Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Inflamasi pada kulit yang mengenai >90% permukaan tubuh. Memiliki sinonim
exofoliatife dermatitis; walaupun dapat dijumpai drajat exofoliatif yang ringan. Pada literatur
yang berbeda exofoliatife dermatitis kurang begitu tepat karena pada exofoliatife skuamanya
berlapis sedangkan pada eritroderma skuamanya selapis.
Epidemiologi
Insiden dari penyakit ini adalah 0.9-71 per 1000,000 pasien. Pria lebih sering terkena
daripada wanita dengan rasio 2:1 hingga 4:1. Rata-rata onset umur yaitu 41-61 tahun.
Etiologi dan patogenesis
ED tersering disebabkan penyakit kulit dan sistemik, diantaranya psoriasis, dermatitis
spongiotik, reaksi hipersensitif dan kutaneus sel T limfoma atau Sindrom Sezary. Penyebab yang
belum diketahui/idiopatik berkisar 20%. Selain itu dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti Ca
bloker, anti-epilepsi, antibiotik penisilin, sulfonamid, vankomisin, alopurinol, emas, litium,
terbinafin, kuinidin, simetidin, dapson, tar, maupun kehamilan, stress emosional. Penyebab yang
lebih jarang yaitu penyakit imunobulosa, penyakit jaringan ikat, infeksi termasuk skabies dan
dermatofita, pitriasis rubra pilaris, dan keganasan.
Diagnosis banding neonatus dan bayi yaitu dermatosis (psoriasis, dermatitis seboroik),
obat-obatan dan infeksi (Staphylococcus Scalded Skin Syndrome).
Patogenesis ED masih belum sepenuhnya diketahui. Beberrapa sitokin diketahui berperan
dalam patofisiologi penyakit ini. ED ringan mengepsresikan T helper 1, sedangan Sezary
mengekspresikan T helper 2. Pada psoriasis, IgE T helper 1 menjadi T helper 2.
Pada Ed yang disebabkan dermatitis atopik, psoriasis, terjadi peningkatan molekul
molekul adhesi, seperti intercellular adhesion molecule 1, vascular cell adhesion moleculle 1
dan E selectin.
Penegakan Diagnosis
Terlebih dahulu mencari riwayat pengobatan (riwayat dermatosis, penyakit sitemik yang
pernah diderita), riwayat keluarga, dan penggunaan obat sekarang. Onset penyakit dapat
mengarahkan kepada etiologi. Pada ED yang disebabkan obat, reaksinya cepat, 2-5 minggu
setelah menggunakan pengobatan dan berlanjut walaupun obat telah dihentikan, dan terdapat
gejala lain seperti demam, limfadenopati, organomegali, edema, leukositosis, gangguan hati dan
ginjal.
Gambaran klinis yaitu eritema yang meluas menjadi generalisata dan beberapa hari
kemudian timbul skuama putih kekuningan, terutama pada bagian fleksor. Terdapat
pengelupasan kulit pada bagian pergelangan tangan dan kaki, yang menampakkan gambaran
kulit berwarna kemerahan, dan palmoplantar keratoderma. Dapat timbul ektropion dan epifora
dapat timbul. Gambaran pada kuku dapat berupa onkiolisis, subungual hiperkeratosis, splinter
hemoragi, paronikia, dan Beaus line.
Beberapa gejala dan tanda lainnya seperti:
-
obat.
Splenomegali
Tatalaksana awal ED adalah terapi elektrolit dan cairan. Obat-obatan yang dicurigai
menyebabkan ED dihentikan. Suplementasi folat dan asupan diet 130% dari kebutuhan
diperlukan untuk mengganti kehilangan nutrisi. Lingkungan sebaiknya hangat, nyaman, dan
pencegahan hipotermi.
Kortikosteroid potensi tinggi dan topikal imunomodulator seperti takrolimus dihindari,
karena peningkatan permeabilitas kulit dapat menyebabkan penyerapan secara sistemik. Topikal
iritan, seperti tar dan antralin sebaiknya dihindari. Antibiotik sistemik diperlukan pada pasien
dengan infeksi sekunder.
Setelah etiologi diketahui, diberikan terapi lini 2 yang sesuai. Pada ED psoriasis responsif
dengan pemberian metotreksat, siklosporin, scitretin, mikofenolat dan mofetil.
Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari obat yang dicurigai menjadi
penyebab, mencari penyebab alergi, dan menghindari penggunaan obat yang kemungkinan
menyebabkan reaksi silang, seperti gentamisin pada pasien yang alergi terhadap neomisin, dan
psoudoefedrin pada pasien yang alergi fenileprin. Pasien psoriasis juga menghindari steroid
sistemik.
DAFTAR PUSTAKA