Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak zaman dulu kaum perempuan sering diperlakukan secara tidak
manusiawi di seluruh penjuru dunia dalam sejarah. Perempuan dianggap
sebagai setengah manusia, mahluk pelengkap, konco wingking dan sejenisnya
dimana hak dan kewajiban mereka, terlebih lagi peradabannya diatur dan
ditentukan oleh laki-laki.
Pada peradaban Nasrani Kuno abad ke-5 M, mereka menyatakan bahwa
perempuan tidak memiliki ruh suci. Kemudian pada abad ke-6 Masehi
terdapat pemikiran bahwa perempuan tercipta hanya untuk melayani laki-laki
semata-mata.
Di zaman peradaban Yunani Kuno pada kalangan kerajaan, mereka
menempatkan perempuan sebagai makhluk yang terkurung dalam istana
dengan segala hak yang sudah diboikot. Untuk wanita yang memiliki status
rakyat biasa justru lebih parah lagi kondisinya karena mereka dianggap
sebagai barang dagangan yang dapat dengan bebas diperjualbelikan oleh
suami atau keluarganya. Saat perempuan sudah menikah, suami berhak
melakukan apa saja terhadap istrinya. Pada peradaban Romawi perempuan
kedudukannya dibawah kekuasaan sang ayah, dimana setelah menikah
berpihak kepada suami. Kekuasaan yang dimiliki sangat mutlak, sehingga
berhak menjual, mengusir, menganiaya bahkan sampai membunuh.
Pada abad ke-7 masehi, perempuan sering menjadi barang sesajen bagi
para dewa oleh masyarakat Hindu Kuno. Hak hidup bagi perempuan yang
bersuami tergantung hidup mati suaminya. Jika suaminya meninggal, maka
istri harus dibakar hidup-hidup bersama mayat suaminya dibakar.
Semua uraian di atas menunjukkan bahwa betapa rendahnya seorang
perempuan di mata dunia yang seakan-akan mengatakan bahwa wanita
diciptakan tanpa mempunyai fungsi yang penting.
Namun seiring dengan perubahan jaman dan kemajuan dari pola fikir
yang disebabkan oleh pendidikan yang mulai dinikmati oleh kaum
perempuan, secara perlahan-lahan terjadi pergeseran pandangan nilai wanita
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aspek-aspek Historis dan kontemporer dalam konteks budaya
dan
peningkatan
kesejahteraan yang
optimal.
Kondisi
tidak
dapat
dipisahkan
dengan
perubahan
kebudayaan
tata cara kerja sehari-hari yang makin ditandai dengan pembagian kerja
pada spesialisasi kegiatan yang makin tajam; Perubahan dalam
kelembagaan dan kepemimpinan masyarakat yang makin demokratis;
perubahan dalam tata cara dan alat-alat kegiatan yang makin modern dan
efisien, dan lain-lainnya Dari beberapa pendapat ahli ilmu sosial yang
dikutip, dapat disinkronkan pendapat mereka tentang perubahan sosial,
yaitu suatu proses perubahan, modifikasi, atau penyesuaian-penyesuaian
yang terjadi dalam pola hidup masyarakat, yang mencakup nilai-nilai
budaya, pola perilaku kelompok masyarakat, hubungan-hubungan sosial
ekonomi, serta kelembagaan-kelembagaan masyarakat, baik dalam aspek
kehidupan material maupun nonmateri.
Dalam kelompok teori-teori perubahan sosial klasik telah dibahas
empat pandangan dari tokoh-tokoh terkenal yakni August Comte, Karl
Marx, Emile Durkheim, dan Max Weber. August Comte menyatakan
bahwa perubahan sosial berlangsung secara evolusi melalui suatu tahapantahapan perubahan dalam alam pemikiran manusia, yang oleh Comte
disebut dengan Evolusi Intelektual. Tahapan-tahapan pemikiran tersebut
mencakup tiga tahap, dimulai dari tahap Theologis Primitif; tahap
Metafisik transisional, dan terakhir tahap positif rasional. setiap perubahan
tahap pemikiran manusia tersebut mempengaruhi unsur kehidupan
masyarakat lainnya, dan secara keseluruhan juga mendorong perubahan
sosial.
Karl Marx pada dasarnya melihat perubahan sosial sebagai akibat
dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam tata perekonomian
masyarakat, terutama sebagai akibat dari pertentangan yang terus terjadi
antara kelompok pemilik modal atau alat-alat produksi dengan kelompok
pekerja. Di lain pihak Emile Durkheim melihat perubahan sosial terjadi
sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah
kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas
mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh
solidaritas organistik. Sementara itu, Max Weber pada dasarnya melihat
sosial
masyarakat,
yang
dalam
kegiatan
belajar
ini
sosial
dalam
perubahan-perubahan
bidang
yang
ekonomi
terjadi
pada
pada
dasarnya
kehidupan
keluarga
dengan
masalah
sosial
psikologis,
Korban
apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan
posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang
dalam kehidupan kemasyarakatan.
Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang
membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan
tertentu. Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan
bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain
(Bang Beny, 2011). Kesimpulannya, perempuan adalah tingkah laku
seorang ibu yang diharapkan oleh orang lain/masyarakat sesuai dengan
kedudukannya dalam suatu sistem.
Dalam konteks perbedaan laki dan perempuan, Montagu (1971)
mengemukakan
bahwa
sifat-sifat
psikologis
dan
sosial
wanita
10
11
peranan
yang
lebih
besar
kepada
wanita
untuk
12
masih
butuh
dukungan
semua
pihak
agar
13
tahun
1977
telah
menghasilkan
14
Preventif,
Menggunakan
Teknologi
Tepat
Guna,
Setempat,
g. Pengobatan Penyakit Umum dan Ruda Paksa,
h. Penyediaan obat obat esensial.
Ciri-ciri Primary Health Care adalah 1) Pelayanan yang utama dan
intim dengan masyarakat, 2) Pelayanan yang menyeluruh 3)
Pelayanan yang terorganisasi, 4) Pelayanan yang mementingkan
kesehatan individu maupun masyarakat 5) Pelayanan yang
berkesinambungan, 6) Pelayanan yang progresif, 7) Pelayanan yang
berorientasi kepada keluarga, dan 8) Pelayanan yang tidak
berpandangan kepada salah satu aspek saja . Di Indonesia, bentuk
operasional dari Primary Health Care (PHC) adalah Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). PKMD adalah rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan secara gotong royong dan swadaya
dalam rangka menolong diri sendiri, untuk memecahkan masalah,
memenuhi kebutuhan bidang kesehatan dan bidang lain yang
berkaitan dengan tujuan mewujudkan kehidupan yang sehat dan
sejahtera (Widyatuti,2009).
15
16
3)
Orang tua masuk penjara. Sebab masuk penjara antara lain karena
menendang,
menyakiti
temannya.
Anak
juga
tidak
17
3)
antara
lain
dengan
penyaluran.
hobi,
kursus
sehingga
18
Perkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga/ rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan No 1 Thahun
1974)
Perkawinan usia muda
Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan diij
inkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun.
Namun pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi
manusia yang ditegaskan dalam UU No 10 Tahun 1992 yang menyebutkan
bahwa
pemerintah
menetapkan
kebijakan
upaya
penyelenggaraan
kematian
bayi
dan
ibu,
risiko
19
anak
kelainan
bawaan,
penggunaan
kontrasepsi
20
b.
diperoleh
dalam
21
b.
tidak
mempunyai
banyak
waktu
Luang
untuk
memperhatikan pernikahannya.
d. Keharnionisan rumah tangga terpengaruh. Kesibukan aktifitas yang
berlebilian memungkinkan wanita tidak mempunyai banyak waktu untuk
keluarga karena pusat perhatiannya pada kesuksesan kanernya, sehingga bisa
menelantarkan peran sebagai istri dan sebagai ibu.
Upaya pemecahan
a. Bekerja menggunakan proteksi, seperti masker, sarung Langan, baju
khusus untuk proteksi radiasi.
b. Cek kesehatan secara berkala.
c. Melakukan aktifitas bekerja tidak hanya dengan satu pria misalnya
bila lembur, divas luar.
d. Tidak nebeng kendaraan tanpa ditemani orang lain, sekalipun ditawari
oleh atasan.
e. Jangan ragu mengatakan 'tidak' walaupun pada atasan. Tidak perlu
takut pada ancaman di pecat.
f. Menetapkan target menikah.
g. Menjaga komunikasi dengan keluarga. Mencurahkan perhatian khusus
pada keluarga pada hari libur dengan kualitas yang maksimal,
mengagendakan kegiatan bersarna keluarga, memenuhi hak-hak suami dan
anak, berbagi peran dengan suami dan selalu menghargai suami.
d. Incest
Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga.
Anggota keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang
mempunyai hubungan pertalian darah. Batas pertalian darah paling atas
adalah kakek, paling bawah adalah cucu, batas kesamping adalah
keponakan. Keluarga diluar itu bukan termasuk incest. Pelaku biasanya
adalah orang yang lebih dewasa (lebih kuasa) dan korban lebih banyak
22
adalah anak-anak. Sering terjadi pada anak tiri oleh bapak tiri, menantu
oleh mertua, cucu oleh kakeknya.
Incest dapat terjadi karena saling suka atau saling cinta dan dapat juga
terjadi akibat paksaan tanpa rasa cinta. Incest ada yang diluar perkawinan,
namun ada juga yang sengaja dilakukan dalam ikatan perkawinan. Diluar
negri, perkawinan incest diperbolehkan, sedangkan di Indonesia
perkawinan incest tidak dibenarkan menurut hukum. Perkawinan di
Indonesia dinyatakan sah dilakukan menurut agama. Sedangkan
pencatatannya, bila agama Islam di Kantor Urusan Agama (KUA) dan
selain agama Islam di Kantor Pencatatan Sipil. Sah tidaknya perkawinan
di Indonesia berdasarkan ajaran agama masing-masing. Semua agama di
Indonesia melarang perkawinan incest. Bila diketahui ada pertalian darah
(muhrim dalam agama islam) sedangkan perkawinan telah dilakukan dan
walaupun sudah mempunyai anak, maka perkawinan harus dibatalkan.
Gambaran incest di luar ikatan perkawinan
a. Pelaku kebanyakan orang yang kerap berinteraksi dengan korban,
tinggal dalam satu rumah.
b. Korban mayoritas anak-anak sehingga tidak kuasa melakukan
perlawanan
diri.
Biasanya
dibawah
tekanan
karena
ancaman
23
e.
pelaku.
e. Home Less
Home less atau tuna wisma atau gelandangan adalah orang yang hidup
dalam keadaan tidak sesuai dengan norma di masyarakat setempat, serta
tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap diwilayah tertentu dan hidup
ditempat umum. Home less banyak terdapat di kota- kota besar.
Kedatangan mereka ke kota besar tanpa didukung oleh pendidikan dan
ketrampilan yang memadai. Biasanya mereka tinggal di empeeran toko,
kolong jembatan, kolong jalan layang, gerobak tempat barang bekas,
sekitar rel kereta api, di taman, di tempat umum lainnya. Pekerjaan mereka
sebagai pengamen, pengemis, pemulung sampah.
Penyebab Home Less
a. Kemiskinan
Hal ini merupakan faktor utama. Kemiskinan menyebabkan mereka tidak
mampu memenuhi kebutuhan papan, sehingga mereka bertempat tinggal
di tempat umum. Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya pendidikan
sehingga tidak mempunyai ketrampilan dan keahlian untuk bekerja. Hal
ini berefek pada anak-anak mereka. Mereka tidak mampu membiayai
anak-anaknya sekolah sehingga anak-anak mereka juga ikut jadi
gelandangan.
b. Bencana Alam
Bencana alam akhir-akhir ini banyak menimpa negara kita. Mereka tinggal
di pengungsian, kehilangan pekerjaan mereka.
c. Yatim Piatu
Anak yang tidak mempunyai orangtua, saudara tidak mempunyai tempat
tinggal sehingga mereka mencari tempat berteduh di tempat-tempat
umum.
d. Kurang Kasih Sayang
Berbagai penyebab sehingga anak merasa kurang diperhatikan, kurang
kasih
sayang
orang
tuanya,
maka
ia
turun
24
ke
jalan
untuk
25
26
27
mengenalkan
pendidikan seks secara dini agar terhindar dari perilaku seks bebas.
2) Meningkatkan bimbingan agama sesuai tameng agar terhindar dari
perbuatan dosa.
b. Masyarakat
Meningkatkan kepedulian
dan
melakukan
pendekatan
terhadap
kehidupanPSK.
c. Pemerintah
1) Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi.
2) Meregulasi undang-undang khusus tentang PSK.
3) Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia lokalisasi
PSK untuk dijaring dan mendapatkan rehabilitasi.
Aspek kesehaan reproduksi
28
Diantara remaja putri berusia 11-15 tahun, yang diteliti, ada yang
mengidap penyakit menular seksual Trikhomonas dan Human Papilloma
Virus. Ini mengisyaratkan bahwa remaja putri dalam usia yang sangat
masih muda sudah melakukan huungan seks dengan laki-laki, bahkan
tertular penyakit. Yang lebih menarik lagi adalah penelitian ini dilakukan
diklinik spesialis swasta. Ini menunjukkan bahwa mereka yang datang
kesana adalah kalangan menengah keatas. Kembali hendak dikemukakan
disini bahwa, bukan masalah ekonomi yang mendorong remaja putri
menjadi PSK, tetapi lebih pengaruh selera hedonistik. Dampak perilaku
seksual yang sudah merambah dalam usia yang masih sangat muda ini
akan mempengaruhi kesehatan reproduksi mereka dikemudian. Akibatnya
bisa terjadi kemandulan atau beberapa penyakit saluran reproduksi
lainnya, terutama mereka yang sudah pernah terinfeksi oleh HPV (Human
Papilloma Virus).
g. Drug Abuse
Penyalahgunaan obat dimaksud bila suatu obat digunakan tidak untuk
tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan dengan sengaja untuk
mencari atau mencapai kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa.
Dari segi hukum obat-obat yangs ering disalah gunakan dapat dibagi
dalam dua kelompok, yaitu: narkotika atau obat bius dan bahan
psikotropika. Untuk mencegah penyalahgunaan obat, pemerintah barubaru ini telah mengesahkan dua Undang-Undang penting yaitu:
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tanggal 11
Maret 1997 tentang Psikotropika.
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1997 tanggal 1
September 1997 tentang Narkotika.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Contohnya adalah opium, morphine, cocaine, ganja/marihuana, dan
sebagainya.
29
serta
mempunyai
potensi
sangat
tinggi
mengakibatkan
ketergantungan.
b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan
serta
mempunyai
potensi
ringan
mengakibatkan
ketergantungan.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Bahan psikotropika adalah bahan/obat yang mempengaruhi jiwa
atau keadaan jiwa, yaitu :
a. Keadaan kejiwaan diubah menjadi lebih tenang, ada perasaan nyaman
sampai tidur.
b. Dalam hal ini pemakai menjadi gembira, hilang rasa susah/sedih,
capek/depresi.
c. Bahan memberi halusinasi, yaitu si pemakai melihat/merasakan segala
sesuatu lebih indah dari yang sebenarnya dihadapi.
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan
sindroma
30
c.
Psikotropika
golongan
III
adalah
psikotropika
yang
yang
berwenang
untuk
31
setan ini adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka
serap, sehingga perbuatan tercela seperti inipun akhirnya mereka jalani.
Solusi atau cara mengatasi tindak penyalahgunaan obat terlarang
a. Membawa anggota keluarga (pemakai) ke panti rehabilitasi untuk
mendapatkan penanganan yang memadai.
b. Pembinaan kehidupan beragama, baik disekolah, keluarga dan
lingkungan.
c. Adanya komunikasi yang harmonis antara remaja dan orang tua, guru
serta lingkungannya.
d. Selalu berperilaku positif dengan melakukan aktivitas fisik dalam
penyaluran energi remaja yang tinggi seperti berolahraga.
e. Perlunya pengembangan diri dengan berbagai program/hobi baik di
sekolah maupun dirumah dan lingkungan sekitar.
f. Mengetahui secraa pasti gaya hidup sehat sehingga mampu
menangkal pengaruh atau bujukan memakai obat terlarang.
g. Saling menghargain sesama remaja (peer group) dan anggota
keluarga.
h. Penyelaesaian berbagai masalah dikalangan remaja/pelajar serta
positif dan konstruktif.
6. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek
dan objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan juga
merupakan proses sadar dan sistematis disekolah, keluarga, dan
masyarakat untuk menyampaikan suatu maksud dari suatu konsep yang
sudah
diterapkan.
mempunyai
Tujuan
kemampuan
pendidikan
dan
yaitu
ketrampilan
diharapkan
secara
individu
mandiri
untuk
ditentukan
oleh
kualitas
pendidikan
yang
diperoleh.
Pendidikan yang baik dan berkualitas saat melhirkan individu yang baik
dan berkualitas pula. Sebaliknya apabila pendidikan yang diperoleh tidak
32
baik dan tidak berkualitas, maka hal ini akan berdampak terhadap kualitas
SDM yang dibangun. Peningkatan pendidikan bagi kaum perempuan
merupakan keharusan yang tidak dapat dielakkan demi mencapai
kesetaraan dan keadilan gender. Analisis gender dalam pembangunan
pendidikan ditingkat nasional menemukan adanya kesenjangan gender
dalam pelaksanaan pendidikan terutama di tingkat SMK dan perguruan
tinggi, namun lebih seimbang peda tingkat SD, SMP, dan SMU.
Kecenderungan adalah semakin tinggi jenjang pendidikan, maka makin
meningkat kesenjangan gendernya.
Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita, karena
pendidikan yang tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup,
membuat keputusan yang menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri.
Seorang wanita yang lulus dari perguruan tinggi akan lebih mudah
mendapatkan pekerjaan dan mampu berperilaku hidupn sehat bila
dibandingkan dengan seorang wanita yang memiliki pendidikan rendah.
Semakin tinggi pendidikan seorang wanita maka ia semakin mampu
mandiri dengan sesuatu yang menyangkut diri mereka sendiri.
BAB III
PENUTUP
Beberapa kesimpulan yang bisa ditarik dari Peranan Perempuan Dalam Pelayanan
Kesehatan Dasar adalah :
A. Perempuan selain sebagai mahluk kodrati, dia juga sebagai mahluk social
yang bisa berperan dimana saja, di semua bidang pembangunan termasuk
pembangunan kesehatan
B. Perempuan memiliki posisi
yang
sangat
penting
disemua
33
lini
34