Professional Documents
Culture Documents
NASI
Definisi
Obstruksi nasi = buntu hidung
Keadaan di mana masuknya udara
inspirasi
melalui hidung mengalami hambatan
Menurut sifatnya:
1. Akut Kronis
2. Total Parsial
3. Bilateral - Unilateral
Buntu
hidung
Nafas masih bisa lewat
hidung?
Ya
Tidak
Parsial
Total
Bersin ? pilek ?
Tidak
Ya
Ya
Benda
padat
Baru terjadi?
Ya
Rhinitis
Tidak
Benda
asing
Ya
Atresia
koane
Tidak
Rhinitis
akut
Rhinitis
kronik
Ya
Rhinitis
medikamentos
Devias
i
septu
m
Tumor
sinonas
al
Ya
Tidak
Tidak
Rhinitis
vasomoto
Rhinitis
alergica
Benjolan di
rongga hidung?
Ya
Polip
Tidak
Bacteria
l
Penyebab:
1. Kelainan bawaan (contoh: atresia
koane)
2. Proses Radang (contoh: rinitis akut,
rinitis alergi)
3. Kelainan anatomis (contoh: Deviasi
septum nasi)
4. Massa dalam rongga hidung
(contoh: Polip, tumor)
5. Benda Asing
4. Aproseksia nasalis
pasien sukar memusatkan pikiran, mudah
lupa, lelah, mengantuk karena gangguan
pada hidungnya.
13
Deviasi septum
Septum dibentuk oleh :
Tulang : lamina perpendikularis, os etmoid, vomer, krista
nasalis os maxilla, krista nasalis os palatina
Tulang rawan : kartilago septum (lamina kuadrangularis),
crus medial kartilago ala mayor
Bentuk deformitas
Bentuk huruf C atau S
Dislokasi (bagian dari kartilago
septum yang keluar dari krista
maxilla dan masuk ke rongga hidung)
Penonjolan tulang rawan septum
Krista
Spina (runcing dan pipih)
Bentuk deformitas
Gambar
Gejala klinik
Sumbatan hidung (tersering), bisa
unilateral maupun bilateral
Nyeri kepala dan di sekitar mata
Fungsi penciuman terganggu (deviasi
di bagian atas septum)
Menyumbat ostium sinus faktor
predisposisi terjadinya sinusitis
Terapi
Deviasi ringan dan tidak
mengganggu tidak dikoreksia
2 jenis tindakan operatif :
Reseksi submukosa (dengan resiko
komplikasi terjadi saddle nose)
Reposisi septum (septoplasti)
Atresia koane
Koane : pintu yang menghubungkan cavum nasi
dan nasofaring ; terletak di posterior cavum nasi
Dibentuk oleh :
Rinitis
Rinitis = keradangan mukosa hidung
Batasan klinik : adanya 1 atau lebih
gejala bersin, rinore, buntu hidung
Klasifikasi :
Alergi
Non alergi (infeksi atau non infeksi)
Penyebab
Mekanis
Deviasi septum, polip hidung, tumor, atresia
koane, hipertropi adenoid, benda asing
Infeksi
Rinosinusitis akut (viral/bakterial),
rinosinusitis kronik, rinitis spesifik
(TB,lepra,sipilis), rinitis difteri, rinitis jamur,
ozaena
Lain-lain
Rinitis medikamentosa, granuloma,
kehamilan
Differential diagnosa
Bersin, rinore seperti air : rinitis alergi
Buntu hidung menetap : polip, deviasi,
tumor
Ingus purulen berbau : sinusitis bakterial
Ingus bercampur darah : keganasan
Ada febris, nyeri kepala : infeksi
Pemakaian obat jangka panjang : rinitis
medikamentosa
Rinitis difteri
Sering pada anak, sifatnya akut
Keluhan : pilek bercampur darah
Rinoskopi ant : mukosa hidung
nekrosis, ditutupi sekret kental,
pseudomembran
Diagnosis pasti : kultur kuman
Terapi : isolasi, penisilin, ADS
Herediter
Malnutrisi vit. A
Gangguan hormonal wanita muda
Defisiensi Fe
Terapi antibiotik
Lini 1 : Amoksisilin / kotrimoksasol / makrolid
Lini 2 : Amoksisilin + as. Klavulanat, makroid
Lini 3 : Cefalosporin III, makrolid, kuinolon
Rinosinusitis kronik
Gejala:
Pilek > 3bulan, gejala akut sudah berkurang
Sekret post nasal (di nasofaring)
Rinore, ingus kental dan bau
Faktor penyebab :
Tatalaksana :
Perbaiki gangguan KOM
Untuk sinus maksila dentogenik irigasi, obati kerusakan
gigi
Bedah sinus endoskopik fungsional / BSEF (Cadwell Luc
utk sinus maksila dentogenik)
Komplikasi rinosinusitis
Orbita (lewat lamina papilasea sinus
etmoid)
Selulitis orbita, abses orbita
Paru-paru
Bronkitis kronis, bronkiektasis
Rinitis Alergi
Definisi
Reaksi hipersensitivitas tipe I Gell & Coomb
diperantarai oleh Ig E dengan mukos hidung
sebagai
organ sasaran utama
Khas
1.Hidung gatal
2.Bersin
3.Rinore
4.Hidung buntu
Patofisiologi
- Didasari oleh reaksi inflamasi alergi
(Reaksi hipersensitivitas tipe I
- Melibatkan Th2, Limfosit B, eosinofil,
netrofil, sel mastosit, makrofag, dan
mediator yang dikeluarkan
- Mediator yang dilepaskan dibagi 2:
1.
2.
binatang, dll.
2. Ingestan: susu sapi, telur, coklat, ikan laut, dll.
Diagnosis:
1. Gejala:
bersin > 5 kali setiap
serangan rinoroe (bening encer) gatal
hidung, tenggorok, pallatum, telinga
hidung tersumbat (menetap/ berganti)
hiposmia/ anosmia post nasal drip/
batuk kronis
variasi diurnal frekuensi
serangan lama sakit, intermitten,
persisten pengaruh kualitas hidup
Pemeriksaan fisik:
1. Mukosa konka inferior/ konka media
pucat/ kebiruan (vasodilatasi/
peningkatan permeabilitas vasa)
2. Udim, sekret encer bening
3. Anak2: allergic skiners, nasal crease
4. Faring posterior kasar, penebalan
lateral
Penunjang:
In vivo: buktikan Ig E spesifik sel mast
Prick test (uji cukit kulit) recommended WHO
Scratch test (uji gores)
Patch test (uji tempel)
Intradermal/ intrakutan test paling sensitif
In vitro:
Ig E serum spesifik (spesifik terhadap 1
alergen)
Ig E serum total
KONSEP ARIA
Intermittent
Gejala < 4 hari /
minggu
Atau < 4 minggu
Ringan
Tidur normal
Tidak mengganggu
aktivitas sehari hari,
olahraga dan bersantai
Tidak ada gangguan
saat bekerja dan sekolah
Persistent
Gejala > 4 hari /
minggu
Atau > 4 minggu
Berat
Gangguan tidur
Gangguan aktivitas
sehari hari, olahraga
dan bersantai
Gangguan saat
bekerja dan sekolah
Tatalaksana:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Farmakoterapi:
Tujuan pengobatan rinitis alergi:
Mengurangi gejala akibat paparan
alergen
Perbaikan kualitas hidup
Mengurangi efek samping terapi
Eduka
2. AH generasi baru
Non sedasi, long acting
(loratadine, cetrizine, terfenadin, dll)
Kortikosteroid:
gunakan yang topikal (spray aquos)
efek anti inflamasi kuat, afinitas tinggi
pada reseptor mukos hidung, efek
sistemik minimal, dideaktifasi di hati
dengan cepat
Triamcinolone acetinide, Budesonide, mometasone fourate, dll
Immunoterapi
Memberikan alergen yang sesuai dengan
hasil
tes kulit
Dosis bertahap sampai dosis optimal
Injeksi subkutan, pernasal, sub lingual, oral
Terbentuk: blocking antibody Ig G4
Indikasi: Jelas disebabkan Ig. E, Jelas ada hubungan
klinis hasil tes kulit dan gangguan klinis, RA sedang
berat, farmakoterapi kurang memuaskan, dokter
berpengalaman
Rinitis Vasomotor
Definisi:
Gangguan mukosa hidung akibat
adanya ketidakseimbangan sistem
saraf otonom/ gangguan
keseimbangan fungsi vasomotor.
Etiologi tidak diketahui
Dipengaruhi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Patofisiologi
Belum pasti
Saraf otonom mukosa hidung: N. vidianus aktifitas
parasimpatis lebih dominan daripada saraf simpatis
Rangsangan serat parasimpatis
Vasodilatasi pembuluh darah konka nasi
Peningkatan permeabilitas kapiler dan sekresi ]
Kelenjar
Rangsangan serat simpatis menyebabkan efek
sebaliknya
Klinis:
1. Buntu hidung bergantian tergantung
posisi
2. Pilek serous/ mukous
3. Bersin (jarang)
4. Gejala memburuk pada pagi hari/
perubaha suhu ekstrim/ udara yang
lembab
Pemeriksaan Klinis:
Rinoskopi anterior: mukosa udim, warna merah.
sekret mukoid/ seroid
Pemeriksaan Penunjang:
Hanya untuk menyingkirkan DD Rinitis
Alergi
Tatalaksana:
1. Hindari penyebab
2. Simptomatis: dekongestan oral,
antihistamin, kortikosteroid topikal
3. Operasi: konkotomi konka inf,
elektrokauter
4. Neurektomi N. vidianus
Komplikasi:
1. Sinusitis paranasalis
2. OMA/ serosa
Rinitis Medikamentosa
Definisi:
Kelainan hidung berupa gangguan respons
normal vasomotor akibat pemakaian
vasokonstriktor topikal dalam waktu lama dan
berlebihan sehingga sebabkan sumbatan
hidung
menetap
Etiologi:
Patofisiologi
Mukosa hidung peka rangsangan/ iritan
hati2 pemakaian vasokontriktor topikal
Vasokontriktor topikal (simpatomimetik)
Sklus nasal terganggu
Fase dilatasi berulang (rebound dilatation)
setelah vasokonstriksi
Obstruksi hidung
Pemakaian obat lama dan berlebihan
Efek vasokonstriksi berkurang
pH hidung berubah
Aktivitas silia terganggu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Silia rusak
Sel goblet bertambah ukuran
Membran basal menebal
Pembuluh darah melebar
Struma udim
Hipersekresi kelenjar mukus
Lapisan sub mukosa dan periostium
menebal
Terapi:
Hentikan obat tetes/ semprot hidung
Kortikosteroid tapp off dikurangi 5 mg
setiap
hari
Obat dekongestan oral
3 minggu tidak membaik rujuk THT
Konka hipertrofi: kaustik tricloracetic
acid, radiofrekuensi, konkotomi
Polip
Radang kronik dan turbulensi udara
terutama di daerah sempit (KOM di meatus
medius, sinus etmoid) perubahan epitel
mukosa hidung (columnar mjd pipih)
prolaps submukosa reepitelisasi dan
pembentukan kelenjar baru terjadi
penyerapan dan retensi natrium oleh
permukaan sel epitel retensi air
terbentuk polip bila proses terus berlanjut
mukosa sembab semakin membesar
turun ke rongga hidung dengan membentuk
tangkai (krn gravitasi)
Benda asing
Sering pada anak
Biji-bijian, kertas, plastik, hewan, dsb
Gejala khas : hidung berbau (fetor
nasi), unilateral, bila lama bisa mjd
rinolit (kalsifikasi di sekitar benda
asing)
Terapi : ekstraksi