Professional Documents
Culture Documents
EKOSISTEM
Oleh :
Ninditan Fitria Primasari
( 121810401001 )
( 131810401035 )
Maulana Makhmud
( 131810401044 )
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
6, Maret 2015
Penulis
Daftar Isi
Cover........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1
Latar belakang...........................................................................................4
1.2
Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3
Tujuan........................................................................................................5
1.4
Manfaat......................................................................................................5
Pengertian Ekosistem................................................................................6
2.2
Komponen-komponen Ekosistem............................................................7
2.3
2.4
2.4.1
Hukum Termodinamika......................................................................11
2.4.2
Rantai Makanan..................................................................................12
2.4.3
Jaring Makanan...................................................................................13
2.5
2.6
Produktivitas Ekosistem..........................................................................19
2.7
Stabilitas Ekosistem................................................................................22
2.8
2.9
Tipe-tipe ekosistem.................................................................................24
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, yaitu
seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman pada tahun 1869. Istilah ekologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal
atau tempat hidup atau habitat, dan logos yang berarti ilmu, telaah, studi, atau
kajian (Soemarwoto, 1983).
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan timbal
balik antar organisme hidup dengan lingkungannya. Salah satu kajian dari ekologi
adalah ekosistem tempat organism itu hidup. Ekosistem (satuan fungsi dasar
dalam ekologi) adalah suatu sistem yang didalamnya terkandung komunitas hayati
dan saling mempengaruhi antara komponen biotik dan abiotik (Odum,1998).
Isilah ekosistem pertama kali diusulkan oleh seorang ahhi ekologi
berkebangsan Inggris bernama A. G. Tansley pada tahun 1935 yang menyatakan
bahwa ekosistem adalah suatu unit ekologi yang di dalamnya terdapat struktur dan
fungsi. Organisme atau makhluk hidup apapun dan dimanapun mereka berada
tidak dapat hidup sendiri. Kelangsungan hidup mereka bergantung pada
organisme yang lain dan lingkungannya. Hubungan organisme satu dengan yang
lainnya dan dengan semua komponen lingkungannya sangat kompleks (rumit),
dan bersifat timbal balik. Hubungan yang demikian itu alamiah artinya hubungan
yang terjadi secara otomatis pada sistem alam atau sistem ekologi yang dikenal
dengan ekoistem (Resosoedarmo, 1986).
1.2
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
Sebagai tambahan informasi kepada mahasiswa mengenai ekosistem baik
komponen, siklus-siklus yang terjadi dalam ekosistem serta macam-macam
ekosistem.
2.1
Pengertian Ekosistem
Beberapa penulis menggunakan istilah yang berbeda dalam mengartikan
istilah ekosistem, namun dengan maksud yang sama. Misalnya pada tahun 1877
seorang ahli ekologi bangsa Jerman bernama Karl Mobiustelah menulis tentang
komunitas organisme dalam batu karang, dan menggunakan istilah yang
bermakna sama dengan ekosistem yaitu biocoenosis. Pada tahun 1887 seorang
ahli ekologi dari Amerika bernama S.A. Forbes, menggunakan istilah microcosm.
Seorang ahli berkebangsaan Rusia bernama V.V. Dokuchaev dan G. F. Morozov
(1846-1903) menggunakan istilah biokoenosis dalam menyebut ekosistem.
Friederichs
(1930)
menggunakan
istilah
holocoen,
Thienemann
(1939)
Istilah ekosistem pertama kali dikemukakan oleh A.G. Transley pada tahun
1935, berkebangsaan Inggris. Ekosistem adalah suatu unit ekologi yang di
dalamnya terdapat struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksud adalah
berhubungan denga keanekaragaman spesies (species diversitty). Adapun
kata fungsi yang dimaksud oleh Transley adalah brhubungan dengan siklus
materi dan arus energi melalui komponen-komponen ekosistem (Setiadi,
1983).
Menurut Woodbury (1945) dalam ekosistem adalah tatanan kesatuan secara
kompleks yang di dalamnya terdapat habitat, tumbuhan, dan binatang yang
dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh, sehingga semuanya
menjadi mata rantai siklus materi dan aliran energi (Setiadi, 1983).
Ekosistem yaitu unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya
mencakup organisme dan lingkungan (biotik dan abiotik), dan diantara
keduanya saling berpengaruh (Odum, 1993).
karnivora besar dan memakan binatang lain yang masih hidup, contoh :
anjing, kucing, rubah, anjing hutan, burung prenjak, burung jalak, dan
burung gagak. Omnivora, yaitu organisme yang memakan herbivora dan
tumbuhan hijau, contoh : manusia dan burung gereja.
c. Konsumen ketiga adalah golongan karnivora besar (karnivora tingkat
tinggi). Karivora besar,, yaitu binatang yang memakan atau memangsa
karnivora kecil, herbivora, maupun omnivora, contoh : singa, harimau,
serigala, dan burung rajawali.
d. Mikrokonsumen adalah organisme yang hidupnya sebagai parasit,
scavenger, dan saproba. Parasit tumbuhan maupun binatang hidupnya
bergantung pada sumber makanan dari inangnya. Sedangkan scavenger
dan saproba hidup dengan memakan bangkai binatang dan tumbuhan
yang telah mati.
4. Komponen pengurai, yaitu mikroorganisme yang hidupnya bergantung kepada
bahan organik dari organisme yang telah mati (binatang, tumbuhan, dan
manusia yang telah mati). Mikroorganisme pengurai tersebut pada
umumnya terdiri dari bakteri dan jamur. Dentritivor, yaitu organisme
pemakan partikel-partikel organik atau detritus. Contohnya cacing tanah,
lipang, dan siput. Berdasarkan tahap dalam proses penguraian bahan organik
dari organisme mati, maka organisme pengurai terbagi atas dekomposer dan
transformer (Setiadi, 1983).
Dekomposer, yaitu mikroorganisme yang menyerang bangkai hewan dan
sisa tumbuhan mati, kemudian memecah bahan organik kompleks menjadi
lebih sederhana, proses dekomposisi tersebut disebut humufiksasi yang
menghasilkan humus. Contohnya jamur dan bakteri. Transformer, yaitu
mikroorganisme yang meneruskan proses dekomposisi dengan mengubah
ikatan organik sederhana menjadi bahan anorganik yang siap dimanfaatkan
lagi oleh produsen (tumbuhan), dan proses dekomposisi itu disebut
mineralisasi yang menghasilkan zat hara (Indriyanto, 2006).
2.3
10
didefinisikan
sebagai
kemampuan
untuk
melakukan
kerja
(Odum,1993). Energi yang dimiliki oleh setiap organisme hidup adalah energi
kimia yang diperoleh dari makanannya dalam bentuk protein, karbohidrat, lemak,
dan sebagainya. Energi tersebut diciptakan pertama kali pada tingkatan produsen,
yaitu tumbuhan hijau dengan mengubah energi matahari ke dalam bentuk energi
potensial. Energi potensial adalah energi yang tersimpan dan dapat digunakan
11
untuk melakukan kerja, contohnya protein, karbohidrat, dan lemak. Energi kinetik
adalah energi yang terlepaskan atau energi yang dibebaskan oleh organisme
berupa energi gerak (Indriyanto, 2006).
Sinar matahari merupakan sumber energi di dalam ekosistem yang oleh
tumbuhan hijau dapat diubah menjadi energi kimia dalam bentuk senyawa
karbohidrat (glukosa) melalui proses fotosintesis. Reaksi fotosintesis adalah
sebagai berikut :
6CO2 + 12 H2O
kloro
fil
C6H12O6 + 6 O2 + 6H2O
dapat digunakan oleh organisme. Aliran energi dalam ekosistem terlihat pada
rantai makanan dan juga jaring-jaring makanan (Soemarwoto, 1980).
2.4.1
Hukum Termodinamika
Energi di alam bebas atau di ekosistem ini tunduk pada hukum
12
Rantai Makanan
Rantai makanan adalah transfer atau pemindahan energi dari sumbernya
melalui serangkaian organisme yang dimakan dan yang dimakan (Odum, 1993).
Dalam ekosistem, hanya tumbuhan hijau yang mampu menangkap energi radiasi
matahri dan mengubahnya kedalam bentuk energi kimia dalam tubuhnya,
misalnya karbohidrat, protein, dan lemak. Energi makanan yang dibuat oleh
tumbuhan hijau itu sebagian lagi merupakan sumber daya yang dimanfaatkan oleh
herbivora. Herbivora dimangsa oleh karnivora, dan karnivora dimangsa oleh
karnivora lainnya, demikian seterusnya terjadilah proses pemindahan energi dan
materi dari satu organisme ke organisme yang lain dan ke lingkungannya. Dari hal
tersebut dapat dilihat bahwa satu kehidupan dapat menyokong kehidupan yang
lainnya. Dengan kata lain, dari satu organisme ke organisme yang lain akan
terbentuk suatu rantai yang disebut dengan rantai makanan (Resosoedarmo,
1986).
Pada prinsipnya, rantai makanan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok
sebagai berikut :
1. Rantai pemangsa, yaitu pemindahan energi dan materi dari produsen
(tumbuhan) ke binatang kecil, kemudian ke binatang yang besar, dan
berakhir pada binatang paling besar.
2. Rantai parasit, yaitu pemindahan energi dan materi dari organisme
besar ke organisme kecil.
3. Rantai saprofit, yaitu pemindahan energi dan materi dari organisme
mati (bahan organik) ke mikroorganisme atau jasad renik (Indriyato,
2006).
2.4.3
Jaring Makanan
Jaring makanan, yaitu gabungan dari berbagai rantai makanan (Odum,
1993). Ketiga kelompok rantai makanan saling berkaitan. Dengan kata lain, jika
tiap rantai makanan yang ada di ekosistem disambungkan dan membentuk rantai
makanan yang lebih kompleks, maka terbentuk jaring makanan. Jaring makanan
13
Tingkat Trofik
Menurut Heddy (1986), tingkat trofik menunjukkan urutan organisme
dalam rantai makanan pada suatu ekosistem. Oleh karena itu, berbagai organisme
yang memperoleh sumber makanan melalui langkah yang sama dianggap
termasuk dalam tingkat trofik yang sama (Resosoedarmo, 1986; Odum, 1993).
Berdasarkan pemahaman tingkat trofik, maka organisme dalam ekosistem
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Tingkat trofik pertama, yaitu semua organisme yang bersatu sebagai
produsen. Semua jenis tumbuhan hijau membentuk tingkat trofik
pertama.
2. Tingkat trofik kedua, yaitu semua organisme yang bersatu sebagai
herbivora (komsumem primer).
3. Tingkat trofik ketiga, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai
herbivora kecil (konsumer sekunder).
4. Tingkat trofik keempat, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai
karnivora besar (karnivora tingkat tinggi).
5. Tingkat trofik kelima, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai
perombak (dekomposer dan transformer) atau semua mikroorganisme
(Indriyanto, 2006).
2.4.5
(standing crop) per satuan luas atau dengan pernyataan jumlah energi yang terikat
per satuan luas per satuan waktu pada tiap tingkat trofik secara berurutan. Makin
panjang rantai makanan, energi yang tersedia bagi kelompok organisme yang
terakhir makin kecil (sedikit) (Indriyanto, 2006).
Odum (1993) dan Resosoedarmo (1986) menyatakan bahwa piramida
ekologi dapat menggambarkan (secara grafik) struktur trofik dan fungsi trofik.
14
Struktur dan fungsi trofik dapat terlihat pada masing-masing tipe piramida, yaitu
piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida energi (Odum, 1993).
Masing-masing tipe piramida dijelaskan sebagai berikut :
1. Piramida jumlah, yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya
penurunan jumlah individu organisme tiap tahap tingkatan trofik. Dalam
piramida jumlah, yang dilukiskan adalah jumlah individu organisme yang
ada pada tiap tingkat trofik. Umumnya karnivora lebih besar dan kuat
daripada produsen dan herbivora, karnivora sekunder lebih besar dan kuat
daripada karnivora primer, dan seterusnya. Oleh karena itu, jika ukuran
atau kekuatan organisme makin bertambah pada tiap tingkat trofik, maka
jumlah organisme pada tiap tingkat trofik secara berurutan makin kurang
kecuali untuk tingkat pengurai.
2. Piramida biomassa, yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya
penurunan atau peningkatan biomassa organisme pada tiap tahap tingkat
trofik. Piramida biomassa pada ekosistem daratan dan ekosistem perairan
terjadi perbedaan bentuk. Pada ekosistem daratan, piramida biomassanya
tegak dan memili jumlah organisme produsen yang lebih banyak
dibandingkan jumlah organisme konsumen pada tiap tingkat trofik, dan
siklus hidup organisme produsen umumnya lebih panjang, maka biomassa
semua produsen pada tahap waktu selalu lebih besar, sedangkan biomassa
konsumen makin kecil menuju ke puncak piramida. Adpun pada ekosistem
perairan memiliki piramida biomassa terbalik karena biomassa konsumen
selalu lebih besar daripada biomassa produsen.
3. Piramida energi, yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya
penurunan tingkat energi pada tiap tahap tingkat trofik. Kehilangan energi
yang terjadi dapat dipahami dengan Hukum Termodinamika II bahwa
setiap ada pengubahan energi akan menimbulkan hilangnya energi yang
dipakai. Akibat hilangnya energi ini maka total jumlah energi pada tiap
tingkat trofik lebih rendah dari tingkat trofik sebelumnya dan umumnya
jauh lebih rendah. Energi pada herbivora lebih rendah daripada produsen
15
unsur. Hydrogen, karbon, dan oksigen merupakan penyusun utama tubuh mahluk
hidup. Nitrogen, fosfor, kalium, sulfur, dan magnesium merupakan unsur-unsur
yang banyak diperlukan oleh organisme hidup sehingga disebut unsur makro.
Seng, kobalt, molybdenum, besi, klor, natrium, mangan, dan boron diperlukan
dalam jumlah sedikit tetapi unsur-unsur ini terlibat dalam reaksi-reaksi penting
dalam tubuh organisme dan dikategorikan sebagai unsur mikro (Suwasono, 1994).
Terdapat beberapa siklus yang terjadi didalam ekosistem, antara lain yaitu
a. Siklus Karbon
Karbon merupakan bahan dasar penyusun senyawa organik. Di dalam
organisme hidup terdapat 18% karbon. Kemampuan saling mengikat pada atomatom karbon (C) merupakan dasar bagi keragaman molekul dan ukuran molekul
yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Selain terdapat dalam bahan organik,
karbon juga ditemukan dalam senyawa anorganik, yaitu gas karbondioksida (CO 2)
dan batuan karbonat (batu kapur dan koral) dalam bentuk calsium karbonat
(CaCO3). Organisme autotrof (tumbuhan) menangkap karbon dioksida dan
mengubahnya menjadi karbohidrat, protein, lipid, dan senyawa organik lainnya.
Bahan organik yang dihasilkan tumbuhan ini merupakan sumber karbon bagi
hewan dan konsumen lainnya.
16
17
dan partikel tanah mengikat fosfat sedemikian rupa, sehingga siklus fosfor
terlokalisir dalam ekosistem. Namun, fosfor dapat dengan mudah terbawa aliran
air yang pada akhirnya terkumpul di laut. Erosi yang terjadi akan mempercepat
pengurasan fosfat di samping pelapukan batuan yang sejalan dengan hilangnya
fosfat. Fosfat yang berada di lautan secara perlahan terkumpul dalam endapan
yang kemudian tergabung dalam batuan. Ketika permukaan air laut mengalami
penurunan atau dasar laut mengalami kenaikan, batuan yang mengandung fosfor
ini menjadi bagian dari ekosistem darat. Dengan demikian, fosfat mengalami
siklus di antara tanah, tumbuh an, dan konsumen dalam waktu tertentu.
c. Siklus Nitrogen
Atmosfer mengandung lebih kurang 80% atom nitrogen dalam bentuk gas
nitrogen (N2). Di dalam organisme, nitrogen ditemukan dalam semua asam amino
yang merupakan penyusun protein. Bagi tumbuhan, nitrogen tersedia dalam
bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-) yang masuk ke dalam tanah melalui air
hujan dan pengendapan debu-debu halus atau butiran lainnya. Beberapa
tumbuhan, seperti seperti Bromeliaceaeepifit yang ditemukan di hutan hujan
tropis, memiliki akar udara yang dapat mengambil NH4+ dan NO3- secara langsung
dari atmosfer. Jalur lain penambahan nitrogen dalam ekosistem adalah melalui
fiksasi nitrogen (nitrogen fixation).
Fiksasi nitrogen merupakan proses perubahan gas nitrogen (N2) menjadi
mineral yang digunakan untuk mensintesis senyawa organik seperti asam amino.
Nitrogen difiksasi oleh bakteri Rhizobium, Azotobacter, dan Clostridium yang
hidup bebas dalam tanah. Selain dari sumber alami, sekarang ini fiksasi nitrogen
dibuat secara industri yang digunakan sebagai pupuk. Pupuk bernitrogen ini
memberikan sumbangan utama dalam siklus nitrogen di suatu ekosistem akibat
kegiatan pertanian. Meskipun tumbuhan dapat menggunakan amonium secara
langsung, tetapi sebagian besar amonium dalam tanah digunakan oleh bakteri
aerob tertentu sebagai sumber energi. Aktivitas ini mengubah ammonium menjadi
nitrat (NO3 kemudian menjadi nitrit (NO2-). Proses ini disebut nitrifikasi.
18
2.6
Produktivitas Ekosistem
Sumber daya energi yang utama untuk semua tingkat trofik adalah radiasi
matahari. Suatu permukaan yang tidak terlindungi dan mendapat radiasi sinar
matahari secara langsung, maka permukaan itu akan menerima energi dari radiasi
matahari dengan kecepatan 1,94 g-kalori/cm2/menit, akan tetapi pada umumnya
radiasi matahari yang dapat mencapai permukaan bumi hanya 46%, hal itu
19
20
mengambil
bahan
organik
dari
organisme
autotrof
dan
21
2.7
Stabilitas Ekosistem
Ekosistem memiliki sifat sibernetika yang berarti mengebudi atau
penguasaan, dengan arti bahwa fungsi pengendalian sifat internal dan menyebar.
Di alam, ada beberapa spesies atau komponen yang dapat melakukan fungsi
tertentu. Hal ini memungkinkan terjadinya stabilitas, derajat stabilitas yang dapat
dicapai sangat bervariasi, tergantung pada hambatan-hambatan lingkungan dan
efisiensi dari pengendalian di alam.
Persistensi adalah kemampuan untuk menjaga kestabilan tanpa ada
gangguan
(Whitten, 1999).
Berikut ini adalah arti dari stabilitas, yaitu:
1. Konstan (constancy). Kurang adanya perubahan dalam beberapa parameter
dariekosistem seperti jumlah jenis, bentuk kehidupan dalam komunitas,
kenampakan fisik lingkungan.
2. Menetap (persistence). Panjangnya waktu sehingga ekosistem konstan atau
mampu memelihara kondisi khusus di dalam ikatan tertentu.
22
23
2.9
Tipe-tipe ekosistem
Secara umum ada dua macam ekosistem, yaitu ekosistem alami yang
24
(1) Amerika Tengah dan selatan, (2) Afrika, (3) Asia tenggara. Distribusinya
paling jelas sering dijumpai di Lembah Amazon, Amerika selatan, Lembah
Kongo, Afrika, dan Asia Teenggara di Indonesia. India Barat dan Muangthai.
Pohon-pohon umumnya mempunya tiga lapisan: (1) pohon-pohon yang sangat
menjulang tinggi, (2) Lapisan tajuk, yang membentuk permadani hijau dengan
tinggi berkesinambungan antara 25-30 m, (3) sratum tumbuhan bawah yang
memiliki pembuka tajuk.
2. Hutan gugur daun ugahari
Ekosistem ini terdapat didaerah amerika bagian timur, dieropa dan di asia
timur. Di negara eropa, hutan gugur daunugahari ini dipengaruhin oleh
manusia, sedangkan di amerika utara bagian indian hanya sedikit sekali
sehungga di amerika hutan ini masih asli. Dihutan ini perbedaan antara musim
dingi dan musim panas sangat besar. Lapisan-lapisan herba dan semak
cenderung berkembang baik, demikian pula dengan hewan-hewannya (Odum,
1996).
3. Taiga
Taiga merupakan bioma yang didominasi oleh tumbuhan konifer ( bangsa
Coniferales ) khususnya Spruce dan Fir. Taiga ini terbentang dalam zona lebar
yang melintang sepanjang bagian utara Amerika, Eropa dan Asia ke selatan di
gunung-gunung tinggi yang di tumbuhi oleh hutan tusum atau pinus
(Resosoedarmo, dkk, 1985).
4. Tundra
Tundra merupakan ekosistem yang hanya sedikit sekali pepohonan, karena
daerah ini tertutup es.
Terletak
25
5. Hutan sabana
Merupakan padang rumput yang mengalami musim kemarau sangat
panjang dan kering, ditumbuhi oleh pohon-pohon dengan jarak berjauhan dan
diantaranya rerumputan yang tinggi (Soemarwoto, 1980).
Di indonesia sabana ini terletak di Nusa Tenggara Timur dan Irian Yaya.
Vegetasi pohon yang ada di hutan sabana ini berukuran kecil dan pendekpendek, yaitu suku Mimosaeae, Myrtaceae. Hutan sabana yang baluran Jawa
Timur terdapat satwa liar yang berupa banteng, kijang dan rusa.
6. Padang Rumput
Padang rumput merupakan daerah yang hanya didominasi oleh rerumputan
tanpa ada tumbuhan berkayu, sehingga yang terlihat hanya hamparan rumput
yang luas. Biasanya rerumputan yang berkuasa diwilayah ini adalah suku
Poaceae dan Cyperaceae.
Terdapat dua macam padang rumput yaitu padang rumput iklim basah dan
padang rumput iklim kering.
Padang rumput didaerah tropis biasanya berada dalam bentuk sabana yang
terdiri atas pepohonanyang tersebar berjauhan diatas padang rumput (Ewusie,
1990).
26
27
jaring makanan dalam ekosistem. Secara umum ada dua macam ekosistem, yaitu
ekosistem alami yang mencakup ekosistem darat ( Terestrial ) dan ekosistem air
( Akuatik ) dan ekosistem buatan.
DAFTAR PUSTAKA
28