You are on page 1of 64

OBSTRUKSI

NASI

Definisi
Obstruksi nasi = buntu hidung
Keadaan di mana masuknya udara
inspirasi
melalui hidung mengalami hambatan

Menurut sifatnya:
1. Akut Kronis
2. Total Parsial
3. Bilateral - Unilateral

Buntu
hidung
Nafas masih bisa lewat
hidung?
Ya

Tidak

Parsial

Total

Bersin ? pilek ?

Trauma saat kelahiran ?

Tidak

Ya
Ya

Benda
padat
Baru terjadi?
Ya

Rhinitis

Tidak

Benda
asing

Ya

Atresia
koane

Tidak

Rhinitis
akut

Rhinitis
kronik

Riwayat alergi? Bersin


dan pilek pagi hari?
Tidak

Ya

Pakai obat tetes hidung


lama dan berlebihan?

Rhinitis
medikamentos

Devias
i
septu
m

Kurang dari 10 hari ?

Tumor
sinonas
al

Ya

Tidak

Tidak
Rhinitis
vasomoto

Rhinitis
alergica

Benjolan di
rongga hidung?
Ya
Polip

Tidak
Bacteria
l

Penyebab:
1. Kelainan bawaan (contoh: atresia
koane)
2. Proses Radang (contoh: rinitis akut,
rinitis alergi)
3. Kelainan anatomis (contoh: Deviasi
septum nasi)
4. Massa dalam rongga hidung
(contoh: Polip, tumor)
5. Benda Asing

Akibat buntu hidung


Menyebabkan gangguan fungsi maupun
kelainan pada hidung sendiri atau pada
organ
lain di sekitar hidung yaitu:
Mata
Sinus paranasal
Rongga mulut
Telinga
Gangguan dapat terjadi sendiri-sendiri
ataupun bersamaan

Akibat pada MATA


Bila terjadi buntu hidung, misal karena
udem
duktus nasolakrimalis terbuntu
penyaluran air mata terganggu
akumulasi air mata epifora

Akibat pada HIDUNG dan


SINUS PARANASAL
1. Gangguan resonansi suara
Timbul Rinolalia Klausa (Oklusa) aliran
udara dari faring ke rongga hidung terganggu
tidak terjadi resonansi gangguan
pengucapan huruf NG, N, NY, dan M.
Contoh: Adenoid, KNF
NB: kebalikan dari Rinolalia Klausa adalah Rinolalia Aperta.
Terjadi aliran udara yang terlalu banyak dari faring ke
rongga hidung sehingga gangguan pengucapan huruf K,
C, T, D, P, B
Contoh: celah langit-langit, kelumpuhan palattum molle.

Akibat pada hidung dan sinus paranasal....

2. Gangguan ventilasi dan drainase


sinus sinus paranasal
Penutupan ostia dari sinus paranasal
hubungan rongga sinus dengan udara luar
terganggu
bila penutupan ostium berlangsung lama:
Reabsorbsi O2 dari sinus paranasal oleh mukosanya
sehingga terjadi penurunan tekanan di rongga sinus
vakum sinus. Menyebabkan nyeri di daerah sinus
tersebut
Pelebaran pembuluh darah pada mukosa, hiperemi,
kemudian terjadi transudasi Hidrops eks vakuo.
Bila terjadi infeksi kuman Sinusitis

Akibat pada hidung dan sinus paranasal....

3. Terjadi gangguan pembauan (anosmia/


hiposmia)
udara yang terhisap tidak dapat mencapai
regio olfaktoria di atap rongga hidung

4. Aproseksia nasalis
pasien sukar memusatkan pikiran, mudah
lupa, lelah, mengantuk karena gangguan
pada hidungnya.

Akibat pada MULUT


Hidung buntu total
Bernafas melalui mulut (fungsi hidung
digantikan oleh mulut)
Ludah menguap untuk membasahi
udara pernafasan
Pembusukan sisa makanan mulut bau
busuk (fetor eks ore)
Pengendapan mineral pada gigi sebelah
bawah karang gigi

Akibat pada TELINGA


Pembuntuan muara tuba Eustachii
Gangguan drainase dan ventilasi
telinga tengah
OKLUSI TUBA
Bila terjadi infeksi otitis media

Akibat pada Kualitas


Hidup
Hidung buntu sulit tidur terjadi
Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Aproseksia nasalis:
Sulit konsentrasi, iritable, mudah
marah, gangguan aktifitas sehari-hari)
Pada anak tampak bodoh, mulut
terbuka, lamban, (fasies adenoid)

13

Deviasi septum
Septum dibentuk oleh :
Tulang : lamina perpendikularis, os etmoid, vomer, krista
nasalis os maxilla, krista nasalis os palatina
Tulang rawan : kartilago septum (lamina kuadrangularis),
crus medial kartilago ala mayor

Septum dilapisi perikondrium (pada Tulang rawan)


dan periosteum (pada Tulang), sedangkan
diluarnya dilapisi mukosa hidung.
Bentuk septum normal = lurus di tengah rongga
hidung
Deviasi cukup berat penyempitan salah satu
sisi hidung dapat mengganggu fungsi hidung
komplikasi

Bentuk deformitas
Bentuk huruf C atau S
Dislokasi (bagian dari kartilago
septum yang keluar dari krista
maxilla dan masuk ke rongga hidung)
Penonjolan tulang rawan septum
Krista
Spina (runcing dan pipih)

Sinekia (krista bertemu dengan


konka dihidapannya)

Bentuk deformitas
Gambar

Gejala klinik
Sumbatan hidung (tersering), bisa
unilateral maupun bilateral
Nyeri kepala dan di sekitar mata
Fungsi penciuman terganggu (deviasi
di bagian atas septum)
Menyumbat ostium sinus faktor
predisposisi terjadinya sinusitis

Terapi
Deviasi ringan dan tidak
mengganggu tidak dikoreksia
2 jenis tindakan operatif :
Reseksi submukosa (dengan resiko
komplikasi terjadi saddle nose)
Reposisi septum (septoplasti)

Atresia koane
Koane : pintu yang menghubungkan cavum nasi
dan nasofaring ; terletak di posterior cavum nasi
Dibentuk oleh :

Lamina medialis Proc. Pterydoideus D/S


Os palatina
Spina nasalis posterior
Os vomer

Atresia koane terputusnya hubungan cavum nasi


dgn nasofaring jalan nafas hidung tersumbat
fungsi faal hidung tidak ada pernafasan mulut
penguapan saliva mulut kering mudah
fariringitis, endapan mineral gigi karang gigi
foetor ex ore (bau mulut)

Rinitis
Rinitis = keradangan mukosa hidung
Batasan klinik : adanya 1 atau lebih
gejala bersin, rinore, buntu hidung
Klasifikasi :
Alergi
Non alergi (infeksi atau non infeksi)

Dekongestan vasokontrisksi pemb.


Darah konka konka mengecil
buntu berkurang

Penyebab
Mekanis
Deviasi septum, polip hidung, tumor, atresia
koane, hipertropi adenoid, benda asing

Infeksi
Rinosinusitis akut (viral/bakterial),
rinosinusitis kronik, rinitis spesifik
(TB,lepra,sipilis), rinitis difteri, rinitis jamur,
ozaena

Lain-lain
Rinitis medikamentosa, granuloma,
kehamilan

Differential diagnosa
Bersin, rinore seperti air : rinitis alergi
Buntu hidung menetap : polip, deviasi,
tumor
Ingus purulen berbau : sinusitis bakterial
Ingus bercampur darah : keganasan
Ada febris, nyeri kepala : infeksi
Pemakaian obat jangka panjang : rinitis
medikamentosa

Akibat keradangan mukosa


hidung
Mata : epifora
Sinus paranasal : sinusitis,
nyeri,bindeng (rinolalia oklusa)
Telinga : tinitus, otitis
Rongga mulut : faringitis, mulut bau
Kualitas hidup : sulit tidur, transport
02 ke otak kurang (sulit konsentrasi),
pada anak tampak bodoh, mulut
terbuka, lamban (facies adenoid)

Rinitis akut / selesma / common


cold / coryza
Infeksi mukosa hidung
Keradangan dapat mengenai sinus paranasal
rinosinusitis akut
Penyebab utama : Virus (adenovirus, rinovirus,
virus influenza) self limited disease 5-7 hari
Gejala klinik : bersin, rinore, buntu hidung
Virus epitel mukosa nasofaring berikatan
ICAM-1 mediator inflamasi (histamin, kinin,
interleukin, prostaglandin) gejala
Predisposisi : kelelahan, kedinginan
Terapi simptomatik
Komplikasi : rinosinusitis bakterial, otitis mesia,
faringitis, laringitis

Rinitis difteri
Sering pada anak, sifatnya akut
Keluhan : pilek bercampur darah
Rinoskopi ant : mukosa hidung
nekrosis, ditutupi sekret kental,
pseudomembran
Diagnosis pasti : kultur kuman
Terapi : isolasi, penisilin, ADS

Rinitis atrofikan fetida /


Ozaena
Radang kronik mukosa hidung atrofi struktur rongga
hidung mengenai regio olfaktoria kerusakan
reseptor penghidu hiposmia atau anosmia
Gejala : hidung berbau, anosmia, rongga hidung luas,
banyak krusta
Predisposisi :
Infeksi
Cocobasilus ozaena terapi INH
Klebsiella ozaena

Herediter
Malnutrisi vit. A
Gangguan hormonal wanita muda
Defisiensi Fe

Terapi : simptomatik, cuci hidung (lar.garam faali


hangat)

Rinosinusitis akut viral


bakterial
Infeksi akut pada mukosa hidung dan
sinus paranasal.
Infeksi virus odem mukosa
penyumbatan ostium hipoksia
gangguan drainase/ventilasi
penumpukan sekret pH berubah
koloni kuman patogen (S.pneumoniae,
H.influenzae, M. catarrhalis) RSAB
>7 hari gejala malah memburuk
RSAB

Rinosinusitis akut bakterial /


RSAB
Gejala dan tanda:

Pilek > 7-10 hari, dapat sampai 4 minggu


Hidung buntu, ingus mukopurulen (kental kekuningan)
Lokasi nyeri sesuai letak sinus yg terinfeksi
Rinoskopi ant : mukosa odem, pus di meatus nasi
medius
Transiluminasi (sinus maxilla) kesuraman di tempat yang
sakit
Foto Ro : water / CT scan (tidak harus)

Terapi antibiotik
Lini 1 : Amoksisilin / kotrimoksasol / makrolid
Lini 2 : Amoksisilin + as. Klavulanat, makroid
Lini 3 : Cefalosporin III, makrolid, kuinolon

Dx : 2 / lebih kriteria mayor


atau
1 mayor + 2 / lebih kriteria minor
Kriteria mayor : nyeri wajah, buntu
hidung, ingus purulen / post nasal
drip, hiposmia / anosmia, panas
badan akut, cavum nasi : sekret
purulen
Kriteria minor : sakit kepala, batuk,
bau mulut, rasa lelah, nyeri gigi,
nyeri telinga

Sinusitis maksila dentogenik


Kerusakan gigi P1-M3 atas Kuman berasal
dari rongga mulut (kuman anaerob sekret
berbau busuk) Infeksi dasar sinus yang
berbatasan dgn gigi yang sakit
Keluhan : hidung berbau, ingus berbau busuk
Fase kronik bisa rinore dan hidung buntu
Rinoskopi ant : pus di meatus nasi medius
Foto Ro water terlihat cairan di sinus
maksilaris
Terapi :
akut klindamisin 7 hari, lalu cabut gigi
Kronik sekret banyak irigasi sinus maksila

Rinosinusitis kronik
Gejala:
Pilek > 3bulan, gejala akut sudah berkurang
Sekret post nasal (di nasofaring)
Rinore, ingus kental dan bau

Faktor penyebab :

Pengobatan RSA tdk adekuat


Kelainan KOM
Riwayat alergi
Pada sinus maksila dentogenik kerusakan gigi P1-M3 atas

Tatalaksana :
Perbaiki gangguan KOM
Untuk sinus maksila dentogenik irigasi, obati kerusakan
gigi
Bedah sinus endoskopik fungsional / BSEF (Cadwell Luc
utk sinus maksila dentogenik)

Rinosinusitis pada anak


Diagnosis :
Pilek > 10 hari, ingus kental kuning
kehijauan, batuk berkepanjangan saat
malam, nafas berbau, foto water / CT scan

Terapi : medikamentosa, diatermi


Tidur sekret turun ke nasofaring
batuk-batuk bangun buang
dahak tidur lagi berulang-ulang

Komplikasi rinosinusitis
Orbita (lewat lamina papilasea sinus
etmoid)
Selulitis orbita, abses orbita

Endokranium (lewat lamina cribrosa


dan sistemik)
Meningitis, abses subdural, abses
epidural, abses otak

Paru-paru
Bronkitis kronis, bronkiektasis

Rinitis Alergi
Definisi
Reaksi hipersensitivitas tipe I Gell & Coomb
diperantarai oleh Ig E dengan mukos hidung
sebagai
organ sasaran utama

Khas
1.Hidung gatal
2.Bersin
3.Rinore
4.Hidung buntu

Patofisiologi
- Didasari oleh reaksi inflamasi alergi
(Reaksi hipersensitivitas tipe I
- Melibatkan Th2, Limfosit B, eosinofil,
netrofil, sel mastosit, makrofag, dan
mediator yang dikeluarkan
- Mediator yang dilepaskan dibagi 2:
1.

2.

Respon alergi fase cepat (RAFC): terjadi segera dalam


beberapa menit - beberapa jam. Puncak reaksi 1 20 menit
pasca paparan.
Rinitis: bersin, hidung gatal,
hipersekresi Asma:sesak, hipersekresi mukos,
bronkospasme
Respon alergi fase lambat (RAFL): terjadi dalam waktu24
48 jam. Puncak reaksi 5 8 jam pasca paparan alergen.
Rinitis: hidung tersumbat, gangguan penciuman
Asma:mukos udem, hiperreaktifitas bronkus

Mediator yang terlibat pada RAFC :


Histamin, Lekotrin, Prostaglandin,
Bradikinin, PAF

Mediator yang terlibat pada RAFL:


MBP, EPO, ECP, IL3, IL 5, GM CSF

Macam Alergen berdasar cara


1. Inhalan: debu rumah, tungau, jamur, bulu
masuk:

binatang, dll.
2. Ingestan: susu sapi, telur, coklat, ikan laut, dll.

3. Injektan: penisilin, gigitan serangga


4. Kontaktan:kosmetik, perhiasan

Macam Alergen berdasar


1. Indoor:debur rumah, tungai
tempat:
2. Outdoor:pollen (serbuk sari bunga)

Diagnosis:
1. Gejala:
bersin > 5 kali setiap
serangan rinoroe (bening encer) gatal
hidung, tenggorok, pallatum, telinga
hidung tersumbat (menetap/ berganti)
hiposmia/ anosmia post nasal drip/
batuk kronis
variasi diurnal frekuensi
serangan lama sakit, intermitten,
persisten pengaruh kualitas hidup

2. Manifestasi penyakit alergi lain


asma, gatal, dll
3. Riwayat atopi
4. Faktor pemicu
5. Riwayat terapi dan hasilnya

Pemeriksaan fisik:
1. Mukosa konka inferior/ konka media
pucat/ kebiruan (vasodilatasi/
peningkatan permeabilitas vasa)
2. Udim, sekret encer bening
3. Anak2: allergic skiners, nasal crease
4. Faring posterior kasar, penebalan
lateral

Penunjang:
In vivo: buktikan Ig E spesifik sel mast
Prick test (uji cukit kulit) recommended WHO
Scratch test (uji gores)
Patch test (uji tempel)
Intradermal/ intrakutan test paling sensitif

In vitro:
Ig E serum spesifik (spesifik terhadap 1
alergen)
Ig E serum total

Tes Provokasi hidung:


lebih sensitif dari Prick test karena
langsung pada mukosa hidung.
Lebih sulit karena harus menetesi mukosa
hidung dengan alergen cuci PZ ganti
alergen.
Eosinofil darah dan sekret hidung (tidak
sensitif)
Ada penyakit lain selain karena alergi yang menyebabkan
peningkatan eosinofil (contoh: Non Allergic Rhinitis Eosinofil
Sindrome)

KONSEP ARIA
Intermittent
Gejala < 4 hari /
minggu
Atau < 4 minggu

Ringan
Tidur normal
Tidak mengganggu
aktivitas sehari hari,
olahraga dan bersantai
Tidak ada gangguan
saat bekerja dan sekolah

Persistent
Gejala > 4 hari /
minggu
Atau > 4 minggu

Berat
Gangguan tidur
Gangguan aktivitas
sehari hari, olahraga
dan bersantai
Gangguan saat
bekerja dan sekolah

Tatalaksana:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Eliminasi alergen/ avoidance


Kebugaran jasmani
Farmakoterapi
Pembedahan
Imunoterapi
Edukasi

Eliminasi alergen/ avoidance


Alergen utama: house dust mite
Lantai di pel (jangan di sapu)
Perabot rumah polos secukupnya (di lap basah)
Cukup sinar matahari
Kasur, bantal busa atau dibungkus bahan busa
Tidak memakai karpet
Cuci selimut, seprei, sarung bantal 1x/ minggu
Gorden, boneka bulu dicuci
Tidak memelihara binatang peliharaan

Farmakoterapi:
Tujuan pengobatan rinitis alergi:
Mengurangi gejala akibat paparan
alergen
Perbaikan kualitas hidup
Mengurangi efek samping terapi
Eduka

Anti histamin: pilihan pertama


bekerja sebagai kompetitif inhibitor
efektif kurangi gx pilek, bersin, gatal
kurang efektif untuk buntu hidung
Sediaan:
1. AH klasik
Sedatif, antikolinergik, dapat menyebabkan gangguan
jantung
(chlorpheniramine, diphenhydramine, tripolidin,
prometazin, dll)

2. AH generasi baru
Non sedasi, long acting
(loratadine, cetrizine, terfenadin, dll)

Dekongestan: bersifat vasokonstriktor


efek pada reseptor alfa adrenergik
Agonis alfa 1 adregenergik (phenyleprin)
Agonis alfa 2 adrenergik (pseudoefedrin)
topikal: sangat efektif menghilangkan sumbatan hidung,
terbatas < 10 hari

Kortikosteroid:
gunakan yang topikal (spray aquos)
efek anti inflamasi kuat, afinitas tinggi
pada reseptor mukos hidung, efek
sistemik minimal, dideaktifasi di hati
dengan cepat
Triamcinolone acetinide, Budesonide, mometasone fourate, dll

Immunoterapi
Memberikan alergen yang sesuai dengan
hasil
tes kulit
Dosis bertahap sampai dosis optimal
Injeksi subkutan, pernasal, sub lingual, oral
Terbentuk: blocking antibody Ig G4
Indikasi: Jelas disebabkan Ig. E, Jelas ada hubungan
klinis hasil tes kulit dan gangguan klinis, RA sedang
berat, farmakoterapi kurang memuaskan, dokter
berpengalaman

Rinitis Vasomotor
Definisi:
Gangguan mukosa hidung akibat
adanya ketidakseimbangan sistem
saraf otonom/ gangguan
keseimbangan fungsi vasomotor.
Etiologi tidak diketahui
Dipengaruhi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kelembapan udara yang tinggi


Suhu udara tinggi
Perubahan emosi
Latihan jasmani
Faktor iritasi: asap rokok, bau merangsang
Faktor endkrin: hamil, pubertas, pil KB

Patofisiologi
Belum pasti
Saraf otonom mukosa hidung: N. vidianus aktifitas
parasimpatis lebih dominan daripada saraf simpatis
Rangsangan serat parasimpatis
Vasodilatasi pembuluh darah konka nasi
Peningkatan permeabilitas kapiler dan sekresi ]
Kelenjar
Rangsangan serat simpatis menyebabkan efek
sebaliknya

Klinis:
1. Buntu hidung bergantian tergantung
posisi
2. Pilek serous/ mukous
3. Bersin (jarang)
4. Gejala memburuk pada pagi hari/
perubaha suhu ekstrim/ udara yang
lembab

Pemeriksaan Klinis:
Rinoskopi anterior: mukosa udim, warna merah.
sekret mukoid/ seroid

Pemeriksaan Penunjang:
Hanya untuk menyingkirkan DD Rinitis
Alergi

Tatalaksana:
1. Hindari penyebab
2. Simptomatis: dekongestan oral,
antihistamin, kortikosteroid topikal
3. Operasi: konkotomi konka inf,
elektrokauter
4. Neurektomi N. vidianus

Komplikasi:

1. Sinusitis paranasalis
2. OMA/ serosa

Rinitis Medikamentosa
Definisi:
Kelainan hidung berupa gangguan respons
normal vasomotor akibat pemakaian
vasokonstriktor topikal dalam waktu lama dan
berlebihan sehingga sebabkan sumbatan
hidung
menetap

Etiologi:

vasokonstriktor topikal berlebihan

Patofisiologi
Mukosa hidung peka rangsangan/ iritan
hati2 pemakaian vasokontriktor topikal
Vasokontriktor topikal (simpatomimetik)
Sklus nasal terganggu
Fase dilatasi berulang (rebound dilatation)
setelah vasokonstriksi

Obstruksi hidung
Pemakaian obat lama dan berlebihan
Efek vasokonstriksi berkurang
pH hidung berubah
Aktivitas silia terganggu

Efek balik obstruksi hidung lebih hebat


Pemakaian terus
Dilatasi dan kongesti jaringan
Pertambahan mukosa dan rangsangan
sel
mukoid
Obstrksi menetap, sekresi meningkat

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Silia rusak
Sel goblet bertambah ukuran
Membran basal menebal
Pembuluh darah melebar
Struma udim
Hipersekresi kelenjar mukus
Lapisan sub mukosa dan periostium
menebal

Gejala dan tanda:


Hidung buntu memberat dan
menetap
Mula-mula berbaring buntu lama2
dudukpun buntu susah tidur
Pilek dan bersin
Konka udim uji dengan efedrin
+ bila tetap edema
Konka hipertrofi, mukosa hiperemi

Terapi:
Hentikan obat tetes/ semprot hidung
Kortikosteroid tapp off dikurangi 5 mg
setiap
hari
Obat dekongestan oral
3 minggu tidak membaik rujuk THT
Konka hipertrofi: kaustik tricloracetic
acid, radiofrekuensi, konkotomi

Polip
Radang kronik dan turbulensi udara
terutama di daerah sempit (KOM di meatus
medius, sinus etmoid) perubahan epitel
mukosa hidung (columnar mjd pipih)
prolaps submukosa reepitelisasi dan
pembentukan kelenjar baru terjadi
penyerapan dan retensi natrium oleh
permukaan sel epitel retensi air
terbentuk polip bila proses terus berlanjut
mukosa sembab semakin membesar
turun ke rongga hidung dengan membentuk
tangkai (krn gravitasi)

Penderita : dewasa muda, laki-laki>wanita


Anamnesis : buntu hidung kronik, pilek
Rinoskopi ant : massa polip berwarna
pucat (krn mengandung byk air), di
meatus nasi medius, mudah digerakkan,
dapat memenuhi rongga hidung
Stadium (Lund 1997) :
Stadium 1: terbatas di meatus nasi medius
Stadium 2: sudah keluar dari meatus nasi
medius, tampak di rongga hidung, tapi belum
memenuhi rongga hidung
Stadium 3: polip yang masif

Pemeriksaan tambahan : naso endoskopi,


CT scan, MRI
Terapi : polip besar ekstraksi. Polip kecil
steroid intranasal.

Benda asing
Sering pada anak
Biji-bijian, kertas, plastik, hewan, dsb
Gejala khas : hidung berbau (fetor
nasi), unilateral, bila lama bisa mjd
rinolit (kalsifikasi di sekitar benda
asing)
Terapi : ekstraksi

You might also like