You are on page 1of 47

Manajemen

Sarana dan Prasarana Sekolah

2015

MANAJEMEN
SARANA DAN
PRASARANA
SEKOLAH
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah
Administrasi dan Pengelolaan Sekolah
Dosen Pengampu : Prof.Dr.Joko Sutarto, M.Pd.

Kelompok 6 :
MOHAMAD FADLI
NIM. 0102514062
YUD ANSHARI
NIM. 0102514053
BONIFASIUS KOPONG TEKA
NIM. 0102514061

PROGRAM PASCASARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN KONSENTRASI 0 | P a g e
KEPENGAWASANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
limpahan rahmat dan pertolongan-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berisikan tentang Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah. Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas Mata Kuliah Administrasi dan Pengelolaan Sekolah. Admnistrasi
sekolah adalah seni mengelola sekolah dengan kombinasi kepemimpinan ideal satuan
pendidikan dengan dukungan semua elemen sekolah sehingga mereka dengan penuh
kemauan berusaha keras demi tercapainya tujuan organisasi dan sarana dan Prasarana
adalah elemen dan factor yang sangat strategis yang akan menentukan keberhasilan dari
proses pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah.
Dalam menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan penyusun untuk
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.Joko Sutarto, M.Pd., selaku
Dosen pengampu Mata Kuliah Administrasi dan Pengelolaan Sekolah, kiranya Allah
SWT memberikan balasan yang berlipat ganda.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyajian makalah ini jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan
penulisan selanjutnya. Akhirnya semoga tulisan ini ada guna dan manfaatnya serta
menjadi amal ibadah kita kepadaNya. Amin.

Semarang, 15 Juni 2015


Penulis.
Mohamad Fadli
NIM. 0102514062

1| Page

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul..................................................................................................

Kata Pengantar.. ................................................................................ ..................

Daftar Isi.................................................................................................

........

B. Batasan Masalah................................................................................ ........

C. Rumusan Masalah................................................................................ ........

D. Tujuan................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................

...................

E. Metode Penyusunan...............................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Arti dan Ruang lingkup Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah ............

B. Tujuan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah...................................

C. Prinsip-prinsip Dasar Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah ...............

D. Klasifikasi Sarana dan Prasarana Sekolah Pengelolaan..............................

E. Perencanaan Sarana dan Prasarana Sekolah............................................

11

F. Hakikat Perencanaan Sarana dan Prasarana Sekolah ................................

11

G. Tujuan Perencanaan Sarana dan Prasarana Sekolah .................................

12

H. Manfaat Perencanaan Sarana dan Prasarana Sekolah ...............................

12

I. Unsur yang terlibat dalam Perencanaan Sarana dan Prasarana Sekolah ......

12

J. Persyaratan yang harus diperhatikan dalam Perencanaan ........................

13

K. Prosedur dalam Perencanaan Sarana dan Prasarana Sekolah ....................

13

I.

Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak dan Barang Tidak Bergerak ........

13
L. Pegadaan Sarana dan Prasarana Sekolah.................................................
M.

19

Cara Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah ........................................

20
N. Proses dalam Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah...........................

23

O. Pengendalian dalam pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah ..................

30
2| Page

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
P. Pengaturan Sarana dan Prasarana Sekolah..............................................

31

Q. Inventarisasi Sarana dan .......................................................................

31

R. Penyimpanan Sarana dan Prasarana Sekolah...........................................

33

S. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Sekolah...........................................

33

T. Penggunaan Sarana dan Prasarana Sekolah.............................................

37

U. Penghapusan Sarana dan Prasarana Sekolah...........................................

39

V. Syarat-syarat Sarana dan Prasarana yang dapat dihapuskan ......................

39

W.Cara-cara dan Proses penghapusan.........................................................

40

X. Prinsip-prinsi Manajemen Sarana dan Prasarana. ........................................

41

BAB III PENUTUP

A. Simpulan..............................................................................................

44

B. Saran....................................................................................................

45

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

46

3| Page

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah


Sarana dan Prasarana sekolah merupakan salah satu faktor penunjang dalam
pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Tentunya hal tersebut
dapat dicapai apabila ketersedian sarana dan prasarana yang memadai disertai dengan
pengelolaan secara optimal.
Sebagai lembaga pendidikan, sekolah memerlukan sarana dan prasarana
pendidikan. Sarana dan pendidikan merupakan material pendidikan yang penting.
Banyak sekolah memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap sehingga
sangat menunjang proses pendidikan disekolah. Baik guru maupun siswa, merasa
terbantu dengan adanva faglius tersebut. Namun sayangnya, kondisi tersebut tidak
berlangsung larna. Tingkat kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana tidak dapat
dipertahankan secara terus-menems. Sementara itu, prasarana pun tidak datang setiap
saat. Oleh karena itu, upaya pengelolaan sarana dan prasarana secara baik agar
kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dapat dipertahankan dalam waktu yang
relatif lebih lama.
Untuk mengatur hal tersebut pemerintah melalui PP No. 19 Tahun 2005
tentang Standar nasional Pendidikan, pasal 1 ayat (8) mengemukakan standar sarana
dan prasarana adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan kriteria minimal
tentang ruang belajar, tempat olah raga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi dan berkreasi, serta
sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas
disebutkan bahwa; (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi
perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,
bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan

4| Page

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
Sarana dan Prasarana Sekolah juga menjadi salah satu tolok ukur dari mutu
sekolah. Tetapi fakta dilapangan banyak ditemukan sarana dan prasarana yang tidak
dioptimalkan dan dikelola dengan baik untuk itu diperlukan pemahaman dan
pengaplikasian manajemen sarana dan Prasarana Sekolah persekolahan berbasis
sekolah. Bagi pengambil kebijakan di sekolah pemahaman tentang sarana dan
prasarana akan membantu memperluas wawasan tentang bagaimana ia dapat berperan
dalam merencanakan, menggunakan dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang ada
sehingga dapat dimanfaatkan dengan optimal guna mencapai tujuan pendidikan.
1.2.

Batasan Masalah
Agar tidak membiaskan pembahasan, dibatasi masalah pada beberapa hal berikutini :
1.

Pengertian dan ruang lingkup pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah.

2.

Tujuan dari pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah.

3.

Prinsip-prinsip dasar pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah.

4.

Perencanaan kebutuhan, pengadaan dan pengembangan sarana dan Prasarana


Sekolah.

5.
1.3.

Penataan sarana dan Prasarana Sekolah

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada beberapa hal berikut ini :
1.

Apa pengertian dan ruang lingkup pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah?

2.

Bagaimanan tujuan dari pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah?

3.

Apa saja prinsip-prinsip dasar pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah?

4.

Bagaimanakah perencanaan kebutuhan, pengadaan dan pengembangan sarana


dan Prasarana Sekolah?

5.
1.4.

Bagaimana penataan sarana dan Prasarana Sekolah?

Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dapat diketahui dari pembahasan makalah ini adalah
1. Pembaca dapat mengetahui pengertian dan ruang lingkup pengelolaan sarana dan
Prasarana Sekolah.
2. Pembaca dapat mengetahui tujuan dari pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah.
5| Page

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
3. Pembaca dapat mengetahui prinsip-prinsip dasar pengelolaan sarana dan Prasarana
Sekolah.
4. Pembaca

dapat

mengetahui

perencanaan

kebutuhan,

pengadaan

dan

pengembangan sarana dan Prasarana Sekolah.


5. Pembaca dapat mengetahui penataan sarana dan Prasarana Sekolah
1.5.

Metode Penyusunan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi pusta
kaya itu suatu metode penyusunan karya ilmiah yang dilakukan dengan cara mengutip
dari literatur atau sumber pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat.
Selain itu, penyusun menggunakan pendekatan kualitatif dalam membuat narasi dan
deskripsi mengeni data dan informasi yang ditelaah.

6| Page

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah

BAB II
PEMBAHASAN

1.1.

Arti dan Ruang lingkup Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah


Salah satu aspek yang seyogyanya mendapat perhatian utama dari setiap
administrator pendidikan adalah mengenai sarana dan Prasarana Sekolah. Sarana
sekolah

umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang secara

langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan, seperti: gedung,


ruang belajar atau kelas, alat-alat atau media pendidikan, meja, kursi dan sebagainya.
Menurut Depdiknas (2005: 37), telah membedakan antara sarana dan
prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah sernua perangkat, peralatan, bahan,
dan perabot yang secara langsung digunakn dalam proses pendidikan di sekolah.
Berkaitan dengan ini, prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan
dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di
sekolah. Penekanan pada pengertian tersebut ialah pada sifatnya, sarana bersifat
langsung, dan prasarana tidak bersifat langsung dalarn rnenunjang proses pendidikan.
Dengan begitu, manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat diartikan sebagai
segenap proses pengadaan dan pendayaguna.an komponen-komponen yang secara
langsung maupun tidak langsung menunjang proses pendidikan untuk mencapai
tujuan pencliclikan secara efektif dan efisien. Proses-proses yang dilakukan daiam
upaya pengadaan dan pendayagunaan, meliputi perencanaan, pengadaan, pengaturan,
penggunaan, dan penghapusan. Kelima proses tersebut dapat dipadukan sehingga
membentuk suatu siklus manajemen sarana dan prasarana pendidikan.
Proses manajemen sarana dan prasarana diawali dengan perencanaan. Proses
perencanaan dilakukan untuk mengetahui sarana danprasarana apa saja yang
dibutuhican di sekolah. Proses berikutnya adalah pengadaan, yakni serangkaian
kegiatan menyediakan berbagai jenis sarana dan prasarana sesuai dengan apa yang
sudah direncanakan. Proses selanjutnya ialah pengaturan. Dalam pengaturan, terdapat
kegiatan inventarisasi, penyimpanan, dan pemeliharaan. Proses selanjutnya ialah
7| Page

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
penggunaan, yakni pemanfaatn sarana dan prasarana pendidikan unuk mendukung
proses pendidikan. Dalam proses ini harus diperhatikan prinsip efektivits dan
efisiensinya. Terakhir adalah proses penghapusan, yakni, kegiatan rnenghilangkan
sarana dan prasarana dari daftar inventaris.
Kelima proses tersebut

dapat dipadukan sehingga membentuk siklus

manajemen sarana dan prasarana pendidikan sebagai berikut :

1.2.

1.

Perencanaan

2.

Pengadaan

3.

Pengaturan

4.

Penggunaan

5.

Penghapusan.

Tujuan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah


Secara umum, tujuan pengelolaan sarana dan Prasarana Sekolah adalah
memberikan pelayanan secara professional di bidang sarana dan Prasarana Sekolah
dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Secara
rinci, tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan Prasarana Sekolah melalui sistem
perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama. Dengan perkataan ini,
melalui manajemen sarana dan Prasarana Sekolah diharapkan semua perlengkapan
yang didapatkan oleh sekolah adalah sarana dan prasarana yang berkualitas tinggi,
sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien.
2. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana secara tepat dan efisien
3. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, sehingga
keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh
semua personel sekolah.

1.3.

Prinsip-prinsip Dasar Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah


Sarana dan Prasarana Sekolah, khususnya lahan, bangunan dan perlengkapan
sekolah seyogyanya menggambarkan program pendidikan atau kurikulum sekolah itu.
Karena bangunan dan perlengkapan sekolah tersebut diadakan dengan berlandaskan
pada kurikulum atau program pendidikan yang berlaku, sehingga dengan adanya
8| Page

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
kesesuaian itu memungkinkan fasilitas yang ada benar-benar menunjang jalannya
proses pendidikan.
Agar program pendidikan bisa tercapai dengan baik ada beberapa prinsip yang
harus diperhatikan dalam mengelola sarana dan Prasarana Sekolah di sekolah.
Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah :
1. Prinsip pencapaian tujuan, yaitu bahwa sarana dan Prasarana Sekolah di sekolah
harus selalu dalam kondisi siap pakai bilamana akan di dayagunakan oleh
personel sekolah dalam rangka pencapaian tujuan proses belajar mengajar.
2. Prinsip efisiensi, yaitu bahwa pengadaan sarana dan Prasarana Sekolah di sekolah
hars dilakukan melalui perencanaan yang seksama, sehingga dapat diadakan
sarana dan Prasarana Sekolah yang baik dengan harga yang murah. Dan
pemakaiannya pun harus dengan hati-hati sehingga mengurangi pemborosan.
3. Prinsip Administratif, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana ndidikan di
sekola harus selalu memperhatikan undang-undang, peraturan, instruksi dan
petunjuk teknis yang diberlakukan oleh yang berwenang.
4. Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu bahwa manajemen sarana dan Prasarana
Sekolah di sekolah harus di delegasikan kepada personel sekolah yang mampu
bertanggungjawab. Apabila

melibatkan

banyak

personel

sekolah

dalam

manajemennya maka perlu adanya deskripsi tugas dan tanggung jawab yang jelas
untuk setiap personel sekolah.
5. Prinsip Kekohesifan, yaitu bahwa manajemen sarana dan Prasarana Sekolah di
sekolah itu harus direalisasikan dalam bentuk proses kerja yang sangat kompak.

1.4.

Klasifikasi Sarana dan Prasarana Sekolah


Sarana pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu berdasarkan habis
tidaknya, berdasarkan bergerak tidaknya, dan berdasarkan hubungan dengan proses
pembelajaran. Apabila dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macain, yaitu
sarana pendidika, yang habis dipakai dan sarana pendidikan tahan lama. Apabila
dilihat dari bergerak atau tidaknya pada saat pembelajaran juga ada dua macam, yaitu
bergerak dan tidak bergerak. Sementara jika dilihat dari hubungan sarana tersebut
terhadap proses pernbelajaran, ada tiga macam, yaitu alat pelajaran, alat peraga, dan
media pernbelajaran.
9| Page

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
Sarana pendidikan yang habis pakai merupakan bahan atau alat yang apabila
digunakan dapat habis dalarn waktu yang relatif singkat. Misalnya, kapur tulis, tinta
printer, kertas tulis, dan bahan-bahan kimia untuk praktik. Kemudian, ada pula sarana
pendidikan yang berubah bentuk, misalnya, kayu, besi, dan kertas karton yang sering
digunakan oleh guru dalam mengajar. Selain itu, sarana pendidikan tahan lama adalah
bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus-menerus atau berkali-kali dalam
waktu yang relatiflama. Contohnya meja dan kursi, komputer, atlas, globe, dan alatalat olahraga.
Sarana pendidikan yang bergerak merupakan sarana pendidikan yang dapat
digerakkan atau dipindah-tempatkan sesuai dengan kebutuhan para pemakainya.
Contohnya, meja dan kursi, almari arsip, dan alat-alat praktik. Kemudian, untuk
sarana pendidikan yang tidak bergerak adalah sarana pendidikan yang tidak dapat
dipindahkan atau sangat sulit jika dipindahkan, misalnya saluran dari Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM), saluran kabel listrik, dan LCD yang dipasang permanen.
Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, sarana pendidikan dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu alat pelajaran, alat peraga, dan media pengajaran. Alat
pelajaran adalah alat yang dapat gunakan secara langsung dalam proses pembelajaran,
misalnya, buku, alat peraga, alat tulis, dan alat praktik. Alat peraga merupakan alat
bantu pendidikan yang dapat berupa perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang
dapat mengkonkretkan materi pembelajaran. Materi pembelajaran yang tadinya
abstrak dapat dikonkretkan melalui alat peraga sehingga siswa lebih mudah dalam
menerima pelajaran. Media pengajaran adalah sarana pendidikan yang berfungsi
sebagai perantara (medium) dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. Media pengajaran ada
tiga jenis, yaitu visual, audio, dan audiovisual.
Prasarana pendidikan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua macam,
yaitu prasarana langsung dan prasarana tidak langsung. Prasarana langsung adalah
prasarana yang secara langsung digunakan dalam proses pembelajaran, misalnya
ruang kelas, ruang laboratorium, ruang praktik, dan ruang komputer. Prasarana tidak
langsung adalah prasarana yang tidak digunakan dalam proses pembelajaran, tetapi
sangat menunjang proses pembelajaran, misalnya ruang kantor, kantin sekolah, tanah,

10 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang UKS, ruang guru, ruang kepala sekolah,
taman, dan tempat parkir kendaraan.

1.5.

Perencanaaan Sarana dan Prasarana Sekolah


1.5.1.

Hakikat Perencanaan Sarana dan Prasarana Persekolahan


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), kata perencanaan berasal dari

kata rencana yang mempunyai arti rancangan atau rangka dari sesuatu yang akan
dilakukan atau dikerjakan pada masa yang akan datang. Menurut Terry (2005),
perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan yang digariskan. Hal senada juga dikemukakan oleh Nana Sudjana (2002)
bahwa perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan
tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Selanjutnya,
oleh Dwiantara dan Sumarto (2004) dikemukakan bahwa perencanaan adalah
merupakan kegiatan pemikiran, penelitian, perhitungan, dan perumusan tindakantindakan yang akan dilakukan di masa yang akan datang, baik berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan

operasional

dalam

pengadaan,

pengelolaan,

penggunaan,

pengorganisasian, maupun pengendalian sarana dan prasarana.


Berdasarkan pengertian di atas, pada dasarnya perencanaan merupakan suatu
proses kegiatan untuk menggambarkan sebelumnya hal-hal yang akan dikerjakan
kemudian dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini
perencanaan yang dimaksud adalah merinci rancangan pembelian, pengadaan,
rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan sesuai dengan
kebutuhan. Dengan demikian perencanaan sarana dan prasarana persekolahan dapat
didefinisikan sebagai keseluruhan proses perkiraan secara matang rancangan
pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan
perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses perancangan
upaya

pembelian,

penyewaan,

peminjaman,

penukaran,

daur

ulang,

rekondisi/rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang


sesuai dengan kebutuhan sekolah. Proses ini hendaknya melibatkan unsur-unsur
penting di sekolah, seperti kepala sekolah dan wakilnya, dewan guru, kepala tata
usaha, dan bendahara serta komite sekolah. Hal ini perlu dilakukan untuk membuka
11 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
masukan dari berbagai pihak dan meningicatkan tingkat kematangan dari sebuah
rencana. Perencanaan yang matang dapat meminimalisasi kemungkinan terjadi
kesalahan dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengadaan sarana dan prasarana.
Kesalahan dalam tindakan dapat berupa kesalahan membeli barang yang tidak sesuai
dengan kualifikasi yang dibutuhkan, jumlah dana yang tersedia, tingkat kepentingan,
dan tingkat kemendesakan. Akibat dari kesalahan yang dilakukan ialah tingkat
efektivitas dan efisiensi menjadi rendah.
1.5.2.

Tujuan Perencanaan Sarana dan Prasarana Sekolah


Pada dasarnya tujuan diadakannya perencanaan sarana dan prasarana
pendidikan persekolahan adalah: (1) Untuk menghindari terjadinya kesalahan
dan kegagalan yang tidak diinginkan, (2) Untuk meningkatkan efektifitas dan
efesiensi dalam pelaksanaannya. Salah rencana dan penentuan kebutuhan
merupakan kekeliruan dalam menetapkan kebutuhan sarana dan prasarana
yang kurang/tidak memandang kebutuhan ke depan, dan kurang cermat dalam
menganalisis kebutuhan sesuai dengan dana yang tersedia dan tingkat
kepentingan.

1.5.3.

Manfaat Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Sekolah


Adapun

manfaat

yang

dapat

diperoleh

dengan

dilakukannya

perencanaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan, yaitu: (1) Dapat


membantu dalam menentukan tujuan, (2) Meletakkan dasar-dasar dan
menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan, (3) Menghilangkan
ketidakpastian, dan (4) Dapat dijadikan sebagai suatu pedoman atau dasar
untuk melakukan pengawasan, pengendalian dan bahkan juga penilaian agar
nantinya kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
1.5.4. Unsur-Unsur yang Terlibat Dalam Perencanaan Sarana dan Prasarana
Sekolah
Agar maksud pemenuhan tuntutan sarana dan prasarana pendidikan
persekolahan yang sesuai dengan kebutuhan maka dalam kegiatan
perencanaan perlu mengikut sertakan berbagai unsur atau pihak yang terkait di
dalam pengembangan sarana dan prasarana sekolah. Tujuannya adalah agar
12 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
unsur atau pihak yang terkait dapat memberikan masukan sesuai dengan
bidang keahliannya. Dalam hal ini maka unsur-unsur yang perlu dilibatkan
adalah : Kepala sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru, Kepala Tata Usaha dan
Bendahara, serta BP3 atau Komite Sekolah.
1.5.5.

Persyaratan yang Harus Diperhatikan dalam Perencanaan Sarana dan


Prasarana Pendidikan Persekolahan.
Dalam perencanaan sarana dan prasaran pendidikan persekolahan,
maka ada beberapa persyaratan-persyaratan yang harus diperhatikan sebagai
berikut :
1.

Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan


harus dipandang sebagai bagian integral dari usaha peningkatan kualitas
proses belajar mengajar.

2.

Perencanaan harus jelas. Untuk hal tersebut maka kejelasan suatu rencana
dapat dilihat pada :
a. Tujuan dan sasaran atau target yang harus dicapai serta ada
penyusunan perkiraan biaya/harga keperluan pengadaan
b. Jenis dan bentuk tindakan/kegiatan yang akan dilaksanakan
c. Petugas pelaksana, misalnya; guru. Karyawan, dan lain- lain.
d. Bahan dan peralatan yang dibutuhkan
e. Kapan dan di mana kegiatan dilaksanakan
f. Harus diingat bahwa suatu perencanaan yang baik adalah yang
realistis, artinya rencana tersebut dapat dilaksanakan.
g. Berdasarkan atas kesepakatan dan keputusan bersama dengan pihakpihak yang terlibat dalam perencanaan
h. Mengikuti pedoman (standar) jenis, kuantitas, dan kualitas sesuai
dengan skala prioritas
i. Perencanaan pengadaan sesuai dengan platform anggaran yang
disediakan
j. Mengikuti prosedur yang berlaku
k. Mengikutsertakan unsur orangtua murid.
l. Fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan keadaan, perubahan situasi,
dan kondisi yang tidak disangka-sangka.
13 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
m. Dapat didasarkan pada jangka pendek (1 tahun), jangka menengah (45 tahun), dan jangka panjang (10-15 tahun).
3.

Berdasarkan atas kesepakatan dan keputusan bersama dengan pihak-pihak


yang terlibat dalam perencanaan.

4.

Mengikuti pedoman (standar) jenis, kuantitas dan kualitas sesuai dengan


skala prioritas.

5.

Perencanaan pengadaan sesuai dengan plafond anggaran yang disediakan

6.

Mengikuti prosedur yang berlaku

7.

Mengikutsertakan unsur orang tua murid

8.

Fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan keadaan, perubahan situasi dan


kondisi yang tidak disangka-sangka

9.

Dapat didasarkan pada jangka pendek (1 tahun), jangka menengah (4-5


tahun), jangka panjang (10-15 tahun).

1.5.6. Prosedur Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan.


Untuk perencanaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
1. Identifikasi dan Menganalisis Kebutuhan Sekolah
Identifikasi adalah pencatatan dan pendaftaran secara tertib dan teratur
terhadap seluruh kebutuhan sarana dan prasarana sekolah yang dapat
menunjang kelancaran proses belajarar mengajar, baik untuk kebutuhan
sekarang maupun yang akan datang. Hal-hal yang terkait dalam identifikas
dan menganalisis kebutuhan sarana dan prasarana di sekolah, di antaranya
adalah sebagai berikut :
a. Adanya kebutuhan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan
sekolah
b. Adanya sarana dan prasarana yang rusak, dihapuskan, hilang atau
sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga memerlukan
penggantian

14 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
c. Adanya kebutuhan sarana dan prasarana yang dirasakan pada jatah
perorangan jika terjadi mutasi guru atau pegawai sehingga turut
mempengaruhi kebutuhan sarana dan prasarana.
d. Adanya persedian sarana dan prasarana untuk tahun anggaran
mendatang.
2. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Yang Ada
Setelah identifikasi dan analisis kebutuhan dilakukan, selanjutnya
diadakan pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan dan pencatatan
barang-barang milik sekolah ke dalam suatu daftar inventaris secara teratur
menurut ketentuan yang belaku
3. Mengadakan Seleksi
Dalam tahapan mengadakan seleksi, perencanaan sarana dan prasarana
meliputi :
a. Menyusun konsep program
Prinsip dalam menyusun program :
1. Ada penanggung jawab yang memimpin pelaksanaan program
2. Ada kegiatan kongkrit yang dilakukan
3. Ada sasaran (target) terukur yang ingin dicapai
4. Ada batas waktu
5. Ada alokasi anggaran yang pasti untuk melaksanakan program.
b. Pendataan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendataan barang :
1. Jenis barang
2. Jumlah barang
3. Kondisi (kualitas) barang
4. Sumber Anggaran/Dana
Pendanaan untuk pengadaan, pemeliharaan, penghapusan, dan lain-lain
dibebankan dari APBN/APBD, dan bantuan dari BP3 atau Komite
Sekolah. Adapun perencanaan anggaran dilaksanakan dalam jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Fungsi perencanaan
penganggaran adalah untuk memutuskan rincian menurut standar yang

15 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
berlaku terhadap jumlah dana yang telah ditetapkan sehingga dapat
menghindari pemborosan.
1.5.7. Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak dan Barang Tidak Bergerak.
1.

Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak


a.

Barang habis pakai


1. Menyusun daftar sarana sekolah yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan rencana kegiatan sekolah tiap bulan.
2. Memperkirakan biaya untuk pengadaan barang tersebut setiap
bulan
3. Menyusun rencana pengadaan barang tersebut menjadi rencana
triwulan, tengah tahunan, dan kemudian menjadi rencana tahunan.

b.

Barang tidak habis dipakai


1. Menganalisis dan menyusun keperluan sarana dan prasaran sesuai
dengan rencana kegiatan sekolah serta memperhatikan fasilitas
yang masih ada dan yang masih dapat dipakai.
2. Memperkirakan biaya sarana dan prasarana yang direncanakan
dengan memperhatikan standar yang telah ditentukan.
3. Menetapkan skala prioritas menurut dana yang tersedia, urgensi
kebutuhan dan menyusun rencana pengadaan tahunan.

2.

Perencanaan pengadaan barang tidak bergerak


a. Tanah
1. Menyusun

rencana

pengadaan

tanah

berdasarkan

analisis

kebutuhsn bangunan yang akan didirikan serta lokasi yang


ditentukan berdasarkan pemetaan sekolah.
2. Mengadakan survai tentang adanya fasilitas sekolah seperti: jalan,
listrik, air, telepon, transportasi dan sebagainya.
3. Mengadakan survai harga tanah.
4. Menyusun rencana anggaran biaya bangunan
b. Bangunan
Sebagai sarana atau tempat yang akan dibangun untuk kegiatan
belajar mengajar, gedung sekolah yang akan dibangun selain harus
16 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
memerhatikan segi kualitas juga memerhatikan kurikulum pendidikan
sekolah. Oleh sebab itu, dalarn membangun gedung sekolah menuntut
adanya suatu perencanaan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Menyusun rencana bangunan yang akan didirikan berdasarkan
analisis kebutuhan secara lengkap dan teliti
2. Mengadakan survai terhadap tanah dimana bangunan akan
didirikan, hal luasnya, kondisi, situasi, status, perizinan dan
sebagainya
3. Menyusun rencana konstruksi dan arsitektur bangunan sesuai
pesanan
4. Menyusun rencana anggaran biaya sesuai harga standar yang
berlaku di daerah yang bersangkutan
5. Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya (RAB) yang
disesuaikan dengan rencana pentahapan pelaksanaan secara
teknis, serta memperkirakan anggaran yang akan disediakan setiap
tahun, dengan memperhatikan skala prioritas yang telah
ditetapkan berdasarkan kebijakan Dinas Pendidikan
Bagi sekolah, syarat pedagogis dalam suatu bangunan
merupakan syarat yang sangat penting. Hal ini tidak boleh diabaikan
mengingat bangunan sekolah merupakan tempat yang digunakan
untuk proses pendidikan. Endang Herawan dan Sukarti Nasihin
(2001: 116), mengutip pernyataan J. Mamusung yang mengemukakan
bahwa syarat bangunan sekolah yang ideal harus memenuhi
kebutuhan dan syarat pedagogis, Pemenuhan kebutuhan dan syarat
pedagogis artinya sebagai berikut :
1. Ukuran dan bentuk setiap ruangan disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Datangnya/masuknya sinar matahari harus diperhatikan, yaitu dari
arah sebelah kiri.
3. Tinggi rendahnya tembok, letak jendela, dan kusen disesuaikan
dengan kondisi anak-anak.
4. Penggunaan warna yang cocok.

17 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
5. Aman, artinya material dan konstruksi bangunannya benar-benar
dapat

dipertanggungjawabkan,

baik

kekuatan/

kekukuhan

bangunan itu sendiri, maupun pengaruh erosi, angin, getaran,


petir, dan pohon yang berbahaya.
6. Menurut syarat kesehatan, sinar matahari cukup bagi setiap
ruangan, memungkinkan adanya pergantian udara yang segar
selalu.
7. Menyenangkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan pendidiktn
dan tak saling mengganggu (vaforable-comfortable).
8. Dapat memungkinkan untuk memperluas tanpa mernakan biaya
lagi yang besar.
9. Fleksibel artinya melihat kebutuhan hari depannya dan pula dapat
diubah-ubah setiap saat diperlukan.
10. Memenuhi syarat keindahan (aesthetic).
11. Ekonomis.
Selain harus memenuhi kebutuhan dan syarat pedagogis,
bangunan sekolah juga harus memenuhi kebutuhan jumlah ruang
belajar. Jumlah ruang belajar dibuat berdasarkan perkiraan jumlah
siswa yang akan masuk di tahun yang akan datang. Selain itu,
diperhatikan pula perkiraan jumlah siswa yang keluar, baik karena
putus sekolah, pindah sekolah, atapun karena sudah lulus.
Perhitungan kebutuhan ruang belajar/guru tergantung dari jumlah
tambahan siswa, jumlah rata-rata murid untuk setiap rombongan
belajar atau kelas, dan efisiensi penggunaan ruang belajar (shifi).
Depdiknas (2008: 41), memformulasikan perhitungan kebutuhan
ruang belajar sebagai berikut.
Kebutuhan
tambahan ruang
belajar

Jumlah siswa yang


diperkirakan

Jumlah siswa
sekarang

Jumlah siswa rata-rata


perkelas

>

Shift

18 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah

1.6.

Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah


1.6.1.

Hakikat Pengadaan Sarana dan Prasarana Persekolahan


Pengadaan merupakan serangkaian kegiatan rnenyediakan berbagai
jenis sarana sarana dan prasarana sesuai dengnan kebutuhan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Kebutuhan sarana dan prasarana dapat berkaitan dengan
jenis dan spesifikasi, jurnlah, waktu, tempat, dan harga serta sumber yang
dapat dipertanggungiawabkan. Pengadaan dilakukan sebagai bentuk realisasi
atas perencanaan yang telah dilakukan. Tujuannya untuk menunjang proses
pendidikan agar berjalan efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.
Pengadaan sarana dan prasarana merupakan fungsi operasional
pertama dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan persekolahan.
Fungsi ini pada hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan untuk
menyediakan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan sesuai dengan
kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun
tempat, dengan harga dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.

1.6.2.

Cara-cara Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah


Ada beberapa alternatif cara dalam pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan persekolahan. Beberapa alternatif cara pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan persekolahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pembelian
Pembelian merupakan cara yang umum dilakukan oleh sekolah.
Pernbelian adalah pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan
dengan cara sekolah menverahk-an sejumlah uang kepada perijual unruk
memperoleh sarana danprasarana sesuai dengan kesepakatan kedua belah
pihak. Pembelian dapat dilakukan jika kondisi keuangan sekolah memang
memungkinkan. Cara ini rnerupakan cara yang sangat mudah. Namun,
dalam pembelian hendaknya disiasati agar tidak terlalu mahal.

19 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
2. Produksi Sendiri
Untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana, sekolah tidak harus
membeli. jika memungkinkan untuk memproduksi sendiri, sebaiknya
mernproduksi sendiri. Produksi sendiri merupakan cara pemenuhan
kebutulla.n sekolah melalui pembuatan sendiri baik oleh guru, siswa,
ataupun karyawan. Cara ini akan efektif jika dilakuka n untuk rnemenuhi
kebutuhan sarana dan prasarana vang sifatnya ringan, seperti alat peraga,
media pembelajaran, hiasan sekolah, buku sekolah, dan lain-lain. Kegiatan
produksi sendiri dapat dilakukan secara massal sehingga bukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan sekolah sendiri. melainkan pula dapat dijual
ke sekolah lain. Kegiatan ini dapat rnelatih kreativitas dan juga melatih
jiwa kewirausahaan
3. Penerimaan Hibah
Penerimaan hibah merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan dengan jalan menerima pemberian sukarela dari
pihak lain. Penerimaan hibah dapat berasal dari pemerintah (pusat/ daerah)
dan pihak swasta. Misalnya, penerimaan hibah tanah. Proses penerimaan
hibah harus melalui berita acara penyerahan atau akta serah terima hibah
yang dibuat oleh Notaris/PPAT. Akta tersebut harus ditindaidanjuti menjadi
sertifikat tanah.
4. Penyewaan
Penyewaan adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan jalan memanfaatkan sementara barang milik pihak lain
untuk kepentingan sekolah dan sekolah membayarnya berdasarkan
perjanjian sewa-menyewa. Cara ini cocok digunakan jika kebutuhan
sarana dan prasarana bersifat sementara.
5. Peminjaman
Peminjaman adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan jalan memanfaatkan barang pihak lain untuk
kepentingan sekolah secara sukarela sesuai dengan perjanjian pinjammeminjam. Cara ini cocok untuk kebutuhan sarana dan prasarana yang
sifatnya sementara atau temporer. Kekurangan dari cara peminjaman ialah
20 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
dapat merusak nama baik sekolah. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan
efek buruk tersebut.
6. Pendaurulangan
Pendaurulangan adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan jalan memanfaatkan barang bekas agar dapat
digunakan untuk kepentingan sekolah. Jika memang memungkinkan, cara
ini dapat dilakukan untuk kegiatan pembelajaran siswa
7. Penukaran
Penukaran adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan jalan menukarkan barang yang dimiliki sekolah dengan
barang yang dimiliki oleh pihak lain. Cara ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa jika penukaran dilakukan dapat menguntungkan
kedua belah pihak. Sementara itu, sarana dan prasarana sekolah yang
ditukar haruslah sarana dan prasarana yang sudah tidak bermanfaat lagi
bagi sekolah
8. Perbaikan atau Rekondisi
Perbaikan merupakan cara pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan
dengan jalan memperbaiki sarana dan prasarana yang telah mengalami
kerusakan, baik dengan perbaikan satu unit sarana dan prasarana maupun
dengan jalan penukaran instrumen yang baik di antara instrumen sarana
dan prasarana yang rusak sehingga instrumen-instrumen yang baik tersebut
dapat disatukan dalam satu unit atau beberapa unit, dan pada akhirnya satu
atau beberapa unit sarana dan prasarana tersebut dapat dioperasikan atau
difungsikan.
1.6.3. Prosedur

Pengadaan

Sarana

dan

Prasarana

Pendidikan

dan

Implementasinya
Prosedur pengadaan barang dan jasa harus mengacu kepada Kepres
No. 80 tahun 2003 yang telah disempurnakan dengan Permen No. 24 tahun
2007. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah umumnya
melalui prosedur sebagai berikut :
1. Menganalisis kebutuhan dan fungsi sarana dan prasarana
2. Mengklasifikasikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
21 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
3. Membuat proposal pengadaan sarana dan prasarana yang ditujuakan
kepada pemerintah bagi sekolah negeri dan pihak yayasan bagi sekolah
swasta.
4. Bila disetujui maka akan ditinjau dan dinilai kelayakannya untuk
mendapat persetujuan dari pihak yang dituju.
5. Setelah dikunjungi dan disetujui maka sarana dan prasarana akan dikirim
ke sekolah yang mengajukan permohonan pengadaan sarana dan prasarana
tersebut.
1.6.4. Proses Pengadaan Berbagai Jenis Sarana dan Prasarana Sekolah Berikut
dijelaskan pengadaan berbagai

jenis

sarana

dan

prasarana

pendidikan persekolahan
1. Buku
Yang dimaksud dengan buku disini ialah buku pelajaran, buku bacaan,
buku perpustakaan dan buku-buku iainnya. Buku yang dapat dipakai oleh
sekolah meliputi buku teks utama, buku teks pelengkap, buku bacaan baik
fiksi maupun non fiksi, buku sumber dan sebagainya.
a. Buku teks utama adalah buku pokok yang menjadi pegangan guru dan
murid yang subtansinya mengacu pada kurikulum yang berlaku.
b. Buku teks pelengkap adalah buku yang sifatnya membantu atau
merupakan tambahan buku teks utama yang digunakan oleh murid dan
guru yang seluruh isinya menunjang kurikilum.
c. Buku bacaan non fiksi adalah buku bacaan yang ditulis berdasarkan
fakta atau kenyataan. Pada umumnya buku bacaan non fiksi
menunjang salah
tidak

satu bidang studi. Sistematika penyusunannya

seperti buku teks pelengkap tetapi disajikan secara popular.

d. Buku bacaan fiksi adalah buku bacaan yang ditulis tidak berdasarkan
fakta atau kenyataan, melainkan berdasarkan khayalan penulis. Isi
buku bacaan fiksi biasanya berbentuk cerita yang tidak benar-benar
terjadi.
Untuk pengadaan buku dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu :
a.

Membeli
22 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
b.

Menerbitkan sendiri

c.

Menerima bantuan/hadiah

d.

Menukar
Dalam hal ini yang biasa dilakukan oleh sekolah adalah membeli

dan menerima bantuan/hibah. Sebab jika menerbitkan sendiri akan sangat


membutuhkan waktu yang lama, sedangkan jika menukar tidak semua
materi akan sesuai dengan materi yang diajarkan atau dengan kurikulum.
2. Alat
Alat yang dimaksud dalam hal ini terdiri atas alat-alat kantor dan
alat-alat pendidikan. Adapun yang termasuk alat kantor ialah alat-alat yang
biasa digunakan di kantor seperti: mesin tulis, mesin hitung, mesin stensil,
komputer, alat-alat pembersih dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk
dalam alat pendidikan ialah alat-alat yang secara fungsional digunakan
dalam proses belajar mengajar seperti alat peraga, alat praktik, alat
laboratorium, alat kesenian, alat olah raga dan sebagainya. Pengadaan alat
kantor dan alat pendidikan dapat dilaksanakan dengan cara :
a.

Membeli

b.

Membuat sendiri

c.

Menerima bantuan/ hibah/hadiah.

3. Perabot
Perabot ialah barang-barang yang berfungsi sebagai tempat untuk
menulis, istirahat, tempat penyimpanan alat atau bahan. Contoh: meja,
kursi, lemari, rak, filling kabinet dan sebagainya. Dalam pengadaan
perabot sekolah, maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
seperti segi antropometri, ergonomi. Estetika, dan segi ekonomis
a. Antropometri, artinya pengadaan perabot dengan memperhitungkan
tinggi badan atau ukuran penggal-penggal tubuh pemakai (misalnya
siswa dan tenaga kependidikan lainnya).
b. Ergonomis, maksudnya perabot yang akan diadakan tersebut
memperhatikan segi kenyamanan, kesehatan, dan keamanan pemakai.
c. Estetis, yaitu perabot tersebut hendaknya menyenangkan untuk dipakai
karena bentuk dan warnanya menarik.
23 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
d. Ekonomis, maksudnya perabot bukan hanya berkaitan dengan
harganya tetapi merupakn transformasi wujud efisiensi dan efektifitas
dalam pengadaan dan pendayagunaannya.
Adapun untuk pengadaan perabot dapat dilakukan dengan cara- cara
sebagai berikut :
a. Membeli
Agar pembelian perabot dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
dan dapat dipertanggungjawabkan maka perlu adanya suatu pedoman
sebagai berikut :
1. Rencana kebutuhan telah disetujui berdasarkan penelitian dan
hitungan yang mendalam. Penelitian atas barang (survei) pada
umumnya meliputi spesifikasi.

Buatan pabrik/negara mana dan tahun pembuatannya

Merk dagang

Kapasitas

Bahan-bahan yang dipakai

Penyediaan suku cadang

Jaminan yang diberikan oleh penjual, agen atau pabrik

Cara pembayaran dan harga

Model

2. Peraturan tentang pembelian, baik pembelian langsung maupun


melalui tim pembelian.
3. Perabot yang akan dibeli dapat berbentuk sudah jadi atau yang
belum jadi. Perabot yang belum jadi perlu dibuat terlebih dahulu
sesuai dengan kehendak pemohon
4. Tentang pembelian perabot yang sudah jadi, Kepala sekolah/proyek
perlu membuat rencana kebutuhan, sesuai dengan syarat-syarat
yang diperlukan.
5. Untuk pengadaan perabot yang belum jadi, maka Kepala
Sekolah/proyek perlu :

Menyusun kebutuhan
24 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah

Penunjukan konsultan perencanaan perabot


Menyusun syarat-syarat teknis sesuai dengan spesifikasi dan
menyediakan gambar-gambar perabot yang akan dibeli.

Membuat kontrak

Membuat berita acara serah terima perabot.

6. Pembelian perabot dapat dilakukan dengan lelang, penunjukan


langsung dan penawaran
a. Membuat sendiri
Pengadaan perabot dengan membuat sendiri hanya berlaku bagi
sekolah dalam rangka untuk praktek, dan dapat dilaksanakan
sesuai dengan kemampuan, terutama dalam hal biaya yang
tersedia, tenaga ahli yang dimiliki, peralatan yang dibutuhkan,
pelaksanaan tugasyang dibebankan
b. Menerima bantuan/hadiah
Menerima bantuan dilaksanakan atas perjanjian dan persetujuan
dari kedua belah pihak (pemberi dan penerima) dan bantuan itu
dapat berasal dari lembaga pemerintah, swasta, maupun
perorangan.
4. Bangunan
Pengadaan bangunan dapat dilaksanakan dengan cara :
a. Membangun bangunan baru Membangun bangunan baru meliputi :
1. Mendirikan, memperbaharui (rehabilitasi/renovasi), memper-luas,
mengubah dengan cara membongkar seluruh atau sebagian
bangunan gedung.
2. Pembuatan pagar halaman, jalan, pengerasan halaman, pemasangan
pompa/menara air, pengadaan listrik
3. Kegiatan pekerjaan tanah yang meliputi; pengurugan tanah,
perbaikan tanah dan penyelidikan tanah.

25 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
Membangun baru terdiri dari kegiatan perencanaan, kegiatan pelaksanaan,
dan kegiatan pengawasan lapangan :
b. Membeli bangunan
1. Pada prinsipnya membeli bangunan yang sudah jadi termasuk
tanahnya tidak diperbolehkan. Tetapi dalam hal- hal luar biasa,
dapat diusulkan kepada Menteri Keuangan dan Ketua Bappenas
dengan

disertai

alasan-alasan

yang

kuat

melalui

Menteri

Pendidikan Nasional.
2. Setelah ada persetujuan dan dananya sudah tersedia, selanjutnya
dilakukan penawaran harga dari pemiliknya melalui Panitia
Pembebasan Tanah setempat yang dibentuk berdasarkan kepres 80
tahun 2003.
3. Apabila antara harga penawaran dan harga penaksiran Panitia
sudah ada kecocokan, maka dapat langsung diselesaikan akte jual
beli di depan Notaris/Pejabat Pembuat akte Tanah dan selanjutnya
diselesaikan balik nama sertifikat tanah.
c. Menyewa bangunan
1. Apabila diperlukan untuk keperluan gedung sekolah, gudang dan
sebagainya, maka suatu instansi diperkenankan untuk menyewa
bangunan, dengan syarat anggaran untuk membayar sewa itu harus
sudah tersedia lebih dahulu.
2. Untuk menetapkan besarnya sewa, pemilik bangunan perlu
dimintakan pengesahan/penetapan lebih dahulu kepada Panitia
Sewa Menyewa atau Kantor Urusan Perumahan setempat.
3. Setelah ditetapkan sewanya, dibuat Surat Perjanjian (kontrak)
antara pihak penjual dan pihak yang menyewakan, jika dianggap
perlu dilakukan dengan akte notaries.
4. Gedung sekolah milik swasta (bersubsidi) dahulu pernah mendapat
subsidi dari Pemerintah cq Departemen
Pendidikan Nasional, apabila dipakai oleh sekolah negeri, berdasarkan
peraturan subsidi yang sekarang masih berlaku tidak perlu dibayar

26 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
sewanya,

tetapi

pemakai

wajib

memelihara

bangunan

tersebut

sebagaimana mestinya
d. Menerima hibah bangunan
1. Departemen Pendidikan Nasional dapat menerima hibah bangunan
berikut tanah dari pihak lain (Pemerintah Daerah/ Swasta).
2. Agar ada dasar hukumnya, sebaiknya pelaksanaannya dilakukan
dengan Akte Notaris Pejabat Pembuat Akte tanah setempat
e. Menukar bangunan
1. Penukaran bangunan atau pemindahtanganan barang tidak bergerak
milik negara pada umumnya diatur dalam Keputusan Presiden tentang
pelaksanaan APBN, yaitu segala sesuatu harus mendapat persetujuan
Menteri Keuangan terlebih dahulu
2. Bangunan milik negara yang tidak memenuhi fungsinya lagi, lokasinya
terlalu ramai atau tanahnya terlalu sempit untuk diadakan perluasan
bangunan, dapat diusulkan untuk ditukarkan dengan bangunan milik
pihak lain yang sudah jadi atau masih akan dibangun di lokasi lain.
Usul penukaran diajukan kepada Menteri Pendidikan Nasional dengan
dilampiri :

Alasan-alasan penukaran

Penaksiran sementara harga tanah/bangunan lama

Penaksiran sementara harga tanah/bangunan baru

Surat-surat pemilikan tanah/bangunan lama

Gambar situasi/denah dari tanah/bangunan lama

Gambar situasi/denah dari tanah/bangunan baru

Catatan:

Pada prinsipnya usul penukaran itu menguntungkan

Negara dalam arti Pemerintah mendapat penggantian tanah/bangunan


baru yang lebih luas dan memenuhi persyaratan
3. Setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan, maka perlu
dibentuk Panitia Penaksir yang terdiri atas wakil-wakil dari
Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Keuangan, Departeman
Kimpraswil, Departemen Dalam Negeri, BPN dan Pemerintah Daerah,
27 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
untuk menetapkan penaksiran harga tanah/bangunan yang lama dan
harga tanah/bangunan baru.
4. Apabila kedua penaksiran itu sudah disepakati, maka dapat
diselesaikan Surat Perjanjian Penukaran di depan Notaris Pejabat
Pembuat Akte Tanah. Penyerahan tanah/bangunan lama, baru boleh
dilakukan setelah tanah/bangunan baru selesai dibangun menurut Surat
Perjanjian dan diteima baik oleh Departemen Pendidikan Nasional.
5. Selanjutnya diselasaikan balik nama sertifikat tanah/bangunan baru,
dan diselasaikan pula penghapusan tanah/bangunan lama dari daftar
inventaris dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.
5. Tanah
Pengadaan tanah dapat dilaksanakan dengan cara :
1. Membeli
2. Menerima bantuan/hadiah
3. Menukar
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pengadaan tanah
adalah :
1. Menyusun rencana pengadaan tanah yang lokasi dan luasnya sesuai
dengan keperluan.
2. Mengadakan survei untuk menentukan lokasi tanah yang baik sesuai
dengan maksud serta memperhatikan perencanaan tata bangunan.
3. Mengadakan survai terhadap adanya sarana jalan, listrik, telepon, air,
dan alat pengangkutan.
4. Mengadakan survai harga tanah di lokasi yang telah ditentukan untuk
bahan pengajuan rencana anggaran dari hasil survai.
5. Mengajukan

rencana

anggaran

kepada

Dinas

Pendidikan

Kabupaten/Kota dengan melampirkan data yang telah disusun.


Tata cara pembelian tanah
Untuk membeli tanah bagi instansi pemerintah perlu mengikuti tata cara
yang berlaku, yaitu :
1. Penyelesaian pembelian tanah yang terdiri dari beberapa kegiatan
penting.
28 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah

Menyusun panitia pembelian yang beranggotakan pejabat dari


Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Pemda, BPN, dan Dinas PU.

Menetapkan tugas-tugas panitia antara lain


a. Menetapkan kriteria/syarat (lokasi, luas, dan lain-lain)
b. Meneliti surat-surat tanah yang akan dibeli Memperoleh
penawaran harga Memperhatikan perencanaan tata kota
Mendapat

surat

bukti

pembebasan

tanah

Menyaksikan

pembayaran langsung kepada pembelinya.


c. Memperhatikan persyaratan bagi tanah yang akan dibeli
Daerah bebas banjir atau malapetaka lainnya Terletak pada daerah
yang terjangkau Tidak akan tergusur Terjangkau fasilitas listrik,
telepon, air Harga terjangkau. Mencari tanah yang akan dibeli,
dengan observasi atau kunjungan langsung.
2. Melakukan pembebasan tanah yang akan dibeli dengan cara
a. Membentuk panitia pembebasan tanah yang terdiri dari 7 instansi
(BPN, Pemda, Ipeda, Ireda, Dinas PU, Camat, Kepala Desa, Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota
b. Adanya pemberian honorarium sesuai dengan ketentuan
c. Melakukan penandatanganan Akta Jual Beli Tanah di depan
Notaris/PPAT

dan

pembayaran

dilakukan

lewat

Kantor

Perbendaharaan Negara (KPN).


d. Mengurus sertifikat
3. Tata cara penerimaan hibah tanah
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan hibah, yaitu :
a. Status barang yang akan dihibahkan
b. Wewenang penghibahan
c. Spesifikasi barang dan cara menerima hibah tanah, yaitu: Tanah
yang diterima secara hibah dapat berasal dari pemerintah, pihak
swasta, masyarakat, atau perorangan melalui proses penyerahan
berita acara penyerahan atau akta serah terima hibah yang dibuat
oleh Notaris/PPAT atau Camat setempat, apabila telah selesai
pembuatannya maka dapat diproses lebih lanjut menjadi sertifikat.
29 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
4. Tata cara menerima hak pakai.
Penerimaan tanah dari satu pihak atas dasar hak pakai harus
disertai dokumen serah terima dari pihak yang memberi hak pakai.
Penerimaan hak pakai dari pemerintah harus disertai surat keputusan
dari pemerintah yang bersangkutan serta berita acara serah terima dari
pihak sekolah yang bersangkutan dan diketahui oleh pejabat setempat,
serendah- rendahnya Camat
5. Tata cara penukaran tanah
Penukaran tanah dapat terjadi antara satu pihak dan pihak lain
yang memerlukan. Namun sebelum hal tersebut dilakukan maka harus
terlebih dahulu ada izin dari Menteri Keuangan dan sesuai Keppres
tentang pelaksanaan APBN Adapun langkah-langkah dan tata caranya
sama dengan langkah- langkah dan tata cara dalam menukar bangunan
seperti diuraiakan sebelumnya.
Untuk kelompok sarana dan prasarana yang diadakan dengan
cara pembelian, bantuan/hadiah, atau menukar maka sebaiknya
disertakan dengan Berita Acara Pemeriksaan Barang beserta
lampirannya, "Berita Acara Penyerahan Barang atau Berita Acara
Serah Terima Barang. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
timbulnya tuntutan-tuntutan dari pihak lain di masa datang. Lembaran
berita acara tersebut mewakili persetujuan kedua belah pihak terhadap
kesepakatan yang dilakukan dalam proses transaksi.
Selanjutnya jika harus mengeluarkan barang dari tempat
penyimpanannya, sebaiknya selalu menggunakan lembaran Berita
Acara Penerimaan/Pengeluaran Barang. Lembar berita acara ini juga
dapat digunakan untuk menerima barang yang baru diterima dengan
jalan pembelian, hibah, penukaran dan sebagainya
1.6.5. Pengendalian Dalam Pengadaan
Pengadaan barang, baik yang dilakukan sendiri oleh sekolah maupun
dari luar sekolah, hendaknya dapat dicatat sesuai dengan keadaan dan
kondisinya. Hal itu dimaksudkan sebagai upaya pengecekan, serta melakukan
pengontrolan terhadap keluar/masuknya barang atau sarana dan prasarana
30 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
milik sekolah. Catatan tersebut dituangkan dalam format pengadaan sarana
dan prasarana pendidikan yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai rujukan
bagi sekolah dalam melakukan aktivitas pengadaan sarana dan prasarana
untuk sekolah.
Contoh format disajikan secara berurutan, dari mulai dari berita acara
penerimaan/pengeluaran barang, berita acara pemeriksaan barang, berita acara
penyerahan barang, berita acara serah terima barang, sampai dengan format
buku penerimaan barang.

1.7.

Pengaturan Sarana dan Prasarana Sekolah


Setelah proses pengadaan dilakukan maka proses manajemen sarana dan
prasarana seianiutnya ialah proses pengaturan sarana dan prasarana. Ada tiga kegiatan
yang dilakukan dalam proses pengaturan ini yaitu proses inventarisasi, penyimpanan,
dan perneliharaan.
1.7.1.

Inventarisasi
Inventarisasi merupakan kegiatan mencatat dan menyususn sarana dan
prasarana yang ada secara teratur, tertib, dan lengkap berdasarkan ketentuan
yang berlaku. Sarana dan prasarana pemerintah (milik negara) wajib diadakan
inventarisasi sesuai dengan format-forrnat yang telah ditentukan. Kepala
sekolah atas kegiatan inventarisasi. Melalui inventarisasi akan dapat diketahui
dengan mudah jumlah, jenis barang, kualitas, tahun pembuatan, merek/ukuran,
dan harga barang-barang yang ada di sekolah.
Secara umum, inventarisasi dilakukan untuk usaha penyempurnaan
pengurusan dan pengawasan yang efektif terhadap sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh suatu sekolah. Secara khusus, inventarisisr dilakukan dengan
tujuan-tujuan sebagai berikut :
1.

Untuk menjaga dan menciptakan tertib administrasi sarana dan prasarana


yang dimiliki oleh suatu sekolah.

2.

Untuk menghemat keuangan sekolah, baik dalam pengadaan maupun


untuk pemeliharaan dan penghapusan sarana dan kekayaan suatu
prasarana sekolah.

31 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
3.

Sebagai bahan atau pedoman untuk menghitung sekolah dalam bentuk


materi yang dapat dinilai dengan uang

4.

Untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana


yang dimiliki oleh suatu sekolah (Depdiknas, 2007: 41-42).
Dalam kegiatan inventarisasi, kegiatan-kegiatan yang harus dilakulcan

oleh pengelola sarana dan prasarana pendidikan sebagai berikut :


1.

Mencatat semua barang inventaris di dalam "Buku Induk Barang


Inventaris" dan buku pembantu (Buku Golongan Barang Inventaris) "
Buku induk barang inventaris adalah buku tempat mencatat semua barang
inventaris milik negara dalam lingkungan sekolah menurut urutan tanggal
penerimaannya. Sementara buku golongan barang inventaris adalah buku
pembantu tempat mencatat barang inventaris menurut golongan barang
yang ditentukan.

2.

Mencatat semua barang non-inventaris dalam "Buku Catatan Barang


Non-Inventaris". Buku catatan non-inventaris adalah buku tempat
mencatat semua barang habis pakai, seperti kapur, pensil, penghapus,
papan tulis, dan lain-lain.

3.

Memberikan

koding

(coding)

pada

barang-barang

yang

diinventarisasikan. Kode yang digunakan untuk melambangkan nama


atau uraian kelompok/jenis barang adalah berbentuk angka bilangan atau
numerik yang tersusun dengan pola tertentu, agar mudah diingat dan
dikenali. Pada umumnya, nomor kode barang terdiri dari (tujuh) buah
angka yang tersusun menjadi dua bagian yang mana masing-masingnya
berjumlah tiga dan empat angka. Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh
sebuah tanda titik. Angica pertama dari susunan tiga angka untuk
menyatakan ienis formulir yang digunakan. Dua angka berikutnya
merupakan sandi pokok untuk kelompok barang menurut ketentuan di
dalam masing-masing formulir. Angka keempat sesudah tanda titik
diperuntukkan bagi nomor kode spesifikasi masing-masing barang dari/di
dalam sub-sub kelompok yang bersangkutan. Misalnya, sandi barang
bergerak 100.000 dan sandi barang tidak bergerak 200.000

110.0300

Tanah lapangan olahraga


32 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah

4.

110.0400
110.0500
110.0600
110.0700
230.0900
230.0910
230.0920
230.0930

Tanah untuk jalan tempat parkir


Tanah pertanian
Tanah peternakan
Tanah perkebunan
Perhiasan ruangan
Lambang negaralinstansi/organisasi
Bendera/vandel
Piala

Membuat laporan triwulan tentang mutasi barang, yaitu laporan tentang


bertambah atau berkurangnya barang selama triwulan yang bersangkutan.
Laporan ini tersusun berdasarkan jenis barang dan pada masing-masing
golongan inventaris.

5.

Membuat daftar isian inventaris, yaitu tempat-tempat mencatat semua


barang inventaris menurut golongan barangnya.

6.

Membuat daftar rekapitulasi barang inventaris, yaitu daftar yang


menunjukkan jumlah barang inventaris menurut keadaan pada tanggal 1
April tahun yang lalu, mutasi barang yang terjadi selarna setahun tersebut,
dan keadaan barang inventaris pada bulan April tahun anggaran
berikutnya.

1.7.2.

Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan sarana dan prasarana di
suatu tempat agar kualitas dan kuantitasnya terjamin. Kegiatan menyimpan
meliputi menerima barang, menvimpan barang, dan mengeluarkan atau
mendistribusikan barang. Dalam kegiatan ini diperlukan gudang sebagai
tempat untuk menyimpan barang-barang yang perlu disimpan dalam satu
tempat. Untuk mempersiapkan gudang perlu diperhatikan beberapa faktor
pendukungnya, seperti denah gudang, sarana pendukung gudang, dan
keamanan.
Denah atau tata letak gudang perlu diperhatikan untuk mernudahkan
penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran barang. Gudang sebaiknya jangan
disekat-sekat, kecuali memang diperiukan. Letak pintu dan posisi dinding
diatur agar memudahkan dalam pergerakan, lorong gudang dapat ditata
berdasarkan sistem garis lurus, arus huruf U, atau arus huruf L.. Selain itu,
33 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
gudang harus memiliki sirkulasi udara yang cukup, kelembapan udara yang
cukup dan pencahayaan vang memadai. Pengelola gudang dapat menggunakan
rak atau pallet untuk meniaga barang-barang tetap memperoleh sirkulasi
pencahavaan, perlindungan terhadap banjir, dan serangan hama serta efisiensi
penanganan. Untuk barang-barang yang berbahaya, memerlukan perlakuan
khusus dan harang-barang berukuran terlalu besar perlu dilakukan
penyimpanan khusus. Misalnya, untuk obat dan vaksin perlu dilakukan
penyimpanan khusus dengan cara disimpan di lemari pendingin dan harus
dilindungi dari putusnya aliran listrik; untuk bahan kimia disimpan dalam
bangunan khusus yang terpisah dari gudang induk; dan peralatan besar
memerlukan tempat khusus untuk penyimpanan dan pemeliharaan.
Selain letak gudang, faktor pendukung lainnya ialah sarana pendukung
pergudangan. Sarana pendukung pergudangan melipuri bangunan gedung,
listrik, alat angkutan forklift, kendaraan roda dua, dan roda empat), alat
dokumentasi administrasi (missal computer, printer, brankas, lemari arsip, dan
lain-lain, alat komunikasi (telephon), alat pengatur suhu sarana administrasi
(misal buku induk, buku pembantu, surat bukti barang masuk, surat bukti
barang keluar dan alat tulis kantor) dan peralatan.
Faktor pendukung berikutnya ialah keamanan gudang. Secara historis,
gudang harus aman dari bencana (misal baniir dan tanah longsor). Bahanbahan yang terdapat di gudang harus ditata agar tidak terjadi penumpukan
bahan-bahan yang mudah terbakar. Untuk menanggulangi kebakaran dengan
cepat, perlu dipasang alarm dan alat-alat pemadam kebakaran dengan cukup.
Sementara itu, untuk menjaga keamanan gudang dari jangkattan pencuri, perlu
dipagar keilling dan dipasang alat pemantau keamanan.

1.7.3.

Pemeliharaan
Proses pendidikan sangat memerlukan sarana dan prasarana.
Sementara itu, sarana dan prasarana akan mengalatni penyusuan kualitas dari
34 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
waktu ke waktu. Sejak barang diterima dari penjual atau pemborong, sejak itu
pula barang tersebut akan mengalanli penyusutan kualitas. Baik kualitas
maupun kuantitas sarana dan prasarana pendidikan akan menurun drastis jika
tidak dilakukan upaya pemeliharaannya secara baik. Oleh karena itu, per1u
dilakukan upaya pernellharaan sarana dan prasarana pendidikan secara
kontinyu.
Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk
melaksanalcan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana
selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan
berhasil guna dalam mencapai tuitian pendidikan. Pemeliharaan merupakan
kegiatan penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang sehingga
barang kondisinya baik dan siap digunakan. Pemeliharaan mencakup daya
upaya yang terus menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap
dalam keadaan baik. Berikut ini tujuan perneliharaan
1. Mengoptimalkan usia pakai pakai peralatan. Hal ini sangat penting
terutama jika dilihat dari aspek biaya karena untuk membeli suatu
peralatan akan jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan merawat bagian
dari peralatan tersebut.
2. Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan untuk mendukung
kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal.
3. Untuk menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan melalui
pengecekan secara rutin dan teratur.
4. Untuk menjamin keselamatan orang atau siswa saar menggunakan Alat
tersebut (Depdiktud, 2007: 31-32).
Dalam Kegiatan pemelibaraan, terdapat beberapa macam pekerjaan,
yaitu perawatan rutin/berkala, perawatan darurat dan perawatan preventif.
Perawatan rutin jalah perawatan yang dilakukan setiap kurun waktu tertentu,
misainva harian, mingguan, bulanan, dan triwulan bahkan tahunan. Contohnva
pembersitian kaca, lantai, meja, dan kursi serta toilet; pembersihan ruangan
dan halaman dari sampah; dan pengecetan gedung dan peralatan. Perawatan
darurat adalah perawatan yang tak terduga sebelumnva karena ada kerusakan
atau tanda bahaya. Perawatan sepeni ini merupakan perbaikan yang sifatnya
35 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
sententara dan harus cepat selesai supaya kerusakan tidak bertambah parah
dan agar proses pembelajaran tidak terganggu. Sementara perawatan preventif
adalah perawatan rutin yang dilakukan pada selang waktu tertentu dengan
beberapa kriteria yang ditentukan sebelumnya. Tujuan perawatan ini adalah
untuk mencegah kemungkinan sarana dan prasarana tidak dapat berfungsi
pada. saat digunakan.
Pekerjaan (Depdiknas, 2007 : 34) yang. termasuk dalam perawatan
preventif ialah melihat, memerikasa, menyetel, mengkalibrasi, meminyaki,
penggantian suku cadang, dan sebagainva. Berikut langkah-langkah dalam
perawatan preventif.
1.

Menyusun program perawatan preventif di sekolah

2.

Membentuk tim pelaksana perawatan preventif sekolah terdiri atas :


kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kepala tata usaha. Bp3 atua komite
sekolah

3.

Menyiapkan jadwal tahunan kegiatan perawatan untuk setiap peralatan


dan fasilitas sekolah

4.

Menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil keria perawatar pada


masing-masing bagian sekolah

5.

Memberi penghargaan bagi mereka yang berhasil meningka kinerja


peralatan sekolah untuk meningkatkan kesadaran dalan, merawat sarana
dan prasarana sekolah
Agar dapat melakukan pemeliharaan dengan tepat, perlu diketahui

faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan kerusakan. Menurut J.


Mamusung yang dikutip oleh Endang Herawan & Sukarti Nasihin (2001:
122), faktor-faktor yang mengakibatkan kerusakan pada bangunan, perabot,
dan perlengkapan sekolah.
1.

Kerusakan yang disebabkan pemakaian dan pengrusakan. baik yang


disengaja, maupun yang tidak oleh pemakai.

2.

Kerusakan disebabkan pengaruh udara, cuaca musim maupun keadaan


lingkungan.

3.

Keusangan (out of date) disebabkan modernisasi di bidang pendidikan


serta perkembangannya.
36 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
4.

Kerusakan karena kecelakaan atau bencana disebabkan kecerobohan


dakm perencanaan, pemeliharaan, pelaksanaan, maupun penggunaan
yang salah.

5.

Kerusakan karena timbulnya bencana alam, seperti banjir, gempa. dan


lain sebagainya

6.

Masalah yang sering terjadi dan cukup ironis dalam pemeliharaan sarana
dan prasarana pendidikan di sekolah ialah pengrusakan Yang sengaja
dilakukan oleh para siswa itu sendiri. Selain merupakan tindakan
indisipliner, pengrusakan juga akan membebani anggaran sekolah karena
harus menambah jumlah pengeluaran yang seharusnva tidak terjadi.
Untuk menangani masalah tersebut, berikut ini beberaa cara yang dapat
dilakukan
1. Menumbuhkan rasa memiliki (handarbeni) pada seluruh siswa
2. Sarana dan prasarana disediakan dengan kualitas yang prima sehingga
tidak mudah dirusak
3. Mendisiplinkan siswa dengan cara yang efektif dan diterima dengan
baik oleh semua siswa
4. Memupuk rasa tanggung jawab (hangrungkebi) pada seluruh siswa
untuk menjaga dan memelihara sarana dan prasarana pendidikan yang
ada.

1.8.

Penggunaan Sarana dan Prasarana


Penggunaan dapat dikatakan sebagai kegiatan pemanfaatan sarana dan
prasaranapendidikan

untuk

mendukung

proses

pendidikan

demi

mencapai

tujuanpendidikan. Ada dua prinsip (Depdiknas, 2008: 42) yang harus diperhatikan
dalampemakaian perlengkapan pendidikan, yaitu prinsip efektivitas danprinsip
efisiensi. Prinsip efektivitas berarti semua pernakaian perlengkapan pendidikan di
sekolah hartis ditujukar-semata-mata dalam memperlancar pencapaian tujuan
pendidikan sekolah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sementara Prinsip
efisiensi berarti pemakaian semua perlengkapan pendidikan secara hemat dan hatihati sehingga semua perlengkapan yang ada tidak mudah habis, rusak, atau hilang.

37 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
Penggunaan sarana dan prasarana disekolah merupakan tanggung jawab
kepala sekolah. Namun, kepala sekolah dapat melimpahkan pekerjaannya kepada
wakil kepala sekolah. Wakil kepala sekolah yang menangani sarana dan prasarana
sering disebut sebagai wakasek bidang Sarana dan Prasarana. Apahila kondisi sekolah
tidak memungkinkan untuk mengangkat wakil kepala sekolah sebaiknya kepala
sekolah menunjuk petugas tertentu yang dapat menangani masalah tersebut.
Kepala sekolah harus dapat menjamin sarana dan prasarana telah digunakan
secara optimal oleh warga sekolalt. Akan tetapi perlu dihindari kemungkinan terjadi
kesemrawutan dalam penggunaannya. Menurut Endang Herawan dan Sukarti Nasibin
(2001 : 123), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sarana dan prasarana.
a.

Penyusunan jadwal penggunaan harus dihindari benturan dengan kelompok


lainnya

b.

Hendaknya kegiatan-kegiatan pokok sekolah merupakan prioritas pertama

c.

Waktu/jadwal penggunaan hendaknya diajukan pada awal tahun ajaran

d.

Penugasan/penunjukan personel sesuai dengan kcahlian pada bidangnya,


misalnya petugas laboratorium, perpustakaan, operator komputer, dan sebagainya

e.

Penjadwalan dalam penggunaan sarana dan prasarana sekolah, antara kegiatan


intrakurikuler dengan ekstrakurikuler harus jelas.
Selain itu, perlu juga dihindari kemungkinan terjadi kerusakan dini pada sarana

dan prasarana. Untuk mengatasi masalah pengguna sarana dan prasarana hendaknya
ikut bertanggung jawab dalam pemeliharaannya. Jika pada suatu alat terdapat
prosedur pemakaiannya, setiap pengguna wajib mengikuti prosedur pemakaian
tersebut.

38 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah

1.9.

Penghapusan Sarana dan Prasarana


1.9.1.

Pengertian Penghapusan Sarana dan Prasarana


Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan pembebasan
sarana dan prasarana dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara lebih operasional penghapusan
sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk
mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris,
kerena sarana dan prasarana tersebut sudah dianggap tidak berfungsi
sebagaimana yang diharapkan terutama untuk kepentingan pelaksanaan
pembelajaran di sekolah. Penghapusan sarana dan prasarana dilakukan
berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Penghapusan
sebagai salah satu fungsi manajemen sarana dan prasarana pendidikan
persekolahan harus mempertimbangkan alasan-alasan normatif tertentu dalam
pelaksanaannya. Oleh karena muara berbagai pertimbangan tersebut tidak lain
adalah demi efektivitas dan efisiensi kegiatan persekolahan.

1.9.2.

Tujuan Penghapusan Sarana dan Prasarana


Penghapusan sarana dan prasarana pada dasarnya bertujuan untuk:
1. Mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian/ pemborosan
biaya pemeliharaan sarana dan prasarana yang kondisinya semakin buruk,
berlebihan atau rusak, dan sudah tidak dapat digunakan lagi
2. Meringankan beban kerja pelaksanaan inventaris
3. Membebaskan ruangan dari penumpukan barang-barang yang tidak
dipergunakan lagi
4. Membebaskan barang dari tanggung jawab pengurusan kerja (Depdiknas,
2007: 52-53).

1.9.3.

Syarat-syarat Sarana dan Prasarana yang Dapat Dihapuskan


Barang-barang yang akan dihapus harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Menurut Sub.arsimiArikunto & Lia Yuliana (2009: 281-282), barangbarang yang dapat dihapuskan dari daftar inventaris harus memenuhi salah
satu atau lebih syarat-syarat di bawah ini.
39 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
1.

Dalam keadaan rusak berat yang sudah dipastikan tidak dapat diperbaiki
lagi atau dipergunakan lagi

2.

Perbaikan akan menelan biaya yang sangat besar sehingga merupakan


pemborosan uang Negara

3.

Secara teknis dan ekonamis kegunaan tidak seimbang dengan biaya


pemeliharaan

4.

Penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang (biasanya banahn kimia)

5.

Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini, seperti mesin tulis
biasanya diganti dengan IBM atau PC

6.

Barang-barang yang jika disimpan lebih lama akan rusak dan tidak dapat
dipakai lagi

7.

Ada penurunan efektivitas kerja, misalnya dengan mesin tulis baru sebuah
konsep dapat diselesaikan dalam 5 hari, tetapi dengan mesin tulis yang
hampir rusak harus diselesaikan 10 hari

8.

Dicuri, dibakar, diselewengkan, musnah alcibat bencana alam, dan lain


sebagainya.

1.9.4.

Cara-cara dan Proses Penghapusan Sarana dan Prasarana


Secara umum, penghapusan barang dapat dilakukan dengan cara lelang
dan pemusnahan. Namun, dalam penghapusan harus melewati tahap-tahap
tertentu. Menurut Suharsimi Arikunto & Lia Yuliana (2009: 281-282),
penghapusan barang dapat melalui tahap-tahap berikut ini :
1. Pemilihan barang yang dilakukan tiap tahun bersamaan dengan waktu
memperkirakan kebutuhan
2. Memperhitungkan faktor-faktor penyingkiran dan penghapusan ditinjau
dari segi nilai uang
3. Membuat perencanaan
4. Membuat surat pemberitahuan kepada yang akan diadakan penyingkiran
dengan menyebutkan barang-barang yang akan disingkirkan

40 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
5. Melaksanakan penyingkiran dengan cara: (a) mengadakan lelang; (b)
menghibahkan kepada badan/orang lain; (c) mernbakan (d) penyingkiran
disaksikan oleh atasan
6. Membuat berita acara tentang pelaksanaan penyingkiran
Penghapusan

barang

inventaris

dengan

cara

lelang

merupakan

perighapusan barang-barang sekokh melalui Kantor Lelang Negara.


prosesnya sebagai berikut :
1. Kepala Dinas Pendidikan membentuk panitia penjualan barang
2. Melaksanakan sesuai dengan prosedur lelang yang telah ditetapkan
3. Mengikuti acara pelelangan
4. Kantor lelang membuat "Risalah Lelang" dengan mencanturnkan
banyaknya, narna barang, dan keadaan barang yang dilelang
5. Uang hasil Ielang, disetorkan ke kas negara selarnbat-lambatnya 3 hari
kerja setelah hari lelang
6. Biaya lelang dan meniadi beban pembeli
Penghapusan barang inventaris dengan cara pemusnahan (Depdiknas,
2007: 54-55), adalah penghapusan barang inventaris yang dilalcuican dengan
memperhitungka_n faktor-faktor pemusnahan ditinjau dari segi uang. Oleh
karena itu, penghapusan dibuat dengan perencanaan yang matang dan dibuat
surat pemberitahuan kepada atasan dengan menyebutkan barang-barang apa
yang hendak disingkirkan. Prosesnya sebagai berikut :
1. Membentuk panitia penghapusan oleh kepala Dinas Pendidikan
2. Sebeium barang dihapuskan perlu dilakukan pemilihan barang yang
dilakukan tiap tahun bersamaan dengan waktu memperkirakan
kebutuhan
3. Panitia rnelakukan penelitian barang yang akan dihapus
4. Panitia membuat berita acara
5. Setelah mengadakan penefitia.n secukupnya barang-barang yang
diusulkan untuk dihapus sesuai surat kepurusan dan disaksikan oleh
pejabatpemerintah setempat dan kepolisian, pemusnahannya dilakukan
oleh unit kerja yang bersangkutan dengan cara dibakar, dikubur, dan
sebagainya
41 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
6.

Menyampaikan berita acara ke atasan/menteri sehingga dikeluarkan


keputusan penghapusan

7.

Kepala sekolah selanjutnya menghapuskan barang tersebut dari buku


induk dan buku golongan inventaris dengan menyebut No, dan SK
penghapusannya.

1.10. Prinsi-prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana disekolah harus mencerminkan kurikulum sekolah. Hal
ini karena sarana dan prasarana sekolah sengaja diadakan uyntuk menunjang
terlaksanannya kurikulum. Dengan demikian, kualitas sarana dan prasarana sekolah
merupakan symbol kualitas pendidikan yang ada disekolah tersebut. Sarana dan
prasarana sekolah adalah tanggung jawab kepala sekolah. Oleh karena itu, perlu
dipahami prinsip-prinsip apa saja yang harus dipegang dalam melaksanakan
manajemen sarana dan prasarana. Menurut Hunt Pierce dalam Endang H. dan Sukarti
N. (2001: 113-114), prinsip darsar dalam manajemen sarana dan prasarana adalah
sebagai berikut :
1. Lahan bangunan dan perlengkapan perabot sekolah harus menggambarkan citra
dan cita masyarakat seperti halnya yang dinyatakan dalam filsafat dan tujuan
pendidikan
2. Perencanaan lahan bangunan, dan perlengkapan-perlengkapan perabot sekolah
hendaknya merupakan pancaran kegiatan bersama dan dengan pertimbangan suatu
tim ahli yang cukup cakap yang ada di masyarakat
3. Lahan bangunan dan perlengicapan-perlengkapan perabot sekolah hendaknya
disesuaikan dan memadai bagi kepentingan anak-anak didik, demi terbentuknya
karakter mereka dan dapat melayani serta menjamin mereka diwaktu belajar,
bekerja dan bermain sesuai dengan bakat mereka masing-masing
4. Lahan bangunan dan perlengkapan-perlengkapan perabot sekolah serta alatalatnya hendaknya disesuaikan dengan kepentingan pendidikan yang bersumber
dari kepentingan serta kegunaan atau manfaat bagi anak-anak/murid-murid dan
guru-guru
5. Sebagai penanggung jawab harus membantu program sekolah secara efektif,
melatih para petugas serta memilih alatnya dan cara menggunakannya agar
42 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah
mereka dapat menyesuaikan diri serta melaksanakan tugasnya sesuai dengan
fungsi dan profesinya
6. Seorang penanggung jawab sekolah harus mempunyai kecakapan untuk
mengenal, baik kualitatif maupun kuantitatif serta menggunakan dengan tepat
fungsi bangunan dan perlengkapannya
7. Sebagai penanggungjawab harus mampu memelihara dan menggunakan bangunan
dan tanah sekitarnya sehingga ia dapat membantu terwujudnya kesehatan,
keamanan, kebahagiaan dan keindahan serta kemajuan dari sekolah dan
masyarakat
8. Sebagai penanggung jawab sekolah bukan hanya mengetahui kekayaan sekolah
yang dipercayakan kepadanya, melainkan harus memperhatikan seluruh keperluan
alat-alat pendidikan yang dibutuhkan oleh anak didiknya.

43 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen sarana dan prasarana sekolah pada dasarnya merupakan salah satu
bidang kajian administrasi sekolah (school Administrator) dan sekaligus menjadi tugas
pokok administrator sekolah atau kepala sekolah. Pada hakekatnya manajemen sarana
dan prasarana sekolah merupakan proses pendayagunaan semua sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh sekolah. Melalui proses tersebut diharapakan semua pendayagunaan
sarana dan prasarana pendidikan disekolah dapat secara efektif dan efisien.
Secara etimologis(bahasa) prasarana berarti alat tidak langsung untuk
mencapai tujuan dalam pendidikan misalnya lokasi/tempat bangunan sekolah, lapanagan
olahraga, uang dan sebagainya. Sedangkan sarana berati alat langsung untuk mencapai
tujuan pendidikan misalnya: ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.
Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa manajemen sarana dan
prasarana sekolah adalah semua komponen yang secara langsung maupun tidak langsung
menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan itu
sendiri. Menurut keputusan menteri P&K No.079/1975, sarana pendidikan terdiri dari
tiga kelompok besar yaitu: a) Bangunan dan perabot sekolah b) Alat pelajaran yang
terdiri dari pembukuan, alat-alat peraga dan laboratorium c) Media pendidikan yang
dapat dikelompokan menjadi audiovisual yang menggunakan alat penampil dan media
yang tidak menggunakan alat penampil.
Dengan demikian manajemen sarana dan prasarana itu merupakan usaha
untuk mengupayakan sarana dan alat peraga yang dibutuhkan pada proses pembelajaran
demi lancarnya dan tercapainya tujuan pendidikan. Sebagai contoh sarana sekolah adalah
gedung, ruangan, meja-kursi alat peraga dan lain-lain. Sedangkan prasarana sekolah
adalah jalan menuju sekolah, tempat atau perkarangan sekolah, kebun, halaman serta tata
tertib sekolah.

44 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah

3.2 Saran
1. Hendaknya kepala sekolah sebagai administrator harus mengetahui langsung sarana
prasarana apa saja yang ada disekolahan dan bagaimana keadaannya.
2. Melakukan sisi pencatatan yang tepat sehingga mudah diketahui dan di kerjakan
3. Administrasi peralatan dan perlengkapan pengajaran harus senantiasa di tinjau dari
segi pelayanan untuk turut memperlancar pelaksanaan program pengajaran
4. Kondisi kondisi di atas akan terpenuhi jika administrator mengikutsertakan semua
guru dalam perencanaan seleksi, distribusi dan penggunaan serta pengawasan
peralatan dan perlengkapan pengajaran.

45 | P a g e

Manajemen
Sarana dan Prasarana Sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Administrasi Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan


Nasional, 2003
Pedoman Penghapusan Barang Inventaris. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1996
Abdullah, S.( 2004). Pengelolaan Fasilitas. Bandung: Jakarta : Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2004.
Alwi, Hasan. dkk Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Anon. Pedoman Pemeliharaan Sarana dan Prasarana. Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1996
Arikunto, Suharsimi dan Yuliana, Lia. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta : Aditya Media
Yogyakarta, 2013
Arum, Wahyu Sri Ambar. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Jakarta : CV.
Multi Karya Mulia, 2007
Barnawi, Arifin, M. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah. Yogyakarta : Ar_Ruzz
Media, 2014
Dwiantara, Lukas dan Rumsari Hadi Sumarto. Manajemen Logistik; Pedoman Praktis Bagi
Sekretaris dan Staf Administrasi. Jakarta:PT. GramediaWidiasarana Indonesia, 2004
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta:
Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006.
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2002

46 | P a g e

You might also like