You are on page 1of 13

Daftar isi

Kata pengantar...........................................................................................................1

Bab I laporan kasus...................................................................................................3

Bab II permasalahan..................................................................................................4

Bab III pembahasan...................................................................................................5

Bab IV kesimpulan...13

Bab V Daftar pustaka................................................................................................14

Bab 1
Laporan kasus

Topik : Infeksi Intrauterin


Judul: Kenapa kehamilanku tidak membesar ya?
Ny.Sari 4 tahun, G1 PO AO hamil 8 bulan datang ke poliklinik kebidanan. Dengan keluhan
merasa perutnya tidak bertambah besar. Dari anamnesa: HPHT 5 desember 2014, senang
makan salad dan memelihara kucing beberap ekor.
Kata kunci : Infeksi TORCH, Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)

Terminologi
1. TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh
(Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II
(HSV-II) pada wanita hamil. Infeksi TORCH ini sering menimbulkan berbagai
masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita maupun pria sehingga menyebabkan
sulit terjadinya kehamilan ataupun terjadinya keguguguran dini.
2. Pertumbuhan janin terhambat (PJT) adalah janin dengan berat badan kurang atau
sama dengan 10 percentil, atau lingkaran perut kurang atau sama dengan 5 percentil
atau FL/AC > 24.2,4,5. Hal tersebut dapat disebabkan berkurangnya perfusi plasenta,
kelainan kromosom, dan faktor lingkungan atau infeksi.

Bab II
Masalah

1. Hamil 8 bulan tetapi perutnya tidak bertambak besar


2. Senang makan salad
3. Memelihara kucing

Bab III
Pembahasan
3

Hipotesis
Pertumbuhan janin terhambat ec toksoplasmosis

Definisi
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) adalah janin dengan berat badan kurang atau
sama dengan 10 percentil, atau lingkaran perut kurang atau sama dengan 5 percentil atau
FL/AC > 24.2,4,5 Hal tersebut dapat disebabkan berkurangnya perfusi plasenta, kelainan
kromosom, dan faktor lingkungan atau infeksi.
Toksoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh Toxoplasma
gondii, suatu parasit protozoa intrselular. Penyakit ini dapat menyerang manusia, binatang
peliharaan, binatang ternak, unggas dan lain-lain.

Etiologi
Penyebab pertumbuhan janin terhambat (PJT) dibedakan menjadi 3 faktor,yaitu:
1. Maternal/ibu seperti: Tekanan darah tinggi, riwayat Diabetes mellitus, penyakit
jantung dan pernafasan, malnutrisi dan anemia, pecandu alkohol, obat-obatan tertentu
dan perokok.
2. Uterus dan plasenta : penurunan aliran darah dari uterus ke plasenta, plasenta
abruption , plasenta previa, infark plasenta.
3. Factor janin antara ain : janin kembar, penyakit infeksi, kelainan kongenital, kelainan
kromosom, pajanan teratogen.
Penyebab penyakit toksoplasmosis adalah Toxoplasma gondii.

Epidemiologi
Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
3-10% di dunia. Di Indonesia pada penelitian Di Indonesia, pada penelitian
pendahuluan, 2004-2005: 4,40%.
Toksoplasmosis
Toxoplasma gondii ditemukan di seluruh dunia.
4

Prevalensi toksoplamosis di beberapa daerah di Indonesia bervariasi antara 2-51%.


Berdasarkan pemeriksaan serologik, prevalensi toksoplasmosis dipengaruhi antara lain oleh
faktor geografi, usia dan kebiasaan makan. Indonesia yang neriklim tropis dengan
kelembaban tiggi sangat menguntungkan bagi pematangan ookista di alam luar. Daerah
pegunungan dan daerah dengan kelembaban rendah mempunyai prevalensi rendah untuk
toksoplasmosis. Manusia dapat terinfeksi Toxoplasma melalui makanan, daging atau sayuran
yang terkotaminasi parasit atau dengan cara transplasental dari ibu hamil kepada janin dalam
kandungan.

Faktor Resiko Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)


Faktor yang terdeteksi sebelum kehamilan :
1. Riwayat PJT sebelumnya
2. Riwayat Penyakit Kronis
3. Riwayat APS (Antiphospolipid Syndrome)
4. Indeks masa tubuh yang rendah
5. Maternal hipoksia
Faktor yang terdeteksi selama kehamilan :
1. Peningkatan kadar hormon HCG
2. Riwayat makan obat-obatan tertentu. Contoh : Coumarin, Hydantion
3. Perdarahan Pervaginan
4. Kelainan Plasenta
5. Partus Prematur
6. Kehamilan Ganda
7. Kurangnya Pertambahan BB selama kehamilan

Klasifikasi Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)


Simetris :
1. Terjadi pada awal kehamilan
5

2. Ukuran badannya secara proporsional kecil


3. Gangguan pertumbuhan janin terjadi sebelum umur kehamilan 20 minggu sering
disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi
4. Plasenta normal
Asimteris :
1. Gangguan pertumbuhan janin terjadi pada kehamilan trimester III sering
disebabkan oleh insufisiensi plasenta (Deselarasi Lambat)
2. Ukuran badannya tidak proporsional
3. Plasenta abnormal
Campuran :
Simetris + Asimetris

Patofisiologi Infeksi Toksoplasmosis


Parasit toksoplasma cenderung untuk masuk ke dalam sel organ (intrasel) tubuh
manusia dan terdapat dalam tiga bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang beredar dalam darah,
bentuk ookista yang dikeluarkan dalam tinja kucing, dan bentuk kista yang menetap dalam
jaringan tubuh seperti paru, jantung, otot, dan otak. Bentuk kista berupa sebuah kantung yang
di dalamnya berisi beribu-ribu trofozoit T gondii. Kucing adalah tempat hidup utama parasit
toxoplasma, parasit ini dapat berkembang biak secara seksual maupun aseksual. Adapun
dalam tubuh manusia, unggas dan hewan ternak lain sebagai hospes perantara, parasit ini
berkembang biak secara aseksual, yaitu kemampuan untuk berkembang biak dengan cara
membelah diri.
Di tanah yang tercemar, ookista (toxoplasma) dapat dibawa oleh lalat, kecoak, semut
atau cacing tanah ke berbagai tempat di kebun. Ookista dapat menempel di sayuran, buahbuahan atau termakan oleh hewan ternak seperti ayam, kambing, anjing, sapi, dan menembus
epitel usus, berkembang biak dengan membelah diri serta menetap dalam bentuk kista pada
organ hewan tersebut.
Bentuk parasit T gondii seperti batang melengkung dengan ukuran lebih kecil dari sel
darah merah (3-6 mm) bergerak dengan gerakan aktinomisin di bawah membran plasma,
dapat menembus sel secara aktif masuk ke berbagai jaringan seperti otot, otak, mata, dan
usus. Kucing yang menderita toksoplasmosis akan mengeluarkan beribu-ribu ookista yang
tetap infektif selama berbulan-bulan di tanah yang tidak terkena sinar matahari.

Ookista yang tertelan akan membentuk trofozoit dan ikut aliran darah serta memasuki
sel berinti organ tubuh atau membentuk kista. Manusia dapat terinfeksi bila menelan ookista
atau makan daging ternak seperti ayam, kambing atau sapi yang mengandung kista dan tidak
dimasak matang.

Gejala klinis
Biasanya asimptomatik. Jika simptomatik biasanya berupa lesu, demam, nyeri otot
dan terdapat kalsifikasi intracranial pada sonografi.
Jika bayi tersebut lahir maka dapat mempunyai gejala klinis seperti :
1. BBLR
2. Pucat
3. Ikterus
4. Hepatosplenomegali
5. Hidrosefalus atau mikrosefalus
6. Kejang

Anamnesis Tambahan
Anamnesis tambahan yang perlu ditanyakan kepada pasien dalam kasus ini adalah
apakah selama kehamilan mengalami kecapekan yang berarti dan ada tidaknya pembesaran
kelenjar getah bening.
Untuk faktor risiko dimana pasien memelihara kucing, perlu ditanyakan dimana
kucing tersebut tinggal apakah didalam rumah atau diluar, tanyakan pula makanan apa yang
diberikan kepada kucing apakah daging mentah atau tidak, bagaimana pula interaksi pasien
dengan kucing selama kehamilan dan kebersihan kucing itu sendiri.
Tanyakan pula bagaimana pasien membersihkan dan memasak makanannya apakah
higienis dan matang atau tidak. Tanyakan bagaimana asupan nutrisi pasien selama kehamilan
dan apakah pasien rajin datang untuk memeriksakan kehamilannya. Tanyakan pula apakah

pasien memiliki keadaan atau mengkonsumsi obat obatan yang mempengaruhi sistem imun.
Dan yang terakhir tanyakan apabila pasien merokok dan atau mengkonsumsi narkoba.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pertama yang dilakukan pada pasien adalah menilai tanda tanda
vital pasien. Lihat pula apakah ada tanda tanda gejala klinis pada pasien seperti pembesaran
kelenjar getah bening dan kondisi pasien yang terlihat capek da nada tidaknya demam.
Lakukan juga pemeriksaan detak jantung janin pada pasien.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada Pertumbuhan janin terhambat (PJT):
1. Pengukuran tinggi fundus uteri
Dilakukan secara serial dan cermat selama kehamilan adalah metode
penampisan yang sederhana, aman, tidak mahal dan cukup akurat untuk
mendeteksi janin yang kecil untuk masa kehamilan.
Cara pengukuran menggunakan sebuah tali pengukur yang di kalibrasi
dalam sentimeter dan dipasang pada lengkung abdomen dari tepi atas simfisis
sampai ketepi atas fundus uteri yang diidentifikasikan dengan palpasi atau
perkusi. Antara usia gestasi 18-30 minggu, tinggi fundus uteri dalam
sentimeter bertepatan dengan minggu gestasi.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi
Kriteria USG untuk pertumbuhan janin terhambat terutama
peningkatan rasio panjang femur dan lingkar perut, peningkatan lingkar kepala
dan lingkar perut dan oligohidramnion.
3. Penilaian volume cairan ketuban
Pada hambatan intrauterina terutama pada kehamilan dengan hipertensi
sering disertai dengan Oligohidramnion. Oligohidramnion dapat
mengakibatkan tali pusat terjepit dan kematian janin dapat terjadi dengan tibatiba.
Volume cairan ketuban perlu dipantau dari minggu keminggu dengan
menggunakan USG. Penilaian Volume cairan ketuban dengan USG bisa
dengan cara mengukur kedalam cairan krtuban yang paling panjang pada satu
bidang vertikal atau dengan cara menghitung indeks cairan ketuban.
4. Pemeriksaan Doppler Velosimetris
Pemeriksaan Doppler Velesimetris arteria umbilikalis bisa mengenal
adanya pengurangan aliran darah dalam tali pusat akibat resistensi vaskular

dari plasenta. Ditandai dengan tidak ada atau berbaliknya aliran akhir diastolik
yang menunjukan tahanan yang tinggi
5. Pemantauan kerja jantung janin
Bila hambatan pertumbuhan intauterina berlatar belakang kekurangan
gizi untuk maksud ini dapat dilakukan pemeriksaan contraction stress test uji
beban kontraksi setiap minggu dengan menginfus oksitosin atau merangsang
puting susu ibu untuk menghasilkan kontraksi pada uterus.
6. Uji biokimiawi
Pemeriksaan fungsi plasenta yang terutama untuk mengetahui
kesehatan janin pada keadaan maternal yang patologik yang telah disertai oleh
insufisiensi plasenta
7. Penambahan berat badan ibu
Penambahan berat badan ibu juga dapat menentukan ukuran dari bayi.
Wanita yang bertubuh kecil biasanya mempunyai bayi yang lebih kecil.
Pemeriksaan penunjang pada toxoplasma:
1. Serologi dengsn ELISA
Mudah, dapat dikerjakan dimanapun, waktu pengerjaan relatif singkat
2. PCR
Kelemahan PCR:
Belum ada primer yang komersial
Regio mana yang akan diamplifikasi masih menjadi perdebatam
Tidak dapat membedakan toxoplasmanya hidup atau mati, dan jika hidup pada
fase mana.
Untuk hidup dan matinya digunakan lightcyler namun jumlah parasitnya tidak
dapat di tentukan
Pemeriksaan ini sangat mahal.
3. Inokulasi pada mencit
Masih merupakan baku emas pemastian toxoplasmosis namun karena
sulit dan hanya dikerjakan di laboratorium tertentu serta butuh waktu lama
(kurang lebih 3 minggu).

Penatalaksanaan
Tatalaksana umum :
1. Istirahat
Mungkin merupakan satu-satunya terapi yang paling sering
direkomendasikan. Secara teori istirahat akan menurunkan aliran darah ke
perifer dan meningkatkan aliran darah ke sirkulasi uteroplasenta, yang diduga
dapat memperbaiki pertumbuhan janin.
2. Suplementasi Nutrisi Ibu
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa kurangnya nutrisi ibu memilki
sedikit efek pada berat lahir. Kekurangan kalori yang berat hingga lebih kecil
1500 kalori per hari dihubungkan dengan penurunan berat bayi lahir rata-rata
hampir 300 gram. Terdapat data yang menunjukkan bahwa suplementasi
9

nutrisi dalam bentuk asupan kalori oral dan atau suplemen protein memilki
sedikit efek dalam meningkatkan berat badan lahir. Defisiensi beberapa logam
pada asupan makanan ibu juga dihubungkan dengan PJT. Walles Dkk.
membuktikan bahwa kadar seng pada leukosit perifer, yang
merupakan indikator sensitif keadaan seng jaringan, menurun pada ibu dengan
janin dengan PJT.
Asam eikosapentanoid yang terdapat pada minyak ikan, diduga dapat
meningkatkan berat lahir dan dapat digunakan dalam pencegahan dan terapi
PJT. Asam ini bekerja secara kompetisi dengan asam arakhidonat yang
merupakan substrat dari enzim siklooksigenase. Zat vasoaktif, tromboksanA2
(TxA2) dan prostasiklin I2 (PGI2) telah diteliti sebagai mediator yang dapat
menurunkan aliran uteroplasenta pada PJT idiopatik. Prostasiklin merupakan
vasodilator, dan tromboksan merupakan vasokonstriktor yang kuat.
Keseimbangan antara dua zat ini menghasilkan tonus vaskuler pada
uteroplasenta. Konsumsi minyak ikan diduga menghasilkan penurunan sintesis
tromboksan dan meningkatkan konsentrasi prostasiklin. Perubahan rasio ini
akan menghasilkan vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan aliran darah
utreroplasenta dan meningkatkan berat lahir, sehingga bergunadalam
pencegahan dan terapi PJT.
Tatalaksana farmakologis :
1. Aspirin dan Dipiridamol
Aspirin atau asam asetilsalisilat, menghambat enzim siklooksigenase
secara ireversibel. Pemberian aspirin dosis rendah 1-2 mg/kg/hari
menghambat aktifitas siklooksigenase dan menghasilkan penurunan sintesis
tromboksan. Pemberian aspirin dosis rendah berkaitan dengan
peningkatan berat lahir rata-rata sebesar 516 gram dan ditemukan juga
peningkatan yang bermakna pada plasenta.
Dipiridamol, merupakan inhibitor enzim fosfodiesterase, dapa
tmenghambat penghancuran cyclic adenosine monophosphate (cAMP). Ini
akan meningkatkan konsentrasi cAMP yang dapat menyebabkan trombosit
lebih sensitif terhadap efek prostasiklin dan juga merangsang
sintesis prostasiklin yang menghasilkan vasodilatasi.
2. Beta mimetic
Obat ini memilki berbagai efek pada aliran daerah uteroplasenta. Salah
satunya adalah merangsang adenilat siklase miometrium yang menyebabkan
relaksasi uterus. Relaksasi ini akan menurunkan resistensi aliran darah uterus dan
meningkatkan perfusi. Efek vasodilatasi langsung pada arteri uterine juga
meningkatkan perfusi uterus. Secara teori hal ini bermanfaat pada pengobatan
PJT.

Komplikasi
Pada Ibu : preeklampsi dan penyakit jantung
Pada janin : Intranatal : Hipoksia dan asidosis
Antenatal : Kematian Janin
10

Komplikasi Umum yang dapat terjadi adalah :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Anomali janin
Asfiksia perinatal
Persalinan operatif
Kematian perinatal
Hipoglikemia dan hipokalsemia neonatal
Enterokolitis nekrotikan
longterm handicap

Penurunan jumlah cairan amnion sangat berhubungan dengan PJT. Morbiditas akan terjadi
bila AFI < 5 cm.

Prognosis
Pada beberapa kasus yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stilbirth)
atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak
nantinya. Kasus ini dapat muncul sekalipun ibu dalam kondisi sehat.
Prognosis pada kasus ini :
1. Ibu
Ad Vitam
: Dubia ad malam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
2. Bayi
Ad Vitam
: malam
Ad sanationam : malam
Ad Fungsionam : malam

Pencegahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menghindari daging yang kurang matang


Mencuci tangan dengan sabun
Mencuci bersih sayuran dan buah-buahan sebelum di konsumsi
Kebersihan alat makan
Masak makanan hingga matang
Kucing peliharaan di jaga kebersihannya
Menjaga kebersihan diri

11

Bab IV
Kesimpulan

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses yang diawali dari


konsepsi (pembuahan) sampai pematangan atau dewasa. Melalui proses tersebut anak
tumbuh menjadi lebih besar dan bertambah matang dalam segala aspek baik fisik,
emosi, intelektual, maupun psikososial. Apabila terdapat suatu masalah dalam proses
tersebut maka yang akan berakibat terhambatnya anak mencapai tingkat tumbuh
kembang yang sesuai dengan usianya.
Apabila gangguan ini berlanjut maka akan menjadi suatu bentuk kecacatan
yang menetap pada anak. Namun, apabila sejak dini gangguan tumbuh kembang
sudah terdeteksi, maka kita dapat melakukan suatu intervensi sesuai dengan
kebutuhan anak. Melalui intervensi yang dilakukan sejak dini itulah tumbuh kembang
anak pada tahap selanjutnya dapat berjalan dengan lebih baik.

12

Bab V
Daftar Pustaka

1. POGI. Panduan Pengelolaan Kehamilan Dengan Pertumbuhan Janin Terhambat di


Indonesia. Kelompok Kerja Penyusunan Panduan Pengelolaan Kehamilan Dengan
Pertumbuhan Janin di Indonesia. Edisi I. Himpunan FM POGI: 2004. hal : 1-24
2. Wikojosastro H, Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi. Dalam: Buku Ajar
Ilmu Kebidanan. Edisi ke-5. Jakarta; Balai Penerbit FKUI. 1999: 781-83.
3. Resnik R. High Risk Pregnancy. In: Emedicine journal obstetrics and gynekology.
Volume .99. No: 3. Maret 2003.
4. Laveno, J Kenneth, dkk. Obsetri Williams. Edisi 21. Jakarta; EGC. 2009.
5. Marcdante, Karen J, dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi ke-6.
Singapura; Saunders Elsevier. 2011.
6. Manuba, dkk. Pengantar Kuliah Obsetri. Jakarta; EGC. 2007

13

You might also like