Professional Documents
Culture Documents
HomeBlogPhotosMusicCalendarReviewsLinks
Other
A. Muqaddimah
Indonesia Negara yang kita cintai saat ini telah mengalami pasca reformasi yang faktanya
sampai saat ini masih belum sehat secara ideal baik perkembangan pendidikan, kesehatan,
ekonomi, sosial, pertahanan maupun keamanannya bahkan kalau kita tidak ikut turun tangan
untuk mempertahankannya akan cenderung menjadi Negara gagal (Failled State) ibaratnya
point of safe return, tinggal sejengkal, setapak lagi kita akan mnyentuh point of no return ke
arah kebangkrutan nasional. Reformasi gagal karena terbajak oleh kekuatan neoliberalisme,
sehingga posisi ekonomi-politik nasional terseret jauh masuk kedalam neo-imperialisme yang
ganas dan mewabah.
Reformasi 1998 lebih membuka jalan untuk bertekuk lutut pada Washington Concensus, yang
kemudian bertengger menjadi madzhab resmi bagi pelaksanaan kebijaksanaan liberalisasi,
deregulasi, privatisasi dan pencabutan subsidi bagi rakyat. Nasionalisme Indonesia yang
terwujudkan dalam demokrasi ekonomi (Pancasila) sesungguhnya sangatlah modern, artinya
pembangunan nasional dengan landasan naionalisme terwejantahkan dalam bentuk keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Semestinya Pembangunan Nasional dilakukan untuk
mencapai tujuan Nasional, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejateraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Fakta Dunia saat ini
Menurut survei Merrill Lynch dan Konsultan Teknologi Capgemini yang disiarkan 15 Juni
2004, orang kaya sejagat 7,7 juta, di posisi akhir tahun 2003.
Sejak 2001 membaiknya bursa harga saham dunia dan adanya pertumbuhan ekonomi
membuat orang kaya semakin berani berinvestasi dengan imbal hasil (yield) tinggi
Peningkatan kekayaan sekitar 7,7 % mencapai total US$ 28,8 trilyun pada 2003.
Jika dikonversikan ke rupiah dg kurs Rp.9000,- per dollar AS mencapai Rp.259,2 triliun.
Total kekayaan ini kembali ke level sebelum resesi dunia tahun 2001.
Diperkirakan jumlah kekayaan ini akan semakin meningkat setiap tahunnya dengan
pertumbuhan 7% dan jumlah kekayaan mereka akan melampaui US$ 40,7 triliun.
Sekjen PBB Kofi Annan pada pertemuan G77 yang diselenggarakan oleh UN Conference
on Development and Trading (UNCTAD) di Sao Paulo Brasil tanggal 15 Juni 2004
menyatakan setiap lima detik ada seorang bayi yang meninggal akibat kegagalan dunia
memerangi kemiskinan.
Kegagalan menjangkau pendidikan, kesehatan, dan target-target anti kelaparan pada tahun
2015 akan membawa generasi berikutnya di negara berkembang ke kehidupan yang malang.
Fakta Indonesia Sebagai Negara muslim
1. Jumlah populasi muslim di dunia lebih dari 1,2 milyar. Indonesia terbesar dengan 180 juta
muslim.
2. Dari jumlah 1,2 milliar tersebut, 250 juta miskin absolut, 200 juta tidak akses ke kesehatan,
300 juta kurang sarana air bersih dan 400 juta kurang sanitasi.
3. Perlu dicatat, baahwa 50% cadangan minyak dunia ada di negara mayoritas populasinya
muslim.
4. Dari 60 negara dengan mayoritas penduduknya muslim, dapat dikatagorikan 4 negara kaya
sekali, 6 negara menengah, 19 dibawah rata-rata dan 21 miskin.
5. Jika seluruh GDP Negara-muslim Digabung maka totalnya hanya kurang dari 5% GDP
dunia.
6. Indeks produksi makanan perkapita rendah padahal punya tanah pertanian sekitar 2,6 juta
hektar termasuk 16% hutan didalamnya.
7. Mayoritas Juara KKN dan terkena debtrap, khususnya Indonesia.
B. Sebuah Perbandingan Kemiskinan Indonesia Dulu dan Kini
Dalam salahsatu diskusi Setiap hari selasa, Prof. Mubyarto, Begawan Ekonomi Kerakyatan
Indonesia pernah mengutip tulisan Pierre Van der Eng, seorang sejarawan Belanda menulis
yang tentang strata ekonomi penduduk di jaman penjajahan. Pada tahun 1930, dua tahun
setelah Sumpah Pemuda, 51,1 juta penduduk pribumi (Indonesia) yang merupakan 97,4%
dari seluruh penduduk yang berjumlah 60,7 juta hanya menerima 3,6 juta gulden (0,54%) dari
pendapatan nasional Hindia Belanda, penduduk Asia lain yang berjumlah 1,3 juta (2,2%)
menerima 0,4 juta gulden (0,06%) sedangkan 241.000 orang Eropa (kebanyakan Belanda)
menerima 665 juta gulden (99,4%). Sangat njomplangnya pembagian pendapatan nasional
inilah yang sulit diterima para pejuang perintis kemerdekaan Indonesia yang bersumpah
tahun 1928 di Jakarta. Kemerdekaan, betapapun sangat mahal harganya, harus dicapai
karena akan membuka jalan ke arah perbaikan nasib rakyat dan bangsa Indonesia.
Kini setelah Indonesia merdeka 63 tahun, ketimpangan ekonomi tidak separah ketika jaman
penjajahan, tetapi konglomerasi (1987-1994) yang menciptakan ketimpangan ekonomi luar
biasa, sungguh-sungguh merupakah bom waktu yang kemudian meledak sebagai krismon
1997. Dalam 26 tahun (1971-1997) rasio pendapatan penduduk daerah terkaya dan daerah
termiskin meningkat dari 5,1 (1971) menjadi 6,8 (1983) dan 9,8 (1997), dan Gini Rasio
meningkat berturut-turut dari 0,18 menjadi 0,21 dan 0,24.
Dari sisi penguasaan asset, dapat dilihat dari piramida terbalik dibawah ini:
Pemerintah memiliki lebih dari 164 BUMN dan menetapkan harga beberapa barang pokok,
termasuk bahan bakar, beras, dan listrik. Setelah krisis finansial Asia yang dimulai pada
pertengahan 1997, pemerintah menjaga banyak porsi dari aset sektor swasta melalui
pengambilalihan pinjaman bank tak berjalan dan asset perusahaan melalui proses
penstrukturan hutang.
Selama lebih dari 30 tahun pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto, ekonomi Indonesia
tumbuh dari GDP per kapita $70 menjadi lebih dari $1.000 pada 1996. Melalui kebijakan
moneter dan keuangan yang ketat, inflasi ditahan sekitar 5%10%, rupiah stabil dan dapat
diterka, dan pemerintah menerapkan sistem anggaran berimbang. Banyak dari anggaran
pembangunan dibiayai melalui bantuan asing.
Table (a) Kenaikan harga-harga Table (b) fluktuasi Inflasi di Indonesia
Di Indonesia di Indonesia
Pada pertengahan 1980-an pemerintah mulai menghilangkan hambatan kepada aktivitas
ekonomi. Langkah ini ditujukan utamanya pada sektor eksternal dan finansial dan dirancang
untuk meningkatkan lapangan kerja dan pertumbuhan di bidang ekspor non-minyak. GDP
nyata tahunan tumbuh rata-rata mendekati 7% dari 19871997, dan banyak analisis mengakui
Indonesia sebagai ekonomi industri dan pasar utama yang berkembang.
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari 19871997 menutupi beberapa kelemahan
struktural dalam ekonomi Indonesia. Sistem legal sangat lemah, dan tidak ada cara efektif
untuk menjalankan kontrak, mengumpulkan hutang, atau menuntut atas kebangkrutan.
Aktivitas bank sangat sederhana, dengan peminjaman berdasarkan-"collateral" menyebabkan
perluasan dan pelanggaran peraturan, termasuk batas peminjaman. Hambatan non-tarif,
penyewaan oleh perusahaan milik negara, subsidi domestik, hambatan ke perdagangan
domestik, dan hambatan ekspor seluruhnya menciptakan gangguan ekonomi.
Krisis finansial Asia Tenggara yang melanda Indonesia pada akhir 1997 dengan cepat
berubah menjadi sebuah krisis ekonomi dan politik. Respon pertama Indonesia terhadap
masalah ini adalah menaikkan tingkat suku bunga domestik untuk mengendalikan naiknya
inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan fiskalnya. Pada
Oktober 1997, Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) mencapai kesepakatan
tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan pada penstabilan ekonomi makro dan
penghapusan beberapa kebijakan ekonomi yang dinilai merusak, antara lain Program
Permobilan Nasional dan monopoli, yang melibatkan anggota keluarga Presiden Soeharto.
Rupiah masih belum stabil dalam jangka waktu yang cukup lama, hingga pada akhirnya
Presiden Suharto terpaksa mengundurkan diri pada Mei 1998. Di bulan Agustus 1998,
Indonesia dan IMF menyetujui program pinjaman dana di bawah Presiden B.J Habibie.
Presiden Gus Dur yang terpilih sebagai presiden pada Oktober 1999 kemudian
memperpanjang program tersebut.
D. Kajian Pengeluaran Publik
Sejak krisis keuangan Asia di akhir tahun 1990-an, yang memiliki andil atas jatuhnya rezim
Suharto pada bulan Mei 1998, keuangan publik Indonesia telah mengalami transformasi
besar. Krisis keuangan tersebut menyebabkan kontraksi ekonomi yang sangat besar dan
penurunan yang sejalan dalam pengeluaran publik. Tidak mengherankan utang dan subsidi
meningkat secara drastis, sementara belanja pembangunan dikurangi secara tajam.
Saat ini, satu dekade kemudian, Indonesia telah keluar dari krisis dan berada dalam situasi
dimana sekali lagi negara ini mempunyai sumber daya keuangan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan. Perubahan ini terjadi karena kebijakan makroekonomi
yang berhati-hati, dan yang paling penting defisit anggaran yang sangat rendah. Juga cara
Millenium Development Goals atau disingkat MDG's adalah sebuah inisiatif pembangunan
yang dibentuk pada tahun 2000, oleh perwakilan-perwakilan dari 189 negara dengan
menandantangani deklarasi yang disebut sebagai Millennium Declaration. Millennium
Declaration ini mengandung 8 poin yang harus dicapai sebelum tahun 2015.
Delapan poin ini tergabung dalam tujuan yang dinamakan Millennium Development Goals
(MDGs). Sebutan bahasa Indonesianya adalah Tujuan Pembangunan Milenium. 189 negara
yang hadir dan menandatangani deklarasi Milenium itu ngga cuman negara-negara kaya, tapi
juga negara-negara dari belahan selatan dunia, yang termasuk dalam jajaran negara miskin
dan berkembang.
8 MDGs yang disetujui adalah:
1. Radicate extreme poverty and hunger: Penghapusan kemiskinan.
2. Achieve universal primary education: Pendidikan untuk semua.
3. Promote gender equality and empower women: Persamaan gender.
4. Combat HIV/AIDS, malaria, and other diseases: Perlawanan terhadap penyakit.
5. Reduce child mortality Penurunan angka kematian anak.
6. Improve Maternal Health: peningkatan kesehatan ibu.
7. Ensure environmental sustainability: Pelestarian lingkungan hidup.
8. Develop a global partnership for development: Kerjasama global.
E. Visi Indonesia 2030
Pada tahun 2030 nanti, dengan jumlah penduduk sebesar 285 juta jiwa, PDB Indonesia bisa
mencapai 5,1 triliun $US. Dengan pendapatan perkapita US$ 18.000 per tahun maka
Indonesia akan berada pada posisi kelima ekonomi terbesar setelah China, India, Amerika
Serikat dan Uni Eropa. Untuk mencapai cita-cita dan impian ini, beberapa asumsi harus dapat
tercapai, yaitu: pertumbuhan ekonomi riil rata-rata 7,62 %, laju inflasi 4,95 %, dan
pertumbuhan penduduk rata-rata hanya 1,12 % per-tahun.
Untuk mewujudkan impian pada 23 tahun dari sekarang ini, beberapa tokoh mencoba
menanggapi. Menurut Haryono Suyono, sukses dari impian Visi Indonesia 2030
mengharuskan pemerintah bersama-sama masyarakat untuk mempersiapkan sumber daya
manusia bermutu, lewat bidang pendidikan dan pelatihan selama 15 tahun pertama. Cita-cita
ini hanya akan bisa terwujud jika kita semua komit memberi perhatian dan prioritas yang
tinggi terhadap bidang pendidikan, terutama di bidang ilmu murni dan terapan, ilmu
komputer dan elektronika, selain juga pendidikan budi pekerti dan pengetahuan global.
Hartarto yang dulu sempat menjabat sebagai Menperindag dan berbagai jabatan Menko
lainnya di kabinet selama 16 tahun, sejak 1983 s.d. 1999, meringkas Visi Indonesia pada
tahun 2030 sebagai berikut:
1. Demokrasi dan otonomi daerah telah mantap/dewasa perkembangannya.
2. Prudent macro economic management dengan balance budget dan inflasi yang rendah.
3. Neraca perdagangan yang positif, ekonomi Indonesia tumbuh ratarata 6% pertahun
syukur lebih tinggi, didukung investasi.
4. Angka pertumbuhan penduduk 0,9%, dengan jumlah 300 juta orang.
5. Pendapatan perkapita menjadi US $ 6000 US $ 7000 dan jumlah penduduk miskin yang
rendah.
6. Ratio pendapatan pajak terhadap PDB 30%, hutang amat kecil, memiliki kemandirian
bangsa dalam administrasi negara, pelaksanaan pembangunan dan pertahanan/keamanan.
7. Industri, pertanian dan jasa tumbuh pesat, dan mampu:
a. Mencapai swasembada pangan secara lestari.
b. Menjadi bangsa niaga yang maju.
c. Jasa yang luas
8. Memiliki pertahanan keamanan yang kuat, disegani di forum internasional Masih menurut
Hartanto, ada beberapa langkah pembangunan Ekonomi yang perlu dilakukan dalam
mewujudkan impian ini:
Pertama, menciptakan iklim usaha yang benarbenar kondusif.
Kedua, membenahi peranan aparatur pajak.
Ketiga, menyisihkan sebagian dana APBN untuk dialokasikan bagi pengembangan bank
pemerintah dengan fokus pada pembangunan industri (mesin, perkapalan) dan pertanian
(perkebunan, kelautan) dengan bunga rendah.
Keempat, pengembangan sektor pertanian dalam arti luas termasuk pula kehutanan dan
kelautan.
Kelima, mengembangkan dan melaksanakan strategi dan visi industrialisasi. Selanjutnya
kekuatan ekonomi ketiga yang perlu dikembangkan secara terpadu adalah sektor jasa.
Upaya pemerintah dalam bidang perekonomian:
1. Penanggulangan kemiskinan.
2. Peningkatan investasi dan ekspor non migas.
3. Daya saing Industri Manufaktur.
4. Revitalisasi sektor pertanian, perikanan dan kehutanan.
5. Pemberdayaan UMKMK.
6. Peningkatan pengelolaan BUMN.
7. Perbaikan Iklim Ketetnagakerjaan.
8. Pemantapan Stabilitas Ekonomi Makro.
Indonesia dan ASEAN
Selain Singapore & Brunei, semua negara di kawasan Asia Tenggara punya kesamaan
karakteristik dlm pembangunan ekonominya, yaitu berbasis pada pertanian. Namun
demikian, sejak tahun 70-an, telah terjadi transformasi besar2an dlm sistem ekonomi negara2
di kawasan ini, dari pertanian ke industri (industrialisasi). Namun demikian, terdapat tahapan
industrialisasi yg berbeda-beda diantara negara2 di kawasan ini.
Implikasi dari kondisi tsb adalah terdapat gap yg sangat besar diantara negara2 tsb, terutama
menyangkut Gross National Product (GNP). Gap ini bertambah besar manakala terjadi krisis
ekonomi yg menghantam beberapa negara di kawasan ini (Indonesia & Malaysia).
Selain Myanmar, semua negara di kawasan ini sedang berupaya utk mengadopsi kapitalisme
& liberalisme dlm sistem ekonominya. Meski Vietnam & Laos mengaku bhw mrk adalah
negeri sosialisme, namun dlm kenyataannya, mrk juga sedang berupaya utk mengadopsi
sistem kapitalisme dan liberalisme.
Secara umum dpt dikatakan bhw negara2 di kawasan ini sedang berada dlm situasi transisi
ekonomi, dari ekonomi yg terpusat (the planned economic model) menuju sistem yg lebih
berorientasi kepada pasar. Sebagai contoh, Tidak mengherankan jika saat ini Vietnam mulai
melepas harga2 produk berdasar mekanisme pasar & mata uang Vietnam telah didevaluasi &
diambangkan di pasar mata uang internasional.
Namun demikian, derajad kapitalisme & liberalisme diantara negara2 di kawasan ini sangat
berbeda-beda. Menurut Christiansen, keanggotaan ASEAN telah memayungi neo-liberal &
authoritarian tiger economies pada satu sisi, dan transisi ekonomi sosialist pada sisi yg lain.
Dengan demikian, kecuali Myanmar, dpt dikatakan bhw secara umum sistem ekonomi
negara2 di kawasan Asia Tenggara sedang dilanda gelombang kapitalisme & liberalisme
ekonomi.
Tidak pernah negara2 anggota ASEAN mengekespresikan concern mereka untuk membangun
regionalisme di Asia Tenggara sampai pada tgl October 7th, 2003, melalui the Declaration of
ASEAN Concord II (dikenal sbg Bali Concord II), mereka mendeklarasikan the ASEAN
Community. the ASEAN Community terdiri dari 3 pilar:
1. Political and security cooperation in order to build the ASEAN Security Community or
ASC.
Indeks Hang seng mengalami kenaikan masing-masing sebesar 22,4 %, 19,9 %, 50,2 %, dan
37,0% pada priode yang sama tahun 2006. dorongan terhadap bursa Saham Global juga
menimbulkan Sentimen Negatif. Pada tahun 2007 kemarin, terjadi beberapa sentiment
negative regional, antara lain rencana pengendalian modal jangka pendek di Tahiland, gejolak
saham di China, dan kekhawatiran kredit macet di Amerika.
Kebijakan moneter AS dan Negara-negara lain mulai berhati-hati tehadap inflasi Global.sejak
tahun 2004 sampai tahun 2007, suku bunga Fed Funds dinaikkan secara bertahap lebih dari
17 kali.dan coba dipertahankan tetap netral. Sebagai Empunya US Dollar kebijakan ini
memiliki pengaruh besar bagi tekanan inflasi, selain harga minyak mentah dunia dan harga
komoditi dunia yang terus merangkak naik. Hal ini menyebabkan bank Sentral di beberapa
Negara berhati-hati meningkatkan suku bunganya.
Petumbuhan perekonomian dunia yang tinggi ini disamping memberikan pengaruh Positif
bagi perekonomian Nasional, pertumbuhan Ekonomi Dunia tetap membutuhkan kehati-hatian
dengan resiko ketidakstabilan yang mungkin timbul.
G. Kesimpulan
Sebagai Warga Indonesia kita tetap optimis, bahwa Indosesia dimasa yang akan dating
menjadi warga dunia yang dapat memberikan sumbangsihnya terhadap peradaban ummat
manusia, walaupun secara factual saat ini Indonesia sedang mengalami keterpurukan, namun
sebagai bangsa berpenduduk mayoritas Muslim optimisme tetap akan terbangun, saatnya
bangsa ini bangkit mendaya gunakan kekuatan sumberdaya alamnya, dan kebesaran jumlah
Sumber daya manusianya, karena jumlah sumber daya yang besar bukanlah suatu aib
manakala dibangun dan diarahkan untuk menjadi contributor, dengan contoh baik dari para
pemangku jabatan di negeri ini. Wallohu Alam Bissawab.
http://yoyohyusroh.multiply.com/reviews/item/10
masih banyak uang negara yang gelap yang belum dimanfaatkan. Kenapa mesti
menghutang untuk memberi rakyat raskin dan BLT? Kenapa jalan-jalan raya di
tengah kota banyak yang bolong-bolong? Kenapa begitu banyak orang yang
mengemis di pinggir-pinggir jalan?
17. Dengan 63 hypermarket, 16 supermarkets di 22 kota (termasuk 29
hypermartket Alfa dan jaringannya di seluruh Indonesia), maka Carefour
Indonesia (komisarisnya jenderal-jenderal) total menguasai bisnis ritel.
Bagaimana nasib jutaan warung-warung kelontong milik rakyat kecil? Atas nama
liberalisme pasar semua digusur?
Itulah beberapa butir yang membuat kita termotivasi untuk mengadakan
perlawanan terhadap rezim penghisap, penindas, dan penjajah gaya baru dan
antek-anteknya di Indonesia kita yang tercinta ini.
http://pakbodong.blogspot.com/2010/05/sekilas-keadaan-ekonomiindonesia-copy.html