Professional Documents
Culture Documents
diselenggarakan oleh ESDM & Distamben Kaltara di Tarakan tanggal 05 Juni 2015
By Rochmad Mujiono (Deputy Site Manager)
KONSERVASI SUMBERDAYA MINERAL DAN BATUBARA
I. Latar Belakang
Subsektor mineral dan batubara memiliki peran yang sangat penting dalam
pembangunan nasional untuk kesejahteraan rakyat. Pertambangan memberikan peran
yang sangat signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, baik dalam
sektor fiscal, moneter, maupun sektor riil. Peran pertambangan terlihat jelas dimana
pertambangan menjadi salah satu sumber penerimaan negara; berkontribusi dalam
pemerataan dan pembangunan daerah, baik dalam bentuk dana bagi hasil maupun
program community development atau coorporate social responsibility; memberikan
nilai surplus dalam neraca perdagangan; meningkatkan investasi; memberikan efek
berantai yang positif terhadap ketenagakerjaan; menjadi salah satu faktor dominan
dalam menentukan Indeks Harga Saham Gabungan; menjadi salah satu sumber energi
dan bahan baku domestik; serta tetap menjaga dan mengelola lingkungan hidup
melalui penerapan good mining practice, reklamasi dan pascatambang.
Dalam hal pengelolaan sumber daya mineral dan batubara terdapat 4 prinsip yang
harus diterapkan, yaitu:
1. Pengelolaan sumber daya mineral harus secara optimal dengan pengertian
mengangkat/mengambil sebanyak-banyaknya bahan galian, pemakaian sehemat
mungkin dan diusahakan agar ketersediaannya dapat dipertahankan selama
mungkin. (Conservation)
2. Sasaran utama pengelolaannya harus ditujukan untuk kepentingan sebesarbesarnya kesejahteraan rakyat pada saat sekarang dan yang akan datang secara
adil. (Social benefit)
3. Pengelolaan sumber daya mineral harus selalu menjaga agar kegiatan
pembangunan di sektor mineral memperhatikan fungsi lingkungan hidup, bahwa
sumber daya mineral harus diolah dan dimanfaatkan dalam rangka pelestarian dan
keseimbangan ekosistem yang berorientasi untuk kepentingan generasi sekarang
dan yang akan datang. (Sustainable development)
4. Pemanfaatan sumber daya mineral harus mampu meningkatkan nilai tambah bagi
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan industri dalam
negeri. (value added)
Sumber daya mineral dan batubara adalah sumber daya alam yang tak terbarukan,
maka pengelolaan, pengusahaan dan pemanfaatannya mutlak harus optimal, bagi
perusahaaan, masyarakat, pemerintah maupun lingkungannya. Aspek yang perlu
diperhatikan antara lain: perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
pertambangan; Keselamatan dan kesehatan kerja; Konservasi Mineral dan Batubara;
dan Pengembangan Masyarakat (Sosial, Ekonomi, Budaya).
Pengelolaan bahan galian mulai dari sisi hulu, saat eksplorasi hingga penambangan
serta nilai tambah mineral di sisi hilir pada tahapan pengolahan perlu mendapat
perhatian, agar pemborosan atau penyia-nyiaan terhadap bahan galian/mineral di
masa mendatang dapat dihindari. Untuk menunjang hal tersebut perlu kebijakan,
pengaturan dan penerapan aspek konservasi.
Gambar 1. Kronologi Dasar Hukum Konservasi Sumber Daya Mineral dan Batubara.
Beberapa dasar hukum yang mengatur tentang konservasi sumber daya mineral dan
batubara, antara lain:
1. UU No. 4 Tahun 2009
Pasal 2 huruf a dan d: Pertambangan mineral dan/atau batubara dikelola
berasaskan: manfaat, keadilan, dan keseimbangan; berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
Pasal 6 ayat (1) huruf k: Kewenangan Pemerintah dalam pengelolaan
pertambangan mineral dan batubara, antara lain: penetapan kebijakan
produksi, pemasaran, pemanfaatan, dan konservasi.
Pasal 39 ayat (2) huruf s, Pasal 79 huruf s: IUP Operasi Produksi meliputi
kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian serta
pengangkutan dan penjualan memuat sekurang-kurangnya konservasi mineral
atau batubara.
Pasal 96 huruf d: Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik,
pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan upaya konservasi sumber daya
mineral dan batubara.
Pasal 141 ayat (1) huruf e: Pengawasan penyelenggaraan pengelolaan usaha
pertambangan, antara lain, berupa konservasi sumber daya mineral dan
batubara.
2. PP No. 22 Tahun 2010
Pasal 22 ayat (1) huruf b: Untuk menetapkan WIUP dalam suatu WUP
sebagaimana harus memenuhi kriteria kaidah konservasi.
Pasal 29 ayat (2) huruf d: Menteri menyusun rencana penetapan suatu wilayah
di dalam WP menjadi WPN harus memenuhi kriteria untuk keperluan
konservasi komoditas tambang.
Pasal 32 ayat (1) huruf b: Untuk menetapkan WIUPK dalam suatu WUPK harus
memenuhi kriteria kaidah konservasi.
3. PP No. 23 Tahun 2010
Pasal 89 ayat (2) huruf b: Pengendalian produksi mineral dan batubara pada
IUP/IUPK Operasi Produksi dilakukan untuk melakukan konservasi sumber daya
mineral dan batubara.
4. PP No. 55 Tahun 2010
Pasal 16 huruf e: Pengawasan atas pelaksanaan usaha pertambangan dilakukan
terhadap konservasi sumber daya mineral dan batubara;
Pasal 25 ayat (1): Pengawasan konservasi sumber daya mineral dan batubara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf e paling sedikit meliputi:
a. recovery penambangan dan pengolahan;
b. pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marginal;
c. pengelolaan dan/atau pemanfaatan batubara kualitas rendah dan mineral
kadar rendah;
d. pengelolaan dan/atau pemanfaatan mineral ikutan;
e. pendataan sumber daya serta cadangan mineral dan batubara yang tidak
tertambang; dan
f. pendataan dan pengelolaan sisa hasil pengolahan dan pemurnian.
Bab
KETENTUAN UMUM
RUANG LINGKUP
PRINSIP
KONSERVASI
MINERAL DAN BATUBARA
TATA LAKSANA KONSERVASI
MINERAL DAN BATUBARA
1
2
3
4
5
6
7
8
V
VI
VII
VIII
IX
9
10
PELAPORAN
PEMBINAAN PENGAWASAN
1
2
SANKSI ADMINISTRATIF
KETENTUAN PERALIHAN
PENUTUP
Bagian
Pembinaan
Pengawasan
14. Sisa cadangan: cadangan bahan galian yang tertinggal pada saat penambangan
diakhiri.
15. Recovery penambangan: perbandingan antara jumlah produksi tambang dengan
jumlah cadangan layak tambang yang tersedia dinyatakan dalam persen.
16. Recovery pengolahan: perbandingan antara kuantitas dan kualitas produksi
pengolahan/pemurnian (out-put) dengan kuantitas dan kualitas produksi tambang
yang masuk dalam proses pengolahan/pemurnian.
17. Produk sampingan (by product): produksi pertambangan selain produksi utama
pertambangan yang merupakan hasil sampingan dari proses pengolahan dari
produksi utama pertambangan.
18. Tailing: bagian buangan pengolahan yang secara ekonomis dinilai tidak
mengandung mineral berharga lagi.
Prinsip
1. Penambangan yang optimum:
Menerapkan teknik pertambangan dan perlatan yang tepat.
Memaksimalkan cut off grade.
Mencegah ceceran dalam penggalian dan pengangkutan.
Menghindari dilution.
Mengoptimalkan recovery.
2. Penggunaan metode dan teknologi pengolahan dan/atau pemurnian yang efektif
dan efisien:
Menerapkan teknik pengolahan dan peralatan yang tepat.
Menerapkan head grade antara lain dengan cara blending.
Memproduksi beberapa macam jenis dan kualitas produk.
Menempatkan dan mendata jumlah dan kualitas tailing dengan baik.
3. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marjinal:
Tidak mencampurnya dengan waste.
Mengupayakan agar mudah untuk dapat dimanfaatkan apabila diperlukan.
4. Pendataan sumber daya serta cadangan mineral dan batubara yang tidak
tertambang serta sisa pengolahan dan/atau pemurnian:
Menempatkan dan mendata kuantitas dan kualitas cadangan marjinal tersebut
dengan baik.
Gambar 2. Tahapan Konservasi Mineral dan Batubara (PP No. 55 Tahun 2010, pasal 25).
1. Eksplorasi
Wajib menggunakan metode yang tepat sehingga diperoleh informasi geologi,
jenis, letak, bentuk, ukuran, kualitas, sumber daya dan cadangan mineral dan
batubara, dan mineral ikutan.
Wajib menyampaikan laporan & core sampling seluruh hasil kegiatan eksplorasi
kepada pemerintah.
Penetapan sumber daya dan cadangan mengacu pada Standar Nasional
Indonesia.
Semaksimal mungkin sumberdaya ditingkatkan menjadi cadangan.
2. Penambangan
Penetapan recovery penambangan, cut off grade, cut off thickness, stripping
ratio, pengangkutan, pengolahan, dan pemurnian dilakukan pada saat
penyusunan studi.
menambang seluruh cadangan yang tersedia.
Pemerintah dapat menggunakan acuan keadaan suatu tambang yang sudah
jalan untuk menentukan batasan cut off grade, stripping ratio setelah
membandingkan kondisi berbagai faktor terkait.
Harus menginformasikan mineral dan batubara berkadar marjinal dan atau
berkadar rendah kepada pemerintah.
Wajib menempatkan di suatu lokasi serta menanganinya secara baik untuk
kemungkinan diusahakan kembali.
3. Pengangkutan
meminimalkan terjadinya kehilangan (losses) pada kegiatan pemuatan dan
pengangkutan mineral dan batubara maksimal 1%.
meminimalkan terjadinya penurunan kualitas di tempat penimbunan, dgn jalan
misalnya : memasang tanggul atau membuat sistem drainase dan settling pond
pada lokasi penimbunan.
4. Pengolahan/Pemurnian
Pengolahan mineral dan batubara harus diupayakan secara efisien.
Produk sampingan dan sisa pengolahan yang belum bernilai ekonomi agar
disimpan dan dapat dimanfaatkan dimasa mendatang.
Tailling buangan pengolahan harus diupayakan serendah mungkin
mengandung mineral dan batubara yang berharga.
Wajib melakukan analisis secara teratur kadar tailing dan melaporkan kepada
pemerintah.
Wajib mengolah kembali tailing yang masih mempunyai nilai ekonomis.
5. Pascatambang
Wajib melaporkan Rencana Penutupan Tambang.
Menyampaikan data lengkap sisa cadangan dan sumberdaya pada masa
pengakhiran tambang.
Melakukan sterilisasi sebelum suatu lokasi tambang dinyatakan sebagai mined
out area.
Melakukan dokumentasi dan pengamanan akan mineral dan batubara yang
telah tertambang tetapi belum terpasarkan.
Pengawasan Konservasi Minerba
Sesuai amanat Undang-undang Minerba, ada kewajiban dari pemerintah melalui
Inspektur Tambang untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan usaha
pertambangan. Adapun obyek utama pengawasan dilakukan terhadap: (1) Teknis
Pertambangan; (2) Konservasi Sumberdaya Mineral dan Batubara; (3) Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) Pertambangan; (4) Keselamatan Operasi Pertambangan;
serta (5) Pengelolaan Lingkungan Hidup, Reklamasi dan Pascatambang.
Konservasi bahan galian merupakan upaya untuk terwujudnya pengelolaan bahan
galian secara optimal dengan mempertimbangkan berbagai kebutuhan, kemampuan
perkembangan teknologi, ekonomi, sosial budaya, politik dan sektor-sektor lain yang
terkait. Konservasi bahan galian berazaskan optimalisasi, penghematan, berkelanjutan,
bermanfaat bagi kepentingan rakyat secara luas dan berwawasan lingkungan.
Konservasi bahan galian bertujuan untuk mengupayakan terwujudnya pemanfaatan
bahan galian secara bijaksana, optimal dan mencegah pemborosan bahan galian
dengan sasaran untuk mensejahterakan masyarakat dan melaksanakan pembangunan
yang berkelanjutan.
Konservasi dilakukan dengan cara:
a. Recovery penambangan dan pengolahan,
b. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marginal,
c. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan batubara kualitas rendah dan mineral kadar
rendah.
d. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan mineral ikutan,
e. Pendataan sumber daya serta cadangan mineral dan batubara yang tidak
tertambang, dan
f. Pendataan dan pengelolaan sisa hasil pengolahan dan pemurnian.
VI. Penutup
1. Indonesia relatif kaya akan potensi sumber daya mineral dan batubara yang
bernilai ekonomis tinggi. Karakteristik pertambangan Indonesia sangat khas
karena kondisi geografis dan kekayaan alamnya.
2. Pengelolaan sumber daya mineral dan batubara:
harus secara bijak dan hati-hati dan bertanggung jawab, sebab tidak dapat
terbarukan.
harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi bangsa Indonesia
melalui penerapan konsep pembangunan berkelanjutan yang didasari atas
aspek konservasi, ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.
3. Konservasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan operasi
produksi pertambangan mineral dan batubara.
4. Pemanfatan potensi mineral dan batubara yang optimum harus
memperhatikan aspek lain sehingga tidak mematikan atau meminimalkan
potensi sumberdaya alam yang lain.
5. Peran komoditi mineral dan batubara masih sangat besar untuk ekonomi
nasional, sehingga keberlanjutan industri pertambangan harus dijaga.
10
11
12
13
14
15
Tatawaktu
Rencana kerja tahun (n) disusun-dipresentasikan di akhir tahun (n-1) atau awal tahun
(n) dengan batas waktu pengajuan revisi RKTTL 180 hari tahun berjalan.
16
17