You are on page 1of 11

Yoyoh Yusroh

HomeBlogPhotosMusicCalendarReviewsLinks

KONDISI EKONOMI INDONESIA ANTARA REALITA &


IDEALITA
Category:

Aug 5, '08 10:16


PM
for everyone

Other

A. Muqaddimah
Indonesia Negara yang kita cintai saat ini telah mengalami pasca reformasi yang faktanya
sampai saat ini masih belum sehat secara ideal baik perkembangan pendidikan, kesehatan,
ekonomi, sosial, pertahanan maupun keamanannya bahkan kalau kita tidak ikut turun tangan
untuk mempertahankannya akan cenderung menjadi Negara gagal (Failled State) ibaratnya
point of safe return, tinggal sejengkal, setapak lagi kita akan mnyentuh point of no return ke
arah kebangkrutan nasional. Reformasi gagal karena terbajak oleh kekuatan neoliberalisme,
sehingga posisi ekonomi-politik nasional terseret jauh masuk kedalam neo-imperialisme yang
ganas dan mewabah.
Reformasi 1998 lebih membuka jalan untuk bertekuk lutut pada Washington Concensus, yang
kemudian bertengger menjadi madzhab resmi bagi pelaksanaan kebijaksanaan liberalisasi,
deregulasi, privatisasi dan pencabutan subsidi bagi rakyat. Nasionalisme Indonesia yang
terwujudkan dalam demokrasi ekonomi (Pancasila) sesungguhnya sangatlah modern, artinya
pembangunan nasional dengan landasan naionalisme terwejantahkan dalam bentuk keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Semestinya Pembangunan Nasional dilakukan untuk
mencapai tujuan Nasional, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejateraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Fakta Dunia saat ini
Menurut survei Merrill Lynch dan Konsultan Teknologi Capgemini yang disiarkan 15 Juni
2004, orang kaya sejagat 7,7 juta, di posisi akhir tahun 2003.
Sejak 2001 membaiknya bursa harga saham dunia dan adanya pertumbuhan ekonomi
membuat orang kaya semakin berani berinvestasi dengan imbal hasil (yield) tinggi
Peningkatan kekayaan sekitar 7,7 % mencapai total US$ 28,8 trilyun pada 2003.
Jika dikonversikan ke rupiah dg kurs Rp.9000,- per dollar AS mencapai Rp.259,2 triliun.
Total kekayaan ini kembali ke level sebelum resesi dunia tahun 2001.
Diperkirakan jumlah kekayaan ini akan semakin meningkat setiap tahunnya dengan
pertumbuhan 7% dan jumlah kekayaan mereka akan melampaui US$ 40,7 triliun.
Sekjen PBB Kofi Annan pada pertemuan G77 yang diselenggarakan oleh UN Conference
on Development and Trading (UNCTAD) di Sao Paulo Brasil tanggal 15 Juni 2004
menyatakan setiap lima detik ada seorang bayi yang meninggal akibat kegagalan dunia
memerangi kemiskinan.
Kegagalan menjangkau pendidikan, kesehatan, dan target-target anti kelaparan pada tahun
2015 akan membawa generasi berikutnya di negara berkembang ke kehidupan yang malang.
Fakta Indonesia Sebagai Negara muslim
1. Jumlah populasi muslim di dunia lebih dari 1,2 milyar. Indonesia terbesar dengan 180 juta
muslim.
2. Dari jumlah 1,2 milliar tersebut, 250 juta miskin absolut, 200 juta tidak akses ke kesehatan,
300 juta kurang sarana air bersih dan 400 juta kurang sanitasi.

3. Perlu dicatat, baahwa 50% cadangan minyak dunia ada di negara mayoritas populasinya
muslim.
4. Dari 60 negara dengan mayoritas penduduknya muslim, dapat dikatagorikan 4 negara kaya
sekali, 6 negara menengah, 19 dibawah rata-rata dan 21 miskin.
5. Jika seluruh GDP Negara-muslim Digabung maka totalnya hanya kurang dari 5% GDP
dunia.
6. Indeks produksi makanan perkapita rendah padahal punya tanah pertanian sekitar 2,6 juta
hektar termasuk 16% hutan didalamnya.
7. Mayoritas Juara KKN dan terkena debtrap, khususnya Indonesia.
B. Sebuah Perbandingan Kemiskinan Indonesia Dulu dan Kini
Dalam salahsatu diskusi Setiap hari selasa, Prof. Mubyarto, Begawan Ekonomi Kerakyatan
Indonesia pernah mengutip tulisan Pierre Van der Eng, seorang sejarawan Belanda menulis
yang tentang strata ekonomi penduduk di jaman penjajahan. Pada tahun 1930, dua tahun
setelah Sumpah Pemuda, 51,1 juta penduduk pribumi (Indonesia) yang merupakan 97,4%
dari seluruh penduduk yang berjumlah 60,7 juta hanya menerima 3,6 juta gulden (0,54%) dari
pendapatan nasional Hindia Belanda, penduduk Asia lain yang berjumlah 1,3 juta (2,2%)
menerima 0,4 juta gulden (0,06%) sedangkan 241.000 orang Eropa (kebanyakan Belanda)
menerima 665 juta gulden (99,4%). Sangat njomplangnya pembagian pendapatan nasional
inilah yang sulit diterima para pejuang perintis kemerdekaan Indonesia yang bersumpah
tahun 1928 di Jakarta. Kemerdekaan, betapapun sangat mahal harganya, harus dicapai
karena akan membuka jalan ke arah perbaikan nasib rakyat dan bangsa Indonesia.
Kini setelah Indonesia merdeka 63 tahun, ketimpangan ekonomi tidak separah ketika jaman
penjajahan, tetapi konglomerasi (1987-1994) yang menciptakan ketimpangan ekonomi luar
biasa, sungguh-sungguh merupakah bom waktu yang kemudian meledak sebagai krismon
1997. Dalam 26 tahun (1971-1997) rasio pendapatan penduduk daerah terkaya dan daerah
termiskin meningkat dari 5,1 (1971) menjadi 6,8 (1983) dan 9,8 (1997), dan Gini Rasio
meningkat berturut-turut dari 0,18 menjadi 0,21 dan 0,24.

Dari sisi penguasaan asset, dapat dilihat dari piramida terbalik dibawah ini:

Indonesia Saat Ini


Studi yang dilakukan oleh IMD dari Swiss sebelum krisis menempatkan Indonesia di nomor
45 dari 47 bangsa-bangsa di dunia.
Kemampuan IPTEK No. 42
Kemampuan Manajemen No. 44.
Keadaan Sarana dan Prasarana No. 46
Akses terhadap Permodalan No. 43
Lobby & Hubungan Internasional No. 43
Kekuatan Ekonomi Domestik No. 45
Kualitas Pemerintahan No. 36
HDI indonesia saat ini (2007/2008) menurut UNDP, menempatkan indonesia pada posisi 107
dibawah Vietnam (105) dan Otoritas Palestina (106) dari 177 negara di Dunia.
C. Ekonomi Indonesia
Indonesia memiliki ekonomi berbasis-pasar di mana pemerintah memainkan peranan penting.

Pemerintah memiliki lebih dari 164 BUMN dan menetapkan harga beberapa barang pokok,
termasuk bahan bakar, beras, dan listrik. Setelah krisis finansial Asia yang dimulai pada
pertengahan 1997, pemerintah menjaga banyak porsi dari aset sektor swasta melalui
pengambilalihan pinjaman bank tak berjalan dan asset perusahaan melalui proses
penstrukturan hutang.
Selama lebih dari 30 tahun pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto, ekonomi Indonesia
tumbuh dari GDP per kapita $70 menjadi lebih dari $1.000 pada 1996. Melalui kebijakan
moneter dan keuangan yang ketat, inflasi ditahan sekitar 5%10%, rupiah stabil dan dapat
diterka, dan pemerintah menerapkan sistem anggaran berimbang. Banyak dari anggaran
pembangunan dibiayai melalui bantuan asing.
Table (a) Kenaikan harga-harga Table (b) fluktuasi Inflasi di Indonesia
Di Indonesia di Indonesia
Pada pertengahan 1980-an pemerintah mulai menghilangkan hambatan kepada aktivitas
ekonomi. Langkah ini ditujukan utamanya pada sektor eksternal dan finansial dan dirancang
untuk meningkatkan lapangan kerja dan pertumbuhan di bidang ekspor non-minyak. GDP
nyata tahunan tumbuh rata-rata mendekati 7% dari 19871997, dan banyak analisis mengakui
Indonesia sebagai ekonomi industri dan pasar utama yang berkembang.
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari 19871997 menutupi beberapa kelemahan
struktural dalam ekonomi Indonesia. Sistem legal sangat lemah, dan tidak ada cara efektif
untuk menjalankan kontrak, mengumpulkan hutang, atau menuntut atas kebangkrutan.
Aktivitas bank sangat sederhana, dengan peminjaman berdasarkan-"collateral" menyebabkan
perluasan dan pelanggaran peraturan, termasuk batas peminjaman. Hambatan non-tarif,
penyewaan oleh perusahaan milik negara, subsidi domestik, hambatan ke perdagangan
domestik, dan hambatan ekspor seluruhnya menciptakan gangguan ekonomi.
Krisis finansial Asia Tenggara yang melanda Indonesia pada akhir 1997 dengan cepat
berubah menjadi sebuah krisis ekonomi dan politik. Respon pertama Indonesia terhadap
masalah ini adalah menaikkan tingkat suku bunga domestik untuk mengendalikan naiknya
inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan fiskalnya. Pada
Oktober 1997, Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) mencapai kesepakatan
tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan pada penstabilan ekonomi makro dan
penghapusan beberapa kebijakan ekonomi yang dinilai merusak, antara lain Program
Permobilan Nasional dan monopoli, yang melibatkan anggota keluarga Presiden Soeharto.
Rupiah masih belum stabil dalam jangka waktu yang cukup lama, hingga pada akhirnya
Presiden Suharto terpaksa mengundurkan diri pada Mei 1998. Di bulan Agustus 1998,
Indonesia dan IMF menyetujui program pinjaman dana di bawah Presiden B.J Habibie.
Presiden Gus Dur yang terpilih sebagai presiden pada Oktober 1999 kemudian
memperpanjang program tersebut.
D. Kajian Pengeluaran Publik
Sejak krisis keuangan Asia di akhir tahun 1990-an, yang memiliki andil atas jatuhnya rezim
Suharto pada bulan Mei 1998, keuangan publik Indonesia telah mengalami transformasi
besar. Krisis keuangan tersebut menyebabkan kontraksi ekonomi yang sangat besar dan
penurunan yang sejalan dalam pengeluaran publik. Tidak mengherankan utang dan subsidi
meningkat secara drastis, sementara belanja pembangunan dikurangi secara tajam.
Saat ini, satu dekade kemudian, Indonesia telah keluar dari krisis dan berada dalam situasi
dimana sekali lagi negara ini mempunyai sumber daya keuangan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan. Perubahan ini terjadi karena kebijakan makroekonomi
yang berhati-hati, dan yang paling penting defisit anggaran yang sangat rendah. Juga cara

pemerintah membelanjakan dana telah mengalami transformasi melalui perubahan besar


desentralisasi tahun 2001 yang menyebabkan lebih dari sepertiga dari keseluruhan anggaran
belanja pemerintah beralih ke pemerintah daerah pada tahun 2006. Hal lain yang sama
pentingnya, pada tahun 2005, harga minyak internasional yang terus meningkat menyebabkan
subsidi minyak domestik Indonesia tidak bisa dikontrol, mengancam stabilitas makroekonomi
yang telah susah payah dicapai. Walaupun terdapat resiko politik bahwa kenaikan harga
minyak yang tinggi akan mendorong tingkat inflasi menjadi lebih besar, pemerintah
mengambil keputusan yang berani untuk memotong subsidi minyak.
Keputusan tersebut memberikan US$10 milyar tambahan untuk pengeluaran bagi program
pembangunan. Sementara itu, pada tahun 2006 tambahan US$5 milyar telah tersedia berkat
kombinasi dari peningkatan pendapatan yang didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang
stabil secara keseluruhan dan penurunan pembayaran utang, sisa dari krisis ekonomi. Ini
berarti pada tahun 2006 pemerintah mempunyai US$15 milyar ekstra untuk dibelanjakan
pada program pembangunan. Negara ini belum mengalami ruang fiskal yang demikian
besar sejak peningkatan pendapatan yang dialami ketika terjadi lonjakan minyak pada
pertengahan tahun 1970an. Akan tetapi, perbedaan yang utama adalah peningkatan
pendapatan yang besar dari minyak tahun 1970-an semata-mata hanya merupakan
keberuntungan keuangan yang tak terduga. Sebaliknya, ruang fiskal saat ini tercapai sebagai
hasil langsung dari keputusan kebijakan pemerintah yang hati hati dan tepat.
Walaupun demikian, sementara Indonesia telah mendapatkan kemajuan yang luar biasa dalam
menyediakan sumber keuangan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan, dan situasi ini
dipersiapkan untuk terus berlanjut dalam beberapa tahun mendatang, subsidi tetap merupakan
beban besar pada anggaran pemerintah. Walaupun terdapat pengurangan subsidi pada tahun
2005, total subsidi masih sekitar US$ 10 milyar dari belanja pemerintah tahun 2006 atau
sebesar 15 persen dari anggaran total.
Berkat keputusan pemerintahan Habibie (Mei 1998 - Agustus 2001) untuk
mendesentralisasikan wewenang pada pemerintah daerah pada tahun 2001, bagian besar dari
belanja pemerintah yang meningkat disalurkan melalui pemerintah daerah. Hasilnya
pemerintah propinsi dan kabupaten di Indonesia sekarang membelanjakan 37 persen dari total
dana publik, yang mencerminkan tingkat desentralisasi fiskal yang bahkan lebih tinggi
daripada rata-rata OECD.
Dengan tingkat desentralisasi di Indonesia saat ini dan ruang fiskal yang kini tersedia,
pemerintah Indonesia mempunyai kesempatan unik untuk memperbaiki pelayanan publiknya
yang terabaikan. Jika dikelola dengan hati-hati, hal tersebut memungkinkan daerah-daerah
tertinggal di bagian timur Indonesia untuk mengejar daerah-daerah lain di Indonesia yang
lebih maju dalam hal indikator sosial. Hal ini juga memungkinkan masyarakat Indonesia
untuk fokus ke generasi berikutnya dalam melakukan perubahan, seperti meningkatkan
kualitas layanan publik dan penyediaan infrastruktur seperti yang ditargetkan. Karena itu,
alokasi dana publik yang tepat dan pengelolaan yang hati-hati dari dana tersebut pada saat
mereka dialokasikan telah menjadi isu utama untuk belanja publik di Indonesia kedepannya.
Sebagai contoh, sementara anggaran pendidikan telah mencapai 17.2 persen dari total belanja
publik- mendapatkan alokasi tertinggi dibandingkan sektor lain dan mengambil sekitar 3.9
persen dari PDB pada tahun 2006, dibandingkan dengan hanya 2.0 persen dari PDB pada
tahun 2001 - sebaliknya total belanja kesehatan publik masih dibawah 1.0 persen dari PDB.
Sementara itu, investasi infrastruktur publik masih belum sepenuhnya pulih dari titik terendah
pasca krisis dan masih pada tingkat 3.4 persen dari PDB. Satu bidang lain yang menjadi
perhatian saat ini adalah tingkat pengeluaran untuk administrasi yang luar biasa tinggi.
Mencapai sebesar 15 persen pada tahun 2006 menunjukkan suatu penghamburan yang
signifikan atas sumber daya publik.
Paradigma Pembangunan Ekonomi Indonesia antara MDGs dan Visi Indonesia 2030,

Millenium Development Goals atau disingkat MDG's adalah sebuah inisiatif pembangunan
yang dibentuk pada tahun 2000, oleh perwakilan-perwakilan dari 189 negara dengan
menandantangani deklarasi yang disebut sebagai Millennium Declaration. Millennium
Declaration ini mengandung 8 poin yang harus dicapai sebelum tahun 2015.
Delapan poin ini tergabung dalam tujuan yang dinamakan Millennium Development Goals
(MDGs). Sebutan bahasa Indonesianya adalah Tujuan Pembangunan Milenium. 189 negara
yang hadir dan menandatangani deklarasi Milenium itu ngga cuman negara-negara kaya, tapi
juga negara-negara dari belahan selatan dunia, yang termasuk dalam jajaran negara miskin
dan berkembang.
8 MDGs yang disetujui adalah:
1. Radicate extreme poverty and hunger: Penghapusan kemiskinan.
2. Achieve universal primary education: Pendidikan untuk semua.
3. Promote gender equality and empower women: Persamaan gender.
4. Combat HIV/AIDS, malaria, and other diseases: Perlawanan terhadap penyakit.
5. Reduce child mortality Penurunan angka kematian anak.
6. Improve Maternal Health: peningkatan kesehatan ibu.
7. Ensure environmental sustainability: Pelestarian lingkungan hidup.
8. Develop a global partnership for development: Kerjasama global.
E. Visi Indonesia 2030
Pada tahun 2030 nanti, dengan jumlah penduduk sebesar 285 juta jiwa, PDB Indonesia bisa
mencapai 5,1 triliun $US. Dengan pendapatan perkapita US$ 18.000 per tahun maka
Indonesia akan berada pada posisi kelima ekonomi terbesar setelah China, India, Amerika
Serikat dan Uni Eropa. Untuk mencapai cita-cita dan impian ini, beberapa asumsi harus dapat
tercapai, yaitu: pertumbuhan ekonomi riil rata-rata 7,62 %, laju inflasi 4,95 %, dan
pertumbuhan penduduk rata-rata hanya 1,12 % per-tahun.
Untuk mewujudkan impian pada 23 tahun dari sekarang ini, beberapa tokoh mencoba
menanggapi. Menurut Haryono Suyono, sukses dari impian Visi Indonesia 2030
mengharuskan pemerintah bersama-sama masyarakat untuk mempersiapkan sumber daya
manusia bermutu, lewat bidang pendidikan dan pelatihan selama 15 tahun pertama. Cita-cita
ini hanya akan bisa terwujud jika kita semua komit memberi perhatian dan prioritas yang
tinggi terhadap bidang pendidikan, terutama di bidang ilmu murni dan terapan, ilmu
komputer dan elektronika, selain juga pendidikan budi pekerti dan pengetahuan global.
Hartarto yang dulu sempat menjabat sebagai Menperindag dan berbagai jabatan Menko
lainnya di kabinet selama 16 tahun, sejak 1983 s.d. 1999, meringkas Visi Indonesia pada
tahun 2030 sebagai berikut:
1. Demokrasi dan otonomi daerah telah mantap/dewasa perkembangannya.
2. Prudent macro economic management dengan balance budget dan inflasi yang rendah.
3. Neraca perdagangan yang positif, ekonomi Indonesia tumbuh ratarata 6% pertahun
syukur lebih tinggi, didukung investasi.
4. Angka pertumbuhan penduduk 0,9%, dengan jumlah 300 juta orang.
5. Pendapatan perkapita menjadi US $ 6000 US $ 7000 dan jumlah penduduk miskin yang
rendah.
6. Ratio pendapatan pajak terhadap PDB 30%, hutang amat kecil, memiliki kemandirian
bangsa dalam administrasi negara, pelaksanaan pembangunan dan pertahanan/keamanan.
7. Industri, pertanian dan jasa tumbuh pesat, dan mampu:
a. Mencapai swasembada pangan secara lestari.
b. Menjadi bangsa niaga yang maju.
c. Jasa yang luas
8. Memiliki pertahanan keamanan yang kuat, disegani di forum internasional Masih menurut

Hartanto, ada beberapa langkah pembangunan Ekonomi yang perlu dilakukan dalam
mewujudkan impian ini:
Pertama, menciptakan iklim usaha yang benarbenar kondusif.
Kedua, membenahi peranan aparatur pajak.
Ketiga, menyisihkan sebagian dana APBN untuk dialokasikan bagi pengembangan bank
pemerintah dengan fokus pada pembangunan industri (mesin, perkapalan) dan pertanian
(perkebunan, kelautan) dengan bunga rendah.
Keempat, pengembangan sektor pertanian dalam arti luas termasuk pula kehutanan dan
kelautan.
Kelima, mengembangkan dan melaksanakan strategi dan visi industrialisasi. Selanjutnya
kekuatan ekonomi ketiga yang perlu dikembangkan secara terpadu adalah sektor jasa.
Upaya pemerintah dalam bidang perekonomian:
1. Penanggulangan kemiskinan.
2. Peningkatan investasi dan ekspor non migas.
3. Daya saing Industri Manufaktur.
4. Revitalisasi sektor pertanian, perikanan dan kehutanan.
5. Pemberdayaan UMKMK.
6. Peningkatan pengelolaan BUMN.
7. Perbaikan Iklim Ketetnagakerjaan.
8. Pemantapan Stabilitas Ekonomi Makro.
Indonesia dan ASEAN
Selain Singapore & Brunei, semua negara di kawasan Asia Tenggara punya kesamaan
karakteristik dlm pembangunan ekonominya, yaitu berbasis pada pertanian. Namun
demikian, sejak tahun 70-an, telah terjadi transformasi besar2an dlm sistem ekonomi negara2
di kawasan ini, dari pertanian ke industri (industrialisasi). Namun demikian, terdapat tahapan
industrialisasi yg berbeda-beda diantara negara2 di kawasan ini.
Implikasi dari kondisi tsb adalah terdapat gap yg sangat besar diantara negara2 tsb, terutama
menyangkut Gross National Product (GNP). Gap ini bertambah besar manakala terjadi krisis
ekonomi yg menghantam beberapa negara di kawasan ini (Indonesia & Malaysia).
Selain Myanmar, semua negara di kawasan ini sedang berupaya utk mengadopsi kapitalisme
& liberalisme dlm sistem ekonominya. Meski Vietnam & Laos mengaku bhw mrk adalah
negeri sosialisme, namun dlm kenyataannya, mrk juga sedang berupaya utk mengadopsi
sistem kapitalisme dan liberalisme.
Secara umum dpt dikatakan bhw negara2 di kawasan ini sedang berada dlm situasi transisi
ekonomi, dari ekonomi yg terpusat (the planned economic model) menuju sistem yg lebih
berorientasi kepada pasar. Sebagai contoh, Tidak mengherankan jika saat ini Vietnam mulai
melepas harga2 produk berdasar mekanisme pasar & mata uang Vietnam telah didevaluasi &
diambangkan di pasar mata uang internasional.
Namun demikian, derajad kapitalisme & liberalisme diantara negara2 di kawasan ini sangat
berbeda-beda. Menurut Christiansen, keanggotaan ASEAN telah memayungi neo-liberal &
authoritarian tiger economies pada satu sisi, dan transisi ekonomi sosialist pada sisi yg lain.
Dengan demikian, kecuali Myanmar, dpt dikatakan bhw secara umum sistem ekonomi
negara2 di kawasan Asia Tenggara sedang dilanda gelombang kapitalisme & liberalisme
ekonomi.
Tidak pernah negara2 anggota ASEAN mengekespresikan concern mereka untuk membangun
regionalisme di Asia Tenggara sampai pada tgl October 7th, 2003, melalui the Declaration of
ASEAN Concord II (dikenal sbg Bali Concord II), mereka mendeklarasikan the ASEAN
Community. the ASEAN Community terdiri dari 3 pilar:
1. Political and security cooperation in order to build the ASEAN Security Community or
ASC.

2. The ASEAN Economic Community or AEC.


3. The ASEAN Socio-Cultural Community or ASCC.
Menghadapi hal tersebut, paling tidak, ASEAN memiliki masalah sebagai berikut:
Masalah Ekonomi.
Negara2 di Asia Tenggara harus berkompetisi diantara mrk sendiri dg produk yg sama.
Tidak mengherankan jika mrk melakukan balance of power dlm kaitan dengan ekonomi.
Disparitas kemakmuran.
Perbedaan dlm derajad kapitalisme & liberalisme ekonomi.
Masalah: Sosio Cultural
Absennya identitas bersama diantara bangsa2 di Asia Tenggara.
Masih kuatnya sentimen nasionalisme (bertentangan dg semangat regionalisme).
Lemahnya institusi ASEAN utk mendorong proses ini.
Masalah menuju terbentuknya Asean community.
Masalah politik
Tidak adanya kepemimpinan yg mendorong proses integrasi.
Tidak adanya institusi yg kuat utk mendorong proses integrasi.
Masih kurangnya Political Will dari negara2 di Asia Tenggara utk menciptakan integrasi.
F. Perekonomian Dunia
Perekonomian Indonesia tidak terlepas dari perkembangan ekonnomi Dunia secara
menyeluruh. Dalam tahun 2006, perekonomian Dunia tumbuh 5,4 %, lebih tinggi dari tahun
2005 (4,9 %) didorang oleh pertumbauhan ekonomi Negara maju dan Negara berkembang.
Perekonomian Amerika tumbuh 3,3 % dengan kecendrunag melambat karena melemahnya
sector perumahan. Perekonomian jepang dan eropa tumbuh relative tinggi yaitu berturut-turut
2,2 % dan 2,6 %.
Asia masih merupakan penggerak utama ekonomi Dunia terutama didorong oleh China,
India, dan Negara-negara Emerging market lainnya. Pada tahun 2006 perekonomian China
tumbuh 10,7 % sedangkan India tumbuh 9,2 %. Bahkan dalam tahun 2006 perekonomian
Asia tumbuh mencapai 94%. tertinggi disbanding kawasan-kawasan lainnya. Pertumbuhan
Ekonomi dunia yang tinggijuga didorong oleh pertumbuhan ekonomi di kawasan lain.
Kawasan Ameika Latin, timur tengah, dan Afrika dalam tahun 2006 tumbuh lebih tinggi atau
paling tidak sama dengan tahun 2005 yaitu berturut-turut 5,5 % 5,7 % dan 5,5 %.
Ekonomi dunia yang tumbuh didukung oleh kegiatan perdagangan dunia an harga komoditi
yang meningkat. Dalam tahun 2006, volume perdagangan Dunia mencapai meningkat 8,9%
dari tahun sebelumnya. Pun dengan haarga komoditi di pasar internasional, mengalamai
kenaikan hingga 28,4 %.
Tingginya pertumbuhan Ekonomi Dunia meningkatkan permintaan akan minyak mentah
dunia. Harga Spot dari West Texas Intermediate (WTI) mencapai 75 US dollar pada tahun
2006, sempat menurun pada tahun 2007, dan di tahun 2008 ini, harga minyak dunia
menembus angka 100 Us dollar, 105 US dollar perbarelnya. Sehingga pemerintah
menetapkan asumsi harga minyak Dunia yang tinggi: 95 US dollar per barelnya. Komitmen
OPEC yang cukup kuat untuk mengendalikan Produksi, gangguan produksi di beberapa
tempat (pada tahun 2006 di Nigeria), kekhawatiran adanya badai dan bencana Alam lainnya
menjadi penyebab kenaikan Harga minyak Dunia: selain penyebab Utama: Negara-negara
industry berkemabng membutuhkan lebih dan lebih banyak pasokan Energi. Dalam konteks
keuangan Negara, Tentunya hal ini menyebabkan pembiayaan pemerintah mengalami
kenaikan, dengan besarnya beban subsidi yang harus ditanggung pemerintah dengan
komitmennya mensejahterakan rakyat dan menjaga kestabilan ekonomi.
Perekonomian dunia yang tumbuh tinggi berpengaruh terhadap bursa saham Global. Pada
tahun 2007, Indeks Dow Jones di New York, Nikkei di Jepang, Strait Times di Singapura, dan

Indeks Hang seng mengalami kenaikan masing-masing sebesar 22,4 %, 19,9 %, 50,2 %, dan
37,0% pada priode yang sama tahun 2006. dorongan terhadap bursa Saham Global juga
menimbulkan Sentimen Negatif. Pada tahun 2007 kemarin, terjadi beberapa sentiment
negative regional, antara lain rencana pengendalian modal jangka pendek di Tahiland, gejolak
saham di China, dan kekhawatiran kredit macet di Amerika.
Kebijakan moneter AS dan Negara-negara lain mulai berhati-hati tehadap inflasi Global.sejak
tahun 2004 sampai tahun 2007, suku bunga Fed Funds dinaikkan secara bertahap lebih dari
17 kali.dan coba dipertahankan tetap netral. Sebagai Empunya US Dollar kebijakan ini
memiliki pengaruh besar bagi tekanan inflasi, selain harga minyak mentah dunia dan harga
komoditi dunia yang terus merangkak naik. Hal ini menyebabkan bank Sentral di beberapa
Negara berhati-hati meningkatkan suku bunganya.
Petumbuhan perekonomian dunia yang tinggi ini disamping memberikan pengaruh Positif
bagi perekonomian Nasional, pertumbuhan Ekonomi Dunia tetap membutuhkan kehati-hatian
dengan resiko ketidakstabilan yang mungkin timbul.
G. Kesimpulan
Sebagai Warga Indonesia kita tetap optimis, bahwa Indosesia dimasa yang akan dating
menjadi warga dunia yang dapat memberikan sumbangsihnya terhadap peradaban ummat
manusia, walaupun secara factual saat ini Indonesia sedang mengalami keterpurukan, namun
sebagai bangsa berpenduduk mayoritas Muslim optimisme tetap akan terbangun, saatnya
bangsa ini bangkit mendaya gunakan kekuatan sumberdaya alamnya, dan kebesaran jumlah
Sumber daya manusianya, karena jumlah sumber daya yang besar bukanlah suatu aib
manakala dibangun dan diarahkan untuk menjadi contributor, dengan contoh baik dari para
pemangku jabatan di negeri ini. Wallohu Alam Bissawab.
http://yoyohyusroh.multiply.com/reviews/item/10

Minggu, Mei 09, 2010


Sekilas keadaan Ekonomi Indonesia ( Copy Paste dari Politikana )
1. Di masa Raffles (1811) pemilik modal swasta hanya boleh menguasai lahan
maksimal 45 tahun; di masa Hindia Belanda (1870) hanya boleh menguasai
lahan maksimal selama 75 tahun; dan di masa Susilo Bambang Yudhoyono (UU
25/2007) pemilik modal diperbolehkan menguasai lahan selama 95 tahun.
Teritorial Indonesia (tanah dan laut) telah dibagi dalam bentuk KK Migas, KK
Pertambangan, HGU Perkebunan, dan HPH Hutan. Total 175 juta hektar (93%
luas daratan Indonesia) milik pemodal swasta/asing.
2. Hutang Luar Negeri Indonesia (Pemerintah dan Swasta) sebesar dua ribu lima
ratus trilyun rupiah (2.500.000.000.000.000). Bunga dan cicilan pokok 450
trilyun. Pertumbuhan ekonomi 4 - 6 % per tahun hanya untuk biaya bunga dan
cicilan pokok hutang luar negeri. Kekuatan ekonomi bangsa Indonesia telah
terjebak dalam hutang berkepanjangan (debt trap) hingga tak ada jalan keluar!
Kita akan terus hidup bergantung pada hutang.
3. Sebanyak 85% kekayaan migas, 75% kekayaan batubara, 50% lebih kekayaan
perkebunan dan hutan dikuasai modal asing. Hasilnya 90% dikirim dan dinikmati
oleh negara-negara maju. Sementara China tidak mengekspor batubara, Jepang

terus menumpuk cadanganbatubaranya. Sekarang kita harus bertarung di pasar


bebas dagang dengan China - Asean. Ibarat petinju kelas bulu diadu dengan
petinju kelas berat dunia. Pasti Knock-Out dan babak belur, dong...! Siapa yang
melindungi rakyat dan tanah tumpah-darah kita ini?
4. 40 tahun lalu pendapatan rakyat Asia Timur rata-rata sebesar US$ 100,
bahkan China cuma US$ 50. Kini Malaysia tumbuh 5 kali lipat lebih besar dari
pendapatan Indonesia, Taiwan (16 kalilipat), Korea (20 kalilipat), China (1,5
kalilipat) dan telah jadi raksasa ekonomi, politik, dan militer di ASIA. Ke mana
hasil sumber daya alam kita yang sudah dikuras selama hampir 40 tahun ini?
5. Ekonomi Indonesia hanya dikendalikan oleh 400-an keluarga yang
menguasai ribuan perusahaan. Sejak Orde Baru mereka dapat monopoli kredit
murah, perlindungan tarif, kuota, dan sebagainya. Semua itu karena mereka
memberi upeti kepada penguasa. Sementara usaha kecil yang puluhan juta
dianiya, digusur, dan dipinggirkan.
6. Akibat dari BLBI 1997, di mana Boediono terlibat dan dipecat oleh Soeharto,
maka banyak bank berantakan. Kemudian direkapitalisasi ratusan trilyun. Bunga
rekapitalisasi setiap tahunnya ditanggung oleh rakyat Indonesia melalui APBN
sebesar puluhan trilyun untuk jangka 30 tahun ke depan. Yang menikmati BLBI di
antaranya Syamsul Nursalim dkk, ongkang-ongkang kaki di Singapura. Parahnya
lagi, sekarang keadaan perbankan 66-70% sudah dikuasai oleh modal asing.
Sebagian bank yang dikuasai asing itu menikmati bunga rekapitalisasi yang
ditanggung oleh APBN tersebut. Kesimpulannya, negara Indonesia ini sudah
berantakan dalam aspek-aspek mendasarnya (teritori, keuangan, hutang).
7. Dengan iming-iming pinjaman US$ 400 juta dari the World Bank, UndangUndang Migas harus memuat ayat: Indonesia hanya boleh menggunakan
maksimal 25% hasil produksi gas-nya. Bayangkan, kita eksportir gar terbesar di
Asia, tapi penggunaan gas-nya diatur dari luar. Akibatnya PT Pupuk Iskandar
Muda dan PT Asean Aceh Fertilizer, tutup karena kekurangan pasokan gas. Ini
tikus mati di lumbung padi! Bahkan sekarang harga gas untuk rakyat mau
dinaikkan lagi.
8. Dengan total anggaran belanja 3.660 trilyun (tahun 2005 s/d 2009), selama
1825 hari kerja, rezim ini hanya mampu menurunkan jumlah orang miskin dari
36,1 juta (16,6%) menjadi 32,5 juta (14,15%). Sementara pengangguran terbuka
makin meningkat dari 7% menjadi lebih-kurang 8,5%. Padahal sebagian
rakyatnya sudah rela jadi "kuli" di negeri orang...!!! Mau ke mana rakyat dan
negeri ini dibawa...?
9. Setiap tahun kita impor 1,6 juta ton gula, 1,8 juta ton kedelai, 1,2 juta ton
jagung, 1 juta ton bungkil makanan ternak, 1,5 juta ton garam, 100 ribu ton
kacang tanah, bahkan pernah mengimpor sebanyak 2 juta ton beras. Pastinya
ada yang salah dengan kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia
menyangkut sektor pertanian. Pasti juga ada agen kapitalis yang bermain di balik

penindasan yang terjadi terhadap para petani Indonesia ini.


10. Untuk pemenangan PEMILU dan PILPRES, demi bertahannya rezim 'anak
manis' ini, maka majikan dari luar memberi bantuan pinjaman sekitar 50 trilyun
untuk mengambil hati orang desa, masyarakat miskin,dan pegawai negeri
(PNPM, BLT, GAJI ke-13, JAMKEMAS, KUR, RASKIN, dll). Utang makin bertambah
demi citra rezim di mata rakyat 'bodoh'. Ditambah lagi dengan UTANG, untuk
kesejahteraan pegawai DEPKEU atas nama REFORMASI BIROKRASI, sebesar
hampir 15 trilyun, yang menghasilkan GAYUS MARKUS. Alamak..., makin
sempurna kejahatan rezim ini!
11. Penerimaan negara dari mineral dan batubara (minerba) hanya 3 persen (21
trilyun pada tahun 2006). Padahal kerusakan lingkungan dan hutan yang terjadi
sangat dahsyat dan mengerikan!. Devisa remittance dari para tenaga kerja
Indonesia (TKI) saja bisa mencapai 30 trilyun pada tahun sama. Jadi kemanakah
larinya hasil emas, tembaga, nikel, perak, batubara, hasil hutan lainnya, dan
seterusnya, yang ribuan trilyun itu?
12. Dari permainan ekspor-impor minyak mentah, pelaku perburuan rente migas
'terpelihara', dan setiap tahun negara dirugikan sampai 4 trilyun. Namun
menguntungkan 'oknum' tertentu. Siapakah dia...?
13. Disepakati kontrak penjualan gas (LNG) ke luar negeri dengan harga antara
tiga hingga 4 dollar Amerika/mmbtu. Padahal saat kontrak disepakati harga
pasar internasional US$ 9/mmbtu. Gas dipersembahkan buat siapa? Siapa yang
bermain?
14. Dugaan kekayaan negara yang hilang sia-sia:
1>. Dengan memakai asumsi Prof. Soemitro 30% bocor, maka kalau APBN 2007
sebesar 750 trilyun, maka bocornya lebih kurang 250 trilyun.
2>. Penyelundupan kayu/pencurian hasil laut, pasir, dan lain-lain 100 trilyun.
3>. Potensi pajak yang tidak masuk kas negara tahun 2002 (menurut Kwik Kian
Gie) sekitar 240 trilyun kalau sekarang misalnya dua kali lipat, maka angkanya
berkisar 500 trilyun.
4>. Subsidi ke bank yang sakit menurut Kwik 40 trilyun tahun 2002. Maka secara
kasar potensi pendapatan negara yang hilang sia-sia totalnya 890 trilyun. Itulah
salah satu sebab rakyat tetap miskin, segelintir orang mahakaya, dan negara
tertentu kecipratan menjadi kaya.
15. Dengan standar buatan Indonesia orang miskin di negeri ini tahun 2006
berjumlah 39 juta (pendapatan perhari 5.950,-) Tapi kalau memakai standar Bank
Dunia/standar internasional US$ 2 per hari, maka orang miskin di Indonesia lebih
kurang 144 juta orang (65%).
Lalu apa yang kita banggakan dari pemimpin bangsa ini?
16. Tahun 2005 BPK menemukan 900 rekening gelap senilai 22,4 trilyun milik 18
instansi pemerintah. Pada waktu itu ada 43 instansi yang belum diaudit. Jadi

masih banyak uang negara yang gelap yang belum dimanfaatkan. Kenapa mesti
menghutang untuk memberi rakyat raskin dan BLT? Kenapa jalan-jalan raya di
tengah kota banyak yang bolong-bolong? Kenapa begitu banyak orang yang
mengemis di pinggir-pinggir jalan?
17. Dengan 63 hypermarket, 16 supermarkets di 22 kota (termasuk 29
hypermartket Alfa dan jaringannya di seluruh Indonesia), maka Carefour
Indonesia (komisarisnya jenderal-jenderal) total menguasai bisnis ritel.
Bagaimana nasib jutaan warung-warung kelontong milik rakyat kecil? Atas nama
liberalisme pasar semua digusur?
Itulah beberapa butir yang membuat kita termotivasi untuk mengadakan
perlawanan terhadap rezim penghisap, penindas, dan penjajah gaya baru dan
antek-anteknya di Indonesia kita yang tercinta ini.
http://pakbodong.blogspot.com/2010/05/sekilas-keadaan-ekonomiindonesia-copy.html

You might also like