You are on page 1of 2

Anatomi Sepak Bola: Central Winger/ Wide

Playmaker
Saya jarang sekali menyaksikan pertandingan Real Madrid selama full 90 menit untuk bisa memberi
komentar mendalam seputar aspek teknis, tapi sepekan yang lalu saya tiga kali menonton Real
Madrid bermain -- dua kali melawan Bayern Munich dan sekali melawan Barcelona -- dan pemain
yang paling menarik perhatian bukanlah Cristiano Ronaldo, tapi Mesut Ozil.
Ozil adalah tipe pemain yang bisa diharapkan untuk menciptakan sulap di lapangan
dengan passing ajaib dan visi lapangan yang luar biasa. Penampilannya yang luar biasa bersama
Jerman di Piala Dunia 2010 menjadikannya salah satu bintang turnamen yang kemudian
mengantarnya untuk mendarat di Santiago Bernabeu.
Sekilas kita akan dengan mudah mendeskripsikannya sebagai pemain klasik bernomor 10 yang akan
menjadi sentral serangan setiap tim, tapi kenyataannya Ozil lebih dari sekadar Juan Roman Riquelme
lainnya.
Jika kita memperhatikan positioning Ozil dalam tiga pertandingan tersebut, Ozil akan memulai laga di
posisi sentral. Dengan Karim Benzema sebagai ujung tombak dan Cristiano Ronaldo yang diberi
lisensi untuk bergerak sesuka hatinya, Ozil bermain di belakang mereka dan menjadi otak serangan
dari tim.
Yang menarik adalah bagaimana sebagai seorang playmaker, Ozil tak hanya diam di tengah lazimnya
seorang trequartista/enganche, tapi ia juga sering berada di sayap.
Michael Cox dari Zonal Marking menyebut posisi Ozil ini sebagai central winger, sebuah oksimoron
yang menurutnya tak salah-salah amat jika perhatikan di lapangan. Beberapa orang lain
menyebutnyawide playmaker. Ada dua jenis central winger: Mereka yang pada dasarnya gelandang
tengah lalu bergeser ke sayap, atau mereka yang dasarnya pemain sayap lalu bergeser ke tengah.
Ozil adalah jenis central winger yang pertama. Kemampuannya lebih dari cukup untuk bermain di
tengah, tapi cenderung untuk bergeser ke sayap saat menyerang dan di sisi lapangan ia tak
kehilangan kemampuan passing dan visi lapangannya yang luas.
Ada beberapa faktor mengapa gelandang tengah seperti Ozil gemar bergeser ke tengah. Yang paling
utama adalah untuk membebaskan diri dari gelandang bertahan lawan yang membatasi ruang gerak
mereka.
Gelandang bertahan yang under-rated, Luis Gustavo melakukan pekerjaan yang baik dalam dua leg
untuk menghambat kreativitas Ozil sehingga dorongan naluriah plus instruksi Jose Mourinho
menggesernya agak ke sayap. Ini bukan hal baru bagi Ozil. Saat bermain di Werder Bremen dulu,
Ozil dikenal sebagai seorang gelandang tengah yang sewaktu-waktu bisa bermain sebagai auxillary
winger.
Pemain lain yang juga bisa bermain sebagai central winger adalah Andres Iniesta. Dengan mata
telanjang pun kita bisa melihat bahwa Iniesta memiliki mobilitas dan kemampuan dribble yang lebih
tinggi dari Xavi sehingga ia bisa ditempatkan di sayap. Xavi dan Iniesta sama-sama akan memulai
pertandingan dari tengah, tapi Iniesta mempunyai kecenderungan untuk bergerak ke pinggir, posisi di
mana kecepatannya bisa lebih termaksimalkan. Saat itu dikombinasikan dengan
kemampuanpassing-nya, maka posisi Iniesta akan menjadi sangat berbahaya.
Jenis central winger yang kedua lebih berani. Jika melihat gelandang tengah bertalenta bermain di
sayap sebagai salah satu bukti kehebatannya yang biasa, maka melihat sayap bermain di tengah
lebih menarik untuk disimak.
Sebelum dikenal sebagai seorang aktor di kotak penalti musim ini bersama Manchester United,
Ashley Young sebenarnya menjalani posisi yang sangat menggoda di Aston Villa: wide playmaker.

Setelah sekian lama menyisir sayap kiri di Villa Park, musim lalu Young dipasang oleh Gerard Houllier
sebagai gelandang tengah, posisi yang mengharuskannya untuk mendikte permainan sekaligus
memberi ruang lebih padanya untuk melepaskan tendangan jarak jauh.
Fleksibilitas posisi Young di Villa kemudian ditiru oleh Fabio Capello yang beberapa kali
menempatkan bekas pemain Watford ini di belakang striker dalam beberapa pertandingan tim
nasional Inggris di kualifikasi Piala Eropa.
Keuntungan lain dari menggunakan central winger/wide playmaker selain untuk membebaskan
playmaker dari hadangan gelandang bertahan lawan adalah untuk memberi peluang bagi sebuah tim
yang kekurangan agresivitas di sisi sayap. Ozil mencuri perhatian publik di Bremen dulu karena gaya
permainannya memberi kelebaran bagi skema diamond permainan tim tersebut yang tak memiliki
pemain sayap.
Pemain lain yang juga bisa bermain di posisi central winger adalah gelandang Bayern Munich, Franck
Ribeiry. Berbeda dengan Arjen Robben yang bermain sebagai sayap tradisional meski di sisi yang
berlawanan dengan kaki terkuatnya (inverted), Ribeiry juga gemar untuk merangsek ke tengah selain
beroperasi di daerah sayap. Rekan setim Ribeiry di timnas Prancis, Mathieu Valbuena juga memiliki
kecenderungan serupa.
Penggunaan Central Winger/Wide Playmaker bukanlah sesuatu yang revolusioner dalam evolusi
taktik sepak bola belakangan ini. Central Winger rasanya tidak akan memicu tren dalam kalangan
pelatih sepak bola dunia seperti strategi false nine atau 3-and-a-half centre backs.
Tidak juga akan menjadi opsi pertama bagi banyak manajer sepak bola untuk mengubah posisi
gelandang tengah menjadi sayap dan sebaliknya. Tapi penggunaan Central Winger ini menunjukkan
betapa para gelandang yang memiliki fleksibilitas posisi mempunyai keuntungan yang lebih untuk
digunakan oleh pelatih.

You might also like