You are on page 1of 17

Resume Materi Bimtek Pemasyarakatan dan Penerapan Konservasi yang

diselenggarakan oleh ESDM & Distamben Kaltara di Tarakan tanggal 05 Juni 2015
By Rochmad Mujiono (Deputy Site Manager)
KONSERVASI SUMBERDAYA MINERAL DAN BATUBARA
I. Latar Belakang
Subsektor mineral dan batubara memiliki peran yang sangat penting dalam
pembangunan nasional untuk kesejahteraan rakyat. Pertambangan memberikan peran
yang sangat signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, baik dalam
sektor fiscal, moneter, maupun sektor riil. Peran pertambangan terlihat jelas dimana
pertambangan menjadi salah satu sumber penerimaan negara; berkontribusi dalam
pemerataan dan pembangunan daerah, baik dalam bentuk dana bagi hasil maupun
program community development atau coorporate social responsibility; memberikan
nilai surplus dalam neraca perdagangan; meningkatkan investasi; memberikan efek
berantai yang positif terhadap ketenagakerjaan; menjadi salah satu faktor dominan
dalam menentukan Indeks Harga Saham Gabungan; menjadi salah satu sumber energi
dan bahan baku domestik; serta tetap menjaga dan mengelola lingkungan hidup
melalui penerapan good mining practice, reklamasi dan pascatambang.
Dalam hal pengelolaan sumber daya mineral dan batubara terdapat 4 prinsip yang
harus diterapkan, yaitu:
1. Pengelolaan sumber daya mineral harus secara optimal dengan pengertian
mengangkat/mengambil sebanyak-banyaknya bahan galian, pemakaian sehemat
mungkin dan diusahakan agar ketersediaannya dapat dipertahankan selama
mungkin. (Conservation)
2. Sasaran utama pengelolaannya harus ditujukan untuk kepentingan sebesarbesarnya kesejahteraan rakyat pada saat sekarang dan yang akan datang secara
adil. (Social benefit)
3. Pengelolaan sumber daya mineral harus selalu menjaga agar kegiatan
pembangunan di sektor mineral memperhatikan fungsi lingkungan hidup, bahwa
sumber daya mineral harus diolah dan dimanfaatkan dalam rangka pelestarian dan
keseimbangan ekosistem yang berorientasi untuk kepentingan generasi sekarang
dan yang akan datang. (Sustainable development)
4. Pemanfaatan sumber daya mineral harus mampu meningkatkan nilai tambah bagi
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan industri dalam
negeri. (value added)
Sumber daya mineral dan batubara adalah sumber daya alam yang tak terbarukan,
maka pengelolaan, pengusahaan dan pemanfaatannya mutlak harus optimal, bagi
perusahaaan, masyarakat, pemerintah maupun lingkungannya. Aspek yang perlu
diperhatikan antara lain: perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
pertambangan; Keselamatan dan kesehatan kerja; Konservasi Mineral dan Batubara;
dan Pengembangan Masyarakat (Sosial, Ekonomi, Budaya).

Pengelolaan bahan galian mulai dari sisi hulu, saat eksplorasi hingga penambangan
serta nilai tambah mineral di sisi hilir pada tahapan pengolahan perlu mendapat
perhatian, agar pemborosan atau penyia-nyiaan terhadap bahan galian/mineral di
masa mendatang dapat dihindari. Untuk menunjang hal tersebut perlu kebijakan,
pengaturan dan penerapan aspek konservasi.

II. Perlunya Konservasi


Konservasi perlu dilakukan dalam hal pengelolaan sumber daya alam, energi, mineral
dan batubara karena beberapa alasan, antara lain:
1. Sifat sumber daya mineral dan batubara yang:
- Tidak terbarukan,
- Jumlahnya terbatas,
- Tersebar tidak merata dan sebagian besar berada di bawah permukaan bumi,
- Keberadaannya tidak bisa dipindahkan,
- Kualitas dan kuantitas yang sangat variatif,
- Sebagian besar tidak terdiri dari komoditas tunggal,
- Nilainya sangat dipengaruhi oleh teknologi, ekonomi, sosial serta lingkungan.
- Harga sangat dipengaruhi oleh pasar global.
2. Trend atau kecenderungan peningkatan permintaan dunia industri terhadap
komoditas tertentu yang membuat harga terus meningkat.
3. Pelaksanaan konservasi pada komoditas berpotensi meningkatkan penerimaan
negara.
4. Konservasi sumber daya alam menjadi salah satu isu global.
5. Tumbuhnya kesadaran global tentang pentingnya sustainable development.

III. Dasar Hukum

Gambar 1. Kronologi Dasar Hukum Konservasi Sumber Daya Mineral dan Batubara.

Beberapa dasar hukum yang mengatur tentang konservasi sumber daya mineral dan
batubara, antara lain:
1. UU No. 4 Tahun 2009
Pasal 2 huruf a dan d: Pertambangan mineral dan/atau batubara dikelola
berasaskan: manfaat, keadilan, dan keseimbangan; berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
Pasal 6 ayat (1) huruf k: Kewenangan Pemerintah dalam pengelolaan
pertambangan mineral dan batubara, antara lain: penetapan kebijakan
produksi, pemasaran, pemanfaatan, dan konservasi.
Pasal 39 ayat (2) huruf s, Pasal 79 huruf s: IUP Operasi Produksi meliputi
kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian serta
pengangkutan dan penjualan memuat sekurang-kurangnya konservasi mineral
atau batubara.
Pasal 96 huruf d: Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik,
pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan upaya konservasi sumber daya
mineral dan batubara.
Pasal 141 ayat (1) huruf e: Pengawasan penyelenggaraan pengelolaan usaha
pertambangan, antara lain, berupa konservasi sumber daya mineral dan
batubara.
2. PP No. 22 Tahun 2010
Pasal 22 ayat (1) huruf b: Untuk menetapkan WIUP dalam suatu WUP
sebagaimana harus memenuhi kriteria kaidah konservasi.
Pasal 29 ayat (2) huruf d: Menteri menyusun rencana penetapan suatu wilayah
di dalam WP menjadi WPN harus memenuhi kriteria untuk keperluan
konservasi komoditas tambang.
Pasal 32 ayat (1) huruf b: Untuk menetapkan WIUPK dalam suatu WUPK harus
memenuhi kriteria kaidah konservasi.
3. PP No. 23 Tahun 2010
Pasal 89 ayat (2) huruf b: Pengendalian produksi mineral dan batubara pada
IUP/IUPK Operasi Produksi dilakukan untuk melakukan konservasi sumber daya
mineral dan batubara.
4. PP No. 55 Tahun 2010
Pasal 16 huruf e: Pengawasan atas pelaksanaan usaha pertambangan dilakukan
terhadap konservasi sumber daya mineral dan batubara;
Pasal 25 ayat (1): Pengawasan konservasi sumber daya mineral dan batubara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf e paling sedikit meliputi:
a. recovery penambangan dan pengolahan;
b. pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marginal;
c. pengelolaan dan/atau pemanfaatan batubara kualitas rendah dan mineral
kadar rendah;
d. pengelolaan dan/atau pemanfaatan mineral ikutan;
e. pendataan sumber daya serta cadangan mineral dan batubara yang tidak
tertambang; dan
f. pendataan dan pengelolaan sisa hasil pengolahan dan pemurnian.

5. PP No. 78 Tahun 2010


Pasal 3 ayat (2): Pelaksanaan reklamasi dan pascatambang oleh pemegang IUP
Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib memenuhi prinsip:
b. perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan;
c. keselamatan dan kesehatan kerja; dan
d. konservasi mineral dan batubara.
6. Program Legislasi Nasional ESDM 2011:
Permen ESDM tentang Konservasi Sumberdaya Mineral dan Batubara.
Permen ESDM tentang Peningkatan Nilai Tambah Sumberdaya Mineral dan
Batubara.
7. Peraturan tentang konservasi saat ini masih SK KepMen MEM 1453/2000, belum
adanya kebijakan konservasi yang jelas dan lengkap, maka semua pihak yang
terkait belum mempunyai acuan dalam penerapan.
8. Telah disiapkan Rancangan Permen Konservasi sebagaimana tabel berikut:
I
II
III
IV

Bab
KETENTUAN UMUM
RUANG LINGKUP
PRINSIP
KONSERVASI
MINERAL DAN BATUBARA
TATA LAKSANA KONSERVASI
MINERAL DAN BATUBARA
1
2
3
4
5
6
7
8

V
VI

VII
VIII
IX

9
10
PELAPORAN
PEMBINAAN PENGAWASAN
1
2
SANKSI ADMINISTRATIF
KETENTUAN PERALIHAN
PENUTUP

Bagian

Pendataan Sumberdaya Mineral dan Batubara


Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan
Recovery Penambangan Mineral dan Batubara
Recovery Pengolahan Mineral dan Batubara
Cadangan Marginal
Pengelolaan dan Pemanfaatan Mineral Kadar Rendah
Pengelolaan dan Pemanfaatan Batubara Kualitas
Rendah
Pengelolaan dan Pemanfaatan Mineral Ikutan dan/atau
Mineral Lainnya Serta Produk Samping Hasil Proses
Pengelolaan Sisa Hasil Pengolahan dan Pemurnian
Pengelolaan Cadangan yang Tidak Tertambang

Pembinaan
Pengawasan

IV. Definisi & Prinsip Konservasi


Definisi
1. Konservasi berasal dari kata conservation yang memiliki pengertian mengenai
upaya memelihara apa yang kita punya, namun secara bijaksana (Theodore
Roosevelt, 1902).
2. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan
manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary).
3. Konservasi adalah kebijakan pemerintah yang berusaha meningkatkan cadangan
sumberdaya alam untuk generasi
yang akan datang sebagai akibat tindakan
generasi sekarang (The Economic of Conservation, 1973).
4. Menurut Lingkungan Hidup (UU No. 32/2009 ttg Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup).
5. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam untuk
menjamin
pemanfaatannya
secara
bijaksana
serta
kesinambungan
ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya.
6. Konservasi adalah upaya pengelolaan dan pemanfaatan mineral dan batubara
secara bijaksana dan bertanggung jawab untuk dapat digunakan secara optimal
pada saat ini dan masa yang akan datang (Draft Permen ESDM tentang Konservasi
Minerba).
7. Sumberdaya: endapan bahan galian yang telah dieksplorasi sehingga dapat
diketahui dimensi dan kualitasnya dengan derajat keyakinan tertentu sesuai
dengan standar yang berlaku.
8. Cadangan: sumberdaya dengan derajat keyakinan tertinggi, yang setelah dievaluasi
secara teknis, ekonomis dan lingkungan dinyatakan layak untuk ditambang secara
menguntungkan.
9. Cut off grade (CoG) atau batas kadar terambil: kadar terendah suatu bagian terkecil
dari blok cadangan bahan galian yang apabila ditambang masih bernilai ekonomis.
10. Stripping ratio (SR) atau nisbah pengupasan: perbandingan antara tonase cadangan
bahan galian dengan volume material lain (sumberdaya atau waste) yang harus
digali dan dipindahkan untuk dapat menambang cadangan tersebut.
11. Bahan galian kadar marjinal: bahan galian yang mempunyai kadar di sekitar CoG,
sehingga dapat merupakan cadangan atau sumberdaya, tergantung pada kondisi
teknologi, nilai dan harga.
12. Bahan galian kadar rendah: sumberdaya bahan galian yang telah diketahui dimensi
dan kualitasnya dengan keyakinan geologi tertentu, namun kualitas tersebut masih
dibawah CoG.
13. Mineral ikutan: mineral selain mineral utama yang diusahakan menurut genesanya
terjadi secara bersama-sama dengan mineral utama.

14. Sisa cadangan: cadangan bahan galian yang tertinggal pada saat penambangan
diakhiri.
15. Recovery penambangan: perbandingan antara jumlah produksi tambang dengan
jumlah cadangan layak tambang yang tersedia dinyatakan dalam persen.
16. Recovery pengolahan: perbandingan antara kuantitas dan kualitas produksi
pengolahan/pemurnian (out-put) dengan kuantitas dan kualitas produksi tambang
yang masuk dalam proses pengolahan/pemurnian.
17. Produk sampingan (by product): produksi pertambangan selain produksi utama
pertambangan yang merupakan hasil sampingan dari proses pengolahan dari
produksi utama pertambangan.
18. Tailing: bagian buangan pengolahan yang secara ekonomis dinilai tidak
mengandung mineral berharga lagi.

Prinsip
1. Penambangan yang optimum:
Menerapkan teknik pertambangan dan perlatan yang tepat.
Memaksimalkan cut off grade.
Mencegah ceceran dalam penggalian dan pengangkutan.
Menghindari dilution.
Mengoptimalkan recovery.
2. Penggunaan metode dan teknologi pengolahan dan/atau pemurnian yang efektif
dan efisien:
Menerapkan teknik pengolahan dan peralatan yang tepat.
Menerapkan head grade antara lain dengan cara blending.
Memproduksi beberapa macam jenis dan kualitas produk.
Menempatkan dan mendata jumlah dan kualitas tailing dengan baik.
3. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marjinal:
Tidak mencampurnya dengan waste.
Mengupayakan agar mudah untuk dapat dimanfaatkan apabila diperlukan.
4. Pendataan sumber daya serta cadangan mineral dan batubara yang tidak
tertambang serta sisa pengolahan dan/atau pemurnian:
Menempatkan dan mendata kuantitas dan kualitas cadangan marjinal tersebut
dengan baik.

V. Tahapan & Lingkup Pengawasan Konservasi Minerba


Tahapan Konservasi Minerba

Gambar 2. Tahapan Konservasi Mineral dan Batubara (PP No. 55 Tahun 2010, pasal 25).

1. Eksplorasi
Wajib menggunakan metode yang tepat sehingga diperoleh informasi geologi,
jenis, letak, bentuk, ukuran, kualitas, sumber daya dan cadangan mineral dan
batubara, dan mineral ikutan.
Wajib menyampaikan laporan & core sampling seluruh hasil kegiatan eksplorasi
kepada pemerintah.
Penetapan sumber daya dan cadangan mengacu pada Standar Nasional
Indonesia.
Semaksimal mungkin sumberdaya ditingkatkan menjadi cadangan.
2. Penambangan
Penetapan recovery penambangan, cut off grade, cut off thickness, stripping
ratio, pengangkutan, pengolahan, dan pemurnian dilakukan pada saat
penyusunan studi.
menambang seluruh cadangan yang tersedia.
Pemerintah dapat menggunakan acuan keadaan suatu tambang yang sudah
jalan untuk menentukan batasan cut off grade, stripping ratio setelah
membandingkan kondisi berbagai faktor terkait.
Harus menginformasikan mineral dan batubara berkadar marjinal dan atau
berkadar rendah kepada pemerintah.
Wajib menempatkan di suatu lokasi serta menanganinya secara baik untuk
kemungkinan diusahakan kembali.
3. Pengangkutan
meminimalkan terjadinya kehilangan (losses) pada kegiatan pemuatan dan
pengangkutan mineral dan batubara maksimal 1%.
meminimalkan terjadinya penurunan kualitas di tempat penimbunan, dgn jalan
misalnya : memasang tanggul atau membuat sistem drainase dan settling pond
pada lokasi penimbunan.

4. Pengolahan/Pemurnian
Pengolahan mineral dan batubara harus diupayakan secara efisien.
Produk sampingan dan sisa pengolahan yang belum bernilai ekonomi agar
disimpan dan dapat dimanfaatkan dimasa mendatang.
Tailling buangan pengolahan harus diupayakan serendah mungkin
mengandung mineral dan batubara yang berharga.
Wajib melakukan analisis secara teratur kadar tailing dan melaporkan kepada
pemerintah.
Wajib mengolah kembali tailing yang masih mempunyai nilai ekonomis.
5. Pascatambang
Wajib melaporkan Rencana Penutupan Tambang.
Menyampaikan data lengkap sisa cadangan dan sumberdaya pada masa
pengakhiran tambang.
Melakukan sterilisasi sebelum suatu lokasi tambang dinyatakan sebagai mined
out area.
Melakukan dokumentasi dan pengamanan akan mineral dan batubara yang
telah tertambang tetapi belum terpasarkan.
Pengawasan Konservasi Minerba
Sesuai amanat Undang-undang Minerba, ada kewajiban dari pemerintah melalui
Inspektur Tambang untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan usaha
pertambangan. Adapun obyek utama pengawasan dilakukan terhadap: (1) Teknis
Pertambangan; (2) Konservasi Sumberdaya Mineral dan Batubara; (3) Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) Pertambangan; (4) Keselamatan Operasi Pertambangan;
serta (5) Pengelolaan Lingkungan Hidup, Reklamasi dan Pascatambang.
Konservasi bahan galian merupakan upaya untuk terwujudnya pengelolaan bahan
galian secara optimal dengan mempertimbangkan berbagai kebutuhan, kemampuan
perkembangan teknologi, ekonomi, sosial budaya, politik dan sektor-sektor lain yang
terkait. Konservasi bahan galian berazaskan optimalisasi, penghematan, berkelanjutan,
bermanfaat bagi kepentingan rakyat secara luas dan berwawasan lingkungan.
Konservasi bahan galian bertujuan untuk mengupayakan terwujudnya pemanfaatan
bahan galian secara bijaksana, optimal dan mencegah pemborosan bahan galian
dengan sasaran untuk mensejahterakan masyarakat dan melaksanakan pembangunan
yang berkelanjutan.
Konservasi dilakukan dengan cara:
a. Recovery penambangan dan pengolahan,
b. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marginal,
c. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan batubara kualitas rendah dan mineral kadar
rendah.
d. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan mineral ikutan,
e. Pendataan sumber daya serta cadangan mineral dan batubara yang tidak
tertambang, dan
f. Pendataan dan pengelolaan sisa hasil pengolahan dan pemurnian.

Gambar 3. Diagram/bagan alur dan lingkup pengawasan terhadap kegiatan konservasi.

VI. Penutup
1. Indonesia relatif kaya akan potensi sumber daya mineral dan batubara yang
bernilai ekonomis tinggi. Karakteristik pertambangan Indonesia sangat khas
karena kondisi geografis dan kekayaan alamnya.
2. Pengelolaan sumber daya mineral dan batubara:
harus secara bijak dan hati-hati dan bertanggung jawab, sebab tidak dapat
terbarukan.
harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi bangsa Indonesia
melalui penerapan konsep pembangunan berkelanjutan yang didasari atas
aspek konservasi, ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.
3. Konservasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan operasi
produksi pertambangan mineral dan batubara.
4. Pemanfatan potensi mineral dan batubara yang optimum harus
memperhatikan aspek lain sehingga tidak mematikan atau meminimalkan
potensi sumberdaya alam yang lain.
5. Peran komoditi mineral dan batubara masih sangat besar untuk ekonomi
nasional, sehingga keberlanjutan industri pertambangan harus dijaga.

PENYUSUNAN RENCANA KERJA TAHUNAN TEKNIS DAN LINGKUNGAN (RKTTL)


I. Pengertian RKTTL
Rencana Kerja Tahunan Teknis dan Lingkungan (RKTTL): Dokumen yang berisikan
rencana dan realisasi kegiatan tahun sebelumnya, serta rencana kegiatan badan usaha
tambang dalam satu tahun ke depan dalam bidang Teknis, Konservasi, Lingkungan, dan
Keselamatan Pertambangan, serta Standardisasi dan Usaha Jasa, disampaikan kepada
menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Dasar Hukum
UU 4 Tahun 2009 Pasal 111 (1): Pemegang IUP dan IUPK wajib memberikan laporan
tertulis secara berkala atas rencana kerja dan pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara kepada Menteri, Gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
PP 55 Tahun 2010 Pasal 5 (3e): Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan
pengelolaan usaha pertambangan meliputi: pedoman penyusunan rencana kerja
tahunan teknis dan lingkungan (RKTTL).
Kepmentamben 1211 Tahun 1995
- Pasal 5 (1a): Kepala Teknik Tambang wajib menyampaikan laporan kepada
Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang dengan tembusan kepada Kepala
Pelaksana Inspeksi Tambang Wilayah mengenai pelaksanaan Kegiatan
Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan secara berkala, sesuai dengan
bentuk yang ditetapkan.
- Pasal 6 (1): Pengusaha pertambangan wajib menyampaikan Rencana Tahunan
Pengelolaan Pemantauan Lingkungan (RTKPL) kepada Kepala Inspeksi Tambang
dengan tembusan kepada Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
Perubahan RTKPL
- SE Dirjen Minerbapabum Nomor 1448/87/DJB/2008 tanggal 26 Juni 2008
mengubah RTKPL menjadi RKTTL (Rencana Kerja Tahunan Teknis dan
Lingkungan)
- SE Dirjen Minerba Nomor 01.E/30/DJB/2011 tanggal 5 Januari 2011 perihal
revisi pedoman penyusunan RKTTL
Permenhut 56/2008, Pasal 4 (ayat 3 (d))
Penyusunan baseline dan perkembangan obyek penggunaan kawasan hutan
mengacu pada:
a. Design tambang (Mine design) atau rencana kerja di bidangnya dan/atau;
b. Peta lampiran izin pinjam pakai kawasan hutan dan/atau;
c. Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB) dan/atau;
d. Rencana Kerja Tahunan Teknis dan Lingkungan (RKTTL) dan/atau;
e. AMDAL atau UKL & UPL dan/atau;
f. Survey lapangan.
Permen ESDM 02/2014, Pasal 3 (3a): Pembinaan dan pengawasan atas
penyelenggaraan pengelolaan IUP yang dilaksanakan oleh pemerintah
kabupaten/kota, yang meliputi: supervisi/pengawasan terhadap Rencana Kerja
Tahunan Teknis dan Lingkungan (RKTTL);

10

Perdirjen 714K/30/DJB/2014: Berdasarkan hasil evaluasi dimaksud pada ayat (1),


Dirjen dapat mengusulkan kepada Dirjen Daglu untuk mencabut ET Batubara,
antara lain: RKTTL tidak disetujui
Pedoman Penyusunan dan Pelaporan
Dokumen RKTTL disusun berdasarkan dokumen acuan, kemudian diikhtisarkan dengan
matrik RKTTL sebagaimana format berikut ini:

11

12

13

14

15

Tatawaktu
Rencana kerja tahun (n) disusun-dipresentasikan di akhir tahun (n-1) atau awal tahun
(n) dengan batas waktu pengajuan revisi RKTTL 180 hari tahun berjalan.

Revisi RKTTL jika ada perubahan sbb:


sistem/metode penambangan,
kapasitas produksi,
umur tambang,
tata guna lahan,
dokumen lingkungan yang disetujui.
Persetujuan RKTTL
Dokumen RKTTL disetujui oleh Direktur Teknik dan Lingkungan/Kepala Inspektur
Tambang.

16

Sanksi terkaitan pemenuhan kewajiban RKTTL


1. Peringatan Tertulis.
2. Penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan eksplorasi atau produksi.
3. Pencabutan IUP, IPR atau IUPK.
4. Rekomendasi pencabutan eksportir terdaftar (ET).
II. Pengisian Matrik RKTTL aspek Teknis dan Konservasi & Evaluasi
1. Data Administrasi Perusahaan
2. Neraca Sumberdaya dan Cadangan Mineral/Batubara
3. Rencana dan Realisasi Kegiatan Pemetaan Tahun n-1 dan Rencana Tahun n
4. Rencana dan Realisasi Kegiatan Pengeboran Eksplorasi Tahun n-1 dan Rencana
Tahun n
5. Rencana dan Realisasi Penambangan Mineral/Batubara Tahun n-1 dan
Rencana Tahun n
6. Rencana dan Realisasi Pengupasan Overburden (OB)/Batuan Penutup Tahun n1 dan Rencana Tahun n
7. Rencana dan Realisasi Penimbunan OB/Batuan Penutup Tahun n-1 dan
Rencana Tahun n
8. Rencana dan Realisasi Kemajuan Tambang Mineral/Batubara Tahun n-1 dan
Rencana Tahun n
9. Rencana dan Realisasi Pengolahan Mineral/Batubara Tahun n-1 dan Rencana
Tahun n
10. Daftar Peralatan Tahun n-1 dan n
III. Pengisian Matrik RKTTL aspek Perlindungan Lingkungan & Evaluasi
1. Pembukaan Lahan
2. Penggunaan Lahan untuk Kegiatan Pertambangan
3. Rencana Pembukaan Lahan
4. Realisasi Reklamasi
5. Rencana Reklamasi
6. Jadual Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
7. Rencana dan Realisasi Biaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
IV. Pengisian Matrik RKTTL aspek Keselamatan Pertambangan & Evaluasi
1. Rencana dan Realisasi Program Keselamatan Pertambangan
2. Rencana dan Realisasi Biaya Keselamatan Pertambangan
3. Rencana dan Realisasi Penggunaan Bahan Bakar
4. Data Pengupasan Overburden/Batuan Penutup dengan Menggunakan Bahan
Peledak
5. Data Alat Bor, Alat Loading dan Unit Mixer
6. Data Penggunaan Bahan Peledak
V. Pengisian Matrik RKTTL aspek Standarisasi dan Usaha Jasa & Evaluasi
1. Data Standardisasi meliputi SNI, SOP dan Standar Kompetensi Khusus
2. Data Ketenagakerjaan dan Usaha Jasa Pertambangan

17

You might also like