You are on page 1of 40

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

BAB II Tinjauan Pustaka


2.1 Anatomi testis

2.2 Embriologi

2.3 Fisiologi

2.4 Anomali dan patologi

2.4.1 Undesesus testis

2.4.2 Hidrocele

12

2.4.3 Varikokel

19

2.4.4 Torsio Testis

21

2.4.5 Orchitis

23

2.4.6 Tumor Testis

28

BAB III Simpulan

39

Daftar pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Testis terbungkus
oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar tunika albuginea
terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika
dartos Testis memiliki peran ganda, yaitu: sebagai glandula eksokrin dan endokrin.
Sebagai glandula eksokrin, testis menghasilkan sel-sel spermatozoa dan sebagai
glandula endokrin menghasilkan hormon testosteron. Virilitas dan fertilitas dari pria
nomal membutuhkan kolaborasi dari testis sebagai glandula eksokrin dan glandula
endokrin. Bebeapa anomaly dan patologi dari testis meliputi Undesensus testis (UDT)
atau biasa disebut kriptorkismus, hidrokel, varikokel,torsio testis, orchitis , tumor
testis
Kesalahan penanganan pada testis akan menimbulkan ketidaknyamanan
sepanjang hidup dan bila tidak ditangani akan terjadi gangguan seperti infertilitas,
disfungsi ereksi bahkan kematian jaringan testis yang mengkibatkan testis tersebut
dilakukan orchidektomi .

BAB II
ISI

2.1 ANATOMI TESTIS


Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada
orang dewasa adalah 432,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid kedua
buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar
tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan
parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis
memungkinkan

testis

dapat

digerakan

mendekati

rongga

abdomen

untuk

mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil.1


Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap
lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel
spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel
Leydig. Sel-sel spermatogenia pada proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa.
Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel
Leydig atau disebut sel interstisial testis berfungsi dalam menghasilkan hormon
testosteron. Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan
dan mengalami pematangan atau maturasi diepididimis setelah mature (dewasa) selsel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas deferens
disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah dicampur dengan

cairan-cairan dari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat
menbentuk cairan semen.1
Vaskularisasi
Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :
1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta
2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior
3.

Arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika.


Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus
Pampiniformis. Plesksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal
sebagai varikokel. 1

Gambar 1. Anatomi normal testis3

Gambar Anatomi Testes (Potongan Sagital)5


2.2 EMBRIOLOGI TESTIS
Pada minggu ke enam umur kehamilan primordial germ cells mengalami
migrasi dari yolk sac ke genital ridge. Dengan adanya gen SRY ( sex deter mining
region Y) , maka akan berkembang menjadi testis pada minggu ke-7. Testis yang
berisi prekursor sel-sel Sertoli besar (yang kelak menjadi tubulus seminiferous dan
sel-sel Leydig kecil) dengan stimulasi FSH yang dihasilkan pituitary mulai aktif
berfungsi sejak minggu ke-8 kehamilan dengan mengeluarkan MIF(Mller
ian Inhibiting Factor ), yang menyebabkan involusi ipsilateral dari duktus mullerian.
MIF juga meningkatkan reseptor androgen pada membran sel Leydig . Pada minggu
ke-10 dan 11 kehamilan, akibat stimulasi chorionic gonadotropin yang dihasilkan
plasenta dan LH dari pituitary sel-sel Leydig akan mensekresi testosteron yang sangat
esensial bagi diferensiasi duktus Wolfian menjadi epididimys, vas deferens, dan
vesika seminalis.4,5,6
Faktor yang mempengaruhi penurunan testis adalah :
1)
2)
3)

Anti Mullerian Hormon


Tekanan intraabdomen
Faktor Hormon Androgen

Penurunan testis dimulai pada sekitar minggu ke-10. Walaupun mekanismenya


belum diketahui secara pasti, namun para ahli sepakat bahwa terdapat beberapa faktor
yang berperan penting, yakni: faktor endokrin, mekanik(anatomik), dan neural.
Terjadi dalam 2 fase yang dimulai sekitar minggu ke-10 kehamilan segera setelah
terjadi diferensiasi seksual. Fase transabdominal dan fase inguinoscrotal . Keduanya
terjadi dibawah kontrol hormonal yang berbeda. 1,9,10,11
Fase transabdominal terjadi antara minggu ke-10 dan 15 kehamilan, dimana
testis mengalami penurunan dari urogenital ridge ke regio inguinal. Hal initerjadi
karena adanya regresi ligamentum suspensorium cranialis dibawah pengaruh
androgen (testosteron), disertai pemendekan gubernaculums (ligament yang
melekatkan bagian inferior testis ke segmen bawah skrotum) di bawah pengaruh MIF.
Dengan perkembangan yang cepat dari regio abdomino-pelvik maka testis akan
terbawa turun ke daerah inguinal anterior. Pada bulan ke-3 kehamilan terbentuk
processus vaginalis yang secara bertahap berkembang ke arah skrotum. Selanjutnya
fase ini akan menjadi tidak aktif sampai bulan ke-7 kehamilan.1,2,5,6
Fase inguinoscrotal

terjadi mulai bulan ke-7 atau minggu ke-28 sampai

dengan minggu ke-35 kehamilan. Testis mengalami penurunan dari region inguinal ke
dalam skrotum dibawah pengaruh hormon androgen. Mekanismenya belum diketahui
secara pasti, namun diduga melalui mediasi pengeluaran calcitonin generelated
peptide (CGRP). Androgen akan merangsang nervus genitofemoral untuk
mengeluarkan CGRP yang menyebabkan kontraksi ritmis dari gubernaculum. Faktor
mekanik yang turut berperan pada fase ini adalah tekanan abdominal yang meningkat
yang menyebabkan keluarnya testis dari cavum abdomen, di samping itu tekanan
abdomen akan menyebabkan terbentuknya ujung dari processus vaginalis melalui
canalis inguinalis menuju skrotum. Proses penurunan testis ini masih bisa
berlangsung sampai bayi usia 9-12 bulan.5,6

2.3 FISIOLOGI TESTIS


Testis memiliki peran ganda, yaitu: sebagai glandula eksokrin dan endokrin.
Sebagai glandula eksokrin, testis menghasilkan sel-sel spermatozoa, dan sebagai
endokrin menghasilkan hormon testosteron. Produksi spermatozoa melalui proses
yang disebut spermatogenesis. Spermatogenesis merupakan proses differensiasi
spermatogonium sehingga dihasilkan sel spermatozoa. Proses ini terjadi dalam
tubulus konortus seminiferus, bersifat hormonal, dan melalui beberapa tahap,2,3
Virilitas dan fertilitas dari pria nomal membutuhkan kolaborasi dari testis
eksokrin dan endokrin. Kedua unit tersebut berada dibawah kendali dari aksis HPG.
Kompartemen interstitial terdiri dari sel Leydig yang bertanggung jawab untuk
steroidogenesis. Tubulus seminiferus memiliki fungsi eksokrin dengan spermatozoa
sebagai produknya.2
-

Testis sebagai glandula endokrin


Produksi testosteron pada pria normal berkisar 5g/hari, dan sekresi terjadi
dalam cara yang basah, iregular dan pulsatil. Pada pria normal, 2% dari
testosteron tidak terikat atau bebas dan merupakan fraksi aktif secara biologi.
Sebagian sisanya berikatan dengan albumin atan sex hormone binding
globulin (SHBG) didalam darah. SHBG dapat juga berikatan dengan estradiol
didalam darah perifer, tetapi afinitas ikatan lebih rendah daripada testosteron.
Beberapa kondisi patologik dapat mengubah level SHBG dan sebagai
konsekuensinya mengubah jumlah testosteron yang aktif yang tersedia untuk
jaringan. Testosteron dimetabolisme menjadi 2 metabolit aktif utama di dalam
jaringan target: 1) androgen utama dihydrotestosteron (DHT) dari aksi dari
5-reduktase dan 2) estogen estradiol melalui aksi dari aromatase. DHT
merupakan androgen potensial yang lebih besar daripada testosteron. Pada
sebagian besar jaringan perifer, reduksi testosteron menjadi DHT diperlukan
untuk aksi dari androgen, tetapi pada testis dan mungkin pada otot skeletal,
konversi ke DHT menjadi tidak penting untuk aktivitas hormonal.3

Testis sebagai glandula eksokrin


Tempat utama dari aksi FSH adalah sel Sertoli di dalam tubulus seminiferus.
Sebagai respon ikatan FSH, sel Sertoli distimulasi untuk membuat inang dari
produk sekret yang penting untuk pertumbuhan sel germ, termasuk androgen
yang terikat protein, transferin, laktat, seruloplasmin, clusterin, aktivator
plasminogen, prostaglandin dan beberapa growth factor. Melalui aksi yang
dimediasi FSH, pertumbuhan dari tubulus seminiferus distimulasi selama
perkembangan dan produksi sperma diinisiasi selama pubertas. Pada dewasa,

FSH diperlukan untuk spermatogenesis normal.4


Inhibin dan aktivin
Inhibin adalah sebuah protein 32-kDa berasal dari sel Sertoli yang memiliki
kekhususan untuk menghambat pelepasan FSH dari pituitari. Didalam testis,
produksi inhibin distimulasi oleh FSH dan bekerja dengan cara feedback
negatif pada pituitari atau hipotalamus. Aktivin, sebuah hormon protein
dengan struktur yang hampir sama secara homolog dengan growth factor-,
menunjuk kapan penggunaannya untuk memacu efek pada sekresi FSH.4

Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan sebuah proses komplek dimana secara primitif,
sel stem totipotent dibagi untuk memperbaharui diri mereka sendiri atau produksi sel
untuk menjadi spermatozoa. Proses ini terjadi didalam tubulus seminiferus dari testis.
Pada kenyataannya, 90% dari volume testis ditentukan oleh tubulus seminiferus dan
sel germinal pada berbagai tahapan perkembangan.4
a. Sel Sertoli
Tubulus seminiferus terkait dengan sel Sertoli yang beristirahat pada dasar
membran tubular dan meluas ke lumen dengan sitoplasma kompleks. Sel
Sertoli dihubungkan dengan tight junction, barier terkuat interselular di dalam
tubuh. Kompleks hubungan ini membagi rongga tubulus seminiferus menjadi
basal (dasar membran) dan bagian lumen. Pengaturan anatomi ini membentuk
dasar dari barier darah-testis, memungkinkan spermatogenesis terjadi dalam

sebuah tempat yang istimewa secara imunologi. Kepentingan dari efek


perlindungan menjadi nyata apabila mengingat spermatozoa diproduksi pada
pubertas dan dapat menjadi benda asing bagi sistem imun yang
mengembangkan pengenalan sendiri selama tahun pertama dari kehidupan.
Sel sertoli berkerja seperti sel perawat bagi spermatogenesis, memelihara
sel germinal selama mereka berkembang.4
b. Sel Germinal
Didalam tubulus, sel germinal diatur dalam sebuah perintah berurutan dari
membran dasar ke lumen. Spermatogonia berjalan langsung pada membran
dasar, diikuti oleh spermatosit primer, spermatosit sekunder, dan spermatid
mengarah ke lumen. Secara keseluruhan, 13 tahap sel germinal yang berbeda
telah diidentifikasi pada manusia. Barier tight junction menyokong
spermatogoni dan spermatosit awal di dalam kompartemen basal dan semua
sel germinal lanjutan yang berada di dalam kompartemen lumen.4
c. Siklus dan gelombang
Siklus dari spermatogenesis mengembangkan pembuahan dari sel stem
spermatogonial primitif menjadi sel germinal lanjutan. Durasi dari siklus
secara keseluruhan dari spermatogenik di dalam manusia adalah 74 hari.
Selama spermatogenesis, pengikut dari sel germinal pada titik yang sama saat
perkembangan terhubung oleh jembatan sitoplasmik dan melewati proses
secara bersama-sama. Terdapat pula organisasi spesifik dari langkah-langkah
siklus spermatogenik di dalam rongga tubulus, dinamakan dengan gelombang
spermatogenik. Pada manusia, hal ini tampak seperti pengaturan sel spiral,
dimana memungkinkan produksi sperma merupakan suatu produksi yang
berkelanjutan dan bukan merupakan suatu proses pulsatil.4

2.4 PATOLOGI TESTIS


2.4.1 Undesesus testis
Undesesus testis (UDT) atau biasa disebut kriptorkismus adalah suatu keadaan
dimana setelah usia 1 tahun, satu atau kedua testis tidak berada di dalam kantung
skrotum, tetapi masih berada di salah satu tempat sepanjang jalur desensus
normal.1,2,5,6. Kriptorkismus

berasal

dari

kata cryptos (Yunani)

yang

berarti

tersembunyi dan orchis yang dalam bahasa latin disebut testis. 5,6
Sepertiga kasus anak-anak dengan UDT adalah bilateral sedangkan dua
pertiganya adalah unilateral. Insiden UDT terkait erat dengan umur kehamilan,dan
maturasi bayi. Insidensnya 3 6% pada bayi laki-laki yang lahir cukup bulan dan
meningkat menjadi 30% pada bayi prematur. Setelah 100 tahun penelitian mengenai
UDT, masih terdapat beberapa aspek yang menjadi kontroversial. Faktor predisposisi
terjadinya UDT adalah prematuritas, berat bayi baru lahir yang rendah, kecil untuk
masa kehamilan, kembar dan pemberian estrogen pada trimester pertama. 1,2.
Testis yang belum turun ke kantung skrotum dan masih berada dijalurnya
mungkin terletak di kanalis inguinalis atau di rongga abdomen, yaitu terletak diantara
fossa renalis dan annulus inguinalis internus. Testis ektopik mungkin berada
diperineal, di luar kanalis inguinalis yaitu diantara aponeurosis oblikus eksternus dan
jaringan subkutan, suprapubik, atau di regio femoral.1,3.
UDT dapat kembali turun spontan ke testis sekitar 70 - 77% pada usia 3 bulan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan testis ke dalam skrotum,antara lain:
(Mekanisme terjadinya UDT berhubungan dengan banyak faktor (multifaktorial)
yaitu:
1. Perbedaaan pertumbuhan relatif tubuh terhadap funikulus spermatikus atau
gubernakulum
2. Peningkatan tekanan abdomen
9

3. Faktor hormonal: testosteron, MIS, and extrinsic estrogen


4. Perkembangan epididimis
5. Perlekatan gubernakular
6. Genito-femoral nerve/calcitonin gene-related peptide (CGRP)
7. Sekunder pasca-operasi inguinal yang menyebabkan jaringan ikat.
UDT dikelompokkan menjadi 3 tipe:
1. UDT sesungguhnya ( true undescended : testis mengalami penurunan parsial
melalui jalur

yang normal, tetapi terhenti. Dibedakan menjadi teraba (palpable)

dan tidak teraba ( impalpable)


2. Testis ektopik: testis mengalami penurunan di luar jalur penurunan yang normal.
3. Testis retractile: testis dapat diraba/dibawa ke dasar skrotum tetapi akibat refleks
kremaster yang berlebihan dapat kembali segera ke kanalis inguinalis, bukan
termasuk UDT yang sebenarnya.
Klasifikasi berdasarkan etio patogenesis :
1. Mekanis / anatomik (perlekatan-perlekatan, kelainan kanalis inguinalis dll)
2. Endokrin / hormonal ( kelainan axis hipotalamus-hipofisis-testis)
3. Disgenetik (kelainan interseks multiple)
4. Herediter/ genetik
Klasifikasi berdasarkan lokasi :
1. Skrotal tinggi (supraskrotal) : 40 %
2. Intrakanalikuler ( inguinal ) : 20 %
3. Intraabdominal (abdominal) : 10%
4. Terobstruksi : 30 %
Alasan

utama

dilakukan

terapi

adalah

meningkatnya

risiko

infertilitas,meningkatnya risiko keganasan testis, meningkatnya risiko torsio testis,


reisiko trauma testis terhadap tulang pubis dan faktor psikologis terhadap kantong
skrotum yang kosong.1,2. Penatalaksanaan yang terlambat pada UDT akan

10

menimbulkan efek pada testis di kemudian hari. UDT meningkatkan risiko infertilitas
dan berhubungan dengan risiko tumor sel germinal yang meningkat 3 sampai dengan
10 kali. Atrofi testis terjadi pada usia 5 7 tahun, akan tetapi perubahan morfologi
dimulai pada usia 1 2 tahun. Risiko kerusakan histologi testis juga berhubungan
dengan letak abnormal testis. Pada awal pubertas, lebih dari 90% testis kehilangan sel
germinalnya pada kasus intraabdomen, sedangkan pada kasus testis inguinal dan
preskrotal,penurunan sel geminal mencapai 41% dan 20%.1,5,6
Penatalaksanaan2.5
Terapi hormonal untuk mengatasi UDT masih dalam kontroversi. Hormonhormonseperti buserelin, LH releasing hormon agonis,dan gonadotrophin releasing
hormon(GnRH) agonis, sering digunakan untuk menangani UDT di Eropa dengan
tingkat kesuksesan antara 10-50%. Tingkat kesuksesan yang lebih tinggi mungkin
terjadi padaanak yang mengalami acquired UDT. Pada anak yang mengalami
kegagalan migrasi gubernakulum menuju skrotum secara kongenital, terapi hormonal
kelihatannya memiliki tingkat kesuksesan yang sangat rendah. Namun penggunaan
hormon-hormon tersebut belum disetujui oleh United States Food and Drug
Administration.
Prinsip dari pembedahan untuk menangani UDT adalah untuk memindahkan
testis dan meletakkannya di dalam skrotum. Pembedahan ini disebut dengan
orchidopexy. Biasanya orchidopexy langsung dilakukan jika testis telah pasti
diketahui terletak pada leher skrotum atau pada daerah inguinal. Jika testis terletak
pada daerah intra abdomen, laparoskopi dapat dilakukan terlebih dahulu untuk
menentukan letak testis. Kemudian, akan diputuskan apakah orchidopexy akan
dilakukan dalam satu atau dua tahap.

Prognosis2.5

11

Prediksi mengenai fertilitas dan keganasan masih dalam kontroversi,


dikarenakan oleh perkembangan yang pesat dalam pemahaman dan penanganan UDT
dalam 25 tahun terakhir. Infertilitas mungkin terjadi pada 1 dari 4 laki-laki dewasa
dengan riwayat unilateral UDT dan pada 3 dari 4 laki laki dewasa dengan riwayat
bilateral UDT. Resiko terjadinya k eganasan meningkat sebanyak 5-10 kali lebih
tinggi pada laki laki dengan riwayat unilateral UDT. Tidak diketahui apakah
prognosis akan membaik jika orchidopexy dilakukan saat anak berusia jauh lebih
muda daripada saat anak berusia lebih lanjut. Namun, suat
u meta analisis menunjukkan bahwa orchidopexy yang dilakukan saat anak berusia
lebih dari 10 tahun memiliki resiko 6 kali lebih tinggi untuk mengalami keganasan,
daripada orchidopexy yang dilakukan saat anak berusia kurang dari 10 tahun.
2.4.2 HIDROCELE
Definisi
Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara
lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.5,6
Epidemiologi
Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup dan
lebih sering terjadi pada bayi premature. Lokasi tersering adalah di sebelah kanan,
dan hanya 10% yang terjadi secara bilateral. 5,6
Insidensi persistent patent processus vaginalis peritonei (PPPVP) menurun
seiring dengan bertambahnya umur. Pada neonatus, 80%-94% memiliki PPPVP.
Risiko hidrokel lebih tinggi pada bayi premature dengan berat badan lahir kurang dari
1500 gram dibandingkan dengan bayi aterm. 5,6

12

Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1)
belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di
daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. 5,6
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis
atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi
cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi,
atau trauma pada testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi
cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam
funikulus spermatikus. 5,6
Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya yaitu:
5,6

1. Hidrokel_primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus
vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik
yang melintasi kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel
jenis ini tidak diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan
menutup dan cairan dalam tunika akan diabsorpsi.
2. Hidrokel_sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam
suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe.
Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat
karena radang atau karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel
dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya produksi cairan berlebihan yang
tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam
lapisan luar tunika.
Berdasarkan kejadian:

13

1.

Hidrokel akut
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri. Cairan

2.

berrwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf.


Hidrokel kronis
Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara perlahan dan
walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat, jarang

menyebabkan nyeri.
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa
macam hidrokel, yaitu
1. Hidrokel testis.
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat
diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang
hari.
2. Hidrokel funikulus.
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari
testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong
hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
3. Hidrokel Komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum
sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis
kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat
anak menangis. Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
dimasukkan kedalam rongga abdomen
Patofisiologi
Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun
ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya
rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara
tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan
yang berasal dari sistem limfatik disekitar. Hidrokel cord terjadi ketika processus
14

vaginalis terobliterasi di atas testis sehingga tetap terdapat hubungan dengan


peritoneum, dan processus vaginalis mungkin tetap terbuka sejauh batas atas scrotum.
Area seperti kantung di dalam canalis inguinalis terisi dengan cairan. Cairan tersebut
tidak masuk ke dalam scrotum. 5,6
Cairan yang seharusnya merupakan keseimbangan antara produksi dan
reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah
terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah penimbunan
di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus-menerus, mengakibatkan
Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi
testis dikarenakan dari tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar testis
tersebut. 5,6
Selama perkembangan janin, testis terletak di sebelah bawah ginjal, di dalam
rongga peritoneal. Ketika testis turun melalui canalis inguinalis ke dalam scrotum,
testis diikuti dengan ekstensi peritoneum dengan bentuk seperti kantung, yang dikenal
sebagai processus vaginalis. Setelah testis turun, procesus vaginalis akan terobliterasi
dan menjadi fibrous cord tanpa lumen. Ujung distal dari procesus vaginalis menetap
sebagai tunika yang melapisi testis, yang dikenal sebagai tunika vaginalis.
Normalnya, region inguinal dan scrotum tidak saling berhubungan dengan abdomen.
Organ viscera intraabdominal maupun cairan peritonel seharusnya tidak dapat masuk
ke dalam scrotum ataupun canalis inguinalis. Bila procesus vaginalis tidak tertutup,
dikenal sebagai persistent patent processus vaginalis peritonei (PPPVP). 5,6
Bila PPPVP berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh cairan, dinamakan
sebagai hidrokel komunikan. Bila PPPVP berdiameter besar dan dapat dilalui oleh
usus, omentum, atau organ viscera abdomen lainnya, dinamakan sebagai hernia.
Banyak teori yang membahas tentang kegagalan penutupan processus vaginalis. Otot
polos telah diidentifikasi terdapat pada jaringan PPPVP, dan tidak terdapat pada
peritoneum normal. Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan
tingkat patensi processus vaginalis. Sebagai contoh, jumlah otot polos yang lebih
besar terdapat pada kantung hernia dibandingkan dengan PPPVP dari hidrokel.
15

Penelitian terus berlanjut untuk menentukan peranan otot polos pada pathogenesis ini.
5,6

Mekanisme terjadinya PPPVP juga berhubungan dengan adanya peningkatan


tekanan intraabdominal. Keadaan apapun yang menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan intraabdominal dapat menghambat atau menunda proses penutupan processus
vaginalis. Keadaan tersebut antara lain batuk kronis (seperti pada TB paru), keadaan
yang membuat bayi sering mengedan (seperti feses keras), dan tumor intraabdomen.
Keadaan tersebut di atas menyebabkan peningkatan risiko terjadinya PPPVP yang
dapat berakibat sebagai hidrokel maupun hernia. 5,6
Gambaran Klinis
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi
kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi.
Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang
sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan
ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis
dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2) hidrokel funikulus,
dan (3) hidrokel komunikan. Pembagian ini penting karena berhubungan dengan
metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel. 5,6
Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga
testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah
sepanjang hari. 5,6
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di
sebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar
kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan
rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada
anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar
16

pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
dimasukkan ke dalam rongga abdomen. 5,6
Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi
berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat
resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hidrokel
komunikan atau hernia.
Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan
tekanan intaabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan
menyuruh pasien meniup balon, atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan
memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan kedua
tangan bayi diatas kepalanya sehingga bayi akan memberontak sehingga akan
menimbulkan tonjolan.
Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan dalam tunika
vaginalis mengarah pada hidrokel. Namun, tes ini tidak sepenuhnya menyingkirkan
hernia.

5,6

Pemeriksaan penunjang5,6
1. Transiluminasi
Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan
massa skrotum..Dilakukan didalam suatu ruang gelap, sumber cahaya
diletakkan pada sisi pembesaran skrotum . Struktur vaskuler, tumor, darah,
hernia dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai
bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa,
seperti hidrokel .
2. Ultrasonografi

17

Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan


membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal
(varikokel) dan kemungkinan adanya tumor.
Terapi Hidrokel
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 12-24 bulan dengan
harapan prosesus vaginalis dapat menutup, dan hidrokel akan sembuh dengan
sendirinya. Jika hidrokel masih ada atau bertambah besar, disebut juga dengan
hidrokel persisten, maka perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.
Prinsip utama penatalaksanaan hidrokel adalah dengan mengatasi penyebab
yang mendasarinya. Terdapat beberapa indikasi dilakukannya intervensi: ukuran
hidrokel yang semakin membesar dan dapat menekan pembuluh darah, adanya tandatanda infeksi, adanya keluhan tidak nyaman/nyeri dan juga indikasi kosmetik.
Berbagai macam tindakan intervensi digunakan untuk mengobati penyakit hidrokel,
baik invasif maupun minimal invasif.
Salah satu metode minimal invasif pada terapi hidrokel yaitu metode aspirasiskleroterapi. Pada metode ini, dilakukan aspirasi cairan hidrokel dan disuntikkan zat
sklerotik (tetrasiklin, natrium tetra desil sulfat atau urea) agar mukosa menjadi kering
dan terjadi perlengketan. Metode ini mudah dan aman dilakukan, namun efektivitas
dan kepuasan pasien terhadap terapi lebih rendah dibandingkan tindakan
pembedahan. Hidrokelektomi merupakan tindakan baku emas pada hidrokel.
Prognosis
Dengan operasi terbuka, angka rekurensi ipsilateral adalah kurang dari 1 %.
Angka rekurensi ipsilateral dengan laparoskopi adalah 3-4 %. Rekurensi biasanya
berhubungan dengan komorbid 8
Diferential Diagnosis

18

Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala yang


hampir sama dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis. Hidrokel dan
hernia inguinalis bermanifestasi klinis sebagai benjolan pada daerah testis dengan
perbedaan utama berupa benjolan pada hernia bersifat hilang timbul, sedangkan pada
hidrokel, benjolan dapat berkurang tapi lama. Dengan melakukan tes transiluminasi,
hidrokel memberikan hasil tes yang positif sedangkan pada hernia inguinalis hasil tes
negatif. Pentingnya membedakan kedua kasus tersebut sehubungan dengan
penanganan yang dilakukan untuk kemudian mengurangi komplikasi yang dapat
terjadi. 5,6
2.4.3 Varikokel
Varikokel adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. 5,6
Gambaran klinis :
Anamnesa :
1. Pasien biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun
menikah.
2. Terdapat benjolan di atas testis yang tidak nyeri.
3. Terasa berat pada testis
Pemeriksaan Fisik : (Pasien berdiri dan diminta untuk manuver valsava)
Inspeksi dan Palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing di dalam kantung,
yang letaknya di sebelah kranial dari testis, permukaan testis licin, konsistensi elastis.
Pada posisi berbaring, benjolan akan menghilang, sedangkan pada hidrokel tidak
hilang, hanya dapat berkurang tetapi butuh waktu yang lama.
Pentatalaksanaan

19

Masih terjadi silang pendapat di antara para ahli tentang perlu tidaknya
melakukan operasi pada varikokel. Di antara mereka berpendapat bahwa varikokel
yang telah menimbulkan gangguan fertilitas atau gangguan spermatogenesis
merupakan indikasi untuk mendapatkan suatu terapi.
Tindakan yang dikerjakan adalah:
(1) ligasi tinggi vena spermatika interna secara Palomo melalui operasi terbuka atau
bedah laparoskopi,
(2) varikokelektomi cara Ivanisevich,
(3) atau secara perkutan dengan memasukkan bahan sklerosing ke dalam vena
spermatika interna ( embolisasi ). Untuk lebih jelasnya mengenai embolisasi
varikokel.
Prognosis
Pasca tindakan dilakukan evaluasi keberhasilan terapi, dengan melihat
beberapa indikator antara lain: (1) bertambahnya volume testis, (2) perbaikan hasil
analisis semen (yang dikerjakan setiap 3 bulan), atau (3) pasangan itu menjadi hamil.
Pada kerusakan testis yang belum parah, evaluasi pasca bedah vasoligasi tinggi dari
Palomo didapatkan 80% terjadi perbaikan volume testis, 60-80% terjadi perbaikan
analisis semen, dan 50% pasangan menjadi hamil.
2.3.4 Torsio Testis
Torsio testis adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga
terjadi gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya gangguan
aliran darah daripada testis. 5,6
Gambaran klinis :
Anamnesa :

20

1. Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan skrotum.


2. sakit perut hebat, kadang mual dan muntah.
3. nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal.
Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi
testis bengkak, terjadi retraksi testis ke arah kranial, karena funikulus spermatikus
terpuntir dan memendek, testis pada sisi yang terkena lebih tinggi dan lebih
horizontal jika dibandingkan testis sisi yang sehat.
2. Palpasi teraba lilitan / penebalan funikulus spermatikus

Pemeriksaan fisik yang paling sensitive pada torsio testis adalah hilangnya reflex
kremaster. Refleks kremaster dilakukan dengan menggores atau mencubit paha
bagian medial, menyebabkan kontraksi musculus cremaster yang akan
mengangkat testis. Refleks kremaster dikatakan positif bila testis bergerak ke arah
atas minimal 0.5 cm.

Pada torsio appendix testis, teraba adanya nodul keras berdiameter 2-3 mm di
ujung atas testis, dapat tampak berwarna kebiruan, yang dikenal dengan blue dot
sign.

Prehns sign negative mengindikasikan nyeri tidak berkurang dengan


pengangkatan testis dapat menunjukkan adanya torsio testis, merupakan operasi
CITO dan harus dikoreksi dalam 6 jam.

Penatalaksanaan
Detorsi Manual
Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu dengan
jalan memutar testis kearah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio
biasanya ke medial maka dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral dahulu,
kemudian jika tidak terjadi perubahan, dicoba detorsi kearah medial. Hilangnya nyeri

21

setelah detorsi menandakan bahwa detorsi telah berhasil. Jika detorsi berhasil operasi
harus tetap dilaksanakan. 5
Operasi. 5
Tindakan operasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan posisi testis pada
arah yang benar (reposisi) dan setelah itu dilakukan penilaian apakah testis yang
mengalami torsio masih viable (hidup) atau sudah mengalami nekrosis
Operasi dalam 6 jam biasanya dapat mencegah terjadi iskemia testis, dan akan
mengalami penurunan sebesar 20% dalam 12 jam. Atrofi muncul antara 4 jam sampai
8 jam dan setelah 10 jam iskemia nekrosis tidak dapat lagi terelakkan Jika testis
masih hidup, dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos kemudian
disusul orkidopeksi pada testis kontralateral . 5,7
Prognosis
Jika torsio dapat didiagnosa secara dini dan dilakukan koreksi segera dalam 56 jam, maka akan memberikan prognosis yang baik dengan angka pertolongan
terhadap testis hampir 100%. Setelah 6 jam terjadi torsio dan gangguan aliran darah,
maka kemungkinan untuk dilakukan tindakan pembedahan juga meningkat.Namun,
meskipun terjadi kurang dari 6 jam, torsio sudah dapat menimbulkan kehilangan
fungsi dari testis. Setelah 18-24 jam biasanya sudah terjadi nekrosis dan indikasi
untuk dilakukan orchi dectomy. Orchidopexy tidak memberikan jaminan untuk tidak
timbul torsio di kemudian hari, meskipun tindakan ini dapat menurunkan
kemungkinan timbulnya hal tersebut. Keterlambatan intervensi pembedahan akan
memperburuk prognosis serta meningkatkan angka kejadian atrofitestis
2.4.5 Orchitis

22

Orchitis adalah reaksi inflamasi akut akibat infeksi sekunder pada testis.
Kebanyakan kasus berkaitan dengan infeksi virus mumps. Selain virus mumps, virus
ataupun bakteri lain juga dapat menyebabkan orchitis. 5,7
Epidemiologi
DI Amerika Serikat diperkirakan 20% dari pasien prepubuertas yang terinfeksi
virus mumps mengalami orchitis. Pada Orkitis mumps, 4-5 kasus terjadi pada usia
prepubertas ( < 10 tahun). Pada Orkitis bakterialis, kebanyakan kasus berkaitan
dengan epididimis (epididimo-orkitis), dan terjadi pada usia seksual aktif, lebih dari
15 tahun atau diatas 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak. 5,7
Etiologi
Orkitis paling sering disebabkan oleh virus mumps. Selain itu, dapat juga
disebabkan oleh virus coxsackie, mononucleosis infeksiosa, varicella dan
echovirus.Orkitis bakterialis biasanya berkaitan dengan epididimitis. Bakteri yang
berperan berupa Neisseria gonorrhea, Chlamydia trachomatis, Escheriaia coli,
Klebsiella

peneumoniae,

Pseudomonas

aeruginosa,

Staphylococcus

dan

Streptococcus. Penderita imunokompromais yang menderita orkitis berkaitan dengan


infeksi Mycobacterium complex, Cryptococcus neoformans, Toxoplasma gondii,
Haemophilus parainfluenzae dan Candida albicans5,7
Orkitis akut ditemukan sebagai penyulit penyakit virus, misalnya yang
terkenal adalah parotitis epidemika. Peradangan pada testis dapat terjadi sebagai
akibat dari penyebaran hematogen dari berbagai penyakit infeksi sistemik.
Diperkirakan orchitis tanpa epididimitis berasal melalui cara tersebut 5,7
Epididimoorchitis, merupakan komplikasi serius dari mumps, secara umum
hanya terlihat pada remaja laki-laki dan lelaki muda. Faktor yang menjadi
predisposisi komplikasi ini tidak diketahui, bagaimanapun, mumps orchitis terjadi

23

pada 20-35 % kasus mumps pada laki-laki pada usia tersebut dan bilateral pada 10 %
kasus. Onset biasanya terjadi pada 3-4 hari setelah berkembangnya parotitis 5,7
Tuberkulosis orchitis dapat terjadi dari penyebaran hematogen dari tuberkel
bacilli dari focus infeksi di paru atau lebih sering lagi, secara langsung dari
tuberculous epididimytis 5,7
Orkitis luetika jarang ditemukan. Sifilis stadium IV yang merupakan guma di
orgaan ini agak sering terdapat di testis, tetapi setelah penemuan antibiotik, sifilis
stadium IV sangat jarang ditemukan. Pada pemeriksaan didapatkan pembengkakan
seluruh testis yang tidak nyeri, konsistensi agak kenyal seperti karet dan mungkin
terdapat hubungan dengan kulit

depan yang akhirnya membentuk fistel kulit.

Diagnosis bandingnya berupa kanker testis. 5,7


Testis dapat terlibat dalam syphilis, dengan area nekrosis yang besar sebagai
tingkat lanjut dari syphilis 5,7
Granulomatous orchitis, proses inflamasi nonspesifik pada testis, terjadi
biasanya pada umur pertengahan dan laki-laki tua. Berasal dari proses noninfeksi.
Bukti menunjukkan bahwa penyakit autoimun dapat terlihat sebagai respon
granulomatos pada spermatozoa (Meares, 1995).
Patogenesis dan patologi
Pada inspeksi menyeluruh, testis yang terlibat dalam orchitis ninspesifik
biasanya membesar, kongesti dan supel; pada bagian tertentu abses kecil dapat
terlihat. Secara histologi, edema dari jaringan ikat dan infiltrasi neutrofil merupakan
karakteristik. Tubulus seminiferus dapat juga terlibat dan nekrosis dapat muncul.
Tubulus seminiferus digantikan dengan tuberkel kaseosa pada tuberculosis orchitis
dan dengan infiltrate dari sel mononuclear (sel plasma, limfosit, sel mononukleat, dan
sel epiteloid) pada nonspesifik granulomatosa orchitis. Garis luar tubulus seminiferus
tetap ada namun aktivitas spermatogenesis tidak ada. Pada masa penyembuhan,
tubulus seminiferus dan sel interstisial biasanya tetap dipertahankan 5,7
24

Mumps merupakan penyebab infeksi paling sering dari orchitis. Menariknya,


mumps orchitis hanya terjadi pada lelaki postpubertal. Secara umum testis sangat
membesar dan berwarna kebiruan. Pada bagian, karena terjadi reaksi interstitial dan
edema, tubulus tidak terdorong keluar . Secara histology, edema dan

dilatasi

diobservasi; neutrofil, limfosit dan makrofag banyak ditemukan; dan sel tubular
menunjukkan derajat degenerasi. Pada masa penyembuhan testis kecil dan lembut.
Secara histology, fase ini menunjukkan tubular atrophy namun tetap mempertahankan
sel interstisial Leydig. Epididimis seringkali terlibat 5,7
Gambaran klinik
A. Gejala dan Tanda
Orkitis ditandai adanya nyeri dan bengkak pada testis. Nyeri yang dirasakan
berkisar nyeri ringan sampai berat. Gejala lain yang dapat ditemukan berupa lelah,
nafsu makan menurun, nyeri otot, demam, mual dan nyeri kepala. 5,7
Munculnya mumps orchitis mendadak, biasanya terjadi setelah 3-4 hari
setelah terjadinya parotitis. Skrotum dapat berwarna kemerahan dan udem. Tidak
seperti penemuan pada epididimitis, gejala urinari yang dikaraktestikkan tidak ada.
Demam dapat mencapai 40o C dan prostrasi dapat terlihat 5,7
Parotitis dari mumps dapat muncul atau bukti penyakit infeksi yang lain yang
dapat ditemukan. Satu atau kedua testikel akan membesar dan sangat lunak.
Terkadang epididimis tidak dapat dibedakandari testis dengan palpasi. Kulit scrotum
dapat kemerahan. Pada hidrocele terdapat transluminasi Pada pemeriksaan rectal
touch dapat ditemukan pembesaran dari prostat (prostatitis) berkaitan epididimoorkitis. 5,7
Penemuan laboratorium
Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan leukositosis. Proteinuria ringan dan
mikrohematuria telah di gambarkan, namun urinalisis biasanya normal. Selama
episode akut dari viral orchitis, organism infektif dapat ditemukan pada urin 5,7
25

Penatalaksanaan
Orchitis karena bakteri harus diobati dengan obat antimikroba, sedangkan
obat-obatan ini tidak berguna melawan mumps orchitis. Resolusi yang cepat dan dari
pembengkakan dan rasa sakit kadang dapat dicapai dengan infiltrasi dari funikulus
spermatikus secepatnya superior dari testis yang terlibat dengan 20 mL dari 1%
lidocaine. Ini dapat menjaga aktivitas spermatogenic dengan memperbaiki suplai
darah ke testicle. Pada kasus orchitis granulomatosa nonspesifik penggunaan
kortikosteroid diindikasikan 5,7
Tirah baring penting untuuk tahap akut orchitits. Penghangatan local berguna
dan menghilangkan nyeri. Dukungan terhadap organ dapat meningkatkan
kenyamanan; handuk diletakkan di bawah skrotum atau penggunaan athletic
supporter dapat berguna. Pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit dan demam
disarankan 5,7.
Prognosis
Prognosis pada penderita orkhitis secara umum adalah baik,
sebagian besar kasus orkhitis karena mumps menghilang secara spontan
dalam 3-10 hari. Pada penyakit orkhitis dengan pemberian antibiotik yang
tepat, sebagian besar kasus orkhitis bakteri dapat sembuh tanpa
komplikasi

TUMOR TESTIS
Insiden
Insiden kanker testis di Eropa meningkat, dengan dua kali lipat setiap 20 tahun.
Insiden saat ini adalah 63/100 000/tahun, dengan tingkat tertinggi di negara-negara

26

Eropa Utara (68/100 000/tahun). Angka kematian sangat rendah (3,8 cases/100
000/tahun). Tumor testis, 40% adalah seminoma dan 60% non-seminoma. Kanker
testis invasif berkembang dari karsinoma in situ (CIS) / intraepithelial neoplasia testis
(TIN), sering ditemukan dalam jaringan testis sisa nonmalignant. Pada biopsi acak,
2% -5% pasien kanker testis memiliki CIS di testis kontralateral. Hal ini sesuai
dengan tingkat 2% -3% dari kanker testis kontralateral sinkron atau metachronous.

Etiologi 6
Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Penyebabnya
yang pasti tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menunjang terjadinya
kanker testis:
Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum) atau kriptorkismus
Kriptorkismus merupakan faktor resiko timbulnya karsinoma testis. Dikatakan
bahwa 7 10% pasien karsinoma testis, menderita kriptorkismus. Proses
tumorigenesis pasien maldensus 48 kali lebih banyak daripada testis normal.
Meskipun sudah dilakukan orkidopeksi, resiko timbulnya degenerasi maligna
tetap ada. Pria dengan testis undesenden mempunyai risiko 10 kali untuk
mendapat tumor dibandingkan dengan mereka yang mempunyai testis
intraskrotal.
Atrofi Testis.
Kagagalan testis untuk bertumbuh menjadi matur atau mencapai ukuran normal.
Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi mumps, torsi atau trauma.
Terpapar dengan bahan kimia dan polutan.
Terpapar dengan substansi/zat toksin dapat menyebabkan perkembangan yang
abnormal dari testis. Hal ini meningkatkan frekuensi tumor testis pada usia 30-40
tahun.
Pemaparan Dietilstilbesterol (DES).
Pada anak-anak yang lahir dari wanita dengan level estrogen yang tinggi selama
hamil sangat beresiko untuk terdapatnya tumor testis dan kriptorkidisme.

27

Sindroma Klinefelter (suatu kelainan kromosom seksual yang ditandai dengan


rendahnya kadar hormon pria, kemandulan, pembesaran payudara (ginekomastia)
dan testis yang kecil).
Ada riwayat kanker testis dalam keluarga

Patofisiologi 6
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya mengenai
seluruh parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rate testis, epididimis,
funikulus spermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika albugenia merupakan
barrier yang sangat kuat bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga
kerusakan tunika albugenia oleh invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk
menyebar keluar testis.6
Kecuali kariokarsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe menuju
ke kelenjar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama, kemudian
menuju ke kelenjar mediastinal dan supraclavikula, sedangkan kariokarsinoma
menyebar secara hematogen ke paru, hepar, dan otak. 6
Patologi 7
Seminoma
Makroskopik : Permukaan homogen putih kotor, lobuler, perdarahan/nekrosis.
Mikroskopik : Membran sel berbeda, sitoplasma jernih tampak berair, inti ditengan
dan besar dengan 1-2 nukleoli prominen, mitosis jarang, tidak mengandung AFP.
Nonseminoma
Makroskopik : Warna abu-abu pucat, lunak.
Mikroskopik :

28

Ukuran sel kecil (6-8 m).Sitoplasma eosinofilik dengan tepi tipis mirip
spermatosit sekunder.
Ukuran sel sedang (15-18 m).Mengandung banyak inti bulat dan sitoplasma
eosinofilik
Ukuran sel besar (50-100 m). Sel-sel tumor menunjukan gambaran sitoplasma
eosinofilik dengan inti spermatositik matur.
.Gambaran Klinis7
Gambaran khas tumor testis ialah benjolan di dalam skrotum yang tidak nyeri.
Biasanya tumor terbatas di dalam testis sehingga mudah dibedakan dari epidimis pada
palpasi yang dilakukan dengan telunjuk ibu jari.
Gejala pada umum dapat diakibatkan oleh metastasis. Pembesaran testis tanpa
nyeri adalah temuan yang paling umum dijumpai tetapi mungkin juga tidak
ditemukan gejala sama sekali. Gejala timbul dengan sangat bertahap dengan massa
atau benjolan pada testis yang tidak nyeri. Pasien dapat mengeluh rasa sesak pada
skrotum, area inguinal, atau abdomen dalam. Sakit pinggang (akibat perluasan nodus
retroperineal), nyeri pada abdomen, penurunan berat badan, dan kelemahan
diagnostik yang signifikan.7
Satu-satunya metode deteksi dini yang efektif adalah pemeriksaan testis
mandiri. Suatu bagian penting dari promosi kesehatan untuk pria harus mencakup
pameriksaan mandiri. Pengajaran tentang pemeriksaan mandiri adalah intervensi
penting untuk deteksi dini penyakit ini. 7
Berikut beberapa gejala dari tumor testis adalah7
Pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri. Namun 30% mengeluh nyeri dan
terasa berat pada kantung skrotum, sedangkan 10% mengeluh nyeri akut pada
skrotum.
Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya)
Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis
29

Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah


Ginekomastia
Ginekomastia adalah manifestasi dari beredarnya kadar bHCG di dalam sirkulasi
sistematik yang banyak terdapat pada koriokarsinoma.
Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat
.Diagnosa9
Anemnesa
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada palpasi
tetapi kadang-kadang nyeri pada perabaan dan konturnya bisa sangat ireguler atau
sedikit ireguler dan tidak menunjukkan tanda transiluminasi.
Pemeriksaan penunjang
1. USG
Seminoma biasanya muncul sebagai massa testis homogen echogenicity rendah
dibandingkan dengan jaringan testis normal. Massa biasanya oval dan
didefinisikan dengan baik tanpa adanya invasi lokal. Aliran darah Internal terlihat.
Daerah fibrosis dan kalsifikasi kurang umum daripada non-seminomatous tumor
sel kuman. Seminoma lebih besar dapat tampil lebih beragam.
2. CT SCAN
CT abdomen dan panggul yang penting dalam memvisualisasikan metastasis
baik sebagai bagian dari seminoma stadium primer tetapi juga dalam diagnosis utama
ketika massa testis tidak diketahui. Metastasis ke para-aorta kelenjar getah bening
pada tingkat pembuluh ginjal adalah situs pertama khas karena menyebar ke drainase
limfatik dari testis berhubungan dengan penurunan testis embriologi. Metastasis
nodal sering besar, kepadatan homogen dan cenderung untuk membungkus vessles
sekitarnya. Metastasis kelenjar getah inguinalis atau iliaka simpul menyarankan

30

limfatik menyebar melalui skrotum dan ekstensi tumor itu lokal di luar tunika
vaginalis. Metastasis visceral terlihat di sekitar 5% pasien pada presentasi (paru-paru,
hati, tulang, otak). Staging CT dada hanya ditunjukkan ketika daerah getah bening
para-aorta penyebaran simpul hadir atau jika ada Foto toraks abnormal. Setelah
metastasis kelenjar getah terapi simpul mengurangi nyata dalam ukuran tetapi
beberapa jaringan abnormal tidak aktif tetap ada yang dapat sulit dibedakan dari
penyakit sisa dan pemantauan sementara diperlukan.
3. MRI
Biasanya muncul sebagai tumor multinodular intensitas uniformsignal 3-4.
4. Pemeriksaan darah atau penanda tumor 7
Untuk menandai tumor seminoma atau non seminoma
Yang dilihat adalah jumlah AFP (alfa fetoprotein), HCG (human chorionic
gonadotrophin)
aFP (Alfa Feto Protein) adalah suatu glikoprotein yang diproduksi oleh
karsinoma embrional, teratokarsinoma, atau tumor yolk sac, tetapi tidak
diproduksi oleh koriokarsinoma murni dan seminoma murni. Penanda tumor
ini mempunyai masa paruh 5-7 hari.
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) adalah suatu glikoprotein yang pada
keadaan normal diproduksi oleh jaringan trofoblas. Penanda tumor ini
meningkat pada semua pasien koriokarsinoma, pada 40% - 60% pasien
karsinoma embrional, dan 5% - 10% pasien seminoma murni. HCG
mempunyai waktu paruh 24-36 jam

31

Tabel. Nilai Penanda Tumor pada Beberapa Jenis Tumor Testis


Pada dugaan tumor testis tidak diperbolehkan melakukan biopsi testis atau
pendekatan trans skrotal karena ditakutkan akan membuka peluang sel tumor
mengadakan penyebaran.

Untuk penegakan diagnosis patologi anatomi, bahan

jaringann harus diambil dari orchidektomi.


Stadium Tumor Testis 4
Berdasarkan sistem klasifikasi TNM, penentuan T dilakukan setelah
orkidektomi berdasarkan atas pemeriksaan histopatologik. Beberapa cara penentuan
stadium klinis yang lebih sederhana dikemukakan oleh Boden dan Gibb, yaitu :
1. Stadium A atau I :
Untuk tumor testis yang masih terbatas pada testis.
2. Stadium B atau II :

32

Untuk tomur yang telah mengadakan penyebaran ke kelenjar regional (para


aorta). Stadium B atau II dibagi menjadi 2 :
Stadium IIA (untuk pembesaran limfonodi para aorta yang belum teraba)
Stadium IIB (untuk pembesaran limfonodi yang telah teraba > 10 cm)
3. Stadium C atau III :
Untuk tumor yang telah menyebar keluar dari kelenjar retroperitoneum atau telah
mengadakan metastasis supradiafragma.
TNM
T0

terbatas testis

Tis

intratubular

T1

testis dan rete testis

T2

menembus tunika albuginea/epididymis

T3

funikulus spermatikus

T4

skrotum

penyebaran ke kelenjar limfe regional (retroperitoneal)

N1

tunggal < 2 cm

N2

tunggal >2 cm <5 cm

N3
M

> 5 cm
penyebaran di atas kelenjar retroperitoneal/metastasis
hematogen

33

Tabel Stadium dan Tingkat Penyebaran Tumor Testis


Penatalaksanaan6
Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit. Setelah
kanker ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis sel
kankernya, selanjutnya ditentukan stadiumnya:
1.

Stadium I: kanker belum menyebar ke luar testis

2.

Stadium II: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut

3.

Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai
ke hati atau paru-paru.
Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:6

1.

Pembedahan: pengangkatan testis (orkiektomi) dan pengangkatan kelenjar


getah bening (limfadenektomi).

2.

Terapi penyinaran: menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi
lainnya, seringkali dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor non-seminoma.
Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada seminoma, terutama pada
stadium awal.

3.

Kemoterapi: digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan


etoposid) untuk membunuh sel-sel kanker.Kemoterapi telah meningkatkan angka
harapan hidup penderita tumor non-seminoma.

4.

Pencangkokan sumsum tulang: dilakukan jika kemoterapi telah menyebabkan


kerusakan pada sumsum tulang penderita.

34

Terapi yang dilakukan jika tumor seminoma berdasarkan stadium adalah: 6


1.

Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening

2.

perut.
Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan

kemoterapi dengan sisplastin.


3.
Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.
Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker testis sebelumnya, diberikan
kemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan etoposid atau vinblastin).
Kanker testikuler adalah salah satu tumor padat yang dapat disembuhkan. Tujuan
penatalaksanaan adalah untuk menyingkirkan penyakit dan mencapai penyembuhan.
Pemilihan pengobatan tergantung pada tipe sel dan keluasan anatomi penyakit. Testis
diangkat dengan orkhioektomi melalui suatu insisi inguinal dengan ligasi tinggi korda
spermatikus.6
Prosthesis yang terisi dengan jel dapat ditanamkan untuk mengisi testis yang
hilang. setelah orkhioektomi unilateral untuk kanker testis, sebagian besar pasien
tidak mengalami fungsi endokrin. Namun demikian, pasien lainnya mengalami
penurunan kadar hormonal, yang menandakan bahwa testis yang sehat tidak berfungsi
pada tingkat yang normal. Diseksi nodus limfe retroperineal (RPLND) untuk
mencegah penyebaran kanker melalui jalur limfatik mungkin dilakukan setelah
orkhioektomi.6
Meskipun libido dan orgasme normal tidak mengalami gangguan setelah
RPLND, pasien mungkin dapat mengalami disfungsi ejakulasi dengan akibat
infertilitas. Menyimpan sperma di bank sperma sebelum operasi mungkin menjadi
pertimbangan.6

35

Iradiasi nodus limfe pascaoperasi dari diagfragma sampai region iliaka


digunakan untuk mengatasi seminoma dan hanya diberikan pada tempat tumor saja.
Testis lainnya dilindungi dari radiasi untuk menyelamatkan fertilitas. Radiasi juga
digunakan untuk pasien yang tidak menunjukkan respon terhadap kemoterapi atau
bagi mereka yang tidak direkomendasikan untuk dilakukan pembedahan nodus
limfe.6
Prognosis7
Pada beberapa tahun terakhir ini terlihat adanya peningkatan yang nyata dari
prognosis penderita tumor testis. Seminoma merupakan tumor yang radiosensitif
yang mempunyai prognosis sangat baik. Peningkatan utama, terdapat pada penderita
tumor sel benih yang non-seminoma yang disebaban oleh tiga faktor, yaitu
perkembangan teknik imaging yang lebih cepat yang memperbaiki ketepatan
penilaian stadium; peningkatan teknik pemeriksaan pertanda tumor; dan peningkatan
obat kemoterapi yang digunakan. Akibatnya, sekarang ditemukan angka kesembuhan
yang sama dengan angka kesembuhan pada seminoma.7
Sampai saat ini, pengelolaan biasanya berupa orkidektomi yang kemudian
diikuti radioterapi profilakstik pada kelenjar limfe para-aorta. Cara ini menghasilkan
angka kesembuhan sebesar 90-95% pada seminoma. Pengelolaan paling akhir yang
sekarang telah diterima untuk seminoma dan teratoma ialah orkidemtomi diikuti
pengawasan dengan menggunakan teknik imaging dan pertanda tumor dalam serum.
Kekambuhan yang terjadi kemudian diobati dengan pemberian kemoterapi. Apabila
penderita tetap hidup dalam jangka waktu dua tahun setelah pemberian lengkap
kemoterapi tanpa adanya proses kekambuhan, penderita dinyatakan telah sembuh.7

36

37

BAB III
SIMPULAN

Testis adakah organ reproduksi pria yang

peran ganda, yaitu: sebagai

glandula eksokrin dan endokrin. Sebagai glandula eksokrin, testis menghasilkan selsel spermatozoa, dan sebagai endokrin menghasilkan hormon testosteron.
Pada anomali dan patologi dari tetstis sering didapatkan pada usia dewasa
muda . Penegakan diagnosa didasarkan pada anamnesis pemeriksaan fisik dan
penunjang . Penatalaksanaan yang terlambat akan menimbulkan efek pada testis di
kemudian hari. ketidaknyamanan sepanjang hidup dan bila tidak ditangani akan
gangguan gangguan seperti infertilitas, bahkan kematian jaringan.
Bebeapa anomaly dan patologi dari tetstis meliputi Undesesus testis (UDT)
atau biasa disebut kriptorkismus, Hidrokel, Varikokel,Torsi Testis, Orchitis , tumor
testis

38

DAFTAR PUSTAKA

1. Umbas, R., Tumor Ganas dalam Bidang Urologi, (Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah Ed: Reksoprodjo, S, dkk), Bagian Bedah Staf Pengajar Universitas
Indonesia, Ed. 2 Jakarta, 2000.
2. Coup. A.J., Traktus Genitalia Pria, (Patologi umum dan sistemik, Ed. Sarjadi),
EGC, Ed. 2 Jakarta, 2000.
3. Moh. Adjie Pratignyo. 2011. Bedah Saluran Cerna Anak. Edisi 1. SAP Publish
Indonesia: Tangerang
4. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.
Philadelphia. p 118-129
5. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.
McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259
6. Purnomo, B.B., Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Ed. 2, Jakarta. 2003.
7. Sjamsuhidajat, R., De Jong, W., Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Ed. 2, 1997

39

You might also like