You are on page 1of 3

UJIAN AKHIR SEMESTER EKOLOGI TERESTERIAL (KHUSUS ANGKATAN 2010)

Semester
Dosen
Hari, tgl
Waktu

:
:
:
:

Semester Genap Tahun 2013/2014


Rendy Setiawan SSi. MSi.
Senin, 2 Juni 2014
120 menit

KOMUNITAS BURUNG TERESTERIAL DI SUAKA MARGASATWA PULAU RAMBUT


Pulau Rambut merupakan salah satu pulau dari 108 gugusan pulau di Teluk Jakarta. Sejak 1999,
Pulau rambut memiliki status sebagai suaka margasatwa. Pulau ini sangat penting karena kekhasannya
sebagai satu-satunya tempat hidup dan berbiak yang ideal serta aman bagi Burung Air di sekitar Teluk
Jakarta. Setidaknya 13 jenis burung air terdapat di pulau ini. Selain itu, di pulau ini terdapat pulau jenis
burung teresterial.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode transek untuk menghitung
kenakeragaman dan kelimpahan burung teresterial. Masing-masing satu jalur sepanjang 100 m
ditetapkan pada habitat hutan pantai dan hutan sekunder campuran. Tiga jalur dengan masing-masing
panjang 100 m berada dihutan mangrove karena terdapat perbedaan asosiasi vegetasi mangrove. Profil
vegetasi dibuat petak berukuran 50x10 m di setiap jalur. Data yang diambil meliputi keanekaragaman
jenis burung tersesterial mencakup jenis yang dijumpai, komposisi dan jenis pakan, pemanfaatan habitat
(vertikal dan horizontal) serta jenis yang dilindungi.
Tipe habitat yang dijumpai di Suaka margasatwa pulau rambut adalah Hutan Pantai, hutan
campuran, dan hutan mangrove. Jenis burung teresterial yang ditemukan adalah 20 jenis. Sebanyak 18
jenis ditemukan dihutan pantai, 11 jenis dihutan sekunder campuran, 10 jenis dihutan mangrove bagian
utara, dan 11 jenis dihutan mangrove bagian barat dan timur. Jenis burung yang dominan adalah
Acridotheres javanicus dan Collocalia linchi. Oriolus chinensis, Gerygone sulphurea, Antreptes
malacensis, Acridotheres javanicus, dan Nectarinia jugularis adalah jenis yang dapat dijumpai di semua
tipe habitat. Terdapat 6 jenis burung yang dilindungi dan semuanya merupakan burung non endemik.
Semua jenis burung yang di Suaka margasatwa Pulau Rambut umum dijumpai di pesisir utara Pulau
Jawa dan merupakan jenis burung kosmopolit.
Kelimpahan beberapa jenis burung di Suaka Margasatwa Pulau Rambut
Lokasi habitat penelitian
Hutan
Hutan
Hutan
Hutan
No
Nama Spesies
Hutan
Sekunder Mangrove Mangrove mangrove
Pantai
Campuran
Utara
Barat
Timur
1
Corvus enca
11
11
7
0
5
2
Ducula bicolor
18
8
3
0
7
3
Oriolus chinensis
28
17
15
18
8
4
Antreptes malacensis
5
17
8
2
6
5
Nectarinia jugularis
9
15
9
17
7
6
Alcedo coerulescens
3
5
0
1
6
7
Artamus leucorhynchus
4
5
0
0
3
8
Copsychus saularis
21
0
3
18
2
9
Lonchura punctulata
12
8
14
7
0
10 Dicrurus hottentotus
4
11
0
4
0
11 Acridotheres javanicus
77
39
93
59
63
12 Gerygone sulphurea
7
0
0
2
1
13 Collocalia linchi
71
0
65
40
28
14 Dicaeum trochielum
6
0
0
13
9
15 Streptopelia chinensis
0
3
5
8
1
Kelimpahan Jumlah Individu
Indeks keanekaragaman jenis (H)
Indeks kemerataan spesies (E)
Indeks kekayaan spesies (R)
Jawab pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan jelas (sertakan hasil perhitungannya)
1. Lokasi habitat manakah yang memiliki nilai H tertinggi dan terendah? Jelaskan alasannya (15)
2. Lokasi habitat manakah yang memiliki nilai E tertinggi dan terendah? Jelaskan alasannya (15)
3. Lokasi habitat manakah yang memiliki nilai R tertinggi dan terendah? Jelaskan alasannya (15)
4. Menurut anda, mengapa spesies burung Acridotheres javanicus merupakan jenis burung yang paling
dominan yang terdapat pada semua lokasi habitat? (5)

STATUS CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULAR HUTAN PANTAI DAN HUTAN


MANGROVE PASCATSUNAMI (STUDI KASUS DI PROVINSI NANGGROE
ACEH DARUSSALAM DAN PULAU NIAS)
Kawasan hutan mangrove seluas 1.593.057 ha sebagian besar terdapat di wilayah pesisir
berupa kawasan hutan pantai dan mangrove. Kondisi hutan mangrove di Aceh berdasarkan data tahun
2000 menunjukkan bahwa hutan mangrove yang kondisinya baik hanya seluas 30.000 ha, di antaranya,
di pesisir Pulau Semeulue, yang rusak mencapai 25.000 ha dan yang kondisinya sedang seluas 286.000
ha. Pada saat ini kondisi kedua formasi hutan tersebut mengalami kerusakan yang cukup parah akibat
bencana tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004.
Penelitian ini dilakukan di daerah yang terserang tsunami (Meulaboh, Banda Aceh, Pidie, dan
Nias), Nanggroe Aceh Darussalam. Data vegetasi diambil melalui teknik analisis vegetasi dengan
membuat jalur yang lebarnya 10 m dan panjangnya 100 m. Di dalam setiap unit sampel (jalur), dibuat
sub-sub unit petak untuk pengamatan permudaan dengan ukuran 2 m x 2 m untuk semai, 5 m x 5 m
untuk pancang, dan 10 m x 10 m untuk pohon. Luas area total untuk pohon adalah 10000 m 2 (1 ha).
Jumlah plot total adalah 20 plot. Secara umum, vegetasi mangrove di pantai barat Nanggroe Aceh
Darussalam berada dalam kondisi hancur. Berdasarkan pengamatan, vegetasi yang mendominasi pada
kawasan tersebut adalah Nypa fruticans, dan secara sporadis tumbuh Rhizophora mucronata yang terdiri
atas 4 sampai 6 pohon dengan diameter sekitar 11 cm dan tinggi sekitar 3.5 m. Rhizophora memiliki
semai yang banyak tersebar luas disekeliling pohon dan tingkat pertumbuhannya paling cepat dibanding
jenis mangrove lain. Permudaan tingkat semai dan pancang tidak ditemukan saat pengamatan dilakukan.
Selain ditumbuhi oleh kedua jenis di atas, kawasan tersebut juga ditumbuhi jenis Sonneratia sp. yang
terlihat dari sisa pohon yang sudah tumbang dan diidentifikasi dari akar pasak yang ada. Pada areal
mangrove yang telah dikonversi menjadi tambak, dijumpai jenis Sonneratia sp. yang tumbuh di
pematang tambak yang sudah ditutupi lumpur akibat tsunami.
Secara umum tanah di lokasi penelitian relatif tidak subur, yang dicirikan dengan pH tanah
yang masam, bahan organik yang rendah sampai dengan sedang, dan kandungan N dan P yang sangat
rendah. Kondisi tanah seperti ini pada umumnya merupakan tipe tanah yang terdapat pada lokasi
penelitian, yaitu Aluvial yang setara dengan Entisol. Sebagai akibatnya tanah tipe ini memiliki kadar
bahan organik yang rendah, basa telah tercuci habis, dan kompleks pertukaran dijenuhi oleh Al dan Fe.
Indeks nilai penting (INP) vegetasi mangrove tingkat pohon di Pantai Nanggroe Aceh Darussalam
Jumlah
K
KR
Jmlh
F
FR
Luas
D
DR
2
Jenis
Individu (ind/ (%) kehadiran
(%)
basal
(m /ha) (%) INP
m2)
(plot)
area (m2)
Avicennia marina
9
0.09 18%
3
0.15 11.9
35
0.35
32.7
%
%
Avicennia officinalis
1
0.01 2%
1
0.05 3.97
1
0.01
0.9
%
%
Casuarina equisetifolia
1
0.01 2%
1
0.05 3.97
2
0.02
1.8
%
%
Rhizophora apiculata
2
0.02 4%
1
0.05 3.97
6
0.06
5.6
%
%
Rhizophora mucronata
32
0.32 64%
16
0.8 63.4
53
0.53
49.5
9%
%
Rhizophora stylosa
3
0.03 6%
2
0.1 7.93
3
0.03
2.8
%
%
Sonneratia alba
1
0.01 2%
1
0.05 3.97
3
0.03
2.8
%
%
Xylocarpus granatum
1
0.01 2%
1
0.01 0.79
4
0.04
3.73
%
%
Keterangan: K = kerapatan, KR = kerapatan relatif, F = frekuensi, FR = frekuensi relatif, D =
dominansi, DR = dominansi relatif, INP = indeks nilai penting
Jawab pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan jelas (sertakan hasil perhitungannya)
5. Jenis mangrove apakah yang memiliki nilai INP tertinggi? Jelaskan alasannya (15)
6. Jenis mangrove apakah yang memiliki nilai INP terendah? Jelaskan alasannya (15)
7. Menurut anda, mengapa tumbuhan mangrove mampu survive pada daerah tepi pantai dan mampu
bertahan terhadap bencana tsunami di Aceh? (15)

8. Menurut anda, mengapa mangrove Genus Rhizophora merupakan jenis yang paling dominan terdapat
di Pantai Aceh? (5)
Catatan
Jawaban dianggap benar jika hasil perhitungan sama dengan kunci jawaban atau range 0.05
Jika ketahuan berbuat curang (mencontek, membuka HP atau menukar soal) maka nilai dianggap 0
Pengerjaan boleh tidak urut, kerjakan soal yang menurut anda lebih mudah (mis: soal analisis)
Soal diberi nama, boleh di coret-coret dan dikumpulkan kembali beserta lembar jawaban

You might also like