You are on page 1of 57

KUMPULAN ABSTRAK

SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL

Tema

Intensifikasi Pengelolaan Lahan Suboptimal


Dalam Rangka Mendukung Kemandirian Pangan
Nasional

Palembang, 20-21 September 2013

Diselenggarakan oleh:

Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal


(PUR-PLSO) Universitas Sriwijaya

dalam Memperingati Hari Pangan Se-Dunia dan


Hari Ulang Tahun Emas Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

JADWAL PELAKSANAAN SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL


PALEMBANG, 20-21 SEPTEMBER 2013

WAKTU

KEGIATAN

KETERANGAN

Jumat, 20 September 2013


07.00 08.00 Pendaftaran Ulang dan Rehat Kopi

Panitia

Pembukaan dan Sambutan:


1. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
08.00 09.00 2. Laporan Ketua Pelaksana
3. Sambutan Rektor dan sekaligus
Membuka Acara
4. Doa

Panitia
Prof.Dr.Ir. Siti Herlinda, MSi
Prof. Dr. Badia Perizade, MBA
Panitia

Keynote Speech:
Kebijakan Kementerian Pertanian tentang
Program Optimalisasi Lahan Suboptimal
09.00-10.30

10.30-12.00

Kebijakan dalam Pengembangan Inovasi


Teknologi untuk Lahan Suboptimal yang
Berkelanjutan
Potensi dan Strategi Pemanfaatan Lahan
Suboptimal Basah untuk Pertanian,
Peternakan, dan Perikanan
Moderator :
Keynote Speech:
Potensi dan Strategi Pemanfaatan Lahan
Kering dan Kering Masam untuk Pertanian
dan Peternakan
Strategy dan Usaha Pemuliaaan Varietas
Lokal Unggul di Lahan Suboptimal dan
Perbaikan Mutu Produk Pertanian Berbasis
Agrososioekonomi
Success Story of Lowland Development and
Management in Malaysia
Moderator :

Dr. Ir. Haryono, M.Sc.


(Kaban Litbang Kementerian
Pertanian)
Prof. Dr. Benyamin Lakitan, M.Sc.
(Pejabat Kemenristek)
Prof. Dr. Robiyanto H. Susanto
(Pakar Rawa Univesitas Sriwijaya)
Prof. Dr. Ir. Nuni Gofar, M.S

Prof. Dr. Naik Sinukaban (Pakar


Lahan Kering IPB)
Dr. Ir. Sobir, M.S. (Pakar
Hortikultura IPB)
Prof. Ir. Dr. Mohd Amin Mohd
Soom (Universiti Putra Malaysia)
Prof. Dr. Ir. Andy Mulyana, M.Sc

12.00-13.45

ISHOMA dan Presentasi Poster

Panitia dan Pemakah Poster

13.45-21.30

Makalah Penunjang

Pemakalah Oral

08.00-15.00

15.00-15.30
15.30-16.00

Sabtu, 21 September 2013


Kunjungan lapangan ke sentra produksi
padi rawa di Telang Banyuasin/Pemulutan
Panitia
Ogan Ilir
Penutupan
Rektor Unsri
Pembagian door prize dan pengumuman
Panitia
pemakalah terbaik

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

JADWAL PRESENTASI MAKALAH PENUNJANG


SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL
PALEMBANG, 20-21 SEPTEMBER 2013

1.1.

1.2.

1. Sesi Agroekoteknologi di lahan rawa pasang surut 1 (13:45-15:30)


Residual Effect of Ameliorant and N, P-fertilizer on Availability of
Nitrogen, Rice Growth, and Yield at The Second of Season Cropping on
Peat Soil
Zaid Subrata
Pengaruh Dosis Pupuk N dan dan Waktu Aplikasi terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Padi Ratoon di Lahan Pasang Surut
Kurniawan
Subatra

1.3.

Neni Marlina

1.4.

Imelda
Marpaung

1.5.

Dwi Probowati
Sulistyani

1.6.

Dewi Indriyani
Roslim

1.7.

M. Umar Harun

1.8.

Arifin Fahmi

1.9.

Wenny
Ramadhani

2.1.
2.2.
2.3.

Evaluasi Kesesuaian Sifat Fisik Tanah Pada Tanaman Padi di Lahan


Pasang Surut Desa Telang Karya Delta Telang I (P8-12S), Kecamatan
Muara Telang, Kabupaten Banyuasin
Sekuen Gen Ferritin Parsial pada Beberapa Varietas Padi dari Provinsi
Riau Terkait Homeostasis Ion Fe Pada Lahan Rawa Pasang Surut
Hubungan Antara Produksi Padi dengan Umur Kelapa Sawit Sistem
Monokultur di Lahan Sawah Pasang Surut
Teknologi Budidaya Padi yang Ramah Lingkungan untuk Mengatasi
Dampak Negatif dari Reklamasi Lahan Sulfat Masam
Pengendalian Penggerek Batang Padi Putih dengan Pemberian Abu Sekam
di Lahan Pasang Surut

2. Sesi Agroekoteknologi di lahan rawa pasang lebak (13:45-15:30)


Endrizal
Karakteristik, Kendala dan Produktivitas Padi Unggul dan Padi Lokal di
Lahan Rawa Lebak Provinsi Jambi
Sri Rahayu
Produktivitas Tanaman Padi Rawa Lebak pada Kondisi Terendam
Irma Calista
Potensi Tanah Rawa Lebak Untuk Pengembangan Tanaman Padi di
Siagian
Kecamatan Selagan Raya, Kabupaten Mukomuko

2.4.

Suparwoto

2.5.

Mery Hasmeda

2.6.

Gribaldi

2.7.

Nuni Gofar

2.8.

Zainal Ridho
Djafar
NP. Sri Ratmini

2.9.

Pemanfaatan Beberapa jenis pupuk hayati pada beberapa varietas padi


(Oryza sativa L.) di Lahan Pasang Surut
Evaluasi Kerapatan Tanam dan Metode Pengendalian Gulma pada
Budidaya Padi Tanam Benih Langsung di Lahan Sawah Pasang Surut

Peningkatan Produksi di Rawa Lebak Melalui Perbaikan Varietas dan


Sistem Tanam Jajar Legowo
Studi Morfologi dan Pengaruh Pemberian Pupuk terhadap Pertumbuhan
Bibit Beberapa Varietas Padi Lebak
Pengaturan Aplikasi Pupuk Nitrogen untuk Meningkatkan Toleransi dan
Pemulihan Tanaman Padi Terhadap Cekaman Terendam
Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Jagung Pada Inseptisol Lebak yang
Diinokulasi Dengan Beberapa Isolat Bakteri Penambat Nitrogen dan
Pelarut Fosfat
Pengembangan Teknologi Budidaya untuk Meningkatkan Produksi Padi
di Lahan Lebak
Upaya Peningkatan Produktivitas Padi melalui Pendekatan PTT menuju
Swasembada Padi di Sumatera Selatan

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

3. Sesi Agroekoteknologi di lahan kering marjinal (13:45-15:30)


Pengaruh Formula Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Serapan P
Tanaman Jagung pada Tanah Sub Optimal Asal Jonggol

3.1.

Taufiq Bachtiar

3.2.

Yopie
Moelyohadi

3.3.

Maria Fitriana

3.4.

Haris
Kriswantoro
Nyayu Siti
Khodijah

Kajian Sistem Tumpangsari Jagung Manis dan Kedelai di Lahan Kering


Kabupaten Musi Rawas
Penggunaan Berbagai Jenis Amelioran untuk Pertumbuhan Jagung
Komposit di Lahan Bekas Penambangan Timah

3.6.

Aurelia Tatipata

Remediasi Lahan Berpasir di Desa Waisamu yang Ditanami dengan Jagung


Lokal melalui Aplikasi Pupuk Organik Ela Sagu

3.7.

Nana Sutrisna

3.8.

Dewi Meidalima

3.9.

Fitri Handayani

Uji Adaptasi Bberapa Varietas Sorgum Pada Lahan Kering di Kabupaten


Ciamis, Jawa Barat
Kerusakan Pucuk Tebu oleh Scirpophaga nivella (F.) di Pertanaman Tebu
Lahan Kering, PTPN VII Cinta Manis
Dukungan Teknologi untuk Pengembangan Kedelai pada Lahan Kering
Masam di Kalimantan Timur

4.1.

Munandar

3.5.

4.2.

4.3.

Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik dan Hayati Terhadap Pertumbuhan


dan Produksi Berbagai Genotipe Jagung Hasil Seleksi Efisiensi Hara pada
Lahan Kering Marginal
Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Pupuk NPK Terhadap
Pertumbuhan Gulma dan Komponen Pertumbuhan Tanaman Jagung

4.Sesi off-farm, sosial-ekonomi, lingkungan dan lain-lain 1 (13:45-15:30)


Penerapan Model Sistem Pertanian Terpadu Bio-Cyclo Farming (BCF)
Guna Meningkatkan Kesuburan Tanah, Pendapan Usaha Tani,
Keberlanjutan Pertanian di Lahan Marginal Pasang Surut
Yanter Hutapea
Spectrum Diseminasi Multi Channel Mendukung Pengembangan Indeks
Pertanaman Padi 200 di Lahan Pasang Surut Kabupaten Banyuasin,
Sumatera Selatan
Tumarlan
Implementasi Padi Inpari 13 Dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman
Thamrin
Terpadu (PTT), Respon dan Persepsi Petani

4.4.

Julistia Bobihoe

4.5.
4.6.

Nur Imdah
Minsyah
Viktor Siagian

4.7.

Railia Karneta

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Cabai Merah Keriting pada Lahan


Sub Optimal di Kecamatan Sukarami Kotamadya Palembang

4.8.

Yazid Ismi Intara

4.9.

Muh Bambang
Prayitno

Konsep Teknik Budidaya Tanaman Menggunakan Strip Olah Tanah


Terbatas dengan Pemberian Air Dalam Strip
Dampak Perubahan Tataguna Lahan Terhadap Biomassa dan Cadangan
Karbon di Lahan Gambut

Kajian Teknologi Mina Padi Di Rawa Lebak di Kabupaten Batanghari


Provinsi Jambi
Perbandingan Manfaat Usahatani Padi dan Kedelai di Lahan Pasang
Surut Provinsi Jambi
Sistem Usaha Tani dan Analisis Pendapatan Petani di Daerah Rawa Lebak
di Sumatera Selatan

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

5.
5.1. Armina Fariani
5.2. Aulia Evi Susanti
5.3. Harmini

Sesi Peternakan dan Perikanan (16:15-17:45)


Kecernaan Pelepah Sawit Fermentasi dalam Complete Feed Block (CFB)
untuk Sapi Potong
Pengembangan Ternak Itik Pegagan di Lahan Rawa Lebak Sumatera
Selatan Dalam Mendukung Kemandirian Pangan Pedesaan
Pemanfaatan Lahan Gambut Terdegradasi Sebagai Kebun Hijauan
Makanan Ternak (HMT) : Studi Kasus di Desa Gandang Barat Kecamatan
Maliku Kabupaten Pulang Pisau
Inventarisasi Potensi Bahan Pakan Ternak Ruminansia di Provinsi Riau

5.4. Sri Haryani


Sitindaon
5.5. Eka Saputra

5.6. Fauziyah
5.7. A. Karim
5.8. Gatot Muslim
5.9. Pita Puspitahati

6.

Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochromis


niloticus) dengan Padat Tebar Berbeda selama Pemeliharaan di Saluran
Air dan Kolam Tadah Hujan Lahan Pasang Surut Telang 2 Banyuasin
Perbedaan Waktu Hauling Bagan Tancap Terhadap Hasil Tangkapan di
Perairan Sungsang, Sumatera Selatan
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gabus Channa striata dengan Perbedaan
Jenis Pakan
Kecernaan Jerami Padi Yang Disuplementasi Zn Lysinate dengan Teknik
In Vitro
Prediksi Debit Limpasan Air Sungai dan Kapasitas Saluran Air pada Sub
Das Karang Mumus

Sesi Agroekoteknologi di lahan rawa (16:15-17:45)


Respon Pertumbuhan Tanaman Padi Terhadap Beberapa Rekomendasi
Pemupukan Hasil Litbang Pertanian
Inventarisasi Penyebaran Varietas Unggul Padi Sawah di Lampung
Inovasi Pengendalian Hama dan Penyakit Padi Ramah Lingkungan di
Lahan Rawa
Analisa Pola Tanam Padi Sawah Varietas Aek Sibundong di Kabupaten
Bangka Tengah
Kajian Teknologi Hemat Air Pada Padi Gogo Mengantisipasi Perubahan
Iklim di Propinsi Riau
Prospek Pendayagunaan Lahan Suboptimal Bawah Tegakan Dengan
Mengembangkan Model Bioregion Agribisnis Tanaman Sirih: Pengalaman
Empiris di Provinsi Jawa Tengah

6.1.

Syahri

6.2.

Rr. Ernawati

6.3.

S. Asikin

6.4.

Reka Mayasari

6.5.

Yunizar

6.6.

Agus Wariyanto

6.7.

Siti Herlinda

Mortalitas Larva Penggerek Batang Padi Kuning, Scirpophaga incertulas Walker


(Lepidoptera: Pyralidae) yang Diaplikasikan Bioinsektisida Jamur dari Tanah
Rawa

6.8.

Armi Junita

6.9.

Rosdah Thalib

Populasi Arthropoda Serangga Predator Hama Padi di Sumatera Selatan


Bioaktivitas Formulasi Padat Beauveria bassiana (Balsamo) Vuill dari
Tanah Rawa terhadap Nimfa Aphis gossypii (Glover) (Homoptera:
Aphididae)

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

7.

7.1.
7.2.
7.3.
7.4.
7.5.
7.6.
7.7.

Sesi Agroekoteknologi di lahan kering marjinal 2 (16:15-17:45)


Potensi Pengembangan dan Budidaya Kedelai pada Lahan Suboptimal di
Lampung
Jumakir
Produktivitas Kedelai Varietas Anjasmoro Melalui Pendekatan PTT Pada
Lahan Sub Optimal di Provinsi Jambi
Suwandi
Pemulihan penyakit mati ujung kopi menggunakan pupuk hayati
majemuk dari ekstrak kompos kulit udang
Nusyirwan
Tanaman Sela Diantara Karet untuk Menunjang Ketersediaan Pangan
Holidi
Pertumbuhan Bibit Karet Okulasi Berbagai Umur pada Media Tergenang
Sarman S.
Kajian Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan BiBit Karet (Hevea
brasiliensis Mull. Arg) Stum Mata Tidur di Polibag
Junita Barus

7.8.

L. Ninik
Sulistyaningsih
Agus Suprihatin

7.9.

Budiyati Ichwan

8.1.
8.2.
8.3.

Respon Pertumbuhan Dua Varietas Ganyong (Canna edulis Ker) Terhadap


Kerapatan Naungan
Pengaruh Berbagai Aplikasi Pemupukan pada Beberapa Varietas Bawang
Merah (Allium oscolonicum) Dataran Rendah di Lahan Kering Omiba
Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan
Pengendalian Pecah Kulit Buah Duku (Lansium domesticum Corr.) dengan
Kalsium Karbonat pada Lahan Suboptimal

8. Sesi off-farm, sosial-ekonomi, lingkungan dan lain-lain 2 (16:15-17:45)


M. Edi Armanto
Kondisi dan Kualitas Air Sungai di Lahan Pasang Surut untuk Perkebunan
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Fila Sunariah
Serangga sebagai Bioindikator Kesehatan Air dan Tanah Rawa
Satyanto
Pencucian Bahan Beracun bagi Tanaman di Lahan Basah dengan Sistem
Drainase Bawah Tanaman

8.4.

Bakri

Pengembangan Sistem Drainase Bawah Tanah Melalui Penggunaan Pipa Tanah


Liat Untuk Pengendalian Muka Air Tanah di Daerah Rawa Pasang Surut

8.5.

Momon Sidik
Imanuddin

8.6.

Agus Hermawan

8.7.

Yetty Hastiana
Hasyim

8.8.

Anny Mulyani

8.9.

Fifian Permata
Sari

Kajian Potensi Pemasukan dan Pembuangan Air dalam Upaya Perbaikan


Jaringan Guna Mendukung Peningkatan Indek Pertanaman di Lahan Rawa
Pasang Surut Delta Telang II Sumatera Selatan
Perubahan Status Jerapan dan Ketersediaan P Abu Terbang Batubara
Akibat Penambahan Kotoran Ayam
Analisis Interpretasi Spasial Dalam Memprediksi Laju Degradasi
Ekosistem Mangrove TN. Sembilang dan Hubungannya dengan Produksi
Perikanan Tangkap Kawasan Pantai Timur Sumsel
Karakteristik dan Potensi Lahan Suboptimal untuk Pengembangan
Pertanian di Indonesia
Analisis Kelayakan dan Determinasi Produksi Jagung pada Lahan Kering
di Kecamatan Bunga Mayang OKUT

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

9. Sesi Agroekoteknologi di lahan rawa pasang surut 2 (18:15-21:30)


Efikasi Herbisida Penoksulam Terhadap Gulma Umum Pada Budidaya
Padi Sawah Pasang Surut untuk Intensifikasi Lahan Suboptimal

9.1.

Dwi Guntoro

9.2.

Khodijah

Aplikasi Bioinsektisida Berbasis Jamur Entomopatogen Terhadap


Penggerek Batang Padi Daerah Pasang Surut Sumatera Selatan

9.3.

Syahrial
Abdullah

9.4.

Johannes
Amirullah
Iin Siti Aminah

Pengaruh Aplikasi Pupuk dan Amelioran Terhadap Pertumbuhan dan


Hasil Jagung Hibrida Bima 3 di Lahan Gambut Dangkal Aia Tajun,
Kabupaten Padang Pariman
Keragaan Produksi Varietas Jagung Hibrida di Lahan Pasang Surut
Propinsi Sumatera Selatan
Pertumbuhan, Hasil dan Serapan Hara Tumpangan Kedelai Jagung pada
Jarak Tanam dan Pemupukan Hayati Berbeda di Lahan Pasang Surut

9.5.
9.6.

Ruli Joko
Purwanto

Tanggap Pertumbuhan Jagung Terhadap Aplikasi Pupuk Organik Cair Urin


Sapi dan Pupuk Anorganik di Lahan Pasang Surut Tipe Luapan C

9.7.

Iqbal Effendi

Uji adaptasi Pertumbuhan Vegetatif beberapa Varietas Tanaman Jagung


pada berbagai Kondisi Ternaungi di Lahan Sawah Pasang Surut

9.8.

Erni Hawayani

Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Hayati dan Anorganik (N,P dan K)


Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung pada Tanah Asal Lahan Lebak

9.9.

Ida Nur Istina

Respon Berbagai Jenis Amelioran Terhadap Pertumbuhan dan Produksi


Tanaman Sela Jagung di Lahan Hambut Hemis Riau

9.10. Ida Nursanti

Perbaikan Kesuburan Tanah Sulfat Masam Potensial Melalui Pemberian


Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan Zeolit Berbagai Dosis

9.11. Kusnandar

Efektifitas Konsorsia Mikrob Untuk Peningkatan Produktivitas Tanaman


Pangan di Lahan Masam
Aplikasi Formulasi Pakan Seimbang untuk Mendukung Peternakan Itik
Petelur Ramah Lingkungan

9.12. Agung Prabowo

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

10.1. Elfiani

10. Sesi Agroekoteknologi di lahan kering marjinal 3 (18:15-21:30)


Analisis Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Buah-Buahan di Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau

10.2. Novisrayani
Kesmayani

Teknologi Pupuk Organik untuk Peningkatan Produksi Tanaman Cabai (Capsicum


annum L.) di Lahan Kering Masam

10.3. Asni Johari

Keanekaragaman Spesies Thrips (Thysanoptera: Thripidae) pada


Pertanaman Cabai di Dataran Rendah dan di Lahan Lebak Wilayah Jambi

10.4. Effendy TA

Populasi dan Serangan Aphis gossypii Glover (Homoptera: Aphididae) pada


Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) yang Diaplikasikan Ekstrak Kompos,
Pestisida Botani, dan Biopestisida

10.5. Yulia Pujiastuti

Uji Toksisitas Bacillus thuringiensis asal Tanah terhadap Ulat Kubis


Plutella xylostella dan Ulat Penggulung Daun Erionata thrax

10.6. R. Purnamayani

Potensi Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Pupuk Organik


pada Lahan Kering Marjinal di Provinsi Jambi

10.7. Emi Sari Ritonga

Pengaruh Pemberian Pupuk TSP dan Abu Janjang Kelapa Sawit pada
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau

10.8. Ida Nursanti


(Araz)

Respons Bibit Kakao Terhadap Pemberian Pupuk Organik Limbah Cair


Pabrik Kelapa Sawit dan Kapur pada Tanah Sulfat Masam

10.9. Marlina

Hubungan Kenampakan Tegak Batang dan Karakteristik Akar Kelapa


Sawit di Lahan Gambut

10.10. Merynda
Indriyani
Syafutri
10.11. Satria Jaya
Priatna

Karakteristik Dodol Berbahan Baku Timun Suri Prpduksi Lahan Kering di


Indralaya Utara

10.12. Zulkifli Mahrus

Kajian Dinamika Populasi Gulma Akibat Berbagai Metode Pengendalian


Gulma di Kebun Karet Tanaman Belum Menghasilkan

Penilaian Kekritisan Lahan dan Erosi pada Berbagai Tipe Penggunaan


Lahan di Sub Hulu Komering Sumatera Selatan

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


11. Sesi off-farm, sosial-ekonomi, lingkungan dan lain-lain 3 (18:15-21:30)
Peluang Pengembangan Pengeringan Hibrid Sistem Konveksi Dan
Gelombang Mikro untuk Meningkatkan Mutu Beras Giling di Lahan
Pasang Surut
11.2. Yeni Eliza
Penerapan Jaminan Mutu Unit Penggilingan Padi di Lahan Pasang Surut
11.3. Sri Sudarwati
Inovasi Teknologi Panen dan Penanganan Pascapanen Mendukung
Pengembangan Padi di Lahan Suboptimal Kalimantan Timur
11.1. Budi Raharjo

11.4. Nasir

Analisis Perilaku Curahan Tenaga Kerja Rumah Tangga Petani Padi di Lahan
Rawa Lebak

11.5. Firdaus

Peningkatan Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Melalui Pemanfaatan


Lahan Pekarangan
Studi Kasus Kelembagaan Penangkar Benih Varietas Unggul Baru (VUB) di
Kawasan Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi
(m-P3MI) Kabupaten Rokan Hulu
Analisis Pembentukan Modal dalam Upaya Pengembangan Kebun Karet
pada Lahan Sub Optimal di Sumatera Selatan

11.6. Rachmiwati
Yusuf
11.7. Omar Hendro
11.8. Rostiar Sitorus
11.9. Alhanan Nasir
11.10. Jaksen M. Amin
11.11. Hermanto

Eksplorasi Sumber Pangan Pengganti Beras dan Pola Konsumsi Pangan


Masyarakat di Kabupaten Bangka
Kandungan Nutrisi Cuko Pempek dari Jeruk yang Berasal dari Lahan
Suboptimal
Pengolahan Air Payau Menjadi Air Bersih (Variasi Koagulan dan
Ketinggian Filter)
Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung yang Ditumpang
Sarikan dengan Tanaman Kedelai di Lahan Eks Irigasi Terhadap
Perlakuan Waktu Tanam dan Jarak Tanam

12.Sesi off-farm, sosial-ekonomi, lingkungan dan lain-lain 4 (18:15-21:30)


Potensi Pengembangan Lahan Rawa Mendukung Swasembada Pangan
Berkelanjutan
12.2. Azizah Husin
Pelestarian Fungsi Rawa melalui Pengembangan Budaya dan Potensi
Daerah
12.3. E. Eko Ananto
Pengembangan Lahan Rawa untuk Mendukung Peningkatan Produksi
Pangan
12.4. Renny Utami
Optimalisasi Lahan Pekarangan Melalui Budidaya Sayuran Mendukung
Soemantri
Diversifikasi Konsumsi Pangan di Kabupaten Lahat Sumatera Selatan
12.1. Herwenita

12.5. Joni Karman


12.6. Anung Riyanta
12.7. Hery Nugroho
12.8. Soemantriyadi
12.9. Irianto
12.10. Yuli Hartati
12.11. Maya Raintini

Aplikasi Bioteknologi untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman


Pangan pada Lahan Salin
Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Kelapa Sawit di Sumatera Selatan
Optimalisasi Lahan Replanting Kelapa Sawit dengan Tanaman Timun di
Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Rawa Lebak untuk Perikanan
Aplikasi Cycocel dalam Pengendalian Getah Kuning Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) pada Lahan Kering
Konsumsi Ikan dan Tingkat Kecukupan Protein Anak Batita Di Daerah
Pinggiran Sungai Musi Kecamatan Gandus Kota Palembang
Analisis Pendapatan Usahatani Jagung Varietas hibrida Pada Lahan Kering
Kabupaten Lampung Selatan

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

13. Poster (12:00-13:45)


Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Tanaman Pertanian
Revegetasi Lahan Bekas Pertambangan Timah di Pulau Bangka: Ulasan
Pendampingan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)
Padi Lahan Pasang Surut di Kabupaten Banyuasin
13.4. Evriani
Respon Pertumbuhan Fase Reproduktif Ratun Tanaman Padi di Lahan
Mareza
Pasang Surut terhadap Tinggi Pemotongan Singgang
13.5. Sri Wahyuni
Pemanfaatan Lahan Rawa Lebak Dalam Upaya Untuk Peningkatan
Produktivitas Padi
13.6. Khoirotun Dwi Alternatif Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas
Asriyani
oryzae pv. Oryzae) Padi di Lahan Pasang Surut
13.7. Sumini
Arthropoda Predator pada Ekosistem Padi Ratun di Rawa Lebak Sumatera
Selatan
13.8. Florence
Optimalisasi Penggunaan Lahan Gambut dengan Pola Tanam Polykultur
13.9. Aulia Evi
Pola Pemeliharaan dan Permasalahan Budidaya Sapi di Rawa Lebak,
Susanti
Provinsi Sumatera Selatan
13.10. Ida Nursanti
Sifat Kimia dan Fisik Tanah Sulfat Masam Potensial yang Diinkubasi
dengan Pupuk Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Berbagai Dosis
13.1. Efriandi
13.2. Tri Wahyuni
13.3. Budi Raharjo

13.11. Grecy Mulya


Sari
13.12. Nurhayati
13.13. Agung
Prabowo
13.14. Rina Astarika
13.15. Yeni Eliza
13.16. Amelia
Abdullah
13.17. NanaSutrisna

13.18. Elfiani
13.19. Racmiwati
Yusuf
13.20. Yunizar
13.21. Sri Sudarwati

13.22. Ade Kartika


13.23. Marlina
13.24. Yudhi Zuriah

13.25. Abdul Qodir


Hadi

Kualitas Air Sungai Ditinjau dari Indeks Keragaman Plankton


Karakteristik Ekosistem Rawa dan Potensi Pengelolaannya
Pengaruh penambahan karbohidrat terlarut terhadap kualitas Silase
Jerami Ubi Jalar
Potensi Pemanfaatan Lahan Rawa Dlam Mendukung Kawasan Pertanian
Pangan Berkelanjutan di Propinsi Jambi
Peningkatan Rendemen Dan Kualitas Beras di Lahan Pasang Surut Melalui
Perbaikan Kinerja RMU (Rice Milling Unit)
Penyakit Blas Pada Padi dan Pengendaliannya di Lahan Rawa Lebak
Inovasi Teknologi dan Kelembagaan dalam Sistem Usahatani Integrasi
Tanaman Sorgum-Ternak Sapi Ramah Lingkungan pada Lahan
Suboptimal di Jawa Barat
Introduksi Beberapa Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Sebagai Upaya
Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani
Keragaan dan Analisis Finansial Usaha tani Padi Sawah di Lokasi m-P3MI
Provinsi Riau
Pengelolaan Pupuk dan Bahan Organik Dalam Pola Padi-Padi di Propinsi
Riau
Inovasi Teknologi Pengolahan Komoditas Unggulan Mendukung
Pengembangan Industri Rumah Tangga di Lahan Sub Optimal Kalimantan
Timur
Spesies Tumbuhan Sebagai Bioindikator Keasaman Tanah Rawa
Pengelolaan Lahan- Lahan Sup Optimal Untuk Pengembangan Pertanian
Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Dalam (Tall Variety) Pada
Perkebunan Rakyat Di Tipologi Lahan Pasang Surut Provinsi Sumatera
Selatan
Membangun Ekonomi Pendidikan Tanjung Jabung Timur Jambi Melalui
Budidaya Padi "Sigromilir"

10

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

1. Sesi Agroekoteknologi di lahan rawa pasang


surut 1 (13:45-15:30)
Pengaruh Sisa Amelioran, Pupuk N dan P terhadap
Ketersediaan N, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Padi di Musim Tanam Kedua pada Tanah Gambut
Residual Effect of Ameliorant and N, P-fertilizer on
Availability of Nitrogen, Rice Growth, and Yield at The
Second of Season Cropping on Peat Soil
Kurniawan Subatra
Mahasiswa Program Magister Ilmu Tanaman, Fakultas
Pertanian,Universitas Sriwijaya, Palembang
Email : subatra_281284@yahoo.co.id
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
sisa amelioran (pupuk kandang dan dolomit), pupuk
N dan P terhadap ketersediaan N tanah, pertumbuhan
dan hasil tanaman padi musim tanam kedua pada
tanah gambut. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
Mei 2006 sampai September 2006 di Rumah Kaca
Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya. Rancangan yang digunakan penelitian
sebelumnya adalah Rancangan Acak Kelompok
Faktorial dengan 3 faktor perlakuan dan 3 ulangan
sebagai kelompok. Faktor pertama terdiri dari 2 taraf
(0 dan 5 ton ha-1) amelioran yang merupakan dari
campuran pupuk kandang dan dolomite, faktor kedua
terdiri dari 3 taraf (0, 50, 100 kg N ha-1) dan faktor
ketiga terdiri dari 3 taraf (0, 50 100 kg P2O5 ha-1).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian sisa
amelioran, pupuk N dan P serta interaksinya
berpengaruh sangat nyata terhadap ketersediaan N
tanah dan perlakuan yang terbaik adalah sisa pupuk N
dosis 100 kg N ha-1, tetapi berpengaruh tidak nyata
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi musim
tanam kedua pada tanah gambut.
Pengaruh Dosis Pupuk N dan Waktu Aplikasi
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Ratoon
di Lahan Pasan Surut
Zaid Subrata, Andi Wijaya, Yakup Parto
Program Magister Ilmu Tanaman PPS Universitas
Sriwijaya
Email :zsubrata@yahoo.com
Pada lahan pasang-surut usaha meningkatkan indeks
panen (IP) pertahun terkendala waktu, modal, dan
ketersedian tenaga kerja, langkah yang ditempuh
dengan memanfaatkan tanaman sisa atau ratoon.
Ratoon memiliki keungulan dapat memberi tambahan
hasil disetiap musim tanam dan menghemat biaya
dan tenaga kerja. Tujuan peneltian ialah mengevaluasi
dosis dan waktu aplikasi pupuk N yang tepat pada
tumbuhan dan hasil padi ratoon. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang
disusun secara faktorial. Perlakuan pertama yaitu
dosis pupuk nitrogen (N) terdiri dari = (N1 : 92 kg N/
ha (kontrol), N2: 115 kg N/ ha, N3 : 138 kg N / ha ).
Faktor kedua waktu aplikasi pupuk A1 : urea 50 %

21 (HST), 50 % 56 (HST) (kontrol), A2: urea 33,3 %


21 (HST), 33,3 % 80 (HST), 33,3% saat panen (SP).
A3: urea 33,3 % 21 (HST) 33,3 % 80 (HST), 16,7 %
7 Saat panen (SP), 16,7 % 21 hari setelah panen
(HSP). Hasil penelitian menunjukan bahwa: Tinggi
padi ratoon, klorofil daun, panen ratoon perpetakan
semua perlakuan berpengaruh
tidak nyata,
sedangkan persentase gabah bernas, persentase
gabah hampa, berat 1000 butir perlakuan N2 berbeda
nyata dengan perlakuan lainya. dan berat brangkasan
pada interaksi N2A2 berbeda nyata dengan perlakuan
lainya dan merupakan perlakuan terbaik.
Pemanfaatan Beberapa Jenis Pupuk Hayati pada
Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.)
di Lahan Pasang Surut
Utilization Several Types Bio-fertilizers on Some Variety
Rice in Tidal Land
Neni Marlina1, R. Iin Siti Aminah2, Beni Diyanes
Wanata2
1) Program Studi Agroteknologi FP UNPAL Palembang,
Email:marlina002@yahoo.com;
2) Program Studi Agroteknologi FP UMP Palembang
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis
pupuk hayati yang tepat dalam meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman beberapa varietas
padi pada lahan pasang surut. Penelitian ini telah
dilaksanakan dari bulan Desember 2012 hingga April
2013 di lahan pasang surut di desa Banyu Urip
Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin
Propinsi Sumatera Selatan. Rancangan yang
digunakan yaitu Rancangan Split Plot. Faktor I adalah
Petak utama adalah varietas (V) yang terdiri dari
ciherang, indragiri, infari 6. Faktor II adalah Anak
petak adalah jenis pupuk hayati yang terdiri dari
kontrol, bio P, Azospirillum, bio P + Azospirillum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman 8
MST, jumlah anakan maksimum, jumlah anakan
produktif, jumlah gabah isi per malai, berat 1000 butir
dan produksi padi per petak terbaik diperoleh pada
perlakuan pemberian pupuk hayati bio P +
Azospirillum dengan varietas indragiri yaitu dengan
produksi 305,67 g petak-1.
Evaluasi Kerapatan Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma pada Budidaya Padi Tanam
Benih Langsung di Lahan Sawah Pasang Surut
Evaluation of Density Planting and Weed Control
Methods in Direct Seeded Rice in the Tidal Wetland
Imelda S Marpaung 1.3,Yakup Parto 2, Erizal
Sodikin 2
1Mahasiswa Program S2 Ilmu Tanaman PPS UNSRI
2Dosen Program Studi Ilmu Tanaman PPS UNSRI
3Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Sumatera Selatan. Email: imelda_mpr@yahoo.com
Gulma merupakan salah satu pembatas pada budidaya
padi tanam benih langsung. Biaya yang dikeluarkan

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


oleh petani untuk pengendalian gulma masih cukup
tinggi. Berbagai teknik pengendalian gulma perlu
dievaluasi untuk mendapatkan metode pengendalian
gulma yang paling efektif di lahan pasang surut.
Kegiatan penelitian ini di lahan petani di Desa Telang
Sari Kec.Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin pada
agroekosistem lahan pasang surut pada bulan
Nopember 2012-Maret 2013. Rancangan yang
digunakan Rancangan Petak Terbagi yang terdiri dari
2 faktor perlakuan yaitu : Petak Utama yaitu
Kerapatan tanam (K) dan Anak Petak
yaitu
penyiangan (P). Perlakuan diulang 3 kali dengan
jumlah kombinasi perlakuan 20 kombinasi. Petak
Utama : Kerapatan tanam (K): K1:dosis benih 20
kg/ha: K2: dosis benih 40 kg/ha:K3: dosis benih 60
kg/ha: K4: dosis benih 80 kg/ha: K5: dosis benih 100
kg/ha. Anak Petak: Metode penyiangan (P): P1:
penyiangan manual: P2: herbisida b.a 2.4D- Dimethyl
Amine; P3:herbisida b.a penoxsulam dan P4:tanpa
penyiangan. Ukuran plot percobaan 3m x 4m. Data
hasil pengukuran komponen pertumbuhan tanaman,
komponen hasil dan hasil tanaman padi dianalisis
menggunakan Microsoft office excel dan software
SPSS 17.0. Hasil analisa menunjukkan Metode
pengendalian gulma berpengaruh
tidak nyata
terhadap tinggi tanaman, biomasa tanaman umur
4MST dan jumlah anakan namun berpengaruh nyata
terhadap terhadap gabah hampa dan gabah isi
permalai. Perlakuan kerapatan tanam dan metode
pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap
produksi tanaman namun interaksi perlakuan tidak
berpengaruh nyata. Perlakuan kerapatan tanam
berngaruh nyata terhadap biomasa tanaman mulai
umur 8 MST. Hasil tertinggi dicapai dengan kerapatan
80 kg/ha meskipun tidak berbeda nyata dengan
kerapatan tanam 40-60 kg/ha benih. Metoda
pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap
produksi. Pengendalian dengan manual menunjukkan
hasil yang tertinggi meskipun berbeda tidak nyata
dengan pengendalian menggunakan herbisida.
Pengendalian gulma dapat meningkatkan hasil
tanaman sebesar 37,7%.
Evaluasi Kesesuaian Sifat Fisik Tanah Pada
Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Lahan Pasang
Surut Desa Telang Karya Delta ELTA Telang I (P812S), Kecamatan Muara Telang, Kabupaten
Banyuasin
Dwi Probowati Sulistiyani
Dosen Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Unsri
Email: dwi_probo@yahoo.com
Lahan rawa pasang surut jika dikembangkan secara
optimal dengan meningkatkan fungsi dan manfaatnya
maka bisa menjadi lahan yang potensial untuk
dijadikan lahan pertanian di waktu yang akan datang.
Kendala dan permasalahan Lahan pasang surut
tersebut berupa faktor, hidrologi dan sarana yang
langsung berkaitan dengan kondisi lahan (saluran
drainase, sistem drainase, pintu-pintu air), alat-alat
pertanian,
transportasi,
jembatan
dan unit

pengelolaan hasil pertanian sifat fisik tanah sampai ke


faktor sosial ekonomi dan budaya masyarakat
setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
kesesuaian sifat fisik tanah pada tanaman padi di
lahan Pasang Surut Desa Telang Karya Delta Telang I
P8-12S Kecamatan Muara Telang Kabupaten
Banyuasin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat
fisik tanah antara lain warna, tekstur, permeabilitas,
dan kerapatan isi menunjukan sangat sesuai untuk
tanaman padi.
Sekuen Gen Ferritin Parsial pada Varietas Padi
dari Provinsi Riau Terkait Homeostasis Fe pada
Lahan Rawa Pasang Surut
Partial Ferritin Gene Sequence of Riau Rice Variety
Related to Iron Homeostasis on Tidal Wetlands
Dewi Indriyani Roslim, Herman, Fadel Nugraha,
Yolla Putri Ardila, Ninik Nihayatul Wahibah
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau, Kampus
Binawidya Km 12.5, Jl. HR Soebrantas, Panam,
Pekanbaru 28293, Riau; Email: zahra_iin@yahoo.com
Besi (Fe) merupakan unsur hara mikro esensial yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit. Namun
ion Fe akan bersifat meracuni tanaman jika berada
dalam konsentrasi berlebih di dalam jaringan
tanaman. Umumnya tanaman padi pada lahan rawa
pasang surut tahan genangan air dan tahan cekaman
kelebihan Fe di tanah. Mekanisme toleransi tanaman
terhadap cekaman kelebihan ion Fe tersebut
melibatkan protein ferritin. Penelitian ini bertujuan
membandingkan perbedaan sekuen gen ferritin
parsial antara beberapa genotipe padi lokal Riau
dengan varietas padi rawa pasang surut unggul tahan
cekaman kelebihan Fe, yaitu Siam Sintanur. Metode
penelitian meliputi isolasi DNA dari daun segar
tanaman padi menggunakan metode CTAB dan
amplifikasi DNA menggunakan primer forward
OsFer_E5 dan reverse OsFer_E8.
Program PCR
meliputi pra-PCR pada 95C selama 5 menit, diikuti 35
siklus yang terdiri dari tiga tahap: 95C selama 30
detik, 56C selama 30 detik, dan 72C selama 45 detik.
Setelah itu, pasca-PCR pada 72C selama 10 menit.
Produk PCR kemudian disekuensing dan disejajarkan.
Hasil pensejajaran menunjukkan terdapat satu SNP
(single nucleotide polymorphism) pada sekuen gen
ferritin parsial yang dibandingkan. Varietas padi IR64
dan Siam Sintanur memiliki basa Adenin, sedangkan
varietas padi Bakung, Siputih, dan Serei memiliki basa
Citosin pada basa ke-114 tersebut.
Hubungan Antara Produksi Padi dengan Umur
Kelapa Sawit Sistem Monokultur di Lahan Sawah
Pasang Surut
M. Umar Harun, Imron Zahri, Waluyo
Fakultas Pertanian Unsri dan BPTP Sumsel
Untuk mendapatkan informasi faktor iklim mikro di
sekitar lahan terbuka kelapa sawit monokultur di
sawah pasang surut, dan mendapatkan perubahan

11

12

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


produksi tanaman padi yang dibudidayakan pada
dari kelapa sawit
yang berbeda umur
maka
penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah yang telah
berubah menjadi space kelapa sawit. Hasil penelitian
menunjukan bahwa terjadi penurunan suhu dan
intensitas cahaya matahari pada lahan terbuka
sejalan dengan bertambah umur kelapa sawit
sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan
padi. Sistem monokultur kelapa sawit di lahan sawah
ternyata hanya mampu secara ekonomis ditanami
padi selama 4 tahun.
Teknologi Budidaya Padi yang Ramah Lingkungan
Untuk Mengatasi Dampak Negatif dari Reklamasi
Lahan Sulfat Masam
Rice Cultivation Environmental friendly technology for
Resolve the Negatif impact from Reclamation Acid
Sulphate soil
Arifin Fahmi1 dan NP. Sri Ratmini2
1 Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
Jl. Kebun Karet, Loktabat Utara, Banjarbaru,
Kalimantan Selatan; Email : fahmi.nbl@gmail.com
2 Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Sumatera Selatan
Terdapat sekitar 6,7 juta ha lahan sulfat masam di
Indonesia. Reklamasi tanah sulfat masam untuk
pertanian harus diikuti olehkegiatan budidaya
tanaman yang tepatagar terbentuk lahan yang mantap
dan berkelanjutan. upaya reklamasi ini dapat pula
tidak sesuai dengan yang diharapkan, reklamasi
lahandapat menyebabkan perubahan sifat kimia tanah
yang dapat berdampak negatif pada pertumbuhan
tanaman. Diperlukan beberapa langkah pengelolaan
tanah dan tanaman lainnya agar pertanian yang
diusahakan dapat berhasil mendekati harapan.
Beberapa komponen teknologi yang telah ada seperti
pemanfaatan dan pengelolaan bahan organik jerami
padi sisa panen,sistem penataan lahan, tata air sistem
satu arah, penggunaan varietas adaftif dan teknologi
pemupukan optimum telah terbukti mampu
meningkatkan produktivitas lahan sulfat masam
bukaan
baru
(reklamasi).
Hasil
penelitian
membuktikan bahwa setiap komponen teknologi
tersebut harus diterapkan secara terintegrasi agar
tujuan reklamasi lahan sulfat masam untuk pertanian
dapat tercapai.
Pengendalian Penggerek Batang Padi Putih
dengan Pemberian Abu Sekam di Lahan Pasang
Surut
Stem Borer Control with White Rice Husk Ash Giving in
Tidal Land
Wenny Ramadhani
Program Studi Ilmu Tanaman, Program Pasca Sarjana,
Universitas Sriwijaya, Email: wnyrmdhni@yahoo.com
Whiterice stem borer populations in tidal areas South
and Central Kalimantan is the most dominant and is
categorized as potentialpest. These pests can quickly

adapt to the environment, population increase is very


fast
moving
and
unpredictable.
It
is
notimpossiblethatsuchwill
occur
intidalareas.
Givinghusk ashwhich is known toimprove soil
fertility,it alsocan reduce the damagecaused by
thericestem borerwhen givena dose of0.5 to 1.0t/ha
ofgraindamageis only about5.2 to 6.8%, while the
plantsricehusk ashwerenot giventhe damagerangeof
20-25%.
2. Sesi Agroekoteknologi di lahan rawa lebak
(13:45-15:30)
Karakteristik, Kendala dan Produktivitas Padi
Unggul dan Padi Lokal di Lahan Rawa Lebak
Provinsi Jambi
Endrizal dan Jumakir
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi
Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik, kendala dan produktivitas padi unggul
dan padi lokal di lahan lebak. Pengkajian ini dilakukan
di desa Rantau Kapas Tuo Kecamatan Muara Tembesi
Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi pada bulan
Desember 2012 dengan melibatkan 2 kelompok tani
yaitu Kembang Tanjung dan Tunas Jaya. Padi Varietas
unggul yang digunakan adalah Inpara 3, Indragiri dan
Ciherang sedangkan padi varietas lokal adalah
Serendah Halus, Gadis Jambi, Rimbun Daun dan Karya
Rendah. Hasil Pengkajian menunjukkan bahwa lokasi
pengkajian termasuk tipologi lahan rawa lebak
tengahan, usia petani antara 30-60 tahun, luas lahan
yang diusahakan antara 0,5-2,0 ha, pola tanam: padibera, waktu semai padi bulan mei dan panen bulan
agustus. Kendalanya adalah tenaga kerja terbatas,
hama putih palsu dan hama burung serta terbatasnya
pengetahuan petani mengenal musuh alami dan jenis
penyakit padi. Produktivitas padi unggul yaitu Inpara
3 (4,8t/ha), Indragiri (4,4 t/ha) dan Ciherang (4,2
t/ha). Sedangkan padi varietas lokal yaitu Serendah
Halus (2,7 t/ha), Gadis Jambi (2,3 t/ha), Rimbun Daun
(2,4 t/ha) dan Karya Rendah (2,8 t/ha).
Produktivitas Tanaman Padi Rawa Lebak pada
Kondisi Terendam
Rice Production Swamp in Submergence
Sri Rahayu
Mahasiswa Program Magister Ilmu Tanaman, PPS,
Universitas Sriwijaya; Email: ayu_only@ymail.com
Rendaman adalah salah satu faktor pembatas
peningkatan produksi padi di lahan rawan banjir.
Budidaya padi di lahan ini memerlukan varietas yang
mampu beradaptasi baik terutama toleran terhadap
genangan air dalam beberapa hari. Kemampuan
tanaman untuk survive, tidak hanya tergantung faktor
lingkungan spesifik tetapi juga aspek strategi tanaman
pada peghindaran diri terhadap kondisi banjir. Dua
strategi utama adalah proses pemanjangan batang
tanaman sehingga dapat muncul ke permukaan air,

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


atau tidak melakukan pemanjangan batang tanaman.
Varietas yang memiliki gen sub-1 menunjukkan
karakteristik morfo-fisiologi yang lebih dominan
terhadap cekaman rendaman fase vegetatif.
Potensi Tanah Rawa Lebak Untuk Pengembangan
Tanaman Padi di Kecamatan Selagan Raya,
Kabupaten Mukomuko
Potention of Fresh Water Swamp Land for Rice
Development in Selagan Raya Subdistrict, Mukomuko
District
Irma Calista Siagian, dan Jhon Firison
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Bengkulu. Email: irmaca_lista@yahoo.com
Untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya beras,
diperlukan tambahan areal sawah tidak kurang dari
20.000 ha lebih per tahunnya, oleh karena itu tanah
rawa merupakan salah satu alternative yang
mendapat prioritas penting untuk menghadapi
masalah tersebut, sehingga perlu dilakukan analisis
tanah untuk penilaian kesuburan tanah tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi
tanah rawa di Kecamatan Slagan Raya, Kabupaten
Mukomuko, Provinsi Bengkulu untuk sektor
pengembangan tanaman padi,
yang
dilakukan
dengan penanaman padi varietas Inpara 1 dan Inpara
3 dari bulan Mei sampai Agustus 2012 . Pengambilan
sampel dilakukan pada tanah
rawa lebak di
Kecamatan Slagan Raya, Kabupaten mukomuko.
Analisis dilakukan di Laboratorium Tanah BPTP
Bengkulu. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
tekstur tanahnya termasuk lempung, pH tanah
termasuk masam, dan kandungan C organik tergolong
tinggi, kandungan N tergolong sedang sehingga C/N
masih sangat tinggi dan kandungan P-Bray termasuk
sedang. Komposisi basa-basa dapat tukar (K, Ca, Mg
dan Na) masing-masing termasuk sangat rendah,
rendah, sangat tinggi dan sedang.KTK (Kapasitas
Tukar Kation) dan kandungan Al termasuk tinggi dan
sangat rendah. Kesesuaian lahan dapat dikatakan
sangat sesuai untuk pengembangan tanaman padi.
Hasil rata-rata produksi varietas Inpara 1 sebesar 7,3
Ton GKP/ha dan Inpara 3 sebesar 4.8 Ton GKP/ha.
Peningkatan Produksi di Rawa Lebak melalui
Perbaikan Varietas dan Sistem Tanam Jajar
Legowo
Suparwoto dan Waluyo
Peneliti BPTP Sumatera Selatan
Email : supar-mar@yahoo.com
Pengadaan produksi beras dalam negeri sangat
penting dalam rangka keberlanjutan ketahanan
pangan nasional dengan sasaran tercapainya
swasembada pangan (beras). Lahan rawa lebak
mempunyai potensi untuk peningkatan produksi
tersebut. Pada tahun 2011 luas panen padi di
Sumatera Selatan mencapai 784.820 ha dengan ratarata produktivitas 4.3 ton/hadan secara nasional

sudah mencapai 4.98 ton/ha. Hal ini disebabkan oleh


teknologi yang digunakan petani masih relatif
sederhana, masih banyak penggunaan varietas lokal,
varietas unggul tidak berlabel, penggunaan varietas
unggul terus-menerus dan penggunaan pupuk sangat
tergantung dengan keadaan ekonomi petani. Kendala
yang dihadapi diantaranya tata air, di mana pada saat
musim hujan akan terjadi genangan/banjir dan pada
musim kemarau akan terjadi kekeringan yang
datangnya belum dapat diramal dengan tepat. Untuk
meningkatkan produktivitas pada lahan ini sebagai
sumber produksi padi diperlukan teknologi yang
tepat. Inovasi teknologi yang murah dan mudah
diimplementasikan ke petani diantaranya penggunaan
varietas unggul dan sistem tanam jajar legowo.
Varietas unggul merupakan salah satu komponen
teknologi yang memiliki peran nyata dalam
meningkatkan produksi dan kualitas hasil komoditas
pertanian.
Selain itu alternatif teknologi untuk
meningkatkan produktivitasnya adalah melalui
penerapan sistem tanam legowo yang merupakan
rekayasa cara tanam tegel agar terdapat ruangan yang
luas memanjang kesatuarah di antara dua barisan
tanaman padi, sedangkan ke arah lainnya tampak
lebih rapat.
Hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa varietas unggul dapat
meningkatkan produksi di lahan rawa lebak berkisar
5-7 ton/ha dibandingkan dengan varietas unggul yang
ditanam secara terus-menerus dan varietas lokal.
Produksi dari varietas unggul diantaranya inpari 1,
inpari 4, inpari 13, inpara 3 dan mekongga yang
ditanam di lahan rawa lebak rata-rata 9,1 ton gkp/ha
dengan sistem legowo sedangkan dengan sistem tegel
produksi rata-rata 8,6 ton gkp/ha dan cara tanam
legowo dapat meningkatkan produksi padi berkisar
antara 3,7-8,2% dibandingkan cara tanam tegel.
Teknologi legowo 2:1 maupun 4:1 masih memberikan
hasil yang lebih tinggi yaitu 12-22 % dibandingkan
dengan cara tanam jajar biasa. Tulisan ini merupakan
tinjauan dari beberapa literatur hasil-hasil penelitian
bertujuan untuk memberikan informasi dalam
meningkatkan
produktivitas
padi
dengan
mengintroduksikan padi varietas unggul baru dan
sistem tanam jajar legowo.
Studi Morfologi dan Pengaruh Pemberian Pupuk
terhadap Pertumbuhan Bibit Beberapa Varietas
Padi Lebak
Morphological Studies and Effect of Fertilizer
Applications on the Growth of Several Swamp Rice
Varieties
Mery Hasmeda, R.A. Suwignyo, H.A. Situmorang
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Unsri
Email: m_hasmeda@yahoo.com
Studi morfologi dan pengaruh pemberian pupuk
terhadap pertumbuhan bibit beberapa varitas padi
rawa lebak dilaksanakan untuk mendeterminasi dan
mengetahui karakteristik morfologi bibit setelah
diberi perlakuan pemupukan pada saat pembibitan.
Penelitian menggunakan rancangan petak Terbagi

13

14

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


(Split Plot) dengan dua factor perlakuan dan tiga
ulangan. Petak Utama terdiri dari 3 perlakuan
pemupukan (P), yaitu tanpa pemupukan (PO),
pemupukan N-P-Zn 30-20-10 kg/ha (P1), dan
pemupukan N-P-Zn 60-40-20 kg/ha (P2). Anak petak
terdiri dari 20 varitas. Parameter yang diamati adalah
waktu munculnya daun, jumlah daun, tinggi tanaman,
panjang akar, berat kering endosperm, berat kering
akar dan berat kering tajuk.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua varitas menunjukkan
respon yang berbeda terhadap pemberian beberapa
dosis pupuk. Pemupukan dengan N-P-Zn dosis 30-2010 kg/ha merupakan dosis yang terbaik. Varitas FR13A cenderung memiliki karakter pertumbuhan yang
lebih baik dibandingkan dengan varitas lainnya
ditunjukkan dengan panjang akar terpanjang dan
berat kering tajuk terbesar.
Pengaturan Aplikasi Pupuk Nitrogen Untuk
Meningkatkan Toleransi dan Pemulihan Tanaman
Padi Terhadap Cekaman Terendam
The Arrangement of Nitrogen Fertilizer Aplication to
Increase the Rice Plant Tolerance and Recovery to the
Submerged Stress
Gribaldi1*, Rujito A. Suwignyo2, Merry Hasmeda2,
Renih Hayati2.
1 Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Baturaja, Email: gribaldi64@yahoo.co.id
2 Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya,
Pengaruh iklim global terhadap kondisi iklim di
Indonesia sudah semakin parah. Banjir menjadi
fenomena hampir di seluruh daerah di Indonesia.
Pada daerah rawa lebak, dapat menghambat
pertanaman padi. Tanaman padi yang terendam
mengakibatkan fotosintesisnya terhambat dan stres
setelah mengalami kondisi terendam, diperlukan
upaya
untuk
meningkatkan
toleransi
dan
pemulihannya agar penurunan hasil gabah akibat
cekaman terendam dapat ditekan. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan metode peningkatan
toleransi dan pemulihan tanaman padi fase vegetatif
terhadap cekaman terendam melalui pengaturan
aplikasi pemupukan nitrogen dan penggunaan
varietas yang sesuai. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak kelompok yang disusun secara
faktorial dengan dua faktor perlakuan dan enam
ulangan. Perlakuan percobaan terdiri atas: Faktor
varietas padi (V) terdiri atas: V1 ( Varietas Inpara 3),
V2 (Varietas Inpara 5), V3 (Varietas IR 64). Faktor
perlakuan (P) terdiri atas: P1= Tanpa perlakuan
perendaman, semua dosis N diberikan pada saat
tanam, P2 = Perendaman 7-14 hst dan semua dosis N
diberikanpada saat tanam, P3= Perendaman 7-14 hst
dan semua dosis N diberikanpada saat tanam + (Si +
Zn), P4= Perendaman 7-14 hst dan 1/2 dosis N
diberikanpada saat tanam + (Si + Zn), sisanya
diberikan pada 42 hst, P5= Perendaman 7-14 hst dan
28-35 hst dan semua dosis N diberikanpada saat
tanam, P6= Perendaman 7-14 hst dan 28-35 hst dan

semua dosis N diberikanpada saat tanam + (Si + Zn),


P7= Perendaman 7-14 hst dan 28-35 hst dan 1/2 dosis
N diberikanpada saat tanam + (Si + Zn), sisanya
diberikan 42 hst. Pengaturan Aplikasi pupuk N
sebelum terendam pada tanaman padi dapat
meningkatkan toleransi dan pemulihan tanaman padi
terhadap cekaman terendam. Peningkatan toleransi
dan pemulihan terbaik diperoleh pada Varietas padi
yang diberi dosis N pada saat tanam ditambah
pupuk (Si dan Zn), sisanya diberikan 42 hst.
Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Jagung Pada
Inseptisol Lebak yang Diinokulasi Dengan
Beberapa Isolat Bakteri Penambat Nitrogen dan
Pelarut Fosfat
Growth Evaluation of Corn on Inceptisols Lowland
Innoculated with Nitrogen Fixation and Phosphate
Solubilizing Bacteria
Nuni Gofar1,2), Rahayu Puspitsari2), Hary
Widjajanti3), dan Ni LuhPutu Sri Ratmini4)
1Pusat UnggulanRisetPengembanganLahan
Suboptimal Universitas Sriwijaya
2Jurusan Tanah FakultasPertanian Unsri
3Jurusan Biologi FMIPA UniversitasSriwijaya
4Balai Penelitian Teknologi Pertanian Palembang
Email: nigofar@yahoo.co.id
Pemenuhan kebutuhan N dan P untuk tanaman jagung
yang dibudidayakan pada tanah berkesuburan rendah
seperti Inseptisol lebak dapat diupayakan dengan
memanfaatkan bakteri penambat N2 dan pelarut fosfat
hasil seleksi dari tanah tersebut.Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan tanaman
jagung padaInseptisol lebak yang diinokulasi dengan
beberapa konsorsium bakteri penambat nitrogen dan
pelarutfosfat hasil seleksi dari rhizosfer beberapa
tanaman pangan yang tumbuh di tanah tersebut.
Perlakuan yang dicobakan terdiri dari beberapa
konsorsium isolat bakteri, yaitu: Azospirillum dan
Azotobacter (A); Azospirillum dan bakteri endofitik
(B); Azospirillum dan Bakteri pelarut fosfat (C);
Azotobacter dan bakteri pelarut fosfat (D);
Azotobacter dan bakteri endofitik (E); Azospirillum,
Azotobacter
dan
bakteri
pelarut
fosfat(F);
Azotobacter, Azospirillum, bakteri endofitik dan
bakteri pelarut fosfat (G); serta kontrol tanpa
inokulasi bakteri. Benih jagung yang diinokulasi
dengan berbagai konsorsium tersebut ditumbuhkan
pada Inseptisol asal rawa lebak.Data dianalisis dengan
sidik ragam rancangan acak lengkap. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsorsium F yang terdiri dari
campuran bakteri Azospirillum, Azotobakter dan
bakteri pelarut fosfat menghasilkan tinggi tanaman,
serapan N dan P, serta biomassa jagung terbaik pada
Inseptisol lebak.
Pengembangan Teknologi Budidaya untuk
Meningkatkan Produksi Padi di Lahan Lebak
Zainal Ridho Djafar
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

Lahan lebak berpotensi besar untuk dijadikan lahan


pusat produksi tanaman pangan (padi). Produksi padi
di lahan lebak dapat ditingkatkan dengan secara
ekstensifikasi dan intensifikasi. Secara ekstensifikasi
dengan pencetakan sawah pada daerah potensial.
Secara intensifikasi dengan cara pengembangan
teknologi budidaya tanaman padi pada lahan lebak
yang sudah dimanfaatkan. Secara teknologi budidaya,
produksi padi di lahan lebak dapat ditingkatkan lebih
signifikan. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi padi
yang ditanam di lahan lebak meningkat secara nyata
dengan penggunaan varietas unggul, ameliorasi lahan,
pola tanam dan pengelolaan air.
Upaya Peningkatan Produktivitas Padi melalui
Pendekatan PTT menuju Swasembada Padi di
Sumatera Selatan
Rice Productivity Improvement Efforts through PTT
Approach to Self Sufficiency Rice in South Sumatra
NP. Sri Ratmini
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Sumatera Selatan
Email: bptp-sumsel@litbang.deptan.go.id
Sumsel sebagai salah satu Provinsi Lumbung Pangan,
tidak terlepas dari tersedianya potensi sumber daya
lahan yang cukup variatif untuk menghasilkan padi ,
mulai dari lahan sawah irigasi, tadah hujan, rawa
pasang surut, lebak dan lahan kering. Pada tahun 2012
target produksi gabah kering panen Provinsi Sumsel
sebesar 3,8 juta ton dengan sasaran target hanya 3,3
juta ton dengan produktiitas 42,81 ton/ha. Kegiatan
ini dilakukan pada MH 2011/2012 dan MK 2012.
Lokasi kegiatan adalah OKI mewakili sawah tadah
hujan, MUBA mewakili sawah lebak dan OKUT
mewakili sawah irigasi. Data dan informasi yang
dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan data
primer, meliputi data produktivitas areal LL, SL dan
non SL pelaksanaan SL-PTT tahun 2011 serta data
produktivitas areal demplot/denfarm. Tulisan ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kinerja dari
penerapan komponen PTT dan sumbangannya
terhadap peningkatan produktivitas padi di
Sumsel.Data dan informasi kualitatif disajikan secara
deskriptif informatif dalam bentuk tabel. Inovasi
teknologi PTT mampu meningkatkan produktivitas
padi antara 8,37 ku/ha sampai 42,67 ku/ha. Kinerja
SL-PTT di Sumsel mempunyai andil yang cukup besar
terhadap peningkatan produktivitas dan produksi
padi di Sumsel. Pelaksanaan SL mampu meningkatkan
14,82% jika dibandingkan dengan non Sl, dan
peningkatan 11,59% penerapan LL dibandingkan
dengan Sl dan sebesar 27,99% peningkatan yang
diperoleh di areal LL dengan non SL.
3. Sesi Agroekoteknologi di lahan kering marjinal
(13:45-15:30)

Pengaruh Formula Pupuk Hayati Terhadap


Pertumbuhan dan Serapan P Tanaman Jagung (Zea
mays) pada Tanah Sub Optimal Asal Jonggol
Taufiq Bachtiar dan Ania Citraresmini
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi. Badan
Tenaga Nuklir Nasional.
Email : taufiqb@batan.go.id
Penggunaan pupuk hayati pada lahan sub optimal
dalam meningkatkan tanaman pangan harus terus
dilakukan
untuk
mengurangi
ketergantungan
terhadap pupuk kimia. Penelitian dilakukan di
Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor Jawa Barat
dengan tujuan menguji isolat-isolat yang mampu
menambat Nitrogen dan juga mampu melarutkan
fosfat. Isolat-isolat yang digunakan merupakan koleksi
kelompok pemupukan dan Nutrisi tanaman PATIR
BATAN. Tanaman untuk mengukur pengaruh
perlakuan
adalah
tanaman
jagung
(Zea
mays).Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Kelompok dengan enam perlakuan
dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu
K=Kontrol, R=Rekomendasi, A=Azotobacter vinelandii,
B=Bacillus cereus, C= Bacillus megantherium, dan ABC
(A+B+C). Perlakuan isolat-isolat diinokulasikan pada
bahan pembawa berupa gambut yang telah diiradiasi
dengan sinar gamma dengan dosis 50 kGy. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan tinggi
tanaman jagung, berat kering tanaman, dan berat
kering tongkol jagung meningkat dengan pemakaian
isolat-isolat tersebut. Penggunaan pupuk hayati
multistrain
(ABC)
mampu
meningkatkan
pertumbuhan tinggi tanaman sebanyak 14.33%, berat
kering tanaman (BKT) sebesar 122,87% dan berat
kering tongkol jagung (BKTG) sebesar 83.52% dari
kontrol. Penggunaan pupuk hayati formulasi ABC juga
memberikan nilai tertinggi untuk rata-rata jumlah
tongkol dan rata-rata jumlah baris per tongkol.
Perlakuan pupuk rekomendasi positif memberikan
nilai tertnggi terhadap berat 100 butir biji jagung.
Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik dan Hayati
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Berbagai
Genotipe Jagung (Zea mays L.) Hasil Seleksi
Efisiensi Hara pada Lahan Kering Marginal
Effect of Organic and Biological Fertilizer Combination
to Genotype Growth and Production of Maize Selection
Results in Efficient nutrient Marginal Dry Land
Yopie Moelyohadi1, M. Umar Harun2, Munandar2,
Renih Hayati2, Nuni Gofar2
1Mahasiwa Program Doktor Pascasarjana Universitas
Sriwijaya
2Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya 30662
Email: yopie_agro@yahoo.com
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon
pertumbuhan serta hasil panen tanaman jagung hasil
seleksi efsien hara terhadap pemberian kombinasi
berbagai jenis pupuk organik dan pupuk hayati pada

15

16

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


tingkat pemupukan kimia dosis rendah pada lahan
kering marginal dalam rangka pengembangan inovasi
teknologi pemupukan pada budidaya tanaman jagung
untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia pada
kering marginal. Penelitian ini telah dilaksanakan di
lahan percobaan Agro Tekno park (ATP) Kementerian
Riset dan Teknologi yang terletak di Desa Bakung
Kecamatan Indralaya Utara kab. OI Sumatera
Selatanberlangsung mulai dari bulan Januari sampai
dengan bulan Mei 2012. Bahan utama yang
digunakan dalam penelitian ini adalah galur jagung
B41,yang yang didapat dari hasil penelitian
pengembangan genotipe tanaman jagung efisien hara
pada lahan kering marginal (hayati,et al., 2009).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Split Plot
design). dengan masing-masing perlakuan diulang 3
kali. Perlakuan petak utama adalah tingkat dosis
pemberian pupuk kimia terdiri dari : P1 = 50% dosis
standar ATP (200 kg Urea, 50 kg SP36 dan 25 kg KCl
ha-1) dan P2 = 25% dosis standar ATP (100kg Urea, 25
kg SP36 dan 1,25 kg KCl ha-1) .Perlakuan anak petak,
adalah gabungan pemberian jenis pupuk organik +
jenis pupuk hayati, terdiri: KHO = Kontrol (tanpa
pemberian pupuk organik +pupuk hayati), KH1 =
kompos kotoran sapi + mikoriza, KH2 = kompos
kotoran sapi+ bakteri pelarut fosfat, KH3 = k kompos
kotoran ayam + hayati mikoriza, KH4 = kompos
kotoran ayam + bakteri pelarut fosfat, KH5= Kompos
Jerami jagung+ Mikoriza, KH6= kompos jerami jagung
+ Bakteri pelarut fosfat, KH7= kompos Legume cover
crop (LCC) +Mikoriza, dan KH 8= kompos legume
cover crop (LCC) + bakteri pelarut Fosfat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Pemberian pupuk
kompos kotoran ayam + pupuk mikoriza memberikan
pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung di lahan kering marginal
dengan hasil panen rata-rata mencapai 9,70 ton
tongkol kering/ha
dan kombinasi perlakuan
pemberian pupuk kimia pada taraf 50% dan
pemberiankompos kotoran ayam +
mikoriza
memberikan
pengaruh
terbaik
terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung di lahan
kering marginal, dengan hasil panen rata-rata
mencapai 10,51 ton tongkol kering per hektar.
Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Pupuk
NPK terhadap Pertumbuhan Gulma dan
Komponen Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Jagung di Lahan Kering Marginal
The Effect of Organic Matter and NPK Fertilizer
Application on the Growth of Weeds and Corn Yield on
Marginal Dry Land
Maria Fitriana
Department of Agronomy Agriculture Faculty
University of Sriwijaya, Jl. Raya PalembangPrabumulih, Km. 32 Indralaya, Ogan Ilir 30662
Indonesia. Email: mariafitriana56@yahoo.com;
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh
bahan organik dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan
gulma dan komponen pertumbuhan tanaman jagung

di lahan kering marginal. Penelitian ini dilaksanakan


di Agro techno Park Desa Bakung Indralaya, pada
bulan November 2010 sampai Juli 2011. Metode yang
digunakan adalah metode kuadrat untuk identifikasi
gulma dan rancangan petak terbagi (Split Plot Design).
Sebagai petak utama adalah bahan organik yang
aplikasinya sudah dilaksanakan 3 bulan sebelum
penanaman jagung, terdiri dari K1 = lahan ditanami
Mucuna, K2 = lahan ditanami kacang tunggak, K3 =
lahan diberi kompos Mucuna, K4 = lahan diberi
kompos jagung, K5 = batang jagung dibenamkan, K6 =
lahan diberi pupuk kandang sapi, K7 = lahan
diberakan. Anak petak adalah dosis pupuk N P K,
terdiri dari P0 = tanpa pupuk NPK; P1= 25%,P2 =
50%, P3 = 75%, P4 = 100% dosis standar (400 kg
urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCl per ha). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan bahan
organik tidak berpengaruh nyata terhadap berat
kering gulma, tinggi tanaman jagung, dan jumlah daun,
perlakuan pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap
semua parameter jagung. Kompos mucuna (K3)
memberikan hasil yang terbaik terhadap tinggi
tanaman dan jumlah daun, perlakuan pupuk NPK
dosis 50% memiliki tinggi tanaman dan jumlah daun
yang tidak berbeda dengan P3 dan P4 (pupuk NPK
dosis `75% dan 100%). Perlakuan bahan organik yang
memberikan hasil tertinggi adalah lahan yang
ditanami kacang tunggak. Pupuk N, P, K dosis 50%
yang dikombinasi dengan perlakuan kacang tunggak
dapat meningkatkan hasil jagung. Penggunaan bahan
organik dapat mengurangi penggunaan pupuk NPK.
Perlakuan
kacang
tunggak
(K2)
menekan
pertumbuhan gulma.
Kajian Sistem Tumpangsari Jagung Manis dan
Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Musi Rawas
Haris Kriswantoro dan Hermanto
Prodi Agroteknologi Fak. Pertanian Universitas Musi
Rawas; Email: hariskriswantoro@ymail.com
Pengkajian sistem tumpangsari jagung manis dan
kedelai di lahan kering Kabupaten Musi Rawas telah
dilaksanakan di Desa Lubuk Rumbai Kecamatan Tuah
Negeri Kabupaten Musi Rawas pada bulan November
2012 hingga Maret 2013. Pengkajian dilaksanakan
dengan menggunakan metode eksperimental yang
terdiri dari 4 macam perlakuan sistem penanaman,
yaitu; 1) tumpangsari jagung manis dan kedelai tanpa
pengapuran, 2) tumpangsari jagung manis dan kedelai
tanpa pengapuran, 3) monokultur jagung manis, dan
4) monokultur kedelai. Varietas jagung manis yang
digunakan adalah Master Sweet, dan varietas kedelai
adalah Anjasmoro. Kedelai menggunakan jarak tanam
40 cm x 15 cm untuk perlakuan tumpangsari dan
monokultur, sedangkan tanaman jagung pada
perlakuan tumpangsari menggunakan jarak tanam
200 cm x 75 cm dan jarak tanam 75 cm x 50 cm untuk
monokultur.
Hasil ansira memperlihatkan bahwa
pada tanaman jagung manis perlakuan sistem
penanaman memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap tinggi tanaman, jumlah tongkol, panjang

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


tongkol, pengaruh nyata terhadap berat basah
berangkasan, dan pengaruh tidak nyata terhadap
jumlah daun
dan berat tongkol per tanaman.
Sedangkan terhadap tanaman kedelai perlakuan
sistem penanaman memberikan pengaruh yang sangat
nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah
polong, berat 100 biji, produksi per petak, dan
memberikan pengaruh tidak nyata terhadap berat
polong per tanaman. Berdasarkan hasil uji BNJ dan
tabulasi menunjukan bahwa perlakuan sistem
tumpangsari jagung manis dan kedelai
dengan
pengapuran memberikan pengaruh terbaik terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung manis dan kedelai.
Penggunaan Berbagai Jenis Amelioran untuk
Pertumbuhan Jagung Komposit di Lahan Bekas
Penambangan Timah
Nyayu Siti Khodijah 1, Asmarhansya2, Agus
Pratomo1
1 Universitas Bangka Belitung, Baluinjuk Merawang
Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Email: nyayu@ubb.ac.id
2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, email
Diperlukan upaya untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas jagung di Bangka Belitung. Data
menunjukkan adanya kecenderungan daya dukung
lahan pertanian di bangka belitung akan semakin
menurun akibat keberadaan aktivitas penambangan
timah. Penambangan timah akan menyisakan lahan
dengan karakteristik fisik, kimia dan biologi yang
tidak optimal untuk pertanian. Dilakukan pengujian
penggunaan berbagai jenis amelioran untuk
pertumbuhan jagung komposit di lahan bekas
penambangan timah.
Perlakuan yang diuji
menggunakan
jenis
media
topsoil
(100%),
Tailing+topsoil, tailing + kompos TTKS dan Tailing
+kotaran Sapi.
Diperoleh hasil terbaik pada
campuran media Tailing +kotoran sapi. Rancangan
yang digunakan RAK dengan 8 blok perlakuan. Secara
keselurhan jika dibandingkan data produksi kotrol
(media top soil) dapat dinyatakan pada media Tailing
+ topsoil (50%+%50%) terjadi penurunan produksi
sebesar 9,54 persen. Perlakuan media tailing +
kompos TTKS terjadi penurunan produksi sebesar
49,5% dibanding media normal (top soil) tetapi pada
media campuran Taling + kotoran sapi terjadi
kenaikan produksi dibanding media normal (topsoil)
sebanyak 19,4 persen.
Remediasi Lahan Berpasir di Desa Waisamu yang
Ditanami dengan Jagung Lokal melalui Aplikasi
Pupuk Organik Ela Sagu
Sandy Soil Remedied in Waisamu which Cultivated with
Local Corn through Ela Sagu Compost Application
Aurellia Tatipata dan A. Jacob
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
PertanianUniversitas Pattimura
Email: lethatatipata@yahoo.com

Lahan di desa Waisamu umumnya berpasir dan


ditumbuhi dengan alang-alang. Tujuan dari penelitian
ini adalah (1) meremediasi lahan berpasir melalui
aplikasi kompos ela sagu; (2) meningkatkan
pertumbuhan dan produksi jagung lokal. Manfaat dari
penelitian adalah (1) mengoptimalkan fungsi lahan
berpasir menjadi lahan pertanian yang produktif; (2)
melestarikan dan meningkatkan produksi jagung lokal
untuk mendukung ketahanan dan kemandirian
pangan; (3) memanfaatkan limbah olahan pati sagu
sebagai kompos lokal. Penelitian dilaksanakan di desa
Waisamu Kabupaten Seram Bagian Barat. Percobaan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok, terdiri dari
dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah
dosis kompos ela sagu (A). terdiri dari 5 taraf : 0
(kontrol), 7.5; 10; 12.5; 15 t ha-1. Faktor kedua adalah
jagung delima lokal (B). Variabel yang diamati adalah
C/N ratio, kadar N, P, K, Ca, Mg, Fe dari kompos dan
kadar unsur hara makro dan mikro awal dari tanah.
Variabel yang diamati pada tanaman antara lain tinggi
tanaman, luas daun; panjang , diameter dan jumlah
tongkol, serta berat pipilan kering. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kadar C-organik, hara makro dan
mikro pada pupuk organik ela sagu dapat
meningkatkan kadar bahan organik dan kadar hara
makro dan mikro pada tanah yang telah menunjang
pertumbuhan dan produksi jagung lokal. Dosis
kompos ela sagu
sebesar 15 ton ha-1dapat
meremediasi lahan berpasir dan menghasilkan
pertumbuhan dan produksi jagung tertinggi.
Uji Adaptasi Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum
bicolor L.) pada Lahan Kering di Kabupaten
Ciamis, Jawa Barat
Nana Sutrisna, Hendi Supriyadi, dan Nandang
Sunandar
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa
Barat
Jl. Kayuambon No. 80, Lembang, Bandung
E-mail: natrisna@yahoo.co.id

Sorgum merupakan salah satu komoditas


tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber
pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri.
Sorgum juga tahan terhadap kekeringan,
sehingga sangat potensial untuk dikembangkan
pada lahan suboptimal, termasuk pada lahan
kering di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa
Barat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
daya adaptasi beberapa varietas sorgum pada
lahan kering di Kabupaten Ciamis, Provinsi
Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dilahan
petani pada bulan Juli sampai dengan Nopember
2011. Percobaan menggunakan Rancangan
Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan tujuh
perlakuan varietas dan diulang tiga kali. Ke
tujuh varietas yang diuji adalah (1) Numbu, (2)
Kawali, (3) Unpad 1, (4) Unpad 2, (5) Batari,
(6) Keller, dan (7) Taomitshu. Data

17

18

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

pertumbuhan dan komponen hasil dan hasil


tanaman dianalisis dengan uji berjarak Duncan
pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (a) seluruh varietas sorgum yang diuji
dapat beradaptasi dengan baik pada lahan kering
di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat dan
(2) varietas numbu, unpad 2, dan Kawali
memberikan hasil yang tidak berbeda, baik
terhadap
peubah
pertumbuhan
maupun
komponen hasil dan produktivitas namun lebih
baik dibandingkan dengan empat varietas
lainnya, sehingga ketiga varietas tersebut dapat
dikembangkan pada lahan kering di Kabupaten
Ciamis, Provinsi Jawa Barat
Kerusakan Pucuk Tebu oleh Scirpophaga nivella
(F.) di Pertanaman Tebu Lahan Kering, PTPN VII
Cinta Manis
Dewi Meidalima
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwigama,
Palembang. Email: dewimei27@yahoo.co.id
Penelitian dilaksanakan bulan Juli sampai September
2012 di PTPN VII Cinta Manis Sumatera Selatan.
Lahan pengamatan seluas 1 ha. Petak pengamatan
dibagi menjadi 5 petak secara diagonal. Tujuan
penelitian mengamati kerusakan pucuk tebu akibat
penggerek pucuk (Scirpophaga nivella F.). Metode
penelitian eksperimen, data dikumpulkan secara
sampling dengan sengaja, langsung pada bagian
tanaman yang terserang. Hasil penelitian didapat
gejala serangan penggerek pucuk tebu ditemukan
pada umur 2 bulan. Panjang gerekan yang terbentuk
oleh penggerek pucuk mulai dari daun sampai titik
tumbuh sepanjang 18,47 cm. Ruas tempat keluar
imago sebagian besar pada ruas ke 3 dan 4. Panjang
batang tergerek adalah 8,2 cm.
Kerusakan yang
disebabkan oleh hama penggerek pucuk dapat
mengakibatkan kematian total atau terbentuknya
siwilan pada tanam tebu.
Kondisi ini sangat
berpengaruh terhadap produksi tebu.
Dukungan Teknologi untuk Pengembangan
Kedelai pada Lahan Kering Masam di Kalimantan
Timur
Fitri Handayani dan Sri Sudarwati
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan
Timur. Email : fitri.handayani01@gmail.com
Sebagai komoditas pangan terpenting ketiga setelah
padi dan jagung, permintaan akan kedelai terus
meningkat setiap tahunnya seiring perkembangan
jumlah penduduk. Sampai saat ini konsumsi kedelai di
Indonesia masih jauh lebih besar daripada
produksinya. Oleh karena itu berbagai upaya untuk
meningkatkan produksi kedelai nasional terus
dilakukan. Produksi kedelai nasional selalu
berbanding lurus dengan luas panen, sehingga cara

paling efektif untuk meningkatkan produksi kedelai


adalah dengan ekstensifikasi atau perluasan areal
tanam. Menyusutnya lahan pertanian produktif akibat
alih fungsi lahan menyebabkan pengembangan
tanaman pangan termasuk kedelai harus diarahkan ke
lahan suboptimal, diantaranya adalah lahan kering.
Kalimantan Timur memiliki potensi lahan kering yang
sangat besar. Pada tahun 2010 luas lahan kering yang
belum diusahakan di Kaltim adalah 1.262.246 ha.
Namun
pemanfaatan
lahan
tersebut
untuk
pengembangan tanaman termasuk kedelai memiliki
beberapa kendala diantaranya adalah pH rendah,
kesuburan tanah rendah, dan bersifat toksik. Lahan
kering di Kaltim umumnya bersifat masam, sehingga
memerlukan
perlakuan
khusus
agar
dapat
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang produktif.
BPTP Kalimantan Timur telah melakukan berbagai
pengkajian tentang usahatani kedelai di lahan kering
masam. Dengan aplikasi teknologi yang tepat,
produktivitas kedelai di lahan kering masam dapat
ditingkatkan menjadi sekitar 1,8 t/ha dibandingkan
rata-rata produktivitas milik petani yang hanya
sekitar 1 t/ha. Aplikasi teknologi untuk peningkatan
produktivitas kedelai di lahan kering masam secara
garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu
penggunaan varietas unggul yang adaptif dan toleran,
serta teknologi perbaikan kesuburan lahan dengan
ameliorasi, pengkayaan fosfat dan kalium melalui
pemupukan, pengkayaan bahan organik, pengkayaan
hara mikro dan pengkayaan mikroba bermanfaat.
4. Sesi off-farm, sosial-ekonomi, lingkungan dan
lain-lain 1 (13:45-15:30)
Penerapan Model Sistem Pertanian Terpadu BioCyclo Farming (BCF) Guna Meningkatkan
Kesuburan Tanah, Pendapan Usaha Tani,
Keberlanjutan Pertanian di Lahan Marginal
Pasang Surut
Munandar, Yakup, Asep Indra M Ali, R. Hayati, F.
Sulaiman, K.Gozali H.Adam.
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,
Email: munandar_mun@ymail.com
Lahan marginal pasang surut sangat potensial sebagai
lahan untuk perluasan pertanian guna memproduksi
pangan nasional Pemanfaatan lahan ini menghadapi
kendala biofisik dan kimia, karena kesuburan yang
rendah . Usahatani di lahan marginal umumnya
bersifat monokultur, yang hanya sedikit memberikan
keuntungan, dan berisiko gagal tinggi baik akibat
musim, HPT dan harga. Alternatif mengatasi masalah
di lahan marginal pasang surut tersebut adalah
dengan menerapkan pertanian terpadu berbasis
tanaman ternak system Bio-Cyclo Farming(BCF).
Sytem ini memadukan tanaman dan hewan (ternak,
ikan), yang diatur bersinergi satu dengan lainnya,
sehingga di dalamnya terjadi siklus biologis. Integrasi
kegiatan usahatani yang saling berkomplemen ini
dianggap lebih ekonomis karena adanya pembagian
beban biaya dan pensiklus-ulangan input pertanian,

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


secara ekologis lebih menjamin keberlanjutan karena
dapat mempertahankan kesuburan tanah dengan
adanya pengembalian bahan organic ke lahan
pertanian. Untuk itu model teknologi terpadu BCF ini
perlu dicobakan di daerah pasang surut, guna
meningkatkan kesuburan
tanah, pendapatan
usahatani, efisiensi energi dan keberlanjutan
pertanian. Tujuan kegiatan difusi teknologi ini adalah
untuk mempercepat proses desiminasi teknologi
terpadu sistem Biocyclofrming kepada khalayak
masyarakat petani guna meningkatkan kesuburan
tanah, pendapatan usahatani, efisiensi energi dan
keberlanjutan pertanian di daerah lahan marginal
pasang surut.
Hasil kegiatan Difusi IPTEK ini
menunjukkan bahwa masyarakat petani di derah
pasang surut sangat antusias dalam mnyerap
pengetahuan dan informasi teknologi pertanian
terpadu BioCycloFarming BCF.
Program difusi
teknologi yang dilakukan
melalui pelatihan,
penyuluhan, pembangunan model berbagai pola BCF
telah membuktikan bahwa penerapan BCF dapat
meningkatkan kesuburan tanah marginal di daerah
pasang surut, produktivitas lahan pekarangan,
beberapa parameter kesuburan tanah: pH tanah
meningkat dengan pemberian pupuk organik BCF
yaitu dari sebelum diberi pupuk organik 4.33 manjadi
5.79. Bahan organic meningkat dari 4.2% menjadi
6.83%; Kandungan P-Bray meningkat lebih dari dua
kali lipat dari dari 11.1 ppm menjadi 25.99 ppm.
Kandungan hara Ca meningkat dari 2.33 cmol
menjadi 3.68 cmol. Kandungan Mg meningkat hampir
double, dari 0.47 menjadi 0.97 dan KTK dari 15.3 cmol
manjadi 17.4 cmol. Pendapatan keluarga petani,
menyediakan pangan dan gizi dan energy untuk
keluarga,
pakan untuk ternak serta mengatasi
masalah pemanfaatan tenaga kerja di musim kemarau.
Penerapan teknologi BCF dapat meningkatkan
pendapatan keluarga petani. Pendapatan keluarga
petani yang sebelum memerapkan BCF rata-rata
sekitar Rp.2,1 juta meningkat menjadi Rp 4,19 juta
pada pola petani yang menerapkan BCF tanaman-sapi
ikan, dan menjadi Rp 3,77 juta pada petani yang
menerapkan pola BCF tanamam itik ikan.
Unit
usahatani BCF ternak sapi, itik dan sayuran sangat
potensial sebagai sumber pendapatan petani di
daerah pasang surut. Setelah kegiatan difusi teknologi
BCF ini, selanjutnya diharapkan adanya perubahan
sikap petani di daerah pasang surut yang selama ini
hanya mengelola usahatani secara monokultur
tanaman padi menjadi usahatani polikultur yang
mengelola banyak ragam usahatani integrasi berbagai
jenis tanaman dan ternak.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera


Selatan. Email: hutapeayanter@yahoo.co.id

Spectrum Diseminasi Multi Channel Mendukung


Pengembangan Indeks Pertanaman Padi 200 di
Lahan Pasang Surut Kabupaten Banyuasin,
Sumatera Selatan
Multi Channel Dissemination Spectrum Support
Cropping Index 200 in Tidal Swamp Land Banyuasin
Regency, South Sumatra

Padi varietas Inpari 13 merupakan padi varietas


unggul yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian
dan dilepas tahun 2009. Tujuan pengkajian ini untuk
mengetahui keragaan produktivitas padi Inpari 13 dan
mengetahui persepsi dan respon petani terhadap
komponen teknologi PTT yang diterapkan dalam
budidaya padi Inpari 13. Pengkajian dilaksanakan
melalui kegiatan unit percontohan (Demplot) PTT
menggunakan padi Inpari 13 seluas 1 hadi Desa

Yanter Hutapea dan Tumarlan Thamrin

Diseminasi inovasi pertanian, terintegrasi di satu


kawasan pengembangan agribisnis yang dikenal
dengan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan
Melalui Inovasi (M-P3MI), bersifat partisipatif. Fokus
kegiatan M-P3MI adalah pada model percontohan. Di
Sumatera Selatan kegiatan ini dimulai tahun 2011 di
Desa Mulia Sari dan Telang Sari Kecamatan Tanjung
Lago, Kabupaten Banyuasin. Pengumpulan data dan
informasi melalui wawancara dengan petani
kooperator sebagai unit analisis dan observasi di
lokasi pengkajian. Inovasi yang dilakukan adalah
peningkatan indeks pertanaman (IP) padi menjadi IP
200 di lahan pasang surut yang didiseminasikan
melalui spektrumdiseminasi multi channel (SDMC).
Kelembagaan yang terlibat seperti Dinas Pertanian,
penyuluh, sekolah pertanian dengan siswanya, PT.
Pertani, Perguruan tinggi yang melakukan kegiatan
bersama di lokasi M-P3MI. Hasil kegiatan
menunjukkan bahwa: (1) Pertanaman padi yang
dilakukan pada musim kemarau (MK), membuktikan
bahwa upaya peningkatan produksi beras nasional
dapat diwujudkan salah satunya dengan mewujudkan
IP padi 200 di lahan pasang surut (2) Adanya
serangan tikus pada Demfarm IP Padi 200,
menunjukkan perlunya mempercepat pertanaman
padi pada MK dan menyesuaikan kondisi lahan
dengan komoditi yang lebih sesuai pada MK misalnya
dengan tanaman jagung. (3) Introduksi inovasi yang
dilakukan, meningkatkan produktivitas padi 12,514,3% dibanding sebelum dilakukan inovasi. (4)
Kemitraan terjalin antara kelompok penangkar padi
dengan PT Pertani (Persero) Cabang Sumatera Selatan
(5). Akomodasi pembelajaran dari program
sebelumnya,
seperti
FEATI,
PUAP,
SL-PTT
memberikan sumbangsih untuk perluasan jangkauan
inovasi. (6). Diseminasi inovasi terimplementasi
melalui pertemuan kelompok, pelatihan dan
penyebarluasan informasi melalui media cetak.
Implementasi Padi Inpari 13 Dengan Pendekatan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Respon dan
Persepsi Petani
Implementation of Rice Inpari 13 Integrated Approach
to Management Plant (PTT),Response and Perceptions
of Farmers
Tumarlan Thamrin dan Johanes Amirrullah
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera
Selatan. Email: tumarlanthamrin@yahoo.co.id

19

20

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


Simpang Tiga Pumu Kecamatan Tanjung Sakti Pumu
Kabupaten Lahat pada MT-2 2012 (April s/d Juli
2012) dan untuk mengetahui persepsi dan respon
petani dilakukan survey terhadap 20 petani pada saat
temu lapang. Data yang dikumpulkan meliputi
keragaan tinggi tanaman, jumlah anakan dan
produktivitas serta persepsi dan respon petani. Data
komponen agronomis dan hasil dianalisis secara
diskriptif. Keragaan persepsi dan respon petani
terhadap
komponen
teknologi
PTT
dinilai
menggunakan penskalaan dengan metode Likerts
Summated Ratings dan digolongkan menjadi tiga, yaitu
katagori tinggi, sedang dan rendah, dan dilanjutkan
dengan uji parameter proporsi. Hasil pengkajian
menunjukkan bahwa varietas Inpari 13 dilihat dari
keragaan tinggi tanaman, jumlah anakan dan
produktivitas adaptif dan produktif, walaupun
produktivitas baru mencapai 6,0 t/ha GKG.
Produktivitas yang dicapai belum optimal karena
pertanaman padi di lokasi kegiatan pengkajian banyak
mendapat serangan hama wereng batang coklat, ulat
penggulung daun dan penyakit virus kerdil rumput
dan hawar daun bakteri bahkan di sekitar lokasi
kegiatan pengkajian banyak yang gagal panen. Hasil
evaluasi persepsi dan respon petani terhadap
komponen teknologi PTT menunjukkan bahwa semua
petani responden (100%) mempunyai tinggat
persepsi dan respon tinggi/positif, namun tidak
semua petani menyatakan komponen teknologi
tersebut sesuai, mudah diterapkan dan ada yang
berniat belum akan menerapkan. Varietas Inpari 13
sesuai untuk diterapkan pada lahan sawah di
wilayahnya, namun sebanyak 17,65% masih
meragukan untuk ketersediaan benihnya di lapang
dan 5,88 % belum berniat untuk menanam padi
varietas Inpari 13.
Kajian Teknologi Mina Padi Di Rawa Lebak di
Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi
Julistia Bobihoe, Nur Asni, Endrizal
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi
Email : julistia_06@yahoo.com.
Mina padi merupakan teknologi yang memadukan
budidaya ikan dengan budidaya padi. Sistem ini
mempunyai beberapa keuntungan seperti: petani
akan mendapatkan tambahan penghasilan dari ikan
tanpa
mengurangi
pendapatan
dari
padi,
meningkatkan produksi tanaman padi, meningkatkan
efisiensi dan produktivitas lahan, tanaman padi
menjadi lebih terkontrol dan memenuhi kebutuhan
protein hewani. Pengkajian dilaksanakan dengan
pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi
rawa lebak. Pengkajian dilaksanakan di desa Rantau
Kapas Tuo Kecamatan Muaro Tembesi Kabupaten
Batanghari Provinsi Jambi pada bulan April sampai
Agustus 2012. Pengkajian bertujuan untuk
mengetahui tingkat pertumbuhan dan produksi
tanaman padi dan ikan pada usahatani mina padi.
Pengkajian dilaksanakan pada lahan seluas dua hektar
dengan menerapkan beberapa komponen teknologi

antara lain : pemilihan benih ikan, persemaian,


persiapan lahan, pembuatan caren/parit penanaman
benih padi, penebaran benih ikan, pemupukan,
pengaturan air, pemupukan, penyiangan gulma,
pemeliharaan ikan, pengendalian hama penyakit dan
panen. Varietas unggul baru (VUB) padi yang
digunakan adalah Inpara 3 dan benih ikan yang
digunakan adalah ikan nila. Hasil pengkajian
menunjukkan bahwa produksi padi adalah 6,85
ton/ha GKP dan survival rate (kelangsungan hidup)
ikan adalah 75 %. Dari pengkaijan ini terlihat bahwa
dengan menerapkan budidaya mina padi dengan
pendekatan PTT padi pendapatan yang diperoleh
sebesar Rp. 14.110.000,- (B/C Ratio 1,1) dan dan non
PTT memperoleh pendapatan sebesar Rp. 2.485.000,(BC Ratio 0,4).
Perbandingan Manfaat Usahatani Padi dan Kedelai
di Lahan Pasang Surut Provinsi Jambi
Nur Imdah Minsyah
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi
Email: nurimdah@yahoo.co.id
Selain padi, secara teknis lahan rawa pasang surut di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur jugalayak dijadikan
sebagai sentra produksi kedelai, khususnya untuk
Provinsi Jambi. Tujuan penulisan makalah ini adalahj:
(1). menganalisis kecendrungan perkembangan luas
tanam luas panen, produksi dan produktivitas padi dan
kedela; (2). menganalisis potensi peningkatan produksi
dan produktivitas padi dan kedelai, dan; (3).
membandingkan ratio korbanan (input) dan dan nilai
penerimaan dan pendapatan (output) usahtani padi dan
kedelai petani di lahan pasang surut Kabupaten Tanjung
Jabung Timur. Data yang digunakan berupa data primer
dan sekunder. Dalam kurun waktu selama sepuluh
tahun dari tahun 2002 2011, luas panen padi di
lahan pasang surut Kabupaten Tanjung Jabung Timur
cendrung
meningkat
dengan
rata-rata
pertumbuhannya
6,4
%/th.
Walaupun
produktivitasnya mengalami penurunan (0,23 %/th),
total produksinya juga mengalami penungjatan
dengan pertumbuhan 7,44 %/th. Sebaliknya, luas
panen kedelai dalam periode yang sama mengalami
penurunan dengan pertumbuhan minus 4,69 %/th.
luas panen ini, dapat dijadikan sebagai indikator
bahwa usahatani kedelai merupakan usahatani
sampingan. Potensi peningkatan produksi baik untuk
padi maupun kedelai masih terbuka, melalui
penggunaan vareitas-vareitas unggul baru dan
pengelolaan yang lebih intensif. Dari sisi ekonomi,
terbukti bahwa usahatani padi jauh lebih
menguntungkan dibandingkan dengan usahatani
kedelai. Hal ini terlihat dari nilai R/C (Revenue Cost
Ratio), B/C (Benefit Cost Ratio) dan MBCR (Marginal
Benefit Cost Ratio). Pada usahatani padi R/C dan B/C
mencapai 7,51 dan 6,51, pada usahatani kedelai R/C
dan B/C 1,97 dan 0,97. Sedangkan dilihat dari MBCR
diantara keduanya mencapai 44,57, yang berarti
manfaat usahatani padi 44,57 kali lebih besar
dibandingkan dengan manfaat dari usahatani kedelai.

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

Sistem Usaha Tani dan Analisis Pendapatan Petani


di Daerah Rawa Lebak di Sumatera Selatan
Farming System and Farmer Income Analysis in Swamp
Area in South Sumatra
Viktor Siagian
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten
Email: siagian.vicky@yahoo.com
Provinsi Sumsel memiliki lahan rawa lebak dengan
luas 314.709 ha dan
terdapat di setiap
kabupaten/kota kecuali Kota Pagar alam. Tujuan
penelitian ini adalah: 1) Menganalisis
sistem
usahatani padi sawah di lahan rawa lebak, 2) Analisis
pendapatan petani di lahan rawa lebak. Metoda
pengambilan contoh menggunakan simple random
sampling, sebanyak 63 responden di tiga kabupaten.
Hasil penelitian ini adalah: 1) Rata-rata produktivitas
usahatani padi pada MK-I 2007 adalah 3,96 ton
gkp/ha, tertinggi di Kab. Banyuasin yakni 4,52 ton
gkp/ha dan terendah di Kab. OKI yakni 3,54 ton
gkp/ha. Usahatani padi sawah menguntungkan
dengan B/C rasio untuk Kab. Banyuasin adalah 2,4,
untuk Kab. OKI adalah 3,3 dan Kab. OI adalah 4,7. 2)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani
secara signifikan adalah . 3) Jumlah anggota keluarga,
Pendapatan dari: usahatani sawah, usahatani
pekarangan, usahatani tegalan, usahaternak, dan
pendapatan lainnya.
Perlunya ditingkatkan
penggunaan benih bersertifikat, dan pupuk untuk
meningkatkan produktivitas padi sawah. Juga
penyuluhan dan introdusir teknologi sangat
diperlukan.
Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Cabai
Merah Keriting (Capsicum annum L) pada Lahan
Sub Optimal di Kecamatan Sukarami Kotamadya
Palembang
Financial Feasibility Analysis of Farming Curly Red Chili
(Capsicum annuum L.) on SubOptimal Land in
Sukarami District Palembang Municipality
Railia Karneta
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwigama Palembang
Email: railiakarneta@yahoo.com
Lahan sub optimal di Kecamatan Sukarami Kotamadya
Palembang yang berupa lahan kering dan lahan
kering masam dengan kemiringan 15 % diusahakan
sebagai lahan budidaya hortikultura terutama cabe
merah keriting. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis kelayakan finansial usahatani cabe
merah keriting (Capsicum annum L) pada lahan sub
optimal di Kecamatan Sukarami Kotamadya
Palembang berdasarkan nilai uang yaitu NPV(Net
Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C
(Net Benefit Cost Ratio), dan berdasarkan nilai waktu
yaitu BEP (Break Even Point) , PBP ( Pay Back of
Period) dan analisis sensitivitas. Metode penelitian
menggunakan metode survey, yaitu metode yang
langsung melihat ke lapangan dan wawancara

langsung dengan petani dan Instansi terkait. Metode


penarikan contoh secara sederhana (simple random)
dengan 20 orang responden dari 50 orang petani.
Hasil penelitian bahwa usahatani cabe merah keriting
pada lahan sub optimal di Kecamatan Sukarami
Kotamadya Palembang layak untuk dilaksanakan.
Keadaan tersebut ditunjukkan oleh NPV yang bernilai
positif, IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku
dan Net B/C lebih besar dari satu, PBP 1,69 tahun dan
BEP penjualan Rp 29.026.608,00. Hasil analisis
sensitivitas
terhadap peningkatan biaya dan
penurunan penerimaan hingga 30%, usahatani cabe
merah keriting pada lahan sub optimal masih layak
untuk dilaksanakan.
Konsep Teknik Budidaya Tanaman Menggunakan
Strip Olah Tanah Terbatas dengan Pemberian Air
Dalam Strip
Crop Cultivation Concept Using Limited Strip Tillage
with Strip Shallow Irrigation
Yazid Ismi Intara1, Asep sapei2, Erizal2
1Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian,
Universitas Mulawarman
2Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Pertanian,
Fateta- IPB. Email: izmi_6@yahoo.com
Perbaikan media tanam berupa hasil olahan tanah dan
teknologi irigasi tanaman yang tepat merupakan salah
satu upaya pemecahan masalah di lahan lempung
berliat. Tujuan pengembangan konsep adalah
mendapatkan model pergerakan air pada suatu tanah
liat yang diolah minimal (terbatas) dengan pemberian
air dalam strip. Konsep berupa metode olah tanah
terbatas beririgasi bawah permukaan pada dasar
olahannya serta cara pemberian air untuk kebutuhan
air tanaman. Konsep ini dikuatkan dengan penelitian
analisa pergerakan air dalam suatu pengujian di
laboratorium serta validasi di lapangan terhadap
kinerja irigasi bawah permukaan di lapangan dan
pengujian teknik budidaya terhadap pertumbuhan
tanaman uji cabai. Hasil temuan merupakan
pembangunan konsep simulasi pergerakan air pada
strip olah tanah terbatas dengan pemberian air dalam
strip. Konsep pergerakan air menunjukkan pola
pergerakan yang ditampilkan pada pola kontur
merupakan proses pembasahan seiring waktu dapat
mencapai zona kedalaman 5 cm. sebaran
pembasahan tersebut merupakan zona perakaran
bibit bagi tanaman semusim. Hasil validasi terhadap
kinerja irigasi di lapangan menunjukkan hanya dapat
dikembangkan dengan lintasan pengairan irigasi yang
pendek (< 5m), sehingga cocok diaplikasikan pada
pegelolaan lahan subsistem atau perbaikan bentuk
tradisional. Hasil pengujian pada tanaman uji
terhadap penambahan bahan organik berpengaruh
nyata pada pertumbuhan tanaman cabai sedangkan
perlakuan pemberian air tidak berpengaruh nyata.
Dampak Perubahan Tataguna Lahan Terhadap
Biomassa dan Cadangan Karbon di Lahan Gambut

21

22

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


Prayitno, M.B1,2., Sabaruddin3, D. Setyawan 3 dan
Yakup3
1) Mahasiswa Pascasarjana, Ilmu-Ilmu Pertanian,
Universitas Sriwijaya
2) Dosen Jurusan Tanah Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya.
3) Dosen Pascasarjana, Universitas Sriwijaya.
Email: prayitno_muhbambang@yahoo.com.
Deforestasi di Propinsi Sumatera Selatan mempunyai
pengaruh sangat besar terhadap perubahan vegetasi
dan lahan. Hilangnya hutan primer rawa gambut
berpengaruh terhadap kemampuan karbon sink dan
cenderung tercipta kondisi lahan terdegradasi.
Rendahnya kemampuan untuk mengembalikan lahan
terdegradasi, akhirnya lahan tersebut cenderung
beralih fungsi menjadi lahan pertanian dan
perkebunan. Tujuan penelitian adalah mengetahui
dampak perubahan tataguna lahan terhadap biomasa
dan cadangan karbon pada lahan gambut. Penelitian
dilakukan pada bentang lahan gambut HPT
Kayuagung, OKI, Sumatera Selatan dan dilaksanakan
pada bulan Oktober 2012 sampai Februari 2013. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa kedalaman gambut
3 hingga 7 meter, pada areal perkebunan kelapa sawit
PT Gading Cempaka mencapai 850 cm. Prakiraan
volume gambut adalah 929.887.797 m3, dengan
prakiraan total massa karbon mencapai sekitar
32.546.072,92-35.335.736,31 ton C, atau sekitar
1.242,787-1.349,312 ton C/ha. Total kandungan CO2e
adalah 119.335.600,71 hingga 129.564.366,479 ton
CO2e atau 4.557,649 hingga 4.947,476 ton/ha CO2e.
Hasil interpretasi citra landsat, memperlihatkan
bahwa tata guna lahan pada lahan gambut bentang
HPT Kayuagung secara umum dikelompokkan
menjadi hutan sekunder, semak belukar, belukar
rawa, rawa/rumput, kebun sawit dan lahan terbuka.
Perubahan vegetasi dari hutan primer rawa gambut
menjadi hutan sekunder diperkirakan kehilangan
karbon sebesar 8.207.997,58 ton C, dan dari hutan
sekunder menjadi kondisi lahan sekarang mencapai
626.606,45 ton C. Prakiraan kehilangan karbon dari
hutan primer rawa gambut menjadi kondisi lahan
sekarang adalah 8.834.604,03 ton C selama kurun
waktu 30-40 tahun, dan bila diperlukan untuk
mengembalikan kehilangan karbon tersebut adalah
perlu waktu hingga ratusan tahun lamanya.
5. Sesi Peternakan dan Perikanan (16:15-17:45)
Kecernaan Pelepah Sawit Fermentasi dalam
Complete Feed Block (CFB) untuk Sapi Potong
Armina Fariani* , Arfan Abrar* dan Gatot Muslim*
Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya
Corresponding author : +62711580011
Email: arminafariani@fp.unsri.ac.id
Sorgum merupakan salah satu komoditas tanaman
yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan
ternak, dan bahan baku industri. Sorgum juga tahan

terhadap kekeringan, sehingga sangat potensial untuk


dikembangkan pada lahan suboptimal, termasuk pada
lahan kering di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa
Barat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui daya
adaptasi beberapa varietas sorgum pada lahan kering
di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Penelitian
dilaksanakan dilahan petani pada bulan Juli sampai
dengan Nopember 2011. Percobaan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan
tujuh perlakuan varietas dan diulang tiga kali. Ke
tujuh varietas yang diuji adalah (1) Numbu, (2)
Kawali, (3) Unpad 1, (4) Unpad 2, (5) Batari, (6) Keller,
dan (7) Taomitshu. Data pertumbuhan dan komponen
hasil dan hasil tanaman dianalisis dengan uji berjarak
Duncan pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (a) seluruh varietas sorgum yang diuji dapat
beradaptasi dengan baik pada lahan kering di
Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat dan (2)
varietas numbu, unpad 2, dan Kawali memberikan
hasil yang tidak berbeda, baik terhadap peubah
pertumbuhan maupun komponen hasil dan
produktivitas namun lebih baik dibandingkan dengan
empat varietas lainnya, sehingga ketiga varietas
tersebut dapat dikembangkan pada lahan kering di
Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.
Pengembangan Ternak Itik Pegagan di Lahan
Rawa Lebak Sumatera Selatan dalam Mendukung
Kemandirian Pangan Pedesaan
Aulia Evi Susanti dan Y. Suci Pramudyati
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera
Selatan. Email: evi_vet@yahoo.com
Pembangunan perunggasan mempunyai peluang
besar untuk mendorong tumbuhnya ekonomi
kerakyatan dengan mengembangkan unggas lokal,
yang diusahan petani di pedesaan. Unggas lokal
seperti halnya itik, dapat menjadi alternatif yang
cukup menjanjikan karena produknya mempunyai
pangsa pasar tertentu dan cukup menguntungkan
sehingga dapat diandalkan sebagai sumber
pendapatan keluarga. Ditinjau dari agroekosistem,
sosial budaya dan pangsa pasar, Sumatera Selatan
berpotensial bagi pengembangan ternak itik. Salah
satu jenis itik yang merupakan plasma nutfah
Sumatera Selatan adalah itik pegagan yang banyak
dipelihara di daerah rawa lebak. Peluang
pengembangan itik pegagan cukup besar apabila
didukung oleh ketersediaan bibit dalam jumlah besar
dan mutu yang relatif baik,
kemudahan akses
pemasaran, keterampilan petani yang memadai,
sosial budaya yang menunjang dan adanya dukungan
baik dari pihak swasta atau pemerintah. Tulisan ini
bertujuan untuk mengungkap peluang serta solusi
pemecahan permasalahan pengembangan itik
pegagan, sehingga itik pegagan menjadi salah satu
plasma nutfah Sumatera Selatan yang terjaga
kelestariaanya
serta
dapat
meningkatkan
kemandiriaan pangan masyarakat pedesaan.

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


Pemanfaatan Lahan Gambut Terdegradasi Sebagai
Kebun Hijauan Makanan Ternak (HMT) : Studi
Kasus di Desa Gandang Barat Kecamatan Maliku
Kabupaten Pulang Pisau
Harmini
BPTP Kalimantan Tengah. Jln. G. Obos Km 5
Palangkaraya. Email: Kalteng_bptp@yahoo.com
Lahan gambut terdegradasi di desa Gandang Barat
Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau, menjadi
lahan terlantar yang ditumbuhi alang alang
(Imperata cylindrial). Lahan ini masih bisa
dimanfaatkan sebagai kebun Hijauan Makanan Ternak
(HMT). Lahan gambut yang ditanami rumput
Brachiaria humidicola(BH) dan rumput gajah
(Pennisetum purpureum) seluas 60 ha. Lahan
tersebut dibuat parit parit. Rumput BH ditanam
diantara parit parit dengan jarak rumpun 0,5 meter,
sedangkan rumput gajah ditanam sebagai pagar
tanaman. Penanaman rumput BH dan rumput gajah
dengan
sistem
tersebut
mampu
menekan
pertumbuhan alang alang. Disamping itu mampu
memberikan HMT unggul bagi 600 ekor sapi petani
di desa tersebut.
Inventarisasi Potensi Bahan Pakan Ternak
Ruminansia di Provinsi Riau
Inventory of Potential Material Feed Ruminant
Livestock at Riau Province
Sri Haryani Sitindaon
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
Email: haryanisri@rocketmail.com
Ketersediaan bahan pakan ternak ruminansia disuatu
wilayah perlu diinventarisasi, hal ini penting dalam
pengembangan ternak ruminansia. Provinsi Riau
memiliki potensi pengembangan ternak yang sangat
besar, hal ini didukung ketersediaan sumberdaya
lokal yang tinggi. Sumberdaya lokal yang dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah limbah
pertanian dan perkebunan. Limbah pertanian dan
perkebunan ini dapat menghasilkan bahan kering
sebagai bahan pakan sumber energi pada ternak
ruminansia. Inventarisasi Bahan Pakan Ternak
Ruminansia
dilakukan
untuk
mengetahui
ketersediaan sumberdaya pakan di Provinsi Riau.
Bahan pakan yang diinventarisasi adalah bahan kering
(BK) pakan asal hasil sampingan pertanian (jerami
padi, jerami jagung, daun ubi kayu, batang ubi jalar,
jerami kedelai, jerami kacang tanah) dan produk
sampingan perkebunan (pelepah dan daun kelapa
sawit, lumpur kelapa sawit, bungkil inti kelapa sawit
(BIS), bungkil kelapa, kulit buah kakao) di 11
kabupaten/kota Provinsi Riau. Inventarisasi dilakukan
menggunakan data primer dan data sekunder tahun
2008.Data yang diperoleh kemudian ditabulasi
berdasarkan angka konversi dari Direktorat Budidaya
Ternak
Ruminansia,
2009.Hasil
inventarisasi
menunjukkan sumberdaya bahan pakan terbesar
adalah bungkil inti kelapa sawit dengan total BK

sebesar 592.008,57 ton/tahun dan yang terendah


adalah kulit buah kakao 145,24 ton/tahun. Total
Ketersediaan BK dari semua sumber bahan pakan
yang diinvetarisasi sejumlah 12.253.787,840 ton dan
menghasilkan peningkatan Kapasitas Tampung
Ternak Ruminansia (KTTR) sebesar 5.237.513,687 ST
(Satuan Ternak).
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan
Nila (Oreochromis niloticus) dengan Padat Tebar
Berbeda selama Pemeliharaan di Saluran Air dan
Kolam Tadah Hujan Lahan Pasang Surut Telang 2
Banyuasin
Survival Rate and Growth of Nile Tilapia (Oreochromis
niloticus) Fry with Different Stocking Density during
Rearingon Canal and Rainfed Pond Tidal Land of
Telang 2 Banyuasin
Eka Saputra, Ferdinand Hukama Taqwa, Mirna
Fitrani
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya
Email: ekakuswara@aol.com
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan benih ikan
nila selama kegiatan pemeliharaan dengan padat tebar
berbeda disaluran air dan kolam tadah hujan lahan
pasang surut Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung
Lago, Kabupaten Banyuasin,
Provinsi Sumatera
Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26
Desember 2012 sampai dengan 15 Februari 2013.
Rancangan penelitian yang digunakan berupa
rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan
padat tebar. Perlakuan padat tebar yaitu 100 ekor.m-2,
200 ekor.m-2dan 300 ekor.m-2. Kelompok lokasi
penelitian adalah saluran sekunder, saluran tersier
dan kolam tadah hujan. Parameter yang diamati
adalah kelangsungan hidup, pertumbuhan, efisiensi
pakan,kualitas air (suhu, pH, oksigen terlarut, NH3,
kecerahan, alkalinitas Fe, salinitas dan plankton) dan
kualitas tanah (pirit dan pH tanah).Hasil penelitian
menunjukkan
perlakuan
padat
tebartidak
berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup,
pertumbuhan dan efisiensi pakan. Saluran sekunder
dan saluran tersier dapat digunakan sebagai media
budidaya ikan nila.Perlakuan dengan rata-rata
pertumbuhan, kelangsungan hidup dan efisiensi pakan
tertinggi adalah padat 100 ekor.m-2 pada kelompok
saluran sekunder.
Perbedaan Waktu Hauling Bagan Tancap terhadap
Hasil Tangkapan di Perairan Sungsang, Sumatera
Selatan
Fauziyah 1, Freddy Supriyadi2, Khairul Saleh3 dan
Hadi3
1 Program Studi Ilmu Kelautan FMIPA, Universitas
Sriwijaya, Indralaya, Indonesia
2 BP3U Mariana, Kementrian Kelautan dan Perikanan,
Indonesia

23

24

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


Program Studi Fisika FMIPA, Universitas Sriwijaya,
Indralaya, Indonesia
Email: siti_fauziyah@yahoo.com
3

Target utama alat tangkap bagan adalah ikan teri


meskipun tidak menutup kemungkinan tertangkapnya
ikan pelagis kecil lainnya sebagai hasil sampingan.
Nelayan bagan tancap di Perairan Sungsang Sumatera
Selatan
melakukan
penangkapan
dengan
memanfaatkan
arus
pasang
surut
dan
mengoperasikannya mulai sebelum tengah malam
sampai menjelang pagi. Agar hasil tangkapannya
optimal, maka perlu diketahui kapan waktu yang tepat
untuk mengoperasikan bagan tancap tersebut. Tujuan
penelitian adalah 1) menganalisis pengaruh
perbedaan waktu hauling bagan tancap terhadap hasil
tangkapan dan 2) menentukan waktu hauling yang
paling optimal pada bagan tancap. Penelitian ini
dilaksanakan pada kondisi bulan gelap di bulan Mei
2012 dengan metode Experimental Fishing dan model
RAL dengan perlakuan perbedaan waktu hauling yaitu
sebelum tengah malam (21.00-23.59 WIB), saat
tengah malam (00.00-02.59WIB), dan setelah tengah
malam (03.00-05.59 WIB). Empat bagan tancap
dioperasikan dengan masing-masing 3 kali trip. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa waktu hauling
berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan dan
waktu hauling bagan tancap yang paling optimal
adalah pada saat tengah malam (00.00-02.59 WIB).
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gabus Channa
striata dengan Perbedaan Jenis Pakan
Effect of Different Life Feeds on Survival of Striped
Snake Head Fry
Abdul Karim Gaffar, Dina Muthmainnah, Ni
Komang Suryati
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum
Email: gaffar_ak@yahoo.co.id
Benih ikan gabus Channa striata umur 14 hari
dipelihara di dalam akuarium yang berisi 5 liter air
dengan padat tebar yaitu 4 ekor/l diberi pakan hidup
yang berbeda Moina, larva Chironomus, dan Tubifex
masing-masing 2,0 ml perhari. Hasil penelitian
menunjukan perbedaan jenis pakan berpengaruh
nyata (P<0.01) terhadap kelangsungan hidup benih
ikan gabus. Benih ikan gabus yang diberi pakan Moina
sp menghasilkan tingkat kelangsungan hidup paling
tinggi.
Kecernaan Jerami Padi Yang Disuplementasi Zn
Lysinate dengan Teknik In Vitro
Gatot Muslim* , Armina Fariani* dan Arfan Abrar*
Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya
Corresponding author : +62711580011
Email: arminafariani@fp.unsri.ac.id
This study was conducted to determine the
digestibility of rice straw that supplemented with Zn

Lysinate by in vitro techniques. This research was


held in laboratory of Animal Feed and Nutrition,
Departement of Animal Science, Faculty of Agriculture,
Sriwijaya University. Completely Randomized Design
(CRD) with four treatment and four replications, were
used : P0 (rice straw control), P1 (rice straw with Zn
Lysinate 0,1%), P2 (rice straw with Zn Lysinate 0,2%),
P3 (rice straw with Zn Lysinate 0,3%). Observed
parameters were dry matter digestibility (DMD),
organic matter digestibity (OMD), and N-ammonia
concentration.The result showed that the highest dry
matter digestibility, organic matter digestibility and Namonia were on M0 treatment ; 33,86%, 44,94%,
1,50mM respectively. Supplementation of Zn Lysinate
for rice straw had effect on Dry Matter Digestibility
(DMD), but had no effect on Organic Matter Digestibity
(OMD) and N-Amonia concentration.
Key Words: Digestibility, Rice Straw, Zn Lysinate, In
Vitro
Prediksi Debit Limpasan Air Sungai dan Kapasitas
Saluran Air pada Sub Das Karang Mumus
The Prediction of Streamflow Discharge and River
Channel Capacity in Karang Mumus Sub Water Shed
Puspitahati1,2, Sumaryono3, Hardwinarto3
1PS.Teknik Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian
Universitas Sriwijaya Sumsel
2Forum DAS dan MKTI Sumsel
3PS.Ilmu Kehutanan Universitas Mulawarman Kaltim
Email :pusphyt4@yahoo.com
Tujuan penelitian adalah memprediksi debit limpasan
air sungai, menghitung kapasitas tampung saluran
dan menghasilkan peta debit limpasan air sungai pada
Sub
DAS
Karang
Mumus
Kalimantan
Timur.Pengukuran debit limpasan air sungai
menggunakan metode Rancangan debit banjir
Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu.Nilai debit
limpasan air sungai dipengaruhi oleh nilai koefisien
limpasan, distribusi curah hujan maksimum, luas dari
tiap Sub-sub DAS Karang Mumus dan panjang sungai
utama pada setiap Sub-sub DAS yang didapatkan dari
pengolahan hasil digitasi peta menggunakan Arcview
GIS 3.3. Penentuan kapasitas saluran air melalui
pengukuran lebar dan tinggi saluran sungai serta
Geography Information Sistem (GIS) dengan
persamaan Mid Section Method dan Mean Section
Method. Hasil penelitian menunjukkan nilai debit
limpasan yang paling tinggi pada tahun 2002 adalah
pada Sub DAS Karang Mumus Ilir sebesar 264,784
m3/detik dan paling rendah pada Sub Sub DAS
Lantung sebesar 72,845 m3/detik. Pada Tahun
2006,nilai debit yang paling tinggi pada Sub Sub DAS
Karang Mumus Ilir sebesar 274,667 m3 /detik, dan
paling rendah pada Sub sub DAS Lantung sebesar
72,845 m3/detik. Hasil prediksi nilai total kapasitas
saluran sungai sebesar 18.949.861 m3. Dan total
volume yang dihasilkan oleh debit maksimum pada
tahun 2002 sebesar 100.889.194 m3, tahun 2006
sebesar 102.809.952 m3.

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


6. Sesi Agroekoteknologi di lahan rawa
(16:15-17:45)
Respon Pertumbuhan Tanaman Padi Terhadap
Beberapa Rekomendasi Pemupukan Hasil Litbang
Pertanian
Rice Growth Response on Fertilization
Recommendations Issued by Indonesian Agency for
Agricultural Research and Development
Syahri dan Renny Utami Somantri
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Sumatera Selatan
Email: syahrihpt@yahoo.co.id
Badan Penelitian dan Pengembangan (Badan Litbang)
Pertanian Kementerian Pertanian telah menghasilkan
rekomendasi teknologi pemupukan berdasarkan hasil
pengujian dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)
dan Kalender Tanam (KATAM). Penelitian ini
bertujuan mengenalkan dan mengujikan pengaruh
berbagai rekomendasi pemupukan tersebut terhadap
produktivitas padi di daerah rawa lebak. Penelitian
dilaksanakan di Desa Lubuk Sakti Kecamatan
Indralaya Kabupaten Ogan Ilir sejak April hingga
Agustus 2013. Penelitian menggunakan 3 perlakuan
yakni pemupukan berdasarkan PUTS, KATAM dan
cara petani (kontrol). Varietas padi yang digunakan
yakni varietas Inpari 12. Penanaman dilakukan
dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 (jarak tanam 25
x 50 x 12,5 cm) dan cara petani (25 x 25 cm). Luas
lahan yang digunakan untuk setiap perlakuan yakni
13 x 27,5 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rekomendasi pemupukan yang dihasilkan oleh Badan
Litbang Pertanian ternyata mampu meningkatkan
produktivitas padi bila dibandingkan dengan cara
petani, dimana produktivitas perlakuan PUTS, KATAM
dan cara petani berturut-turut 5,60 t/ha, 6,56 t/ha
dan 5,20 t/ha. Rekomendasi pemupukan juga
memberikan pengaruh positif terhadap penurunan
intenstas serangan hama dan penyakit padi.
Inventarisasi Penyebaran Varietas Unggul Padi
Sawah di Lampung
Inventory Distribution of Rice Superior Variety in
Lampung
Rr. Ernawati dan Bariot Hafif
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung
Email: ernawati 5903@yahoo.co.id
Upaya peningkatan produksi padi dengan penggunaan
varietas unggul telah dilakukan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian dengan melepas banyak
varietas unggul padi, namun penyebarannya tidak
terkontrol. Provinsi Lampung termasuk salah satu
wilayah penyebaran yang mengadopsi berberapa
varietas unggul padi yang perlu digali informasi data
sebarannya.
Kegiatan
ini
dilakukan
untuk
menginventarisasi penyebaran varietas unggul padi di
Lampung. Penelitian bersifat survey di tingkat petani
dan dilakukan pada tahun 2011, terhadap 10

Kabupaten sampel (Metro, Lampung Tengah,


Lampung Timur, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang
Bawang, Tulang Bawang Barat,Mesuji, Lampung Barat,
dan Lampung Selatan). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penyebaran varietas unggul padi di Lampung
cukup beragam, dan petani lebih banyak
menggunakan
varietas
unggul
dibandingkan
penggunaan varietas lokal. Tertinggi yaitu rata-rata
sekitar 74% petani masih menggunakan varietas
Ciherang, sedangkan varietas lokal hanya kurang dari
1%. Kabupaten yang paling banyak menggunakan
varietas unggul Ciherang adalah Metro yaitu (100%),
menyusul (81%) adalah Lampung Tengah dan Tulang
Bawang Barat, Way Kanan (74%), sedangkan
Lampung Timur dan Tulang Bawang (71%), dan
empat Kabupaten lainnya (Lampung Selatan,
Lampung Utara, Lampung Barat, dan Mesuji) rata-rata
dibawah 70%.
Inovasi Pengendalian Hama dan Penyakit Padi
Ramah Lingkungan di Lahan Rawa
S.Asikin1 dan Tumarlan Thamrin2
1Peneliti Balittra
2Peneliti BPTP Sum-Sel
Dalam budidaya padi di lahan rawa baik pasang surut
maupun lahan lebak selalu mendapat tantangan yang
salah satunya serangan hama dan penyakit. Di lahan
rawa ditemukan beberapa jenis hama dan penyakit
yang sering menyerang pertanaman padi seperti hama
tikus, penggerek batang padi, hama putih, hama putih
palsu, ulat grayak, belalang, orong-orong, kepinding
tanah, wereng coklat, wereng hijau dan walang sangit.
Sedangkan untuk penyakit adalah penyakit blas (daun
dan leher), tungro, bercak coklat, bercak coklat
bergaris dan rinchosporium. Dari sekian banyak
hama dan penyakit yang ditemukan, tetapi yang paling
sering menimbulkan kerusakan dan dominan
ditemukan adalah hama tikus, penggerek batang padi,
hama putih, hama putih palsu dan walang sangit.
Untuk penyakit yang sering ditemukan hampir setiap
musim tanan adalah penyakit blas, tungro dan bercak
coklat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
komponen pengendalian hama yang efektif adalah
untuk hama tikus penggunaan fumigan bersumbu,
sarang buatan dan kulit buah jengkol. Untuk hama
serangga lainnya seperti penggerek batang padi putih
penggunaan tanaman perangkap, penggunaan abu
sekam, cara tanam dan penggunaan pestisida nabati
dari tumbuhan rawa. Hama putih dan hama putih
palsu dengan menggunakan abu sekam, dan pestisida
nabati dari bahan tanaman rawa, untuk hama walang
sangit penggunaan perangkap busuk dari keong mas,
dan penggunaan pestisida nabati dari tanaman
tembakau dan tumbuhan delingo. Pengendalian untuk
penyakit adalah sanitasi lingkungan, varietas tahan,
perbaikan daerase atau saluran, penggunaan abu
sekam, pemasangan tumbuhan tawar sebagai
pengusir vektor penyakit tungro, penggunaan

25

26

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


pestisida/fungisida nabati dari tumbuhan sirih, jambu
biji dan lengkuas.
Analisa Pola Tanam Padi Sawah (Oryzae sativa)
Varietas Aek Sibundong di Kabupaten Bangka
Tengah
Planting System Analisys of Rice Field (Oryza sativa)
Variety of Aek Sibundong in Central Bangka Regency
Reka Mayasari
Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan
Kabupaten Bangka Tengah
Email: mayasarireka@yahoo.co.id
Padi (Oryzae sativa) Varietas Aek sibundong sangat
digemari dan mulai dibudidayakan oleh masyarakat
Desa Belilik pada tahun 2011. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pola tanam yang optimal terhadap
pertumbuhan dan produksi padi sawah varietas aek
sibundong di Kabupaten Bangka Tengah. Penelitian ini
dilaksanakan di areal sawah Desa Belilik Kabupaten
Bangka Tengah dari Bulan Februari sampai dengan
Bulan Mei 2013. Pola tanam yang digunakan adalah
tegel 20x20 cm (K1), jajar legowo 2:1 20x10x(40) cm
(K2) dan jajar legowo 4:1 20x10x(40) cm (K3).
Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman,
jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif,
umur keluar malai dan jumlah gabah perumpun. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan tanaman
padi paling tinggi sebesar 74,06 cm dan umur keluar
malai paling cepat adalah 64,57 hari terdapat pada
pola tanam jajar legowo 4:1 karena jarak tanam yang
cukup rapat menyebabkan terjadinya persaingan
dalam mendapatkan sinar matahari. Sedangkan
jumlah anakan maksimum sebanyak 21,78 batang dan
jumlah anakan produktif paling banyak berjumlah
19,16 batang terdapat pada pola tanam jajar legowo
2:1 karena jarak tanam yang cukup lebar akan
mendapatkan sinar matahari dan unsur hara yang
optimal.
Kajian Teknologi Hemat Air Pada Padi Gogo
Mengantisipasi Perubahan Iklim di Propinsi Riau
Save Water Technology Study on Upland Rice
Anticipated Climate Change in The Province Riau
Yunizar
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
Email: bptpriau@yahoo.com
Pertumbuhan dan produksi padi gogo di lahan kering
sangat dipengaruhi/dibatasi oleh ketersediaan
sumberdaya air akibat jumlah dan distribusi hujan
yang tidak merata. Hal ini menyebabkan kebutuhan
air tidak akan terpenuhi. Untuk itu telah dilaksanakan
kegiatan kajian teknologi hemat air pada padi gogo
mengantisipasi perubahan iklim yang dilaksanakan di
Kabupaten Indragiri Hulu provinsi Riau pada MH
2011. Kegiatan dirancang dengan Rancangan Petak
Terpisah 3 ulangan. Petak utama adalah varitas padi
gogo yang terdiri dari A). Cirata B). Dodokan C). Situ
Patenggang. Sedangkan untuk anak petak adalah 1)

Tanpa Pengolahan tanah 2) Pengolahan tanah dangkal


(kedalaman 10 cm)/dalam barisan 3). Pengolahan
tanah tanpa mulsa jerami dan 4). Pengolahan tanah
dengan mulsa jerami 4t/ha. Hasil kajian menunjukkan
varitas Situ Patenggang memberikan pertumbuhan
yang lebih baik dari varitas-varitas lainnya.
Pengolahan tanah dengan disertai pemberian jerami
padi 4t/ha memberikan pengaruh lebih baik terhadap
pertumbuhan padi gogo. Varitas Situ Patenggang
dengan pengolahan tanah dengan disertai pemberian
jerami padi 4t/ha memberikan hasil terbaik (5,2
tr/ha), dibanding dengan kombinasi perlakuan
lainnya. Sedangkan hasil terendah diperoleh pada
varitas Cirata dengan pengolahan tanah tanpa mulsa
jerami yakni 3,1 t/ha.
Prospek Pendayagunaan Lahan Suboptimal Bawah
Tegakan Dengan Mengembangkan Model
Bioregion Agribisnis Tanaman Sirih: Pengalaman
Empiris di Provinsi Jawa Tengah
Agus Wariyanto1, Wahyudi Hariyanto2, Agus
Santoso3
1 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang) Provinsi Jawa Tengah.
Email: agus.wariyanto@yahoo.co.id
2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa
Tengah.
3Kepala Bidang Pengembangan dan Penerapan Iptek,
Balitbang Provinsi Jawa Tengah
Pengembangan agribisnis tanaman sirih (Piper bitle
L.) dengan mendayagunakan lahan suboptimal di
bawah tegakan dapat dijadikan alternatif sumber
pendapatan masyarakat. Saat ini permintaan minyak
atsiri terus meningkat dari tahun ke tahun, namun
pengembangan agribisnis sirih belum dilakukan
secara optimal. Disamping itu, pendayagunaan
sumber daya agribisnis sirih, masih menghadapi
permasalahan khususnya pada aspek kultur teknis,
pengelolaan
pascapanen
(pengolahan
dan
pemasaran), konservasi dan peningkatan kapasitas
sumber daya manusia (SDM). Hal-hal yang penting
diperhatikan dalam pengembangan agribisnis sirih
yakni: SDM yang kreatif sebagai modal utama bagi
keberhasilan program; disamping sumber daya alam,
sumber daya ekonomi, dan sumber daya teknologi.
Untuk itu, strategi pengembangan melalui bioregion
merupakan alternatif yang patut dipertimbangkan
karena bentuk pengelolaannya tidak ditentukan oleh
batas politik dan administratif tetapi oleh batas
geografis, komunitas manusia dan sistem ekologi.
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah desk
study dengan analisis deskriptif kualitatif dengan
fokus membahas prospek dan model pengembangan
agribisnis sirih melalui model bioregion. Hasil kajian
menunjukkan bahwa pengembangan potensi yang
akurat dapat: (1) dimanfaatkan sebagai pondasi
pengembangan agribisnis kreatif berbasis sirih
melalui model bioregion (dimensi ekologi, ekonomi
dan sosiokultural); (2) dapat meningkatkan
pembelajaran Iptek dalam membangun kesisteman

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


dalam peningkatan nilai tambah dan pendapatan
masyarakat.
Hasil kajian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran baru dan strategi kreatif
pengembangan model bioregion agribisnis tanaman
sirih dalam pendayagunaan lahan suboptimal.
Mortalitas Larva Penggerek Batang Padi Kuning,
Scirpophaga incertulas Walker (Lepidoptera:
Pyralidae) yang Diaplikasikan Bioinsektisida
Jamur dari Tanah Rawa
Larval Mortality of Yellow Stem Borer, Scirpophaga
incertulas Walker (Lepidoptera: Pyralidae) Applied by
Bioinsecticide from Entomopathogen Fungi from
Swamp Soil
Siti Herlinda1,3, Ellya Husnul Salamah2, Chandra
Irsan1, Rosdah Thalib1,3,Khodijah3, Dewi
Meidalima3
1Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Faperta,
Universitas Sriwijaya, Indralaya
2AlumniJurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Faperta, Universitas Sriwijaya, Indralaya
3Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan
Suboptimal(PUR-PLSO), Universitas Sriwijaya
Email: sitiherlinda@unsri.ac.id, sitiherlinda@drn.go.id
Penggerek batang padi kuning, Scirpophaga incertulas
Walker (Lepidoptera: Pyralidae) merupakan hama
penting di lahan rawa lebak maupun pasang surut di
Sumatera Selatan. Hama ini dapat dikendalikan
menggunakan bioinsektisida, untuk itu perlu lebih
dahulu dilakukan diketahui keefektifan bioinsektisida
terhadap serangga penggerek batang padi ini di
laboratorium.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh aplikasi bioinsektisida dari
jamur yang disimpan selama 1 dan 4 bulan terhadap
mortalitas penggerek batang padi kuning. Hasil
penelitian umur simpan 1 bulan menunjukkan
bioinsektisida cair dengan bahan aktif Beauveria
bassiana yang diperkaya ekstrak kompos steril
menyebabkan mortalitas tertinggi (93,13%) dan
berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Pada umur simpan 4 bulan, bioinsektisida
cair dengan bahan aktif B. bassiana yang diperkaya
ekstrak kompos steril menyebabkan mortalitas tetap
tertinggi (86,25%), namun tidak berbeda dengan
bioinsektisida cair dengan bahan aktif Metarhizium
anisoplia yang diperkaya ekstrak kompos steril
(80,63%).
Pada umur simpan 1 dan 4 bulan,
bioinsektisida padat dari B. bassiana dengan bahan
pembawacampuran dedak dan serbuk kayu, tetapi
tidak berbeda nyata dengan bioinsektisida padat dari
B. bassiana dengan bahan pembawakompos diperkaya
dengan Trichodermavirens.
Dengan demikian,
bioinsektisida dari B. bassiana dan M. anisoplia efektif
membunuh penggerek batang padi.
Populasi Arthropoda Serangga Predator Hama
Padi di Sumatera Selatan
Population Predator Insect Pests Rice Arthropods in
South Sumatra

Armi Junita
Mahasiswa Program Magister Ilmu Tanaman, PPs,
Universitas Sriwijaya; Email: armi_junita@yahoo.com
Tujuan dari survei ini adalah untuk menganalisis
keanekaragaman jenis dan menganalisis kesamaan
komunitas di antara ekosistem sawah dan batas
ladang di daerah dataran rendah Sumatera Selatan.
Survei dilakukan pada sawah dan batas ladang
(semak-semak, gulma, gulma berdaun lebar).
Mengambil arthropoda sebagai sampel menggunakan
jaring. Menggunakan Indeks kesamaan komunitas dan
keragaman spesies untuk menganalisis data. Predator
arthropoda ditemukan sebanyak 59 spesies.
Keragaman spesies merupakan yang tertinggi dalam
gulma berdaun lebar di batas lapangan. Yang terendah
ditemukan di semak-semak. Ada kecenderungan
bahwa populasi predator arthropoda pada batas
bidang lebih mirip dengan komunitas arthropoda
predator pada tanaman padi.
Bioaktivitas Formulasi Padat Beauveria bassiana
(Balsamo) Vuill dari Tanah Rawa terhadap Nimfa
Aphis gossypii (Glover) (Homoptera: Aphididae)
Rosdah Thalib1,2, Firmansyah2, Triani
Adam1,Abdul Mazid 1, Siti Herlinda1,2*)
1Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Faperta,
Universitas Sriwijaya, Indralaya
2Alumni Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Faperta, Universitas Sriwijaya, Indralaya
3Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan
Suboptimal(PUR-PLSO), Universitas Sriwijaya,
Palembang
Email: sitiherlinda@unsri.ac.id
Penelitian laboratorium ini bertujuan untuk untuk
mengetahui
pengaruh
aplikasi
bioinsektisida
formulasi padat berbahan aktif konidia B. bassiana
terhadap mortalitas dan LT50 nimfa A. gossypii.
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan dan 5 ulangan
pada masing-masing formulasi bioinsektisida.
Bioinsektisda disemprotkan di atas permukaan tanah.
Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi
bioinsektisida formulasi padat berbahan aktif konidia
B. bassiana berpengaruh terhadap mortalitas dan LT50
nimfa A. gossypii. Mortalitas nimfa A. gossypii tertinggi
pada media pembawa Beras+Kompos Kering. Nilai
LT50 nimfa A. gossypii yang diaplikasi bioinsektisida
dengan bahan pembawa beras + abu sekam dengan
penaburan pada permukaan tanah relatif lebih singkat
(2,20 hari). Analisis regresi pada bahan pembawa
beras + abu sekam Y = -2,08+0,94 X menunjukan
bahwa semakin banyak formulasi yang ditaburkan
akan semakin tinggi konsentrasi konidia jamur B.
bassiana maka semakin pendek waktu yang
dibutuhkan untuk mematikan sebanyak 50% dari
nimfa A. gossypii yang diuji.

27

28

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


7. Sesi Agroekoteknologi di lahan kering marjinal
2 (16:15-17:45)
Potensi Pengembangan dan Budidaya Kedelai
pada Lahan Suboptimal di Lampung
Soybeans Deployment Potential and Cultivation at
Suboptimal Land in Lampung
Junita Barus
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung
Email: yunita_0106@yahoo.co.id
Belakangan ini pemerintah telah memprogramkan
pengembangan tanaman pangan ke lahan sub optimal
(lahan kering masam, rawa, lahan di bawah tegakan,
dll) dengan pertimbangan lahan sub optimal atau
lahan marginal atau lahan tidak subur secara nasional
sangat luas dan masih banyak yang belum
dimanfaatkan. Propinsi Lampung mempunyai lahan
marjinal yang cukup luas, diantaranya lahan kering
masam dengan total luasan 2.650.413 ha, yang cocok
untuk tanaman semusim pada dataran rendah adalah
seluas 912.609 ha, dan pada dataran tinggi seluas
12.624 ha.Sawah non irigasi (tadah hujan, rawa lebak,
pasang surut, dll) sekitar 161,346 ha, pada umumnya
hanya dapat ditanami padi sekali setahun, sehingga
berpeluang untuk di tanami tanaman semusim lainnya
termasuk kedelai. Selain lahan rawa dan lahan kering
masam, lahan-lahan di bawah tegakan tanaman
tahunan juga sangat potensial di Lampung, mengingat
tanaman perkebunan rakyat yang banyak di Lampung,
diantaranya adalah kopi (163.078 ha), kelapa dalam
(127.747 ha), lada (63.700 ha), dan karet (68.802 ha).
Salah satu komoditas tanaman semusim yang dapat
dikembangkan pada lahan-lahan sub optimal tersebut
adalah kedelai(Glycine max Merr.). Badan Litbang
Pertanian telah menghasilkan teknologi budidaya
kedelai pada beberapa agroekosistem (lahan kering,
rawa, sawah, dan di bawah tegakan), dan akan segera
merilis varietas unggul kedelai tahan kekeringan yaitu
Dering 1 dan varietas toleran naungan yaitu Dena 1
dan Dena 2. Untuk meningkatkan hasil kedelai,
pemberian bahan ameliorasi kapur, bahan organik,
dan pemupukan N, P, dan K merupakan kunci untuk
memperbaiki kesuburan lahan kering masam di
Lampung.Tulisan ini bersifat ulasan dan merupakan
hasil studi literatur yang memuat potensi lahan
suboptimal di Lampung serta potensi pengembangan
dan budidaya kedelai pada lahan kering masam, lahan
di bawah tegakan, dan lahan rawa di Lampung.
Produktivitas Kedelai Varietas Anjasmoro Melalui
Pendekatan PTT Pada Lahan Sub Optimal di
Provinsi Jambi
Jumakir dan Endrizal
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi
Pertanaman kedelai di Provinsi Jambi diusahakan oleh
petani di beberapa agroekosistem dan termasuk
dalam lahan sub optimal yaitu lahan kering, lahan
rawa pasang surut dan lahan rawa lebak. Penulisan ini

bertujuan
untuk
mengetahui
peningkatan
produktivitas kedelai varietas Anjasmoro melalui
pendekatan PTT di lahan kering, lahan rawa pasang
surut dan lahan rawa lebak di Provinsi Jambi.
Produktivitas rata-rata kedelai di Provinsi Jambi yaitu
1,3 t/ha. Rendahnya produktivitas kedelai di Jambi,
selain faktor kesuburan lahan rendah dan masam juga
disebabkan oleh ketersediaan benih bermutu terbatas,
waktu tanam, kekeringan/kebanjiran, pemupukan,
hama penyakit, pasca panen dan harga. Peluang
peningkatan produksi kedelai masih cukup besar,
diantaranya melalui penerapan teknologi budidaya
kedelai dengan pendekatan pengelolaan tanaman
terpadu
(PTT).
Dari
hasil-hasil
pengkajian
menunjukkan bahwa produktivitas kedelai varietas
Anjasmoro melalui pendekatan PTT dapat meningkat.
Produktivitas kedelai di lahan kering yaitu 1,90 t/ha,
dan produktivitas kedelai di lahan rawa pasang surut
mencapai 2,11 t/ha sedangkan produktivitas kedelai
di lahan rawa lebak sebesar 1,50 t/ha.
Pemulihan Penyakit Mati Ujung Kopi
Menggunakan Pupuk Hayati Majemuk dari
Ekstrak Kompos Kulit Udang
Suppression of Dieback Disease of Coffee Tree Following
Application of a liquid Biofertilizer Containing a Shrimp
Shell Compost Extract
Suwandi dan Chandra Irsan
Jurusan HPT Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan
Suboptimal (PUR-PLSO) Universitas Sriwijaya
Email: suwandi_unsri@yahoo.com
Penyakit mati ujung merupakan penyakit utama
tanaman kopi yang di tanam di lahan kering marjinal.
Percobaan pengendalian penyakit mati ujung pada
tanaman kopi menggunakan bahan alami dilakukan
pada
kebun kopi di Kecamatan Pajar Bulan,
Kabupaten Lahat.
Pengujian dilakukan pada 2
kelompok umur tanaman (umur 2 dan 7 tahun) dan
tingkat serangan (serangan ringan dan parah). Bahan
alami yang diuji adalah pupuk hayati majemuk yang
mengandung ekstrak kompos kulit udang dan sediaan
cair kitosan. Sebagai pembanding digunakan fungisida
kimia yaitu siprokonazol. Aplikasi dilakukan dengan
penyemperotan pada masing-masing 8 pohon kopi
sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam
kurun waktu 3 bulan, pertambahan cabang sakit dan
cabang mati akibat penyakit mati ujung adalah 203
and 70%. Penyemperotan sediaan cair ekstrak
kompos kulit udang efektif menekan pertambahan
cabang sakit (efikasi penekanan 83%), tetapi tidak
dapat memulihkan cabang sakit. Nilai penekanan
penyakit ini sama dengan nilai penekanan setelah
aplikasi siprokonazol. Sediaan cair kitosan tidak dapat
menekan perkembangan penyakit (efikasi penekanan
5%). Efektifitas tersebut terutama diperoleh melalui
penyemperotan pada tanaman muda.

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


Tanaman Sela Diantara Karet untuk Menunjang
Ketersediaan Pangan
Nusyirwan, Astuti Kurnianingsih, Abdul Mazid
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Email : nusyirwanabuchatam@yahoo.co.id
Kebutuhan pangan akan selalu meningkat seiring
bertambahnya penduduk Indonesia. Untuk membantu
mengatasi masalah tersebut salah satu caranya
adalah dengan memanfaatkan potensi lahan terbuka
pada saat peremajaan tanaman karet tua atau
penanaman baru dengan cara menanam tanaman sela
pangan diantara barisan tanaman karet sampai
dengan karet berumur tiga tahun. Tulisan yang
berdasarkan kajian pustaka ini mencoba membahas
tanaman sela pangan diantara karet. Hasil kajian
pustaka menunjukkan bahwa tanaman sela pangan
diantara karet tidak berpengaruh buruk terhadap
tanaman karet dan dapat membantu pendapatan
petani serta menyediakan pangan tersebut.
Pertumbuhan Bibit Karet Okulasi Berbagai Umur
pada Media Tergenang
The Growth of Grafting Rubber Seedlings in Various Age
in Flooding Media
Holidi, Etty Safriyani, Sutejo
Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas
Email : holidiman@yahoo.co.id
Luas areal lahan kering untuk budidaya perkebunan
yang terbatas, sehingga lahan rawa yang tergolong
lebak dangkal menjadi alternatif untuk tempat
budidaya perkebunan karet. Adaptasi tanaman karet
terhadap genangan perlu diteliti. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan
berbagai umur bibit karet dari stum mata tidur
terhadap tinggi genangan air. Penelitian ini
dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Musi Rawas pada ketinggian 110 m dpl
pada bulan Maret sampai Juni 2012. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Petak Berbagi (RPB) dengan
tiga kali ulangan, tinggi genangan sebagai petak utama
dan umur bibit sebagai anak petak. Perlakuan tinggi
genangan (petak utama) terdiri dari tanpa genangan,
genangan tinggi 5 cm, 15 cm dan 25 cm, genangan
diberikan selama 3 bulan. Perlakuan umur bibit
terdiri dari 2 level 3 bulan dan 5bulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bibit tanaman karet dapat
bertahan hidup 3 sampai 12 minggu tergantung tinggi
genangan.
Kajian Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan
Bibit Karet (Hevea brasiliensis Mull. Arg) Stum
Mata Tidur di Polibag
Sarman S.
Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Jambi.
Email :sarman.unja@yahoo.com

Salah satu kendala peremajaan tanaman karet adalah


terbatasnya lahan subur. Sehingga usaha perluasan
areal lebih diarahkan pada lahan-lahan marjinal dan
salah satunya adalah lahan kering. Lahan kering yang
didominasi oleh jenis tanah Ultisol dengan salah satu
ciri secara fisik tanah peka terhadap erosi dan
kemampuan menahan air yang rendah. Dengan
kemampuan menahan air yang rendah tersebut, tanah
ultisol mudah mengalami kekeringan terutama pada
musim kemarau sehingga tanaman yang ditanam pada
tanah tersebut mengalami cekaman kekeringan.Stum
mata tidur merupakan bahan tanaman yang umum
digunakan untuk penanaman kebun karet baru, akan
tetapi masalah yang sering ditemui yaitu persentase
kematian bibit ini cukup tinggi yakni sekitar 15%. Hal
ini menyebabkan banyak perkebunan cenderung
menggunakan bahan tanaman asal stum mata tidur
yang telah dipelihara dalam polibag Namun demikian
permasalahan penyediaan bahan tanaman okulasi
dalam polibag adalah kebutuhan air dan tenaga
penyiram yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji pemberian air terhadap pertumbuhan
bibit karet stum mata tidur di polibag dan juga untuk
mengkaji berapa volume air yang dibutuhkan bibit
karet di polibag selama periode pertumbuhan bibit
sehingga dapat memberikan pertumbuhan yang
optimal bagi bibit karet stum mata tidur untuk siap
dipindahtanamankan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian air sebanyak 60 ml per polibag
memberikan
hasil
yang
terbaik
terhadap
pertumbuhan bibit karet asal stum mata tidur.
Respon Pertumbuhan Dua Varietas Ganyong
(Canna edulis Ker) Terhadap Kerapatan Naungan
L.N. Sulistyaningsih, Rujito,A.S., M.Hasmeda dan R.
Hayati
Jurusan Budi Daya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya
Email: ninik_sulistyaningsih @yahoo.com
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon
pertumbuhan tanaman ganyong varietas Verdes dan
Morados terhadap kerapatan naungan. Penelitian ini
berlangsung di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya Inderalaya, berlangsung dari
bulan Pebruari 2012 sampai dengan Juni 2012.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak
terbagi dengan varietas sebagai petak utama dan
naungan sebagai anak perak. Varietas yang digunakan
adalah varietas Verdes dan Morados dengan tingkat
naungan O%, 50%, 70% dan 90%. Hasil analisis
keragaman menunjukkan naungan berpengaruh
sangat nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah
daun dan jumlah khlorofil, sedangkan varietas
menunjukkan perbedaan tidak nyata. Pengukuran
terhadap berat umbi dilakukan setiap bulan. Berat
umbi pada bulan pertama tertinggi pada kerapatan
naungan 90% (belum terjadi perombakan). Pada
bulan kedua dan ketiga berat umbi tertinggi terdapat
pada kerapatan naungan 50% dan bulan keempat
berat umbi tertinggi pada perlakuan tanpa naungan.

29

30

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


Kedua varietas ganyong yang ditanam pada naungan
90% semua mengalami kematian.
Pengaruh Berbagai Aplikasi Pemupukan pada
Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium
oscolonicum) Dataran Rendah di Lahan Kering
Omiba Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera
Selatan
Effect of Different Application Fertilizationon Growth
Several Lowland Varieties Onion (Allium Oscolonicum)
in Dryland OMIBAOgan Komering Ulu Regency, South
Sumatra.
Agus Suprihatin dan Joni Karman
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera
Selatan, Palembang
Email: a9035t@yahoo.co.id
Bawang merah merupakan salah satu komoditas
hortikultura unggulan daerah Sumatera Selatan. Salah
satu upaya untuk meningkatkan produksi bawang
merah yaitu dengan penggunaan bibit bawang merah
varietas unggul dan pemupukan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi
wilayah dan daya tumbuh benih umbi bawang merah.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei Agustus
2013, di lahan kering OMIBA desa Lubuk Leban,
kecamatan Sosoh Buay Rayap kabupaten OKU
Sumatera
Selatan.
Penelitian
menggunakan
Rancangan Split Plot faktorial dengan 2 faktor yaitu :
(1) varietas bawang merah dataran rendah, terdapat 4
varietas antara lain Bima-Brebes (V1), Pikatan (V2),
Katumi (V3) dan Trisula (V4), dan (2) aplikasi
pemupukan, terdapat 2 aplikasi yaitu pemupukan
mengikuti pola petani (P0) dan kombinasi pemupukan
(=50%
dosis
anjuran
dengan
penambahan
bioferltilizer) (P1). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa lahan OMIBA memiliki kelas kesesuaian lahan
S3tc untuk pertanaman bawang merah. Kombinasi
perlakuan antara varietas bawang merah dengan pola
pemupukan berpengaruh nyata terhadap daya
tumbuh umbi benih bawang merah. Varietas Katumi
dengan pumupukan mengikuti pola petani memiliki
daya tumbuh umbi benih yang paling jelek yaitu
sebesar 32,67%. Varietas bawang merah Bima Brebes
memiliki tingkat serangan penyakit layu fusarium
tertinggi pada umur 3 MST yang mencapai 20,5%.
Pengendalian Pecah Kulit Buah Duku (Lansium
domesticum Corr.) dengan Kalsium Karbonat pada
Lahan Suboptimal
The Control of Broken Skin on Fruit of Duku (Lansium
domesticum Corr) by Calcium Carbonat in Suboptimal
Land
Budiyati Ichwan, Mapegau, Irianto
JurusanAgroekoteknologiFakultas Pertanian
Universitas Jambi
Email: budiyati_ichwan@yahoo.com
Pecah kulit buah merupakan masalah utama yang
menyebabkan rendahnya kualitas buah duku.

Ketersediaan hara kalsium di dalam tanah diduga


berpengaruh terhadap pecah kulit buah duku.Suatu
penelitian lapangan untuk melihat pengaruh kalsium
dalam mengendalikan pecah kulit pada buah duku,
telah dilakukan di Desa Kumpeh Ulu, Kabupaten
Muarao jambi, Jambi, dari bulan Januari 2009 sampai
Februari 2010.Penelitian dilakukan pada lahan
suboptimal dengan kemasaman tanah sebesar 4,97
(pH H2O). Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Perlakuan terdiri
dari 4 dosis kalsium karbonat yaitu 0 ton ha-1, 1 ton
ha-1, 1,5 ton ha-1 dan 2 ton ha-1.Hasil penelitian
menunjukkan, bahwa pemberian kalsium pada
tanaman duku menurunkan persentase pecah kulit
buah duku, meningkatkan kadar hemiselulosa kulit
buah dan bobot buah per pohon. Dosis kalsium
karbonat 2 ton ha-1 memberikan persentase pecah
kulit terrendah dan kadar hemiselulosa tertinggi pada
kulit buah, sementara bobot buah tertinggi didapat
pada dosis kalsium karbonat sebesar 1,0 ton ha-1.
8. Sesi off-farm, sosial-ekonomi, lingkungan dan
lain-lain 2 (16:15-17:45)
Kondisi dan Kualitas Air Sungai di Lahan Pasang
Surut untuk Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq)
Condition and RiverWater Quality in Tidal Lands for Oil
Palm Plantation
M. Edi Armanto1,2, M.A. Adzemi2, E. Wildayana1,
M.S. Imanudin1, A. Napoleon1, D. Probowati1
1 Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya
Sumatra Selatan, Indonesia
2Faculty of Agrotechnology and Food Science (FASM),
UMT Terengganu, Malaysia
Email: earmanto@yahoo.com
Kunci utama keberhasilan pengelolaan lahan pasang
surut adalah pengelolaan air yang tepat. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk
melakukan analisis kondisi dan kualitas air sungai di
lahan pasang surut untuk perkebunan kelapa sawit.
Penelitian ini dilaksanakan di lahan pasang surut
Pulau Rimau Banyuasin Sumatera Selatan. Metode
penelitian adalah survai lapang sistematis didukung
oleh peta topografi skala 1:250.000, peta tanah dan
peta lahan rawa dan dibantu dengan interpretasi citra
landsat TM 7 skala 1:250,000. Lokasi sampling
dilakukan secara sistematik mengikuti sistem katena
dan land unit yang mengacu pada USDA
(2011).Analisis sampel air berdasarkan Peraturan
Gubernur Sumatera Selatan No 16 Tahun 2005
tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Sungai di
Sumatera Selatan. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa air sungai dan air saluran yang diteliti
termasuk dalam Klas I dan semua kualitas berada di
bawah baku mutu, kecuali parameter residu
tersuspensi yang menyebabkan warna air menjadi
coklat dan tingginya sedimentasi. Upaya yang
dilakukan untuk pengelolaan air sungai dan saluran

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


adalah melakukan penutup lahan dengan revegetasi
agar erosi dan sedimentasi dapat dikurangi.
Serangga sebagai Bioindikator Kesehatan Air dan
Tanah Rawa
Insect as Bioindicator Health Water and Soil Swamp
Fila Sunariah
Email: filasun@ymail.com
Serangga berperan penting untuk memberikan respon
dari perubahan lingkungan yang tidak lagi ramah
lingkungan bagi habitat tubuhnya dan bagi
keanekaragaman hayati lainnya. Tujuan dari
penulisan ini untuk melihat peran serangga sebagai
bioindikator kesehatan air dan tanah rawa, sebagai
upaya untuk mengetahui indikasi kerusakan atau
perubahan terhadap ekosistem rawa. Serangga yang
berperan penting sebagai bioindikator pada ekosistem
air rawa yaitu larva Trichoptera dan serangga yang
berperan sebagai bioindikator tanah rawa yaitu rayap
tanah.
Pencucian Bahan Beracun bagi Tanaman di Lahan
Basah dengan Sistem Drainase Bawah Permukaan
The Leaching of Plants Toxic Substances in Wet Soil
using Subsurface Drainage System
Satyanto K. Saptomo, Nibras Nasyirah, Dedi K.
Kalsim
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut
Pertanian Bogor
Email: saptomo.sk@gmail.com
Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk
memperbaiki lahan pertanian adalah sistem drainase
bawah permukaan. Penggunaan teknologi ini
memungkinkan kelebihan air di lahan dapat dibuang
secara lebih terkendali dan water table dapat diatur
dengan lebih mudah. Selain itu teknologi ini
memungkinkan pencucian tanah dari bahan-bahan
pencemar yang dapat menurunkan produktivitas
lahan pertanian seperti asam dan garam, dan
membuang pencemar yang berada dibawah
permukaan. Dalam penelitian ini telah dilakukan
percobaan pencucian garam dalam tanah pasir yang
memiliki sistem drainase bawah permukaan.
Percobaan dilakukan pada kondisi pencucian jenuh,
dimana tanah pada proses pencucian dijaga pada
kondisi saturasi dengan air bersih yang memiliki EC
0.1 mS/cm. Pengamatan dilakukan dengan melihat
laju penurunan Electro Conductivity (EC) yang diukur
dengan sensor pada 3 tingkat perkolasi 0.072
cm/menit, 0.112 cm/menit dan 0.131 cm/menit. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa nilai EC tanah dapat
diturunkan sampai ke tingkat yang aman bagi
tanaman yaitu dibawah 2 mS/cm. Data pengamatan
kemudian digunakan untuk optimasi persamaan
pencucian C(t) = Ci+ (Co-Ci) x exp (-Kl.t) dimana Kl
merupakan koefisien pencucian yang merupakan
fungsi dari sifat-sifat tanah yang dicuci. Nilai Kl
diperoleh berturut-turut 0.116/menit, 0.173/menit

dan 0.378/menit. Fungsi ini digunakan untuk


memperkirakan kebutuhan laju perkolasi dan waktu
pencucian.
Waktu
yang
dibutuhkan
untuk
menurunkan EC dari 10 mS/cm ke 1 mS/cm berturutturut adalah 21.6 menit, 14.5 menit dan 6.6 menit
pada setiap tingkat perkolasi yang diberikan.
Pengembangan Sistem Drainase Bawah Tanah
Melalui Penggunaan Pipa Tanah Liat Untuk
Pengendalian Muka Air Tanah di Daerah Rawa
Pasang Surut
Bakri, Momon Sodik Imanudin, Siti Masreah
Bernas
Staf Peneliti PUR-PLSO Universitas Sriwijaya dan
Dosen Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya
Email: momon_unsri@yahoo.co.id
Penelitian bertujuan untuk menguji kemampuan
pengaliran dari pipa bawah tanah berbahan baku
tanah liat. Penelitian dilakukan dengan dua tahapan,
yang meliputi pembuatan pipa, dan pengujian
pengaliran di laboratorium. Pipa drainase tanah liat
memiliki spesifikasi diameter 10 cm dan panjang 30
cm, terdapat 40 lubang pengaliran pada permukaan
pipa. Hasil uji pengaliran untuk satu buah lubang
adalah 0,024 liter/detik, ini berarti kemampuan
pengaliran pipa maksimum tanpa hambatan adalah
0,97 liter/detik. Analisis laboratorium menunjukkan
nilai Keterhantaran hidroulik tanah rawa pasang surut
adalah tergolong cepat yaitu berkisar antara 16,6-22,9
cm/jam. Hasil pengujian pengaliran bawah tanah
menunjukan volume air yang dikeluarkan adalah
sebesar 0,025 liter/detik. Sehingga untuk satu hektar
lahan diperlukan waktu 5 jam, bila lahan dalam
kondisi tergenang 4 cm. Waktu lima jam cukup karena
durasi surut di lahan pasang surut adalah 8 jam.
Secara teknis kemempuan pipa drainase tanah untuk
kondisri rawa masih belum cukup untuk tujuan
pembuanagan, sehingga masih diperlukan saluran
terbuka untuk membuang kelebihan air permukaan.
Kajian Potensi Pemasukan dan Pembuangan Air
Dalam Upaya Perbaikan Jaringan Guna
Mendukung Peningkatan Indek Pertanaman di
Lahan Rawa Pasang Surut Delta Telang II
Sumatera Selatan
Momon Sodik Imanudin1, Robiyanto H. Susanto1,
Ngudiantoro2
1Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Unsri
2 Jurusan Matematika Fakultas MIPA Unsri
Email:momon_unsri@yahoo.co.id
Kunci keberhasilan budidaya pertanian di lahan rawa
pasang surut adalah sejauh mana petani mampu
mengupayakan air tersedia pada waktu, jumlah dan
tempat yang tepat untuk kebutuhan pertumbuhan
tanaman. Penelitian bertujuan untuk mengkaji potensi
ketersediaan air baik dari air hujan maupun air
pasang untuk berlangsungnya budidaya tanaman,

31

32

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


selain itu kapasitas jaringan dalam melewatkan air
baik sebagai suplai maupun pembuangan akan di
analisis. Penelitian telah dilakukan di daerah
reklamasi rawa pasang surut Delta Telang II
Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
Sebagian besar lahan penelitian di blok sekunder P176S dikategorikan sebagai lahan tipe B/C. Hasil
simulasi rancangan sistem jaringan tata air
menunjukkan bahwa air pasang tertinggi di saluran
kuarter dapat menggenangi lahan hingga pertengahan
bulan April. Selanjutnya, air tidak dapat masuk ke
lahan tetapi tetap masuk ke saluran kuarter hingga
pertengahan bulan Juni. Di saluran tersier, air tetap
masuk hingga akhir bulan Juli. Apabila hasil rancangan
sistem jaringan tata air didukung dengan infrastruktur
pengendali air di saluran tersier, maka indeks
pertanaman dapat ditingkatkan dari IP100 (padi-berabera) menjadi IP200 (padi-padi-bera atau padi-jagungbera) atau bahkan IP300 (padi-padi-jagung atau padijagung-jagung).
Perubahan Status Jerapan dan Ketersediaan P Abu
Terbang Batubara Akibat Penambahan Kotoran
Ayam
The Status of P Sorption and P Availabilityin Coal Fly
Ash Caused by Chicken ManureAddition
Agus Hermawan, Sabaruddin, Marsi, Renih Hayati
1) Mahasiswa Pascasarjana, Ilmu Pertanian,
Universitas Sriwijaya.
2) Dosen Program Pascasarjana, Universitas Sriwijaya.
E-mail: agush_unsri@yahoo.co.id
Abu terbang batubara yang merupakan sisa
pembakaran batubara dari PLTU dan kegiatan indutri
dengan batubara sebagai sumber energi berpotensi
untuk memperbaiki kesuburan tanah. Hasil-hasil
penelitian menunjukkan bahwa abu terbang batubara
dapat digunakan sebagai bahan pembenah tanah yang
dapat memperbaiki karakteristik fisika, kimia dan
biologi tanah tanah terdegradasi dan sebagai sumber
hara makro dan mikro tanaman. Secara umum, abu
terbang batubara merupakan material kompleks yang
mengandung mineral ferro-aluminosilikat dan kaya
akan hara Ca, K, dan Na. Pencampuran abu terbang
batubara dan pupuk organik akan dapat
meningkatkan kualitasnya untuk memperbaiki
karakteristik kimia tanah, seperti meningkatkan
ketersediaan P dan menurunkan kapasitas jerapan P.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pencampuran abu terbang batubara dan kotoran
ayam pada berbagai komposisi terhadap perubahan
status jerapan dan ketersediaan P. Perlakuan yang
diterapkan adalah perbandingan komposisi abu
terbang batubara dan kotoran ayam, meliputi: 0% abu
terbang batubara + 100% kotoran ayam; 25% abu
terbang batubara + 75% kotoran ayam; 50% abu
terbang batubara + 50% kotoran ayam; 25% abu
terbang batubara + 75% kotoran ayam; dan 100 %
abu terbang batubara + 0 % kotoran ayam, dengan 3
ulangan dan diinkubasi selama 45 hari. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penambahan kotoran

ayam dapat menurunkan jerapan P dan meningkatkan


ketersediaan P campuran. Komposisi campuran 50%
abu terbang batubara + 50% kotoran ayam
memberikan nilai jerapan P terendah, dan komposisi
campuran 25% abu terbang batubara + 75% kotoran
ayam mempunyai kandungan P tersedia yang
tertinggi.
Analisis Interpretasi Spasial dalam Memprediksi
Laju Degradasi Ekosistem Mangrove TN.
Sembilang dan Hubungannya dengan Produksi
Perikanan Tangkap Kawasan Pantai Timur Sumsel
Interpretation of Spatial Analysis in Predicting the Rate
of Mangrove Ecosystem Degradation TN. Sembilang
and Capture Fisheries Production in Connection with
The East Coast Area Sumsel
Yetty Hastiana Hasyim, Fachrurrozie Sjarkowi,
Dinar Dwi AP, Rasjid Ridho
Universitas Muhammadiyah Palembang, Jln. Jend.
A.Yani 13 Ulu Palembang, Indonesia.
Universitas Sriwijaya, Program Pascasarjana
Email : yet_hasti@yahoo.com
Mengingat pentingnya peran ekosistem mangrove
dengan biodiversitas yang dimilikinya terhadap
stabilitas ekosistem estuari dan perairan laut,
diperlukan studi dan penelitian tentang ekosistem
mangrove. Beberapa bentuk studi dapat dilakukan
antara lain dengan melihat dan memprediksi
penurunan dan perubahan luasan kawasan konservasi
mangrove selama kurun waktu tertentu. Hasil prediksi
dan analisis ini dapat dijadikan dasar bagi pihak
terkait untuk menentukan prioritas perlindungan
kawasan dengan semua komponen biodiversity yang
dimilikinya. Sebagai langkah awal dalam melakukan
analisis kelola ekosistem mangrove di kawasan Pasut,
TN. Sembilang Kawasan Pantai Timur Sumatera
Selatan (KPTSS), akan dilakukan interpretasi dan
identifikasi perubahan kawasan mangrove di TN.
Sembilang selama delapan tahun, sejak sebelum
ditetapkannya sebagai kawasan taman nasional tahun
1999 sampai pasca ditetapkannya sebagai kawasan
suaka alam tahun 2003. Beberapa teknik dapat
dilakukan untuk menganalisis perubahan ekosistem,
salah satunya dengan analisis spasial dengan
menerapkan teknik penginderaan jauh. Pada
penelitian ini pendekatan penginderaan jauh
menggunakan pengolahan data citra landsat tahun
1999, 2001, 2005 dan 2006. Penggunaan data citra
landsat secara berkala bertujuan menginterpretasi
dan mengidentifikasi perubahan kawasan mangrove,
selanjutnya dilakukan analisis produksi hasil
perikanan tangkap selama beberapa tahun berselang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa selama delapan
tahun telah terjadi penurunan dan perubahan luasan
mangrove sebesar 34,86% atau sekitar 43608,94Ha.
Jika dihitung pertahun penurunan tersebut berkisar
4,35% per tahun atau sekitar 541,12Ha per tahun.
Kondisi ini mengindikasikan perlunya upaya
rehabilitasi dan konservasi ekosistem mangrove di
kawasan KPTSS. Hasil analisis ini diharapkan menjadi

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


acuan untuk menerapkan kebijakan dan strategi
pengelolaan kawasan.
Pendekatan analisis dan
strategi pengelolaan kawasan menjadi bagian dari
optimasi kawasan untuk mengurangi tekanan
lingkungan,
diantaranya
perlindungan
keanekeragaman hayati, perlindungan kawasan
pesisir pantai dan pulau-pulau kecil dari efek
perubahan iklim global (EGW effect Global Warming).
Karakteristik dan Potensi Lahan Suboptimal
untuk Pengembangan Pertanian di Indonesia
The Characteristic and Potential of Sub Optimal Land
for Agricultural Development in Indonesia
Anny Mulyani dan Muhrizal Sarwani
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian
(BBSDLP)
Email: anny_mulyani@ymail.com
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan
kebutuhan pangan nasional, semakin meningkat pula
kebutuhan lahan untuk pengembangan pertanian. Di
sisi lain, semakin terbatasnya cadangan lahan
pertanian subur, sehingga untuk memenuhi
kebutuhan pangan nasional harus memanfaatkan
lahan sub optimal. Lahan sub optimal adalah lahan
yang secara alamiah mempunyai produktivitas rendah
karena faktor internal maupun faktor eksternal. Untuk
mengidentifikasi karakteristik dan potensi lahan sub
optimal di Indonesia, telah dilakukan analisis
terhadap basisdata sumberdaya lahan yang tersedia
baik secara tabular maupun spasial dengan
menggunakan GIS, serta berdasarkan hasil kajian di
lapangan. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa lahan
sub optimal dapat dipilah menjadi lahan kering
masam, lahan kering iklim kering, lahan rawa pasang
surut, lahan rawa lebakm dan lahan gambut. Dari
189,2 juta ha daratan Indonesia, sekitar 108,8 juta ha
termasuk lahan kering masam, terluas menyebar di
Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Sedangkan lahan
kering iklim kering seluas 13,3 juta ha menyebar
di Kaltim, Jatim, Bali, NTB dan NTT. Untuk lahan rawa
terdiri dari rawa pasang surut seluas 11 juta ha, lahan
rawa lebak 9,2 juta ha, dan lahan gambut seluas 14,9
juta ha, terluas terdapat di Sumatera,Kalimantan dan
Papua. Dari 157,2 juta ha lahan sub optimal, sekitar
91,9 juta ha sesuai untuk pengembangan pertanian,
dan sekitar 71,2 juta ha telah digunakan untuk lahan
pertanian,
pembangunan
infrastruktur,
dan
pemukiman. Sisanya merupakan lahan cadangan masa
depan, yang akan bersaing pemanfaatannya baik
dalam sub sektor (perkebunan, pangan, hortikultura)
maupun antar sektor (pertambangan, perindustrian,
infra struktur, pemukiman). Pemanfaatan lahan sub
optimal akan menjadi tumpuan harapan yang harus
dicarikan solusi untuk mengatasi kendalanya yaitu
dengan menerapkan berbagai inovasi teknologi yang
sudah dihasilkan sesuai karakteristik dan tipologi
lahannya. Pemeliharaan dan intensifikasi lahan
pertanian eksisting juga perlu dilakukan untuk
menjawab tantangan peningkatan permintaan
terhadap pangan, minyak, sandang, dan papan.

Analisis Kelayakan dan Determinasi Produksi


Jagung pada Lahan Kering di Kecamatan Bunga
Mayang OKUT
Analysis of Feasibility and Determination of Maize
Production at the Dry Land at Bunga Mayang Sub
District East OKU
Fifian Permata Sari
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Baturaja
Email: fifianpermatasari@gmail.com
Jagung adalah salah satu dari lima komoditas
unggulan disamping beras, kedelai, daging dan gula
dalam Program Pertanian Indonesia 2010-2014.
Jagung juga merupakan komoditas penting kedua
setelah padi yang bisa ditanam di daerah lahan kering.
Kabupaten OKU Timur memiliki potensi lahan kering
yang bisa dimanfaatkan untuk usahatani jagung.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
(1) kelayakan usahatani jagung pada lahan kering di
Kecamatan Bunga Mayang OKU Timur, (2)
determinasi dari faktor-faktor produksi jagung.
Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif
dengan melakukan survey terhadap 30 responden di
Kecamatan Bunga Mayang OKU Timur. Data dianalisis
dengan menggunakan analisis kelayakan R/C ratio
dan
determinasi
produksi
jagung
dengan
menggunakan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas.
Berdasarkan hasil analisis didapat rata-rata
pendapatan
dari
usahatani
jagung
adalah
Rp.16.412.567/Ha/mt dengan R/C ratio sebesar 5,66
setiap panen per musim tanam. Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi jagung adalah luas lahan dan
benih. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik
kualitas dan jumlah benih, dan sistem luas lahan maka
akan semakin tinggi penerimaan dan pendapatan yang
bisa diraih.
9. Sesi Agroekoteknologi di lahan rawa pasang
surut 2 (18:15-21:30)
Efikasi Herbisida Penoksulam terhadap Gulma
Umum pada Budidaya Padi Sawah Pasang Surut
untuk Intensifikasi Lahan Suboptimal
Efficacy of Penoksulam Herbicide on Low land Rice for
Suboptimal Land Intensification
Dwi Guntoro1, Karlin Agustina2, Yursida2
1Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, IPB Bogor
2Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas IBA Jalan Mayor Ruslan Palembang
Email: karlinagustina_92@yahoo.co.id; HP:
Percobaan lapangan efikasi herbisida Penoksulam
25,5 g/l bertujuan untuk mengetahui efektivitas
herbisida dalam mengendalikan gulma umum pada
tanaman padi sawah pasang surut.
Percobaan
dilaksanakan mulai bulan Nopember 2012 hingga
bulan Maret 2013. Percobaan dilakukan dengan

33

34

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


rancangan acak kelompok (RAK) dengan 6 faktor
perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diuji yaitu
herbisida berbahan aktif Penoksulam 25.5 g/l dosis
0.60 l/ha, 0.75 l/ha, 0.94 l/ha, 1.125 l/ha, penyiangan
manual dan tanpa penyiangan (control). Satuan
percobaan berupa petak berukuran 5 m x 5 m. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa aplikasi herbisida
berbahan aktif Penoksulam 25.5 g/l dapat
mengendalikan gulma dominan di lokasi percobaan
yaitu gulma sepesies Fimbristylis littoralis, Ludwigia
octovalvis, dan Cyperus iria. Aplikasi herbisida pada
dosis 0.60 l/ha hingga 1.125 l/ha hanya menyebabkan
gejala fitotoksisitas ringan pada tanaman padi sawah
pasang surut. Herbisida ini dapat digunakan untuk
meningkatkan produksi padi sawah pasang surut
dengan dosis efektif aplikasi herbisida adalah 0.60
l/ha 0.75 l/ha.
Aplikasi Bioinsektisida Berbasis Jamur
Entomopatogen Terhadap Penggerek Batang Padi
Daerah Pasang Surut Sumatera Selatan
Application of Entomopathogenic Fungi-based
Bioinsecticide against Rice Stem Borers Tidal Lowland
of South Sumatra
Khodijah
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Palembang
Email: khodijahpasca@yahoo.com
Populasi dan intensitas serangan penggerek batang
padi dapat di pengaruhi aplikasi pestisida. Penelitian
ini bertujuan
menguji pengaruh aplikasi
bioinsektisida berbahan aktif Beauveria bassiana
formulasi padat dan cair dalam mengendalikan
penggerek batang padi (PBP). Penelitian ini dilakukan
pada pertanaman padi sawah pasang surut di Desa
Mulya Sari, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan,
sejak bulan Maret 2012 sampai Juni 2012.
Pengamatan populasi dan intensitas serangan diamati
secara langsung pada rumpun tanaman padi contoh
sebanyak 80 rumpun per ha.
Hasil penelitian
menunjukan bahwa Aplikasi bioinsektisida cair dan
padat berbahan aktif jamur entomopatogen di daerah
pasang surut berpengaruh terhadap populasi,
intensitas serangan larva PBP. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa di lahan pasang surut aplikasi
bioinsektisida cair dapat menekan populasi PBP umur
10-40 hst sekitar 75%, dan dan bioinsektisida padat
sekitar 37,5%. Aplikasi bioinsektisida cair dapat
menekan populasi PBP umur 50-80 hst sekitar sekitar
55%, dan bioinsektisida padat dapat
menekan
populasi larva PBP sekitar
40%. Aplikasi
bioinsektisida cair dapat menurunkan intensitas
serangan PBP pada tanaman padi berumur 10-40 hst
sekitar 81,75%, dan bioinsektisida padat sekitar
55,44%. Umur tanaman padi 50-80 hst bioinsektisida
cair dapat menurunkan intensitas serangan PBP
sekitar 70%, dan aplikasi bioinsektisida padat sekitar
60%.

Pengaruh Aplikasi Pupuk dan Amelioran


Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida
Bima 3 di Lahan Gambut Dangkal Aia Tajun,
Kabupaten Padang Pariman
Syahrial Abdullah
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat
Email: syahrialabdullahms@yahoo.com
Jagung merupakan komoditi unggulan yang potensial
untuk dikembangkan di Sumatera Barat, karena
secara ekonomis bertanamn jagung menguntungkan.
Lahan gambut merupakan salah satu lahan alternative
untuk perluasan areal tanaman jagung di Kabupaten
Padang Pariaman. Namun demikian karakteristik
lahan dan cara pengelolaannya belum dikuasai oleh
sebagian petani. Aplikasi pupuk dan ameliorant
merupakan komponen teknologi budidaya yang perlu
diperhatikan untuk peningkatan produktivitas jagung
hibrida di lahan gambut. Pengkajian bertujuan untuk
mengetahui pengaruh aplikasi pupuk dan amelioran
terhadap keragaan pertumbuhan dan hasil jagung
hibrida Bima 3 di lahan gambut dangkal. Percobaan
lapangan telah dilaksanakan di tanah petani pelaksana
SL-PTT Jagung di Nagari Aia TAjun, Kecamatan
Mungka, Kabupaten Padang Pariaman pada MT. 2012.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 paket
perlakuan dan 4 kali ulangan. Sebagai perlakuan
terdiri dari kombinasi pupuk dan bahan amelioran
yang disusun dalam bentuk paket terdiri dari: (1)
Paket A (Aplikasi pupuk NPK: 200 kg/ha Urea, 150
kg/ha SP36 dan 100 kg/ha KCl); (2) Paket B (Aplikasi
pupuk: Paket A + 1 t/ha Dolomit); (3) Paket C
(Aplikasi pupuk paket A + 1 t/ha Pupuk kandang); (4)
Paket D (Aplikasi paket A + 1 t/ha Dolomit + 1 t/ha
Pupuk kandang); dan (5) Paket E (Aplikasi pupuk dan
amelioran paket D, dan bahan diinkubasi selama 15
hari). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa paket
pemupukan A, B, dan C memberikan hasil jagung
pipilan kering masing-masing 7,45 t/ha; 7,64 t/ha dan
8,27 t/ha, dengan indeks hasil (IH) masing-masing
116,4%; 119,4% dan 129% disbanding dengan paket
A. Sedangkan paket E dapat memberikan hasil jagung
pipilan kering sebesar 8,66 t/ha dengan IH 135,3%
disbanding Paket A yang hanya memberikan hasil
jagung pipilan kering sebesar 6,40 t/ha.
Keragaan Produksi Varietas Jagung Hibrida di
Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan
Performance of Hybrid Corn Variety Production in Tidal
Land South Sumatra
Johanes Amirrullah, Tumarlan Thamrin,
Mahdalena
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera
Selatan
Email: joe.amirullah@gmail.com
Pengembangan jagung hibrida di tingkat petani saat
ini makin meluas, hal ini tidak terlepas dari program
revitalisasi pertanian dan swasembada jagung. Pada

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


musim hujan jagung banyak diusahakan pada lahan
pasang surut tipe luapan B dengan sistem surjan,
sedang pada musim kemarau diusahakan pada tipe
luapan C atau D dengan sistem drainase dangkal.
Pengembangan lahan pasang surut dalam mendukung
ketahanan pangan, khususnya pengembangan sistem
usaha tani dan agribisnis jagung menunjukkan
perspektif yang baik karena beberapa keunggulan dan
peluang, perlunya usaha pengembangan pertanian di
lahan pasang surut masih relatif lambat dan hasil
yang diperoleh selama ini masih rendah, sehingga
berbagai upaya perlu terus dilakukan. Tujuan dari
kegiatan ini untuk melihat keragaan produksi jagung
hibrida di lahan pasang surut, Desa Banyuurif
Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin.
Varietas yang diujikan adalah varietas unggul yaitu
Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima 5. Kegiatan ini
dilaksanakan di petani, dari hasil pengkajian varietas
Bima 4 (3.5 t/ha) menunjukkan produksi tertinggi
dibandingan dengan varietas yang lainnya, Bima 2 (2,8
t/ha), Bima 3 (2,8 t/ha) dan Bima 5 (2,0 t/ha).
Tanggap Pertumbuhan, Hasil dan Serapan Hara
Tumpangsari Jagung Kedelai pada Lahan Pasang
Surut
Response Growth, Yield and Nutrient Uptake of Soybean
Intercropping Maize on Tidal Swamp
Iin Siti Aminah1, Dedik Budianta2, Yakup Parto2 ,
Munandar2 , Erizal Sodikin2
1Mahasiswa S 3 Pascasarjana Universitas
Sriwijaya,Dosen PNSD Universitas Muhammadiyah
Palembang
2 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya, Indralaya Ogan Ilir Sumatera Selatan
Email : iin_siti.aminah@yahoo.com
Penelitian
ini bertujuan
untuk
mengetahui
pertumbuhan, hasil serta efektivitas pemberian pupuk
hayati pada pola tanam tumpangsari jagung dan
kedelai melalui pengaturan jarak tanam dan
pemberian pupuk hayati yang telah dilaksanakan di
lahan pasang surut desa BanyuuripSumatera Selatan
yang berlangsung dari bulan Mei 2012 sampai
dengan Oktober 2012. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Petak Terbagi (Split plot design) dengan
petak utama adalah jarak tanam baris kedelai (K)
diantara Jagung (J) ,dengan anak petak yaitu
pemberian pupuk hayati (0, BioP,Azospirillum dan
BioP+Azospirillum) dengan 3 ulangan. Hasil penelitian
menunjukkan pengaturan jarak tanam dengan
pemberian pupuk hayati, berpengaruh tidak nyata
pada pertumbuhan, namun berpengaruh nyata pada
komponen hasil jagung,
pupuk hayati mampu
meningkatkan ratio akar tajuk dan luas daun kedelai
tidak ada Interaksi pengaturan jarak tanam dan
pemberian pupuk hayati pada semua peubah
pengamatan pada jagung. produksi jagung pada
pemberian pupuk hayati lebih tinggi 1,3%
dibandingkan dengan pemberian pupuk NPK anjuran
petani. Pola tumpangsari jagung kedelai pada lahan

pasang surut bisa dilakukan pada saat musim


kemarau sehingga dengan NKL >1.
Tanggap Tanaman Jagung terhadap Aplikasi POC
Urin Sapidan Pupuk Anorganik di Lahan Pasang
Surut Tipe Luapan C
Ruli Joko Purwanto, Karlin Agustina, Yursida
Fakultas Pertanian Universitas IBA
Email: rulijp5664@gmail.com, Hp. +628127821090;
Penelitian ini dilakukan di desa Banyu Urip kecamatan
Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin dari bulan Maret
hingga Juni 2013. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat pengaruh pemberian pupuk organik cair
(POC) dari urin sapi yang difermentasi dan
dikombinasikan dengan berbagai dosis pupuk
anorganik
terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman jagung darat di lahan pasang surut tipe
luapan C. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Kelompok yang terdiri dari 5 perlakuan yang
diulang sebanyak 5 kali. Setiap unit perlakuan berupa
petakan dengan ukuran 1,5 m x 10 m. Perlakuan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : J0 = 100
% pupuk anorganik dosis anjuran tanpa POC urin sapi;
J1 = pupuk anorganik 75 % dari dosis anjuran + POC
urin sapi; J2 = pupuk anorganik 50 % dari dosis
anjuran + POC urin sapi; J3 = pupuk anorganik 25 %
dari dosis anjuran + POC urin sapi; dan J4 = 100 %
POC urin sapi tanpa pupuk anorganik. Hasil penelitian
perlakuan aplikasi pemupukan menggunakan pupuk
organik dan an organik terhadap jagung menunjukkan
pengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati.
Hasil Uji lanjut memperlihatkan bahwa perlakuan J2 =
pupuk anorganik 50 % dari dosis anjuran + POC urin
sapi memberikan hasil tertinggi untuk tinggi tanaman
(162,22 cm), jumlah daun, bobot jagung berkelobot
(187,70 g), bobot jagung tanpa kelobot (177,54 g),
bobot pipilan kering (139,05 g), bobot 100 biji (30,87
g) dan jumlah baris biji per tongkol (16,60), serta
berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya.
Uji Adaptasi Pertumbuhan Vegetatif Beberapa
Varietas Tanaman Jagung (Zea mays. L) pada
berbagai kondisi Ternaungidi Lahan Sawah
Pasang Surut
Iqbal Effendy1, Umar Harun2, Dedik Budianta2,
Munandar2
1Mahasiwa Program Doktor Pascasarjana Unsri
2Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya
Email: iqbaleffendy47@yahoo.com
Alih fungsi lahan tanaman pangan ke lahan
perkebunan
maupun non perkebunan cukup
mengkhawatirkan, lebih dari 100 ribu hektar setiap
tanhunnya (Mentan, 2012), fenomena ini mengancam
ketahanan pangan nasional. Rendahnya pendapatan
petani pangan rawa pasang surut telah menjadi salah
satu triger yang kuat terjadinya alih fungsi lahan
sawah ke lahan perkebunan (Sudana, 2005).Hasil

35

36

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


jagung pada lahan rawa pasang surut sangat rendah
berkisar 3,5-5,5 ton pipilan kering/ha, tergantung
pada tipologi lahan, varietas, dan masukan amelioran
dan pupuk (Ismail et al.,1993).
Disisi lain
produktivitas petani perkebunan kelapa sawit rakyat
juga sangat rendah, hanya 5 ton TBS /ha/tahun yang
jauh dari potensi, disamping harga jual TBS yang
sangat labil menyebabkan baik petani tanaman
pangan maupun pengebun dilahan rawa pasang surut
ini tetap berada dibawah garis kemiskinan.Untuk
mengatasi masalah yang dihadapi petani lahan rawa
pasang surut, dilakukan pengujian formasi tanam
polikultur intercropping kelapa sawit jagung yang
bertujuan mendapatkan formasi tanam yang dapat
meningkatkan nilai NKL, mendapatkan varietas jagung
adaptip terhadap intensitas cahaya rendah
(ternaungi) dan kondisi marginal lahan rawa pasang
surut yang mampu meningkatkan produktivitas
jagung dan kelapa sawit.Penelitian uji adaptasi cahaya
rendah
(ternaungi)
kelapa
sawit
terhadap
pertumbuhan jagung sedang dilaksanakan di Desa
Suka Tani Kecamatan Tanjung Lako, Kabupaten
Banyuasin. Pengujian dilakukan dengan pengaturan
intensitas cahaya yang disimulasikan dengan
menggunakan paranet. Rancangan yang digunakan
adalah Rancangan Petak terpisah dengan intensitas
cahaya sebagai petak utama dan 12 varietas jagung
sebagai anak petak yang diulang tiga kali. Pengamatan
dilakukan terhadap aspek pertumbuhan dan aspek
fisiomorphologi tanaman dan kondisi lingkungan
mikro. Penelitian ini berakhir sebelum tanaman
memasuki fase tasseling.
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Hayati dan
Anorganik (N,P dan K) Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Jagung Pada Tanah Asal Lahan Lebak
Erni Hawayanti1 dan Nuni Gofar2
1 Mahasiswa Program Megister Ilmu Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya Palembang
2 Dosen Program Megister Ilmu Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang
Email: ernihawayanti@yahoo.co.id
Pupuk organik hayati merupakan salah satu alternatif
untuk mengurangi
ketergantungan penggunaan
pupuk anorganik agar dapat meningkatkan kesuburan
tanah dan hasil jagung di tanah lebak. Percobaan
lapangan telah dilakukan untuk mengetahui apakah
penggunaan pupuk organik hayati pada jagung yang
ditanam di tanah asal lebak dapat mengurangi
penggunaan
pupuk
anorganik.
Percobaan
menggunakan rancangan acak kelompok (RAK)
faktorial dengan 2 faktor. Faktor perlakuan pertama
adalah takaran pupuk organik hayati terdiri lima taraf
: (O0) tanpa pupuk hayati (kompos jerami tanpa
mikrobia), (O1) 100 kg pupuk organik hayati/ha, (O2)
200 kg pupuk organik hayati/ha, (O3) 300 kg pupuk
organik hayati/ha, (O4) 400 kg pupuk organik
hayati/ha.Faktor perlakuan ke dua adalah takaran
pupuk anorganik terdiri lima taraf: (A0)0 % pupuk
anorganik, (A1) 25 % pupuk anorganik, (A2) 50 %

pupuk anorganik, (A3) 75 % pupuk anorganik, (A4)


100 % Pupuk anorganik. Hasil penelitian menunjukan
bahwa takaran pupuk organik memberikan pengaruh
yang nyata terhadap Panjang Tongkol (cm), Berat
Pipilan (g), Jumlah Biji per Tongkol (butir/tomgkol)
dan serapan hara N dan P. Perlakuan (O2A3) 200 kg
pupuk organik hayati/ha dan 75 % pupuk anorganik
menghasilkan produksi jagung tertinggi dibanding
dengan perlakuan lainnya. Secara umum penelitian ini
menunjukan bahwa
penggunaan pupuk organik
hayati pada jagung yang ditanam di tanah asal lebak
dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik di
samping secara tidak langsung dapat menciptakan
biaya produksi yang lebih ekonomis.
Respon Berbagai Jenis Amelioran Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sela Jagung
di Lahan Hambut Hemis Riau
Ida Nur Istina, Nurhayati, Merry Antralina
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
Email: idanuristina@gmail.com
Salah satu Upaya peningkatan produktiftas tanaman
sela jagung pada lahan gambut hemis yang memiliki
kendala kemasaman tinggi dan kandungan hara
rendah adalah teknik ameliorasi. Penelitian yang
bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman sela
jagung telah dilaksanakan di Kabupaten pelalawan
menggunakan Rancangan Acak kelompok dengan 6
perlakuan dan 3 kali ulangan; yaitu A=Kontrol, B=
Pugam A, C= Pugam T, D=Tanah mineral, E=Kompos
Tankos dan F= kompos pukan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Kompos Pupuk kandang
memberikan keragaan pertumbuhan dan hasil terbaik
(3,95 t/ha).
Perbaikan Kesuburan Tanah Sulfat Masam
Potensial Melalui Pemberian Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit dan Zeolit Berbagai Dosis
Fertility Reparation of Acid Sulfat Soil Potential by
Using Palm Oil Mill Effluent and Several Doses of Zeolite
Ida Nursanti1, Dedik Budianta2, A.Napoleon2,
Yakup Parto2
1Fakultas Pertanian Universitas Batanghari, Jl.Slamet
Riyadi , Jambi, Email: ida_unbari@yahoo.co.id
2Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya
30661 Sumatera Selatan
Tanah sulfat masam potensial merupakan tanah
dengan
tingkat
kesuburan
rendah.
Untuk
memperbaiki kesuburan tanah sulfat masam
potensialagar dapat dijadikan media tanam dengan
kondisi optimal diperlukan bahan yang berperan
sebagai pupuk dan amelioran.Penelitian bertujuan
untuk mengkaji beberapa sifat tanah sulfat masam
yang diinkubasi pupuk limbah cair pabrik kelapa
sawit plus zeolit dan waktu penahanan hidrolisis.
Pelaksanaan penelitian di Jambi dari Februari 2013
sampai Mei 2013. Percobaan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap , dengan 6 taraf perlakuan

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


dosis dan jenis limbah cair pabrik kelapa sawit
(LCPKS) plus zeolit dengan waktu penahanan
hidrolisis (WPH) diinkubasi pada 10 kg tanah sulfat
masam potensial dan tiga ulangan. Faktor perlakuan :
LCPKS kolam pengasaman (zeolit 10% dan WPH 2
minggu) dosis 500, 750 dan 1000 ml polybag-1 ,dan
LCPKS kolam anaerob sekunder I (zeolit 5% dan WPH
2 minggu) dosis 500, 750 dan 1000 ml polybag-1.
Tanah sulfat masam berasal dari Desa Lagan Ulu,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa inkubasi
dengan pupuk limbah cair pabrik kelapa sawit plus
zeolit dan WPH berpengaruh nyata pada pH, Corganik, N-total, P-Bray I, KTK, stabilitas
makroagregat, kapasitas daya pegang air , kadar Al-dd
dan kadar Fe tanah sulfat masam potensial. Secara
umum dapat disimpulkan bahwa LCPKS kolam
pengasaman 1000 ml polybag-1 plus zeolit 10% dan
WPH 2 minggu dapat lebih baik meningkatkan
kesuburan tanah sulfat masam potensial dilihat dari
beberapa sifat kimia dan fisik tanah sulfat masam
potensial.
Efektifitas Konsorsia Mikrob Untuk Peningkatan
Produktivitas Tanaman Pangan di Lahan Masam
Effectiveness of Microbial Consortia for Improving Crop
Productivity in Acid Soil
Koesnandar dan Diana Nurani
Pusat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi
LAPTIAB-BPPT, Gedung 610, Kawasan Puspiptek
Serpong, Tangerang
Email: koesnandar@bppt.go.id
Lahan masam merupakan salah satu lahan suboptimal
yang mempunyai potensi besar untuk pengembangan
peningkatan produksi pangan. Kendala utama
pemanfaatan lahan sub optimal adalah tingkat
kemasaman yang tinggi dan terbatasnya ketersediaan
hara bagi tanaman. Salah satu solusi untuk
meningkatkan produktivitas lahan masam adalah
pendekatan bioteknologi menggunakan konsorsia
mikrob unggul
dan spesifik.Tahapan untuk
memperoleh mikrob yang dapat memperbaiki
karakter tanah gambut masam adalah isolasi, seleksi
dan karakterisasi pertumbuhan mikrob pada tanah
masam. Uji efektifitas pupuk konsorsia mikrob
dilakukan melalui pengujian produksi tanaman
pangan di lahan sub optimal masam. Produksi
konsorsia mikrob dilakukan melalui kultur cair dan
padat menggunakan kombinasi 3strain.Strain MGR4,
MGB4 dan MGS2 berhasil meningkatkan pH tanah dan
kesuburan lahan masam serta ketersediaan hara
tanah. Konsorsia pupuk mikrob diujicobakan pada
tanaman jagung, padi dan kedelai pada lahan masam.
Hasil uji menunjukkan bahwa dengan perlakuan
pupuk konsorsia mikrob, produksi jagung, kedelai dan
padi meningkat 10-30 % dibanding budidaya sistem
petani setempat. Hasil-hasil kajian menunjukkan
bahwa konsorsia mikrob menjadi agensia hayati yang

prospektif untuk peningkatan produktivitas tanaman


pangan di lahan sub optimal masam.
Aplikasi Formulasi Pakan Seimbang untuk
Mendukung Peternakan Itik Petelur Ramah
Lingkungan
Agung Prabowo dan Aulia Evi Susanti
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Sumatera Selatan
JL. Kol. H. Barlian Km 6 No. 83 Palembang, Sumatera
Selatan, e-mail: agung_pbowo@yahoo.com
Pakan merupakan faktor utama dalam usaha ternak.
Kurang lebih 70% dari biaya produksi adalah untuk
pakan. Oleh karena itu untuk mendapatkan
keuntungan yang optimal, maka pakan yang
diformulasi harus efisien. Supaya efisien pakan harus
seimbang, yaitu kandungan zat gizi pakan harus sesuai
dengan kebutuhan ternak, sehingga sisa zat gizi pakan
yang keluar melalui kotoran dapat minimal. Selain
efisien, pakan seimbang juga dapat mengurangi
pencemaran lingkungan. Limbah yang dihasilkan dari
peternakan dapat menjadi sumber pencemaran air
sungai atau sumur, jika tidak ada pengelolaan limbah
lebih lanjut. Salah satu akibat dari pencemaran air
oleh limbah ternak ialah meningkatnya kadar
nitrogen. Untuk mempermudah dan mempercepat
formulasi pakan seimbang diperlukan suatu aplikasi
software. Tulisan ini bertujuan memperkenalkan
formulasi pakan seimbang berbasis software. Aplikasi
sofware ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu
database, pengolah data dan hasil. Simulasi dilakukan
terhadap pakan itik petelur pada periode produksi.
Dua jenis pakan digunakan dalam simulasi ini, yaitu:
pakan biasa (PB) dan pakan seimbang (PS). Masingmasing jenis pakan diulang lima kali. Hasil simulasi
formulasi
pakan
dengan
aplikasi
software
menunjukkan beda nyata antara pakan PB dan PS. PS
lebih baik dibanding PB. Aplikasi formulasi pakan
seimbang dapat digunakan untuk mendukung
peternakan itik petelur ramah lingkungan.
10. Sesi Agroekoteknologi di lahan kering marjinal
3 (18:15-21:30)
Analisis Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Buahbuahan di Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau
Land Suitability Analysis for Fruit Cropsin Pelalawan
District, Riau Province
Elfiani
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
Email : bptpriau@yahoo.com.au
Kabupaten Pelalawan merupakan salah satu
kabupaten yang berperan penting dalam penyediaan
buah-buahan di Provinsi Riau. Luas tanam buahbuahan di daerah ini mencapai 3.426 ha dengan
produksi sekitar 3.232 ton. Permasalahan usahatani
buah-buahan di Kabupaten Pelalawan adalah
produktivitas yang masih rendah, dengan mutu hasil
yang masih beragam. Untuk itu, telah dilakukan

37

38

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


Analisis Kesesuaian Lahan Tanaman Buah-buahan di
Kabupaten Pelalawan. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan informasi sumberdaya lahan yang dapat
dikembangkan untuk tanaman buah-buahan di
Kabupaten Pelalawan.Tahapan evaluasi kesesuaian
lahan sebagai berikut: (1) Menyiapkan peta satuan
lahan dan basis datanya; (2) Menetapkan tipe
penggunaan lahan (LUT); (3) Menetapkan persyaratan
tumbuh tanaman (LUR). Karakteristik lahan meliputi
ketersediaan air, media perakaran, ketersediaan
oksigen, retensi hara, ketersediaan hara, dan
penyiapan lahan. Berdasarkan taksonomi tanah, maka
tanah-tanah di Kabupaten Pelalawan dikelompokkan
menjadi 3 ordo, yaitu: (1) Entisol; (2) Inceptisol; dan
(3) Ultisol. Hasil evaluasi kesesuaian lahan tersedia
menunjukkan bahwa di Kabupaten Pelalawan apabila
akan dipakai untuk tanaman durian, maka terdapat
lahan yang sesuai (S) seluas 506.380 ha, manggis
139.492 ha, salak 576.570 ha, nenas 603.083 ha, jeruk
444.142 ha, pisang 485.232 ha), pepaya 570.109 ha,
rambutan 506.380 ha, cempedak 479.723 ha. Tingkat
kesesuaian lahan untuk tanaman tersebut adalah
sesuai (S1) dan cukup sesuai (S2). Terbatasnya lahanlahan yang potensial untuk tanaman buah-buahan
memerlukan perhatian khusus terhadap alih fungsi
lahan, mengingat Kabupaten Pelalawan merupakan
daerah penghasil buah-buahan di Provinsi Riau.
Teknologi Pupuk Organik untuk Peningkatan
Produksi Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di
Lahan Kering Masam
Organic Fertilizer Technology to Improve the
Production of Chili (Capsicum annum L.) in the Acid
Dry-Land
Novisrayani Kesmayanti
Fakultas Pertanian Universitas IBA, Palembang,
Email : noviekesmayanti@yahoo.co.id
Di Indonesia lahan kering yang belum termanfaatkan
sangat luas, kurang lebih 99,5 juta hektar. Sebagian
besar luasan tersebut merupakan lahan sub-optimal
yang terkatagori sebagai lahan masam. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman
cabai di lahan kering masam dan mengurangi
ketergantungan
terhadap
pupuk
anorganik.
Penelitian berlangsung selama delapan bulan.
Perlakuan yang diteliti terdiri dari delapan jenis dan
komposisi pupuk organik (PO) serta satu kontrol.
Rincian perlakuan adalah P1= PO jerami + dosis
NPK, P2= PO berangkasan legum + dosis NPK, P3=
PO kotoran ayam + dosis NPK, P4= PO kotoran sapi
+ dosis NPK, P5= PO jerami, P6= PO berangkasan
legum, P7= PO kotoran ayam, P8= PO kotoran sapi,
dan P9= kontrol (NPK dosis anjuran). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa teknologi pupuk organik dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
cabai di lahan kering masam. Pupuk organik kotoran
ayam + dosis NPK menghasilkan produksi tertinggi
dan melebihi kontrol (4,01 ton/ha), diikuti PO kotoran
sapi + dosis NPK (3,23 ton/ha). Produksi cabai
pada perlakuan PO kotoran ayam (2,23 ton/ha) setara

dengan tanaman kontrol (2,10 ton/ha). Berdasarkan


hasil penelitian disimpulkan bahwa, peningkatan
produksi dan pengurangan ketergantungan terhadap
pupuk anorganik pada tanaman cabai di lahan kering
masam dapat dilakukan dengan teknologi pupuk
organik.
Keanekaragaman Spesies Thrips (Thysanoptera:
Thripidae) pada Pertanaman Cabai (Capsicum
annuum L.) di Dataran Rendah dan di Lahan Lebak
Wilayah Jambi
Asni Johari, Siti Herlinda, Yulia Pujiastuti, Chandra
Irsan, Dewi Sartiami
1ProgramStudi Doktor Ilmu Pertanian, Program
Pascasarjana, Universitas Sriwijaya,
2Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, FP Unsri
3 Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, FKIP, Universitas Jambi,
4 Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan
Suboptimal (PUR-PLSO), Universitas Sriwijaya
5 Laboratorium Taksonomi Serangga Proteksi
Tanaman Faperta, Institut Pertanian Bogor
Email: sitiherlinda@unsri.ac.id.
Trips merupakan serangga hama pada tanaman cabai.
Di Jambi kerusakan yang ditimbulkan dapat mencapai
60%. Penelitian keanekaragaman spesies trips di
pertanaman cabai di dataran rendah dan di lahan
lebak wilayah Jambi belum ada dilaporkan. Penelitian
bertujuan untuk mengeksplorasi, mengidentifikasi
dan menganalisis keanekaragaman spesies trips di
dataran rendah dan di lahan lebak wilayah Jambi
pada musim kemarau.
Survei dilakukan di
pertanaman cabai dengan mengambil 150 tanaman
sampel tiap lokasi. Imago trips yang terkumpul
dimasukkan dalam alkohol 70% untuk persiapan
identifikasi. Identifikasi spesies trips dilakukan di
laboratorium Biosistematik Departemen Proteksi
Tanaman IPB Bogor. Hasil penelitian ditemukan dua
spesies trips di dataran rendah yaitu Thrips
parvispinus yang digolongkan famili Thripidae dan
satu spesies anggota sub ordo Tubulifera. Di lahan
lebak ditemukan satu spesies trips yaitu Thrips
parvispinus.
Keanekaragaman spesies trips di
pertanaman cabai di dataran rendah dan di lahan
lebak wilayah Jambi tergolong kategori rendah (H=
1). Thrips parvispinus ditemukan di setiap lokasi
survei dan jumlahnya mendominasi.
Populasi dan Serangan Aphis gossypii Glover
(Homoptera: Aphididae) pada Tanaman Cabai
(Capsicum annum L.) yang Diaplikasikan Ekstrak
Kompos, Pestisida Botani, dan Biopestisida
Population and Infestation of Aphis gossypii Glover
(Homoptera: Aphididae) on Chilli Peper Applied with a
Compost Extact, Botanical Pesticide and Biopesticide
Effendy, Syarifuddin, Siti Herlinda, Suwandi, Triani
Adam, Abdul Mazid
Jurusan HPT Fakultas Pertanian Unsri. Jl. PalembangEmail: ta.effendy@yahoo.com

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


Tanaman cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah
satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi.Aphis gossypii Glover merupakan hama
utama tanaman cabai, dapat menyebabkan daun
keriting, bunga dan daun muda gugur. Penelitian
dilakukan di Desa Suka Jaya Kecamatan Sukarame
Kota Palembang. Di mulai pada bulan Juni sampai
Agustus 2010. Sebagai perlakuan terpadu adalah
kombinasi ekstrak kompos, jamur B. bassiana dan
ektak biji Azadiracta indica diaplikasikan sebanyak 6
kali dimulai tanaman berumur 11 hari derngan
interval 2 minggu. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pengaruh ekstrak kompos, jamur B.
bassiana, ekstrak biji A. indica terhadap populasi dan
tingkat serangan A. gossypii pada tanaman cabai.
Perlakuan terpadu menunjukkan hasil yang signifikan
terhadap populasi A. Gossypiidan mengurangi daun
keriting, kuncup bunga dan daun muda yang gugur.
Uji Toksisitas Bacillus thuringiensis Berliner Asal
Tanah Terhadap Ulat Kubis Plutella xylostella
(Lepidoptera: Plutellidae) Dan Ulat Penggulung
Daun Erionata thrax (Lepidoptera: Hesperiidae)
Yulia Pujiastuti,Veny Apriyanti, Junindah Sirait,
Deshinta Tarigan, Rosdah Thalib, Triani Adam
Email: yulunsri@yahoo.com
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya
Bacillus
thuringiensis
merupakan
bakteri
entomopatogen yang dapat mematikan serangga
hama dengan cara kerja menyerupai racun perut.
Beberapa jenis serangga yang mempunyai alat mulut
menggigit mengunyah merupakan target dari B.
thuringiensis. Ulat kubis Plutella xylostella adalah
hama penting pada tanaman Brassicaceae seperti
kubis, sawi, sedangkan Erionata thrax merupakan
hama penting pada tanaman pisang ulat penggulung
daun. Pada ulat kubis, usaha pengendalian dengan
agens hayati B. thuringiensis sudah dilaporkan namun
pengendalian ulat penggulung daun dengan B.
thuringiensis belum pernah dilaporkan. Makalah ini
memuat hasil penelitian tentang toksisitas bakteri
entomopatogen B. thuringiensis asal tanah lebak
terhadap ulat penggulung daun pisang dan ulat kubis.
Percobaan telahdilaksanakan di Laboratorium
Fitopatologi dan Laboratorium Entomologi Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya pada bulan Januari-Juli 2012.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui 1). Toksisitas
B. thuringiensis terhadap ulat kubis dan ulat
penggulung daun pisang,dan 2) nilai LT50 and LT95 B.
thuringiensis dalam mematikan hama. Pengambilan
sampel dilakukan pada tanah rawa, dan diisolasi
dengan metode Asano (2005). Dari hasil uji skrining,
diperoleh 3 isolat yang berpotensi membunuh larva,
yaitu isolat IUP4, IUA1 dan SKP2. Percobaan
dilanjutkan dengan uji toksisitas kedua isolat B.
thuringiensis tersebut dilakukan dengan design
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan

variasi jumlah spora (sebanyak 3 perlakuan) dan


diulang sebanyak 6 kali. Jumlah larva uji sebanyak 30
ekor/perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan B.
thuringiensis isolat IUA1 dan IUP4 mampu
menyebabkan kematian sampai dengan 70%
sedangkan SKP2 menunjukkan nilai terendah
(66,67%). SKP2 merupakan isolat yang mampu
mematikan baik hama ulat P. xylostella maupun ulat
penggulung daun E. thrax. Semakin tinggi jumlah
spora yang diberikan pada serangga uji, semakin cepat
dalam menyebabkan kematian serangga, yang
ditunjukkan dengan nilai LT50 dan LT95 dengan ciri-ciri
gerakan menjadi lambat, aktivitas makan menurun,
ukuran tubuh menjadi lebih kecil, warna tubuh
menjadi pucat dan larva yang telah mati menjadi
berwarna putih kehitaman, berair dan lama kelamaan
menjadi hitam, tubuh lunak dan mudah hancur.
Potensi Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit
Sebagai Pupuk Organik Pada Lahan Kering
Marjinal di Provinsi Jambi
R. Purnamayani, E. Salvia, D.S. Gusfarina
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi
Email: rimacahyo@yahoo.com
Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
merupakan limbah padat yang jumlahnya cukup
besar, namun pemanfaatannya masih terbatas. Pada
saat ini, kelangkaan dan mahalnya harga pupuk
menjadi masalah bagi petani dan perkebunanperkebunan besar. Selain itu, permintaan pupuk
kompos sebagai salah satu bentuk hara organik bagi
tanaman telah semakin meningkat. Pengolahan TKKS
(Tandan
Kosong
Kelapa
Sawit)
menjadi
kompos/pupuk organik menjadi salah satu alternatif
pemanfaatan limbah TKKS yang menumpuk dan
secara ekonomis sebagai suplai unsur hara organik
bagi tanaman. Tujuan penulisan ini adalah untuk
memaparkan potensi kompos tandan kosong kelapa
sawit secara teknis dan ekonomi untuk menjadi
sumber pupuk organik pada lahan kering marjinal.
Luas perkebunan kelapa sawit (PKS) di Provinsi Jambi
semakin meningkat setiap tahunnya, demikian pula
dengan pabrik kelapa sawit, yang akan meningkatkan
jumlah limbah yang dihasilkannya, diantaranya adalah
tandan kosong kelapa sawit. Saat ini tercatat kurang
lebih 75 PKS di Provinsi Jambi yang terus beroperasi
menghasilkan crude palm oil (CPO). Dengan kapasitas
PKS 60 ton/jam akan menghasilkan TKKS sebanyak
62.400 ton/tahun dengan luasan yang dapat
diaplikasikan mencapai 1.560 ha/tahun dengan dosis
40 ton TKKS/ha. Kualitas pupuk organik asal TKKS ini
digambarkan dengan kandungan unsur hara makro
tersedia yaitu 1,08% N-total, 1,32 ppm P-tersedia,
75,07 ppm K-tersedia, 731,26 ppm Ca-tersedia dan
61,64 ppm Mg-tersedia. Kandungan yang cukup
berkualitas ini berpotensi untuk meningkatkan
kesuburan tanah pada lahan kering marjinal di
Provinsi Jambi.

39

40

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


PengaruhPemberian Pupuk TSP dan Abu Janjang
Kelapa Sawit pada Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Kacang Hijau
The Effect of Giving TSP Fertilizer and Palm Bunch Ash
on Green Bean Plants Growth and Production
Emi Sari Ritonga, Rathi Frima Zona, Nur Syamsul
Kustiawan, Marfil Ardi
1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
2) Universitas Islam Riau
3) BKP Kota Pekanbaru
Email : bptp_riau@yahoo.com.au
Kacang hijau merupakan tanaman yang memiliki nilai
gizi dan ekonomis penting. Menurut Badan Pusat
Statistik Propinsi Riau (2010) produksi kacang hijau
tahun 2007 adalah 1.739 ton, tahun 2008 menjadi
1.688 ton, tahun 2009 menjadi 1.014 ton. Hal ini
disebabkan kondisi tanah Riau (tanah gambut dan
PMK) yang miskin unsur hara. Salah satu usaha untuk
meningkatkan produksi
kacang
hijau
yaitu
pemupukan. Pada tanah PMK ketersediaan unsur
fosfat terbatas, oleh karena itu untuk meningkatkan
kesuburan tanah dilakukan dengan pengapuran dan
pemberian abu janjang kelapa sawit. Penelitian ini
dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian,
Universitas Islam Riau bulan September-Desember
2011. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian pupuk TSP dan abu janjang kelapa sawit
terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau.
Penelitian ini menggunakan Rancang Acak Lengkap
(RAL) faktorial yang terdiri dari dua factor (pupuk
TSP dan abu janjang kelapa sawit) terdiri dari 3
ulangan. Parameter pengamatan adalah tinggi
tanaman (cm), umur berbunga (hari), umur panen
(hari), jumlah polong per tanaman (buah), dan berat
100 biji (g). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
interaksi pupuk fosfat dan abu janjang kelapa sawit
pada tanaman kacang hijau memperlihatkan pengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah polong per
tanaman (TSP 14.4 g/plot dan abu janjang kelapa
sawit 1200 g/plot (P2A2).
Respons Bibit Kakao Terhadap Pemberian Pupuk
Organik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan
Kapur pada Tanah Sulfat Masam
The Respond of Cacao Germ Toward to an Organic
Fertilizer of Palm Oil Mill Effluent on the Acid Sulfated
Soil
Araz Meilin dan Ida Nursanti
Fakultas Pertanian Universitas BatanghariJambi
Email: araz_meilin@yahoo.com.
Produktivitas lahan tersebut masih rendah ini
disebabkan oleh rendahnya ketersediaan unsur hara
dan tingkat kemasaman tanah yang tinggi. Untuk
menjadikan kondisi media tanam yang memiliki
kondisi keseimbangan ketersediaan unsur hara, sifat
fisik dan biologis pada tanahsulfat masam diperlukan
bahan organik dan kapur.Penelitian bertujuan untuk
mengetahui respons bibit kakao dan dosis terbaik dari

pemberian pupuk organik limbah cair pabrik kelapa


sawit dan kapur. Pelaksanaan penelitian di Jambi dari
September 2012 sampai Maret 2013. Percobaan
menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial
,faktor pertama dosis limbah cair pabrik kelapa sawit(
0 , 70, 140, dan 280 mlpolybag-1 atau setara 0, 28.000 ,
56.000 dan 84.000 l ha-1). Faktor kedua dosis kapur
(0, 2, dan 4 g polybag-1 atau setara 0, 800, 1600 kg ha1). Tanaman indikator yang digunakan adalah Kakao
Lindak Klon ICS 13. Tanah sulfat masam berasal dari
Desa Lagan Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur,
Provinsi Jambi. Hasil penelitian memperlihatkan
bahwa respons bibit kakao terhadap pemberian
pupuk organik limbah cair pabrik kelapa sawit dan
kapur menunjukkan pengaruh pada peningkatan
pertumbuhan vegetatif. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa kombinasi perlakuan kapur 800
kg ha-1 dan pupuk organik limbah cair pabrik kelapa
sawit 84.000 l ha-1 merupakan perlakuan terbaik
dengan nilai pengamatan tertinggi pada tinggi
tanaman, bobot kering tajuk, laju asimilasi bersih, luas
daun, dan nisbah tajuk akar.
Hubungan Kenampakan Tegak Batang dan
Karakteristik Akar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Lahan Gambut
The Relationship of Tree Standing Performances and
Root Characteristics of Oil Palm (Elaeis guineensis
Jacq.) on Peat Land
Marlina, Mery Hasmeda, Dwi Putro P, Renih Hayati
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian ,
UniversitasSriwijaya
Email : marlina_roesli @yahoo.com
Pengembangan tanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) telah dilakukan secara luas pada
lahan gambut walaupun masih terdapat beberapa
kendala antara lain pertumbuhan tanaman yang
cenderung miring bahkan roboh sejak tanaman masih
muda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kenampakan tegak dan roboh dan hubungannya
dengan karakteristik akar sawit yang ditanam pada
lahan gambut. Varietas yang digunakan adalah
varietas SJ2
tahun tanam
2006-2007 dengan
kedalaman gambut 2,5-4 meter. Tanaman yang
diamati adalah tanaman yang tumbuh tegak (T) dan
tanaman yang roboh (R). Penelitian telah
dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2013 dengan
menggunakan Analisis Korelasi dan tabulasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas permukaan
akar terutama akar primer tanaman kelapa sawit
yang tumbuh tegak semakin luas dengan semakin
dalam letaknya
di tanah gambut. Luas
area
permukaan dan jumlah akar tanaman kelapa sawit
tegak berhubungan dengan
bulk densitas dan
permeabilitas gambut. Secara tabulasi, akar tanaman
sawit yang tumbuh tegak memiliki luas area
permukaan akar primer, sekunder maupun
tersier/kuartener lebih sempit dan pelepah daun lebih
pendek dibandingkan tanaman yang roboh. Akar
primer berperan penting pada kenampakan tegak

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


tanaman kelapa sawit di lahan gambut. Area
permukaan akar yang luas dan jumlah akar primer
yang sedikit serta pelepah daun yang lebih panjang
ditemukan pada tanaman sawit roboh di lahan
gambut.
Karakteristik Dodol Berbahan Baku Timun Suri
Produksi Lahan Kering di Indralaya Utara
Characteristics of Dodol Made from Cucumis melo L.
Cultivated from Dry Land in North Indralaya
Merynda Indriyani Syafutri dan Eka Lidiasari
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Jurusan
Teknologi Pertanian FP Unsri
Email: misyafutri@yahoo.com
Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari
karakteristik dodol berbahan baku buah timun suri
produksi lahan kering, serta untuk mempelajari
pengaruh penambahan kelapa parut terhadap
karakteristik fisik, kimia dan sensoris dodol.
penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia
Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas
pertanian, Universitas Sriwijaya. Parameter yang
diamati meliputi warna (lightness, chroma, hue), kadar
air, kadar abu, kadar gula total dan sifat sensoris
melalui uji hedonik terhadap tekstur, warna, aroma
dan rasa dodol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
buah timun suri memiliki potensi sebagai bahan baku
pembuatan dodol. Perlakuan terbaik adalah A1B2C2
dengan nilai lightness 49,15%, chroma 11,45%, hue
81,4o, kadar air 29,94%, kadar abu 1,29%, kadar gula
total 14,85%, dan sifat sensoris (tekstur 3,54, warna
3,75, aroma 3,71 dan rasa 3,92).
Penilaian Kekritisan Lahan dan Erosi pada
Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Sub Hulu
Komering Sumatera Selatan
Land Assessment Critical Level in Various Types of
Land Us in The Upstream Komering Watersheds
South of Sumatra
Satria Jaya Priatna
Staf Pengajar PS. Ilmu Tanah FP Unsri
Email: sjpriatna@gmail.com
Penelitian
ini
bertujuan
untukmenilai
tingkatkekritisanlahan, kondisi beberapa sifat fisik
tanah
dan
potensi
erosi
pada
berbagai
jenispenggunaan lahandi kawasan Sub DAS hulu
Komering Sumatera Selatan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) erosi terendah terjadi di
daerah hutan (HT1) sebesar 5,79 ton/ha/tahun, dan
tertinggi pada lahan pertanian campuran (KC3) yaitu
sebesar 348,65 ton/ha/tahun. 2) kondisi beberapa
sifat fisik tanah (tektur, struktur, permeabilitas, bobot
isi dan kandungan bahan organik) bervariasi dari
buruk hingga baik, dan 3)Hasil evaluasi tingkat
kekritisan lahan memperlihatkan dimana luas lahan
sangat kritis berkisar 19,655,30 Ha; lahan kritis
455,023,40 Ha; lahan agak kritis 349.515.34 Ha;

lahan potensi kritis 49.856,02 Ha, dan tidak kritis


41.327,77 Ha.
Kajian Dinamika Populasi Gulma Akibat Berbagai
Metode Pengendalian Gulma di Kebun Karet Pada
Lahan Masam
Study Population Dynamics of Weed Due to Various
Weed Control Method in The Plantation of Rubber Plant
in Acid Soil
Zulkipli1), Yakup, Erizal sodikin2) , Yernelis Syawal
1 Mahasiswa S3 Pascasarjana Universitas Sriwijaya
dan Staf Pengajar di SPPN. Sembawa. Email:
zulkipli_mahrus@yahoo.co.id
Tanaman karet ummunya di usahakan di lahan
masam dengan kendala utama yang dihadapi antara
lain tingkat pertumbuhan gulma yang pesat dengan
kepadatan berbeda dari masing-masing jenis.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian
dinamika populasi gulma di lahan masam akibat
berbagai interval waktu pengendalian dan aplikasi
herbisida berbahan aktif tunggal atau campuran di
kebun karet muda. Penelitian ini telah dilaksanakan
dari bulan Januari hingga bulan Mei 2013 di kebun
percobaan di desa Talang Kemang, Banyuasin.
Penelitian ini menggunakan rancangan split plot
dengan petak utama perlakuan interval waktu
pengendalian gulma (satu bulan, tiga bulan dan enam
bulan) sedangkan perlakuan aplikasi herbisida
sebagai anak petak (glifosat, parakuat, glifosat + metil
metsulfuron, parakuat + metil metsulfuron, ditebas dan
kontrol) dengan ulangan 3 kali. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa masing-masing petak perlakuan
berbeda tidak nyata, persentase penutupan dan berat
kering gulma pada awal penelitian (pra perlakuan).
Pengaruh perlakuan interval pengendalian gulma,
aplikasi herbisida dan interaksinya berbeda sangat
nyata terhadap persentase penutupan dan berat
kering gulma
(bulan Maret) dua bulan setelah
aplikasi perlakuan. Hasil perhitungan SDR gulma
menunujukkan nilai SDR gulma golongan daun lebar :
gulma golongan rumput pada awal penelitian= 54,72
% : 27,20 %, perlakuan glifosat = 86,68 % ; 12,17 %),
pada perlakuan parakuat = 42,22 % : 54,78 % dan
pada perlakuan parakuat + metil metsulfuron = 39,97
% : 49,39 %. Perbedaan tinggkat efektifitas dari jenis
herbisida dan tingkat kepekaan gulma terhadap
herbisida menyebabkan pergeseran dominasi gulma.
11. Sesi off-farm, sosial-ekonomi, lingkungan dan
lain-lain 3 (18:15-21:30)
Peluang Pengembangan Pengeringan Hibrid
Sistem Konveksi dan Gelombang Mikro untuk
Meningkatkan Mutu Beras di Lahan Pasang Surut
Hybrid Drying Development Opportunities on
Microwave and Convection System to Improve Quality
of Ricein Tidal Lowland
Budi Raharjo1,2
1Balai
Pengkajian
Sumatera Selatan

Teknologi

Pertanian

(BPTP)

41

42

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


2 Pusat

Unggulan Riset Pengembangan Lahan SubOptimal (PUR-PLSO)


Email: raharjo.fire@gmail.com
Penggunaan mesin pengering bahan bakar sekam
(BBS) yang meluas di pasang surut sangat membantu
dalam menyelamatkan gabah petani terutama dalam
memperbaiki mutu beras dan meningkatkan
rendemennya. Walaupun demikian masih dijumpai
kelemahan dari pengeringan dengan sistem ini terkait
dengan ketidakseragaman kadar air gabah (moisture
gradien) serta masih tingginya persentase beras pecah
yang dihasilkan. Kelemahan lain dari pengoperasian
mesin pengering BBS ini adalah dalam hal efisiensi
energi, yaitu kehilangan panas ke lingkungan
diakibatkan densitasnya yang rendah. Kelemahankelemahan tersebut telah coba diperbaiki dengan
beberapa metoda dan re-disain dalam penggunaan
mesin
pengering
BBS.
Pengeringan
cara
konvensional dengan radiasi sinar matahari
banyak digunakan, karena cara ini bebas biaya
energi dan mudah pelaksanaannya, akan tetapi
sulit terkontrol karena sangat tergantung cuaca
dan memerlukan tempat yang luas dan tidak
terjamin kebersihannya. Pengeringan radiasi
dengan
menggunakan
gelombang
mikro
merupakan salah satu alternatif yang mengatasi
kelemahan tersebut. Dengan beberapa keunggulan
karakteristik yang dimiliki gelombang mikro dapat
dijadikan salah satu cara mengeringkan gabah, selain
cara konveksi menggunakan mesin pengering bahan
bakar sekam. Untuk itu perlu dijajaki peluang
penyempurnaan mesin pengering BBS dengan
mengkombinasikannya
dengan
penggunaan
gelombang mikro. Perlu penyesuaian yang teliti
terhadap rancangan alat baik secara fungsional dan
struktural dalam merancang mesin pengering gabah.
Penerapan sistem pengeringan dengan gelombang
mikro untuk diaplikasikan sebagai mesin pengeringan
harus dikombinasikan dengan sistem pengeringan lain
yang disebut sebagai pengeringan hybrid.
Penerapan Jaminan Mutu Unit Penggilingan Padi
di Lahan Pasang Surut
The application of Quality Management System in Rice
Miller at Tidal Lowland
Yeni E Maryana dan Herwenita
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Sumatera Selatan
Email : yheza08@yahoo.co.id
Penggilingan padi di lahan pasang surut berperan
penting sebagai basis agribisnis perberasan nasional.
Kendala yang masih dihadapi di penggilingan padi
sampai saat ini adalah masih tingginya susut dan
beras broken di penggilingan padi. Penerapan sistem
manajemen mutu unit penggilingan padi di daerah
pasang surut dilakukan melalui pendekatan GMP
dengan keterpaduan penerapan sistem manajemen
mutu mulai dari budidaya, panen dan pascapanen,
penyimpanan dan distribusi. Makalah merupakan

review dari hasil-hasil penelitian atau telaahan yang


relevandengan topik yang diangkat. Makalah ini
dibuat dengan tujuan untuk memberikangambaran
tentang penerapan sistem manajemen mutu di unit
penggilingan padi dan pendekatan sistem manajemen
mutu yang dapat dilakukan di lahan pasang surut.
Inovasi Teknologi Panen dan Penanganan
Pascapanen Mendukung Pengembangan Padi di
Lahan Suboptimal Kalimantan Timur
Sri Sudarwati
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan
Timur
Email : srisudarwati_thp@yahoo.com
Lahan pertanian di Kalimantan Timur cukup luas yang
didominasi oleh lahan sub optimal baik itu lahan
kering, lahan rawa, lahan pasang surut maupun lahan
kering masam dan berpotensi untuk penanaman padi
sehingga pengembangan tanaman padi setiap
tahunnya mengalami peningkatan. Untuk mendukung
pengembangan padi tersebut, di Kalimantan Timur
terus dilakukan usaha untuk meningkatkan areal
penanaman dan produktivitas padi baik melalui
penggunaan varietas unggul maupun dengan sistem
budidaya yang tepat dan benar. Keberhasilan tersebut
apabila tidak diimbangi dengan system panen dan
penanganan pasca panen yang benar akan mengalami
kehilangan hasil yang cukup besar hingga 20 % pada
saat panen dan penanganan pasca panen serta gabah
atau beras yang dihasilkan kualitasnya tidak
maksimal. Oleh karena itu untuk menekan kehilangan
hasil dan meningkatkan kualitas gabah atau beras
yang dihasilkan perlu diterapkan teknologi panen dan
penanganan pascapanen yang tepat. Teknologi
tersebut meliputi penentuan waktu panen, cara panen,
system panen, peralatan yang digunakan untuk panen,
tidak menunda perontokan padi setelah dipanen, cara
dan peralatan perontokan yang digunakan, perawatan
gabah hasil panen, cara dan alat pengeringan gabah
yang digunakan, serta alat penggilingan yang
digunakan. Dengan menerapkan teknologi panen dan
penanganan pasca panen padi yang tepat maka dapat
menekan kehilangan hasil panen dan meningkatkan
kualitas gabah atau beras yang dihasilkan sehingga
dapat mendukung pengembangan padi di Kalimantan
Timur.
Analisis Perilaku Curahan Tenaga Kerja Rumah
Tangga Petani Padi di Lahan Rawa Lebak
Analysis of the Behavior Outpouring of Household
Labor Rice Farmers in the Swamp Land of Lebak
Nasir1*), Imron Zahri2), Andy Mulyana2), Yunita2)
1) Mahasiswa Program Doktor
Ilmu Pertanian,
Pascasarjana Universitas Sriwijaya dan Dosen
Program Studi Agrobisnis Fakultas Pertanian
Universitas Tridinanti
2)
Dosen Program Doktor Ilmu Pertanian, Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya
Tel/Faks +62711378387

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


email: nasir_rizky20@yahoo.com
Rumah tangga petani berperan sebagai penyedia
sekaligus penggunan tenaga kerja. Kedua peran
tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi
pendapatan rumah tangga petani. Penelitian ini
bertujuan untuk: (1) menganalisis perilaku curahan
tenaga kerja rumah tangga petani, dan (2)
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku curahan tenaga kerja. Metode penelitian
yang digunakan metode survey dengan jumlah
responden 60 rumah tangga petani di Kabupaten
Ogan Ilir. Analisis dilakukan menggunakan persamaan
regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa curahan
tenaga kerja anggota rumah tangga lebih banyak pada
kegiatan non usahatani padi sebanyak 290 HOK, yang
terdiri dari curahan untuk buruh 120 HOK, usaha
perikanan tangkap sebanyak 35 HOK dan usaha
kerajinan rumah tangga 135 HOK. Curahan tenaga
kerja untuk usahatani padi hanya 79 HOK. Curahan
tenaga kerja pria pada usahatani padi dipengaruhi
oleh luas lahan, curahan tenaga kerja wanita pada
usahatani padi, pendapatan pria di luar usahatani padi
dan curahan tenaga kerja luar keluarga, sedangkan
curahan kerja pria di luar usahatani padi dipengaruhi
oleh: curahan tenaga kerja pria pada. Curahan tenaga
kerja wanita pada usahatani padi dipengaruhi secara
signifikan oleh: luas lahan, pendapatan wanita luar
usahatani padi, pengeluaran rumah tangga dan
pendapatan pria dari luar usahatani padi, sedangkan
curahan kerja pria di luar usahatani padi dipengaruhi
oleh: curahan tenaga kerja pria pada usahatani padi,
pendapatan usahatani padi, dan pengeluaran rumah
tangga. Curahan tenaga kerja wanita di luar usahatani
padi dipengaruhi oleh: curahan tenaga kerja wanita
pada usahatani padi, pendapatan suami diluar
usahatani dan pengeluaran rumah tangga.
Peningkatan Kesejahteraan Rumah Tangga Petani
Melalui Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Firdaus dan Adri
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Jambi
Email : firdaus_osa@yahoo.com
Lahan pekarangan merupakan aset yang dapat
dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan
keluarga. Saat ini masih banyak lahan pekarangan
yang belum dimanfaatkan. Lahan pekaraangan dapat
dimanfaatkan sebagai temat memproduksi berbagai
jenis sayuran, umbi-umbian, kacang-kacangan dan
buah-buahan.
Penelitian
pemanfaatan
lahan
pekarangan melalui Model Kawasan Rumah Lestari
(M-KRPL)telah dilakukan di Desa Teluk Pandak,
Kecamatan Tanah Sepenggal, Kabupaten Bungo,
Provinsi Jambi. Hasil penelitian menunjukan bahwa
terjadi peningkatan adopsi oleh petani sebesar 132 %,
produksi sayuran yang dikonsumsi sendiri sebesar
63,16% dan yang dijual 36,84% dan PPH 82,95%.
Penghematan biaya rumah tangga berkisar Rp
250.000,- s/d Rp 500.000,- per bulan.

Studi Kasus Kelembagaan Penangkar Benih


Varietas Unggul Baru (VUB)di Kawasan Model
Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui
Inovasi (m-P3MI) Kabupaten Rokan Hulu
Rachmiwati Yusuf, Haryanto dan Dorlan Sipahutar
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
Email: rachmi_2608@yahoo.co.id
Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui
Inovasi (m -P3MI) adalah salah satu strategi Badan
Litbang Pertanian yang dilaksanakan oleh Balai
Pengkajian Teknologi (BPTP), diantaranya BPTP Riau.
Lokasi m-P3MI BPTP Riau di kabupaten Rokan Hulu
merupakan salah satu pemasok padi di Provinsi Riau,
yang merupakan suatu potensi dalam menumbuh
kembangkan kelembagaan penangkar benih padi.
Pada tahun 2011 hingga 2012 telah dilakukan
pengembangan pertanian pedesaan melalui inovasi
teknologi budidaya padi VUB guna penumbuhan
kelembagaan penangkar benih padi Varietas Unggul
Baru (VUB). Para penangkar benih padi sebagai
kooperator, dibina secara teknis maupun managerial
agar mampu menyediakan benih bermutu sesuai
dengan prinsip 7 tepat (jenis, varietas, mutu, jumlah,
waktu, lokasi, dan harga). Metode pengumpulan data
dengan cara studi kasus melalui survey dengan tujuan
untuk menggali data dan informasi karakteristik
kelembagaan penangkar benih padi VUB dan respon
penangkar benih terhadap inovasi kelembagaan
penangkar benih padi khususnya padi Varietas Unggul
Baru (Inpari 3, Inpari 6, Inpari 9 dan Inpari 10) yang
telah mulai berkembang dibudidayakan oleh petani di
lokasi penelitian. Data-data yang diperoleh, ditabulasi
dan dianalisis secara deskriptif. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa awal pelaksanaan m-P3MI,
kelembagaan penangkar benih padi masih didominasi
oleh pemula (80 90%), setelah m-P3MI (tahun
kedua) telah diperoleh kelembagaan penangkar benih
padi dengan kategori kelas madya (10 20% ), kelas
lanjut (5 15%) dan kelas pemula (65 75%). Inovasi
teknologi budidaya padi VUB, khususnya dalam aspek
parameter produksi yang lebih direspon adalah Inpari
3 dan Inpari 6 (60 80%). Melalui m-P3MI teknologi
budidaya VUB padi nyata
meningkatkan minat
penangkar benih untuk lebih responsif dalam
menumbuh kembangkan kelembagaan penangkar
benih padi yang spesifik lokasi.
Analisis Pembentukan Modal dalam Upaya
Pengembangan Kebun Karet pada Lahan Sub
Optimal di Sumatera Selatan
Analysis of Capital Formations in Effort to Expansion
Rubber Plantation at Sub Optimal Area in South
Sumatera
Omar Hendro, Andi Mulyana, M.Yamin, Taufiq
Marwa
Program Studi Agribisnis Program Pascasarjana
Universitas Sriwijaya
Email : omarhendro@ymail.com

43

44

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


Rumusan masalah adalah: (1) Apakah terdapat
pengaruh faktor-faktor yang digunakan terhadap
pembentukan modal untuk pengembangan kebun
karet pada lahan sub optimal, (2) Apakah petani
memiliki
kemampuan
untuk
mengalokasikan
pendapatannya bagi pembentukan modal untuk
pengembangan kebun karet pada lahan sub optimal,
(3) Apakah sisa pendapatan yang tidak dikonsumsi
(tabungan ril) dapat digunakan bagi pembentukan
modal untuk pengembangan kebun karet pada lahan
sub optimal, (4) Apakah terdapat sumber usaha lain
untuk
menambah
pendapatan
petani
bagi
pembentukan modal untuk pengembangan kebun
karet pada lahan sub optimal. Metode analisis adalah
regresi dan uji hipotesis. Hasil penelitian adalah: (1)
Ada pengaruh yang positif dan signifikan pedapatan
rumah tangga, dan sisa pendapatan yang tidak
dikonsumsi (tabungan riil), secara parsial terhadap
pembentukan modal untuk pengembangan kebun
karet pada lahan sub optimal, (2) Ada pengaruh yang
negatif dan signifikan variabel pengeluaran rumah
tangga secara parsial terhadap pembentukan modal
untuk pengembangan kebun karet pada lahan sub
optimal.
Eksplorasi Sumber Pangan Pengganti Beras dan
Pola Konsumsi Pangan Masyarakat di Kabupaten
Bangka
Exploration of Food Substitutes for Rice and Pattern of
Food Consumption in the District Bangka
Rostiar Sitorus1 dan Euis Asriani2
1 Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Perikanan dan
Biologi, Universitas Bangka Belitung
2 Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung
Email: oty_torus@yahoo.com
Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisir
sumber pangan pengganti beras yang dikonsumsi oleh
masyarakat di Kabupaten Bangka, mendapatkan
gambaran kemungkinan pengembangan sumber
pangan pengganti beras tersebut pada masa yang akan
datang serta mengetahui gambaran pola konsumsi
pangan yang ada di Kabupaten Bangka. Penelitian
telah dilaksanakan pada bulan November sampai
dengan Desember 2012.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Masyarakat Kabupaten Bangka
mengkonsumsi pangan pokok berupa beras,
sedangkan sumber pangan pengganti beras yang
umumnya dikonsumsi oleh masyarakat di Kabupaten
Bangka adalah beras singkong atau lebih dikenal
sebagai beras Aruk. Pengembangan sumber pangan
pengganti beras tersebut pada masa yang akan dating
dapat dilakukan dengan upaya : a) Sosialisasi dan
Promosi Beras Singkong, b) Upaya memperkuat
permodalan dan c) meningkatkan produktifitas usaha
pembuatan beras singkong. Pola konsumsi pangan
yang ada di Kabupaten Bangka dapat dilihat
berdasarkan jenis pangan yaitu didominasi pangan
sumber karbohidrat 56,65% (650,42 Kg/Kap/th),
sumber protein 34,14%(392,02 Kg/Kap/th), sumber

vitamin dan mineral 5,79% (66,47 Kg/Kap/th) dan


pangan lain 3,4% (39,18 Kg/Kap/th).
Kandungan Nutrisi Cuko Pempek dari Jeruk yang
Berasal dari Lahan Suboptimal
Nutrients of Cuko Pempek from Citrus which Grown in
Suboptimal Lands
Alhanan nasir
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Palembang
Email : alnan29@yahoo.co.id

Bahan cuko pempek yang dapat meningkatkan


citarasa diantaranya adalah jeruk dan banyak
mengandung vitamin C, dan jeruk yang berasal
dari lahan suboptimal, dilaksanakan di
Laboratorium Kimia FP UMP berlangsung bulan
Januari-Juni 2013. Percobaan dalam Rancangan
Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari
perlakuan jenis jeruk (kunci dan lemon berasal
dari Desa Segayam Muara Enim) dan jenis cabe
(jemprit, celepik, dan merah) dengan enam
kombinasi perlakuan dan tiga kali ulangan.
Pengamatan meliputi Vitamin C, pH dan uji rasa
dan aroma. Alat dan bahan yang digunakan
untuk analisis kimia dan uji organoleptik. Data
Vitamin C dan pH dianalisis dengan ANOVA dan
dilanjutkan uji BNT, data organoleptik dianalisis
dengan Uji Freidman dan dilanjutkan uji Conover.
Perlakuan jenis cabe (C), jenis jeruk (J) dan
kominasi jenis cabe
dan jenis jeruk (CJ)
berpengaruh sangat nyata terhadap vitamin C,
pH, dan berpengaruh nyata terhadap rasa dan
aroma, jeruk kunci banyak mengandung vitamin
C dan disukai. Rata rata tertinggi kadar
vitamin C adalah 8,228 pada J1 dan 5,5 pada J2.
Pengolahan Air Payau Menjadi Air Bersih (Variasi
Koagulan dan Ketinggian Filter)
Brackish Water Treatment being Clean Water
(Variations of Coagulant and Filter Height)
Jaksen M. Amin1, Nopriyanto2, Msy. Marnia Nalista2
1 Dosen TeknikKimia Politeknik Negeri Sriwijaya
2 Alumni TeknikKimia Politeknik Negeri Sriwijaya
Email: jaksenmamin@yahoo.com
Penyediaan air bersih di Sumatera Selatan belum
mencukupi kebutuhan masyarakat termasuk
di
daerah Kenten Laut kabupaten Banyuasin propinsi
Sumatera Selatan yang cukup banyak memiliki lahan
rawa lebak dimana airnya bersifat payau. Tujuan
utama penelitian untuk mengolah air payau menjadi
air bersih yang layak dijadikan air minum melalui
penambahan koagulan (alum dan PAC) dan variasi
ketinggian isian filter mangan zeolit dan karbon aktif.
Dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan unit
pengolahan air payau menjadi air bersih yang terdiri

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


dari unit koagulasi-sedimentasi, oksidasi dan filtrasi
bertahap termasuk membran reverse osmosis. Pada
tahap koagulasi-sedimentasi ditambahkan alum 100
ppm, 150 ppm dan 200 ppm, hal yang sama dilakukan
dengan penambahan PAC. Pada tahap berikutnya
diteliti faktor ketinggian mangan zeolit dan karbon
aktif masing-masing 10 cm, 15 cm, dan 20 cm yang
dimasukkan dalam pipa 10 cm. Hasil percobaan
optimal pada penambahan 150 ppm koagulan PAC,
ketiggian mangan zeolit 20 cm dan ketinggian karbon
aktif 15 cm dimana kualitas air sudah memenuhi
standar air bersih dari Kemenkes dan mendekati SNI
No 01-3553-2006 tentang syarat kualitas air bersih
dan air minum. Kualitas air hasil olahan adalah tak
berwarna, tak berasa, tak berbau, pH 6,5-7,5, turbidity
2,5 NTU, TDS 145 mg/l, mengandung Fe 0,16 ppm, Cl
180 ppm, dan Mn 0,11 ppm.
Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung
(Zea mays sacharata sturt ) yang ditumpangsarikan
dengan Tanaman Kedelai (Glycin max.(L) meriil)
dilahan eks sawah irigasi terhadap perlakuan Waktu
Tanam dan Jarak Tanam
Hermanto 1*), Holidi 2*), Sumarno*)
Prodi Agroteknologi FakultasPertanian Universitas
Musi Rawas
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays
sacharata sturt ) yang ditumpangsarikan dengan
tanaman kedelai (Glycin max.(L) meriil) dilahan eks
sawah irigasi terhadap perlakuan waktu tanam dan
jarak tanam. Penelitian ini dilaksanakan di lahan
sawah eks irigasi teknis Desa P1 Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Musi Rawas dengan ketinggian
tempat 100 m di atas permukaan laut (dpl).
Sedangkan waktu penelitian akan dilakukan pada
bulan November sampai bulan Maret
2011.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok
secara faktorian. Perlakuan yang dicobakan adalah
Perlakuan Waktu Tanam (S) yang terdiri dari tiga
jenis yaitu :S1 = perlakuan waktu tanam jagung 20
hari setelah tanam kedelai, S2 = perlakuan waktu
tanam jagung 10 hari setelah tanam kedelai,S3 =
perlakuan waktu tanam jagung serentak dengan saat
tanam kedelai. Perlakuan kedua adalah Perlakuan
jarak tanam (J) yang terdiri dari tiga taraf yaitu:J1 =
Jarak tanam jagung 75 x 25 cm dan kedelai 40 x 25 cm,
J2 = Jarak tanam jagung 75 x 30 cm dan kedelai 40 x
30 cm, J3 = Jarak tanam jagung 75 x 35 cm dan kedelai
40 x 35 cm. Hasil penelitian sebagai berikut : interaksi
perlakuan waktu tanam jagung serentak dengan saat
tanam kedelai dengan perlakuan jarak tanam 75 cm x
35 cm untuk tanaman jagung dan 40 x 35 cm tanaman
kedelai (S3J3) memberikan respon terbaik terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung dan kedelai di
lahan sawah.

12. Sesi off-farm, sosial-ekonomi, lingkungan dan


lain-lain 4 (18:15-21:30)
Potensi Pengembangan Lahan Rawa Mendukung
Swasembada Pangan Berkelanjutan
The Potency of Swamps Development in Supporting
Self-Sufficiency of Sustainable Food
Herwenita dan Yeni E. Maryana
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera
Selatan
Email : herwenita@gmail.com
Meningkatnya jumlah penduduk berimbas kepada
meningkatnya kebutuhan akan bahan pangan. Sistem
pertanian intensif yang ada tidak akan mampu
mencukupi penyediaan pangan kepada semua
masyarakat ketika lahan pertanian yang subur
semakin sempit luasannya. Intensifikasi yang
berlebihan untuk mengejar produksi tanpa diikuti
oleh peningkatan luasan lahan malah seperti hal yang
cenderung dipaksakan dan banyak yang tidak sesuai
dengan aspek ekologi. Akibatnya, sistem pertanian
yang berkelanjutan sulit untuk dicapai. Salah satu
kawasan yang belum termanfaatkan secara optimal
adalah kawasan rawa. Hal ini berdasarkan fakta
bahwa Indonesia memiliki lahan rawa seluas
33,4039,40 juta ha yang terdiri atas lahan rawa
pasang surut 23,10 juta ha dan lahan rawa lebak
(nonpasang surut) 13,30 juta ha. Lahan rawa hanya
berada di tiga pulau di Indonesia yaitu Sumatera,
Kalimantan, dan Papua. Di Sumatera Selatan, sebagian
kecil lahan rawa telah dimanfaatkan petani setempat
untuk bertanam padi dan sedikit jenis sayur-sayuran.
Masalah utama pengembangan pertanian di lahan
rawa adalah: (1) kuantitas air berlebih atau
kekurangan dan kualitas air buruk karena
mengandung unsur atau senyawa racun, (2)
kemasaman tanah tinggi, (3) keracunan besi, (4)
ketersediaan hara rendah, (5) organisme pengganggu
tanaman, dan (6) lain-lain. Teknologi pengelolaan
lahan rawa untuk pertanian terdiri dari teknologi
pengelolaan air, teknologi pemulihan lahan, teknologi
efisiensi faktor produksi, teknologi pengendalian OPT
dan teknologi penataan lahan (sistem surjan).
Pelestarian Fungsi Rawa Melalui Pengembangan
Budidaya dan Potensi Daerah
Azizah Husin
FKIP Unsri
Email: azizahhusin66@yahoo.co.id
Sumatera selatan memiliki rawa yang cukup luas,
namun saat ini mengalami penurunan luas wilayah
rawa dikarenakan makin gencarnya pengalihan fungsi
rawa dengan cara melakukan penimbunan. Akibat
yang ditimbulkan adalah wilayah banjir makin meluas
dan tinggi dari tahun ke tahun khususnya ketika
musim hujan tiba. Hal ini akan makin meningkat
dimasa datang jika tidak dilakukan upaya
mengatasinya. Solusi yang bisa ditawarkan adalah

45

46

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


dengan melakukan pembangunan dan pengembangan
wilayah yang berorientasi pelestarian lingkungan
rawa. Pelestarian lingkunga rawa memperhatikan
aspek budaya masyarakat dan mengapresiasi potensi
sumberdaya alam daerah yakni luasnya wilayah rawa
yang belum dialihfungsikan. Budaya masyarakat kota
Palembang adalah menggemari makan ikan untuk
lauk maupun makanan tradisional sehari-hari
menggunakan bahan utama ikan khususnya ikan
rawa. Selain itu melestarikan lingungan rawa dengan
menjadikan rawa wilayah pariwisata air. Dengan
demikian kebiasaan masyarakat membangun dengan
melakukan penimbunan dapat dicegah dan dikurangi
apalagi dengan adanya dukungan pemerintah melalui
ketatnya
peraturan
daerah
yang
mengatur
pembangunan fisik.
Pengembangan Lahan Rawa untuk Mendukung
Peningkatan Produksi Pangan
E. Eko Ananto
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian Bogor
Email: e.eko_a@yahoo.com
The swamp lands in Indonesia were estimated 33.36
million ha, which consists of tidal swamps 20.11
million ha and non-tidal swamps 13.26 million ha,
From tidal swamp lands, about 9.53 million ha of
potential for agriculture, but only about 4.18 million
ha has been reclaimed for agricultural production.
Meanwhile, from the non-tidal swamps land area of
13.26 million ha, only 730 000 were already
cultivated. However, due to biophysical and socioeconomic constraints the utilization is not optimum
yet. Its indicated by lower level of productivity. On the
other hand, specific packages of technology developed
from research is available which may change the
marginal status of tidal swamps land into prospective
agricultural
producing
areas.
Agricultural
development in swamps land has to be initiated by
improvement of land and water management both at
macro and micro level, followed by proper cultural
practices supported by effective rural institution and
farmers participation. Crops management techniques
involve the use of improve variety, location specific
fertilization, soils amelioration if needed, effective
pests/diseases control and use of farm machineries.
The application of those technology packages had
increase the land productivity and yield of rice. The
use of farm machineries to solve the labor shortage
and improvement in harvest and post harvest
handling will be increased better quality of milled rice.
To ensure the succesful of the technology
development require the support of relevance rural
institution such as credit and input supply, processing
and marketing of products, and impowering farmers
capability.

Optimalisasi Lahan Pekarangan Melalui Budidaya


Sayuran Mendukung Diversifikasi Konsumsi
Pangan di Kabupaten Lahat Sumatera Selatan
Renny Utami Somantri dan Syahri
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Sumatera Selatan
Email:rennuta@gmail.com
Pemanfaatan lahan pekarangan menjadi strategi baru
pemerintah yang dikembangkan untuk meningkatkan
kemandirian pangan rumah tangga. Potensi
pekarangan untuk dimanfaatkan sebagai sumber
bahan pangan bergizi sangat besar. Secara nasional,
luas pekarangan mencapai 14% dari keseluruhan luas
lahan pertanian (sekitar 10,3 juta ha) dan merupakan
salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan
yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
Berdasarkan
itu,
Kementrian
Pertanian
mengembangkan suatu Model Kawasan Rumah
Pangan Lestari (M-KRPL) untuk optimalisasi
pemanfaatan lahan pekarangan, utamanya melalui
pemanfaatan berbagai inovasi yang dihasilkan oleh
lembaga penelitian. Kegiatan ini dilakukan di Desa
Keban Kabupaten Lahat, yang mayoritas warganya
memiliki pekarangan rumah tergolong sempit (<120
m2), namun telah terbiasa memanfaatkannya untuk
menanam sayuran dan pada pekarangan rumah
kelompok sedang (120-400 m2) ada warga yang
memelihara ikan pada kolam mini. Hasil yang
diperoleh warga dari pekarangannya selama ini masih
dimanfaatkan untuk keluarga sendiri. Optimalisasi
pemanfaatan lahan pekarangan di lokasi ini dapat
meningkatkan skor pola pangan harapan (PPH)
semula 72,0 menjadi 77,5. Skor PPH merupakan
indikator pemerintah untuk melihat kualitas
konsumsi pangan, dengan sasaran tahun 2014 PPH
sebesar 95.
Aplikasi Bioteknologi untuk Meningkatkan
Produktivitas Tanaman Pangan pada Lahan Salin
Biotechnology Application to Improve Food Crop
Productivity on Salin Land
Joni Karman
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Sumatera Selatan
E-mail: joni_karman@yahoo.co.id

Salinitas merupakan penyebab utama degradasi tanah


yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada
produksi tanaman. Stres fisiologi tanaman akibat
salinitas menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Selain itu, salinitas juga
menimbulkan masalah terhadap keragaman dan
aktivitas mikroorganisme tanah. Aplikasi bioteknologi
dengan penambahan bahan organik pada tanah salin
berupa kotoran ternak dan kompos dari biji kapas
dapat memperbaiki struktur tanah, mengurangi
persentase natrium dapat ditukar, dan meningkatkan
aktivitas enzim. Penambahan biochar digabung

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


dengan kompos dan cairan pirolisis dapat
meningkatkan produktivitas dan mengurangi stres
tanaman, serta dapat bertahan selama dua tahun masa
penanaman. Penambahan biochar juga meningkatkan
biomasa mikrobial tanah, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas tanah untuk pertumbuhan
tanaman. Tanaman transgenik yang disisipi gen yang
yang memainkan peranan dalam mempertahankan
tingginya rasio K+/Na+ dalam tanaman dapat
merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan
kemampuan toleran tanaman terhadap salinitas,
sehingga peningkatan produksi dapat dicapai.

dalam mengurangi emisi karbon, mengingat lahan


gambut sebelum dikelola untuk kebun kelapa sawit,
lahan hampir tiap tahun terbakar yang tentunya
menyumbang emisi karbaon yang cukup besar.

Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Kelapa Sawit di


Sumatera Selatan

Perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi khususnya


di Kabupaten Muaro Jambi telah memasuki masa
peremajaan pada tanaman yang telah berumur lebih
dari 25 tahun dengan produktivitas rata-rata kurang
dari 12 ton/ha/tahun. Salah satu kendala yang
dihadapi petani ketika melakukan peremajaan adalah
adanya tenggat waktu antara pembibitan sampai
dengan kebun mulai berbuah sehingga ada waktuwaktu dimana petani tidak memperoleh penghasilan.
Peremajaan dilakukan pada tanaman tua sebanyak 7
lajur x 14 baris, tanaman ditumbang sehingga
lahannya terbuka, lahan terbuka ini ditanami dengan
benih sawit muda. Penanaman sawit muda ini dapat
ditumpangsarikan dengan bermacam-macam tanaman
yaitu tanaman pangan dan tanaman hortikultura.
Salah satu tanaman hortikultura yang bernilai
ekonomis dan berumur pendek adalah timun. Timun
relatif mudah perawatannya, terutama bagi petani
yang belum biasa berusahatani sayur, seperti petani
perkebunan. Selain itu harganya cukup menjanjikan.
Penanaman tanaman timun sangat bermanfaat bagi
petani untuk menggantikan pendapatan mereka yang
hilang selama tanaman kelapa sawit belum
menghasilkan. Tujuan pengkajian ini adalah
mengetahui produksi timun di lahan replanting kelapa
sawit serta menganalisis analisis finansialnya.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Kelompok Faktorial dengan menggunakan dua faktor
perlakuan, yaitu faktor Mulsa (dengan dan tanpa
mulsa) dan faktor pemberian pupuk organik (pupuk
kandang, kompos sampah kota, kombinasi keduanya
dan kontrol).

Anung Riyanta
Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan,
Palembang.
Email: anungri2001@yahoo.com
Pemanfaatan lahan gambut untuk perkebunan kelapa
sawit rakyat di Sumatera Selatan akhir-akhir
berkembang begitu pesat. Hal ini mengingat semakin
terbatasnya
lahan
tanah
mineral
dansemakinmahalnyahargatanah mineral. Lahan
gambut menjadi kawasan yang sangat prospektif
untuk usaha pekebun kelapa sawit di Sumatara
Selatan. Namun demikian kegiatan ini banyak menuai
protes dari para pemerhati dan penggiat lingkungan
hidup baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Hal ini didasari atas kekhawatiran akan rusaknya
lahan gambut sebagai fungsi ekosistem yang
kompleks.Artikel
ini
merupakan
pengalaman
pemanfaatan lahan gambut untuk kelapa sawit di desa
Sungai Rengit Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan,
dilakukan pengamatan aspek budidaya dan temuantemuan aspek lingkungan disekitarnya. Pengelolaan
lahangumbut berbasis kearifan lokal, dimulai tahun
2006, penanaman tahun 2008 hingga sekarang
tanaman menghasilkan.Lahan gambut merupakan
ekosistem dengan keaneragaman hayati yang khas,
sudah selakyaknya dijaga kelestariannya. Namaun
demikian, dengan pertambahan penduduk, kebutuhan
pangan, dan keterbatasan lahan, lahan gambut
dikonversi menjadi kebun kelapa sawit.Tingkat
keberhasilan dari budidaya kelapa sawit di lahan
gambut merupakan upaya yang terintegrasi dari
berbagai kegiatan, mulai dari pembukaan lahan,
penanaman dengan menggunakan bibit yang unggul
dan sesuai, pemeliharaan tanaman baik pemupukan
maupun pengendalian gulma dan hama penyakit
tanaman serta manajemen pengelolaan drainase.
Seperti diketahui bahwa lahan gambut merupakan
lahan yang rapuh atau marginal sehingga apabila salah
dalam mengelolanya akan berdampak pada kerusakan
fungsi gambut itu sendiri. Apabila kondisinya sudah
rusak maka akan sulit untuk memperbaikinya.
Pengelolaan lahan gambut dengan mengikuti kaidahkaidah yang baik dan benar dapat mengasilkan
tanaman kelapa sawit yang produktif, sekaligus
bersifat berkelanjutan. Kegiatan ini berkontribusi

Optimalisasi Lahan Replanting Kelapa Sawit


dengan Tanaman Timun di Kabupaten Muaro
Jambi Provinsi Jambi
Hery Nugroho, R. Purnamayani, Endrizal
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi
Email: rimacahyo@yahoo.com

Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Rawa Lebak


untuk Perikanan
Swamp Water Resource use for Fishing
NP. Sumantriyadi
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Palembang
Email: sumantriyadi@ymail.com
Perairan umum adalah suatu genangan air yang relatif
luas yang dimiliki dan dikuasai oleh negara serta
dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan
masyarakat. Dengan luas perairan umum di Indonesia
sekitar 13,28 juta ha di Indonesia yang meliputi 4.167
juta ha lebak dangkal; 6.075 juta ha lebak tengahan
dan 3,038 juta ha lebak dalam serta tersebar di Pulau

47

48

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


Sumatera , Papua dan Kalimantan (Muthmainnah,
2011).
Parameter Fisika yang mempengaruhi
perairan rawa biasanya meliputi suhu, kekeruhan,
sedangkan factor kimia yang mempengaruhi derajat
keasaman, alkalinitas, oksigen terlarut. Jenis jenis
ikan yang dapat hidup pada perairan rawa banjiran
meliputi ikan Gabus, Ikan Toman, Ikan Sepat Siam,
Ikan Tembakang, Ikan Bujuk, Ikan Betok. Ikan-ikan ini
tergolong jenis ikan black fish (ikan hitam).
Aplikasi Cycocel dalam Pengendalian Getah
Kuning Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
pada Lahan Kering
Cycocel Application for Yellow Latex Control of
Mangosteen Fruit (Garcinia mangostana L.) on Dried
Land
Irianto, Budiyati Ichwan, Mapegau
Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Jambi
Email: iriantounja@gmail.com
Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan
konsentrasi cycocel yang tepat dalam mengendalikan
getah kuning buah manggis pada umur tanaman yang
berbeda pada kondisi cekaman air di lapangan.
Penelitian dilaksanakan di desa Koto Patah kecamatan
Keliling Danau kabupaten Kerinci provinsi Jambi pada
bulan Juni hingga November 2011 dengan ketinggian
tempat 800-900 m dpl. Rancangan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Kelompok pola faktorial.
Faktor pertama adalah konsentrasi Cycocel : 0 ; 1.500 ;
3.000 ; 4.500 ; dan 6.000 mg L-1. Faktor kedua adalah
kelompok umur tanaman : umur <30 tahun; 30-50 ;
dan > 50 tahun. Hasil pengamatan dianalisis dengan
sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf
= 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1)
Pengaruh cycocel terhadap jumlah dan bobot buah
mulus bergantung pada umur tanaman manggis; (2)
Pada tanaman manggis yang berumur kurang dari 30
tahun pemberian cycocel sebanyak 4.500 mgL-1 dapat
meningkatkan jumlah dan bobot buah mulus; dan (3)
Pada tanaman manggis yang berumur lebih tua yaitu
30-50 tahun dan di atas 50 tahun dibutuhkan cycocel
yang lebih sedikit untuk meningkatkan jumlah dan
bobot buah mulus yaitu 1.500 mgL-1.
Konsumsi Ikan dan Tingkat Kecukupan Protein
Anak Batita Di Daerah Pinggiran Sungai Musi
Kecamatan Gandus Kota Palembang
Fish Consumption and Sufficiency Rate of Protein of
Childrenunder 3 year in River Side Area Kecamatan
Gandus Palembang City
Yuli Hartati
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Palembang
Email: umi_yuli68@yahoo.com
Anak Usia dibawah 3 tahun (batita) adalah anak yang
masih dalam masa pertumbuhan dan termasuk
kelompok rawan gizi. Konsumsi makanan terutama
energi dan protein merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap status gizi. Salah satu alternatif


untuk memenuhi kebutuhan protein anak berasal dari
ikan. Sungai Musi merupakan sumber untuk
mendapatkan ikan terutama bagi pendudukan yang
tinggal di pinggiran sungai. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan konsumsi ikan dan tingkat kecukupan protein
anak usia dibawah 3tahun di daerah pinggiran sungai
Musi Kecamatan Gandus Palembang. Penelitian ini
menggunakan rancangan crossectional. Sampel
berjumlah 94. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara
langsung
dengan
responden
menggunakan kuesioner terstruktur. Analisis data
meliputi analisis univariat (mean,standar deviasi, nilai
minimum dan maksimum) dan analisis bivariat
dengan chi square. Tidak ada hubungan status sosial
ekonomi dan pendidikan ibu dengan konsumsi ikan
anak batita tahun (p = 0,920 dan p = 0,961). Ada
hubungan preferensi dengan konsumsi ikan (p =
0,049). Tidak ada hubungan konsumsi ikan dengan
tingkat kecukupan protein (p = 0,315). Faktor yang
berhubungan dengan tingkat konsumsi ikan adalah
preferensi. Tidak ada hubungan konsumsi ikan
dengan tingkat kecukupan protein.
Analisis Pendapatan Usahatani Jagung Varietas
hibrida Pada Lahan Kering Kabupaten Lampung
Selatan
Revenue Analysis of Farming Hybrid Corn Variety on
Dry Land South Lampung Regency
Maya Riantini
Mahasiswa Doktor Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas
Sriwijaya
Email: mayaunila@yahoo.com
Jagung bisa ditanam di lahan kering maupun lahan
sawah. Akan tetapi, sebagian besar petani jagung di
Indonesia lebih banyak menanam jagung di lahan
kering. Oleh karena itu, penelitian ini lebih difokuskan
pada tanaman jagung yang ditanam di lahan kering.
Dalam rangka pengembangan usahatani jagung
nasional, khususnya untuk mencapai target
swasembada jagung nasional, perlu dilakukan analisis
efesiensi produksi dan daya saing usahatani jagung di
sentra-sentra produksi jagung nasional, termasuk di
Provinsi Lampung. Berdasarkan uraian tersebut, maka
rumusan masalah yang akan dianalisis melalui
penelitian ini adalah apakah usahatani jagung varietas
hibrida di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung
Selatan menguntungkan dari segi ekonomis.
Pengambilan sampel petani jagung dilakukan secara
acak sederhana (simple random sampling).
Responden terdiri dari 52 orang petani jagung.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan
November 2009- Januari 2010. Metode analisis data
yang digunakan adalah analisis kuantitatif (statistik)
dan kualitatif (deskriptif).Penerimaan yang diperoleh
petani sebesar Rp 9.022.764,42, sedangkan total biaya
tunai yang dikeluarkan untuk proses produksi sebesar
Rp 4.093.579,50 dan total biaya diperhitungkan
sebesar Rp 1.792.174,80. R/C rasio baik atas biaya

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


tunai maupun atas biaya total nilainya adalah lebih
besar sari satu (R/C > 1). Hal ini menunjukkan bahwa
usahatani jagung varietas hibrida menguntungkan
untuk diusahakan. R/C atas biaya tunai sebesar 2,20
berarti bahwa setiap Rp 1.000 biaya tunai yang
dikeluarkan tunai sebesar 2,20 berarti bahwa setiap
Rp 1.000 biaya tunai yang dikeluarkan, keuntungan
sebesar Rp 1.200,00.
13. Sesi Poster
Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Tanaman
Pertanian
Efriandi
Mahasiswa Program Magister Ilmu Tanaman, PPS,
Universitas Sriwijaya
Email : efri_andi2012@yahoo.co.id
Lahan gambut mempunyai penyebaran di lahan
rawa, yaitu lahan yang menempati posisi peralihan
diantara daratan dan sistem perairan. Lahan ini
sepanjang tahun/selama waktu yang panjang dalam
setahun selalu jenuh air (water logged) atau
tergenang air. Tanah gambut terdapat di cekungan,
depresi atau bagian-bagian terendah di pelimbahan
dan menyebar di dataran rendah sampai tinggi. Yang
paling dominan dan sangat luas adalah lahan gambut
yang terdapat di lahan rawa di dataran rendah
sepanjang pantai. Lahan gambut sangat luas
umumnya menempati depresi luas yang menyebar
diantara aliran bawah sungai besar dekat muara,
dimana gerakan naik turunnya air tanah dipengaruhi
pasang surut harian air laut. Pengembangan lahan
gambut tersebut didasarkan atas kebutuhan bahwa
penyediaan tanah-tanah yang kesuburannya tinggi
relatif berkurang atau langka. Dalam pengelolaanya,
masih dijumpai sejumlah kendala yang menghambat
tercapainya produktivitas yang tinggi. Kendala
tersebut meliputi kendala fisik, kendala kimia dan
kendala yang berkaitan dengan penyediaan dan tata
pengelolaan air.
Revegetasi Lahan Bekas Pertambangan Timah di
Pulau Bangka: Ulasan
Tri Wahyuni
Program Studi Ilmu Tanaman, Program Pasca Sarjana,
Universitas Sriwijaya,
Email : ami_hanif@yahoo.com
Aktivitas penambangan timah di pulau Bangka
meninggalkan kerusakan lahan dan habitat yang
sangat parah bagi kehidupan flora dan fauna
penghuninya. Pengolahan lahan dengan berbagai
perlakuan mempunyai peranan penting sebelum
melakukan kegiatan revegetasi. Pada dekade terakhir,
beberapa spesies pohon lokal yang ditanam di tanah
timah-ditambang di Pulau Bangka dalam usaha
revegetasi untuk mendukung keanekaragaman hayati
dan memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat
setempat pasca timah tambangera. Spesies tanaman
eksotik telah digunakan untuk revegetasi lahan di

Bangka Belitung. Jenis pohon asli/indigenus menjadi


spesies yang paling menjanjikan untuk digunakan
untuk revegetasi di lahan bekas penambangan timah
seperti Hibiscustilliaceus L. (Malvaceae), Ficussuperba
Miq.
(Moraceae),
Calophyllum
inophyllum
L(Clusiaceae), Syzygiumgrande (Wight) Walp. Dyera
costulata dan Schima wallichii.
Keberhasilan
revegetasi juga ditentukan oleh pemanfaatan
mikroorganisme terutama beberapa jamur seperti
Trichoderma, Aspergillus, Penicillium, Fusarium, Miselia
sterilia,
Cunninghamella,
Curvularia,
Phoma,
Basidiomycetes, Coelomomyces, dan Dematiaceae.
Pendampingan Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT)Padi Lahan Pasang
Surut di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan
Budi Raharjo1,2, Yanter Hutapea1,2, Imelda S.
Marpaung1,2
1. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Sumatera Selatan, E-mail: raharjo.fire@gmail.com
2. Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan SubOptimal (PUR-PLSO) Unsri
Untuk mengembangkan PTT secara nasional,
pemerintah
melalui
Kementerian
Pertanian
meluncurkan progam Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT). Pendampingannya
dilakukan juga oleh BPTP Sumatera Selatan di wilayah
pasang surut, karena agroekosistem rawa pasang
surut diyakini mampu mendongkrak produksi padi
dari Provinsi Sumsel. Salah satu lokasinya di
Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin.
Bentuk pendampingan yang dilaksanakan meliputi;
(1) Memberikan informasi PTT dalam bentuk bahan
cetakan kepada petugas lapang, (2) Pembuatan
demfarm PTT, (3) Sosialisasi varietas VUB, (4)
Menjadi nara sumber pada saat pelatihan di tingkat
kabupaten dan BPP, dan (5) Menjadi nara sumber dan
supervisi teknologi pada saat pertemuan petugas
lapangan dan petani. Komponen teknologi yang
diintroduksikan terdiri dari teknologi utama
(compulsary) yang meliputi; (1) Pengelolaan tata air
mikro, (2) Penataan lahan; (3) Penyiapan lahan; (4)
Penanaman dengan sistem tanam benih langsung dan
(5) Pemberian pupuk N. Sedangkan teknologi pilihan
atau spesifik lokasi meliputi; (1) Penggunaan varietas
unggul adaptif, (2) Pemupukan P dan K, (3)
Pengendalian hama/penyakit dan gulma terpadu.
Sosialisasi varietas yang dilaksanakan pada MK 2011
mendapatkan hasil panen: Varietas Inpari 1 sebesar
2,88 t GKP/ha, Inpara 2 sebesar 3,0 t GKP/ha, Inpari 4
sebesar 3,24 t GKP/ha dan Inpari 12 sebesar 3,12 t
GKP/ha. Sedangkan pada SL produktivitas rata-rata
mencapai 5,6 t GKP/ha dan dari petak demfarm di
laboratorium lapang mencapai 6,7 t GKP/ha.
Produktivitas ini meningkat dari sebelumnya yang
baru mencapai 4,5 t GKP/ha pada MH 2010/2011.
Aspek lain yang dilihat dari kegiatan pendampingan
adalah efektivitas pelatihan teknis SL-PTT Padi dan
penyebaran inovasi melaui media cetak.

49

50

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


Respon Pertumbuhan Fase Reproduktif Ratun
Tanaman Padi di Lahan Pasang Surut terhadap
Tinggi Pemotongan Singgang
Evriani Mareza, Zainal Ridho Djafar, Rujito Agus
Suwignyo, Andi Wijaya
Email: evriani_mareza@yahoo.co.id
Penelitian bertujuan menganalisis tinggi pemotongan
singgang setelah panen tanaman utama yang efektif
guna meningkatkan pertumbuhan reproduktif ratun
tanaman padi di lahan pasang surut. Penelitian
dilaksanakan pada bulan November 2012 - April 2013
di lahan sawah pasang surut Desa Telang Sari (lahan
Tipe B), Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten
Banyuasin. Penelitian menggunakan Rancangan Acak
Kelompok dengan 5 ulangan.
Perlakuan tinggi
pemotongan singgang tanaman utama 10, 20, 30, 40
dan 50 cm dari permukaan tanah. Tanaman padi
ditanam dengan sistem tabor benih langsung (tabela)
pada plot yang berukuran 4 x 5 m, dengan jarak antar
plot 1 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi
pemotongan singgang tanaman utama berpengaruh
nyata terhadap peubah pertumbuhan fase reproduktif
ratun tanaman padi. Tinggi tanaman, jumlah anakan,
jumlah anakan produktif ratun lebih rendah dan umur
berbunga ratun lebih cepat dibandingkan tanaman
utama. Tinggi pemotongan singgang yang berbeda
menghasilkan respon pertumbuhan fase reproduktif
ratun yang berbeda. Pada pemotongan singgang yang
lebih tinggi hingga mencapai 50 cm dari permukaan
tanah, meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan
dan jumlah anakan produktif serta mempercepat
umur ratun tanaman padi berbunga, berbeda nyata
dengan tinggi pemotongan rendah (10 cm) dari
permukaan tanah. Kondisi ini sangat tergantung pada
kondisi singgang atau cadangan karbohidrat yang
tersisa pada singgang setelah panen tanaman utama.
Pemanfaatan Lahan Rawa Lebak dalam Upaya
untuk Peningkatan Produktivitas Padi
Sri Wahyuni
Mahasiswa Program Magister Ilmu Tanaman, PPs,
Universitas Sriwijaya Email : yu2n_md2@yahoo.com
Padi merupakan komoditas tanaman pangan yang
paling banyak di usahakan sebagai sumber pangan
utama di Indonesia.Padi atau beras merupakan
makanan pokok penduduk Indonesia yang semakin
meningkat. Semakin bertambahnya penduduk maka
semakin banyak kebutuhan beras, ada upaya
peningkatan produktivitas padi dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yaitu
dengan pemanfaatan lahan rawa lebak. Potensi lahan
rawa lebak sangat besar untuk dikembangkan sebagai
lahan usahatani dengan potensi daya saing yang di
usahakan, di antara lain adalah dapat di usahakan
sepanjang waktu termasuk pada musim kemarau,
tetapi aktivitas yang paling cocok di lahan rawa
tengahan adalah dengan budidaya padi karena pada
akhir bulan mei genangan air akan menyusut. Dengan

memanfaatkan lahan rawa lebak oleh petani akan


sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas
padi
serta
meningkatkan
pendapatan
dan
kesejateraan petani.
Alternatif Pengendalian Penyakit Hawar Daun
Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) Padi di
Lahan Pasang Surut
Khoirotun Dwi Asriyani
Program Studi Ilmu Tanaman, Program Pascasarjana,
Universitas Sriwijaya
Beras merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat
Indonesia yang terus meningkat seiring bertambahnya
jumlah penduduk.
Upaya mempertahankan dan
meningkatkan produksi padi nasional dengan
memanfaatkan lahan marginal seperti lahan pasang
surut. Budidaya padi di lahan pasang surut banyak
mengalami kendala abiotik seperti cekaman hara dan
biotik seperti penyakit Hawar Daun Bakteri oleh
Xanthomonas
oryzae
pv.
oryzae.
Alternatif
pengendalian yang di lakukan adalah dengan
menggunakan agens pengendali hayati dan
penggunaan varietas unggul yang toleran terhadap
penyakit HDB serta mampu tumbuh baik di lahan
Pasang surut. Agens pengendali hayati yang terbukti
mampu menekan penyakit HDB adalah Bakteri
Corynebacterium sp, Pseudomonas fluorescens dan
Pseudomonas aerugenus. Varietas unggul yang tahan
terhadap HDB antara lain : Barito, Tapus, Batang hari,
Banyuasin. Beberapa alternatif dalam
upaya
pengendalian penyakit HDB tersebut dapat diterapkan
serta di harapkan mampu tumbuh baik di lahan
marginal pasang surut.
Artropoda Predator pada Ekosistem Padi Ratun
di Rawa Lebak Sumatera Selatan
Sumini
Mahasiswa Program Magister Ilmu Tanaman, PPs,
Universitas Sriwijaya
Email : Sumini_iwan@yahoo.com
Padi atau beras merupakan makanan pokok penduduk
Indonesia yang semakin meningkat. Upaya dalam
meningkatkan produksi dengan memanfaatkan ratun.
Kendala yang sering dihadapi para petani dalam
menghasilkan produksi padi ratun adalah adanya
serangan hama. Hama dapat berkembang dengan
cepat dan menyebabkan tanaman menjadi gagal
panen.
Pada ekosistem di sawah lebak bahwa
artropoda predator menjadi musuh alami yang dapat
menekan populasi dari hama. Habitat hama pada
tanaman padi ratun tidak hanya pada pertanaman saja
tetapi pada tanaman liar yang ada di pinggir lahan
atau di sekitar pertanaman. Sehingga harus diketahui
jenis-jenis
artropoda
predator
yang
dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan untuk pengendalian
hayati.

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


Optimalisasi Penggunaan Lahan Gambut
dengan Pola Tanam Polikultur
Florence Triningtyas
Mahasiswa Program Magister Ilmu Tanaman, Program
Pasca Sarjana,Universitas Sriwijaya
Email: florence.triningtyas@gmail.com
Lahan gambut di Indonesia sangat luas, tetapi masih
sedikit yang dimanfaatkan. Apabila lahan gambut ini
dapat dikelola dengan maksimal maka dapat
terciptanya ketahanan pangan dan juga dapat
mengurangi kebakaran gambut karena terjadinya
kekeringan. Salah satu cara pengoptimalisasian lahan
gambut yakni dengan memperbaiki pola tanam
menggunakan pola tanam polykultur. Banyak
keuntungan yang dapat diperoleh dari pola tanam
seperti ini, baik bagi lahan gambut itu sendiri maupun
bagi petani.
Pola Pemeliharaan dan Permasalahan Budidaya
Sapi di Rawa Lebak, Provinsi Sumatera Selatan
(Studi Kasus di Desa Tanjung Aur, Jejawi, Ogan
Komering Ilir)
Aulia Evi Susanti dan Agung Prabowo
BPTP Sumatera Selatan
Email : evi_vet@yahoo.com
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola
pemeliharaan dan permasalahanbudidaya sapi potong
di daerah rawa lebak. Rawa lebak adalah salah satu
agroekosistem yang dimiliki oleh Sumatera Selatan.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung aur,
kecamatan Jejawi, OKI yang sebagian besar
wilayahnya adalah rawa lebak. Pengambilan data
dilakukan dengan Focus Discussion Group (FGD) dan
survey yang dilaksanakan pada kegiatan Participatory
Rural appraisal (PRA).Data yang diambil badalah data
sekunder:
data
monografi
desa,
jumlah
penduduk,kelembagaan serta data primer berupa
sejarah perkembangan sapi, peta mobilitas dan
kalender harian peternak.Survei dilakukan langsung
ke kandang dan tempat penggembalaan sapi. Data
hasil FGD dan survey kemudian dianalisa secara
deskriptif. Bedasarkan analisa data tersebut
didapatkan gambaran umum pola pemeliharaan sapi
yang dilakukan peternak yaitu sapi dikandangkan
pada malam hari dan dilepas ke padang
penggembalaan berupa rawa saat fajar menjelang.
Sapi mendapatkan pakan saat di padang
penggembalaan dan tidak tersdia di kendang. Masalah
pakan dihadapi saat air lebak pasang atau kering.
Masalah kesehatan yang banyak dialami adalah
kekurusan pada sapi, bulu kusam dan lumpuh dengan
diakhiri kematian. Hasil identifikasi tersebut menjadi
kerangka acuan perbaikan pola pemeliharaan sapi
rawa lebak sehingga dapat meningkatkan populasi
sapi serta menekan kerugian peternak.

Sifat Kimia dan Fisik Tanah Sulfat Masam


Potensial Yang Diinkubasi dengan Pupuk Limbah
Cair Pabrik Kelapa Sawit Berbagai Dosis
Ida Nursanti1 dan Dedik Budianta2
1Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Kota Jambi
2Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya
Email: ida_unbari@yahoo.co.id
Tanah sulfat masam potensial merupakan tanah yang
perlu perbaikan sifat kimia dan fisik tanah, sehingga
dapat dijadikan lahan pertanian dengan kondisi
optimal. Rendahnya ketersediaan unsur hara dan
tingkat kemasaman tanah yang tinggi merupakan
bagian permasalahan tanah ini. Penelitian bertujuan
untuk mengetahui beberapa sifat kimia dan fisik tanah
sulfat masam yang diinkubasi pupuk limbah cair
pabrik kelapa sawit kolam anaerob sekunder I dengan
waktu penahan hidrolisis 4 minggu. Pelaksanaan
penelitian di Jambi dari Februari 2013 sampai Mei
2013. Percobaan menggunakan rancangan acak
lengkap dengan tiga taraf perlakuan dan tiga ulangan.
Perlakuan dosis limbah cair pabrik kelapa sawit yaitu
500 , 750 dan 1000 mlpolybag-1 atau setara 100.000,
150.000 dan 200.000 l ha-1. Tanah sulfat masam
berasal dari Desa Lagan Ulu, Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, Provinsi Jambi. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa inkubasi dengan pupuk
limbah cair pabrik kelapa sawit menunjukkan
pengaruh nyata pada pH, C-organik, N-total, Ca-dd,
Mg-dd, K, Al-dd dan pengaruh tidak nyata terhadap
stabilitas makroagregat, kapasitas daya pegang air ,
kadar Fe, KTK, P-Bray, Na-dd dan H-dd tanah sulfat
masam potensial. Secara umum dapat disimpulkan
bahwa tanah yang diinkubasi dengan pupuk limbah
cair pabrik kelapa sawit 200.000 l ha-1 merupakan
perlakuan yang terbaik dalam mempengaruhi sifat
kimia dan fisik tanah sulfat masam potensial.
Kualitas Air Sungai Ditinjau dari Indeks
Keragaman Plankton
Grecy Mulya Sari
Mahasiswa Pengelolaan Lingkungan Program
Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Email: grecymulyasari@yahoo.co.id
Perairan sungai merupakan salah satu daerah dengan
aktivitas pemukiman dan industri yang semakin
padat. Hal ini menyebabkan semakin banyak limbah
yang masuk ke perairan sungai. Peningkatan limbah
ini dikhawatirkan merusak perusak perairan sungai.
Plankton adalah organisme perairan yang hidupnya
tergantung kondisi perairan. Beberapa jenis plankton
bisa bertahan di perairan tercemar dimana jenis
plankton lain tidak bisa hidup. Sehingga kita dapat
menggunakan keragaman dan kepadatan plankton
sebagai bioindikator pencemaran air. Tujuan
penulisan ini adalah untuk mengetahui status
pencemaran air di perairan sungai dengan
menggunakan
plankton
sebagai
bioindikator
pencemaran air.

51

52

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013

Karakteristik Ekosistem Rawa dan Potensi


Pengelolaannya
Nurhayati
Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Email: cahaya.hayati_nur@yahoo.co.id
Lahan rawa di Indonesia bisa dikatakan sangat luas
dan tersebar di tiga pulau besar, yaitu di Sumatera,
Kalimantan, dan Irian Jaya (Papua). Sampai saat ini
lahan rawa yang telah dibuka 2,3 juta ha, 1,4 juta ha di
Kalimantan, dan 0,9 ha di Sumatera (Suriadikarta et
al., 1999). Penulisan artikel ilmiah ini bertujuan untuk
mendeskripsikan karakteristik lahan rawa dan
potensi pengelolaannya. Artikel ini membahas
mengenai karakteristik ekosistem rawa dan dari segi
potensinya terhadap produktivitas pertanian,
peternakan, serta perikanan. Ekosistem rawa
dipengaruhi oleh 2 musim yaitu pasang surut air laut
dan sungai dan hujan. Jenis lahan rawa yang
berpotensi untuk pertanian adalah lahan potensial,
lahan sulfat masam potensial, lahan gambut dangkal,
dan lahan gambut sedang. Tipe luapan menentukan
arah pengembangan lahan. Dengan berbagai macam
karakteristik yang dimiliki oleh rawa tersebut,
sehingga rawa dapat dijadikan tempat tinggal
organisme akuatik baik yang berukuran besar
maupun kecil serta bisa dimanfaatkan untuk
pertanian.
Pengaruh Penambahan
terhadap Kualitas
Silase Jerami Ubi Jalar

Karbohidrat

Terlarut

Agung Prabowo, Joni Karman dan Aulia Evi Susanti


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera
Selatan. Jl. Kol. H. Barlian Km 6 No. 83 Palembang,
Sumatera Selatan e-mail: agung_pbowo@yahoo.com
Jerami ubi jalar merupakan salah satu limbah
pertanian yang masih cukup baik untuk pakan ternak
ruminansia. Limbah ini dapat diawetkan, sehingga
dapat diberikan ternak pada saat dibutuhkan. Silase
merupakan salah satu teknologi pengawetan dengan
menggunakan bakteri asam laktat. Penelitian ini
bertujuan mengetahui pengaruh penambahan
karbohidrat terlarut terhadap kualitas jerami ubi jalar.
Delapan ribu (1.000) gram jerami kacang tanah
digunakan dalam penelitian ini. Materi ini selanjutnya
dibagi menjadi 20 bagian yang sama dan
dikelompokkan
menjadi
empat
perlakuan
berdasarkan jumlah karbohidrat terlarut (dedak padi)
yang ditambahkan, yaitu: 0% (P1), 3% (P2), 6% (P3)
dan 9% (P4) dari berat jerami ubi jalar (v/w). Setiap
perlakuan terdiri dari lima ulangan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa: 1). pH P3 (4,77) dan P4 (4,66)
lebih rendah dan berbeda nyata (P < 0,5) dibanding P1
(5,15) dan P2 (4,99), sedangkan P2 (4,99) lebih
rendah dan berbeda nyata (P < 0,5) dibanding P1
(5,15), 2). P3 dan P4 berbau asam, sedangkan P1 dan
P2 agak asam. Semua perlakuan (P1, P2, P3 dan P4)

menunjukkan warna kuning kecoklatan dan


bertekstur agak lembek. Hasil lain menunjukkan
bahwa P1 dan P2 sedikit berjamur, sedangkan P3 dan
P4 tidak berjamur. Penambahan karbohidrat terlarut
dapat meningkatkan kualitas silase jerami ubi jalar.
Potensi Pemanfaatan Lahan Rawa Dalam
Mendukung Kawasan Pertanian Pangan
Berkelanjutan di Propinsi Jambi
Rina Astarika
Dosen FMIPA dpk UPBJJ-UT Jambi
Email: astari@ut.ac.id
Potensi lahan rawa di Propinsi Jambi cukup besar,
yaitu sebesar 252.983 Ha dan terbagi atas rawa
pasang surut sebesar 211.962 Ha dan rawa non
pasang surut sebesar 41.021 ha..Adapun lahan rawa
yang sudah dikembangkan 119, 333 Ha, lahan yang
belum dikembangkan 54.007 ha dan lahan tidur
sekitar 80.643 Ha. Melihat potensi ini, pemerintah
propinsi Jambi terus menggalakkan secara intensif,
berbagai program intensifikasi pertanian di lahan
rawa pasang surut guna mendukung terciptanya
ketahanan pangan. Berbagai hasil penelitian di
propinsi Jambi menunjukkan pola penanaman yang
biasa diterapkan di lahan pasang surut adalah pola
penanaman padi varietas unggul dan dilanjutkan
dengan pola penanaman tumpang sari antara jagung
dan kacang tanah, tergantung pada agroklimat daerah
setempat. Pola penanaman ini secara ekonomis
menguntungkan petani. Namun akhir-akhir ini kerap
terjadi konversi lahan pertanian menjadi lahan
perkebunan, sehingga berimbas pada menurunnya
minat petani untuk menggarap lahan pertaniannya.
Lahan rawa yang dulu ditanam dengan tanaman padi,
sekarang beralih ke karet dan kelapa sawit. Untuk
mengatasi hal tersebut pemerintah propinsi Jambi,
khususnya Dinas pertanian Prop. Jambi menerapkan
mekanisme pengawasan bersama dalam pemanfaatan
lahan rawa. Diharapkan kedepan lahan rawa di
Propinsi jambi dapat menjadi basis
kawasan
pertanian pangan berkelanjutan. Semoga.
Peningkatan Rendemen Dan Kualitas Beras Di
Lahan Pasang Surut melalui Perbaikan Kinerja
RMU (Rice Milling Unit)
Yeni Eliza
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Sumatera Selatan. Email : yheza08@yahoo.co.id
Beras merupakan bahan pangan pokok sebagian besar
masyarakat Indonesia. Ketersediaan beras yang
bermutu erat kaitannya dengan penggilingan padi.
Aspek perbaikan konfigurasi dan cara kerja
penggilingan padi menjadi salah satu faktor yang
perlu diperhatikan karena selama ini banyak
penggilingan belum beroperasional secara efektif dan
efisien.

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


Penyakit Blas Pada Padi dan Pengendaliannya di
Lahan Rawa Lebak
The Management of Paddy Blast Disease on Swamp
Area
Amellia Abdullah1*)
1Mahasiswa Program Studi Ilmu Tanaman Program
Pascasarjana Universitas Sriwijaya,
Jl. Padang Selasa No. 524, Bukit Besar, Palembang
30139.
*)Penulis untuk korespondensi: Email :
Berry_girl85@yahoo.com
Salah satu faktor pembatas produksi padi adalah
serangan penyakit blas yang disebabkan oleh jamur
Pyricularia oryzae Cav. Jamur ini dapat menginfeksi
tanaman pada semua stadium tumbuh dan
menyebabkan tanaman puso. Gejala penyakit blas
dapat timbul pada daun, batang, malai, dan gabah,
tetapi yang umum adalah pada daun dan pada leher
malai.
Gejala pada daun berupa bercak-bercak
berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung
runcing. Gejala penyakit blas yang khas adalah
busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk
leher (neck rot). Perkembangan penyakit blas dapat
berbeda pada musim dan tempat yang berbeda pula
karena faktor lingkungan.Beberapa pengendalian yang
umum dilakukan terhadap P. oryzae yaitu pemupukan
yang seimbang, penanaman varietas padi yang tahan
penyakit blas, membakar jerami-jerami dari tanaman
sakit untuk mengurangi sumber infeksi dan
penggunaan fungisida.
Inovasi Teknologi dan Kelembagaan dalam Sistem
Usahatani Integrasi Tanaman Sorgum-Ternak Sapi
Ramah Lingkungan pada Lahan Suboptimal di
Jawa Barat
Nana Sutrisa, Nandang Sunandar, Yanto Surdianto
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa
Barat. Email: natrisna@yahoo.co.id
Lahan suboptimal berupa lahan kering tersedia cukup
luas di Provinsi Jawa Barat, terutama di wilayah Jawa
Barat bagian selatan. Lahan tersebut sering terabaikan
dan belum diusahakan secara optimal, karena kondisi
biofisiknya kurang mendukung untuk budidaya
tanaman
pangan.
Dalam
kaitannya
dengan
memposisikan lahan kering sebagai sumberdaya
pertanian masa depan, maka pemanfaatannya perlu
diperluas dan lebih memberikan aspek penting,
terutama untuk pengembangan pertanian tanaman
pangan sebagai penopang kehidupan, dengan tetap
menjaga peranannya sebagai stabilisasi dan
peningkatan fungsi ekosistem. Untuk itu, diperlukan
inovasi
teknologi
yang
mampu
mengatasi
permasalahan tersebut, antara lain: komoditas
tanaman yang memiliki nilai ekonomi dan berdaya
adaptasi tinggi, seperti sorgum. Sorgum merupakan
komoditas sumber karbohidrat yang cukup potensial
karena kandungan karbohidratnya cukup tinggi, yaitu
sekitar 73 g/100 g bahan. Tanaman sorgum memiliki

daya adaptasi yang luas dan memerlukan jumlah air


yang relatif lebih sedikit dalam pertumbuhannya,
sehingga dapat tumbuh pada lahan suboptimal yang
tidak dapat ditanami oleh tanaman pangan lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa sorgum sangat potensial
dikembangkan pada lahan kering di Jawa Barat bagian
selatan untuk mendukung kemandirian pangan dan
meningkatkan pendapatan petani. Untuk tetap dapat
menjaga peranannya sebagai stabilisasi dan
peningkatan fungsi ekosistem, pengembangan sorgum
pada lahan suboptimal harus diintegrasikan dengan
ternak sapi. Batang dan daun sorgum dapat digunakan
sebagai pakan ternak sapi dan kotoran ternak sapi
digunakan sebagai bahan amelioran (pembenah
tanah)
untuk
memperbaiki
biofisik
tanah,
meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan
petani
serta ramah lingkungan sehingga dapat
berkembang secara berkelanjutan.
Introduksi Beberapa Varitas Unggul Baru (VUB)
Padi Sebagai Upaya Peningkatan Produksi dan
Pendapatan Petani (Kasus : Desa Sungai Upih
Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan,
Provinsi Riau)
Elfiani
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
Email: bptpriau@yahoo.com.au
Kondisi usahatani padi di wilayah Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau beberapa tahun belakangan
ini belum memperlihatkan peningkatan produktivitas
yang berarti. Dengan luas panen sekitar 11 ribuan
hektar, produktivitasnya baru sekitar 40.12 ku/ha
yang berarti dibawah rata-rata produktivitas Riau.
Salah satu aspek yang memberi andil terhadap
rendahnya produktivitas adalah banyaknya petani
yang menggunakan benih padi yang kurang
berkualitas, turun temurun tanpa seleksi dengan
teknik budidaya yang kurang optimal. Di sisi lain,
Badan Litbang Pertanian banyak merilis varietas
unggul baru benih padi yang produktivitasnya telah
teruji. Sebagai upaya untuk meningkatkan produksi
dan pendapatan rumah tangga tani telah dicoba
diterapkan VUB padi pada kegiatan display di lahan
petani pada periode musim tanam Agustus Desember 2012 di Desa Sungai Upih, Kecamatan Kuala
Kampar Kabupaten Pelalawan. Varietas unggul baru
padi yang digunakan adalah Inpari 3, Inpari 12, Inpara
1 dan Batang Piaman sebagai varitas yang umumnya
ditanam oleh petani, dengan luasan lahan masingmasing varietas 0,25 ha, dengan pendekatan PTT.
Untuk mengetahui kinerja teknologi parameter yang
diamati adalah keragaan hasil pertanaman, dan input
output usahatani diamati untuk mengetahui keragaan
secara finansial. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa
penggunaan VUB padi Inpari 12, Inpari 3 dan Inpara 1
dapat meningkatkan produksi riil dari 3,8 t/ha
(varietas Batang Piaman) menjadi 4,3 t/ha (Inpari 12),
4,2 t/ha (Inpari 3) dan 3,8 t/ha (Inpara 1).
Keuntungan yang diperoleh juga meningkat dari

53

54

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


Rp.5.873.000,-/ha menjadi Rp.
8.813.000, dan Rp7.013.000,-/ha.

9.263.000,-/ha,

Keragaan dan Analisis Finansial Usahatani Padi


Sawah Di Lokasi m-P3MI Provinsi Riau
Rachmiwati Yusuf
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
Email: rachmi_2608@yahoo.co.id
Mencukupi kebutuhan pangan masih merupakan
masalah yang kompleks sehingga tidak bisa
dipecahkan secara parsial. Padi masih merupakan
komoditas strategis yang memiliki sensitivitas tinggi
dari aspek politis, ekonomi dan kerawanan sosial,
karena padi adalah bahan pangan pokok bagi lebih
dari 95 persen penduduk, sementara laju
perkembangan luas panen padi sawah pada kurun
waktu 2005-2010 di Indonesia rata-rata pertahunnya
hanya 0,25 persen dengan pertumbuhan produksi
0,92 persen. Melambatnya laju produksi padi ini
diduga berkaitan dengan lambatnya laju pertumbuhan
produktifitas persatuan luas lahan dan laju
peningkatan mutu inovasi teknologi usahatani padi.
Berdasarkan hal tersebut, telah dilakukan kajian yang
bertujuan untuk menganalisis keragaan tingkat
produktifitas dan tenaga kerja serta analisis finansial
usahatani padi sawah di lokasi m-P3MI Kabupaten
Rokan Hulu Provinsi Riau. Pengkajian dilakukan
dengan melakukan wawancara terhadap 30 petani
yang dipilih secara acak dengan kuesioner terstruktur,
pada musim hujan 2011/2012 dan musim kemarau
2012. Hasil pengkajian menunjukan bahwa alokasi
tenaga kerja pada usaha tani padi sawah didominasi
laki-laki baik tenaga kerja dalam keluarga maupun
upahan. Pada musim hujan, produktifitas padi sawah
dengan menggunakan 4 jenis pupuk adalah sebesar 5
ton gabah kering panen/ ha dengan pendapatan kotor
Rp 15.000.000,-. Pada musim kemarau produktifitas
usahatani padi dengan menggunakan 4 jenis pupuk
sebesar 4,5 ton gabah kering panen dengan
pendapatan kotor Rp 13.500.000,Pengelolaan Pupuk Dan Bahan Organik Dalam
Pola Padi-Padi Di Propinsi Riau
Yunizar
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
Pekanbaru. Email bptpriau@yahoo.com
Untuk mengetahui pengelolaan pupuk an organik dan
organik pada polatanam padi padi, telah dilakukan
percobaan di Bayas Jaya, Kecamatan Tempuling
Kabupaten Indragiri Hilir, Riau Pada MT 2010.
Percobaan terdiri dari 2 (dua) seri penelitian. Seri
pertama pemupukan padi sawah dan kedua residu
pemupukan padi sawah dan pemupukan padi.
Pemupukan pada padi sawah dengan memakai
Rancangan Acak Lengkap, 3 ulangan. Perlakuan
meliputi (A). 200 kgUrea/ha+125 kg SP36/ha+50 kg
KCl/ha; B). 200kgUrea/ha+100 kg SP36/ha+50
kgKCl/ha; C). 200 kgUrea/ha+75 kgSP36/ha+50 kg
KCl/ha+2 t pupuk kandang/ha dan D). 200 kg
Urea/ha+50 kg SP 36/ha+50 kg KCl/ha+2 t pupuk

kandang/ha. Penelitian kedua dengan Rancangan


petak terpisah 3 ulangan. Petak utama ; residu
pemupukan padi sawah (Penelitian pertama). Anak
petak ; pemupukan padi yang meliputi, (a). 300
kgUrea/ha+100 kg SP 36/ha+50 kg KCl/ha;( b). 300
kg Urea/ha+100 kg SP 36/ha+100 kg KCl/ha dan
(c).300 kg Urea/ha+75kg SP 36/ha+50kg KCl/ha+2t
pupuk kandang/ha. Hasil penelitian menunjukkan
perlakuan pada penelitian pertama mempengaruhi
tinggi tanaman, jumlah anakan dan hasil gabah.Hasil
tertinggi didapatkan pada perlakuan C (200 kg
Urea/ha+75 kg SP 36/ha+50 kg KCl/ha+2t pupuk
kandang/ha), yaitu 4,5 t/ha, sedangkan hasil terendah
didapatkan pada perlakuan B (200 kgUrea/ha+100 kg
SP36/ha+50kg KCl/ha) yang hanya memberikan hasil
4,1 t/ha. Sedangkan penelitian kedua menunjukkan
interaksi
pemupukan
padi
perlakuan
C1
(200kgUrea/ha+75kg SP36/ha+50 kg KCl/ha+2 t
pupuk kandang/ha) dengan pemupukan padi c (300
kg Urea/ha+75kgSP36/ha+50 kgKCL/ha+2t pupuk
kandang/ha). memberikan hasil padi tertinggi (6t/ha)
Hasil terendah diperoleh pada interaksi residu
pemupukan padi B1 (200 kgUrea/ha+100 kgSP
36/ha+50 kgKCl/ha ) dengan perlakuan a yaitu 3,4
t/ha.
Inovasi Teknologi Pengolahan Komoditas
Unggulan Mendukung Pengembangan Industri
Rumah Tangga di Lahan Sub Optimal Kalimantan
Timur
Sri Sudarwati
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan
Timur. Email: srisudarwati_thp@yahoo.com
Lahan sub optimal di Kalimantan Timur sebagain
besar adalah lahan kering yang berpotensi untuk
pengembangan usaha pertanian. Komoditas unggulan
yang diusahakan di lahan kering tersebut adalah
palawija dan hortikultura. Komoditas palawija
diantaranya kacang-kacangan, ubi-ubian dan serealia
(jagung, kacang tanah, kedele, ubi kayu dan ubi jalar).
Sedangkan komoditas hortikultura diantaranya buahbuahan yang meliputi rambutan, durian, jeruk, pisang
dan lain-lain. Komoditas unggulan ini setiap tahun
mengalami peningkatan sehingga dengan adanya
peningkatan tersebut perlu diikuti teknologi
pengolahan guna untuk mengantisipasi kelebihan
produksi, diversifikasi produk dan meningkatkan nilai
tambah. Makalah ini menyampaikan beberapa
teknologi pengolahan komoditas unggulan yang
diharapkan dapat mendukung pengembangan industri
rumah tangga di lahan sub optimal khususnya lahan
kering. Komoditas ubi-ubian baik ubi jalar maupun
ubi kayu dan pisang dapat diolah menjadi makanan
yang langsung dikonsumsi atau makanan jadi dan
menjadi makanan setengah jadi diantaranya tepung
yang nantinya akan diolah selanjutnya menjadi
beberapa produk olahan. Untuk ubi jalar dapat diolah
menjadi dodol, selai, permen dan keripik; ubi kayu
dapat diolah menjadi tepung, keripik, dan lain-lain;
jagung dapat diolah menjadi keripik, nasi, marning
dan jajanan pasar seperti misro, tuwul, gatot dan lain-

Abstrak Seminar Nasional Lahan Suboptimal, Palembang 20-21 September 2013


lain. Kedele dapat diolah menjadi susu, tahu, tempe
dan kecap; pisang dapat diolah menjdi tepung, sale,
dodol, selai, keripik dan tape, durian dapat diolah
menjadi dodol, lempok dan sarikaya, rambutan dapat
diolah menjadi manisan dan buah dalam kaleng; jeruk
dapat diolah menjdi sirup dan sari buah.
Pengembangan teknologi pengolahan merupakan
salah satu alternatif penganekaragaman produk
sebagai penunjang industri rumah tangga yang sesuai
untuk tingkat pedesaan dan meningkatkan nilai
tambah komoditas. Di samping itu dengan lebih
beragamnya produk olahan diharapkan dapat
mendukung program ketahanan pangan.
Spesies Tumbuhan Sebagai Bioindikator
Keasaman Tanah Rawa
Ade Kartika
Mahasiswa Program Studi Pengelolaan Lingkungan
Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Email : adekartikakartika@yahoo.co.id
Luas lahan rawa di Indonesia diperkirakan 33,40 juta
ha, yang terdiri dari lahan rawa pasang surut dan
lahan rawa lebak, baik lahan rawa pasang surut
maupun lahan rawa lebak memiliki nilai
keanekaragaman hayati yang tinggi terutama
keanekaragaman hewan, tumbuhan dan mikroba.
Lahan rawa tersebut memiliki komposisi tanah yang
berlapis campuran dari bahan organik dan endapanendapan yang berada di lapisan tanah rawa bagian
bawah. Kualitas tanah rawa menunjukkan sifat fisik,
sifat kimia dan sifat biologi, sehingga menyebabkan
kualitas dan kuwantitas tanah rawa akan mengalami
proses keasaman yang tinggi. Dalam hal ini spesiespsesies tumbuhan yang tumbuh di tanah rawa
tersebutlah yang dapat menjadi indikator tingkat
keasaman tanah rawa.
Pengelolaan Lahan- Lahan Sup Optimal Untuk
Pengembangan Pertanian
Marlina
Mahasiswa Ilmu Tanaman Pasca Sarjana Universitas
Sriwijaya. Jl. Padang Selasa No. Bukit Besar
Palembang
Di Sumatera Selatan banyak sekali terdapat lahanlahan sup optimal. Contoh Lahan Rawa lebak dapat
kita lihat di Kabupaten Ogan Ilir dan Ogan Komering
Ilir. Dimana di wilayah tersebut terdapat di kiri dan
kanan sungai besar dan anak-anaknya, dengan
topografi datar,tergenang air pada musim penghujan,
dan kering pada musim kemarau. Rawa lebak
dangkal tipe genangan A dan B yang dapat
diusahakan bagi perkembangan pertanian. Tanaman
yang dapat diusahakan pada lahan tersebut adalah
padi dan palawija yang di sesuaikan dengan
genangan air.
Pengelolaan lahan pasang surut
tergantung pada pengolahan tanah dan air, baik itu
pengolahan tata air makro, mikro, amelioran dan
pupuk.
Pengolahan
tanah
gambut
harus
memperhatikan sistem drainase dan teknik
konservasi penanaman pohon pada lahan tersebut,

hal ini dikarenakan kandungan karbon yang tinggi


pada tanah tersebut, apabila pada musim kemarau
yang lama dan kandungan air tanahnya rendah
maka dengan mudahnya memicu kebakaran.
Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Dalam (Tall
Variety) Pada Perkebunan Rakyat Di Tipologi
Lahan Pasang Surut Provinsi Sumatera Selatan.
Yudhi Zuriah
Jurusan Agribisnis pada STIPER Sriwigama
Palembang. Email: yudhi.wardi@yahoo.com
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
perbandingan pendapatan usahatani pola polikultur
dan monokultur dan kontribusi pendapatan
usahatani kelapa dalam terhadap pendapatan rumah
tangga keluarga petani di lahan pasang surut tipe pe
A dan B. Penelitian dilakukan di Kabupaten
Banyuasin dan Ogan Komering Ilir, yang merupakan
lahan pasang surut yang selalu basah. Penarikan
petani contoh dengan metode acak berlapis
berimbang
(proportionate
stratified
random
sampling), dengan jumlah petani contoh sebanyak
120 KK, berdasarkan pola usahatani polikultur dan
monokultur. Hasil analisis menunjukkan pendapatan
usahatani pola monokultur dan polikultur secara
statistik tidak berbeda nyata, kontribusi pendapatan
usahatani kelapa dalam baik pada pola monokultur
dan polikultur memberikan kontribusi yang besar
terhadap pendapatan rumah tangga keluarga.

55

You might also like