Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
KASUS
Ny. Wati, perempuan beumur 56 tahun datang ke poli mata tempat Anda bertugas dengan
keluhan sering merasa sakit kepala. Telah berobat ke bagian penyakit dalam, ternyata Ny.
Wati menderita hipertensi, telah diberikan obat selama beberapa bulan tetapi sakit kepalanya
tidak berkurang, sehingga dokter penyakit dalam, merujuk ke bagian mata dengan
kemungkinan ukuran kacamata Ny. Wati sudah berubah. Ny. Wati adalah seorang ibu rumah
tangga dengan 2 anak yang telah menginjak usia remaja.
Sakit kepala telah dirasakan oleh Ny. Wati sejak setahun yang lalu. Sakit kepalanya bersifat
hilang timbul dan terutama muncul bila pasien sedang menghadapi masalah. Kacamata
tersebut telah dipakainya sejak 3 tahun yang lalu dengan ukuran pada mata kanan S 3.00 D
dan mata kiri S 3.50 D. Menurut Ny. Wati, penglihatannya masih cukup bagus dan tidak
pernah sakit mata. Walaupun demikian, Ny. Wati kadang-kadang menabrak sesuatu atau
terperosok bila sedang berjalan. Riwayat trauma dan penyakit DM disangkal oleh Ny. Wati,
begitu juga riwayat penyakit yang sama yang diderita oleh orang tua Ny. Wati juga
disangkalnya.
Pemeriksaan fisik:
Status generalis:
Kesadaran
: compos mentis
Konjungtiva
: tidak pucat
Nadi
: 72 x/menit
Suhu
: 36,50 C
Pernapasan
: 16 x/menit
Pemeriksaan oftalmologis
TIO OD 4/7,5
(N : 7/7,5)
TIO OS 5/7,5
(N : 7/7,5)
Konjungtiva tenang
Kornea jernih
Pupil bulat
Isokor
C.O.A. dalam
Lensa jernih
CDR
: 0,6/0,6
Cupping
:+
Nasalisasi
:+
aa/vv
: 2/3
Retina baik
Refleks macula : +
(N: )
Laboratorium:
Hb
: 13 g/dl
Lekosit
: 8.000 /mm3
Trombosit
: 320.000 /mm3
LED
: 10 mm/jam
(N : <10 mm/jam)
ANALISIS KASUS
Anamnesis
1.
Identitas Lengkap
Nama
: Ny. Wati
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 56 tahun
Status
: menikah
Jumlah anak
: 2 orang
Alamat
:-
Pekerjaan
2.
Keluhan Utama
o
Hipertensi
Perlu ditanyakan:
Keluhan Tambahan
Perlu ditanyakan:
o
3.
4.
5.
Riwayat Kebiasaan
Pemeriksaan Fisik
Status generalis:
Kesadaran
: compos mentis
Konjungtiva
: tidak pucat
Nadi
: 72 x/menit
Suhu
: 36,50 C
Pernapasan
: 16 x/menit
Pemeriksaan oftalmologis
add. S +3.00 D
TIO OD 4/7,5
TIO OS 5/7,5
Konjungtiva tenang
Kornea jernih
Pupil bulat
Isokor
C.O.A. dalam
Lensa jernih
CDR
: 0,6/0,6
Cupping
:+
Nasalisasi
:+
aa/vv
: 2/3
Retina baik
Refleks macula : +
(tidak normal)
Pemeriksaan Laboratorium
Hb
: 13 g/dl
normal
Lekosit
: 8.000 /mm3
normal
Trombosit
: 320.000 /mm3
normal
LED
: 10 mm/jam
normal
normal
Gonioskopi
Tonografi
Hipotesis
Menurut keterangan yang ada dan pemeriksaan yang telah dilakukan, kelompok kami
mengambil hipotesis sebagai berikut:
Uveitis
Anisometropia
Hipertensi
Neuralgia trigeminus
Migrain
Diagnosis Kerja
Glaucoma simpleks kronis
Patofisiologi
Proses degeneratif di jaringan trabekular, pengendapan bahan ekstrasel di dalam jalinan dan
dibawah lapisan epitel canalis schlemm penurunan drainase aqueous humor perubahan
elemen penunjang struktural akibat penekanan intraokuler di N.optikus setinggi lamina
kribosa atau di pembuluh yang memperdarahi kepala/ujung saraf optikus menyebabkan
ganglion retina rusak, penipisan inti bagian dalam dan serat-serat saraf pada retina dan
kehilangan axon dari N.optikus, atrofi optic disc dan pembesaran cupping pada optic disc.
Penatalaksanaan
1.
Miotik
Pilokarpin 2-4%, 3-6 kali tetes sehari untuk membesarkan pengeluaran cairan mata.
2.
Beta blocker
Timolol maleat 0.25-0.50%, 1-2 kali tetes sehari untuk menghambat produksi aqueos
humor.
3.
4.
Edukasi
1. Konsumsi obat teratur untuk mencegah pembedahan
2. Jangan melakukan aktivitas yang berat atau mengangkat beban yang berat
3. Olahraga teratur
4. Jangan minum air langsung banyak
5. Control teratur ke bagian mata
6. Kontrol hipertensi
Prognosis
Ad vitam
: bonam
Ad fungsionam
: Ad malam
Ad sanationam
: Ad malam
BAB III
PEMBAHASAN
HUMOR AKUOS
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akuos dan
tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor akuos adalah suatu cairan yang jernih
yang mengisi kamera okuli anterior dan posterior rmata. Volumenya adalah sekitar 250 L.1
Humor akuos diproduksi oleh korpus siliare melalui mekanisme transfer aktif dan
pasif. Cairan ini masuk ke kamera okuli posterior dan mengalir ke kamera okuli anterior
melalui pupil. Sebagian besar cairan ini keluar melalui jalinan trabekular menuju kanal
Schlemm dan dilanjutkan ke saluran kolektor, kemudian plexus vena, sklera, episklera dan
terakhir menuju vena siliaris anterior.1
Humor
akuos
peranan penting,
yaitu
berfungsi
memiliki
sebagai
untuk
mengeluarkan sisa metabolismenya, selain itu berfungsi untuk menjaga bentuk bola mata dan
mempertahankan TIO agar tetap berada dalam batas normal (10 - 24 mmHg).2
GLAUKOMA
Glaukoma ditandai oleh peningkatan tekanan intraokuler yang disertai pencekungan
diskus optikus dan pengecilan lapang pandang. Pada sebagian besar kasus, tidak terdapat
penyakit mata lain.
Glaukoma sudut terbuka primer, bentuk tersering, menyebabkan pengecilan lapang
pandang bilateral progresif asimptomatik yang timbul perlahan dan sering tidak terdeteksi
sampai terjadi pengecilan lapang pandang yang ekstensif. Bentuk-bentuk glaukoma lain
merupakan penyebab morbiditas visual yang parah pada semua usia.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma adalah gangguan aliran
keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior ( glaukoma sudut
terbuka ) atau gangguan akses humos akueus ke sistem drainase ( glaukoma sudut tertutup ).3
Pengobatan ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokuler dan apabila mungkin
memperbaiki patogenesis yang mendasarinya.
Pada semua pasien glaukoma, perlu tidaknya terapi segera diberikan dan
efektivitasnya dinilai dengan melakukan beberapa pemeriksaan seperti: oftalmoskopi,
pemeriksaan visus, tonometri, tonografi, pemeriksaan lapang pandang dan gonioskopi secara
teratur.1,2
Patologi Glaukoma
Efek peningkatan tekanan intraokuler di dalam mata ditemukan pada semua bentuk
glaukoma yang manifestasinya dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan besar peningkatan
tekanan intraokuler ( TIO ).
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion
difus yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan
berkurangnya akson di saraf optikus. Diskus optikus menjadi atrofik disertai pembesaran
cekungan optikus. Iris dan corpus ciliaris juga menjadi atrofik, dan processus ciliaris
memperlihatkan degenerasi hialin.1
Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokuler mencapai 60 80 mmHg,
sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema kornea.
Klasifikasi Glaukoma
A. Glaukoma Primer5
1.
berusia lebih dari 40 tahun dan 2 -3 % orang berusia lebih dari 70 tahun diperkirakan
mengidap glaukoma ini. Penyakit ini lebih agresif pada orang berkulit hitam dan terdapat
kecenderungan familial yang kuat dan kerabat dekat pasien dianjurkan menjalani
pemeriksaan penapisan secara teratur. Penyakit ini memiliki beberapa faktor resiko, antara
lain : diabetes mellitus, miopia tinggi, hipertensi, dan terapi kortekosteroid jangka lama.4
Gambaran patologik utama pada glaukoma ini adalah proses degeneratif di jalinan
trabekular, termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam jalinan dan di bawah lapisan
endotel kanalis Schlemm. Hal ini berbeda dari proses penuaan normal. Akibatnya adalah
penurunan drainase akueus humor yang menyebabkan peningkatan TIO.
Peningkatan TIO mendahului kelainan diskus optikus dan lapang pandang selama
bertahun tahun. Walaupun terdapat hubungan yang jelas antara besarnya TIO dan
keparahan penurunan penglihatan, efek besar tekanan pada saraf optikus sangat bervariasi
antarindividu. Sebagian orang dapat mentoleransi peningkatan TIO tanpa mengalami
kelainan diskus atau lapang pandang; yang lain memperlihatkan kelainan-kelainan
glaukomatosa pada TIO Normal.
Mekanisme kerusakan neuron pada glaukoma sudut terbuka primer dan hubungannya
dengan tingginya TIO masih diperdebatkan. Teori-teori utama memperkirakan adanya
perubahan-perubahan elemen penunjang struktural akibat TIO di saraf optikus setinggi
lamina cribosa atau di pembuluh yang memperdarahi kepala/ujung saraf optikus.
TIO yang lebih tinggi saat pertama kali diperiksa berkaitan dengan penurunan lapang
pandang yang lebih luas. Apabila pada pemeriksaan pertama dijumpai penurunan lapang
pandang glaukomatosa, resiko perkembangan lebih lanjut menjadi jauh lebih besar. Karena
merupakan satu-satunya faktor yang dapat diobati, TIO tetap menjadi fokus terapi. Terdapat
bukti kuat bahwa kontrol TIO memperlambat kerusakan diskus optikus dan pengecilan
lapang pandang.
Pada pasien dengan kelainan diskus optikus atau penurunan lapang pandang yang
luas, dianjurkan penurunan TIO sesegera mungkin, sedangkan untuk pasien yang hanya
dicurigai mengalami kelainan diskus optikus atau lapang pandang, terapi mungkin jangan
terlalu agresif. Pada semua kasus, harus dipertimbangkan kenyamanan terapi dan penyulitnya
yang mungkin timbul. Banyak pasien glaukoma berusia lanjut dan rapuh dan mungkin tidak
dapat mentoleransi terapi agresif. Untuk memperoleh perspektif tentang perlu tidaknya terapi,
diperlukan suatu periode pengamatan tanpa terapi untuk menentukan kecepatan perburukan
kelainan diskus optikus dan lapang pandang. Tidak dibenarkan apabila pasien usia lanjut
harus menjalani terapi agresif sementara kemungkinan timbul penurunan lapang pandang
yang bermakna selama sisa hidup kecil.
2.
pandang memiliki TIO yang tetap di bawah 22 mmHg. Para pasien ini mengidap glaukoma
tekanan normal atau rendah. Patogenesisnya adalah kepekaan yang abnormal terhadap TIO
karena kelainan vaskuler atau mekanis di kepala saraf optikus. Perdarahan diskus lebih sering
dijumpai pada tekanan normal daripada glaukoma sudut terbuka primer dan sering
menandakan progresevitas penurunan lapang pandang. Sebelum diagnosis ditegakkan harus
ada sejumlah entitas yang harus disingkirkan :
- Episode peningkatan TIO sebelumnya, seperti yang disebabkan iridosiklitis, trauma, atau
terapi steroid topikal
- Variasi jurnal yang besar pada TIO dengan peningkatan mencolok, biasanya pagi hari
- Kelainan postural pada TIO dengan peningkatan mencolok saat pasien berbaring datar
- Peningkatan TIO intermitten seperti pada penutupan sudut subakut
- Penyebab kelainan diskus optikus dan lapang pandang yang lain, termasuk kelainan diskus
kongenital dan atrofi didapat akibat tumor atau penyakit vaskular
3.
kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran akueus humor dan TIO meningkat
dengan cepat, menimbulkan nyeri hebat, kemerahan, dan kekaburan penglihatan.4 Glaukoma
sudut tertutup terjadi pada mata yang sudah mengalami penyempitan anatomik sudut kamera
anterior ( terutama pada hipermetropi ). Serangan akut biasanya terjadi pada pasien berusia
tua seiring dengan pembesaran lensa yang berkaitan dengan penuaan. Pada glaukoma sudut
tertutup, pupil berdilatasi sedang, disertai sumbatan pupil. Hal ini biasanya terjadi pada
malam hari, saat tingkat pencahayaan berkurang. Hal tersebut juga dapat terjadi pada dilatasi
pupil untuk oftalmoskopi. Apabila perlu dilakukan dilatasi pupil pada pasien dengan kamera
anterior yang dangkal ( mudah dideteksi dengan penyinaran samping dari sebuah senter dan
dipastikan dengan gonioskopi ), sebaiknya digunakan obat yang bekerja singkat misalnya
tropikamid dan pasien diamati dengan cermat.
4.
kecuali bahwa episode peningkatan TIO nya berlangsung singkat dan rekuren. Episode
penutupan sudut membaik secara spontan, tetapi terjadi akumulasi kerusakan pada sudut
kamera anterior berupa pembentukan sinekia anterior perifer. Kadang-kadang penutupan
sudut subakut berkembang menjadi penutupan akut.
Kunci untuk diagnosis terletak pada riwayat. Akan dijumpai riwayat serangan nyeri
unilateral berulang, kemerahan, dan kekaburan penglihatan yang disertai oleh halo di sekitar
cahaya. Serangan sering terjadi pada malam hari dan sembuh dalam semalam. Pemeriksaan di
antara serangan mungkin hanya memperlihatkan penyempitan sudut kamera anterior. Uji
provokativf kamar gelap dapat membantu mengidentifikasikan pasien penyempitan sudut
mana yang beresiko mengalami glaukoma sudut tertutup. Pada kasus yang telah lanjut, akan
terdapat sinekia anterior perifer bebercak dan peningkatan TIO kronik. Terapi serupa dengan
terapi untuk glaukoma sedut tertutup primer.
5.
pernah mengalami episode peningkatan akut TIO tapi mengalami sinekia anterior perifer
yang semakin meluas disertai peningkatan bertahap TIO. Para pasien ini memperlihatkan
manifestasi seperti yang diperlihatkan oleh pasien glaukoma sudut tertutup primer, sering
dengan pengecilan ekstensif lapang pandang. Kadang para pasien tersebut mengalami
serangan-serangan penutupan sudut subakut.
Pada pemeriksaan dijumpai peningkatan TIO, sudut kamera anterior yang sempit
disertai sinekia anterior dengan tingkatan yang bervariasi, serta kelainan diskus optikus dan
lapang pandang.
Iridektomi perifer adalah komponen terapi yang penting. Apabila mungkin, TIO
kemudian dikontrol secara medis, tapi luasnya sinekia anterior perifer dan lambatnya aliran
akueus humor melalui jalinan trabekular yang tersisa menyebabkan pengontrolan tekanan
sangat sulit dilakukan sehingga sering diperlukan tindakan drainase secara bedah. Jangan
digunakan epinefrin dan miotik kuat kecuali apabila terdapat iridektomi perifer paten karena
obat-obat tersebut akan memperparah penutupan sudut.
B. Glaukoma Sekunder5
1. Glaukoma Pigmentasi
Sindrom ini tampaknya disebabkan oleh degenerasi epitel pigmen iris dan korpus
siliaris. Granula pigmen terkelupas dari iris akibat friksi dengan serat-serat zonular di
bawahnya sehingga terjadi transiluminasi iris. Pigmen mengendap di permukaan kornea
posterior dan tersangkut di jalinan trabekular, mengganggu aliran keluar akueus humor.
Sindrom ini terjadi paling sering pada pria miopik berusia antara 20 dan 40 tahun yang
memiliki kamera anterior yang dalam dengan sudut kamera anterior yang lebar. Kelainan
pigmentasi dapat timbul tanpa disertai glaukoma, tapi orang-orang dengan kelainan ini
harus dianggap sebagai tersangka/suspek glaukoma.
Terapi logis untuk kelainan ini adalah zat-zat miotik karena obat ini mengatasi
pergerakan iris atas zonula. Namun, karena pasien biasanya berusia muda dan miopik,
terapi tersebut biasanya kurang dapat ditoleransi kecuali apabila diberikan sebagai
pilokarpin sekali sehari, terutama pada malam hari. Penghambat beta dan epinefrin juga
efektif.
Namun, masalah utama adalah usia yang muda saat timbulnya penyakit, yang
meningkatkan kemungkinan diperlukannya tindakan bedah drainase dan kombinasi
tindakan bedah dan terapi antimetabolit. Trabekuloplasti laser sering digunakan untuk
kelainan ini tapi kecil kemungkinannya dapat melenyapkan keharusan tindakan bedah
drainase.
2. Glaukoma Akibat Kelainan Lensa
-
Dislokasi Lensa
Lensa kristalina dapat mengalami dislokasi akibat trauma atau secara spontan
misalnya pada Sindrom Marfan. Dislokasi anterior dapat menimbulkan sumbatan pada
bukaan pupil yang menyebabkan iris bombe dan penutupan sudut. Dislokasi posterior ke
dalam korpus vitreum juga berkaitan dengan glaukoma walau mekanismenya belum jelas.
Hal ini dapat disebabkan oleh kerusakan sudut pada waktu dislokasi traumatik.
Pada dislokasi anterior, terapi definitif adalah ekstraksi lensa setelah TIO terkontrol
secara medis. Pada dislokasi posterior, lensa biasanya dibiarkan dan glaukoma diobati
sebagai glaukoma sudut terbuka primer.
-
Intumesensi Lensa
Lensa dapat menyerap cukup banyak cairan sewaktu mengalami kelainan kataraktosa
sehingga ukurannya membesar secara bermakna. Lensa ini kemudian dapat melanggar
batas kamera anterior yang menimbulkan sumbatan pupil da pendesakan sudut serta dapat
menyebabkan glaukoma sudut tertutup. Terapi berupa ekstraksi lensa apabila TIO telah
terkontrol secara medis.
-
Glaukoma Fakolitik
Sebagian katarak stadium lanjut dapat mengalami kebocoran kapsul lensa anterior
sehingga protein-protein lensa yang mencair masuk ke kamera anterior. Jalinan trabekular
menjadi edematosa dan tersumbat oleh protein-protein lensa dan menimbulkan
peningkatan mendadak TIO. Ekstraksi lensa adalah terapi definitif setelah TIO terkontrol
secara medis termasuk steroid topikal intensif.
3. Glaukoma Akibat Kelainan Traktus Uvealis
-
Uveitis
Pada uveitis, TIO biasanya lebih rendah daripada norma karena korpus siliaris yang
meradang kurang berfungsi dengan baik. Namun juga dapat terjadi peningkatan TIO
melalui beberapa mekanisme yang berlainan. Jalinan trabekular dapat tersumbat oleh selsel radang dari kamera anterior, disertai edema sekunder atau kadang-kadang terlibat
dalam proses peradangan yang secara spesifik diarahkan ke sel-sel trabekula
(Trabekulitis). Uveitis kronik atau rekuren menyebabkan gangguan permanen fungsi
tranekula, sinekia anterior perifer, dan kadang-kadang neovaskularisasi sudut, yang
semuanya meningkatkan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder. Seklusi pupilae
akibat sinekia posterior 360 derajat menyebabkan iris bombe dan glaukoma sudut tertutup
akut. Sindrom-sindrom uveitis yang cenderung timbul karena glauoma sekunder adalah
siklitis heterokromik Fuchs, uveitis anterior akut terkait HLA-B27 dan uveitis akibat
herpes zooster dan herpes simpleks.
Terpai terutama ditujukan kepada pengontrolan uveitis disertai pemberian terapi
glaukoma sesuai keperluan dn menghindari miotik karena dapat meningkatkan
kemungkinan pembentukan sinekia posterior. Tetapi jangka panjang, termasuk tindakan
bedah, sering perlu dilakukan karena kerusakan jalinan trabekula yang irreversibel.
Penutupan sudut akut akibat penutupan pupil dapat dipulihkan oleh midriasis intensif
tapi sering memerlukan iridotomi perifer dengan laser atau dengan iridektomi bedah.
Setiap uveitis dengan kecenderungan pembentukan sinekia posterior harus diterapi
dengan medriatikum sewaktu uveitisnya aktif untuk mengurangi resiko penutupan pupil.
-
Tumor
reformasi kamera secara dini dengan tindakan bedah apabila hal tersebut tidak terjadi
secara spontan.
6. Glaukoma Neovaskuler
Neovaskularisasi iris ( rubeosis iridis ) dan sudut kamera anterior yang paling sering
disebabkan oleh iskemik retina yang luas seperti yang terjadi pada sumbatan vena retina
stadium lanjut pada diabetes. Glaukoma timbul mula-mula disebabkan oleh sumbatan
sudut oleh membran fibrovaskuler tapi kontraksi membran berikutnya menyebabkan
penutupan sudut.
Terapi glaukoma neovaskuler yang telah terbentuk sulit berhasil dan sering tidak
memuaskan.
7. Glaukoma Akibat Peningkatan Tekanan Vena Episklera
Peningkatan tekanan vena episklera dapat berperan menimbulkan glaukoma pada
sindrom Sturge-Weber, yang juga terdapat anomali perkembangan sudut, dan fistula
karotis-kavernosa, yang juga dapat menyebabkan neovaskularisasi sudut akibat iskemik
mata yang luas. Terapi medis tidak dapat menurunkan TIO di bawah tingkat tekanan vena
episklera yang meningkat secara abnormal, dan tindakan bedah berkaitan dengan resiko
penyulit yang tinggi.
8. Glaukoma Akibat Steroid
Kortikosteroid topikal dan periokular dapat menimbulkan sejenis glaukoma yang
mirip dengan glaukoma sudut terbuka primer, terutama pada individu dengan riwayat
penyakit ini pada keluarga, dan akan memperparah peningkatan TIO pada para pengidap
glaukoma sudut terbuka primer. Penghentian pengobatan biasanya menghilangkan efekefek tersebut, tapi dapat terjadi kerusakan permanen apabila keadaan tersebut tidak
disadari untuk jangka waktu yang lama. Apabila terapi steroid topikal mutlak diperlukan,
terapi glaukoma medis biasanya dapat mengontrol TIO. Terapi steroid sistemik kecil
kemungkinannya menyebabkan peningkatan TIO.
Penting sekali bahwa pasien yang mendapat terapi steroid topikal atau sistemik
menjalani tonometri dan oftalmoskopi periodik, terutama apabila terdapat riwayat
glaukoma pada keluarga.
C. Glaukoma Kongenital5
1.
2.
3.
Aniridia
Gambaran khas aniridia, seperti yang diisyaratkan oleh namanya, adalah iris tidak
berkembang ( vestigial ). Kadang kadang hanya ditemukan tidak lebih dari akar iris atau
suatu batas iris yang tipis. Dapat ditemukan deformitas mata yang lain, misalnya katarak
kongenital, distrofi kornea, dan hipoplasia fovea. Penglihatan biasanya buruk. Sering
timbul glaukoma sebelum masa remaja dan glaukoma tersebut biasanya refrakter terhadap
penatalaksanaan medis atau bedah.
Sindrom yang jarang ini diwariskan secara genetis. Pernah dilaporkan kasus-kasus
dominan otosom dan resesif otosom.
Apabila terapi medis tidak efektif, goniotomi atau trabekulotomi kadang-kadang dapat
menormalkan TIO. Sering diperlukan tindakan operasi filtrasi, tetapi prognosis penglihatan
jangka panjang buruk.