You are on page 1of 4

Perkembangan Kognitif Remaja

Pada masa remaja, proses berpikir individu mulai berubah dan sedikit
lebih kompleks dibandingkan ketika masih anak-anak. Ketika ulai remaja,
individu akan berfikir lebih mandiri, dapat memecahkan persoalan-persoalan
abstrak yang sulit serta mampu bernalar secara logis mengenai topik-topik yang
kompleks. Berikut ulasan mengenai perkembangan kognitif yang dipaparkan
secara psikologi barat dan psikologi islam.
A. Perkembangan Kognitif Remaja Menurut Pandangan Psikologi Barat
Ada 2 teori yang memandang fokus pada perkembangan kognitif remaja,
yakni teori Piaget dan teori Vygotsky. Pembahasan awal akan dibahas terlebih
dahulu mengenai teori Piaget. Teori ini sangat terkenal dan merupakan teori
perkembangan kognitif mengenai remaja yang paling banyak dibahas secaraluas.
Menurut Piaget, remaja termotivasi untuk memahai dunianya karena hal ini
merupakan suatu bentuk adaptasi biologi. Remaja secara aktif mengkonstruksikan
dunia kognitifnya sendiri, dengan demikian informasi-informasi dari lingkungan
tidak hanya dituangkan langsung ke dalam pikiran mereka. Agar dunia ini dapat
dipahami remaja mengorganisasikan pengalaman-pengalamanny, memisahkan
gagasan-gagasan yang kurang penting dang menggabungkan gagasan-gagasan itu
satu sama lain. Mereka juga mengadaptasikan pemikiran mereka yang melibatkan
gagasan-gagasan baru karena informasi tambahan ini dapat meningkatkan
pemahaman mereka.
Piaget juga mengatakan bahwa individu berkembang melalui empat tahap
kognitif yaitu sensorimotor, praoperasional, operasional konkret dan operasional
formal. Menurut Piaget, pemikiran opreasional formal muncul di antara usia 11
hingga 15 tahun yang ditandai oleh cara berpikir abstrak, idealistik dan hipotesisdeduktif.
Sedangkan pada teori Vygotsky, perkembangan kognitif pada remaja lebih
ditekankan pada stimulasi minat terhadap gagasan yang disebabkan oleh
pengetahuan situasional maupun kolaboratif. Salah satu konsep pentingnya adalah
zone of proximal development yang melibatkan bimbingan dari kawan-kawan

sebaya dan orang dewasayang lebih terampil. Vygotsky berpendapat bahwa


mempelajari keterampilan baru dari suatu budaya merupakan salah satu aspek
yang penting dari perkembangan. Pandangan Piaget dan Vygotsky bersifat
konstruktivis, meskipun pandangan Vygotsky termasuk pandangan konstruktivis
sosial yang lebih kuat dibandingkan dengan pandangan Piaget. Menurut kedua
pandangan ini, guru sebaiknya menjadi fasilitator, bukan pemimpin dari proses
belajar.
Perkembangan kognitif terdiri dari beberapa bagian. Menurut Santrock
(2007) ada tiga bagian perkembangan kognitif pada remaja, yaitu pemrosesan
informasi, intelegensi dan kognisi sosial. Berikut penjelasannya.

Pemrosesan Informasi
Kapasitas dan kecepatan dalam pemrosesan informasi yang seringkali

disebut sebagai sumber daya kognitif meningkat selama masa kanak-kanak ke


masa remaja. Perubahan yang berlangsung di dalam otak berperan sebagai
landasan bagi perubahan perkembangan yang berlangsung di dalam sumber daya
kognitif. Kecepatan dalam pemrosesan terus mengalami kemajuan di masa
remaja. Siegler menyatakan bahwa pandangan pemrosesan informasi menekankan
pada pemikiran, mekanisme, perubahan (pengkodean, otomatisasi, konstruksi
strategi dan generalisasi) serta modifikasi diri.

Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah untuk

beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Aspek penting dari
intelegensi berfokus pada variasi individual. Menurut Gardner terdapat delapan
jenis intelegensi, yaitu keterampilan verbal, matematika, spasial, kinestetis-tubuh,
music, interpersonal dan naturalistic. Teori triarkik dari Stenberg menyatakan tiga
jenis intelegensi yang utama, yaitu analitis, kreatif dan praktis.

Kognisi Sosial

Kognisi sosial merujuk pada cara yang digunakan individu untuk menyusun
konsep dan bernalar mengenai dunia sosialnya. Elkind berpendapat bahwa remaja

mengembangkan egosentrisme yang terdiri dari imaginary audience dan personal


fable.
B. Perkembangan Kognitif Remaja Menurut Pandangan Psikologi Islam
Pada usia remaja, sangat dibutuhkannya bimbingan dan arahan dalam
proses berpikir. Karena pada masa ini, remaja sering sekali merasa ingin tahu
dengan segala hal. Oleh karena itu, butuh bimbingan dan arahan oleh orang tua
maupun guru agar tidak terjadi perilaku yang menyimpang.
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantulah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl,
125)
Fase-fase Perkembangan Kognitif Remaja
Seluruh psikolog sepakat bahwa proses berpikir melewati empat fase remaja (dan
manusia pada umumnya) mencapai solusi yang paling relevan bagi masalah yang
sedang dihadapinya. Akan tetapi, pernyataan-pernyataan mereka mengenai fasefase ini berbeda-beda. Berikut empat fase proses berpikir remaja.
a) Fase Pengakuan dan Pemahaman Masalah
Fase ini memerlukan proses pengumpulan informasi-informasi penting
yang pu ya kaitan dengan masalah serta memerlukan pengakuan akan
keberadaannya. Pengakuan ini dimulai ketika individu merasakan adanya
semacam tantanngan ketika dia menghadapi persoalan yang rumit terlepas dari
kesulitan yang melampaui batas kemampuan dan pengetahuannya. Keadaan ini
memunculkan pada diri untuk mencari solusi akan permasalahan yang
dihadapinya.
b) Fase Permunculan Ide-Ide dan Pembuatan Hipotesis
Tujuannya untuk mencari sebanyak mungkin solusi alternative. Fase ini
memerlukan semacam pemikiran yang progresif atau kreatif dimana pemikiran

individu terbuka terhadap berbagai ide sekalipun samara tau secara sekilas tampak
tidak ada kaitannya dengan masalah yang sedang dihadapinya.
c) Fase Pengambilan Keputusan
Yaitu, melakukan perbandingan-perbandingan antara berbagai hipotesis
yang menyangkut masalah yang dihadapi dengan solusi yang sesuai dan yang
diharapkan. Terkadang individu memiliki caranya masing-masing untuk
mempermudah proses pengambilan keputusan yang tepat.
d) Fase Pemilihan dan Evaluasi Hipotesis
Pada fase ini, individu memilih hipotesei yang dianggap benar dan telah
telaah yaitu dengan cara mengaplikasikannya terhadap kondisi permasalahan yang
terjadi untuk mengetahui seberapa validnya hipotesis tersebut agar dapat dijadikan
sebagai solusi dalam menyelesaikan masalah. Fase ini merupakan cara individu
dalam berpikir secara logis ketika menghadapi suatu masalah. Dalam Al-Quran,
aktivitas berpikir melewati sejumlah fase sampai menemukan cara menyelesaikan
masalah dengan baik dan tuntas.
Referensi :
Santrock, J.W. (2007). Remaja Jilid 2 Edisi Kesebelas. Jakarta : Erlangga
Az-Zabalawi, M.S.M. (2007). Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa.
Jakarta : Gema Insani

You might also like