggul
bibit itu harus bisa nyimpen duit, karena bisa jadi
itu masih terekam jelas di nurserinya. Di Wijaya nasional
hari ini laku, besok-besok sampai sebulan ngga
ada yang beli,” selorohnya. Tani, Trubus melihat deretan tabulampot buah
naga; polibag-polibag bibit lengkeng diamond
river, pingpong, dan itoh; mangga okyong,
nam dok mai, khioe sawoi, erwin, dan lancetila;
kelapa pandanwangi; kecapi bangkok; dan
durian monthong—sekadar menyebut contoh
jenis introduksi.
Sebagian besar dibawa dalam bentuk biji
waktu perjalanan ke luar negeri. Terakhir, pada
perjalanan ke Thailand untuk ke-7 kali, pemilik
toko ban terbaik se-Indonesia pada 1994 itu
memboyong bibit nangka berdaging merah dan
mayongchid—gandaria manis.
Mereka bersanding dengan rambutan rapiah,
belimbing dewa, jambu biji daging merah, jeruk
siem, kedondong, dan sawo kecik lokal. Hasil
perbanyakan itu untuk memasok pedagang
di seputaran Jabotabek hingga kota-kota di
luar Jawa.
Belakangan, Mubin aktif mengikuti ekshibisi. Di
sana rupiah dari bibit buah mengalir lebih deras—
sama seperti ketika musim tanam buah-buahan
datang pada penghujan. Mobil bak terbuka dari
kebunnya pun masih rutin memasok Pasarminggu
dan Citayam. Dari bisnis di pinggir rel, kebun bibit
Mubin menyebar di 4 tempat. Dari kios bensin Dulu satu-
tepi jalan, menggurita jadi bengkel ternama. Buat satunya pemilik
Mubin, hidup di antara buah dan bensin. (Evy jambu biji
Syariefa) bangkok

TRUBUS GOLD EDITION - I 13


legawa hamijaya:

KD
Dokter Polisi
di
ebun
uren
“Mohon maaf! Praktek libur, besok buka kembali.” Tulisan itu
terpampang di pintu gerbang. Libur bukan karena hari besar, tapi sang
dokter gigi akan mengontrol kebun durian yang tiba masa panen.

14 TRUBUS GOLD EDITION - I


mereka
belajar
di lapan
gan

Siawi yang bikin


penasaran
a
merek
beplaanjagarn
di la

Foto-foto: Karjono, Edi Amd, Koleksi Legawa


Karena
durian, berani
tinggalkan
pasien

Denganpenghasilan
pernyataan itu artinya Rp6- juta selama 5 tahun—Legowo masuk pendidikan
yang biasa PPSS (Perwira Polisi Sumber Sarjana) di
didapat setiap kali praktek hilang. Namun, Semarang. Pada 2000 pemerintah langsung
AKP drg Legawa Hamijaya seperti tak acuh. Ia menempatkannya sebagai dokter polisi di Provinsi
malah memilih pergi ke kebun durian. “Kalau itu Lampung. Hari-hari Legowo di Bumi Ruwa Jurai
rezeki saya, tidak akan lari ke mana. Mereka (para itu tentu dilalui dengan kesibukan melayani
pasien, red) sangat fanatik, besok sore pasti akan sesama anggota polisi dan masyarakat umum.
kembali,” jawabnya ringan. Legowo—begitu pria “Pulang malem terus, malah kadang sampai pagi
bertubuh gempal itu disapa—memang punya karena harus memvisum mayat,” tutur kelahiran
profesi ganda. Selain bertugas sebagai dokter di Yogyakarta 7 Januari 1975 itu.
Kepolisian, ia menggeluti agribisnis. Namun, naluri bisnis bungsu dari 8 bersaudara
Dunia pertanian bagi Legowo bukan barang itu tidak bisa disembunyikan. Ketika melihat
baru. Ayahnya di Yogyakarta yang mengelola pasokan sayuran di pasar-pasar seputaran
Sikepel beberapa hotel mempunyai puluhan hektar
tanaman salak. Jadi, meski kuliahnya di
kedokteran gigi, perkembangan pertanian tak
luput dari perhatian. Apalagi setiap bulan ia rutin
membaca majalah Trubus yang diakui banyak
menampilkan kisah sukses petani-petani di dalam
dan luar negeri.. “Komoditas-komoditas yang
potensial dikembangkan pun diperkenalkan di
majalah,” ujarnya.
Selepas lulus dari Fakultas Kedokteran Gigi
Dukungan istri Universitas Gadjah Mada pada 1999 dengan
penting mendapat predikat lulusan 5 tercepat—ditempuh

16 TRUBUS GOLD EDITION - I


Bandarlampung kurang, di benaknya langsung kebun, Legowo mulai mengeksploitasinya. Ciptakan
terbersit niat untuk menjadi petani. Dengan Ia menempatkan 2 karyawan yang bertugas kebanggaan
lahan sewaan ia sempat beberapa kali menanam merawat kebun dengan sistem bagi hasil. pada diri
pekerja
caisim, pakcoy, dan cabai, sebelum akhirnya “Lumayan, tidak sekadar menutup biaya, tapi ada
diputuskan untuk ditinggalkan. “Tanaman kelebihan,” ucapnya. Bagaimana tidak, setiap
sayuran harus ditangani intensif, sementara saya tahunnya dari kakao diperoleh pemasukkan bersih
tidak punya banyak waktu. Lagi pula harga Rp12-juta—Rp15-juta, durian Rp18-juta, dan
fluktuatif,”  imbuhnya. cengkih Rp14-juta. Itu belum termasuk penjualan
dari petai, alpukat, dan kelapa.

Beli kebun
Tak berhasil mengatasi keterbatasan waktu, Fokus ke durian Keberhasilan AKP
pemuda yang piawai memainkan berbagai alat Yang menggembirakan, mania-
musik tradisional Jawa dan modern itu mengubah mania durian di Lampung kian drg Legawa Hamijaya
strategi. Legowo menganalisis, “Sayuran potensial mengenal kualitas durian dari beragribisnis tak lepas
diusahakan, tapi yang cocok bagi saya mungkin kebunnya. Oleh karena itulah
tanaman tahunan, seperti buah-buahan.” Minat dengan bermodal 160 pohon durian dari ilmu polisi yang
ke arah itu sebetulnya sudah muncul sejak jenis lokal berumur 20—30 tahun, diterapkan. Kebunnya
kedatangan di Lampung. Mata bisnis pehobi Legowo membangun kios di depan
rumah dan sekaligus membuka
aman dari penjarahan
kebunnya untuk dikunjungi para karena teman-teman
penikmat raja buah itu. Embel-
embel durian jatuhan dan dijual
sekantor sering
dengan harga kiloan, Rp5.000/ kg, diajak nongkrong
Lembah Durian—nama farm- sambil menikmati
nya—ramai dikunjungi saat musim
buah tiba. lezatnya durian. Siapa
“Banyak sekali yang datang, yang tidak gentar
sampai-sampai ada yang tidak
kebagian,” kata ayah 2 putra itu. berhadapan dengan
Harap mafhum durian yang jatuh sekompi polisi? Ilmu
tidak bisa diatur. Jika sudah begitu
renang itu mengincar lahan di perbukitan yang
mereka rela menginap, menunggu polisi pula yang
berjarak sekitar 10 km dari rumah, tepatnya di
daerah Sukadanaham.
sampai buah berduri tajam itu jatuh. bisa meningkatkan
Pernah kejadian seorang konsumen
Di lokasi itu tumbuh beragam tanaman buah-
fanatik dengan membawa tenda produktivitas pekerja.
buahan, termasuk durian yang menjadi buah
dari rumah, menginap sehari
unggulan Lampung. Bahkan dari sanalah durian-
semalam di bawah pohon demi
durian enak berasal. Motivasi Legowo untuk
sebutir siawi. Siawi salah satu jenis
menguasai lahan kian besar. Kebetulan, rezeki
durian yang diunggulkan memang
dari buka praktek di rumah cukup untuk menutup
sangat istimewa. Daging kuning,
10 hektar lahan yang ditawarkan pemiliknya,
kering, berasa manis legit, dan
Rp17-juta/ha. Kebun yang dibeli awal 2001 itu
daging lembut. Padahal, menurut
berisi tanaman kakao mencapai luasan 6 ha
Legowo minimal ada 6 jenis lain
(4 hektar sudah berproduksi), durian 2 hektar,
yang tidak kalah enak. Sebut saja
dan sisanya 2 hektar, campur aduk: ada alpukat,
sikoneng, siorens, dan silodong.
kelapa, petai, cengkih, singkong, dan tanaman
Atas dasar itulah pria yang kerap mengikuti
semusim seperti padi dan ubijalar.
pelatihan budidaya durian dan 3 kali studi banding
Kala musim panen, “Saya senang bisa
ke Thailand itu akan lebih serius menangani durian.
mengundang teman-teman kantor dan karib
Kalau selama ini pemupukan dan pengendalian
kerabat untuk makan buah-buahan sepuasnya
hama penyakit dilakukan apa adanya, ke depan
di kebun,” tutur Legowo. Dokter yang minikahi
ditingkatkan. Dengan begitu tingkat kerontokan
Retno Anmi pada 2002 itu belum berniat menjual
buah bisa ditekan, sehingga akan lebih banyak lagi
hasil kebun dengan alasan perlu promosi dulu. Toh
buah-buah beraroma tajam itu yang bisa dijual.
menurutnya untuk makan bisa mengandalkan gaji
Legowo menghitung ketika buah baru seukuran
sang istri yang berprofesi dokter umum di sebuah
telur jumlahnya tidak kurang dari 6.000 butir, tapi
rumasakit di Lampung.
yang bertahan hingga matang cuma 2.000 butir.
Barulah sejak 2003, seiring dengan aliran
Perluasan areal penanaman pun tengah
biaya yang dikeluarkan untuk membenahi
direncanakan. Tanah-tanah di sekeliling kebun Sikoneng
TRUBUS GOLD EDITION - I 17
a
merek
beplaanjagarn
di la

Yang berbakat kebun ditutup. Padahal, “Biaya yang dikeluarkan


seni pun bisa untuk intel tidak seujung kuku dibanding kerugian
jadi polisi yang ditimbulkan,” kata polisi yang punya keahlian
berkuda itu.
Para pekerja di Lembah Durian bisa loyal dan
produktif, “Itu juga ilmu polisi,” lanjut Legowo.
Mantan penari di Keraton Yogyakarta itu membuat
loyal para pekerja dengan menepati apa-apa
yang sudah disepakati bersama—misal soal
bagi hasil—membantu saat keluarganya ditimpa
musibah, dan ditanamkan kebanggaan pada diri
masing-masing pekerja. Makanya, embel-embel
dokter selalu melekat ketika menyebut kebun
yang sering dipakai berkemah anak-anak Sekolah
Dasar itu: “Kebun durian dr Legowo”. Merawat
durian di seorang yang berprofesi dokter bagi
pekerja punya nilai prestisius tersendiri.
Nah, untuk memacu produktivitas, perwira
menengah dari batalion Wira Dharmasthi itu selalu
menghindari hubungan terlalu akrab antarsesama
pekerja. Ia ciptakan persaingan dengan cara
“mengadu domba”, tapi terkendali. Misalnya
sesekali mengajak salah satu pekerja makan di
tempat mewah. Saat itu pula dikorek informasi
dengan mengumpan “bola” asutan yang seolah-
olah dilontarkan pekerja yang tidak diajak makan.
sedikit demi sedikit dibebaskan serta bibit- Dengan cara itu potret keseharian aktivitas di
bibit durian unggul lokal dari berbagai daerah kebun terlihat dan masing-masing pekerja akan
dikumpulkan. “Saya pilih durian lokal sesuai giat bekerja karena khawatir dilaporkan.
permintaan pasar. Monthong di Lampung kurang Pantaslah banyak pelaku agribisnis yang
laku. Dulu hanya saya bagi-bagikan ke teman,” meraih sukses justru tidak berlatar belakang ilmu
katanya. Menurutnya pangsa pasar durian sangat pertanian, seperti AKP drg Legowo. Di kantornya
besar sehingga ia tidak takut kesulitan pasar, ia lebih dikenal sebagai pekebun duren, tapi di
“Asal berkualitas dan dipanen jatohan, konsumen kebun duren juga disegani karena bisa mengangkat
datang sendiri ke kebun.” senjata. Yang penting tidak diumpat pasien yang
tak tahan menahan sakit giginya karena harus
menunggu sampai besok. (Karjono)
Ilmu polisi
Keberhasilan Legowo beragribisnis tidak
lepas dari ilmu polisi yang diterapkan. Kebunnya
aman dari penjarahan dan para pekerja tetap loyal
meski kegiatan sehari-hari tak ditangani langsung.
Kuncinya? Ia mengutarakan, membawa-bawa
teman sekantor ke kebun bukan tanpa maksud.
Populer sebagai “Di sini masih banyak preman. Tapi kalau sekompi
pekebun duren orang-orang berpakaian cokelat (polisi, red)
ketimbang sering mondar-mandir di kebun, apa mereka
polisi tidak takut?” tuturnya. Ia juga tak segan-segan
menyebar intel jika ada 1—2 butir durian dicuri,
supaya si pelaku jera.
Menurut Legowo, intel itu juga disebar untuk
mengawasi pekerja. Banyak kasus penyelewengan
penggunaan pupuk di kebun-kebun tetangga
oleh pekerjanya. Seyogyanya 2 kuintal pupuk
diaplikasikan pada tanaman, tapi karena merasa
Tidak hanya
pandai menari
tidak ada yang mengawasi hanya dipakai
Legowo kecil separuhnya. Separuhnya lagi masuk kantong
dekat dengan alias dijual. Akibatnya fatal, tanaman tidak bisa
pertanian berbuah optimal, pemasukan sedikit, lama-lama

18 TRUBUS GOLD EDITION - I


a
merek
beplaanjagarn
di la
imron khudori:

Juragan
Adenium
yang Besar di Jalan

Tujuh tahun silam Imron Khudori hanya


pengumpul pelepah pisang. Tak lama berselang
menjadi bos pelepah beromzet
Rp160-juta/minggu. Sayang, pada 2003
perniagaan itu berakhir dengan 1 kata: bangkrut!

Denganmembuka
modal Rp200-ribu ia bangkit
usaha baru. Kini
Imron terkenal sebagai juragan adenium Gresik
beromzet Rp35-juta/minggu. Inilah suasana ruang
pamer adenium seluas 2000 m2 milik Imron di
Kabupaten Gresik, Jawa Timur, setiap akhir pekan.
Jalan selebar 4 m yang membelah kebun disesaki
kendaraan roda 4 seperti Honda Odyssey dan
Toyota Innova. Di luar kebun 2  Panther keluaran
terbaru diparkir di seberang. “Itu pelanggan yang
datang untuk berburu kamboja jepang,” kata
Imron. Pelanggan biasanya kolektor adenium dari
berbagai kota di Jawa Timur seperti Surabaya,
Situbondo, dan Ponorogo.
Di sisi kiri-kanan jalan kebun berjajar pilar-pilar
berjarak 1 m. Di atasnya bertengger 18 Adenium
obesum berdiameter bonggol di atas 60 cm dan

20 TRUBUS GOLD EDITION - I


TRUBUS GOLD EDITION - I 21
a
merek
beplaanjagarn
di la
Foto-foto: Destika Cahyana

Kebun transit bertabur bunga. Mereka seolah menyambut kerap dilakukan ke Yogyakarta, Pati, Purwodadi,
hanya 2.000 m2 kedatangan pelanggan yang bersedia meminang. Wonogiri, Banyuwangi, dan Jember. Dalam
Di balik tanaman berukuran besar terhampar sebulan omzet berputar di kisaran Rp140- juta.
ribuan obesum semaian biji maupun grafting
berukuran 15—25 cm. “Perputaran
tanaman sangat cepat. Saya tak Baru kenal
tahu persis jumlah tanaman Sejatinya, pria lulusan
saat ini. Nurseri ini seperti Sekolah Menengah Atas itu
kebun transit saja,” kata tak pernah bermimpi menjadi
pemilik Vivin Indah juragan adenium. Empat
Nurseri itu. tahun lalu ia tak mengenal
Dari nurseri yang sama sekali kamboja jepang.
dibangun pada Maret Perkenalannya bermula saat
2006 itu seminggu 2 kali Imron meminjam uang Rp400-ribu
dikirim 800—3.000 adenium pada seorang kerabat untuk berburu
berbagai ukuran ke Bali. Total penjualan pelepah pisang ke Malang dan Blitar.
setiap pengiriman berkisar Rp15- “Saya ingin mencoba memulai lagi bisnis
juta—Rp30-juta. Maklum, pelepah pisang yang ambruk di awal
selain melayani pembelian 2003,” katanya. Sayang, selama
eceran ke kalangan berputar-putar di 2 kota itu dengan
kolektor, Imron melayani Honda Supra X keluaran 2002
pembelian partai. yang digebernya dari Gresik, ia
“Sebetulnya pangsa tak menemukan pelepah pisang
terbesar saya pemesan yang dicari.
dalam partai besar,” ujar ayah Uang dikantong pun menipis
2 anak itu. Pengiriman partai dipakai berkeliling. “Yang tersisa hanya
Bonggol buruan
dengan pick up dan truk pun Rp200-ribu,” ujar ayah 2 anak itu. Lantaran
kolektor

22 TRUBUS GOLD EDITION - I


bisnis pelepah pisang sebelum dihadang pailit. Sang istri tak
“Semangat berubah pada diri Imron sangat kuat,” lagi kecewa
ujar Tjandra. Tengok saja perjalanan usahanya dengan
adenium
yang bermula dari pengambil dan penjemur
pelepah pisang, berubah menjadi pengepul,
hingga menjadi bos pelepah pisang Gresik, yang
mengirim bahan baku furniture itu ke Cirebon.
Sebagai bos besar, Imron mengirim
20—40 ton pelepah pisang kering dengan
menggunakan 3 truk gandeng. Dengan harga jual
Rp4.200 per kg, Imron mengambil laba Rp500
per kg. Ketika itu setiap minggu mengantongi
laba Rp10- juta— Rp20- juta. Tak ada yang
takut diomeli istri karena uang tak menjadi
menyangka, dari perniagaan pelepah kering
barang, maka sisa uangnya dibelikan 3 Adenium
yang dianggap tak berharga itu ternyata bernilai
obesum berdiameter 20 cm seharga Rp150-ribu.
puluhan juta rupiah.
Maklum, kala itu di Blitar dan sekitarnya—seperti
Sayang, bulan madu dengan pelepah pisang
Kediri—banyak pekebun menanam adenium.
terhenti karena pabrik di Cirebon meminta standar
Sesampainya di rumah, Nurhidayah, sang istri
yang lebih tinggi. Pelepah mesti kering dan
hanya bisa menggelengkan kepala kesal melihat
putih. Imron mengalami kesulitan
Imron membelanjakan uang yang tersisa
hanya untuk 3 bonggol adenium.
Adenium karena pelepah yang dibeli
dari petani kerap kurang
Hanya sehari di rumah Imron itulah yang kering. Penyusutan
bermain ke seorang teman
di desanya. Tak dinyana
menjadi napas mencapai 50%. Warna
sahabatnya itu menyukai kehidupan Imron Khudori. Ia pun kusam. Kontrak
300 ton pelepah
adenium bawaan Imron dan
berani membeli 3 tanaman
tak sengaja berbisnis tanaman pisang kering per
4 bulan pun diputus.
itu seharga Rp1,2- juta. “Gila hias itu. Uang tersisa Rp200.000 “Karena tak diterima
laku dijual hampir 10 kali
lipat. Bisnis apa pun tak ada
dibelanjakan untuk membeli 3 pot pabrik, pelepah
pisang dalam 1 truk
yang untungnya sebesar adenium. Tiba di rumah tanaman gandeng dibakar,”
ini,” ujar Imron mengenang
perkenalannya dengan
itu diminati temannya dan laku ujar Imron. Hutang
Rp150-juta pun
adenium. Mulai saat itulah Imron Rp1,2-juta. Sejak itulah menghantui kehidupan
berburu adenium kecil-kecilan
selama 6 bulan. Hampir setiap hari
ia menekuni bisnis Imron di awal 2003.
Selama setengah tahun
ia mencari adenium ke Mojosari dan adenium. kehidupan Imron kembali
Krian, Jawa Timur, senilai Rp200-ribu. seperti sepuluh tahun silam, kala
Lalu melepasnya ke orang yang sama dengan ia masih menjadi penghubung antara
nilai Rp600-ribu. pembeli dan penjual kendaraan roda dua.
Setengah tahun berjalan Imron memberanikan “Pokoknya sulit. Kalau tak ingat keluarga ingin
diri berburu ke Banyuwangi dan Probolinggo berhenti hidup,” katanya. Layaknya calo ia ke
dengan menyewa pick up. Setiap pekan ia belanja sana ke mari mencari pembeli dan “nongkrong”
Rp2-juta dan melepasnya dengan harga Rp6-juta. di warung kopi mencari sesuap nasi untuk
Pasar dicari dengan cara door to door ke nurseri- menghidupi keluarga. Beruntung kehidupan tak
nurseri di berbagai wilayah di Jawa Tengah. menentu itu berbuah setelah dirinya bertemu
Sebut saja Yogyakarta, Grobogan, dan Pati. “Ia dengan adenium pada pertengahan 2003
benar-benar hidup dan besar di jalanan. Beli di di Blitar.
Jawa Timur, jual ke Jawa Tengah. Beli-jual begitu Kini saat Trubus berkunjung ke nurserinya
seterusnya,” kata Tjandra Ronywidjaja, pemain akhir Februari 2007, Imron bukanlah raja jalanan
adenium di Ponorogo. Baru setelah malang- yang mengais kehidupan ke sana ke mari. Setiap
melintang di jalanan selama 2 tahun Imron hari ia duduk di nurserinya sambil menghisap
membuka nurseri sebagai kebun transit. Sampoerna Mild dan menyeruput kopi hitam.
Sesekali ia menerima telepon dan short message
service (SMS) dari pelanggan adenium di
Pelepah pisang berbagai kota. Kesibukannya baru bertambah Metamorfosis
Sukses Imron di bisnis adenium itu seolah saat akhir pekan untuk melayani hobiis yang pelepah pisang
mengulang keberhasilannya membangun datang. (Destika Cahyana) ke adenium

TRUBUS GOLD EDITION - I 23


a
merek
beplaanjagarn
di la
eddy sutioso:

Metamorfosis
Pride of Sumatera
Berawal dari kematian 6 pot aglaonema pride of sumatera dan lady valentine,
Eddy Sutioso jadi tertantang menggeluti dunia tanaman hias. Dua tahun
berselang pengusaha restoran jepang itu bermetamorfosis menjadi pemilik pasar
swalayan tanaman hias.

Bukandisebut tragedi. Dua tahun lalu kota


tanpa alasan kematian sri rejeki itu Kemarahan istri tercinta dihindari dengan
membeli tanaman serupa setiap kali koleksinya
Surabaya diselimuti tren aglaonema. Eddy pun mati. Tercatat 6 kali berturut-turut ayah Samanta
kepincut mengoleksi sepot pride of sumatera dan Sicilillya dan Timothy Edison itu mengganti 2 sri
lady valentine masing-masing seharga Rp200-ribu. rejeki itu. “Habis setiap bulan pasti mati. Saya
Dua jenis itu dipilih lantaran disebut orang sebagai mesti cepat-cepat membeli,” ujar pengusaha
hibrida terbandel. Namun, apa lacur. Sri rejeki itu pasar swalayan makanan jepang di Surabaya
hanya bertahan 1 bulan karena daun terbakar. itu. Pengalaman selama setengah tahun itu
“Saya kalang kabut, istri saya pasti marah. Uang membuatnya tersadar. Aglaonema tak boleh
Rp400-ribu terbuang percuma,” katanya. terkena sinar matahari langsung. Ternyata benar.
24 TRUBUS GOLD EDITION - I
TRUBUS GOLD EDITION - I
25
Foto-foto: Karjono & Destika
a
merek
beplaanjagarn
di la

Setelah sang ratu daun ditaruh di


tempat teduh dan dirawat intensif, Terlengkap
hasilnya aglaonema tumbuh Kini cerita aglaonema dan adenium itu
subur. Sejak itulah Eddy berburu berbuah manis. Eddy bukan lagi hobiis kelas teri.
jenis lain yang lebih mahal. Saat wartawan Trubus, Karjono dan Destika
Berbarengan dengan itu Cahyana berkunjung ke nurseri pada Desember
pula sarjana Akuntansi Universitas 2006 dan Januari 2007, hobi itu telah jadi bisnis
Jayabaya itu kepincut adenium. yang melesat. “Setiap bulan 1 kontainer tanaman
Pilihan pada mawar gurun itu hias dari Thailand datang. Itu karena permintaan
berlangsung mulus karena sukulen kian besar,” katanya.
itu tahan banting meski terjemur Komoditas yang dipasarkan tak hanya
sinar matahari dan tak disiram aglaonema dan adenium, tapi juga plumeria,
3—4 hari. Pada bulan pertama, caladium, palem janggut, dan pachypodium.
koleksinya berlipat dari 10 menjadi Bahkan, untuk caladium Eddy disebut-sebut
20—30 tanaman. “Karena tak mudah sebagai orang pertama yang mengadopsi teknik
mati, saya ketagihan berburu,” tuturnya. sungkup massal ala Thailand. Penelusuran Trubus,
Nurseri dari ujung barat hingga timur Jawa kini teknik itu menginspirasi pekebun noncaladium.
sudah disambangi. Misalnya, pekebun sansevieria di Solo.

Tersedia
lengkap: flora
dan fauna

Konsep pasar swalayan yang serbaada


pun diterapkan di ruang pamer nurseri. Di
“Setiap bulan 1 kontainer tanaman hias datang atas lahan seluas 250 m2—bekas restoran—ia
memajang alat pertanian dan satwa. Sementara
dari Thailand. Itu karena permintaan yang halaman samping dan belakang seluas 8.000 m2
memang besar,” ujarnya. dibagi 2: nurseri tanaman hias dan kandang satwa.
Makanya berkunjung ke sana ibarat memasuki
kebun binatang dan kebun raya sekaligus. Selain
menikmati keindahan anthurium dan aglaonema,
26 TRUBUS GOLD EDITION - I
pengunjung disuguhi merdunya kicauan lovebird
dan kenari. Desisan ular sanca yang tengah
beristirahat pun terdengar. Pasar swalayan serupa
di Bandung dan Jakarta hanya memilih 1 dari
2 segmen: tanaman atau satwa.
Sukses Eddy memadukan tanaman hias dan
satwa itu bukan kebetulan belaka. Sejatinya
11 tahun silam ia pernah membangun farm
perkutut ternama di Surabaya, Santa Bird Farm.
Ia terkenal karena getol mengoleksi indukan asal
Thailand: ada 80 pasang. Banyak anakan dari
farm-nya merebut juara di arena kontes. Sayang,
bisnis itu terhenti pada 2002 karena menurunnya
tren kerabat merpati itu. Selepas bermain perkutut,
Eddy tergila-gila pada ayam serama, lovebird,
makaw, dan parot.
Menurut Eddy, pasar di dunia tanaman
Restoran dan
hias dan satwa masih terbentang luas. Dengan
distributor
sistem promosi sederhana—memasang iklan di makanan
majalah dan tabloid, serta memasang spanduk jepang bisnis
besar—ia meraup pasar lokal hingga nasional. utama Eddy
Pelanggan luar Jawa pun berhasil
digaetnya. Pengelolaan kebun dan HR Muhammad, Surabaya, menjadi showroom
kandang dilakukan profesional. Ia tanaman hias dan satwa. “Kalau tak nekat begini
mempekerjakan 6 dokter hewan tak jadi-jadi. Padahal, bisnis restoran kian turun
dan 5 insinyur pertanian dari karena banyak saingan,” ujar Eddy.
28 pegawai. Sebagai permulaan tanaman dipasok
dari sahabatnya di Jakarta.
Sebanyak 200—300 aglaonema
Penghias tanpa nama dipamerkan di
restoran. Ternyata dalam hitungan
restoran hari 20—30% sri rejeki itu ludes
Showroom berbendera terjual. “Anehnya, meski baru terjual
Santa Pet Store & Nursery itu 1/3, modal sudah tertutup. Teman saya
sebetulnya tak sengaja didirikan. sampai bingung karena pembayaran dilunasi
Ketika itu, 1,5 tahun silam koleksi tak sampai seminggu,” tutur Eddy.
aglaonema dan adenium terlalu banyak di Di saat itu pula kolega lain menitipkan
halaman rumah. Ia pun memindahkan 1.000 Adenium obesum. Dalam waktu
koleksi ke 4 restoran—ala Jepang, Amerika, sebulan habis tak tersisa. Sebanyak
Meksiko, dan Indonesia—miliknya yang 500 Adenium arabicum setinggi
tersebar di Surabaya sebagai penghias. 40 cm pun turut menambah se
Tak disangka banyak pelanggan yang mangat  Eddy.  Pasalnya, sepot
“Pasar di dunia
melirik tanaman. Lantaran tak berniat arabicum  bisa  terjual  hingga   tanaman hias
menjual, Eddy kerap menyebut angka Rp18-juta.  Penjualan di bulan
semaunya agar mereka tak membeli. pertama itu membuat Eddy 
masih terbentang
Anehnya, angka jutaan rupiah yang meningkatkanperburuannya. luas. Asalkan kita
disebutkan tak membuat pelanggan I a    m e n g a m b i l    t a n a m a n mau berpromosi,”
urung membeli. “Kalau dihitung-hitung, langsung  dari Thailand sebagai
keuntungan dari tanaman jauh lebih besar pusat produksi adenium dan katanya.
ketimbang dari makanan,” katanya. aglaonema.
Naluri bisnis Eddy pun terusik. Kini  sejak  setahun  terakhir
Ia menghubungi 2 nurseri besar di kesibukan Eddy sedikit berubah. Bila
Jakarta menawarkan diri berbisnis sebelumnya sepulang dari kantor
ala franchise. Sayang, niatnya berkutat dengan tanaman sebagai
ditolak mentah-mentah karena Eddy hobiis. Sekarang ia berkutat dengan
dianggap awam di bidang tanaman. tanaman sebagai mesin pencetak rupiah
Gagal membuka franchise, pada Palem
yang andal. Matinya pride of sumatera dan janggut 2 m
Juni 2006 suami Kristin Setiawan itu lady valentine menjadi guru terbaik untuk didatangkan
nekat menyulap restoran di bilangan memahami tanaman. (Destika Cahyana) dari Thailand
TRUBUS GOLD EDITION - I 27
a
merek
be nganlajar
di lapa
li shih hua:

Pelopor
Ekspor
Bulan
Taiwan
Tiga puluh tahun silam, Li Shih Hua hanya karyawan yang tugasnya
menawarkan alat-alat pertanian kepada klien dari berbagai negara.
Selang 5 tahun, ia mulai mengekspor anggrek bulan dari kebun sendiri.

B e r s e t e l a n b e r g a r i s      b i r u
b a j u      o l a h r a g a

dongker, abu-abu, dan putih, Li Shih Hua


memeriksa bibit phalaenopsis dalam botol yang
terletak di kiri pintu masuk greenhouse. Sesekali
tangan kanannya mengangkat botol tersebut
sembari mengecek kondisi akar. Lalu langkahnya
dilanjutkan ke deretan anggrek yang tengah
Li Shih Hua, memamerkan bunga di atas rak besi setinggi
pelopor ekspor 75 cm beralaskan asbes.
phalaenopsis Puas meninjau kebun seluas 1 ha di Madao,
Taiwan Tainan, Taiwan, alumnus Business Administration,
Taichung University, itu menyambangi ruangan
yang berada tepat di samping kantornya. Di sana
sekitar 3 pegawai sedang mengeluarkan bibit
anggrek dari pot. Lalu membersihkannya dari
media sphagnum moss. Phalaenopsis itu siap
dikirim ke pelanggan di Jepang, Korea, Amerika,
Singapura, dan Indonesia. Pada 2006, Li berhasil
menangguk omzet sekitar US$60-juta.
Dua puluh tujuh tahun silam, jangan harap
melihat Li di nurseri. Waktu itu ia sedang sibuk-
sibuknya jadi agen promosi alat-alat pertanian
di perusahaan tempat bekerja. Sebuah profesi
yang dilakoni selama 10 tahun. Pekerjaan itu

 TRUBUS GOLD EDITION - I


Foto-foto: Onny Untung dan Sardi Duryatmo

Sarjana Administrasi Bisnis ini semula tak tahu dunia anggrek bulan. Namun, ia belajar
tanpa henti, seperti pasar swalayan 7 Eleven yang buka 24 jam tujuh hari sepekan.
Hasilnya ia menjadi penganggrek papan atas. Setidaknya 140 hibrida hasil silangannya
terdaftar di Royal Horticulture Society, Inggris.
TRUBUS GOLD EDITION - I 
a
merek
lajar
be ngan
di lapa

pula yang membuka mata Li untuk mencari di Taiwan Orchid Grower Association itu telaten
usaha sendiri. “Waktu itu, klien saya dari Jepang mempelajari anggrek.
mengatakan kalau sebenarnya Taiwan berpotensi Berpuluh buku tentang anggrek ia lahap setiap
mengembangkan phalaenopsis. Iklimnya cocok hari. “Saya belajar seperti 7 eleven 11,” katanya.
dan biaya produksinya lebih murah dibandingkan Perusahaan ritel itu buka 24 jam sehari dan 7 hari
Jepang,” kisah ayah 3 anak itu. seminggu. Tak ada waktu luang untuk bersantai.
Di Formosa, anggrek bulan memang bukan “Mungkin kalau waktu itu belum menikah, tak akan
tanaman baru. Waktu itu sudah banyak hobiis ada yang mau sama saya karena lebih memilih
dan penyilang. “Namun, belum ada yang berpikir belajar anggrek,” ujarnya sambil tersenyum. Bukti
untuk menjadikannya sebagai bisnis ekspor,” ujar keseriusan Li, ia sampai memanggil guru dari
general manager Shih Hua Orchids. Ketika itu, Jepang untuk mengajari merawat anggrek selama

Hasilkan lebih merawat phalaenopsis hanya sebagai hobi. Naluri 2 tahun. Pada hari Li bekerja, kebun anggrek
dari 140 hibrida bisnisnya mendorong Li menerjuni dunia anggrek. dirawat ayah dan saudaranya.
baru Li memilih phalaenopsis lantaran Taiwan memiliki Li pun menjalin kontrak kerja dengan rekan dari
jenis anggrek bulan lebih banyak daripada negara Jepang. Selama 4 tahun, Li hanya bisa menjual
lain. Pantas, Sekitar 17—18 tahun lalu Taiwan anggrek ke negeri Sakura. Itulah ekspor pertama
disebut sebagai kingdom of phalaenopsis. phalaenopsis Taiwan. Yang diekspor, seedling
dan tanaman remaja belum berbunga.
Supaya lebih dikenal di dunia internasional, Li
Guru dari Jepang menyertakan label nurseri pada setiap anggrek
Bermodalkan tabungan dan pinjaman dari yang dikirim ke Jepang. Keuntungannya, siapa pun
bank senilai NT3-juta, dengan kurs sekarang pembelinya jadi tahu anggrek itu hasil budidaya di
setara Rp840-juta, Li membangun laboratorium, Taiwan. Usaha itu pun berbuah hasil. Kurang dari
greenhouse, dan kebun seluas 1.000 m2. Li tak 4 tahun, Li kebanjiran order dari negara lain.
perlu susah payah mendapatkan modal dari bank, Setahun merawat phalenopsis, Li mulai
Omzet karena perusahaan tempat ia bekerja menjamin menyilangkan. Buah tak jadi dan corak jenis baru
mencapai semuanya. Selama 6 bulan Li bekerja di 2 tempat. jelek, kegagalan yang lazim. Namun, ia pantang
US$60-juta Tiga hari di kantor dan sisanya, 4 hari dihabiskan menyerah. Kerja kerasnya pun berbuah manis. Li
pada 2006
di kebun. Sepulang kantor, koordinator operasi “melahirkan” phalaenopsis putih dengan splash
 TRUBUS GOLD EDITION - I
ungu di pinggir kelopak bunga. Hingga kini itu berhasil mengekspor lebih dari 60-juta seedling
minimal 140 hibrida hasil silangan Li terdaftar di dan tanaman remaja. Awalnya, pangsa terbesar
Royal Horticultural Society di Inggris. ke Jepang sebesar 90% dari total ekspor. Kini
Jepang tinggal 20%, Korea (60%), Amerika (10%),
dan sisanya ke negara lain. Total penjualan per
Omzet tahun 40-juta tanaman.
Lima tahun ekspor berjalan, Li berhasil Hingga 7 tahun lalu Li memegang 15% dari
melunasi utang. Kesuksesan Li menginspirasi seluruh volume ekspor phalaenopsis Taiwan,
banyak orang untuk membuka kebun phalaenopsis sekarang hanya 3%. “Meski menurun dari segi
untuk pasar ekspor. Selama 20 tahun berjalan, pangsa pasar total, tapi untuk volume penjualan
mantan staf promosi perusahaan alat pertanian terus meningkat,” katanya.

Terbukti ayah 3 anak itu melebarkan sayap ke


Sekitar 40-juta anggrek bulan. Cina sejak 6 tahun lalu. Di negeri Tirai Bambu, Li
Itulah jumlah anggrek bulan yang membangun kebun seluas 18 ha secara bertahap.
Dari sana, ia memproduksi 10-juta seedling/tahun
diekspor Li per tahun. Anggrek lewat kultur jaringan. Jumlah itu untuk memenuhi
bulan hasil kultur jaringan itu mengisi pasar Eropa.
Pantas bila Li dianugerahi banyak penghargaan
pasar Asia Timur, Asia Tenggara, sebagai pelopor ekspor phalaenopsis. Dua
dan Eropa. Untuk memperluas di antaranya menorehkan kebanggaan. Yaitu
pasar, ia juga membuka kebun penghargaan Moufan dari menteri pertanian
Taiwan pada 1996 karena kecakapan bisnisnya.
seluas 18 ha di Cina. Penganggrek Kedua, Shen Nung Juang (Juang =penghargaan,
papan atas itu juga mendaftarkan red) yang didapat pada 4 Februari 1997 dan
diberikan presiden Taiwan. Setiap tahun hanya
140 hibrida hasil silangannya. 10 orang dari sekitar 2-juta pekebun di Taiwan
yang menerima penghargaan itu. Buat Li, sukses Rutin mengecek
kesehatan
pun mengalir dari phalaenopsis. (Rosy Nur
anggrek bulan
Apriyanti)
TRUBUS GOLD EDITION - I 
a
merek
beplaanjagarn
di la
pramote rojruangsang:

Kisah

Laki-laki
Variegata
Di tanahair, namanya populer sebagai penyilang aglaonema kawakan.
Di negeri asal—Thailand—Pramote Rojruangsang justru lebih dikenal
sebagai pencinta variegata. Lebih dari 20 tahun alumnus Dusit Building
Contraction, Bangkok, itu mengoleksi tanaman belang. Kini ia tengah
kepincut sansevieria mutasi.

Jumat,tersungging
1 Desember 2006. Senyum cerah
Agave variegata di bibir Pramote
Rojruangsang. Aglaonema variegata silangan
kelahiran Bangkok 10 Maret 1955 itu didapuk jadi
yang terbaik di kelas hibrid baru pada kontes di
Suan Luang, Bangkok. Itu kali pertama sri rejeki
nonmerah menyabet juara di kelas bergengsi itu.
Pada kontes memperingati ulang tahun ke-80 Raja
Bhumibhol Adulyadej, hibrida variegata bernama
suvarnabhumi—artinya tanah emas—memutus
tradisi dominasi aglaonema merah.
“Ini barang istimewa,” ujar Dr Surawit
Wannakrairoj, ketua juri. Selama ini belum ada sri
rejeki variegata hasil kerja manusia. Suvarnabhumi
berwarna dasar hijau dengan pulasan perak
di bagian tengah dan kuning di tepi. Hibrida itu
lahir dari penyilangan induk betina Aglaonema
cochinchinensis variegata dengan jantan normal
bernama golden bay. “Saya beruntung,” kata
Tjiew—begitu Pramote biasa disapa. Dari puluhan
ribu tanaman, hanya suvarnabhumi yang stabil.

Tukang kontruksi
Kemenangan ratu daun belang itu kian
mengukuhkan pamor Tjiew sebagai penyilang
32 TRUBUS GOLD EDITION - I
Koleksi
Kalau menilik latar belakang aglaonema kawakan. Di tanahair, nama anak
variegata sejak
ke-3 dari 10 bersaudara itu identik dengan dud
pendidikannya, Tjiew mestinya unyamanee. Yang disebut terakhir, salah satu 20 tahun silam

bukanlah penghulu aglaonema. siamese rainbow merah pertama yang hadir di


Indonesia. Daunnya cantik dengan paduan warna
Pendidikan formal ditempuh di Dusit hijau bersaput bintik-bintik merah pekat.
Building Contraction, Bangkok— Aglaonema yang lahir pada awal 2000-an itu
sempat merajai kontes di Suan Luang. Prestasi itu
mendalami ilmu kontruksi. Empat dilanjutkan waktu berkompetisi di lomba tanaman
tahun berkutat dengan teori hias di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, pada
2004. Meski harus puas di posisi ke-2 di bawah
bangun-membangun gedung, tiara karena kurang rimbun, dud unyamanee
jalan, dan jembatan ternyata tak menjadi perintis masuknya aglaonema negeri
Siam. Di tanahair kebanggaan Tjiew itu jadi
membuat pria murah senyum itu incaran para hobiis.
jadi kontraktor. Di tengah masa Karya fenomenal lain, aglaonema berwarna
pendidikan, Tjiew malah masuk ke kuning solid. Daunnya membentuk hati sempurna.
Sosok kompak dan rimbun. Ia dikenal dengan
bisnis tanaman hias. sebutan aglaonema sultan brunei. Musababnya,
Sultan Hasanal Bolkiah, penguasa negeri kaya
minyak itu, yang mengoleksi dengan bandrol
ratusan juta rupiah. Tjiew juga melahirkan emerald
dragon—punya garis seperti lipstik di tepi,
maneerattana—paduan warna hijau, merah muda,

TRUBUS GOLD EDITION - I 33


a
merek
beplaanjagarn
di la

Kiri-kanan (atas) jingga, dan perak, serta maneerungrueang— tapi hanya 10 rai, setara 1,5 ha, yang terisi tanaman
Sansevieria merah polos dengan lis hijau di tepi daun— hias—di Klongluang, Pathumtani, menegaskan itu.
pinguicula sekadar untuk menyebut contoh. Di kiri-kanan jalan masuk ke kebun yang berbatu
mutasi, Kalau menilik latar belakang pendidikannya, selebar 4 m berjejer pandan bali variegata, pohon
pachypodium
kristata,
Tjiew mestinya bukanlah penghulu aglaonema. pisang berdaun belang hijau kuning, dan sejenis
aglaonema Pendidikan formal ditempuh di Dusit Building walisongo variegata.
suvarnabhumi, Contraction, Bangkok—mendalami ilmu Masuk ke kebun pemandangan tanaman
Sansevieria kontruksi. Empat tahun berkutat dengan teori belang terhampar. Di dekat pintu belakang
hallii variegata bangun-membangun gedung, jalan, dan jembatan rumah ada nolina belang, plumeria berdaun hijau
ternyata tak membuat pria murah senyum itu jadi berbercak putih dan kuning, dendrobium berdaun
kontraktor. Di tengah masa pendidikan, Tjiew dan berbunga variegata, palem belang, dan paku-
malah masuk ke bisnis tanaman hias. pakuan variegata. Bahkan rumput dan semak di
dekat parit pun berkelir hijau-putih. Dari kebun
Tjiew-lah sambang darah variegata yang banyak
Sambang darah belang dipakai sebagai ornamen taman di Indonesia
Uniknya teman-teman Tjiew lebih berasal.
mengenal pria bersahaja Gara-gara tanaman belang,
Foto-foto: Onny Untung & Evy Syariefa

itu sebagai pencinta Tjiew jadi kerap


tanaman variegata. berkeliling
S e b u t a n negara. Dari
variegata man situ, ia kenal
alias laki-laki d e n g a n
variegata pun kolektor-
disematkan. kolektor
K e b u n tanahair.
seluas Pisang
90 rai— berdaun

Dud unyamanee

34 TRUBUS GOLD EDITION - I


merah dari Indonesia jadi koleksi istimewa. Dr Surawit Wannakrairoj—sekarang
Sebetulnya tak melulu tanaman belang yang presiden Ornamental Plants Variety
digilai. “Saya suka tanaman aneh-aneh,” kata Developer Club. Perkenalan
pria yang kerap mengendarai skuter kecil untuk Ibarat kutu loncat, ia kembali dengan Usa
berkeliling kebun itu. berpindah. Tanaman variegata jadi
pilihan berikut. Mulailah perburuan Wongsomboon—
lintas negara dilakukan. Perkenalan pasangan
Kutu loncat dengan Usa Wongsomboon—
hidup—membawa
Pantas bila pemilik Unyamanee Garden itu pasangan hidup—membawa Tjiew
kepincut tanaman hias. Tjiew remaja sering ikut terjun ke aglaonema—tanaman yang Tjiew terjun ke
ayahnya keluar-masuk hutan mencari tanaman sudah dikenal ketika masih sering
koleksi. Makanya agave, philodendron, anthurium, keluar-masuk hutan. Berkat kerabat aglaonema—
sansevieria, dan beragam jenis anggrek jadi caladium itu nama Tjiew berkibar tanaman yang
kawan karib sedari kecil. Tertular dari sang ayah, hingga ke Indonesia.
Tjiew mulai mengoleksi sendiri. Sukses mencetak aglaonema-
sudah dikenal
Pilihan jatuh pada bonsai. Beragam jenis aglaonema juara, pemilik toko di ketika masih
dikumpulkan dari berbagai pelosok negeri. pasar tanaman hias Chatuchak,
Berkali-kali lomba diikuti dan jadi juara. Lama- Bangkok, itu kehilangan tantangan.
sering keluar-
kelamaan justru Tjiew yang diminta menjadi “Tak ada lagi yang menarik di masuk hutan.
juri—aktivitas yang masih dilakoni hingga 2 tahun aglaonema. Menghasilkan yang
silam. Bosan bermain bonsai, anggrek kantong merah itu gampang,” kata Tjiew.
semar paphiopedilum dilirik. Akhirnya sansevieria belang-lah
“Tapi kalau mau menjual harus mengurus yang memikat Tjiew. Kini hari-hari
izin CITES (Convention on International Trade kontraktor tak kesampaian itu diisi
in Endangered Species, red). Repot, jadi saya dengan melongok satu per satu pot
stop,” kata pria yang melancong ke berbagai lidah mertua. “Pic, yang ini anaknya
negara ditemani Piya Subhaya-achin—alias Pic, muncul!” begitu teriakan Tjiew pada
adik ipar—yang fasih berbahasa Inggris. Gara- sang adik ipar suatu pagi. (Evy
gara kerap mengurus CITES, Tjiew kenal dengan Syariefa)
TRUBUS GOLD EDITION - I 35
a
merek
beplaanjagarn
di la
bangun dioro:

Sersan
di Kandang
Kambing
Lelaki muda itu meninggalkan bedeng meski tengah sakit. Kemarin maut merenggut
nyawa Tismo, rekannya sesama kuli bangunan, setelah demam tinggi. Ia berjalan kaki
sekitar 30 km dari Pasteur ke Ciroyom. Di sana ia menjual 2 celana dan 2 kaos—
semua bekas—kepada pedagang loak Rp8.000. Uang itu untuk makan siang.

Daritruk ke Karawang, Jawa Barat. Di kota


Bandung, kuli bangunan itu menumpang

Lumbung Padi, ia menjadi kernet. Setelah 2 bulan


bekerja, ia minta gaji untuk membeli baju. “Saya
hanya punya 2 baju. Kalau yang satu dipakai,
satunya lagi dijemur,” katanya. Namun, sang
majikan menolak memberi hak lelaki muda itu.
Oleh karena itu ia beralih “profesi” menjadi
pembantu rumah tangga. Pekerjaan utamanya
mengepel, memandikan anjing, dan belanja
kebutuhan pokok di pasar.
Siapa duga 17 tahun kemudian Bangun Dioro—
si lelaki muda yang dulu kuli bangunan itu—
sukses beternak kambing di Cijeruk, Kabupaten
Bogor. Luas lahannya 9 ha, 4 ha di antaranya
sebagai padang rumput untuk memasok pakan.
36 TRUBUS GOLD EDITION - I
Tanda telinga
untuk mencegah
kawin sedarah
a
merek
beplaanjagarn
di la

Sersan Satu
Bangun Dioro,
peternak
kambing sukses
di Bogor

Meski punya 6 mobil, Bangun Dioro lebih senang sanen. Hasilnya menggembirakan: produksi susu
rata-rata 2,5 liter selama laktasi dan rasanya
berangkat kerja naik keretaapi. Jika terpaksa naik gurih, manis, dan kental. Hasil silangan Bangun
mobil, ia tak pernah memarkir mobil di kantor, tapi kini diminati banyak peternak. Namun, ia masih
menahan dan terus memperbanyaknya. Jumlah
di stasiun terdekat dari tempat kerja. Itu cermin silangan hasil tangan dingin Bangun itu mencapai
betapa rendah hatinya dia. puluhan ekor.

Sersan kambing
Sukses Bangun Dioro tak diraih begitu saja.
Ia mengelola lebih dari 300 kambing terdiri atas Ia mengawali beternak kambing sejak tinggal
150 peranakan ettawa (PE) dan masing-masing di barak tentara di daerah Ciluer, Kotamadya
50 ekor sanen, silangan boer, dan jawa randu. PE Bogor. Di sana ia mengelola 16 kambing. Pada
dan sanen kambing perah; boer dan jawa randu, 27 September 1997 ia pindah ke Cijeruk merawat
pedaging. Dari jumlah itu ia memerah rata-rata 8 PE terdiri atas 7 betina dan 1 jantan. Saat itu
50 liter susu setiap hari. susu kambing mulai diterima masyarakat. Soal
Menurut peternak terbaik se-Jawa Barat kepindahannya itu, rekannya berujar, “Untuk apa
itu susu PE lebih kental, gurih, dan manis. pindah dari mes. Di mes makan apa saja ada.”
Sementara susu sanen, “Ibarat sayuran kurang Setahun kemudian ia kembali membeli 20 indukan
garam,” katanya. Itulah sebabnya, konsumen PE hingga jumlah kambingnya beranak-pinak.
lebih tertarik susu PE. Meski demikian ia menjual Pria kelahiran 4 Desember 1971 itu juga
susu PE dan sanen dengan harga sama Rp15.000 membina kelompok peternak di kampung
per liter. Artinya, omzet Bangun dari penjualan halamannya, Desa Gumelar, Kabupaten
susu kambing mencapai Rp750.000 sehari atau Banyumas, Jawa Tengah. Bahkan, pemberdayaan
Rp22,5- juta per bulan. Dari sisi produksi, PE masyarakat meluas hingga sekecamatan. Pantas
relatif rendah hanya 1,5 liter; sanen, 3 liter selama bila Gumelar kini dikenal sebagai sentra kambing
masa laktasi atau 4 bulan. berkualitas. Dari para plasma itulah ia menjual rata-
Oleh karena itu sejak 2002 Bangun rata 400  kambing per pekan. Menjelang Idul Adha
mengawinsilangkan, pejantan PE dan betina seperti awal Desember 2006, volume penjualan

38 TRUBUS GOLD EDITION - I


melonjak hingga 700 ekor. Belum lagi penjualan
sapi yang mencapai 25 ekor mempergemuk
rekening pria ramah itu.
Harga jual seekor kambing boer minimal
Rp1-juta. Bila ia mengutip 20% sebagai laba,
setidaknya pendapatannya mencapai Rp80- juta
dari pemasaran 400 kambing per pekan. Ia
memasarkan beragam kambing ke berbagai daerah
di Indonesia seperti Lampung yang hingga kini
menyerap 8.000 ekor dan Tangerang 2.000 ekor.
Sukses beternak kambing menyebabkan rekan-
rekannya di kantor Markas Besar Angkatan Darat
menjuluki Bangun sebagai Serka. Sersan Kepala?
Bukan! Namun, Sersan Kambing. Pangkatnya kini
baru Sersan Satu. Bila tak ada aral, Serka yang
sebenarnya—Sersan Kepala—akan diraihnya
pada 2008.

betina setiap 21 hari. Bila itu terjadi, saya Susu sapi untuk
Kuli panggul menunggu 5 bulan lagi untuk memerah susu,” kata anak kambing
Tentara yang menjadi kebanggaan Bangun pria yang masih kuat mengangkat barbel 25 kg
itu sejatinya bukan cita-citanya. Setelah menjadi seratus kali. Kambing bunting selama 4 bulan.
kernet dan pembantu rumahtangga di Karawang, Ia juga menerapkan disiplin ketika cempe—anak
ia pindah ke Pondoklabu, Jakarta Selatan, sebagai kambing—itu lahir. Begitu muncul, ia segera
pedagang ketoprak. Penganan khas Jakarta itu memisahkan cempe sebelum induk menjilati bulu
habis terjual pada pukul 10.00. Untuk mencari anaknya. Dengan begitu antara induk dan cempe
kegiatan lain, ia mendatangi preman di Pasar belum ada “ikatan batin” sehingga keduanya
Induk Kramatjati, Jakarta Timur. Ia memang kerap tidak  stres.
ke pasar induk seluas 14 ha itu untuk belanja Kedisiplinan itu juga diterapkan kepada para
ketupat, taoge, dan bahan ketoprak lain. Di sana ia kambingnya. Lihatlah setiap pukul 07.00 dan 16.00
mengutarakan keinginannya menjadi kuli panggul begitu pintu kandang dibuka, satwa yang menjadi
dan diluluskan. Berbagai komoditas pertanian simbol kota Guangzhou, Cina, itu antre. Mereka
yang bobotnya hingga sekuintal dipanggulnya. berbaris rapi di sebuah lorong yang didesain
Pekerjaan ganda—tukang ketoprak sekaligus khusus oleh Bangun. Lorong itu sepanjang 25 m.
kuli panggul—dijalani selama 2 tahun. Suatu Lebarnya hanya memuat seekor. Ketika kambing
ketika ia melihat para tentara yang berlatih paling depan diperah, lainnya menunggu giliran.
merayap di Resimen Induk Daerah
Militer Jaya Raya (Rindam Jaya)
di Condet, Jakarta Timur.
Hatinya berdesir. Dengan
takut, ia mendatangi pos jaga
dan bertanya bagaimana
prosedur menjadi tentara.
Maka pada 1993 mulailah
alumnus SMA Diponegoro
Ajibarang, Banyumas, itu
mengenakan pakaian loreng. Di
lembaga itulah ia ditempa untuk tak
gampang menyerah.
“Saya banyak belajar dari ilmu tentara. Tentara
itu disiplin segala sesuatunya diatur,” ujar anak
ke-7 dari 8 bersaudara itu. Ilmu tentara yang Ceplin
menonjol antara lain disiplin. Oleh karena itu ketika (3 tahun) hasil
malam ia mendengar lengkingan tinggi—tanda silangan PE
betina berahi—keesokan paginya ia mengecek: dan sanen
di mana kambing itu? Hari itu juga ia harus diminati
mengawinkan mereka. peternak
“Jika tidak, artinya saya harus menunggu
21 hari lagi. Sebab, masa subur kambing
TRUBUS GOLD EDITION - I 39
a
merek
beplaanjagarn
di la

Diam. Selesai perah, kambing kembali ke kandang

Foto-foto: Sardi Duryatmo


dan baris di belakangnya maju. Begitu seterusnya.
Sangat tertib laiknya tentara.
Pantas kandang kambingnya bersih karena
secara teratur dibersihkan. Tak ada bau apak
atau prengus khas kambing sama sekali.
Suami Lia Yuliawati itu tak canggung-canggung
membersihkan kotoran, memerah susu, atau
merawat cempe. Jika sewaktu-waktu diperlukan,
tentulah ia berujar tegas, “Siap! Laksanakan!
(Sardi Duryatmo)

Wakil Kepala Staf Angkatan


Darat Letnan Jenderal
Hery Cahyana pernah
menghubungi Bangun
Dioro lewat telepon dengan
memanggil, “Ngun.”
Bangun sangsi dan berujar,
“Wakasad apa, jam segini
kok kelayapan.” Dalam
tradisi militer, pemanggilan
nama hanya berlaku untuk
teman seangkatan. Setelah
telepon dimatikan dan
Daun Penjemput
ajudan jenderal menelepon Maut
Bangun, jadilah peternak
kambing yang tentara Bedug magrib baru terdengar. Bangun
itu ketakutan. Ia segera Dioro, peternak di Cijeruk, Bogor, menyuapkan
minta maaf. Hery Cahyana sesendok kolak untuk berbuka puasa. Lalu,
tiba-tiba ia mendengar kambing-kambingnya
bertelepon hanya ingin merintih. Ia meletakkan mangkuk dan berlari
bertanya soal ternak ke kandang. Benar saja, ratusan kambing
menungging karena keracunan daun singkong.
kambing. Ia mengambil suntikan dan dengan gerak cepat
mendatangi setiap kandang untuk menyuntikkan
zat antiracun dari Jerman.
Petang itu 30 kambing tak terselamatkan
karena sianida dalam daun singkong. Seorang
karyawan yang baru bekerja 2 hari memberikan
daun segar. Padahal, semestinya daun
dilayukan sebelum diberikan. Pada 2004, nyawa
16 kambingnya juga melayang akibat pergantian
musim. Peranakan Ettawa (PE) memang rentan
pada setiap pergantian musim. Pneumonia dan
skabies beberapa ancaman pada musim itu.
(Sardi Duryatmo)
Silangan sanen
dan ettawa

40 TRUBUS GOLD EDITION - I


a
merek
lajar
be ngan
di lapa
budiyanto tasma:

Gudang
Reptil
Dunia
Ular-ular hasil tangkaran Budiyanto Tasma menjadi andalan pusat penjualan reptil
terbesar dunia, Bushmaster Reptile, Amerika Serikat. Karyanya yang spektakuler,
Morelia viridis kuning keemasan bertabur mutiara menggegerkan dunia reptil.

D u a p u l u h perlakuan
lima tahun silam
ayahnya
dianggap terlalu kejam. Bukan hanya makian
yang diterima setiap hari. Namun, juga perintahnya
kadang membahayakan. Keruan bocah yang baru
lulus SMA itu memvonis: orangtua tak sayang
kepadanya. Kini setelah menjadi eksportir reptil
nomor 1 di tanahair, Budiyanto Tasma, nama
bocah itu, berbalik sangat hormat dan menyanjung
sang ayah. “Ayah dulu mendidik sangat keras,
tapi sekarang saya bisa merasakan hasilnya,”
ucap pria bertubuh besar itu.
Budiyanto Tasma ingat betul, pada suatu
pagi ia diperintahkan ayahnya, Harun Tasma,
memindahkan burung kakatua dari kandang
ke dalam sangkar untuk dijemur. Sebanyak
10 kakatua harus rampung dipindah dalam waktu
20 menit. Artinya setiap ekor hanya diberi jatah
Budiyanto 2 menit hingga pindah tempat. Apa yang terjadi?
Tasma, “Jangankan 10 ekor, memindahkan 1 ekor saja
penangkaran sulitnya minta ampun. Tangan saya berdarah-
ular prosfektif darah dipatuk,” kenang Budiyanto Tasma.
 TRUBUS GOLD EDITION - I
Melihat tangan anaknya dipenuhi luka dan
mengucurkan darah, Harun Tasma malah marah, Tangkar python Morelia viridis,
tak ada duanya
“Kalau kamu mau menerjuni sesuatu, harus tahu Pada 1990, ayah 3 putra itu berniat membuka di dunia
dulu ilmunya!” Pria yang berprofesi sebagai usaha sendiri. Komoditas yang dipilih tidak jauh
eksportir burung, ikan, dan reptil pada 1970-an dari kegiatan yang dilakukan ayahnya: reptil.
itu lalu mencontohkan cara menangkap burung “Kebetulan waktu itu ekspor reptil mulai ramai.
berparuh bengkok. Betul, hanya dalam hitungan Toh soal mengurus surat perizinan saya bisa
kurang dari 10 menit, semua burung sudah pindah tangani sendiri,” katanya. Akhirnya dengan hanya
ke sangkar dan tidak satu patukan pun mendarat bermodal sebidang tanah seluas 3.000 m2 di
di tangan Harun Tasma. Bogor, ia mulai menangkarkan python.
Tak hanya itu, Budiyanto Tasma kecil dididik Menurutnya, python salah satu ular
sangat keras. Tiada hari tanpa kerja, begitu kebanggaan Indonesia yang bisa menjadi
prinsip sang ayah. Setiap hari pria kelahiran komoditas ekspor potensial. Dengan 9 jenis
Jakarta 27 Mei 1963 itu harus bangun pukul yang tersebar di Papua dan Sumatera, Indonesia
03.00 dan baru beristirahat pukul 19.00. Kegiatan gudang python terlengkap di dunia. Python banyak
membersihkan kandang, memandikan burung, diminta hobiis reptil mancanegara karena corak
memberi pakan, hingga mempersiapkan dan tubuhnya sangat cantik dan beragam. Sejak itulah
mengantar satwa-satwa ke bandara untuk induk-induk python dikumpulkan dari berbagai
diekspor ia jalani. Pantaslah dengan rutinitas yang pulau dan dipasang-pasangkan dalam kandang
ditekuni 8 tahun, Budiyanto Tasma sangat paham penangkaran.
seluk-beluk memperdagangkan ikan, burung, dan Harapan tinggal harapan. Ternyata
reptil klangenan. menangkarkan ular bertemperamen kalem itu
TRUBUS GOLD EDITION - I 
a
merek
lajar
be ngan
di lapa

tidak mudah. Musababnya setiap 185 cm dan bobot 140 kg itu. Lagi pula ekspor hasil
tahap dibayangi kendala. Contoh, buruan dibatasi kuota. CV Terraria Indonesia—
untuk mengadaptasikan ular dari nama perusahaan yang dipimpin Budiyanto—
kehidupan liar ke kandang saja hanya kebagian jatah 20% dari total ekspor reptil
tidak mudah. Ular kerap tidak Indonesia, meski kemampuannya mencapai 35—
mau makan dan akibatnya mati. 45%. Berbeda dengan hasil tangkaran, tidak ada
Belum lagi proses mengawinkan, pembatasan jumlah.
penetasan, dan pembesaran yang Kurun waktu 2002—2004 tercatat 12.000—
membutuhkan ilmu khusus. Setelah 13.000 ular hasil tangkaran perusahaan berpusat
10 tahun jatuh-bangun menguji di Desa Curug, Kecamatan Gunungsindur,
coba, Budiyanto Tasma sampai Kabupaten Bogor, itu berhasil diekspor ke
"Penangkaran = pada kesimpulan, “Penangkaran mancanegara. Sayang, bulan madu ekspor ular
tak mungkin berhasil.” itu hanya sekejap. “Pada 2005 produksi turun
bisnis nyawa. Ketukan palu tanda penutupan drastis. Ular-ular yang baru menetas anusnya
Nyawa pemberian penangkaran hampir dijatuhkan. keluar. Dari 900 ekor, rusak 300,” tutur suami dari
Puluhan kandang nyaris Cerylia itu. Ular-ular yang rusak itu otomatis tidak
Yang di Atas. disingkirkan. Namun, di tengah bisa diekspor. Apalagi peraturan perdagangan
Maka saya tak keputusasaan itu Budiyanto internasional melarang penjualan ular-ular yang
bertemu dengan seseorang yang kurang sehat.
ngotot penuhi mengusai ilmu penangkaran ular. Makanya bersama teman bisnisnya, dokter
permintaan Kerja sama pun dijalin. Masalah- hewan dari Rusia, Budiyanto pontang-panting
masalah dalam penangkaran mulai mencari cara untuk menekan angka kerusakan
pasokan reptil teratasi. Tingkat keberhasilan bayi-bayi ular. Sukses? Terjadi penurunan yang
yang demikian penetasan yang semula 15% signifikan, pada 2006 hanya 150-an yang rusak
banyak," ujar (dari 20 butir yang menetas hanya dan baru belasan ekor hingga pertengahan 2007.
3 butir, red), kini mendekati Diduga tikus yang diumpankan kekurangan
Budiyanto. 100%. Dan anak- anak ular yang vitamin. “Nutrisi yang diberikan pada tikus ternyata
dibesarkan tumbuh sehat hingga penting karena akan berdampak pada ular-ular,”
mencapai ukuran siap ekspor. ucap Budiyanto.
Beralasan jika sekarang 3.500 indukan tikus
yang dipelihara sebagai sumber pakan turut
Gagal lagi dimanjakan. Binatang pengerat yang beranak
Sedikit demi sedikit ekspor yang semula setiap 2 minggu itu diberi pelet yang diformulasi
mengandalkan tangkapan alam tergantikan hasil khusus, beragam vitamin, dan dipantau
tangkaran. “Kalau bergantung pada tangkapan kesehatannya. Menurut Budiyanto setiap bulan
alam, lama-lama habis,” ungkap lelaki setinggi tikus-tikus putih—dua jenis: besar dan kecil—yang
dipeliharanya itu menghabiskan 2 ton pelet senilai
Rp10-juta. Itu belum termasuk vitamin dan obat-
obatan. Sebagai pakan utama, tikus memang
tidak bisa dipisahkan dari penangkaran ular.

Berserah diri
Budiyanto menghadapi
musibah itu dengan tulus. “Ini
bisnis nyawa. Nyawa-nyawa
ular pemberian Yang di Atas. Jadi
saya serahkan sepenuhnya kepada-
Nya,” ungkap ketua Asosiasi Reptil
Indonesia sejak 2000 hingga sekarang
itu. Itulah sebabnya ia tak terlalu ngotot
untuk memenuhi permintaan pasokan dari
Bushmaster Reptil, pusat penjualan reptil
terbesar di dunia yang bermarkas di Amerika
Serikat. “Busmaster akan mengambil berapa pun
stok yang ada, tapi tidak boleh menjualnya ke
Kura- orang lain,” kata pehobi jalan-jalan itu meniru
kura, masih ucapan pemimpin tertinggi Busmaster ketika
tangkapan alam bertandang ke tempat penangkaran.
 TRUBUS GOLD EDITION - I
Toh hingga kini bisnisnya masih bergulir. Ekspor pasar, apalagi yang
reptil dilakukan Budiyanto 2 minggu sekali. Tidak sudah tidak produktif,
hanya ular tapi juga reptil-reptil lain seperti cecak, umur di atas 5 tahun.
cecak terbang, tokek, soa payung, kura-kura, dan Berdasarkan  penuturan
kadal. Reptil-reptil itu semua asal tangkapan alam, Budiyanto harga ekspor ular
kecuali ular. Volumenya fluktuatif, tergantung stok. berkisar  US$50—US$200/ekor,
Ular berkisar 25—150 ekor, sedangkan cecak tergantung jenis. Lembaran dolar
dan tokek masing-masing 500 dan 200 ekor per bakal mengalir lebih deras bila yang
pengiriman. Cecak dimanfaatkan untuk pakan diekspor jenis-jenis langka. “Karena
bayi-bayi ular. Reptil lainnya hanya sebagai
tidak ada standar harganya,” ujar Budiyanto.
pelengkap.
Contoh yang paling gres hasil silangan sendiri Dipasok ke
Perkembangbiakan ular musiman. Wajar jika Bushmaster
yang diidam-idamkan sejak 7 tahun lalu: Morelia
volume ekspornya fluktuatif. Di penangkaran, Reptile di
viridis kuning bertabur mutiara. “Harganya suka-
ular yang memasuki masa dewasa, berumur Amerika Serikat
2,5—3 tahun, bertelur pada Mei. Setiap induk suka karena tidak dipunyai penangkar-penangkar
bertelur sekali setahun dengan jumlah telur lain di dunia,” kata warga Bumi Serpong
20—30 butir. Telur-telur itu akan menetas Damai, Tangerang itu. Boleh jadi itu adalah
60— 100 hari kemudian. Bayi-bayi ular butuh imbalan bagi Budiyanto yang memegang teguh
perawatan selama 1—1,5 bulan, atau sudah prinsip tiada hari tanpa kerja keras dari sang ayah
5—6 kali makan dan sekali ganti kulit, sebelum dan menyerahkan hasilnya kepada Yang Maha Tikus-tikus turut
Kuasa. (Karjono) dimanjakan
siap diekspor. Ular-ular dewasa jarang diminta

Makian dan perlakuan kejam sang


Foto-foto: Karjono dan CV Terraria Indonesia

ayah berbuah manis di kemudian


hari. Dolar terus mengalir seiring
telur-telur yang menetas menjadi
bayi-bayi ular mungil. “Saya
menaruh hormat kepada ayah
yang telah mendidik dengan
keras, hingga bisa menjadi
eksportir reptil seperti sekarang
ini,” ungkap Budiyanto Tasma.

TRUBUS GOLD EDITION - I 


a
merek
beplaanjagarn
di la
vichai pinyawat:

Kegilaan Bersama
Burung

Ia manut saat sang kakek mendapuk menjadi manajer produksi minyak kelapa. Sejak
itu selama 40 tahun tiada waktu tanpa urusan kelapa. Saat kejenuhan melanda, ia
lari ke burung. Kini ia melewatkan waktu di ruang kerja berisi pesawat TV 24 inci,
menikmati penampilan macaw-macawnya lewat CCTV.

Ramphastos
toco alias toco
toucan (kiri)

Blue-and-yellow
macau (Ara
ararauna), salah
satu koleksi
Vichai (kanan)

46 TRUBUS GOLD EDITION - I


TRUBUS GOLD EDITION - I 47
a
merek
beplaanjagarn
di la

Nama Vichai
membumbung
tinggi lewat
perkutut

Selamabagai
15 tahun Vichai merasa hidupnya menikmati hobi ini,” katanya. Vichai pun tak segan
terpenjara. Pagi hari ia menghamburkan Rp20-miliar untuk koleksi-koleksi
sudah disibukkan membaca setumpuk laporan. burungnya. Hari-hari Vichai kini sudah benar-benar
Diselingi kunjungan ke pabrik, siang hari dihabiskan habis mengurusi burung. Salah satu rutinitasnya
memimpin rapat-rapat manajemen. Usai menjamu menerawang layar televisi 24 inci di ruang kerja.
para rekanan bisnis, larut malam ia baru menjumpai Di layar itu terpampang aktivitas blue and gold
anak dan istri yang sudah lelap tidur. Begitu terus makaw Ara araruna dalam 2 kandang berbeda.
berulang hingga nyaris tidak ada waktu untuk “Mary sudah mau bercumbu belum?” katanya
melepas penat. Blue and gold makaw bernama Mary itu
Bagi keluarga, Vichai ditakdirkan menjadi pria memang kesayangan Vichai. Betina makaw
pilihan. Sejak lama ayah dan kakeknya memberi berumur 4 tahun itu selalu dinanti-nanti agar
perhatian lebih. Sedari kecil naluri bisnis Vichai segera bertelur. Sayang, sang jantan seringkali
sudah mencuat ketimbang saudara sekandung. ogah-ogahan mencumbunya. Yang tampak si
Vichai kecil tampak sering menjajakan penganan jantan sering mematuk kepala Mary. Balasannya
kue basah di sekolahnya. “Untuk menabung Mary memilih menyingkir ke dalam sarang.
Warna bulu supaya bisa membeli burung-burung kecil,” “Sudah setahun dipasangkan belum terlihat
yang eksotis katanya. Gelatik adalah burung incarannya. kecocokan,” katanya. Tampaknya Vichai perlu
membuat Vichai bersabar lebih lama.
jatuh hati Makaw besar itu hanya satu dari puluhan jenis
Miliaran koleksi Vichai. Boleh jadi salah satu terlengkap
Siapa sangka 30 tahun di dunia. Jenisnya beragam. Mulai dari makaw
berlalu hobi mengoleksi besar, mini, hingga hibrida ada di sana. Sebut saja
burung kian mencorong. jenis makaw besar seperti blue throated macaw
“Saya memilih pensiun untuk Ara gloucogularis, buffon macaw A. ambigua, dan
scarlet macaw A. macaw. Atau jenis mini seperti
hahn’s macaw A. nobilis nobilis dan severe macaw
A. severa. Tak kalah cantik jenis-jenis hibrida
seperti maui sunset makaw yang bulunya kuning
keemasan layaknya warna matahari tenggelam.
Memang tak semua makaw itu diunduh untuk
kawin. Maklum tak semua jenis itu memiliki
pasangan. “Yang jumlahnya banyak hanya blue

48 TRUBUS GOLD EDITION - I


makaw sekitar 6 pasang,” katanya. Dengan jumlah pun mengincar tangkaran Vichai. Sejarah pernah
itu Vichai dapat menggonta-ganti pasangan bila mencatat nama Jonny Gunawan sebagai kolektor
salah satu di antara mereka tidak cocok. “Untuk lokal pertama yang menebus kung Vichai, perkutut
Mary, jantannya yang ditukar-tukar sampai ada permata hijau dengan emas 3 kg. “Dialah (Jonny, Demi
yang cocok,” kata penggemar bonsai itu. red) yang membuat bisnis perkutut di sini ramai,”
kata godfather perkutut Bangkok itu. sepasang
loriket langka,
Kolektor sejati Vichai
Hampir sepanjang waktu pemilik VP House Ditangkarkan
Farm di kawasan Meenburi, Bangkok, itu bergelut Di sela-sela kesibukannya mencetak perkutut Pinyawat
dengan koleksi burungnya. Rumahnya seluas superunggul, sejak 1995 Vichai mengumpulkan
2.500 m2 itu disulap menjadi taman anggota keluarga Psitacidae seperti loriket,
pergi ke
burung mini. Ratusan kandang parkit, dan makaw. “Burung-burung Antananarivo,
berukuran 2 m x 1 m x 2 m itu benar-benar eksotis. Warna-
menempel kokoh di tembok bulunya sangat cantik,” katanya.
Madagaskar.
yang mengitari rumah. Ada pula Salah satu penyedia hewan langka Klangenan
kandang-kandang besar yang terbesar di Bangkok, Classica co.
luasnya mencapai 30 m2. Di sana inc didatangi. Tak jarang Vichai
berjambul bak
Vichai menyimpan aneka jenis terbang ke berbagai negara cenderawasih
burung rangkong. Ayah 2 putra itu seperti Belanda, Jerman, itu ditebus
juga membuat kolam seluas 100 m2 dan Austria, Filipina, bahkan
dihuni macam-macam angsa. “Saya Madagaskar, semata- Rp300-juta.
juga memiliki ratusan perkutut unggul,” mata untuk melengkapi Predikat
ungkapnya. koleksinya.  Belakangan
Koleksi burung-burung itu tidak keluarga  Cacatuidiae kolektor
sekaligus terkumpul. Tiga puluh lima seperti kakatua burung dunia
tahun lalu ia memulai dengan mengoleksi raja Probosciger
ayam bantam. Ayam kecil berbobot 500 atterimus, kakatua
pun melekat
g itu dipelihara karenaBangkok saat itu raja Cacatua goffini padanya.
dilanda demam adu ayam. “Saya sering turut di koleksi.
menang kalau lomba. Yang berkesan menjadi “Saya juga punya
juara di King’s Cup 1972,” tutur Vichai bangga cenderawasih asal
menunjukkan koleksi-koleksi piala kejuaraan di Papua,”  ujar nya
sebuah lemari jati besar. m e n u n j u k

Di tengah kesukaan menyabung ayam itu, s e p a s a n g Loriket


perkutut mulai dilirik. Suatu ketika Vichai benar- Paradisea   apoda langka asal
benar dibuat terkesima begitu mendengar alunan itu. Favoritnya karena Madagaskar
suara kung di rumah koleganya. “Burung apa ini? mahal dan langka yang mencapai
Bagus sekali suaranya,” katanya. Sepuluh pasang adalah leadbeather harga ratusan
juta rupiah
nuklaw jawa—sebutan perkutut di Thailand— c o c k a t o o     C a c a t u a
dibeli. Sejak itu pelan-pelan koleksi 200 ayam leadbeateri asal Austria yang
bantamnya mulai disingkirkan. Sebagian dijual, ditebus Rp250-juta/ekor.
sisanya diberikan kepada teman. Koleksinya yang nyaris
Nama Vichai akhirnya membumbung lengkap dan beragam burung
tinggi karena perkutut juga. Setelah sukses yang hampir punah, membuat
menangkarkan, koleksinya pun berulang-ulang hunian Vichai kerap didatangi
menjuarai lomba bergengsi King’s Cup. Sebut saja peneliti burung mancanegara dan
Pharao V yang darahnya menitis pada Susi Susanti, pejabat CITES. “Mereka datang
perkutut legendaris di tanahair pada 2000. Ring VP untuk mendokumentasi dan memonitor
seolah jaminan menang kontes. Hobiis Indonesia perkembangan burung-burung yang saya

TRUBUS GOLD EDITION - I 49


a
merek
beplaanjagarn
di la

Sepasang beli,” kata penggemar musik klasik karya Tugas merawat burung-burung itu dilakukan
anggota Beethoven dan Covosky itu. 2 pekerjanya. Vichai sendiri lebih fokus pada
keluarga Lantaran kolega-kolega dari Asia dan Eropa penangkaran sekaligus pengecekan kandang.
Psittacidae yang datang dan tertarik ingin memiliki koleksinya, “Saya baru tidur sekitar pukul 22.00 setelah
tengah
naluri bisnis Vichai bangkit. “Tunggu hasil berkeliling ke semua kandang,” kata penggemar
ditangkarkan
anakannya,” katanya setiap kali para kolega itu Mercedes Benz itu. Saat matahari mulai naik,
memaksa beli. Kakatua menjadi sasaran pertama sekali lagi Vichai berkeliling lalu melihat polah
ditangkarkan lantaran Vichai beranggapan semua Mary dari layar televisinya. Tak ada tanda-tanda
orang suka. Hasilnya sejauh ini lumayan. Setelah kejenuhan di sana. (Dian Adijaya S Peliput:
berkali-kali gagal, beberapa jenis kakatua seperti Lastioro Anmi Tambunan)
kakatua raja mau juga bertelur. “Tidak ada teknik
khusus, hanya memanipulasi kandang mirip
habitat aslinya,” ujarnya.
Vichai benar-benar total mengejar semua
informasi setelah mutung menangkarkan makaw.
“Burung ini sungguh sulit, padahal yang berminat
mulai banyak,” ujarnya. Bersama anaknya, Chai
Pinyawat, ia tak segan mendatangi penangkar-
Peluang bisnis
penangkar makaw sukses di Spanyol dan Filipina.
burung hiias
cukup bagus “Ternyata ada yang salah dengan pemeliharaan
sehingga Vichai di kandang selama ini,” tuturnya. Kandang yang
menangkarkan- baik itu perlu terpapar matahari sehingga makaw
nya doyan kawin.

50 TRUBUS GOLD EDITION - I


kh fuad affandi:

Agribisnis
Agama
Dari pintu ke pintu di sepanjang Jambi hingga Medan, KH Fuad Affandi menjual
sepatu bikinan perajin Cibaduyut. Ia meninggalkan tanah kelahiran di Ciwidey,
Bandung. “Saya melakukan itu untuk bertani,” kata lulusan Sekolah Dasar itu. Sesekali
kecil, tapi lebih kerap besar. Dari lahan 6 ha dan pekebun plasma, ia memasok
3,5 ton sayuran per hari ke pasar swalayan di Bandung dan Jakarta.

Pekerjaantidak
sebagai penjual sepatu
pernah terbesit di
benak Fuad sebelumnya. Kakeknya KH Mansyur
pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ittifaq
di Rancabali, Kabupaten Bandung. Sementara
ayahnya, KH Rivai mandor perkebunan dan
pemimpin pondok pesantren. Mereka orang
terpandang di Ciwidey. Tanah pun belasan
hektar. “Tapi jangan pernah berharap dapat
memakai tanah abah,” kata Fuad meniru ucapan
sang  ayah.
Saat itu ia baru mudik setelah bertahun-tahun
nyantri di Ponpes Al  Hidayah, Lasem, Rembang,
Jawa Tengah. Sang ayah sakit-sakitan dan
saudara sekandung sepakat menunjuknya sebagai
pemimpin baru pesantren.
Hasrat berkebun yang sudah lama terpendam
langsung bergejolak ketika ia menerima jabatan
itu. “Saat itu banyak penduduk menanam sayuran
hanya untuk keperluan sendiri. Seandainya bisa
dijual lebih baik lagi,” ujar penerima Satya Lencana
Wirakarya dari Presiden Republik Indonesia pada
2003 itu. Oleh karena itu, suami Hj Sa’dah itu
mengajak pemuda dan petani berdiskusi soal
agribisnis. Namun, hasilnya “Mereka tetap yakin
dengan yang sudah berjalan saat itu,” katanya.
52 TRUBUS GOLD EDITION - I
mereka
belajar
di lapan
gan
a
merek
beplaanjagarn
di la

Foto-foto: Dian Adijaya Susanto


KH Fuad Memberi bukti contoh paling pas. Namun, Harga jual tomat cuma Rp500; kubis,
Affandi ustadz belum-belum kesulitan menghadang. Selain tidak Rp300 per kg. Padahal, biaya produksi masing-
sekaligus punya uang dan lahan, meminjam tanah dari masing Rp1.500 dan Rp700 per kg. “Petani marah
pengusaha
orangtua pun sulit. “Harus punya tanah sendiri,” sampai-sampai saya sempat diancam dengan
agribisnis
ujar peraih Kalpataru kategori penyelamat golok,” katanya. Meski tertekan, Fuad tetap
lingkungan pada 2005 itu. Karena itu, pada 1990 merintis usaha pemasaran sayuran itu. “Siapa lagi
Fuad mendelegasikan tampuk kepemimpinan yang bisa menyejahterakan kami, kalau bukan diri
Saya pondok kepada saudara sepupu, KH Saefuddin. kami sendiri,” ungkapnya.
melihat Ayah 5 putri itu kemudian berdagang sepatu Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas
ke Sumatera. Selama 3 tahun ia menapaki jalur tanaman, Fuad rajin mengunjungi balai penelitian
sebuah Jambi—Medan, menawarkan sepatu ke setiap dan perguruan tinggi di Bandung dan Bogor.
kenyataan. toko yang dijumpainya. “Mereka sampai hafal wajah dan suara saya,”
kata Fuad. Pasar mulai terbuka saat Fuad diutus
Tak ada Diancam golok sebagai wakil pekebun asal Jawa Barat dalam
tanah yang Kerja keras berdagang itu berbuah 6 hektar pertemuan agribisnis di Departemen Pertanian
Jakarta, pada awal 1990. Dua petinggi pasar
sesubur tanah. “Saat itu harga tanah di desa murah. Satu
swalayan Hero di Jakarta menemui Fuad di sebuah
tombak (14 m2, red) seharga satu bungkus rokok,
Indonesia, Rp800,” katanya. Lahan itu kemudian ditanami ruang pertemuan.
Nasib baik memang berpihak pada Fuad. Ia
tapi tak ada tomat dan kubis secara bertahap. Setiap kali panen,
akhirnya memasok beragam sayuran ke Hero.
Fuad menjual hasilnya ke pasar Ciwidey. “Sejak itu
orang yang mudah menganjurkan pekebun menanam karena Namun, manajer Hero Suryadarma Ali—kini
menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha
semalas ada bukti untungnya,” ujar kelahiran 20 Juni 1948
Kecil Menengah—sempat marah lantaran barang
itu. Sayang, malang tak dapat ditolak. Saat
bangsa ini. pekebun mulai panen, harga kedua komoditas itu dikirim dalam karung. “Masak kamu kirim seperti
justru anjlok. ini,” ujar Fuad menirukan ucapan Suryadarma.

54 TRUBUS GOLD EDITION - I


Saat itu Fuad memang belum menguasai teknik
sortir dan pengemasan. “Mereka lantas mengirim
sarjana untuk mengajari kami,” katanya.
Setelah berjalan beriringan selama beberapa
tahun, Fuad melebarkan sayap dengan memasok
pasar swalayan lain seperti Makro, Matahari,
Giant, Yogya, dan Superindo. Pasar-pasar
swalayan itu menyerap 27 sayuran produksinya
seperti kol, buncis, dan babycorn. Total jenderal
volume pasokan 3,5 ton sehari. Sekitar 1 ton hasil
produksi sendiri; 2,5 ton hasil panen 400 pekebun
plasma di sekitar Ponpes. Dari volume itu jenis
sayuran yang paling banyak diminta adalah wortel
sekitar 20% dan buncis 35%.

Didik santri
Fuad memang berhasil mengubah paradigma,
Ponpes bukan sekadar tempat memperdalam penelitian. Tak jarang para mahasiswa menyusun Kubis dari
ilmu agama. “Bertani itu ilmu. Apa yang membuat tesis dan skripsi setelah meriset di lembaga plasma siap
bahagia dunia dan akhirat? Ilmu,” katanya. Lulusan pendidikan itu. disortir dan
Sekolah Dasar itu mencontohkan saat dirinya mau Selain itu Al Ittifaq juga menyelenggarakan dikirim ke pasar
swalayan
menerima tawaran pemerintah untuk mengenyam pelatihan pertanian bagi pekebun, pegawai, dan
ilmu bercocok tanam pada 1987 di Universitas kelompok masyarakat lain. “Untuk pelatihan
Wageningen, Belanda. “Saya mensyukuri agribisnis, pemerintah menetapkan pusatnya
ilmu bertambah. Namun, saya melihat sebuah di sini,” ujar Fuad. Tiga tahun terakhir, Al Ittifaq
kenyataan. Tak ada tanah yang sesubur Indonesia, meluluskan 1.000 peserta. Amanat besar itu
tapi tak ada orang yang semalas bangsa ini,” membuat pesantren yang berdiri
ujarnya berapi-api. pada 1 Februari 1934 itu membangun Lahan 6 ha yang
Kajian itu mendorongnya memanfaatkan lahan praktek seluas 1.000 m2 dan
segala sesuatu yang bernilai guna. Limbah hasil asrama berkapasitas 150 peserta.
kini digunakan
sortasi sayur dan dapur, misalnya, diolah menjadi Materi pelatihan yang ditawarkan untuk budidaya
pupuk dan pakan ternak. Pria 59 tahun itu juga beragam: usaha pertanian terpadu, sayuran diperoleh
memberdayakan para santri. “Semua santri juga kewirausahaan, manajemen agribisnis,
harus memiliki keahlian,” kata Fuad. Lihat saja dan hama penyakit tanaman. dari berdagang
santri setingkat Sekolah Dasar dididik mengurus Menurut Fuad setiap kegiatan sepatu selama
budidaya tanaman, kambing, ternak sapi, dan pelatihan yang berlangsung 3 hari—
kolam ikan. 3 bulan itu selalu melibatkan 3 pekebun 3 tahun. Ustadz
Sejalan waktu, Ponpes Al Ittifaq (secara harfiah sebagai fasilitator dan satu penyuluh. yang berbisnis itu
berarti kerja sama) mendapat banyak dukungan “Diharapkan materi yang kami berikan
seperti dari Departemen Pertanian, Departemen bisa maksimal,” kata Fuad yang memasok 3,5 ton
Pendidikan Nasional, Departemen Perdagangan, juga mendirikan klinik konsultasi sayuran sehari.
dan Kementrian Negara Urusan Koperasi dan agribisnis itu. Menurut mantan
UKM. Bahkan perguruan tinggi seperti Universitas gubernur Jawa Barat, HR Nuriana,
Omzetnya mencapai
Padjadjaran dan Insitut Pertanian Bogor sering Al Ittifaq sebagai Ponpes terpadu Rp175-juta
mengadakan kerja sama di bidang teknologi dan karena menggabungkan agama dan
agribisnis. “Saat beragribisnis saya
sebulan. Pasokan
tidak akan bertanya kamu agamanya rutin itu terpenuhi
apa,” ujarnya. karena manajemen
Itu ditunjukkan Fuad dengan
mengangkat asisten bidang teknologi budidaya yang
yang beragama non-Islam. Asisten itu bagus.
mengajarkan santri bercocok tanam
seperti di Taiwan dan membuat pupuk seperti
di Belanda. Para asisten itu juga menentukan
suksesnya Fuad yang mencicipi pahit getir Limbah sayur
menjajakan sepatu demi bercocok tanam. Kini dimanfaatkan
sebuah kakinya masing-masing berpijak di atas sebagai pakan
agribisnis dan agama. (Dian Adijaya Susanto) ternak

TRUBUS GOLD EDITION - I 55


a
merek
beplaanjagarn
di la
priatmana muhendi:

Kesetiaan
pada
Tomat
”Saya terlalu berani dan kurang perhitungan.” Kalimat penuh sesal itu
diucapkan Priatmana Muhendi yang dililit utang Rp400-juta. Usianya
masih muda, 27 tahun, tapi utangnya menggunung.

Kisahmengantongi
tragis itu bermula di Bandung. Begitu
gelar sarjana—ia
mengenyam pendidikan manajemen—Priatmana
menjadi kontraktor: membangun perkantoran,
jalan raya, hingga saluran irigasi di berbagai kota.
Lima tahun lamanya ia bergelut dengan semen,
pasir, dan aspal. Hasilnya, utang Rp400-juta
melilitnya.
Pada 1995 Priatmana Muhendi meninggalkan
Bandung. Ia kembali ke Desa Cisarua, Kecamatan
Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Di desa
berhawa sejuk pada ketinggian 1.200 m dpl itu ia
menggantungkan harapan pada kentang.
Ia mengebunkan kentang granola di lahan
1,5 ha. Sulung 5 bersaudara itu memilih
komoditas Solanum tuberosum lantaran harganya
relatif stabil, saat itu Rp1.500 per kg. Betul,
memang ketika panen ia memperoleh harga
bagus, Rp1.800 per kg. Sayang, produktivitas
jeblok. Priatmana hanya menuai total 12 ton
umbi sehingga omzetnya Rp21,6-juta. Padahal,
Priatmana
produktivitas rata-rata kentang granola sekitar
Muhendi 22 ton per ha.
spesialis Mestinya, Priatmana mampu memanen
pekebun tomat 30  ton dari lahan 1,5 ha. Harap mafhum, itulah

56 TRUBUS GOLD EDITION - I


Dua belas tahun membudidayakan pengalaman pertama berkebun sayuran. Penyebab Meski harga
fluktuatif:
rendahnya produksi lantaran, ”Serangan Lyriomiza
tomat sehingga ia hafal betul seluk- huidobrensis,” katanya. Musim tanam berikutnya, tomat selalu
diusahakan
beluk penanganan sayuran buah alumnus Institut Koperasi Indonesia (Ikopin)
Priatmana
Bandung itu membudidayakan kerabat kentang,
itu. Kualitas tomat yang dihasilkan tomat, di lahan 4 ha. Dewi Fortuna belum juga (Foto-foto:
pun prima dan ditunjang sortasi menghampiri Priatmana. Harga sayuran buah Sardi Duryatmo,
anggota famili Solanaceae itu cuma Rp200 per kg. Imam Wiguna,
ketat menjadikan harga yang & Destika
diterima Priatmana lebih tinggi Cahyana)

ketimbang harga tomat pekebun Kubis


Ia akhirnya tahu, penyebab kegagalannya
lain. tak cuma harga yang terjun bebas, tapi cara
budidaya yang keliru. ”Penanganan tomat dan
kentang berbeda. Tomat butuh tenaga kerja
lebih banyak untuk mengikat batang, merompes
(menghilangkan tunas air, red),” ujarnya. Dari
Rp100-juta modal yang ia cemplungkan, hanya
kembali Rp5-juta. Kegagalan beruntun itu hampir
saja mendorong Priatmana ke jurang putus asa.
”Saya tak tahu harus berbuat apa? Apa yang
harus saya kerjakan?” katanya.
Untunglah keluarga menguatkannya. Pria
kelahiran Cianjur 8 Februari 1968 itu pergi ke
Lembang, Pangalengan, dan Garut—semua
sentra sayuran di Jawa Barat. Di sentra-sentra
TRUBUS GOLD EDITION - I 57
a
merek
beplaanjagarn
di la

sayuran itulah Priatmana melihat komoditas


yang disemaikan. Pada umumnya cabai. Ia juga Spesialis tomat
mengecek benih yang banyak terjual di berbagai Tomat komoditas andalan Priatmana untuk
toko. Dari pelacakan itu ia memutuskan untuk meraup laba. Menurut Priatmana apel cinta—
menanam kubis di lahan 2 ha. Di sekitar Sukabumi, julukan untuk tomat—mempunyai keistimewaan
kubis lazim ditanam pada September-Oktober. komparatif. ”Tomat yang ditanam di Sukabumi
Namun, Priatmana menanamnya pada Juli lebih baik ketimbang yang ditanam di daerah lain:
ketika persediaan air untuk penyiraman menipis. Pangalengan, Lembang, atau Malang. Bentuk,
Itulah sebabnya ia menyiram dengan gembor warna, rasa, kekerasan, daya tahan lebih baik.
hingga pukul 21.00. Pekebun tak perlu menyiram Daya tahan, misalnya, di suhu ruang paling cepat
kubis bila menanam pada Oktober saat musim 2 minggu. Itu karena pengaruh agroklimat dan
hujan. Kerja kerasnya tak sia-sia. Produtivitas jenis tanah,” katanya. Alasan kedua, pasar juga
tanaman anggota famili Cruciferaceae itu menginginkan tomat.

(Dari kiri mencapai 2 kg per krop. Artinya, dari total Rata-rata luasan penanaman tomat 3 ha
ke kanan): populasi 25.000 tanaman per ha ia menuai 50 ton. per bulan. Total populasi 16.000 per ha dan
Hamparan Kebetulan juga saat itu harga kerabat sawi itu produktivitas 2 kg per tanaman. Ia menerapkan
tanaman
melambung hingga Rp1.800 per kg. sortasi amat ketat. Untuk kelas A: tomat tanpa
kentang, kubis,
dan tomat: Priatmana menangguk omzet Rp180-juta. cacat, maksimal 10 buah per kg, dan tingkat
komoditas yang Padahal, biaya produksi tak sampai Rp1.000/kg. kematangan 75%. Sementara kelas B terdiri atas
diusahakan Laba berkebun kubis itu sebagian digunakan 10—14 buah; C, 15—18 buah/kg. Kualitas A
Priatmana untuk menyicil utang yang Rp400-juta. Laba untuk memasok berbagai pasar swalayan di
demi laba berkebun sayuran itu juga digunakan Jakarta; kelas B dan C ke pasar induk.
untuk memperluas lahan hingga kini menjadi ”Saya mempunyai standar prosedur untuk
12 ha. Di sana pria 39 tahun itu menanam tomat, sortasi yang sulit diterapkan di tempat lain
sawi putih, kubis, buncis, dan labu siam yang karena kebiasaan orang menyimpan tomat
bukan berasal dari Thailand, tapi Brazil. Selain apkir di bagian tengah. Saya ingin memberikan
tomat, komoditas-komoditas itu hanya sebagai yang terbaik kepada konsumen, membangun
selingan. Maksudnya, sebagai tanaman rotasi citra yang baik dengan sortasi ketat,” ujar
untuk memutus siklus hama dan penyakit pehobi bulutangkis itu. Wajar jika Priatmana
tanaman tomat. dan kelompok taninya selalu mendapatkan

58 TRUBUS GOLD EDITION - I


harga lebih baik dibanding tomat-tomat lain. Pada 24 April 2007 harga jual di tingkat pekebun
Selisihnya Rp200—Rp500 per kg. ”Dengan Rp3.500 per kg. Dengan volume penjualan
grading seperti itu ternyata pasar bicara 10  ton,  ia yang mempekerjakan 84 karyawan itu
lain,” katanya. memperoleh omzet Rp35-juta sehari. Belum lagi
Artinya, dengan sortir ketat demi kualitas, penjualan ke pasar swalayan yang harganya lebih
tomat apkir mungkin lebih banyak. Namun, tinggi. Jika harganya Rp3.500 per kg, tambahan
hilangnya tomat itu tergantikan dengan harga omzetnya Rp105-juta sebulan.
yang lebih tinggi. Itu memang tidak serta-merta Memang tak selamanya harga tomat bagus.
diperoleh. Ia mesti membangun komitmen dalam Di pasaran harga komoditas itu amat fluktuatif.
waktu panjang, bertahun-tahun. Kini citra tomat Beberapa kali ayah satu anak itu menjual tomat
sukabumi berkualitas bagus tertanam kuat di dengan harga Rp200. Oktober 2006, misalnya,
pasar. Obsesinya, pola market driven berubah ia cuma mendapat harga Rp400

Foto-foto: Sardi Duryatmo, Imam Wiguna, & Destika Cahyana


menjadi product driven atau kualitas harus per kg. Meski demikian ia tetap
mengusahakan tomat pada periode Tanpa
tanam berikutnya. ”Saya ingin menjadi pengalaman,
spesialis tomat,” ujarnya. Pantas bila
ayah dari Pridia Septa Azizah (5 tahun) Priatmana
itu hafal betul seluk-beluk tomat. menekuni bisnis
Untuk kawasan Goalpara, Sukabumi,
misalnya, pekebun mesti mengurangi kontraktor.
pupuk nitrogen dan menambah unsur Hasilnya belitan
fosfor agar kualitas buah bagus.
Hasil pengamatan itu tak hanya utang Rp400-
dinikmati sendiri, tapi ia juga juta. Dengan
membagikan kepada 45 anggota
Kelompok Tani Goalpara yang ia
mengebunkan
pimpin. Begitu terpilih menjadi tomat utang
ketua, ia mengatur pola tanam
dan keseragaman varietas. Itulah
segunung itu
sumbangan Ilmu Manajemen untuk lunas hanya
dunia agribisnis yang ia geluti. dalam beberapa
Pengaturan pola tanam agar
pasokan tidak berlebih. Sementara tahun.
keseragaman varietas supaya bila ada
peningkatan permintaan, kelompok itu
dapat memenuhinya dengan standar
tinggi. Ia pernah gagal memasok tomat
ketika produksi anggota dikumpulkan
ternyata ada yang bulat, lonjong, ada
yang merah, dan kuning.
Itulah sebabnya ia harus memberi
contoh seperti  pada kasus sortir.
menentukan harga. Dengan demikian posisi Pekebun lazim menyelipkan tomat
tawar pekebun menjadi lebih kuat. apkir di bagian tengah keranjang. Dengan contoh,
perilaku itu dapat diubah. Harap mafhum,
“Pekebun itu harus kadeuleu, karampa, dan
Memberi contoh karasa. Pertama harus melihat dulu, lalu meraba-
Kerabat cabai itulah yang tetap dikembangkan raba, dan merasakan hasilnya. Dengan cara itu
Priatmana sepanjang tahun. Entah musim kemarau, baru bisa berubah. Contoh paling nyata dalam
maupun musim hujan. Harga tinggi atau anjlok, soal pestisida. Petani serta-merta akan ikutan
tomat selalu ditanam. Ia rutin memasok pasar menggunakan merek tertentu jika ada petani lain
swalayan 20—30 ton per bulan dan 10 ton ke Pasar yang sukses,” katanya.
Induk Kramatjati, Jakarta Timur, per hari. Pasokan Begitu pula sukses Priatmana berkebun tomat,
itu baru memenuhi 70% permintaan. Tak semua memberikan inspirasi kepada pekebun-pekebun
permintaan dipenuhi lantaran ia lebih mengejar lain. Menjadi pekebun tomat memang, ”Sudah jadi
kualitas. Menurut pemilik Primatani itu biaya pilihan hidup saya. Saya harus mampu bertahan
produksi budidaya tomat intensif hanya Rp2.000 dan menghidupi keluarga,” ujarnya. Termasuk
per tanaman. Itu berarti untuk menghasilkan sekilo melunasi utang Rp400-juta pada 2000 dari hasil
tomat ia mengucurkan biaya Rp1.000. penjualan tomat. (Sardi Duryatmo)
TRUBUS GOLD EDITION - I 59
a
merek
beplaanjagarn
di la
darren chandra:

Setelah
Timah
Terbitlah
Rempah
Bertahun-tahun Darren Chandra tinggal di Sydney, Australia, untuk
belajar Manajemen di University of New South Wales. Begitu pulang,
ayahnya menempatkan Darren di Tanjungbalai Karimun, Kepulauan
Riau, yang senyap. “Setiap hari saya ingin menangis,” katanya.

Satu-satunya h i b u r a n
bagi Darren
Chandra adalah atraksi monyet yang berloncatan
17  provinsi. Pantas, bila Darren menyimpan
banyak informasi soal komoditas hasil bumi.
Contoh di Nusa Tenggara Timur, hasil bumi yang
di cabang-cabang pepohonan. Jafar Chan, menonjol adalah jambu mete dan cendana.
ayah Darren, mengelola PT Karimun Timah yang Sementara Aceh menyimpan pinang.
menggeluti bisnis dan eksplorasi bahan solder itu. Semula laporan itu cuma tersimpan di rak arsip.
Lokasi penambangan di Tanjungbalai Karimun. Namun, pada 1991 ketika dunia pertambangan
Kelima kakak Darren sudah mengelola perusahaan melesu diikuti kasus emas Busang, Kalimantan
masing-masing. Jadilah Jafar mengirim Darren Timur, Darren teringat laporan itu. Ia membuka-
ke Tanjungbalai Karimun. Untunglah kesedihan buka kembali arsip lawas. Saat itulah terbersit
Kesinambungan bungsu 6 bersaudara itu tak berlarut-larut. di benaknya untuk membuat diversifikasi usaha.
ekspor Di sana selama 5 tahun, Darren muda belajar Maka sejak 1992 pria 55 tahun itu merintis
lada berkat
pertambangan dari para karyawan senior. perniagaan rempah-rempah dan hasil bumi lain.
kemitraan
dengan Ketika ayahnya menjual PT Karimun Timah
pekebun pada 1982, Darren membangun perusahaan
pertambangan baru: PT Sumber Alam Peleng. 9 komoditas
Darren mengeksplorasi mika, mineral mirip kaca Pasar ekspor terkuak setelah ia berkali-kali
antara lain untuk isolasi listrik dan batu cermin. mendatangi kedutaan besar India di Jakarta.
Lokasi penambangan di Peleng, pulau terbesar Negeri Anak Benua itu meminta pinang. Buah
di gugus Kepulauan Banggai, Provinsi Sulawesi Areca catechu itu berkhasiat antidepresi,
Tengah. Ia kemudian juga menambang emas. meningkatkan kekebalan tubuh, dan penurun
Ke mana pun bereksplorasi, Darren senantiasa panas. Darren memang tak mengebunkan
mewajibkan karyawannya untuk membuat laporan anggota famili Palmae itu. Pasokan pinang
vegetasi di sekitar lokasi. Perusahaan itu mencari diperoleh dari Aceh dan Sumatera Barat. Volume
sumber tambang baru ke berbagai pelosok di ekspor perdana 20 ton pinang dikapalkan ke

60 TRUBUS GOLD EDITION - I


Darren Chandra
Foto-foto: Sardi Duryatmo & Destika Cahyana

eksportir
rempah-rempah
ke Korea
Selatan

Dokumentasi yang baik tentang negeri di wilayah Asia Selatan itu. Setelah itu
pasar melebar ke Korea Selatan.
jenis-jenis tanaman perkebunan Negeri Ginseng itu meminta beragam
dan rempah menjadi inspirasi komoditas seperti pinang, cengkih, daun nilam
kering, lada hitam, dan kayumanis yang dikirim
Darren Chandra untuk berbisnis. dalam sebuah kontainer. Jenis permintaan
Ketika dunia pertambangan biasanya berubah setiap bulan. Misalnya, pada
bulan ini sang importir meminta kayumanis,
yang digeluti melesu, jadilah ia cengkih, dan pinang; bulan berikutnya, lada hitam
mengekspor beragam komoditas dan daun nilam.
Darren senantiasa mengirimkan komoditas
seperti pinang, kayumanis, dan itu dalam kontainer 40 feet berkapasitas
kapulaga. 22—25 ton. Alasannya, biaya pengiriman lebih
murah. Biaya pelayaran Jakarta—Pelabuhan
Busan, Korea Selatan, yang ditempuh 7 hari
sekitar Rp8-juta per kontainer. Bandingkan
dengan biaya kontainer 20 feet yang mencapai
Rp5-juta. Lagi pula bila masih ada tempat kosong
di kontainer itu, biasanya importir Korea minta
komoditas lain hingga kontainer itu penuh.
Saat ini Darren mengekspor 9 komoditas
untuk melayani permintaan 3 importir di Korea.
Mereka pada umumnya perusahaan farmasi
yang memproduksi beragam obat berbahan
herba. Lima komoditas unggulan adalah pinang,

TRUBUS GOLD EDITION - I 61


a
merek
beplaanjagarn
di la

Dari kiri ke cengkih, nilam, kapulaga, dan kayumanis. Volume satu provinsi, Darren hanya menjalin kerja sama
kanan: cengkih, ekspor pinang rata-rata 10 ton per importir atau dengan seorang pengepul untuk mencegah
kapulaga, total 40 ton untuk 3 importir per bulan. Sementara persaingan dan konflik antarpengepul. Harap
kayumanis, dan
biji pinang
volume ekspor cengkih rata-rata 5 ton per mafhum, Darren memang tak mengelola kebun
importir per bulan, daun nilam (10 ton), kapulaga sendiri sehingga kesinambungan pasokan praktis
(10 ton), dan kayumanis (20 ton). Di luar itu masih mengandalkan mereka. Oleh karena itu bila
ada gaharu, lada hitam, dan secang. Sembilan ada orang lain menawarkan harga lebih rendah
komoditas itu dikapalkan 2 kali per bulan. daripada harga yang disodorkan pengepul, ia
Menurut Darren harga jual pinang ke menolak.
mancanegara sekitar US$1,5 setara Rp13.000/kg. Belum lama ini, misalnya,
Dengan volume 40 ton sebulan, omzet Darren ada yang menawarkan
dari perniagaan pinang kapulaga seharga Rp75.000/ kg;
mencapai setengah miliar dari pengepul langganannya,
rupiah. Belum lagi dari Rp80.000. Darren tetap memilih
perdagangan komoditas kapulaga dari pengepul,
lain yang mencapai meski lebih mahal. “Kenapa
puluhan ton. Tentu harus ambil risiko? Saya
saja rekeningnya kian untung sedikit ngga apa
gemuk. apa, yang penting tak ada
komplain (dari Korea),”
katanya. Bahkan, ayah 2
Strategi anak itu memberikan uang
Rahasia sukses ayah 2 anak muka kepada para pengepul
itu berbisnis rempah antara lain untuk pengadaan rempah-rempah. Selain
tepat waktu mengirim barang itu ia juga konsisten menjaga mutu. Jika tak
dan menjaga kualitas. Itulah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan,
sebabnya, importir di sana Darren tak segan untuk menolak pasokan.
merekomendasikan nama Darren
ke importir lain. Semula Darren hanya
memasok 1 importir, kemudian menjadi Tak terlayani
3 importir. Imbas lain, mereka membayar lebih Menggeluti bisnis rempah-rempah bukan
dulu sebelum barang yang dikirim Darren tiba di sepi kendala. Pada mulanya sekitar 50%
Pala, salah Pelabuhan Busan, Korea Selatan. pasokan pengepul ditolak akibat tak sesuai
satu komoditas Kiat sukses lain, ia konsisten bekerja sama dengan standar mutu. Untuk mengatasinya,
ekspor andalan dengan para pengepul di berbagai daerah. Di Darren mengirim orang khusus ke berbagai
62 TRUBUS GOLD EDITION - I
sentra rempah-rempah. Selama sebulan, orang Masalah lain, meski Darren tepat waktu
itu mendidik pengepul untuk menyortir sesuai mengirim barang dan menjaga kualitas, tetapi
standar mutu yang ditetapkan. Contoh, standar satu per satu 4 importir Korea membangun
mutu pinang adalah good cut mencapai 90:10. perwakilan di Jakarta. Itu kejadian pada 2004.
Artinya dari 2 kg contoh biji buah pinang yang Mereka memutus rantai tataniaga dengan mencari
dipotong, 90% lolos sortir dan hanya maksimal sendiri komoditas ekspor di Indonesia. Wajar bila
10% rusak. 3 tahun lalu volume ekspor Darren 2—3 kali lipat
Hingga 2 tahun pertama, ia pontang-panting ketimbang volume saat ini. Dari 7 importir, kini
mendidik pengepul. Hasilnya, kini sekitar tersisa 3 importir yang rutin dipasok Darren.
90% pasokan pengepul sesuai standar Mereka produsen obat terbesar di
mutu. Hambatan lain, kesulitan Korea.
mencari komoditas tertentu. Pria Toh, Darren tak ciut nyali. Ia
kelahiran Bireun, Nanggroe tengah membangun strategi
Aceh Darussalam, 11 Agustus merebut pasar. Tahun
1952 itu kesulitan mencari depan selama 6 bulan, ia
pasokan. Bayangkan, importir berencana memasarkan
membutuhkan rutin biji teratai beragam komoditas
Nymphaea sp hingga 20 ton ekspor jauh lebih murah
per bulan. “Kita mau cari di ketimbang harga yang
mana? Dua ton saja susah, ditawarkan 4 mantan
meski harganya amat bagus,” importir yang pernah
katanya. dipasoknya itu. Ia tak
Ada lagi permintaan ajek mengambil untung serupiah
berupa rumput teki Cyperus pun. Itu memungkinkan
rotundus juga 20 ton per bulan. lantaran ada subsidi silang
“Satu ton saja setengah mati, kan? Saya dari penjualan batubara yang juga
hubungi teman-teman di berbagai daerah, tapi digeluti  Darren.
tak sanggup.” Belum lagi permintaan puluhan ton Dengan begitu ia berharap, importir-importir
masing-masing daun bambu dan akar alang-alang. di Korea beralih kepadanya. Ratusan produsen
Untuk daun bambu, misalnya, ia menyebarkan herba di sana sudah ia kantongi. Perusahaan-
informasi kepada beberapa pengepul di Jawa perusahaan itu terkonsentrasi di Jekidong, sejam
Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur untuk jalan darat dari Seoul. Ia bergairah merebut Permintaan
mencarinya. Syaratnya tanaman berbatang hijau pasar lantaran prospek perniagaan rempah- rutin 20 ton biji
dan daun tanpa bulu. Sayang, upaya itu juga rempah di pasar dunia tetap mencorong. (Sardi teratai/bulan
gagal. Peluang di depan mata itu akhirnya sirna. Duryatmo) belum terlayani

TRUBUS GOLD EDITION - I 63


a
merek
beplaanjagarn
di la

jap khiat bun:

Bersandar
Pada Ikan Hias

Dua puluh satu tahun silam ia selalu datang ke tubir sungai itu. Setiap datang setiap
kali pula matanya sesaat menyapu lingkungan sungai itu. Lalu, ia menceburkan diri ke
dalam sungai yang berlumpur hitam dan bau busuk menyengat dari buangan limbah
rumah tangga.

Saatlelaki itu cepat mengayunkan ayakan


Botia (atas) setengah tubuhnya terendam, tangan

untuk mendongkel lumpur dengan harapan:


mendapat cacing darah dan kutu air. Lelaki itu
memang sudah menjadikan sungai yang terletak
di belakang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
di Salemba, Jakarta Pusat, itu sebagai sumber
nafkah. Sebelumnya, selama bertahun-tahun, ia
menekuni profesi sebagai tukang parkir, penjual
petasan, hingga kepala bagian mesin pemintal di
satu pabrik tekstil di Kota Hujan, Bogor.
Di antara penuh sesak penumpang buskota,
cacing dan kutu air yang disimpan dalam kaleng-
kaleng susu itu dijaga agar tidak tercecer. Satwa-
satwa kecil itu sebagian dijual untuk menutupi
biaya hidup sehari-hari. Sisanya dipakai di rumah
untuk menggemukkan puluhan kongo, cupang,
Angel fish dan oskar.

64 TRUBUS GOLD EDITION - I


"Bisnis
ikan
hias itu
tidak ada
matinya."

TRUBUS GOLD EDITION - I 65


a
merek
beplaanjagarn
di la

Siapa duga kini lelaki itu—Jap Khiat Bun— banyak orang asing datang untuk bertransaksi ikan
menjadi salah satu eksportir ikan hias terbesar hias. “Saya jadi tanya-tanya tentang prospek ikan
di tanahair. Ribuan kotak kaca berukuran 90 cm hias,” kata ayah 2 putra itu. Salah satu kenalan,
x 60 cm x 60 cm dan belasan kolam semen Mr Fan Choo Lon, kini presiden ekspor-impor ikan
seluas 8—10 m2 mengisi farmnya di Cibinong, hias Singapura, ikut mendorongnya mengekspor
Bogor. Dari sana sekitar 200 jenis ikan hias dikirim ikan. “Dia bilang bisnis ikan hias itu tidak ada
ke berbagai negara tujuan di Asia, Eropa, dan matinya,” tutur Jap.
Amerika. “Pengiriman dapat mencapai 1.600 boks Saat rasa yakin itu tumbuh, Jap malah
per bulan,” katanya. kebingungan memilih jenis ikan yang diusahakan.

Arapaima Enam puluh persen ikan-ikan yang diekspor Fan Choo Lon pula kemudian menyarankan
komoditas itu asli dari perairan Indonesia. Salah satu yang menernakkan kongo tetra Phenacogrammus
harapan ekspor diminati pembeli mancanegara adalah Botia interuptus dan rumynose Petitella georgiae. “Ikan
macracantha dari sungai-sungai di Sumatera dan itu katanya sedang populer. Saat pulang saya
Kalimantan. Menurut Jap ikan itu disukai karena beli masing-masing 10  induk,” katanya. Lima
coraknya cantik. Kuning belang-belang hitam. bulan dipelihara, Jap pun dapat memperbanyak
“Ikan ini pasti menjadi unggulan setiap eksportir ikan-ikan itu. “Saat ikan besar saya kontak teman
di tanahair,” kata peraih Entrepreneur Agribusiness Singapura itu, apakah mau beli? Ternyata mereka
Award 2004 itu. mau,” ujar penggemar golf itu.
Usaha Jap Khiat Bun mulai meningkat.
Jumlah akuariumnya terus bertambah mencapai
Aquarama ratusan buah. Ia pun memutuskan keluar dari
Nasib baik itu tidak bisa lepas pekerjaannya untuk dapat memburu cacing lebih
dari profesi terakhir Jap sebagai banyak. Punggung kakinya sampai menghitam
kepala bagian mesin pemintal diserang eksim berat karena sering
di pabrik tekstil. Setelah berendam di lumpur. “Semua
bekerja selama 3 tahun, sungai dan selokan di Jakarta
Jap menjadi andalan sudah pernah saya datangi
pabrik itu. “Saya menjadi untuk diambil cacingnya,”
orang lokal paling ahli ujar ayah 2 putra itu yang
mengoperasikan mesin h i n g g a    k i n i    b e r u p a y a
pemintal,” katanya. m e n c a r i     k e s e m b u h a n
Prestasi itu  diganjar penyakit itu sampai ke
d e n g a n     s e r i n g Singapura dan Cina.
dikirimnya  Jap
b e r t u g a s    k e
Cina, Hongkong, Berkualitas
dan Singapura. Berguru pada
“Perusahaan orang yang lebih
ingin ilmu mesin t a h u     m e n j a d i
saya bertambah,” pelajaran berharga.
k a t a n y a . J a p    m e n y a d a r i
Hal  itu  seiring dengan ungkapan itu karena
pemulangan bertahap para teknisi mesin ia tidak   memiliki
asing di pabrik itu. p e n g a l a m a n    d i
Suatu ketika Jap yang sedang bidang   perikanan.
bertugas di Singapura menyinggahi Ahli-ahli budidaya dan
Jap tak pelit pameran ikan hias internasional, p e n y a k i t    i k a n    s e r i n g
berbagi ilmu Aquarama’79. Ia takjub menyaksikan didatanginya.  Termasuk

66 TRUBUS GOLD EDITION - I


Foto-foto: Dian Adijaya S

Ribuan
akuarium
berisi ikan siap
ekspor

membeli majalah ikan luar negeri. “Segala sesuatu Beberapa induk superred di kolam seluas 100 m2
perlu totalitas. Untuk ikan saya harus tahu dari sudah ada yang menggendong telur.
A sampai Z-nya,” katanya. Jap pun tak segan Menurut Jap Khiat Bun jalan sukses yang
pergi berminggu-minggu untuk mencari jenis ikan diraihnya karena ia benar-benar menjalankan
hias baru hingga ke pedalaman Papua. “Potensi prinsip Sin Yung, kepercayaan dan kejujuran.
ikan hias kita sungguh luar biasa,” tambahnya. “Tanpa itu semua tak ada usaha yang bisa
Terbukti keragaman dan kualitas ikan hasil langgeng,” katanya. Seperti lelaki yang dua Bagi Jap
tangkaran dan mitra Jap sangat bagus. “Sampai puluh tahun silam menceburkan diri ke sungai Aquarama ajang
saat ini saya hampir belum pernah merugi karena berbau, kepercayaan pada sang cacing kemudian intip ikan-ikan
ikan sakit,” katanya. Bagi pembeli luar negeri, menggiringnya menjadi eksportir besar. (Dian bakal tren
ikan asal farmnya, CV Maju Aquarium, menjadi Adijaya S)
jaminan mutu. “Mereka bilang ikan dari saya meski
murah tapi kualitasnya baik,” katanya. Wajar
permintaan deras kini mengalir dari negara-negara
maju seperti Jepang, Perancis, Belgia, hingga
Amerika  Serikat.
Sebagai eksportir besar Jap tak pelit berbagi
ilmu. “Saya belajar cara menghasilkan cacing yang
baik di Cina,” ujarnya. Ilmu itu kemudian secara
getok tular menyebar ke peternak bloodworm di
Bandung. “Saya juga punya kepentingan karena
bila panen mereka bagus dapat diambil untuk
diekspor,” tuturnya.
Kesibukan Jap Khiat Bun belakangan
meningkat setelah memelihara arwana superred
dan golden crossback asal Malaysia. “Ikan-ikan
ini memiliki pasar sangat bagus,” ujar pemilik
izin ekspor arwana itu. Miliaran rupiah sudah
dirogohnya hampir 3 tahun terakhir ini untuk dapat
menangkarkan kedua jenis ikan kahyangan itu
di Cikaret, Bogor. Hasilnya cukup memuaskan.

TRUBUS GOLD EDITION - I 67


a
merek
beplaanjagarn
di la
djudju antony:

Tetap
Diskus
Bukan
Yang Lain
Dihantam demam lou han, Djudju Antony sempat limbung. Keteguhan
hatinya untuk tetap bermain diskus berbuah manis: popularitas dan
uang tentunya.

Bocah laki-laki 6 tahun itu selalu


menantikan datangnya musim
kemarau. Ketika itu sungai kecil di kebun
orangtuanya menyusut, hampir kering. Setiap
pulang sekolah, masih mengenakan seragam, ia
ke sana untuk menangkap ikan gabus. Teriknya
sengatan matahari tidak ia hiraukan.
Kegemaran Djudju Antony menangkap ikan
mengantarkannya menuju gerbang kesuksesan.
Empat puluh tujuh tahun kemudian, bocah itu
menjelma menjadi peternak diskus sukses.
Diskus hasil tangkarannya berkualitas tinggi.
Wajar jika segudang gelar bergengsi diraih di
berbagai kontes diskus.
Kesuksesan itu memang tidak muncul tiba-
tiba. Sebelum beternak diskus, selama puluhan
tahun ia bekerja sebagai produser di salah satu
perusahaan rekaman tanahair. Sejak 1976, ia
memproduseri lagu-lagu barat. Namun, pada
1981 Amerika Serikat menetapkan peraturan:
semua lagu barat tidak boleh sembarangan
68 TRUBUS GOLD EDITION - I
Berawal dari hobi, ia jadi peternak dunia rekaman. ”Pusing! Saya juga sudah tua, Gaya berenang
diskus anggun,
lebih baik pensiun saja,” katanya. Masa pensiun
diskus sukses. Padahal, bekal ia habiskan menggeluti hobinya memelihara Djudju jatuh
cinta
di tangan hanya ijazah Sekolah burung. Puluhan muraibatu dan cucakrawa ia

pelihara.
Teknik Menengah dan pengalaman Selama setahun kegiatan alumnus Sekolah
sebagai produser kaset lagu-lagu Teknik Menengah di Bandung itu hanya
bercengkerama dengan burung-burung
india. kesayangan. Kejenuhan pun mulai melanda.
”Saya kan biasa banyak kegiatan, tiba-tiba harus
terhenti, rasanya bosan,” tuturnya. Atas saran
direkam, harus ada izin dari pemegang hak adiknya, Toto, Djudju akhirnya memutuskan untuk
cipta. Sejak itu, ia pun memutuskan beralih membuka peternakan ikan hias. ”Kebetulan dari
memproduseri lagu-lagu india. kecil saya memang hobi ikan,” kata pria kelahiran
Selama 17 tahun, perusahaan rekamannya 1955 itu.
berkembang pesat. Lagu-lagu india yang ia Memilih jenis ikan hias yang akan diternakan
produseri banyak digemari. Karena peraturan bukan perkara mudah. Beragam ikan hias sudah
pemerintah mensyaratkan Hak atas Kekayaan pernah ia pelihara. Sebut saja platy, cupang,
Intelektual (HaKI) tidak boleh lagi dilanggar, ia black molly, dan manfish. Pikirannya lalu tertuju
pun pergi ke India untuk membeli hak cipta lagu. pada sosok ikan hias yang termasuk sulit
Sayang, India enggan menjual hak ciptanya. dibudidayakan: diskus. ”Berhasil bertelur 3—5
Dampak krisis moneter pada 1997, nilai rupiah butir saja, saya sudah bangga,” ujar Djudju. Ia pun
jadi kecil. Ditambah penolakan India menjual menjatuhkan pilihan pada ikan yang menurutnya
hak cipta lagu, Djudju mengundurkan diri dari memiliki gaya berenang paling anggun itu.
TRUBUS GOLD EDITION - I 69
a
merek
beplaanjagarn
di la

Sebanyak 70%
hasil ternakan
berkualitas baik
untuk ekspor

Berburu indukan Selain indukan, Djudju juga membeli diskus-


Tepat pada 1998, Djudju mengubah haluan diskus kecil berukuran 1,5—2 cm untuk dijual ke
dari seorang produser kaset menjadi peternak peternak-peternak di tanahair. ”Setelah besar,
diskus. Dibantu adiknya ia mulai mengumpulkan saya beli kembali, lalu dijual lagi ke luar negeri,”
indukan-indukan diskus berkualitas. Untuk paparnya. Saat ini ia mengelola 80 indukan
tujuan itu ia tidak sungkan-sungkan mengobok- terdiri atas 40 betina dan 40 jantan. Dari jumlah
obok peternakan diskus di Jakarta dan Bandung. itu ia menuai 200 burayak per bulan. Setelah
Bahkan ia pun rela pergi ke Malaysia, karena dibesarkan selama 3—6 bulan, diskus-diskus
berdasarkan informasi dari teman pusat diskus itu siap dijual.
ada di sana. Tak tanggung-tanggung, ratusan juta Menurut Djudju, persentase untuk
rupiah ia gelontorkan untuk membeli indukan. menghasilkan diskus berkualitas bisa mencapai
Jenis yang ia beli di Malaysia pun dipilih 70%. Ikan berciri warna cerah dan bentuk tubuh
yang eksklusif: leopard dan leopard snake. bulat itu mengisi pasar ekspor. Sementara
”Harganya sangat mahal. Ukuran 2 inci saja dijual 30%, sisanya, kualitas B yang dicirikan warna
Rp2-juta,” ujarnya. Memperolehnya pun tidak kurang tajam. Setiap pekan ia mengekspor
mudah, karena jarang ada yang rela melepas 200—300 ekor ke Malaysia dan Singapura.
jenis itu. Wajar saja karena persediaan memang Untuk melebarkan sayap, ayah 3 putri itu rajin
terbatas. Di Malaysia pula ia berkenalan dengan menyambangi pameran-pameran ikan hias.
para peternak diskus. Dari mereka, Djudju Setidaknya ekshibisi di Singapura, Malaysia,
banyak belajar mengenai diskus, malah sempat Jerman, Hongkong, dan Cina rutin ia ikuti.
menjalin kerja sama, sampai bisa membeli diskus Hasilnya, pemain-pemain diskus top dunia
di Vietnam. berhasil ia kenali. Salah satunya Bing Seto,
Foto-foto: Lani Marliani

(Kiri)
Dari wadah
plastik anakan
berkualitas
dibesarkan
(Kanan)
Budidaya
sendiri, jamin
ketersediaan
pakan

70 TRUBUS GOLD EDITION - I


peternak andal di San Fransisco,
Amerika Serikat. Merasa tidak memiliki
latar belakang pendidikan perikanan,
Djudju tidak segan-segan belajar
mengenai seluk-beluk diskus kepadanya.
Bahkan berkat Bing Seto, yang juga dikenal
sebagai juri diskus internasional, Djudju berhasil
memasarkan diskusnya hingga ke Amerika.
Kegigihannya untuk terus belajar
membuahkan hasil. Diskus hasil tangkarannya
semakin diakui oleh peternak dalam dan luar Leopard snake
negeri. Buktinya, ikan-ikan tangkarannya diminati hobiis
berhasil menjuarai berbagai kontes baik tingkat
nasional maupun internasional. Contoh, leopard
snake hasil tangkaran Marina Diskus, nama farm-
nya, meraih grand champion di Indofish 2004. sana, meski tidak sebanyak waktu masih
Kepiawaian Djudju berefek diundang menjadi juri berjaya dulu.
di berbagai kontes diskus. Terakhir ia menjadi Kesabaran Djudju berbuah manis. Masa
juri di kontes diskus Singapura dan Jepang pada kejayaan lou han hanya bertahan 2 tahun. Kini
2003—2004. hobiis kembali menggemari diskus. Wujudnya,
baru-baru ini Singapura minta rutin dikirim
1.000 ekor per bulan. Jenisnya antara lain angel
Dihantam lou han diamond, leopard snake, dan snake skin. Belum
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat lagi permintaan dari Yogyakarta, Bandung, dan
diraih. Ketika usahanya tengah meningkat pesat, Jakarta yang mencapai 100—200 ekor/minggu.
pada 2002 demam lou han melanda hobiis ikan ”Untuk lokal masih bisa dipenuhi, tapi untuk luar
hias di Indonesia. ”Saya sampai lemes sekali,” kata negeri masih belum sanggup,” ujar pria yang
pria pehobi balap motor itu. Saat itu permintaan kini mengembangkan usahanya dengan menjadi
anjlok. Bahkan permintaan dari Singapura dan peternak ulat jerman.
Malaysia sampai tidak ada sama sekali. Di farm-nya di bilangan Kemanggisan,
Namun, kondisi itu tidak lantas membuat Jakarta Barat, Djudju tengah menyiapkan
Djudju patah arang. Ia tetap menekuni diskus, lebih dari 100 akuarium untuk pemijahan dan
walaupun kondisi penjualannya terpuruk. ”Saya pembesaran diskus. Ikan-ikan berkualitas pun
sudah menghabiskan banyak uang untuk diskus, didatangkan. ”Semoga Juni nanti, sudah bisa
jadi saya pun berharap dapat uang dari sini,” ada kiriman ke luar,” ujarnya. Kesetiaannya
ujarnya. Oleh karena itu, akuarium di rumahnya pada diskus pun membuahkan hasil manis.
tidak pernah kosong. Selalu ada diskus di (Lani Marliani)
TRUBUS GOLD EDITION - I 71
a
merek
beplaanjagarn
di la
yb hariantono:

Ketika Bankir
Terpikat
sang Ratu
Tidak percuma YB Hariantono rajin mengunjungi farm-farm besar di luar dan dalam
negeri. Ilmu yang diperolehnya melambungkan pria 41 tahun itu sebagai pencetak
maskoki terbaik.

Ketat seleksi calon indukan


72 TRUBUS GOLD EDITION - I
Ryukin, tampil
prima di tangan
Hari

Sore
i t u    s e l e p a s    p u l a n g    b e k e r j a . Total ada 200—300 induk dan 20.000 bibit
YB Hariantono duduk bersimpuh di yang dipelihara. Setiap kolam dihuni 50 maskoki,
sisi kolam berukuran 1 m x 1 m sambil membuka 20—30 di antaranya lionhead. Hari lebih menyukai
sepatu. Suara aerator yang memancarkan lionhead lantaran sosoknya molek. “Jambulnya
air ke kolam terdengar bergemericik. Kedua juga bagus dan terkesan unik,” tambah ayah
tangan Senior Vice President Head, Information 1 putri itu.
Technology, Permata Bank itu sesekali membelai-
belai maskoki. Perlahan Carrasius auratus itu
diangkat, lalu diceburkan kembali. “Kalau sudah Tugas kantor
berada di kolam, semua kepenatan hilang,” tutur Alumnus Teknik Elektro, Institut Teknologi
kelahiran Malang itu. Sepuluh November Surabaya itu mulai tertarik
Kecintaan pada maskoki membuat Hari— pada maskoki sejak 1998. Ketika itu, Hari
panggilan akrab YB Hariantono—menyulap ditugaskan ke Singapura dari perusahaan tempat
lahan seluas 500 m2 itu untuk kolam. Sebanyak bekerja. Untuk memanfaatkan waktu senggang ia
50 kolam beragam ukuran, 1 m x 1 m, 2 m x berjalan-jalan ke sebuah toko ikan hias terkenal di
3 m, dan 6 m x 6 m di bilangan Ciputat, negeri Singa itu. Di sana, pria yang hobi fotografi
Jakarta Selatan, itu menghampar mendominasi itu melihat maskoki beragam bentuk dan warna
pandangan. Di beberapa kolam terlihat dipajang dalam akuarium. “Semuanya tampil
maskoki lionhead, mutiara, ranchu, oranda, molek,” ungkapnya.
dan tossa berenang mengibaskan siripnya. Setiap hari selama di Singapura, Hari selalu
Mereka menantikan butiran pelet dan belaian meluangkan waktu untuk melihat-lihat ikan gembul
sayang Hari. itu. Dari toko ke toko ikan hias ia masuki. Hari
TRUBUS GOLD EDITION - I 73
a
merek
beplaanjagarn
di la

Foto-foto: Dok. Trubus


50 kolam
maskoki milik
Hari di Ciputat,
Tangerang

rela berjam-jam berdiri di depan akuarium hanya kemampuan Hari untuk melihat maskoki bagus
untuk memperhatikan gerak-gerik ikan. “Sampai semakin terasah. Ia mampu membedakan
lupa waktu,” katanya. Apalagi jika maskoki yang maskoki kualitas kontes dan kualitas pasar
diperhatikan menunjukkan sikap bersahabat, ia dalam sekejap.
merasa berat untuk meninggalkannya.
Setelah tiba di tanahair, kecintaan terhadap
maskoki kian memuncak. Perburuan ke farm- Diserbu hobiis
farm di dalam dan luar negeri dilakoni. Bahkan, Di tengah kesibukannya sebagai bankir, ayah
ia rela mengambil cuti hanya karena ingin dari Fredrica Cynthia Dewi itu semakin getol
datang ke tempat penangkaran maskoki merawat maskoki. Sehabis pulang kerja tidak
di Bandung dan Tulungagung. “Saya juga jarang Hari nyemplung ke kolam. Menyipon,
pernah datang ke NK Farm di Thailand, Fermilion memberi pakan, dan mengecek kesehatan adalah
Goldfish Club di Singapura, dan Patrick Tan Kee pekerjaan rutin sehari-hari. “Pokoknya minimal
Beng di Malaysia (farm-farm besar maskoki, sejam saya luangkan waktu untuk merawat
red),” ucap pria berkulit putih itu. Tak heran maskoki,” tuturnya.

Maskoki-
maskoki ini
memberikan
ketenangan
pada Hari
74 TRUBUS GOLD EDITION - I
Aktivitas itu makin intensif menjelang banyak hobiis yang mencari maskoki datang ke
penyelenggaraan kontes. “Sebulan sebelum farm-nya. “Saya sampai kelimpungan memenuhi
kontes, saya sudah mempersiapkan ikan,” permintaan mereka,” tuturnya. Hari menyebut
papar Hari. Ia punya trik khusus untuk membuat setiap bulannya hanya bisa melempar 100—200
warna maskoki lebih cemerlang. Air kolam maskoki karena sebagian besar untuk dipelihara
dikondisikan ditumbuhi lumut sehingga terlihat sendiri. Meski begitu dari perniagaan ikan yang
menghijau. Menurut Hari, lumut bermanfaat untuk dijual seharga Rp2.000—Rp30.000/ekor, paling
mencerahkan warna ikan. tidak ia bisa mengantongi pendapatan sebesar
Tidak hanya itu, ikan yang akan dikonteskan Rp6-juta/bulan.
pakannya harus diperhatikan. Hari memberikan
cacing sutera yang telah direndam
selama 1 hari dalam bak agar betul-betul Juri kontes
bersih dari kotoran pembawa penyakit. Kepiawaian Hari mencetak maskoki
Sebagai pelengkap, pelet berprotein kontes berujung pada seringnya
tinggi diberikan 2—3 kali sehari. mendapat undangan untuk menjadi juri
Pemberian pakan distop 1—2 hari lomba. Sebut saja pada Mei 2007,
sebelum kontes. Tujuannya Hari jadi juri kontes
agar maskoki bergerak m a s k o k i    d i
a t r a k t i f    d a n    t i d a k Aquarama
mudah stres. Singapura.
Dengan perawatan Di dalam negeri
seperti itu maskoki- tidak terhitung berapa
maskoki selalu tampil kali ia didaulat sebagai
prima. Tubuh bongsor pengadil ratu ikan hias air
d e n g a n    b e n t u k tawar itu. Misalnya pada
proporsional. Warna akhir 2006, Hari dipercaya
ngejreng. Sirip ekor dan menjadi koordinator juri
dayung seimbang sehingga kontes maskoki Jack Aqua Zoo
gaya renangnya juga stabil. Selanjutnya 2006 di ITC Permata Hijau,
bisa ditebak maskoki hasil polesan Jakarta Selatan.
ahli teknologi informasi perbankan itu
kerap meraih gelar terhormat di arena
kontes. Lionhead baret misalnya, berhasil Disiplin ilmu yang tidak sesuai bukan
meraih predikat juara ke-1 sekaligus menyabet
gelar grand champion pada kontes Ikan Hias halangan bagi Hari. Dengan belajar
Nasional di Taman Akuarium Air Tawar, TMII,
pertengahan 2000. dan belajar di lapangan, jadilah ia yang
Sayang, sejak 2002, suami Maya Dewi itu
jarang ikut lomba lantaran waktunya tersita pada
terdepan untuk urusan maskoki
pekerjaan. Namun, nama Hari sebagai peternak
maskoki berkualitas semakin mencuat. Tak heran Keahlian Hari mencetak dan menilai maskoki
kontes sepintas datang begitu saja. Padahal,
puluhan hingga ratusan juta rupiah mungkin sudah
nyemplung untuk maskoki. Di awal memelihara,
banyak maskoki mati. Nyawa maskoki termahal,
ranchu berukuran 15—25 cm yang dibeli dari
Thailand pada 2000 senilai Rp5-juta melayang
gara-gara terserang parasit cerodakvirus.
Musibah lain terjadi pada awal 2001. Saat
itu 50 maskoki jenis baru berharga Rp300.000—
Rp400.000/ekor dari Cina meregang nyawa.
Lalu terakhir pada 2003, ia kembali ketiban sial.
Sebanyak 40 maskoki berukuran 15—25 cm
senilai Rp12-juta tak terselamatkan karena
peralihan musim.
Toh buat Hari, itu sebanding dengan pamor
sebagai peternak maskoki ternama di tanahair.
Kepuasannya hanya satu. “Ketenangan saat
berada di tepi kolam,” imbuhnya. (Hermansyah)
TRUBUS GOLD EDITION - I 75
a
merek
beplaanjagarn
di la
jesda attavichit:

Kolonel
Tertawan
Cupang
Rumah berdinding putih di kawasan elit Sukhumvit, Bangkok,
Thailand, itu penuh akuarium. Seekor halfmoon merah solid
mengembangkan ekor 180o. Plakat steel blue berenang hilir-mudik.
Itu baru sebagian kecil cupang koleksi Kolonel Jesda Attavichit—
presiden Thailand Betta Club.

Pemandangan
di ruang kamar tidur alumnus sekolah angkatan darat. Itu
dalam seperti lantaran Jesda sangat mengagumi keindahan dari
menegaskan itu hunian seorang penggila cupang. kibasan serit.
Rak 4 tingkat setinggi 2 m dipenuhi
120 akuarium berisi plakat hijau,
halfmoon biru, dan serit merah. Cetak juara
Setumpuk poster berisi ragam Kesibukan ayah 2 anak itu makin
cupang ternakan Thailand menggila menjelang kontes di luar negeri.
berserakan di atas meja Dua munggu sebelum lomba Jesda rajin
makan selebar 1,5 m dan memberikan vitaman guna menambah
panjang 2,5 m. Lima stamina dan memperkuat sirip.
belas akuarium kosong Pemberiannya dibarengi
menggantikan posisi pakan pelet
Jesda juga toples-toples berisi seminggu sekali.
dinobatkan camilan. Agar sisa pakan
sebagai Akuarium sepertinya tak mengendap dan
presiden tissue jadi “perabot” utama jadi biang penyakit,
culture anggrek rumah itu. Di dapur setiap hari 100% air rutin
Thailand
—t e m p a t aktivitas diganti. “Serit membutuhkan
memasak—ada 6 akuarium air soft dengan kadar kapur
dijejerkan di dekat tempat rendah,” ujar Jesda. Berbeda
piring. Isinya halfmoon longtail dengan plakat yang menyukai
Halfmoon berwarna merah-putih dan solid merah air berkapur tinggi. Perbedaan itu
merah jadi yang jadi juara National Betta Competition di membuat Jesda rajin mengecek
andalan Singapura. Kotak kaca berisi serit juga mendiami kesadahan air menggunakan hardnessmeter.

76 TRUBUS GOLD EDITION - I


Selalu antar
Ia rela berbagi kabin Ford XLT Sebelum berangkat ke bandara, ia mengemas
cupang ke
satu per satu cupang yang akan berlaga. Cupang
hitam metalik dengan kantong- dimasukkan dalam kantong plastik berukuran kontes

kantong plastik dalam dus. Itu 20 cm x 40 cm, lalu diberi oksigen. Setelah itu
kantong diikat rapat, dan dimasukkan dalam tas
supaya cupang seharga ratusan yang cukup tebal. Jesda pun rela berbagi tempat
ribu rupiah tiba di negara tujuan di mobil kesayangan dengan cupang-cupang
yang akan berlaga. Tujuannya supaya anggota
dengan selamat. famili Osphronemidae itu merasa nyaman.
Toh susah-payah itu terbayar tunai. Cupang-
cupang sang kolonel kerap menyabet kampiun di
arena lomba. Sebut saja plakat hijau, serit dasar
merah gelap, dan serit merah terang. Plakat
hijaunya berhasil merajai kelas green/terquoise
pada 6th National Betta Competition di Singapura.
Tak hanya di Singapura, ia pun berhasil menyabet
5 piala dari 7 cupang yang ikut lomba di Aquafair
Malaysia 2006.

Spesies langka
Namun, bukan berarti Jesda terhindar dari
petaka. Suatu waktu serit crowntail kesayangannya
patah lantaran salah memasukkan air. “Air yang

TRUBUS GOLD EDITION - I 77


a
merek
beplaanjagarn
di la

Beragam piala dimasukkan berkapur tinggi menyebabkan serit spesies ini langka. Saya memburunya bukan untuk
kejuaraan patah atau tidak mengembang,” kata Jesda. lomba, tapi sekadar koleksi,” katanya. Keesokan
internasional Ia pun bergegas terbang ke Indonesia untuk hari Jesda kembali ke Bangkok dengan cupang
mendapatkan penggantinya. yang terbungkus dalam kardus berlapis kantong
Demi kesempurnaan serit cupang, Jesda rela plastik.
membawa sampel air yang dipakai para peternak Supaya tidak punah, cupang hasil tangkapan
cupang di Slipi, Jakarta Barat, ke negerinya itu dikawinkan setelah seminggu disehatkan
2 tahun silam. Air asal ledeng itu dalam larutan garam. Cupang itu kemudian
diuji di salah satu laboratorium bergabung dengan cupang-cupang lain
di Bangkok. Setelah menempati bak di depan
hasil uji keluar, rumah. “Perkawinan
Jesda memutuskan yang baik saat musim
mengganti air panas tiba, yakni Januari
ledengnya dengan sampai Oktober,” ujar
air lebih soft. Kini Jesda.
ekor serit yang Untuk menghasilkan cupang
berkerut-merut juara, perlu betina yang
menjadi tegak dan berkualitas. “Warna cerah, ekor
lurus. mengembang, dan berumur
Selain itu, demi 4  bulan,” kata pria kelahiran
mendapatkan seekor cupang Bangkok itu. Syarat lain, harus
spesies, pemilik usaha kecantikan seukuran dengan jantan.
itu rela naik bus selama 10 jam Perkawinan dilakukan pukul
dari Bangkok ke Chiang Mai. Musababnya 08.00—10.00. Sekali pijah, betina menghasilkan
penerbangan saat itu penuh. Tiba di Chiang Mai, 1.000 anakan. Dua hari kemudian, jantan dan
ia harus menumpang ojek menembus dinginnya burayak dipindah ke bak semen. Burayak diberi
Plakat steel blue malam menuju sungai, habitat cupang itu. Cupang daphnia sehari sekali.
78 TRUBUS GOLD EDITION - I
Tak ada waktu mengurus cupang,”

Foto-foto: Lastioro Anmi Tambunan


kenangnya. Kerapkali, pria yang hobi “Sudah
merawat anggrek itu harus menginap
di markas jika ada tamu penting
waktunya untuk
kenegaraan. menyalurkan
Dari profesi perwira di angkatan hobi,” ujarnya.
darat selama 30 tahun itu, harta
dan jabatan memang dekat dengan Pada 2003,
anak bungsu dari 2 bersaudara itu. sang kolonel
Namun, kerinduan pada cupang
terus mengentak-entak. Pada 2003, pun memilih
Jesda memutuskan pensiun. “Sudah pensiun dari
waktunya untuk menyalurkan hobi,”
kata pemilik rumah mewah yang
profesi yang
disewakan seharga Rp32-juta per digeluti selama
bulan itu.
Jesda pun berburu indukan-
30 tahun dan
indukan berkualitas langsung ke berkonsentrasi
habitat asal. Thailand sumber plakat pada cupang.
dan halfmoon, Indonesia gudangnya
serit.

Presiden
Pilihan itu rupanya tak salah.
Prestasi demi prestasi mengantarkan
Jesda ke kursi presiden pertama
Thailand Betta Club (TBC). Itu jabatan
ke-2 selain presiden di klub anggrek
yang juga ia rintis. Jabatan presiden
TBC dipegang selama 2 tahun. Tak
puas bermain di lokal, bersama-sama peternak
Pergantian air dilakukan 2 pekan berikutnya. kawakan lain di Thailand, ia memperjuangkan TBC
Saat burayak berukuran 0,5 cm, induk jantan menjadi anggota International Betta Congress
Deretan
dipindah ke dalam akuarium. Setelah berumur (IBC). Keanggotaan itu membuat cupang-cupang
akuarium di
5 minggu, burayak hidup mandiri dalam Thailand lebih dikenal oleh dunia sekaligus dapat teras rumah
akuarium. Sampai berumur lebih dari 3 bulan mengikuti kontes berskala internasional.
cupang-cupang itu diberi pelet berprotein tinggi Hasilnya TBC masuk dalam area 6
agar staminanya kuat. meliputi Asia Pasifik dan bergabung
bersama Australia, Indonesia, Filipina,
Malaysia, Singapura, dan
Pilih cupang Vietnam.
Kepiawaian Jesda merawat kerabat Jam terbang
gurami itu patut diacungi jempol. Maklum Jesda sebagai juri
ayah 2 anak itu sejatinya jebolan Ilmu internasional pun
Administrasi Bisnis dari Shenandoah melesat. Ia kerap
College and Conservatory of diundang menjadi
Music, Virginia, Amerika penilai dalam
Serikat. Jesda kenal cupang kontes-kontes di
dari sang ayah. Namun, Australia, Indonesia,
dahulu hanya cupang aduan. dan Singapura.
Lincahnya gaya renang cupang adu itu Sembari itu, Jesda
membuat Jesda kepincut. Sayang, saat mengintip ilmu di
melenjutkan kuliah di negeri Paman Sam ia masing-masing negara. Tak
harus meninggalkan cupang. lupa ia memboyong induk-induk
Sekembali ke Thailand, pengagum pantai- berkualitas untuk mencetak
pantai di Bali itu malah masuk ke kedinasan cupang juara. Pantas di masa
angkatan darat yang jadi tradisi keluarga. Cupang pensiun, prestasi sang kolonel justru kian Halfmoon
pun semakin ditinggalkan. “Latihannya berat. mencorong. (Lastioro Anmi Tambunan) merah putih

TRUBUS GOLD EDITION - I 79


a
merek
beplaanjagarn
di la
suluh eko prabowo:

Makmur
karena
Lobster
Empat tahun lalu, jadwalnya ajek: mendorong
pintu besi toko telepon seluler setiap pukul
09.00. Kini, Suluh Eko Prabowo mengelola
50 kolam lobster yang memberikan omzet
Rp10-juta/bulan.

Diitu, Eko menyortir lobster hasil budidaya.


kolam yang rata-rata berukuran 2 m x 1 m

Ia mencemplungkan diri ke kolam untuk


mengangkat bibit berumur 2 bulan. Bibit yang
dipanen mesti sehat, warna cerah, dan ukuran
proporsional. Dari sebuah kolam, rata-rata ia
mendapatkan 33 ekor. Artinya, dari 90 kolam
ia memanen sekitar 2.970 ekor per hari. Si
capit merah lolos sortir dimasukkan ke kotak
plastik berlapis koran. Kapasitasnya 5—10 ekor.
Kemudian ia memasukkan kotak plastik itu ke
dalam boks styrofoam.
Agar dapat menuai 3.000 lobster per bulan,
alumnus Teknik Industri, Universitas Katolik
Atmajaya Yogyakarta itu menerapkan manajemen
budidaya. Eko menebar 10—15 induk di setiap
kolam. Sekali penebaran rata-rata 30 kolam.
Interval penebaran sekitar 2 bulan. Untuk
menghindari inses alias kawin sedarah, Eko
mencari induk dari berbagai tempat.

80 TRUBUS GOLD EDITION - I


“Jualan telepon seluler yang Seekor induk betina menghasilkan 500 telur.
Dua bulan berselang anakan lobster siap jual.
dirintis 4 tahun silam ditinggalkan. Dengan demikian, ia menuai rata-rata 100 ekor
Kini, ia membesarkan lobster air per hari atau 3.000 ekor per bulan. Itulah Eko,
mantan penjual telepon seluler di Yogyakarta.
tawar karena keuntungannya lebih Saat masih bekerja, penghasilannya paling
tinggi.” Rp1,5-juta/bulan. “Saat pertama kali main
lobster hanya dapat Rp500.000—600.000/bulan,”
ucap Eko. Itu diperoleh dari penjualan 250—
300 bibit per bulan berukuran 3—5 cm seharga
Rp2.000/ekor.
Eko tidak putus asa. “Saya harus berani
mengambil risiko,” katanya. Sebab itu, ia terus
mencari peluang pasar lewat buku, majalah, dan
internet. Di samping itu, Eko sering bertanya dan
meminta saran peternak lain yang tergabung
dalam Asosiasi Peternak Lobster Air Tawar
Indonesia (Aplati) Yogyakarta.

Di kamar
Menurut Eko, ketertertarikan pada lobster
muncul saat Trubus mengupas lobster pada 2002.
TRUBUS GOLD EDITION - I 81
a
merek
beplaanjagarn
di la

Kiri-kanan (atas) “Berbisnis losbter lebih prospektif. Sebagai ikan 300—500 telur. Setelah dibesarkan menjadi bibit
Bibit lobster konsumsi yang tidak ada habisnya,” tuturnya. berukuran 5 cm, ia baru berani menjual. Mulanya,
berukuran 5 cm.
Awalnya Eko mendapatkan lobster dari Eko mendapat permintaan dari seorang kenalan
Ada 90 kolam
lobster milik
kerabatnya di Yogyakarta yang lebih awal di Yogyakarta. Sebanyak 100—300 bibit senilai
Eko di Kalasan menekuni. Tiga set induk dibeli seharga Rp500.000—Rp700.000 habis terjual.
Yogyakarta dan Rp6-juta—Rp7-juta. Selanjutnya, induk redclaw Sejak itu pangsa pasar Eko semakin meluas
Farm lobster itu ditangkarkan dalam 3 akuarium berukuran hingga Jepara, Magelang, Bojonegoro, Purworejo,
milik Eko seluas 1 m x 0,5 m x 0,3 m yang ditaruh di depan kamar Purwokerto, dan Probolinggo. Dari penjualan itu,
350 m2 rumah seluas 24 m2. Eko meraup keuntungan bersih rata-rata Rp1-
Dua bulan dipelihara Cherax quadricarinatus juta/bulan. Laba itu dipakai lagi untuk menambah
itu mulai tampak ada yang menggendong telur. akuarium serta membangun kolam baru di Klaten
Dari satu akuarium setidaknya Eko mendapat dan Yogyakarta seluas 350 m2.
Setiap bulan Eko memanen 3.000 bibit ukuran
3—5 cm yang dipelihara selama 2 bulan. Menurut
Eko, biaya produksi kecil, hanya Rp500/ekor. Dari
penjualan rutin itu pendapatan Eko mencapai
Rp4,5-juta/bulan. Jumlah itu di luar penjualan
induk siap pijah berumur 6 bulan. Satu set
induk—3 jantan dan 5 betina—dilepas seharga
Rp300.000.
Pria 28 tahun itu mampu menjual 20 set
induk/bulan ke beberapa plasma. “Biaya produksi
untuk menghasilkan induk hanya Rp20.000/ekor,”
katanya. Wajar kantongnya kian tebal dengan
pemasukan tambahan sebesar Rp5,6-juta/bulan.
“Terbukti saya bisa hidup makmur dari lobster,”
Induk siap pijah ungkapnya.

82 TRUBUS GOLD EDITION - I


Banyak kendala pesanan ke pelanggan mendapati sisa-sisa
Kesuksesan itu bukan tanpa duri. Pada fogging meracuni 30 akuarium yang masuk
Desember 2003, Eko merugi Rp2-juta— melalui saluran filter air. “Bak disambar petir,
Rp3-juta setelah 3 set induk dan 100 bibit cobaan itu datang secara tiba-tiba,” kata pria
mati. Penyebabnya sisa pakan cacing sutra kelahiran 22 Maret 1979 itu.
membusuk hingga air kolam tercemar. Seperti Meski demikian, Eko tetap yakin lobster
ikan konsumsi lain, kualitas air merupakan kunci menjadi jalan hidupnya. Makanya ia berani
sukses budidaya. Idealnya pH air 6,5—7 dan memutuskan diri keluar dari pekerjaan
suhu berkisar 24—260C. Ketersediaan oksigen sebagai pengawas penjualan telepon seluler.
terlarut sekitar 4 ppm. “Kekurangan oksigen (Hermansyah)
terlarut menghambat pertumbuhan redclaw,”
papar Eko. Amonia juga harus rendah bahkan
jika perlu tidak ada.
Foto-foto: Hermansyah

Awal 2004 adalah tahun kelabu bagi Eko. Itu


karena 300—450 bibit yang ditebar meregang
nyawa. “Akibat sibuk melayani pelanggan,
kolam lupa dikuras sehingga kotoran menumpuk
dan menimbulkan cendawan di sekujur tubuh
redclaw,” ucap pehobi bulutangkis itu. Uang
sebesar Rp3-juta—Rp4-juta pun amblas.
Itu bukan kerugian terakhir. Pertengahan
2005, Eko mengalami musibah lebih besar
setelah kehilangan 250 induk. Total kerugian
mencapai Rp15-juta. Musababnya, fogging
atau pengasapan lantaran Yogyakarta saat itu Bibit dan
calon induk
terjangkit wabah penyakit demam berdarah.
berkualitas
Eko yang terlambat pulang usai mengantarkan siap jual
TRUBUS GOLD EDITION - I 83
Bukan
Lampu
karena

Aladin
Mereka berenam belas mempunyai kesamaan: sukses di bidang
agribisnis dan tak pernah belajar ilmu pertanian secara formal.
Mereka juga tak mempunyai lampu aladin. Sukses mereka antara
lain lantaran berguru di lapangan: di kebun sayuran, kolam gurami,
kebun anggrek, atau lahan pertanian lain.

mereka
belajar
di lapan
gan

84 TRUBUS GOLD EDITION - I


a
merek
beplaanjagarn
di la

Memang p e r t a n i a n .    A d a    y a n g Jatuh-bangun
banyak jalan menuju dunia

merencanakan untuk menggeluti agribisnis Keruan saja orangtua Rizal keberatan


seperti Tatang Hadinata. Alumnus Teknik karena lebih menginginkan anaknya
Institut Teknologi Bandung itu semula menyelesaikan kuliah hingga meraih
berbisnis bidang periklanan dan jasa gelar sarjana. Harapan lain orangtuanya,
konstruksi. “Suatu saat saya tak mampu Rizal kembali ke kampung halaman di
lagi bersaing di properti,” kata Tatang Rengat, Provinsi Riau, menjadi
visioner. Pada 1983 ia meninggalkan pegawai negeri sipil, seperti
dunia konstruksi dan beralih ke ayahnya. Namun, kelahiran
agribisnis. 14 Desember 1953 itu
Selain itu ada pula yang tak bergeming. Ia telanjur jatuh
sengaja menggeluti agribisnis seperti cinta pada dunia agribisnis.
Rizal Djaafarer. Namanya identik U n t u k    m e n g g e l u t i
dengan kaktus dan anggrek bulan. agribisnis tak selalu mulus.
Awal ketertarikan sulung 8 bersaudara Apalagi jika sebelumnya, orang itu menduduki
itu terhadap agribisnis saat melihat jabatan penting dengan gaji memadai.
foto-foto kaktus di lembaran majalah. Lihatlah Aris Budiman ketika menyampaikan
Ketertarikannya itu mendorong Rizal rencana berhenti bekerja pada ibunya.
membeli, merawat, dan memperbanyak Sang bunda berujar sengit, “Bocah edan!”
kaktus. Ketika populasi tanaman gurun kian Begitu juga 4 kakak Aris Budiman, menolak
banyak itulah ia tergelitik untuk menjualnya. rencana itu. Pada 1993 Adeng—sapaan
Saat itu Rizal yang mahasiswa Universitas pria 37 tahun itu—menempati pos penting,
Pendidikan Indonesia (dulu IKIP Bandung) kepala cabang Yogyakarta dan Jawa Tengah
merambah jagat agribisnis. sebuah perusahaan elektronik terkemuka.

86 TRUBUS GOLD EDITION - I


Gajinya yang 8 digit sejatinya lebih dari cukup
untuk hidup di Yogyakarta yang biaya hidupnya
relatif rendah.
Toh, tanpa restu ibu, Aris Budiman menerjuni
bisnis adenium. Restu akhirnya turun juga
ketika ia meraih sukses berbisnis mawar gurun.
Pendapatannya minimal 10 kali lipat lebih besar
ketimbang gaji yang dulu diterima. “Ibu
sekarang senang. Sebulan sekali ia datang
ke Watu Putih,” ujar Adeng. Watu Putih
nama nurseri milik Adeng di Kaliurang,
Yogyakarta. Ibu mana yang tak bahagia
berjalan di antara elok bunga adenium
bermekaran? Apalagi jika bunga itu juga
mendatangkan rezeki bagi anaknya.
Sukses mereka tak datang seketika.
Berbagai hambatan menghadang saat
mereka menjemput sukses. “Tapi apakah
tidak sebaiknya kita mencari jalan keluar,
bukannya kabur?” ujar JK Soetanto yang sohor
sebagai pekebun melon dan semangka bermutu.
Mantan pebisnis jasa konstruksi itu beberapa kali
mengalami kegagalan saat mengebunkan bawang
putih seluas 10 ha. Dari Rp50-juta modal yang
ditanam, cuma kembali Rp2,5-juta.
Kegagalan yang acap disebut sukses tertunda Citra asal
itu wajar saja. “Masuk dunia pertanian itu harus Indonesia
diterjuni sendiri. Kapital tak kalah penting karena dikembangkan
pasti gagal dulu,” kata Soetanto. Mengapa di Thailand
kegagalan itu terjadi? Antara lain karena minimnya
pengetahuan pertanian akibat mereka tak pernah

belajar ilmu pertanian secara formal. “Pupuk NPK


Foto-foto: Destika Cahyana, Dian Adijaya Susanto, Evy Syariefa, & Dok Trubus

saja waktu itu saya tak tahu,” kata Soetanto jujur.


Pernah melon produksinya ditolak pedagang pasar
tradisional. “Ini mah bukan melon, tapi cucunya
melon,” kata pedagang seperti diulangi Soetanto
itu. Ukuran melon itu memang mungil akibat salah
memilih lokasi tanam.
Tatang Hadinata yang kini sohor sebagai
pekebun sayuran hidroponik itu sempat pula
emosi pada awal beragribisnis. Musababnya
puluhan kilogram wortel hanya dihargai Rp10.000.
“Kalau cuma segitu ya dimakan saja, enggak usah
dijual,” kata Tatang kecewa. Ia pun meninggalkan
pasar Ramayana, Bogor, dan pulang membawa
umbi Daucus carrota. Jika akhirnya sukses, itu
lantaran mereka tak larut dalam kesedihan dan
kekecewaan. Dari kegagalan itu mereka justru
berguru. Lalu menemukan jawaban: mengapa
gagal? Bagaimana mencegahnya? Ada yang
bilang itulah SPP yang harus dibayarkan ketika
mereka “kuliah” di lapangan.
Berikut 16 pelaku agribisnis di berbagai
sektor pertanian yang mendulang sukses setelah
jatuh-bangun. Di luar sana masih banyak kisah
sukses lain yang belum Trubus tampilkan. Urutan
berikut bukan bentuk pemeringkatan, tapi hanya
berdasarkan alfabetis.
TRUBUS GOLD EDITION - I 87
a
merek
beplaanjagarn
di la

Aris Budiman
Bonsai Lalu Adenium
Menyebut Aris Budiaman identik dengan
adenium. Kamboja jepang memang andalan
bisnis nurseri Watu Putih, milik Adeng—sapaan
pria kelahiran Pekalongan 27 Desember 1970 itu.
Alumnus Jurusan Akuntansi STIE YKPN Yogyakarta
itu menangguk omzet ratusan juta rupiah per bulan
dari penjualan adenium yang digeluti sejak 1998.
Sukses Adeng antara lain lantaran kerja keras:
siang-malam men-training mawar gurun.

Bernard Sadhani
Kontraktor Berbisnis Durian
Lima belas tahun silam, kontraktor itu
mengebunkan durian monthong di Desa Murnisari,
Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Dari luasan
14 ha, ia rata-rata menuai 50 ton per tahun. Selain
itu alumnus Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung
itu juga mengelola 15 ha kebun durian, lokasinya
3 km dari kebun pertama. “Enam tahun pertama
saya gagal. SPP sekolah saya lebih dari Rp500-juta,”
katanya.  Itu  untuk  mengatasi  serangan
Phytophthora palmivora dan mengganti bibit.

Boedi Mranata
Tergiur Liur Walet
Saat hendak “beternak” walet, keluarga besar
Boedi menentangnya. Alasannya karena mitos,
mengembangkan walet butuh tumbal: salah satu
anggota keluarganya bakal mati. Namun, kini
21 tahun kemudian puluhan rumah walet kelahiran
Banyuwangi 56 tahun lalu itu tersebar di berbagai
lokasi seperti Bali, Jepara, dan Banten. Liur-liur
walet itulah yang mendatangkan dolar ke rekening
doktor Biologi alumnus Universiteit Hamburg,
Jerman.

Budi Dharmawan
Di Cengkih Kita Jaya
Purnawirawan perwira Angkatan Laut itu
pemilik PT Zanzibar Cengkeh. Itulah salah satu
perkebunan cengkih terluas di Indonesia, 2.300 ha
tersebar di berbagai lokasi. Alumnus Teknik Mesin
Institut Teknologi Bandung itu juga membidani
PT Hortimart Utama yang memproduksi bibit
tanaman buah. Ia juga membudidayakan lengkeng
itoh, rambutan, pepaya, dan buah naga yang
diminati pasar Semarang. Kiprah agribisnisnya
dimulai pada 1970.

88 TRUBUS GOLD EDITION - I


Chandra Gunawan Hendarto
Menjual Kemolekan Bunga
“Adenium marak karena jasa Chandra. Ia
pendobrak pasar adenium di tanahair,” ujar Handry
Chuhairy, pebisnis adenium di Tangerang. Di bawah
bendera nurseri Godongijo, alumnus University
of San Fransisco itu memperkenalkan (kembali)
mawar gurun. Kini banyak hobiis yang tergila-gila
kemolekan bunga dan bonggol adenium yang
diperkenalkan Chandra pada 1992. Sebelumnya
ia lebih dikenal sebagai pebisnis reptil.

Gregori Garnadi Hambali


Kebanggaan Selembar Daun
Mengubah warna menjadi bisnis menggiurkan.
Itulah Gregori Garnadi Hambali yang sukses
menyilangkan  Aglaonema  rotundum  dan
A. commutatum tricolor dan menghasilkan pride of
sumatera berdaun merah pada 1982. Semula daun-
daun aglaonema spesies senantiasa berwarna
hijau. Sejak kelahiran pride of sumatera, hibrida
baru bermunculan dari tangan dingin alumnus
Biologi University of Birmingham itu. Greg pekerja
keras: sehari ia menyilangkan 1.000 tanaman.

JK Soetanto
Jambu Citra dan Melon Eksklusif
Pria kelahiran Semarang itu berlatar belakang
pendidikan Teknik Sipil alumnus Institut Teknologi
Bandung. Soetanto (59) mengelola mangga
arumanis, khioe sawoi, serta jambu air pink rose
apple dan citra seluas 60 ha. Ayah 2 anak itu
juga memproduksi melon bermutu. Semua unit
usahanya di bawah naungan PT Bogatani. Salah
satu kiat bisnisnya, menghasilkan produk bermutu
dan mampu membaca keinginan pasar karena
intens beragribisnis sejak 1982.

Mikhael Wuryaning Setyawati


Merias Bisnis Mahkota Dewa
Buah mahkota dewa seukuran bola pingpong
andalan Ning Harmanto—begitu perempuan
50 tahun itu disapa—meraup laba. Omzet puluhan
juta rupiah per bulan berkat perniagaan anggota
famili Thymelaeceae itu yang sohor sebagai
panasea. Profesi lulusan Akademi Bahasa Asing
itu semula merias pengantin. Namun, dari Semper,
Jakarta Utara, ia mengendalikan bisnis mahkota
dewa yang dirintis sejak 1999.

TRUBUS GOLD EDITION - I 89


a
merek
beplaanjagarn
di la

Muhammad Suwed
Jalan Hidup Persia
Cikal-bakal bisnis Muhammad Suwed dari
rumah kontrakan di Yogyakarta pada 1988. Saat itu
ia masih mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional Veteran, tak pernah
belajar formal cara membiakkan kucing. Sekarang
ia mengelola cattery Ganswed bersama istri Jalilah
Ganis di Ciawi, Kabupaten Bogor. Di atas lahan
1.300 m2 itu mereka menghasilkan persia-persia
berkualitas yang acap menjuarai kontes.

Pami Hernadi
Setia pada Kaktus
Bagi Pami komoditas andalan untuk meraup
laba adalah kaktus dan sukulen. Sejak 1975
alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Katolik
Parahyangan itu menggeluti kaktus. Di Lembang,
Bandung, pemilik nurseri Venita itu menyediakan
1.500  jenis  kaktus,  65  spesies  echevaria,
100 spesies haworthia, 150 spesies agave, dan
100 spesies aloe.

Prakoso Heryono
Bibit Buah Unggul
“Ayah kecewa, saya menjadi petani,” ujar
Prakoso Heryono. Ia belajar ilmu hukum di
Universitas Islam Sultan Agung, Semarang. Namun,
setelah melihat kemajuan pertanian Thailand, ia
seperti terpanggil untuk menggeluti agribisnis.
Sekarang Nonot—sapaan kelahiran Yogyakarta
4 November 1958 itu—sohor sebagai penyedia
puluhan jenis bibit tanaman buah bermutu sejak
15 tahun lalu. Sayang, ayahnya yang polisi itu tak
sempat melihat kejayaan Nonot beragribisnis.

Rizal Djaafarer
Bulan Bercahaya di Langensari
“Saya sedih ketika membeli anggrek
Phalaenopsis violacea di Taiwan, ternyata berasal
dari Kalimantan,” ujar pemilik Rizal Orchids
di Langensari, Lembang. Keprihatinannya
diwujudkan dengan menyilang-nyilangkan anggrek
bulan. Ketika orang lain terbuai mimpi, Rizal malah
terjaga untuk menyilangkan anggrek. Hingga
kini sarjana muda Pendidikan Teknik Arsitektur
alumnus Universitas Pendidikan Indonesia itu
menghasilkan 1.300 hibrida. Hasil silangannya
diminati penganggrek berbagai negara seperti
Jerman, Belanda,dan Jepang.

90 TRUBUS GOLD EDITION - I


Sujadi
Dari Guru ke Gurami
Jika terus mengabdi sebagai guru mungkin
Sujadi bagai Umar Bakri seperti dalam lagu Iwan
Fals. Ia tak perlu pakai sepeda butut, tetapi ke
mana pun pergi tersedia mobil di rumahnya. Profesi
guru agama di SD Karangkemiri, Cilacap, memang
ditinggalkannya dan beralih menjadi peternak
gurami pada 1990. Pria 52 tahun itu mengelola
45 kolam masing-masing seluas 400—500 m2.

Suwarso Pawaka
Durian Unggul Jatuhan
Tujuh tahun pascapensiun, perwira menengah
TNI Angkatan Darat itu membuka kebun durian di
Cihideung, Kabupaten Bogor. Sebagian varietas
yang ditanam di kebun Warso farm itu adalah
monthong dan sitokong. Di kebun itulah belum
lama ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menggelar konferensi pers.

Tatang Hadinata
Sayuran Ekslusif dan Bunga Potong
Sayuran paprika, tomat, shisito alias cabai
jepang, dan kyuri, serta bunga krisan dan mawar
potong sebagian tambang rupiah Tatang Hadinata.
Ia mengadopsi teknologi hidroponik untuk
membudidayakan sayuran eksklusif. PT Saung
Mirwan yang ia dirikan sejak 1983 mengelola lahan
10 ha dan menjalin kemitraan dengan puluhan
pekebun.

Vincent Edi Yasin


Liukan Bisnis Naga
Sarjana Teknik itu mengelola 5 ha kebun buah
naga di Pacet, Mojokerto. Buah kerabat kaktus itu
kini mengisi pasar Surabaya dan sekitarnya. Selain
itu pengusaha sukucadang kendaraan bermotor itu
juga mengebunkan durian dan beragam sayuran.
Vincent membuka kebun pada 2002.
Dunia agribisnis ibarat magnet yang terus
menarik mereka. Pada mulanya kegagalan
membudidayakan beragam komoditas memang
sulit ditepis. Namun, di ujung getir itu mereka
mencecap manisnya beragribisnis. Sukses
mereka bukan dengan menggosok lampu aladin,
tapi berkat cucuran keringat. (Sardi Duryatmo)
TRUBUS GOLD EDITION - I 91

You might also like