Professional Documents
Culture Documents
Pekerjaan
.B
ST
D
IT
TAHUN ANGGARAN
2009
.B
ST
P
Saat ini terjadi urbanisasi dan aglomerasi beberapa perkotaan yang ada, termasuk pada
kawasan sentra Provinsi Sumatera Barat yaitu antara kota Padang(Ibukota Propinsi
Sumatera Barat), Lubuk Alung(merupakan Perlintasan Jalur Lintas Barat Pulau
Sumatera, yang berada di Kabupaten Padang Pariaman) dan Kota Pariaman (Kota
Wisata dan Budaya). Kawasan aglomerasi ini disebut PALAPA. Perkembangan
kawasan PALAPA ini perlu didukung dengan perencanaan dan penataan
transportasinya. Penataan jaringan transportasi pada kawasan ini disusun untuk
mengatasi permasalahan yang muncul dan akan muncul pada kawasan ini. Penataan
fasilitas dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada diperlukan agar pembangunan
di kawasan aglomerasi ini tidak menimbulkan masalah baru.
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
.B
ST
P
IT
11
14
15
17
17
17
18
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
ii
18
19
21
21
22
23
25
10
12
14
14
14
14
16
16
IT
.B
ST
P
17
19
19
19
19
20
20
20
23
23
23
23
23
25
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
iii
.B
ST
P
IT
3.6 Metoda dan Model Prediksi Matriks Asal Tujuan (MAT) ...................... III - 39
3.7 Analisis Proyeksi Arus Lalu Lintas ......................................................... III - 41
BAB 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
4.1 Geografis Sumatera Barat dan Kawasan Palapa ................................... IV -
iv
17
18
20
4.3 Laju Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat Dan Kawasan Palapa .... IV -
22
32
37
39
4.4 Pola Penggunaan Lahan Sumatera Barat dan Kawasan Palapa ........... IV -
41
42
45
48
52
54
56
56
59
59
60
.B
ST
P
IT
10
15
19
20
20
21
25
29
31
33
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
38
39
40
43
5.5.1 Hasil Survey Traffic Count Pada Ruas Jalan Penghubung Antara
Kota Pada kawasan Aglomerasi Palapa ....................................... V -
45
51
51
52
54
63
BAB 6 ANALISIS
.B
ST
P
IT
13
6.4 Analisis Pelayanan Angkutan Umum Dan Manajemen Lalu Lintas .... VI -
29
30
32
32
34
35
36
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
vi
11
11
12
12
12
12
13
16
16
17
23
24
26
26
27
27
27
28
28
29
32
32
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
vii
33
33
33
34
34
35
35
36
37
38
38
39
39
39
40
41
42
44
45
IT
.B
ST
P
LAMPIRAN
Draft Peraturan Gubernur
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
viii
11
16
Tabel 3.3 Sampel Statistik Survai Wawancara Rumah Tangga ............................ III -
23
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten dan Kota Kawasan Aglomerasi Palapa ........ IV -
11
14
18
19
19
Tabel 4.8 Jumlah, Persebaran dan Kepadatan Penduduk Kab. Padang Pariaman IV -
21
Tabel 4.9 Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha ..................................................................... IV -
24
IT
.B
ST
P
Tabel 4.10 Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha .............................................. IV -
25
Tabel 4.11 Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2007 ................................................................ IV -
26
28
Tabel 4.13 Distribusi PDRB Provinsi Sumatera Barat atas dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006,2007 ........................................ IV -
29
Tabel 4.14 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota
(Jutaan Rupiah) Di Kawasan Aglomerasi Palapa ................................. IV -
30
Tabel 4.15 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Padang dan Provinsi Sumatera Barat
Tahun 1996-2006 .................................................................................. IV -
32
Tabel 4.16 Distribusi Persentase PDRB Padang Berdasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Th. 2005-2007 ........................................................... IV -
33
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
ix
35
36
Tabel 4.19 Struktur PDRB Kabupaten Padang Pariman Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2006 ............................... IV -
40
Tabel 4.20 Luas Lahan Kota Padang Menurut Jenis Penggunaannya Tahun 2007 IV -
43
Tabel 4.21 Penggunaan Lahan di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2007 ......... IV -
48
51
52
53
54
56
57
Tabel 5.1 Jarak (km) Antar Kota Pada Kawasan Aglomerasi Palapa ................... V -
Tabel 5.2 Jenis Permukaan Panjang Jalan Kota Padang Menurut Fungsinya
Tahun 2007 ........................................................................................... V -
Tabel 5.3 Panjang jalan di Kota Padang Menurut Jenis Permukaan dan Statusnya
Tahun 2007 ........................................................................................... V -
Tabel 5.4 Kondisi Permukaan jalan Kota Padang Menurut Fungsinya tahun 2007 V -
Tabel 5.5 Panjang dan Lebar jalan nasional Kota Padang Tahun 2007 ................ V -
10
Tabel 5.7 Kondisi dan Status Jalan di Kota Pariaman Tahun 2007 - 2008 ........... V -
11
Tabel 5.8 Perkembangan Jalan di kabupaten Padang Pariaman Tahun 20032007 ....................................................................................................... V -
12
Tabel 5.9 Kondisi Jalan di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2003-2007 ........ V -
13
Tabel 5.10 Panjang Jalan Menurut Status Jalan dan Jenis Permukaan Jalan Tahun
2008 ....................................................................................................... V -
13
Tabel 5.11 Panjang Jalan Menurut Status Jalan per Kecamatan di Kabupaten
Padang Pariaman ................................................................................... V -
12
Tabel 5.12 Jenis Permukaan (Status Jalan Kabupaten) per Kecamatan .................. V -
14
Tabel 5.13 Lokasi, Nama dan Tipe Terminal di Kawasan Palapa .......................... V -
23
IT
.B
ST
P
Tabel 4.17 Pendapatan Regional dan per-kapita Kota Padang atas dasar harga
berlaku tahun 2005-2007....................................................................... IV -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
31
Tabel 5.15 Peraturan Penetapan Trayek AKDP, Angkytan Perkotaan dan Angkutan
Perdesaan dalam Kawasan Palapa ........................................................ V -
34
Tabel 5.16 Trayek Angkutan Penumpang Antar Kota dalam Provinsi (AKDP) yang
menghubungkan kota dalam kawasan Palapa ....................................... V -
35
39
53
Tabel 5.19 Kecepatan Perjalanan dan Kecepatan Gerak pada ruas Jalan di Pusat
Kota Padang .......................................................................................... V -
54
Tabel 5.20 Nilai Perbandingan Volume dengan Kapasitas pada Ruas Yang di
Survey ................................................................................................... V -
56
59
Tabel 5.22 Kinerja Beberapa Simpang Tak Bersinyal di kawasan Palapa ............. V -
59
Tabel 5.23 Rangkuman Hasil Observasi dan Survey pada beberapa titik/simpang
di Kota Padang ...................................................................................... V -
61
64
Tabel 6.2 Prediksi V/C Rasio Kondisi Do Nothing Ruas Lengan Simpang ......... VI -
11
Tabel 6.3 Prediksi V/C Rasio Kondisi Do Something Ruas Lengan Simpang ..... VI -
11
13
14
Tabel 6.6 Proyeksi Asal (Bangkitan) dan Tujuan (Tarikan) Perjalanan Orang
Pada Tahun Rencana ............................................................................. VI -
15
IT
.B
ST
P
Tabel 6.7 Proyeksi Asal (Bangkitan) dan Tujuan (Tarikan) Perjalanan Barang
Pada Tahun Rencana (dalam satuan ton) .............................................. VI -
15
Tabel 6.8 Matrik Asal Tujuan Proyeksi Perjalanan Orang Tahun Rencana 2014 VI -
16
Tabel 6.9 Matrik Asal Tujuan Proyeksi Perjalanan Orang Tahun Rencana 2019 VI -
16
Tabel 6.10 Matrik Asal Tujuan Proyeksi Perjalanan Orang Tahun Rencana 2024 VI -
17
Tabel 6.11 Matrik Asal Tujuan Proyeksi Perjalanan Orang Tahun Rencana 2029 VI -
17
Tabel 6.12 Matrik Asal Tujuan Proyeksi Perjalanan Barang (ton) Tahun Rencana
2014 ....................................................................................................... VI -
18
Tabel 6.13 Matrik Asal Tujuan Proyeksi Perjalanan Barang (ton) Tahun Rencana
2019 ....................................................................................................... VI -
18
Tabel 6.14 Matrik Asal Tujuan Proyeksi Perjalanan Barang (ton) Tahun Rencana
2024 ....................................................................................................... VI -
19
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
xi
19
Tabel 7.1 Matrik Kebijakan, Program dan Kegiatan pada Kawasan Aglomerasi
PALAPA ............................................................................................... VII-
47
Tabel 7.2 Matrik Kebijakan, Program dan Kegiatan pada Kota Padang .............. VII-
51
Tabel 7.3 Matrik Kebijakan, Program dan Kegiatan pada Kota Pariaman ........... VII-
60
Tabel 7.4 Matrik Kebijakan, Program dan Kegiatan Lubuk Alung (Padang
Pariaman) .............................................................................................. VII-
66
IT
.B
ST
P
Tabel 6.15 Matrik Asal Tujuan Proyeksi Perjalanan Barang (ton) Tahun Rencana
2029 ....................................................................................................... VI -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
xii
Gambar 2.2
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
32
Gambar 3.4
33
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
10
Gambar 4.4
13
Gambar 4.5
16
Gambar 4.6
25
27
27
31
58
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
16
Gambar 5.4
24
Gambar 5.5
25
Gambar 4.8
IT
Gambar 4.7
.B
ST
P
Gambar 2.1
Gambar 4.9
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
xiii
27
Gambar 5.7
30
Gambar 5.8
31
Gambar 5.9
34
Gambar 5.10 Lintasan Trayek Angkutan Penumpang Antar Kota Dalam Provinsi
(AKDP) yang menghubungkan Kota Padang, Lubuk Alung dan
Pariaman ......................................................................................... V -
36
Gambar 5.11 Lintasan Trayek Angkutan Kota (Padang dan Pariaman) dan
Angkutan Perdesaan (Lubuk Alung sekitarnya) di kawasan
aglomerasi Palapa ........................................................................... V -
37
40
Gambar 5.13 Persentase Alasan memilih Penilaian kondisi dan layanan serta
usulan pengguna angkutan umum ................................................... V -
41
Gambar 5.14 Persentase alasan memilih, penilaian kondisi dan layanan serta
usulan pengguna terminal ............................................................... V -
42
43
45
Gambar 5.17 Hasil Perhitungan Traffic Count Ruas Jalan Simpang Apar (Dari
Pariaman ke Pasaman) (smp/jam) ................................................... V -
46
Gambar 5.18 Hasil Perhitungan Traffic Count Ruas Jalan Simpang Apar (Dari
Pasaman ke Pariaman) (smp/jam) ................................................... V -
46
Gambar 5.19 Hasil Perhitungan Traffic Count Ruas Jalan By Pass Padang
(Dari Lubuk Begalung ke Air Pacah) (smp/jam) ........................... V -
47
Gambar 5.20 Hasil Perhitungan Traffic Count Ruas Jalan By Pass Padang
(Dari Air Pacah ke Lubuk Begalung) (smp/jam) ........................... V -
47
Gambar 5.21 Hasil Perhitungan Traffic Count Ruas Jalan Indarung Padang
(Dari Padang ke Solok) (smp/jam) ................................................. V -
48
Gambar 5.22 Hasil Perhitungan Traffic Count Ruas Jalan Indarung Padang
(Dari Solok ke Padang) (smp/jam) ................................................. V -
48
Gambar 5.23 Hasil Perhitungan Traffic Count Ruas Jalan Pasar Usang
(Dari Pariaman ke Padang) (smp/jam) .......................................... V -
49
Gambar 5.24 Hasil Perhitungan Traffic Count Ruas Jalan Pasar Usang
(Dari Padang ke Pariaman) (smp/jam) ........................................... V -
49
Gambar 5.25 Hasil Perhitungan Traffic Count Ruas Jalan Tabing Padang
(Dari Pariaman ke Padang) (smp/jam) ........................................... V -
50
IT
.B
ST
P
Gambar 5.6
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
xiv
50
51
52
57
65
Gambar 6.1
20
Gambar 6.2
21
Gambar 6.3
22
Gambar 6.4
23
Gambar 6.5
24
Gambar 6.6
25
Gambar 6.7
26
Gambar 6.8
27
Gambar 7.1
Gambar 7.2
15
Gambar 7.3
Rencana Rute Angkutan Umum Trayek Utama Kota Padang ........ VII-
20
Gambar 7.4
Rencana Rute Angkutan Umum Trayek Cabang Kota Padang ...... VII-
21
Rencana Rute Angkutan Umum Trayek Ranting Kota Padang ...... VII-
22
31
Gambar 7.6
IT
Gambar 7.5
.B
ST
P
Gambar 5.26 Hasil Perhitungan Traffic Count Ruas Jalan Tabing Padang
(Dari Padang ke Pariaman) (smp/jam) ........................................... V -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
xv
BAB PENDAHULUAN
1
1.1
.B
ST
P
Pada bab ini disampaikan beberapa hal pokok laporan, mulai dari latar belakang
(background), maksud, tujuan, ruang lingkup, sasaran, keluaran yang diharapkan
(intended output) dan sistematika laporan dari pekerjaan ini sesuai dengan KAK yang
telah diberikan oleh Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan (BSTP),
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan Indonesia
LATAR BELAKANG
Kota merupakan suatu pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan
jasa, produksi, distribusi barang serta menjadi pintu masuk atau simpul
transportasi bagi wilayah sekitarnya (hinterland). Fungsi utama suatu kota sangat
tergantung pada potensi wilayah hinterland dan karakteristik masyarakatnya.
Untuk menjalankan perannya sebagai pusat kegiatan (baik pusat kegiatan
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
I- 1
perdesaan untuk pertama kalinya dalam sejarah (Clark, 1996). Kendati fenomena
ini amat monumental, kejadian historis ini relatif kurang mendapat perhatian.
Tingkat urbanisasi di negara-negara Asia Tenggara lebih tinggi dibanding dari
kawasan lainnya di Asia, selama empat dasawarsa terakhir, tingkat urbanisasi
(yang diukur dengan persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan)
meningkat hampir dua kali lipat di negara-negara ASEAN. Pada tahun 1960,
tingkat urbanisasi di negara-negara ASEAN sebesar 20 persen, sedikit di bawah
negara-negara Asia lainnya. Pada tahun 1985, hampir semua negara-negara
ASEAN memiliki tingkat urbanisasi yang jauh lebih tinggi dibanding rata-rata
negara Asia. Kendati demikian, pada skala global, tingkat urbanisasi di negaranegara ASEAN masih tergolong rendah. Ini terbukti dari tingkat urbanisasi dunia
.B
ST
P
pada tahun 1960 dan 1995 masing-masing sebesar 34 persen dan 45 persen, yang
lebih tinggi daripada rata-rata tingkat urbanisasi ASEAN.
IT
pada gilirannya semakin mengaburkan perbedaan baku antara desa dan kota
(McGee, 1991). Industri cenderung beraglomerasi di daerah-daerah di mana
potensi dan kemampuan daerah tersebut memenuhi kebutuhan mereka, dan
mereka mendapat manfaat akibat lokasi perusahaan yang saling berdekatan. Kota
umumnya menawarkan berbagai kelebihan dalam bentuk produktifitas dan
pendapatan yang lebih tinggi, yang menarik investasi baru, teknologi baru,
pekerja terdidik dan terampil dalam jumlah yang jauh lebih tinggi dibanding
perdesaan (Malecki, 1991).
Oleh karena itu, dapat dimengerti apabila aglomerasi (agglomeration), baik
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
I- 2
.B
ST
P
pemanfaatan lahan yang begitu cepat belum mampu diantisipasi dengan penataan
sislem jaringan transportasi. Kondisi ini berdampak pada ketidak seimbangan
antara kesediaan (prasarana) dengan permintaan perjalanan akibat pengembangan
kawasan yang begitu cepat.
Disisi lain pemberlakuan otonomi daerah sejak lahun 1999 mempunyai dampak
terhadap pengelolaan sektor transportasi di daerah. Dengan persepsi dan
pemahaman yang berbeda-beda tentang transportasi perkotaan, banyak daerah
IT
transportasi
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
I- 3
.B
ST
P
IT
1.2
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
I- 4
.B
ST
P
IT
Palapa;
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
I- 5
1.3
UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pengganti
.B
ST
P
UU No.14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran
Negara Nomor 75 tahun 1992, Tambahan Lembaran negara 3406);
IT
Departemen Perhubungan.
Dan peraturan lainnya yang menyangkut lalu lintas penumpang dan barang.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
I- 6
2.
.B
ST
P
3.
aglomerasi Palapa;
4.
5.
6.
8.
IT
7.
9.
I- 7
15. Merealisasikan adanya keterpaduan antara sistem jaringan jalan dengan tata
guna lahan yang ada;
16. Melakukan optimalisasi terhadap penggunaan sistem jaringan yang ada
terhadap
kondisi
transporlasi
yang akan
dikembangkan;
17. Menyusun rencana pengembangan Jaringan transportasi terhadap penyebaran
kegiatan di Kawasan Aglomerasi Palapa;
18. Menyusun Draft Peraturan Menteri Perhubungan tentang Master Plan
Jaringan Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Aglomerasi Palapa;
19. Kawasan Aglomerasi Palapa meliputi Kota Padang, Lubuk Alung, Kota
Pariaman.
.B
ST
P
Lingkup lokasi kegiatan atau kawasan yang akan dianalisis dalam Penyusunan
Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Aglomerasi Palapa
adalah 3 kota yaitu:
Kota Pariaman
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
I- 8
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
I- 9
BAB 6 ANALISIS
Bab merupakan bagian yang menjelaskan analisis yang dilaksanakan
pada pekerjaan ini, berkenaan dengan Master Plan angkutan perkotaan
untuk kawasan aglomerasi PALAPA.
BAB 7 KONSEP KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
(PENATAAN & PENGEMBANGAN JARINGAN
TRANSPORTASI PALAPA)
Bab memaparkan konsep kebijakan, program dan kegiatan dalam
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
I - 10
2.1
.B
ST
P
Pada bab ini disampaikan tinjuan pustaka yang berkaitan dengan studi ini, dimulai
dengan tinjauan terhadap perkembangan kawasan perkotaan dan permasalahan
serta konsep aglomerasi. Gambaran transportasi perkotaan, kebijakan transportasi
umum di Indonesia dipaparkan. Pada bagian akhir dijelaskan tentang teori tentang
angkutan umum perkotaan.
IT
II - 1
telah berciri kota akan membentuk konurbasi1 dan menjadi suatu kota yang
sangat besar. Fenomena ini di beberapa literatur sering disebut sebagai
Metropolitan, Extended Metropolitan ataupun Megalopolis (Mc Gee, dan Robison
.B
ST
P
IT
disekelilingnya. Secara geografis ukuran kota-kota ini sangat beragam, yang jika
dilihat dari jumlah penduduk saja tidak bisa segera diketahui besaran kota secara
geografis.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 2
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 3
.B
ST
P
2.2
KONSEP AGLOMERASI
IT
berbagai macam kegiatan dalam satu lokasi atau kawasan tertentu, dapat berupa
kawasan industri, permukiman, perdagangan, dan lain-lain (yang dapat saja
batas administrasi
tumbuh melewati
Kawasan
II - 4
.B
ST
P
Teori Neo Klasik. Alfred Weber dikenal sebagai pendiri teori lokasi modern
yang berkenaan dengan tempat, lokasi dan geografi dari kegiatan ekonomi.
Dalam sistem perkotaan teori neo klasik, mengasumsikan adanya persaingan
sempurna sehingga kekuatan sentripetal aglomerasi disebut sebagai ekonomi
eksternal murni. (Krugman, 1998). Kekuatan sentripetal muncul dari kebutuhan
untuk pulang-pergi (commute) ke pusat bisnis utama dalam masing-masing kota
yang menyebabkan suatu gradien sewa tanah dalam masing-masing kota.
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 5
.B
ST
P
Arthur (1990), dan yang lain David dan Rosebloom (1990), Walker (1989),
mereka menganjurkan bahwa aglomerasi mempunyai pengaruh yang kuat atas
lokasi industri. Kuncoro (2002), melakukan studi tentang dinamika spasial
industri manufaktur di Indonesia dengan tahun pengamatan 1976 sampai 1999.
Studi ini menegaskan bahwa aglomerasi industri besar dan sedang sangat
berhubungan dengan konsentrasi perkotaan di Jawa.
Aglomerasi industri
manufaktur dan populasi yang besar telah berkembang di Jabotabek dan Greater
Bandung di bagian barat, dan Greater Surabaya di bagian timur pulau Jawa.
IT
Daerah- daerah tersebut menawarkan daya aglomerasi yang kuat, yang pada
2.3
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 6
.B
ST
P
Dampak dari kegagalan sistem transportasi antara lain pembangunan jalan yang
menyingkirkan masyarakat akibat pembebasan lahan, perambahan ruang jalan
oleh pedagang kaki lima, penggunaan ruang jalan untuk parkir secara ilegal, dan
makin terpinggirkannya angkutan
IT
infrastruktur
dalam
sector
transportasi
pada
akhirnya
II - 7
.B
ST
P
wajah
transportasi
publik
yang
kurang
memberikan
IT
membuat kebijakan untuk pengadaan transpor itu mulai dari yang bersifat teknis,
sosiologis hingga politis, seperti pengadaan lahan, penataan ruang, modal, dan
sebagainya. Ini berlanjut pada interaksi pemerintah dengan kekuatan kapital.
Untuk membangun sistem transportasi publik berkelanjutan perlu adanya
revitalisasi dalam semua aspek yang berkaitan dengan transportasi publik.
Pemerintah
implementasi
kota
berperan
kebijakan
penting dalam
transportasi
publik.
membuat
Berbagai
perencanaan
dan
kebijakan
yang
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 8
.B
ST
P
IT
Terlepas dari menariknya kebijakan teknologi sekarang ini, tahap yang harus
diperhatikan adalah perubahan dalam angin politik pada partai yang sedang
memimpin kota, atau pun multi partai yang harus berbagi tanggung jawab
politik. Sektor swasta tidak akan melangkah dengan kekuatan penuh jika mereka
selalu memiliki keyakinan bahwa hukum akan berubah bersama dengan
bergantinya politisi.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 9
kajian dari berbagai perespektif ilmu (Schipper, 2002). Pada awal penyelenggara
pemerintahan mau menerapkan sistem transportasi berkelanjutan (sustainable
transportation).
Sistem transportasi yang berkelanjutan adalah suatu system transportasi yang
dapat mengakomodasikan aksesibilitas semaksimal mungkin dengan dampak
negatif yang seminimal mungkin. Sistem transportasi yang berkelanjutan
menyangkut tiga komponen penting, yaitu aksesibilitas, kesetaraan dan dampak
lingkungan. Aksesibilitas diupayakan dengan perencanaaan jaringan transportasi
dan keragaman alat angkutan dengan tingkat integrasi yang tinggi antara satu
sama lain. Kesetaraan diupayakan melalui penyelenggaraan transportasi yang
.B
ST
P
IT
itu
menyangkut
pola
mobilitas
penduduk,
pola
perilaku
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 10
persoalan
transportasi
menjadi
layanan
kebutuhan
atau
.B
ST
P
IT
The need for the movement of things and persons underlies every sort of social
II - 11
(Santosa,
2005).Kemandirian
negara
sebagai
tuntutan
dan
kebutuhan
.B
ST
P
Richard Robison dalam karyanya The Rise of Capital (1986) dengan jelas
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 12
masalah utama: sistem satu arah. Sistem ini sangat tidak ramah terhadap
pengguna angkutan umum;
peningkatan kendaraan-kendaraan angkutan umum yang kecil pada jalanjalan utama, dan tidak adanya pengembangan jaringan trayek bus kota.
Sistem Pengaturan dan Perijinan cenderung bersifat kaku, rumit dan parsial,
yang tampak dari:
Setiap kendaraan diizinkan untuk satu trayek selama kurun waktu tertentu;
.B
ST
P
Bus-bus dimiliki oleh operator kecil (atau sendiri sendiri untuk angkot);
IT
rumit,
pembagian
trayek
antar
beberapa
operator,
dan
sistem
setoran,
diketahui sebelumnya berapa banyak bus yang akan muncul untuk trayek
mana dan pada hari apa.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 13
2.4
keuntungan yang rendah karena pembatasan tarif dan biaya -biaya yang
meningkat,
tidak ada kepastian kelaikan usaha,
operasi dibatasi oleh sistem perizinan, beberapa operator pada satu trayek,
.B
ST
P
hampir tidak ada ruang untuk prakarsa trayek -trayek baru atau jenis jenis
pelayanan baru,
IT
dikawasan kota macet pada jam-jam tertentu. Transportasi massa yang disediakan
mengandalkan bus yang kapasitas dan kualitasnya tidak memadai. Pemerintah
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 14
angkutan
umum);
tingkat aksesibilitas rendah (bisa dilihat dari masih banyaknya bagian dari
kawasan perkotaan yang belum dilayanan oleh angkutan umum, dan rasio
antara panjang jalan di perkotaan rata-rata masih dibawah 70%, bahkan
dibawah 15% terutama di kota metropolitan, kota sedang, menengah dan
biaya tinggi. Biaya tinggi ini akibat rendahnya aksesibilitas dan kurang
baiknya
jaringan
pelayanan
angkutan
umum
yang
.B
ST
P
mengakibatkan
masyarakat harus melakukan beberapa kali pindah angkutan dari titik asal
sampai tujuan, belum adanya keterpaduan sistem tiket, dan kurangnya
keterpautan moda. Kondisi ini mengakibatkan biaya yang harus dikeluarkan
untuk menggunakan angkutan umum yang jumlahnya jauh lebih besar
dibanding dengan biaya yang harus dikeluarkan jika menggunakan angkutan
2.5
IT
Penyelesaian untuk masalah transportasi perkotaan bukan hal yang mudah dan
sederhana. Upaya penyelesaian mula-mula yang dapat dilakukan adalah dengan
mengidentifikasi masalahnya, menetapkan penyelesaian sasaran yang dapat
diterima oleh masyarakat, dan menggunakan seluruh sumberdaya yang tersedia
untuk pencapaian tujuan tersebut.
Khisty dan Lall (1986) mengelompokan tingkat pelayanan angkutan umum
menjadi tiga bagian berdasarkan jenis rute. dan perjalanan yang dilayani,
diantaranya :
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 15
penumpang
sendiri
bisa
diklasifikasikan
menurut
.B
ST
P
Sistem
Angkutan pribadi yaitu angkutan yang dimiliki dan dioperasikan oleh dan
untuk keperluan pribadi dengan menggunakan prasarana pribadi atau umum.
Angkutan umum yaitu: angkutan yang dimiliki dan dikelola oleh pengusaha
angkutan (operator) yang bisa digunakan untuk umum dengan syarat
tertentu.
yaitu:
IT
Dalam hal pemakaiannya sistem pemakaian angkutan umum dibagi dua bagian,
1. Sistem sewa, yaitu kendaraan bisa dioperasikan baik olch operator
maupun olch penyewa, dalam hal ini tidak ada rute atau jadwal tertentu
yang haru di ikuti oleh pemakai, sistem ini sering juga disebut scbagai
demand responsive system, karena penggunaannya yang tergantung akan
adanya permintaan. Contoh sistem ini adalah jenis angkutan taksi.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 16
.B
ST
P
perilaku penumpang.
2.5.2 Karakteristik Pengguna Angkutan Umum
Menurut Khisty dan Lan (1986) pengguna angkutan umum dapat dibagi dalam 2
(dua) segmen utama, yaitu :
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 17
.B
ST
P
IT
yang melayan trayek antar kota dalam satu propinsi atau antar propinsi.
Angkutan pariwisata, yaitu angkutan dengan kendaraan bermotor umum
yang dipergunakan khusus mcngangkut wisatawan ked an dari suatu daerah
tujuan/objek wisata.
flat fare (tarif /ongkos yang sama untuk sepanjang rute), ditinjau bagi
penumpang, sistem ini membantu penumpang yang jarak perjalanannya
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 18
.B
ST
P
IT
Sistem jaringan rute yang ada dalam suatu perkotaan biasanya dapat dibagi
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 19
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 20
.B
ST
P
Dilain pihak jika ditinjau dari karakteristik aktifitasnya, maka sistem rote
angkutan umum harus melayani kebutuhan mobilitas penumpang yang
bervariasi dari waktu ke waktu pada saat dimana jumlah kebutuhan pergerakan
IT
pengaturan lokasi rute yang berbeda dari waktu ke waktu, karena hanya akan
membingungkan penumpang. Hal yang saa adalah tetap menggunakan lokasi
rute yang sama, tetapi dengan melakukan pengaturan frekuensi yang berbeda
dari waktu ke waktu
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 21
Lokasi terminal.
Perlu diperhatikan disini bahwa bentuk konfigurasi jaringan prasarana jalan raya
tidaklah sama dan juga tidak mencerminkan bentuk konfigurasi dari jaringan
rute angkutan umum.
2.5.9 Sistem Operasional Rute
Sistem operasional rute angkutan umum dibagi atas beberapa tipikal di
antaranya :
Sistem Rute Lokal, Sistem rute lokal, yaitu sistem angkutan umum yang
.B
ST
P
me1ayani pengguna dalam jaringan satu kota. Jarak antar halte lebih kurang
400-800 m. Umunmya bentuk rute menyebar melewati pusat kota.
Sistem Rute Terbatas dan Ekspres, Jika rute lokal melebihi jarak yang
ditentukan untuk rute lokal (5 km) dan jumlah pengguna cukup banyak, maka
sistem ekspres dan / atau terbatas bisa dioperasikan sebagai komplemen sistem
rute lokal. Biasanya dioperasikan pada jam sibuk.
IT
Sistem Jalur Khusus dan Prioritas, Kecepatan, kapasitas dan reliability dari
sistem rute terbatas dan ekspres dapat dicapai dengan teknik sbb:
Sistem Variable Route and Schedule. Sebagai tambahan pada sistem operasional
rute tetap dan terjadwal adalah system operasional rute yang melayani pengguna
sesuai dengan keinginan pengguna. Contoh, bus dapat beroperasi keluar dan
rutenya sejauh jarak tertentu (membentuk koridor) untuk mengantarkan atau
menjemput penumpang.
Sistem Operasional Rute lainnya. Sistem operasional rate ini biasanya diadakan
hanya pada kondisi khusus, atau pada jam sibuk bangkitan utama transportasi
seperti universitas, dll.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 22
.B
ST
P
Kecepatan perjalanan dari angkutan umum merupakan salah satu nilai yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja angkutan umum secara langsung.
Besar dari kecepatan perjalanan ini sangat dipengaruhi oleh besar frekuensi dari
hambatan disepanjang rute. Dari survei waktu perjalan dan panjang rute
perjalanan maka diperoleh pola kecepatan perjalanan ("travel speed") dan pola
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 23
umum ini juga bisa digabungkan dengan proses pengambilan data headway dan
load factor.
.B
ST
P
Load factor (LF). Data load factor didapatkan dengan cara surveyor mengikuti
perjalanan angkot disetiap rute, pada proses ini akan dipilih dua orang surveyor
IT
2.
3.
4.
5.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 24
.B
ST
P
lokasi dimana penumpang dapat naik ke dan turut dari angkutan umum,
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 25
Karakteristik geometric.
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
II - 26
3.1
.B
ST
P
Bab ini memaparkan rencana dan metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan yang diamanatkan pada pihak konsultan. Kerangka pikir dan tahapan
pelaksanaan studi, serta beberapa pendekatan dan metoda/teknik dalam rangka
melaksanakan amanat KAK (lihat Bab 1) secara substansial maupun waktu dan
sumber daya. Metodologi kerja yang disampaikan pada Bab ini akan menjadi dasar
dalam semua kegiatan selanjutnya dari pengumpulan data sampai dengan analisis
TAHAPAN PEKERJAAN
Untuk memenuhi target waktu dan substansi yang disyaratkan, maka kegiatan
dalam studi ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Secara umum tahapan
pelaksanaan pekerjaan studi ini akan terdiri dari: Tahap Persiapan, Tahap
IT
dalam studi ini, dimana tujuan dari setiap tahapan adalah sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan:
ditujukan untuk menyelesaikan masalah administrasi dan menyiapkan
kerangka pelaksanaan studi berupa persiapan survey, kajian literatur, dan
pengenalan awal wilayah studi.
Di dalam tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai awal
(inisialisasi) dari seluruh rangkaian kegiatan yang direncanakan. Hasil tahap
persiapan ini akan sangat mempengaruhi proses yang dilakukan dalam tahaptahap selanjutnya.
Secara umum terdapat 4 kegiatan utama di dalam tahap persiapan ini, yakni:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 1
a.
b.
.B
ST
P
b.
IT
b.
c.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 2
.B
ST
P
ditujukan untuk melengkapi laporan studi sesuai dengan hasil diskusi dengan
pihak pemberi kerja dan masukan dari berbagai instansi untuk dijadikan hasil
akhir dari studi ini.
Selain alur pelaksanaan pekerjaan yang disampaikan pada Gambar 3.1, alur
pemikiran secara metodologis untuk menyelesaikan pekerjaan perlu juga
IT
metodologi teknis.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 3
Persiapan
- Administrasi dan Personil
- Rekomendasi metodologi rencanakerja dan
- rencanakerja
Diskusidan Pengarahan
-- Kajian
dataAlat
sekunder
Mobilisasi
Survey peraturan terkait dan studi
- terdahulu.
Penentuan Titik Survey
- Persiapan Form Survey
Survey Primer
RTRW Propinsi
RTRW Kota Padang dan sekitar
Undang-undang Yang Berlaku
Studi Yang terkait lainnya
.B
ST
P
Survey Sekunder
Survey Wawancara
IT
Analisis Perencanaan
Transportasi
--
Diskusidan Pengarahan
BAPPEDA
Mobilisasi Alat Survey
Dishub
Prop/Kab/Kota
Penentuan
Titik Survey
Dinas
PU/Bina
Persiapan
FormMarga
Survey
Penyusunan
PlanJaringan
Jaringan
PenyusunanMaster
MasterPlan
Transportasi/Perkotaan di
Transportasi/Perkotaan
di
Kawasan
KawasanAnglomerasi
Aglomerasi PALAPA
Bandar
Lampung dan Sekitarnya
- Visi dan Misi
- Kebijakan
- Visi
dan MisiAksi dan Pentahapan
- Program
- Kebijakan
- Program aksi dan pentahapan
FinailisasiStudi
Studi
Finalisasi
- Pembuatan Resume Studi
Penyempurnaan
Laporan
- -Penyempurnaan
Laporan
- Pembuatan Resume Studi
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 4
Rencana Sektor
Transportasi
Rencana Pengembangan
Sarana dan Prasarana
Transportasi
Survey Wawancara
Rumah Tangga
(Person Trip Survey)
Data Tata Guna Lahan
Sistem Zona
Estimasi Jumlah
Penduduk dan
Tenaga Kerja
Estimasi Jenis
dan Alokasi
Kegiatan
Bangkitan Pergerakan :
Distribusi Pergerakan :
- Trip Rate
- Model Tarikan Pergerakan
- Model Produksi Pergerakan
.B
ST
P
Jarak Antar
Pusat Zona
Survei Asal-Tujuan
Survei Lalulintas
Survei Kecepatan
Survei Okupansi
Kendaraan
Peramalan Pergerakan
Bangkitan Pergerakan
Sebaran Pergerakan
Desire Line
Kalibrasi
Model
Estimasi Kebutuhan
Pergerakan
Jaringan/Infrastruktur
Transportasi Yang Diusulkan
IT
Sistem Nilai :
- Peraturan Perundangan
- Standar Konstruksi/
Geometri Jaringan
- Teknologi Transportasi
- dll.
Estimasi Kebutuhan
Pelayanan Jaringan
Transportasi Perkotaan
Rencana Pengembangan
Jaringan Transportasi
Perkotaan
III - 5
Palapa. Dari hasil kalibrasi diperoleh beberapa model yang diperlukan untuk
memprediksi permintaan perjalanan dan kinerja sistem transportasi perkotaan
dimasa datang.
Prediksi pola tata ruang di masa datang dilakukan dengan menggunakan data
rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang diperoleh dari dokumen yang ada
(RTRWN, RTRWP, RTRWK) serta wawancara dengan pihak terkait. Sedangkan
konsep pengembangan sistem transportasi yang berisi konsep jaringan, indikator
kinerja jaringan, dan standar penyediaan sarana dan prasarana transportasi
diperoleh dari sejumlah peraturan terkait, rencana dalam SISTRANAS dan
Tatrawil Sumatera Barat serta rencana-rencana pengembangan dari daerah.
dan
pola
pengembangan
ini
akan
menjadi
.B
ST
P
Konsep
masukan
dalam
IT
issues berikut:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 6
.B
ST
P
SISTRANAS,
dan
tujuan
pembangunan
transportasi
dalam
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 7
operasi jaringan transportasi yang dipayungi oleh dasar hukum yang kuat,
yang hingga kini belum tersedia.
4. Liberalisasi Sektor Transportasi
Ketidakmampuan negara dalam menangani seluruh kegiatan investasi
infrastrukutur transportasi, memaksa dilepasnya sebagian urusan transportasi
kepada sektor swasta, khususnya pada pasar angkutan yang telah berkembang
dan dapat dikomersialkan. Gejala privatisasi sektor transportasi ini tidak
hanya terjadi di Indonesia, tetapi merupakan trend dunia, sehingga saat ini
tidak semua aktivitas transportasi menjadi public-domain. Aplikasi liberalisasi
sektor transportasi ini memberikan dampak yang unik di Indonesia. Perbedaan
karakteristik
setiap
moda
transportasi
mengharuskan,
kebijakan
ini
.B
ST
P
globalisasi,
otonomi,
privatisasi,
energi
dan
IT
transportasi
lingkungan, dan juga mengacu pada konsep tata ruang dalam RTRWN.
Bahkan dalam konteks jaringan, sudah dimuat peta jaringan masa depan yang
simpul-simpul
primer
(pengumpul)
yang
kemudian
III - 8
.B
ST
P
IT
3.2
Pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan data, baik data dari sumber sekunder
(instansi terkait) maupun data primer yang diperoleh dari survey di lapangan.
Pada dasarnya pengumpulan data diusahakan semaksimal mungkin dari data
sekunder, di mana pelaksanaan survey primer hanya dilakukan untuk melengkapi
dan memperbarui data-data yang ada.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 9
memodelkan
.B
ST
P
Data tata ruang, yang meliputi data penggunaan lahan per jenis
kegiatan, pola penyebaran lokasi kegiatan, besaran penggunaan ruang
dan pola kegiatannya.
IT
yang akan di studi. Data tersebut meliputi kecepatan, volume lalu lintas,
waktu perjalanan, hambatan lalu lintas, data kecelakaan lalu lintas, asaltujuan perjalanan, dan rute pelayanan utama.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 10
.B
ST
P
Kebutuhan, sumber, dan kegunaan dari data untuk pekerjaan ini dirangkum
dalam Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3. 1.
NO
JENIS DATA
SUMBER DATA
KEGUNAAN DATA
- Statistik Indonesia
(BPS)
- Wilayah dalam
Angka (BPS)
- Identifikasi potensi
dan kendala
pengembangan
wilayah
- Kalibrasi model
sistem zona dan
permintaan
perjalanan
Jaringan jalan
2.a Kondisi fisik ruas
jalan
2.b Lalulintas ruas
jalan
2.c Hirarki jalan
- Inventarisasi
prasarana
transportasi
perkotaan
- Identifikasi dan
prediksi masalah
serta alternatif solusi
Terminal/ Simpul :
- Dephub
3.a Lokasi dan kondisi - Dishub Prop.
fisik
- Statistik
IT
Sosio-ekonomi
1.a Populasi dan
Employment
1.b ekonomi (PDRB,
produksi, dll)
1.c Fisik dan
administrasi
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
- Inventarisasi simpul
transportasi
perkotaan
- Identifikasi dan
III - 11
NO
JENIS DATA
3.b Operasional
SUMBER DATA
Perhubungan
KEGUNAAN DATA
prediksi masalah
serta alternatif solusi
Kriteria
pengembangan
jaringan transportasi:
9.a Variabel indikator
kinerja
9.b Nilai variable
IT
.B
ST
P
- SISTRANAS,
- Masukan analisis
Tatrawil, RUJTJ
penilaian kinerja
- Dokumen kebijakan alternatif jaringan
instansi terkait
- Penyusunan
rekomendasi
- Wawancara
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 12
Survey Sekunder
Survey sekunder dilakukan dengan mendatangi instansi terkait untuk
meminta sejumlah dokumentasi data dari institusi pengelola sistem
transportasi, perencana tata ruang, dan sejumlah instansi lain yang dapat
menyediakan data yang berkaitan dengan pelaksanaan studi.
Data sekunder ini khususnya berupa data kondisi eksisting sosio-ekonomi,
penyediaan jaringan transportasi, penggunaan ruang di wilayah studi.
Survey Primer
Survey primer dilakukan dengan pengamatan/penghitungan /wawancara
langsung, khususnya yang berkaitan dengan pemodelan dan unjuk
kinerja/operasi sistem transportasi dan rencana pengembangan tata ruang di
.B
ST
P
masa datang.
IT
transportasi perkotaan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 13
.B
ST
P
IT
di rencana lokasi pembangunan baik oleh pihak pemerintah maupun pihak lain
yang meliputi hal-hal di bawah ini.
1. Kondisi eksisting dan rencana pemanfaatan lahan pada kawasan
Aglomerasi PALAPA.
lahan
untuk
pengembangan
jaringan
dan
prasarana
III - 14
.B
ST
P
1. Demografi
a. Komposisi Penduduk
b. Kepadatan Penduduk
c. Pertumbuhan Penduduk
d. Tenaga Kerja
2. Ekonomi
IT
a. Adat Istiadat
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 15
3.3
SURVEY PRIMER
Dalam studi ini dilakukan pengumpulan data-data lalu lintas sebagai dasar
masukan dari pemodelan lalu lintas. Secara tabelaris perincian dari survai primer
yang dilakukan di laporkan pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 3. 2. Perincian Survai Primer
2
3
4
5.
6.
7
IT
8
9.
Jenis Survey
Survey Volume Lalu Lintas
Terklasifikasi
Survey home interview
Survey road side interview
Survey inventarisasi sarana dan
prasarana angkutan umum
Survey inventarisasi prasarana
jalan
Survey tata guna lahan
Survey inventarisasi fasilitas dan
permasalahan angkutan umum
Survei Kinerja Jalan
Survey persepsi pengguna jalan
dan pengguna angkutan umum
Survey Itenerary Trayek
Angkutan Umum
Interview on side
Inventory
10.
Metoda Survai
Traffic Counting
dengan Tally Counter
Interview on side
Interview on side
.B
ST
P
No
1
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 16
Volume lalu lintas tiap satuan waktu per 15 menit atau per jam untuk tiaptiap jenis kendaraan per arah.
Volume jam sibuk untuk setiap bagian waktu, misalnya jam sibuk peak, off
peak, peak sore.
.B
ST
P
IT
c. Van (Golongan 2)
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 17
yang dioperasikan pada trayek yang tidak tetap tidak untuk angkutan
umum. Contoh jenis ini adalah bus wisata, bus karyawan dll.
f. Bus Angkutan Umum (Golongan 5)
Yang termasuk jenis angkutan ini adalah bus ukuran standar / menengah
yang mempunyai kapasitas tempat duduk lebih dari 16 (enam belas)
yang dioperasikan pada trayek tetap untuk angkutan umum. Contoh jenis
ini adalah bus kota, bus antar kota, bus antar propinsi, bus limousin
bandar udara, metromini.
2). Kendaraan Bermotor Untuk Angkutan Barang
a. Hantaran / Pick up (Golongan 4)
Yang termasuk jenis kendaraan ini adalah truk kecil dengan kapasitas
.B
ST
P
muat tidak lebih dari 2,5 ton yang digunakan untuk angkutan barang.
b. Truk 2 As (Golongan 6)
IT
bahan bakar / bahan kimia dan truk pengaduk semen termasuk jenis
kendaraan ini . Akan tetapi bila jenis kendaraan ini membawa peti
kemas, maka dapat diklasifikasikan sebagai truk kontainer. Truk
d.
Yang termasuk jenis kendaraan ini adalah truk yang disambung dengan
gandengan sekurang-kurangnya 2 as.
e. Truk Peti Kemas (Kontainer)/Tempelan (Golongan 7)
Yang termasuk jenis kendaraan ini adalah truk yang membawa peti
kemas / Kontainer. Truk semi trailer dan truk yang mempunyai as lebih
dari 2 (dua) umumnya mempunyai kapasitas untuk mengangkut peti
kemas. Truk-truk tersebut didefinisikan sebagai truk kontainer apabila
membawa peti kemas, jika tidak maka termasuk truk 3 (tiga) as atau
lebih.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 18
.B
ST
P
dilakukan setiap 15 menit selama 24 jam dimulai pukul 07.00 sampai pukul
07.00 WIB untuk mengetahui karakteristik arus lalu lintasnya. Dengan
demikian nantinya dapat diketahui jumlah kendaraan yang menggunakan ruas
jalan setiap 15 menit.
3.3.1.3 Surveyor
IT
3.3.1.4 Peralatan
Stopwatch/jam
Form Survey
Alat Tulis.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 19
.B
ST
P
IT
benar sesuai dengan data yang diperlukan dan sesuai dengan keadaan
sebenarnya di lapangan, sehingga data yang diperoleh dapat mewakili kondisi
sebenarnya.
III - 20
.B
ST
P
Jalan bebas hambatan yaitu jalan antar kota dengan kecepatan tinggi
dan akses yang terbatas.
IT
Jalan akses yaitu jalan yang menyediakan akses kepada masingmasing lahan dengan kecepatan rendah.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 21
Menggunakan
angka
banding
kecepatan
arus
yaitu
dengan
.B
ST
P
Pusat zona harus terletak di jalan utama yang ada dalam zona yang
bersangkutan.
IT
4) Mengestimasi jumlah rumah tangga didalam zona lalu lintas yang akan
diwawancarai. Mengestimasi jumlah rumah tangga pada setiap zona dalam
wilayah study tidak mengalami kesulitan kerena zona yang dibut
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 22
Jumlah Penduduk
Sampel yang
dianjurkan
Sampel minimum
yang dianjurkan
50.000
50.001 - 150.000
150.001 - 350.000
350.001 - 500.000
500.001 - 1.000.000
1.000.001
1 dalam 5
1 dalam 8
1 dalam 10
1 dalam 15
1 dalam 20
1 dalam 25
1 dalam 10
1 dalam 20
1 dalam 35
1 dalam 50
1 dalam 70
1 dalam 100
.B
ST
P
Sedangkan pertanyaan yang akan kita ajukan telah disusun dalam formulir.
Waktu yang dibutuhkan untuk tiap rumah yaitu sekitar 10 menit.
3.3.3 Survai Wawancara Tepi Jalan (RSI)
3.3.3.1 Maksud dan Tujuan Survey
IT
3.3.3.3 Surveyor
Untuk satu lokasi survai wawancara di pinggir jalan diperlukan :
1. Petugas pewawancara disesuaikan kebutuhan
2. Petugas survai perhitungan lalu-lintas disesuaikan kebutuhan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 23
dengan
cara
menghentikan
kendaraan dan
Asal
Tujuan
Jumlah penumpang
.B
ST
P
Surveyor berada di tepi jalan pada masing-masing arah di pintu keluar dan
masuk daerah studi.
2.
3.
4.
IT
lalu-lintas jalan
penumpangnya
5.
6.
III - 24
Untuk waktu pelaksanaan survai kami mengambil waktu selama 2 jam tiap
peak dan off peak setiap titik survainya, yaitu dengan perhitungan bahwa tiap
jam tersebut merupakan titik puncak volume lalu lintas yang melewati ruas
jalan tersebut berdasarkan hasil analisa survai volume lalu lintas (Traffic
Counting) pada titik kordon luar wilayah studi, dimana alokasi survai selama 6
jam kami membagi kedalam 3 periode waktu survai, yaitu 2 jam pada saat jam
sibuk pagi yaitu antara jam 07.00 s.d. 09.00 WIB, 2 jam pada saat jam tdk
sibuk siang yaitu antara jam s.d. 12.00 s.d. 14.00 sedangkan 2 jam sibuk sore
kami melakukan survai pada jam 16.00 s.d. 18.00 WIB. Dengan alokasi survai
wawancara selama periode waktu di atas dapat mencerminkan pola pergerakan
orang yang masuk dan keluar wilayah studi setiap harinya.
.B
ST
P
Perlengkapan yang diperlukan untuk setiap pos survai (per arah lalu-lintas)
adalah :
a. Rambu-rambu portable
IT
f. Alat Tulis.
III - 25
sibuk siang yaitu antara jam s.d. 12.00 s.d. 14.00 WIB sedangkan 2 jam
terakhir kami melakukan survai pada jam 16.00 s.d. 18.00 WIB. Dengan
alokasi survai wawancara selama periode waktu di atas dapat mencerminkan
pola pergerakan orang yang masuk dan keluar wilayah studi setiap harinya.
3.3.3.6 Lokasi Survey
Penempatan titik survai selain pada jalan-jalan utama, juga harus
memperhatikan hal-hal yang nantinya tidak membahayakan bagi lalu lintas dan
mengurangi hambatan lalu lintas.
Persyaratan titik survai yaitu :
a. Titik
survai
harus
terlihat
secara
jelas
saat
kendaraan harus
memperlambat kecepatannya.
.B
ST
P
b. Kendaraan dapat dihentikan dan diwawancarai pada satu areal dengan tidak
mengganggu kendaraan lain yang melintas.
3.3.3.7 Jumlah Sample
Jumlah sampel yang akan diwawancarai ditentukan dari besarnya volume lalu
lintas kendaraan keluar masuk studi area yang diperoleh dari hasil survai
Pencacahan Lalu lintas (Classified Counting).
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 26
b) Mendata rute angkutan umum dalam trayek tetap dan teratur serta rute tidak
dalam trayek
c) Mendata fasilitas dan prasarana angkutan umum
3.3.4.2 Surveyor
3.3.4.3 Perlengkapan dan Peralatan
Perlengkapan yang diperlukan untuk setiap survai adalah :
a. Alat Tulis.
b. Kendaraan ( sarana angkutan ke lokasi )
c. Surat tugas dan tanda pengenal
3.3.4.4 Waktu pelaksanaan
hari kerja.
.B
ST
P
IT
III - 27
.B
ST
P
IT
dengan panjang ruas sepanjang 100 km dan pada 25 titik simpang, yang
ditentukan berdasarkan titik persimpangan yang diidentifikasi diperlukan
III - 28
.B
ST
P
Survai ini dilakukan untuk mengetahui kinerja jalan pada kawasan Aglomerasi
PALAPA. Tujuan dari Survai kinerja jalan ini dimaksudkan untuk mengetahui
IT
prasarana jalan.
Survey kinerja jalan ini pertama dilakukan dengan mendapatkan data sekunder
dari Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang, Permukiman Provinsi Sumatera Barat
dan dari P2JJ yang berada di Provinsi Sumatera Barat. Data terbaru yang ada
saat ini adalah data tahun 2008.
3.4
TAHAPAN ANALISIS
III - 29
PALAPA yang menghubungkan ke ketiga kota yang ada secara keseluruhan dan
pengembangan ke depan yang mengacu pada payung hukum seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya dan pengembangan transportasi wilayah sesuai Pedoman
Sistranas, Tatrawil dan Tatralok, dan dari hasil kajian dalam dari kegiatan ini.
.B
ST
P
IT
Fasilitas Penunjang
Beberapa indikator untuk menilai kinerja penilaian angkutan perkotaan jalan pada
masa datang yaitu: selamat, aksesibilitas, terpadu, kapasitas, teratur, lancar dan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 30
cepat, kemudahan, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, polusi
rendah dan efisien
3.4.3 Transportasi Wilayah Palapa
Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem hidup dan kehidupan,
system pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Kondisi sosial demografis
wilayah memiliki pengaruh terhadap kinerja transportasi di wilayah tersebut.
Tingkat kepadatan penduduk akan memiliki pengaruh signifikan terhadap
kemampuan transportasi melayani kebutuhan masyarakat. Di perkotaan,
kecenderungan yang terjadi adalah meningkatnya jumlah penduduk yang tinggi
karena tingkat kelahiran maupun urbanisasi. Tingkat urbanisasi berimplikasi pada
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 31
Pengembangan
infrastruktur
dalam
sector
transportasi
pada
akhirnya
Produksi perjalanan
(trip ends) per zona
Model
sebaran
perjalanan
.B
ST
P
Biaya perjalanan
antar
zona
(aksesibilitas)
Model
bangkitan
perjalanan
Karakteristik moda
Model pemilihan
moda
perjalanan
Karakteristik
pelaku perjalanan
Karakteristik rute/ruas
IT
Model pemilihan
rute perjalanan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 32
IT
.B
ST
P
3.5
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 33
dan RTRWP) dan karakteristik jaringan. Pada tahap pembentukan MAT, proses
utama yang dilakukan adalah estimasi MAT berdasarkan data arus lalulintas
dengan menggunakan metoda Estimasi Matriks Maksimum Entropi (EMEM).
Daerah studi untuk suatu kajian transportasi didefinisikan sebagai daerah dimana
arus lalulintas di ruas atau di persimpangan jalan akan secara langsung
terpengaruh dengan penerapan kebijakan investasi maupun kebijakan operasi
yang dimodelkan. Batas daerah studi merupakan garis imajiner yang dibentuk
untuk menandai dan memisahkan jaringan jalan dan sistem zona yang masuk di
dalam wilayah studi dengan yang dianggap berada di luar dari sistem yang
dipelajari.
.B
ST
P
Dalam Transportasi elemen sistem pada dasarnya di bagi menjadi 2 yakni elemen
permintaan perjalanan (demand element) dan elemen supply jaringan transportasi
(supply element). Elemen permintaan perjalanan berupa zona-zona tata ruang
berikut atribut populasinya sebagai pembangkit perjalanan, sedangkan elemen
supply jaringan berupa jaringan transportasi jalan, rel atau moda transportasi
lainnya berikut atribut yang meyatakan besaran kinerja dari infrastruktur yang
dimodelkan. Interaksi antar elemen tatanan transportasi inilah yang umumnya
ada.
IT
disebut dengan perjalanan melalui berbagai moda dan jenis infrastruktur yang
Model tatanan transportasi jalan untuk suatu wilayah studi terdiri dari dua elemen
model yakni sistem zona dan sistem jaringan jalan. Sistem zona terdiri dari zonazona yang membagi daerah studi ke dalam beberapa bagian sebagai tingkat
agregrasi terkecil pembangkit dan penarik perjalanan. Umumnya zona dilengkapi
dengan pusat zona atau centroid yang diasumsikan sebagai titik awal atau akhir
perjalanan.
Jaringan jalan terdiri dari ruas jalan atau link yang umumnya diberi atribut
panjang, kapasitas, dan kecepatan operasinya. Pertemuan antar ruas jalan disebut
dengan simpul atau node yang dapat berupa persimpangan jalan (dengan atau
tanpa lampu pengatur lalu lintas), sedangkan untuk studi jaringan transportasi
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 34
.B
ST
P
IT
akan sulit diterapkan, karena data eksisting untuk itu tidak tersedia. Di
Indonesia data sosial ekonomi (yang dikumpulkan oleh BPS) yang umumnya
digunakan untuk mengkalibrasi model transportasi umumnya dikumpulkan
dengan basis wilayah administrasi (misalnya kelurahan, kecamatan,
kabupatan atau provinsi). Biasanya zona dibagi berdasarkan batas
administrasi yang ada, tergantung lingkup studi yang dilaksanakan.
Pembagian zona berdasarkan wilayah administrasi ini bukanlah pilihan
terbaik dalam membentuk sistem zona, akan tetapi data administratif inilah
sumber satu-satunya yang ada di Indonesia saat ini. Dengan demikian mau
tidak mau kita sebaiknya tetap mengacu kepada data ini untuk membentuk
sistem zona untuk mengurangi kebutuhan dana untuk mengumpulkan data
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 35
baru jika kita ingin membentuk sistem zona yang lebih baik dengan prinsip
homogenitas.
Pembagian zona yang tidak berdasarkan data eksisting mungkin hanya bisa
diterapkan untuk studi transportasi dalam skala kecil atau rencana
manajemen lalu lintas yang waktu tinjauannya terbatas dan sifatnya
operasional. Dalam studi kecil ini umumnya permintaan perjalanan dibentuk
secara langsung dari survey asal tujuan di ruas jalan dan peramalannya
hanya dilakukan dalam jangka waktu tidak lebih dari 5 tahun yang umumnya
hanya dilakukan dengan memberikan faktor pertumbuhan sesuai dengan tata
guna lahan di sekitarnya.
.B
ST
P
Penentuan sistem zona untuk daerah studi sangat dipengaruhi oleh tingkat
kerincian yang disyaratkan untuk menggambarkan suatu daerah tertentu.
Permasalahan tersebut dapat dilihat dari dua sisi yang berlawanan, yaitu
ketepatan dan biaya. Di satu sisi ketepatan yang tinggi hanya dapat diperoleh
dengan definisi sistem zona dengan resolusi yang cukup tinggi, misalnya
sampai level individu atau keluarga.
Di lain pihak untuk menyediakan data zona secara detail akan membutuhkan
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 36
Batas zona harus dibuat sedemikan rupa sehingga konsisten dengan jenis
pola pengembangan setiap zona, misalnya untuk pemukiman, industri
atau perkantoran.
Batas zona diusahakan sesuai dengan batas sensus, batas administrasi
daerah, dan batas zona yang digunakan oleh daerah kajian.
Batas zona harus sesuai dengan batas daerah yang digunakan dalam
pengumpulan data.
Pergerakan yang berasal/bertujuan pada area di luar daerah studi biasanya
dianggap berasal dari zona di luar daerah studi (external zone).
Keuntungan
penggunaan
zona
eksternal
ini
adalah
untuk
.B
ST
P
IT
adalah:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 37
.B
ST
P
Dalam model tentu saja tidak semua ruas jalan yang ada di dalam daerah studi
perlu dimasukkan, karena akan mengakibatkan model semakin kompleks dan
hasil simulasinya menjadi tidak realistis. Jansen and Bovy (1982) pernah
memeriksa efek definisi jaringan dan tingkat detailnya terhadap kualitas model
pembebanan jaringan jalan. Hasil penting dari penelitian tersebut adalah bahwa
penambahan detail sistem jaringan dalam model, sampai tingkat tertentu akan
IT
Ruas jalan yang dimasukkan ke dalam model sebaiknya dipilih mulai dari
ruas jalan yang memiliki kapasitas yang besar dan dilalui oleh jumlah
kendaraan yang cukup besar (sesuai hirarkinya mungkin mulai dari arteri,
kolektor, jika diperlukan jalan lokal yang penting dapat juga dimasukkan ke
dalam model).
Minimal ruas jalan yang masuk ke dalam model jaringan jalan sampai
dengan satu tingkat di bawah ruas jalan yang menjadi lokasi dari skema yang
direncanakan, misal jika kebijakan diterapkan pada jalan arteri maka jalan
kolektornya harus dimasukkan ke dalam model.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 38
Semakin kecil skala studi maka semakin detail sistem jaringan jalan yang
perlu ditampilkan dalam model jaringan jalan.
Jika model yang dibentuk memasukkan moda angkutan umum atau moda
jaringan jalan rel maka diperlukan detail tambahan untuk menggambarkan
persaingan antar moda tersebut (lihat Ortuzar dan Willumsen, 1990 hal 107).
.B
ST
P
IT
3.6
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 39
dengan survey lain yang membutuhkan waktu yang sangat lama, tenaga kerja
yang banyak, serta pekerjaan survey yang intensif yang tentu lebih mahal.
Selain itu, banyak instansi terkait yang mengumpulkan data secara rutin sehingga
banyak tersedia dan mudah didapat. Ini memungkinkan perubahan atau tingkat
pertumbuhan arus lalu lintas dapat dengan mudah dideteksi dan dianalisis.
Belakangan ini, teknik pengumpulan data secara otomatis juga berkembang
sangat pesat dan baik, misalnya dengan menggunakan proses citra serta metoda
lain yang ketepatannya sangat tinggi. Semua hal ini menyebabkan teknik tersebut
dapat juga digunakan untuk menganalisis fluktuasi lalu lintas untuk setiap jam,
hari dan musim, termasuk informasi MAT-nya.
Semua alasan di atas menyebabkan data arus lalulintas sangat menguntungkan
.B
ST
P
untuk dipakai. Metoda tidak konvensional ini terasa sekali sangat diperlukan
untuk negara sedang berkembang, terutama bagi kota yang membutuhkan
pemecahan masalah transportasi yang bersifat cepat tanggap. Ini diperkuat dengan
keterbatasan yang biasanya ada di negara sedang berkembang, yaitu dalam hal
waktu dan biaya. Oleh sebab itu, sangatlah diperlukan metoda tidak konvensional
yang hanya memerlukan data yang dapat diperoleh dengan biaya murah dan
waktu yang singkat.
IT
Pada model ini metode penaksiran yang digunakan adalah konsep entropimaksimum untuk menaksir MAT dengan menggunakan informasi data arus
lalulintas. Konsep ini, berawal dari teori dasar hukum fisika, yang menyatakan
bahwa dalam sistem tertutup, unsur yang ada, cenderung memiliki aturan yang
mempunyai ketidakteraturan yang paling besar yang dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara, yang sesuai dengan sistem batasan yang tersedia.
Willumsen (1981) menghasilkan model penaksiran MAT dari data arus lalulintas
dengan menggunakan pendekatan entropi-maksimum. Model tersebut secara luas
dikenal sebagai model Estimasi-Matriks-Entropi-Maksimum (EMEM).
Dasar metode ini adalah mendapatkan informasi seluruh status mikro yang akan
terjadi dengan peluang yang sama dan konsisten dengan informasi status
makronya. Hal ini sebenarnya mengasumsikan bahwa kita mengabaikan status
mikro dan mesonya. Salah satu cara untuk memaksa agar tetap konsisten dengan
informasi status mesonya adalah dengan cara mengekspresikannya dalam bentuk
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 40
.B
ST
P
adalah perbandingan antara arus ruas yang dihasilkan dengan arus hasil
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui data lalu lintas harian rata-rata (LHR)
pada ruas jalan yang menuju dan keluar dari daerah sekitar kawasan Aglomerasi
PALAPA, baik untuk saat ini maupun perkiraan di masa yang akan datang serta
IT
untuk mengetahui kinerja ruas jalan yang menuju dan keluar dari daerah pada
sekitar kawasan Aglomerasi PALAPA, agar dampak yang ditimbulkan oleh akibat
1) Perhitungan volume lalu lintas (Q) yang terjadi pada saat sekarang (awal umur
rencana) untuk masing-masing ruas jalan. Dihitung dengan rumus:
Q = VJP = LHR0 x k x D (smp/Jam)
dengan k adalah faktor pengali yang nilainya berbeda untuk setiap klasifikasi
jalan. Sementara D adalah faktor distribusi jalan. Umumnya, nilai k
diasumsikan sebesar 10 % untuk ruas jalan dalam kota. Faktor disribusi D
ditentukan dari waktu (jam-jam sibuk atau jam lengang).
2) Perhitungan Lintas Harian Rata-Rata pada tahun perkiraan untuk masingmasing ruas jalan. Dihitung dengan rumus:
LHR UR= LHR0 ( 1 + i ) n
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 41
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
III - 42
BAB
GAMBARAN UMUM
WILAYAH STUDY
Pada bagian ini, dipaparkan secara umum gambaran wilayah studi kawasan
PALAPA yang meliputi kawasan aglomerasi kota-kota Padang, Lubuk Alung dan
Pariaman. Kawasan ini berkembang dengan pesat sejalan dengan pertumbuhan
4.1
.B
ST
P
IT
30 Lintang Selatan serta 980 36 dan 1010 53 Bujur Timur. Provinsi Sumatera
Barat mempunyai luas wilayah seluas sekitar 42.297 km2 (2,17% dari luas
wilayah Republik Indonesia) termasuk 375 pulau besar dan kecil di sekitarnya.
Luas perairan laut Provinsi Sumatera Barat diperkirakan 186.580 km2 (meliputi
perairan teritorial dan ZEE. Sumatera Barat mempunyai 12 Kabupaten dan 7
Kota, terdiri atas:
Kota Padang, Kota Solok, Kota Sawahlunto, Kota Padang Panjang, Kota
Bukittinggi, Kota Payakumbuh, dan Kota Pariaman.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 1
Pariaman, merupakan salah satu kota dari 7 kota yang ada di Sumatera Barat,
dan
.B
ST
P
Dalam studi ini kawasan yang masuk bukan saja 3 pusat kegiatan diatas, tapi juga
beberapa kecamatan yang berada disekitar kecamatan Lubuk Alung. Kawasan
PALAPA, saat ini berkembang dengan pesat. Kota Padang sebagai ibukota
propinsi Sumatera Barat merupakan gerbang untuk distribusi barang/orang untuk
kawasan pantai barat Sumatera (dari dan ke Provinsi Sumatera Barat), dengan
adanya Pelabuhan Laut Teluk Bayur (kota Padang) dan Bandara Internasional
Minangkabau (Kabupaten Padang Pariaman). Industri, PT Semen Padang yang
IT
Untuk luas Propinsi Sumatera Barat 42.297,33 km2 sedangkan wilayah dari kota
dan kabupaten yang ada dalam lingkup study Aglomerasi PALAPA dapat secara
detail ditampilkan pada Tabel 4.1.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 2
Kabupaten/ Kota
Luas Wilayah
Persentase
Wilayah
(km2)
(%)
1.328,79
3,14
2 Padang
694,96
1,64
3 Pariaman
73,39
0,17
Kabupaten
1 Padang Pariaman
Kota
42.297,33
100,00
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 3
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 4
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 5
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 6
Kecamatan
Luas
(Km)
Jumlah
Kelurah
an
Setelah UU 22/1999
Luas
(Km)
Jumlah
Keluraha
n
A. Wilayah Darat
1. Bungus
100,78
13
100,78
2. Lubuk Kilangan
85,99
85,99
3. Lubuk
30,91
21
30,91
15
T.Kabung
.B
ST
P
Begalung
4. Padang Selatan
10,03
24
10,03
12
5. Padang Timur
8,15
27
8,15
10
6. Padang Barat
7,00
30
7,00
10
7. Padang Utara
8,08
18
8,08
8. Nanggalo
8,07
8,07
57,41
57,41
146,29
13
146,29
232,25
24
232,25
13
720,00
694,96
193
9. Kuranji
IT
10. Pauh
B. Wilayah Laut
Kota Padang
1.414,9
6
104
Sumber : Padang Dalam Angka 2007, BAPPEDA dan BPS Kota Padang, Tahun
2008.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1980, luas wilayah Kota
Padang secara administratif adalah 694,96 km. Wilayah Kota Padang yang
sebelumnya terdiri dari 3 Kecamatan dengan 15 Kampung, dikembangkan
menjadi 11 Kecamatan dengan 193 Kelurahan. Dengan adanya UU No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti oleh Peraturan
Pemerintah No. 25 Tahun 2000 dilakukan restrukturisasi administrasi kota,
yang menyebabkan penambahan luas administrasi menjadi 1.414,96 km
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 7
Sebagian besar
.B
ST
P
Kecamatan Koto Tangah, Kuranji, Pauh, dan bagian Selatan Kecamatan Lubuk
Kilangan dan Lubuk Begalung dan sebagian besar Kecamatan Bungus Teluk
Kabung. Kawasan dengan kelerengan lahan >40% ini merupakan kawasan
IT
Km. Luas daratan daerah ini setara dengan 0,17% dari luas daratan wilayah
Propinsi Sumatera Barat (Kota Pariaman Dalam Angka 2007). Secara umum,
kota Pariaman memiliki topografi yang relatif datar dengan ketinggian kurang
lebih 2 meter di atas permukaan laut (dpl). Sedangkan untuk kemiringan
lahannya berkisar antara 0-2%.
Batas-batas wilayah Kota Pariaman:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 8
Kota Pariaman ini terdiri dari tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Pariaman Utara
(luas 28,45 Km2) dengan pusat kecamatan di Naras, Pariaman Tengah (luas
23,77 Km2) dengan pusat kecamatan Pariaman, dan Pariaman Selatan (luas
21,14 Km2) yang berpusat di Kurai Taji. Secara lokasi, wilayah Kota Pariaman
ini diapit oleh Kabupaten Padang Pariaman dan Samudera Indonesia (lihat
Gambar 4.3).
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 9
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 10
.B
ST
P
Sampai akhir tahun 2008, Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari 17 (tujuh
belas) kecamatan dengan Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam tercatat memiliki
wilayah paling luas, yakni 228,70 Km2, sedangkan Kecamatan Sintuk Toboh
Gadang memiliki luas terkecil, yakni 25,56 Km2. Adapun ke semua kecamatan
yang termasuk Kabupaten Padang Pariaman ditampilkan pada Tabel 4.3
berikut:
IT
Pariaman
Kecamatan
Luas
Penduduk
Jiwa
Batang Anai
180.39
44204
11,33%
Lubuk Alung
111.63
40952
10,49%
25.56
16555
4,24%
Sintuk Toboh
Gadang
Ulakan Tapakis
38.85
20051
5,14%
Nan Sabaris
29.12
26375
6,76%
36.25
17314
4,44%
2 x 11 Enam
Lingkung
Enam Lingkung
39.20
18694
4,79%
Kayu Tanam
228.70
24214
6,21%
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 11
Kecamatan
9
Luas
Penduduk
Jiwa
90.93
33399
8,56%
10
Patamuan
53.05
15594
4,00%
11
Padang Sago
32.06
8318
2,13%
61.14
22676
5,81%
12
V Koto Kampung
Dalam
V Koto Timur
64.80
14909
3,82%
14
Sungai Limau
70.38
29088
7,45%
15
Batang Gasan
40.31
11340
2,91%
16
Sungai Geringging
17
.B
ST
P
13
IV Koto Aur
Malintang
99.35
27318
7,00%
126.80
19225
4,93%
1328.52
390226
100%
Yang termasuk dalam kawasan aglomerasi PALAPA pada studi ini adalah
kecamatan: Batang Anai, Lubuk Alung, Sintuk Toboh Gadang, Ulakan
IT
Tapakis, Nan Sabaris, 2x11 Enam Lingkuang, Enam Lingkuang dan VII Koto
Sungai Sarik.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 12
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 13
4.2
.B
ST
P
Laki-Laki Perempuan
Jml.
Penduduk
Rasio
Jenis
Kelamin
Kep. Mentawai
35.418
31.799
67.217
111.381
Pesisir Selatan
214.715
221.245
435.960
97.049
Solok
176.588
174.927
351.515
100.950
97.625
99.981
197.606
97.644
160.464
174.668
335.132
91.868
Pariaman
178.687
205.849
384.536
86.805
Agam
213.520
214.825
428.345
99.393
50 Kota
164.114
165.407
329.521
99.218
Pasaman
124.367
128.781
253.148
96.572
Solok Selatan
64.716
65.642
130.358
98.589
Dharmasraya
89.279
86.294
175.573
103.459
166.096
161.692
327.788
102.724
406.368
431.822
838.190
94.105
29.137
27.983
57.120
104.124
IT
Swl/Sijunjung
Tanah Datar
Padang
Pasaman Barat
Kota
Padang
Solok
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 14
Kabupaten
Laki-Laki Perempuan
Jml.
Penduduk
Rasio
Jenis
Kelamin
Sawahlunto
26.419
27.494
53.913
96.090
Padang Panjang
24.748
27.269
52.017
90.755
Bukittinggi
51.336
52.942
104.278
96.966
Payakumbuh
54.516
50.532
105.048
107.884
Pariaman
33.539
36.960
70.499
90.744
.B
ST
P
IT
Gambar 4.5.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 15
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 16
.B
ST
P
tahun 1986 penduduk Kota Padang tercatat sebanyak 564.440 jiwa, dan pada
tahun 2007 bertambah menjadi 838.190 jiwa. Jadi dalam kurun waktu 1986 2007, jumlah penduduk Kota Padang bertambah sebanyak 273.750 jiwa atau
48,40%, atau rata-rata tumbuh sekitar 2,31% per tahun.
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 17
Tabel 4.5. Perkembangan jumlah Penduduk Kota Padang tahun 19861996 dan 2007
PENAMBAHAN
No.
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH
(Jiwa)
PENDUDUK
Kecamatan
(Jiwa)
1996
2007
1986-
1996-
1996
2007
15.299
21.060
23.592 5.761
2.532
Lubuk Kilangan
28.709
37.030
42.585 8.321
5.555
Lubuk Begalung
57.322
13.097
Padang Selatan
57.038
61.084
61.967 4.046
883
Padang Timur
75.036
82.343
85.279 7.307
Padang Barat
81.282
74.159
60.102 7.123
Padang Utara
60.659
80.946
74.667 20.287
Nanggalo
41.553
63.978
57.523 22.425
2.936
14.057
6.279
6.455
Kuranji
55.871
43.635
10
Pauh
26.249
39.425
52.502 13.176
13.077
11
Koto Tangah
65.422
39.981
.B
ST
P
IT
1986
Total
94.905
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 18
Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Kota Pariaman Dirinci Per Kecamatan Tahun
2007
Kecamatan
Jumlah
Desa
Jumlah
Luas
Kepadatan
Penduduk Wilayah
rata-rata
(jiwa)
(km2)
(jiwa/km2)
21
24188
28,45
850,20
29
32339
23,77
1360,49
Pariaman Selatan
21
20674
21,14
977,96
Jumlah
71
77201
73,36
1052,36
Pariaman Utara
Pariaman
Tengah
.B
ST
P
IT
Tahun
Jumlah
Tingkat
(Jiwa)
Pertumbuhan
2002
72.399
2003
73.456
0.015
2004
75.406
0.027
2005
77.201
0.021
2006
77.201
0.002
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 19
.B
ST
P
jumlah orang yang bekerja sebanyak 154.287 orang dengan rincian 91.246
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 20
Tabel 4.8. Jumlah, Persebaran dan Kepadatan Penduduk Kab. Padang Pariaman
Kecamatan
Luas
Penduduk
Jiwa
KK
Kepadatan
Jiwa/Km
KK/Km
Batang Anai
180.39
44204
11,33%
8913
245,05
49,41
Lubuk Alung
111.63
40952
10,49%
8143
366,85
72,95
25.56
16555
4,24%
3832
647,69
149,92
Sintuk Toboh
Gadang
Ulakan Tapakis
38.85
20051
5,14%
4132
516,11
106,36
Nan Sabaris
29.12
26375
6,76%
5557
905,73
190,83
2 x 11 Enam
.B
ST
P
36.25
17314
4,44%
4107
477,63
113,30
39.20
18694
4,79%
4160
476,89
106,12
228.70
24214
6,21%
5504
105,88
24,07
90.93
33399
8,56%
7771
367,30
85,46
53.05
15594
4,00%
3739
293,95
70,48
32.06
8318
2,13%
2118
259,45
66,06
61.14
22676
5,81%
5273
370,89
86,24
13 V Koto Timur
64.80
14909
3,82%
3717
230,08
57,36
14 Sungai Limau
70.38
29088
7,45%
5781
413,30
82,14
15 Batang Gasan
40.31
11340
2,91%
2480
281,32
61,52
16 Sungai Garinggiang
99.35
27318
7,00%
6844
274,97
68,89
126.80
19225
4,93%
4649
151,62
36,66
1328.52
390226
100%
86720
6384,70
1427,78
Lingkuang
Enam Lingkuang
Kayu Tanam
10 Patamuan
V Koto Kampung
Dalam
12
IT
11 Padang Sago
17
IV Koto Aur
Malintang
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 21
4.3
LAJU
PERTUMBUHAN
EKONOMI
SUMATERA
BARAT
DAN
KAWASAN PALAPA
Struktur perekonomian suatu wilayah sangat ditentukan oleh besarnya peranan
sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Kontribusi sektor
merupakan cerminan dari sumbangan sektor-sektor dalam menciptakan PDRB
setiap kabupaten/kota. Disamping itu, kontribusi sektor dapat pula digunakan
untuk melihat pergeseran struktur perekonomian dan potensi masing-masing
kabupaten/kota. Peranan masing-masing sektor dalam PDRB secara keseluruhan
digunakan besaran distribusi persentase secara sektoral. Semakin besar
perkembangan ekonomi suatu wilayah, apabila diamati perkembangan suatu
.B
ST
P
sektor maka tidak terlepas dari peranan sektor tersebut terhadap total PDRBnya.
Persentase tersebut dapat digunakan sebagai penimbang bila menelusuri
perkembangan sektoral secara lebih dalam. Nilai PDRB ini menggambarkan
kemampuan suatu wilayah dalam mengelola sumberdaya alam yang dimiliki
menjadi suatu proses produksi.
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 22
yang didasarkan pada konsep cluster, keterkaitan dan keterikatan dalam inputproses-output sebagai penimbang utama, komoditi unggulan dikembangkan
selaras dengan cluster-cluster dan kawasan andalan sehingga perekonomian dapat
berkembang secara terpadu dan integrasi wilayah dapat terwujud.
Sampai tahun 2007 struktur perekonomian Sumatera Barat masih didominasi oleh
tiga sektor utama yakni sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran serta
sektor jasa-jasa. Peranan sektor-sektor tersebut secara total melebii 57 persen.
Sektor angkutan dan komonikasi merupakan sektor yang memiliki pertumbuhan
tertinggi sebesar 9,33 persen, walaupun pertumbuhan tersebut sedikit melemah
dari 10,27 persen tahun 2006 menjadi 9,33 persen pada tahun 2007.
Sektor pertanian pada tahun 2007 secara keseluruhan mengalami pertumbuhan
.B
ST
P
yang lebih rendah dibanding tahun 2006, yaitu 4,97 persen. Sedangkan pada tahun
sebelumnya tumbuh sebesar 5,01 persen. Menurunnya pertumbuhan sektor ini
pada tahun 2007 disebabkan karena melemahnya sub sektor yang membentuknya
yaitu sub sektor perkebunan, kehutanan dan perikanan. Sub sektor perkebunan
yang merupakan penyumbang kedua terbesar dalam pembentukan sektor
pertanian pada tahun 2007 pertumbuhannya melemah menjadi 8,75 persen dari
9,39 persen tahun 2006.
Struktur perekonomian Propinsi Sumatera Barat sampai tahun ini masih tetap
IT
didominasi oleh sektor pertanian, dimana sektor ini masih saja memberikan
kontribusi sebesar 24,67 persen pada pembentukan PDRB Propinsi Sumatera
Barat. Kontribusi sebesar ini, sedikit lebih rendah dari tahun yang lalu yang
sebesar 25,26 persen. Diurutan kedua ditempati oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran yang memberikan andil sebesar 17,34 persen, diikuti oleh sektorsektor jasa yang berperan sebesar 15,64 persen dan sektor pengangkutan dan
komunikasi memberikan andil sebesar 15,07 persen. Sedangkan diurutan keempat,
sektor Industri Pengolahan menyumbang sebesar 12,01 persen.
PDRB perkapita Sumatera Barat tahun 2007 mencapai 12,73 juta rupiah naik dari
11,45 juta rupiah tahun 2006. setelah Penyusutan dan pajak Tak Langsung
dikeluarkan dari total PDRB maka diperoleh Pendapatan Regional Perkapita
sebesar 10,56 juta rupiah pada tahun 2006 dan kemudian naik menjadi 11,69 juta
rupiah tahun 2007.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 23
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kota Padang sebagai ibukota Propinsi dan Pusat
Perdagangan masih tetap mendominasi perekonomian Sumatera Barat dibanding
dengan kabupaten/kota lainnya. Nilai tambah yang dihasilkan tetap paling tinggi
dari Kota Padang yaitu sebesar 17.369,18 milyar rupiah atau 29,57 persen dari
nilai PDRB keseluruhan atas harga berlaku. Diurutan kedua ditempati oleh
Kabupaten dengan nilai tambah sebesar 4.462,64 milyar rupiah dan urutan ketiga
oleh Kabupaten Padang Pariaman dengan nilai tambah 4.382,28 milyar rupiah.
Begitu juga PDRB perkapita kota Padang juga paling tinggi dibanding 19
kabupaten/kota lainnya yaitu sebesar 20,72 juta pada tahun 2007. Selanjutnya
diikuti oleh Kota Pariaman dengan PDRB perkapita sebesar 15,97 juta rupiah dan
diurutan ke tiga ditempati oleh kota Sawahlunto dengan nilai PDRB perkapita
.B
ST
P
Tabel 4.9. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Lapangan Usaha
Lapangan Usaha
2006
2007
IT
Pertanian
Pertambangan dan
Industri Pengolahan
Penggalian
Listrik, Gas dan Air
Bangunan
Minum
Perdagangan, Hotel dan
Pengangkutan dan
Restoran
Keuangan, persewaan
Komunikasi
Jasa-Jasa
dan jasa perusahaan
Jumlah
2005
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 24
Gambar : 4.6. Distribusi persentase PDRB atas harga konstan 2000 menurut
lapangan usaha
Keuangan, persewa
an dan jasa
perusahaan
5%
Jasa-Jasa
16%
Pertanian
25%
Pertambangan
dan Penggalian
3%
Pengangkutan dan
Komunikasi
15%
.B
ST
P
Industri Pengolahan
12%
Perdagangan, Hotel
dan Restoran
17%
Bangunan
6%
Tabel 4.10. Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha
Lapangan Usaha
2006
2007
135,42 142,20
149,27
108,93 112,24
117,73
Industri Pengolahan
118,33 123,62
130,78
160,56 174,90
186,97
Bangunan
127,34 136,58
143,86
127,94 136,55
146,05
141,67 156,23
170,80
125,73 135,62
145,34
116,91 122,58
129,96
IT
Pertanian
2005
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 25
PDRB/Kapita
912,79
13,58
Pesisir Selatan
3.082,92
7,07
Solok
3.420,70
9,73
Swl/Sijunjung
2.060,14
10,43
Tanah Datar
3.814,35
11,38
Padang Pariaman
4.382,28
11,4
Agam
4.462,64
10,42
50 Kota
4.196,79
12,74
Pasaman
2.234,17
8,83
Solok Selatan
921,3
7,07
Dharmasraya
1.787,38
10,18
Pasaman Barat
4.115,82
12,56
17.369,18
20,72
Solok
756,81
13,25
Sawahlunto
748,71
13,89
622,64
11,97
1.435,74
13,77
Payakumbuh
1.281,05
12,19
Pariaman
1.126,04
15,97
.B
ST
P
Kep. Mentawai
IT
Kabupaten
Kota
Padang
Padang Panjang
Bukittinggi
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 26
6.05
6.11
6.37
6.36
5.92
5.61
6.08
6.47
6.41
6.14
6.38
6.35
6.49
6.37
5.36
4.41
2.01
.B
ST
P
Distribusi Persentase Terhadap Total PDRB Seluruh Kabupaten /Kota Atas Dasar Harga Berlaku
Padang Panjang
1%
Sawahlunto
1%
Solok
1%
Pesisir Selatan
5%
Solok
6%
Swl/Sijunjung
4%
Tanah Datar
6%
Padang
30%
IT
Padang Pariaman
7%
Pasaman Barat
7%
Agam
8%
Pasaman
4%
50 Kota
7%
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 27
Sektor yang memberikan peranan besar terhadap PDRB Provinsi Sumatera Barat
pada Tahun 2007 adalah pada sektor pertanian yaitu sebesar 24.67 %. Sektor
selanjutnya yang mempunyai peranan besar terhadap PDRB Provinsi Sumatera
Barat adalah pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 17.3%.
Tabel 4.12. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di kawasan
aglomerasi Palapa Tahun 2003 2007
No.
Kab. / Kota
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
4.72
5.72
9.96
19.01
6.11
Kabupaten
Padang Pariaman
Kota
1
Padang
Pariaman
.B
ST
P
5.55
5.89
5.28
5.12
6.14
5.05
5.24
4.87
4.98
5.36
5.26
5.47
5.73
6.47
6.05
IT
Sumatera Barat adalah pada sektor Listrik, gas dan air minum sebesar 1.37.
Distribusi PDRB Provinsi Sumatera Barat atas dasar harga berlaku menurut
lapangan usaha Tahun 2006 dan 2007 disajikan pada Tabel 4.13.
Salah satu program dalam pengembangan ekonomi di daerah adalah melalui
upaya menggalakkan program investasi untuk masuk ke kawasan melalui
berbagai upaya seperti penyediaan informasi atas potensi yang dimiliki,
kemudahan yang dapat diberikan, fasilitas pendukung yang tersedia dan
informasi yang lainnya yang dapat mendorong masuknya investasi baik
penanaman modal dalam negeri (PMDN), maupun penanaman modal asing
(PMA).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 28
Lapangan Usaha
Tahun (%)
2007
Pertanian
25,26
24.67
16,96
17.34
Jasa-jasa
15,79
15,64
15,13
15,07
Industri pengolahan
11,42
12.01
Konstruksi
5,61
5,61
4,96
4,96
IT
.B
ST
P
2006
perusahaan
Pertambangan
3,45
3,44
1,42
1,37
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 29
Kab. / Kota
PDRB
2006
PDRB/kapita
2007
2006
2007
10.19
11.40
18.66
20.72
Kabupaten
Padang
1
Pariaman
4
3 890.12
382.28
Kota
17
2
Padang
15 294.26
369.1
.B
ST
P
Pariaman
1 019.92
126.04
14.50
15.97
53 029.59
59 799
11.45
12.73
Provinsi Sumatera
Barat
IT
Barat selama kurun waktu 1996 2006, terlihat bahwa investor justru
menunjukkan peningkatan yang cukup besar, baik PMDN maupun PMA bila
tereksploitasi.
pertambangan,
pariwisata,
Sumberdaya
alam
kehutanan,
industri
dalam
kecil
bidang
dan
pertanian,
perhubungan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 30
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 31
.B
ST
P
Kota Padang terlihat masih di bawah rata-rata provinsi dan nasional. Lebih
jelasnya perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kota Padang dapat dilihat
pada tabel dan grafik berikut ini,
IT
Tahun
Sumatera Barat
1996
9,12%
7,87%
1997
6,48%
5,14%
1998
-7,76%
-6,73%
1999
1,49%
1,59%
2000
4,47%
3,84%
2001
4,07%
3,66%
2002
5,30%
4,69%
2003
5,55%
5,26%
2004
5,89%
5,47%
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 32
Tahun
Sumatera Barat
2005
5,29%
5,73%
2006
5,14%
5,50%
.B
ST
P
LAPANGAN USAHA
No
IT
1.
2.
TAHUN
2006*)
2005
2007**)
Pertanian
5,11%
5,48%
5,63%
a. Tanaman Pangan
1,35%
1,43%
1,42%
b. Perkebunan
0,05%
0,05%
0,05%
0,81%
0,81%
0,85%
d. Kehutanan
0,03%
0,03%
0,03%
e. Perikanan
2,87%
3,14%
3,31%
1,64%
1,70%
1,73%
1,64%
1,70%
1,73%
c. Penggalian
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 33
No
TAHUN
LAPANGAN USAHA
2005
2006*)
2007**)
15,25%
15,67%
15,36%
15,25%
15,67%
15,36%
2,34%
2,29%
2,26%
a. Listrik
2,15%
2,11%
2,08%
c. Air Bersih
0,19%
0,18%
0,18%
5.
Bangunan
4,46%
4,67%
4,57%
6.
21,32%
20,58%
20,77%
3.
Industri Pengolahan
a. Industri Migas
b. Industri tanpa Migas
4.
.B
ST
P
b. Gas
20,92%
20,20%
20,40%
0,22%
0,21%
0,21%
0,17%
0,17%
0,17%
25,56%
24,83%
24,47%
a. Pengangkutan
19,64%
18,03%
17,61%
1. Angkutan Rel
0,23%
0,26%
0,25%
9,45%
9,97%
9,91%
3. Angkutan Air
4,03%
4,21%
3,98%
4. Angkutan Udara
2,39%
3,54%
3,59%
3,48%
5,92%
6,80%
6,86%
7,92%
8,22%
8,45%
a. Bank
2,62%
2,66%
2,75%
1,87%
1,96%
2,08%
c. Sewa Bangunan
3,01%
3,17%
3,19%
d. Jasa Perusahaan
0,43%
0,42%
0,42%
16,40%
16,57%
16,75%
a. Pemerintah Umum
8,09%
8,28%
8,38%
b. Swasta
8,32%
8,30%
8,37%
c. Restoran
IT
7.
b. Komunikasi
8.
9.
Keuangan,
Persewaan
&
Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 34
No
LAPANGAN USAHA
TAHUN
2006*)
2005
2007**)
1. Sosial Kemasyarakatan
3,62%
3,65%
3,61%
1,43%
1,38%
1,41%
3,26%
3,26%
3,35%
100,00%
100,00%
100,00%
Jumlah
Sumber : Padang Dalam Angka 2007, BAPPEDA Kota Padang dan BPS Kota
Padang.
PDRB per-kapita Kota Padang pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 20,72 juta,
meningkat lebih dari Rp. 2 juta dibandingkan dengan kondisi tahun 2006 yang
.B
ST
P
Tabel 4.17. Pendapatan Regional dan per-kapita Kota Padang atas dasar
harga berlaku tahun 2005 - 2007
No.
1.
RINCIAN
2005
83
IT
07
26
9,16
9,87
34,76
5.
83,92
D
4.
8,13
3.
2007**)
2.
2006*)
63
48
2,13
71,13
801.340
819.770
838.190
Jumlah
Penduduk
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
79
1,09
51,42
IV - 35
No.
8.
RINCIAN
2005
2006*)
2007**)
69
9,46
22,13
.B
ST
P
IT
Padang juga didukung oleh keberadaan sejumlah pasar dan pertokoan dengan
No.
I.
Jenis Pasar
Pasar Raya Timur I
Bangunan
Jumlah Petak
Toko Kios Meja Batu
16.739
12.701
392
15.437
12.019
12.27
22.938
17.894
699
79
2.700
2.430
180
158
113
11
6.000
2.040
60
229
636
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 36
No.
Jenis Pasar
2. Ulak Karang
Bangunan
Jumlah Petak
Toko Kios Meja Batu
6.400
2.186
34
80
13.630
5.130
91
230
4. Simpang Haru
5.800
2.142
93
90
1.800
2.521
56
144
6. Lubuk Buaya
23.600
3.873
148
136
7. Bandar Buat
25.300
4.548
144
140
3. Alai
Sumber : Padang Dalam Angka Tahun 2007, BAPPEDA Kota Padang dan BPS Kota
Padang
.B
ST
P
Volume ekspor Sumatera Barat melalui Pelabuhan Teluk Bayur pada tahun
IT
2007 adalah sebesar 3.182,46 ribu ton meningkat bila dibandingkan dengan
tahun 2006 yang hanya 3.079,27 ribu ton. Sedangkan bila dilihat secara
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 37
.B
ST
P
tahun 2006, sektor pertanian memberikan kontribusi yang paling besar yaitu
168.544,81 juta rupiah, dan yang terkecil adalah listrik dan air minum yaitu
7.366,36 juta rupiah.
IT
Sejak krisis moneter melanda Indonesia mulai Tahun 1997, yang diikuti oleh
tidak stabilnya serta melemahnya nilai rupiah, yang selanjutnya menyebabkan
melemahnya investasi yang masuk di Sumatera Barat, khususnya untuk
PMDN. Realisasi PMDN Tahun 1998 sebesar 685.383 juta rupiah dan Tahun
1999 menurun menjadi 348.630 juta rupiah, pada Tahun 2000 menurun
menjadi 187.773 juta rupiah dan pada Tahun 2001 menjadi 183.976 juta
rupiah. Sementara itu pada Tahun 2002 realisasi PMDN meningkat menjadi
348.630 juta rupiah, dan pada Tahun 2003 terjadi penurunan menjadi 204.465
juta rupiah.
Program investasi PMDN di Provinsi Provinsi Sumatera Barat memperlihatkan
perkembangan yang negatif, sedang realisasi PMA meningkat sejak Tahun
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 38
1998, dari 42,28 juta US $ menjadi 81,15 juta US $ (tahun 1999) dan Tahun
2000 menjadi 61,32 juta US $, Tahun 2001 meningkat menjadi 61,35 juta US
$. Peningkatan yang cukup drastis terjadi pada Tahun 2002, yaitu 118,552 US
$, dan pada Tahun 2005 hanya sebesar 29,620 US $. Dengan demikian,
program investasi PMA masih memperlihatkan perkembangan positif.
Berdasarkan perkembangan investasi yang ditanamkan di Provinsi Sumatera
Barat selama kurun waktu 1996 2005, terlihat bahwa investor justru
menunjukkan peningkatan yang cukup besar, baik PMDN maupun PMA bila
dibanding tahun-tahun sebelum krisis. Prospek pengembangan investasi di
Sumatera Barat khususnya Kota Pariaman masih memiliki peluang yang baik
karena potensi sumberdaya alam yang cukup besar dan belum seluruhnya
.B
ST
P
IT
sektor industri pengolahan sebesar 14,5% tahun 2005 dan menurun menjadi
13,6 % tahun 2006. Kondisi yang sama juga terjadi disektor perdagangan,
hotel dan restoran. Tahun 2005 kontribusi sektor perdagangan, hotel dan
restoran adalah 14,9% namun tahun 2006 turun menjadi 14,1%. Secara umum
dapat dikatakan semua sektor pertanian, penggalian, industri pengolahan,
perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan maupun jasa-jasa mengalami penurunan dalam periode tahun
2005-2006. Peningkatan yang cukup besar hanya terjadi pada sektor angkutan
& komunikasi, yaitu dari 4,2% tahun 2005 meningkat menjadi 9,6% tahun
2006. Sekali lagi peningkatan yang sangat besar ini tidak terlepas dari faktor
mulai beroperasinya Bandara Internasional Mingkabau mulai pertengahan
tahun 2005.
Meskipun terjadinya penurunan kontribusi dari masing-masing sektor ekonomi
tersebut terhadap PDRB, namun secara absolut produksinya tetap mengalami
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 39
.B
ST
P
antara tahun 2003 hingga tahun 2006. Tahun 2005 terjadi penurunan
pertumbuhan pada sektor industri pengolahan dari 6,49% tahun 2004 menjadi
2,9%. Sektor industri pengolahan juga merupakan sektor yang memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap PDRB. Untuk tahun 2006 kontribusi dari
sektor industri pengolahan adalah 12,1%, hampir sama dengan sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 12,3 %.
IT
No.
PDRB Kabupaten
2004
Pertanian
31,2%
31,0%
29,7%
Penggalian
4,9%
5,0%
4,4%
Industri Pengolahan
14,3%
14,5%
13,6%
1,4%
1,4%
1,4%
Bangunan
5,5%
5,7%
5,4%
15,0%
14,9%
14,1%
4,2%
4,2%
9,6%
6
7
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
2005
2006
IV - 40
PDRB Kabupaten
No.
8
9
Lapangan Usaha
Keuangan, Persewaan,
dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Total
2005
2006
2,6%
2,6%
2,5%
20,9%
20,6%
19,3%
.B
ST
P
4.4
IT
PALAPA
atau 2,17 % . Sedangkan Lahan yang belum termanfaatkan seluas 1.248,46 atau
2,95 % dari wilayah Propinsi Sumatera Barat. Proporsi penggunaan lahan di
Propinsi Sumatera Barat.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 41
.B
ST
P
kembali, terutama hutan produksi baik hutan produksi tetap dan hutan
produksi terbatas.
4.4.1 Kota Padang
Sebagian besar
IT
>40%. Ketinggian wilayah Kota Padang dari permukaan laut juga bervariasi,
mulai 0 m dpl sampai >1.000 m dpl.
Kawasan dengan kelerengan lahan antara 0 2% umumnya terdapat di
Kecamatan Koto Tangah, Kuranji, Pauh, dan bagian Selatan Kecamatan Lubuk
Kilangan dan Lubuk Begalung dan sebagian besar Kecamatan Bungus Teluk
Kabung. Kawasan dengan kelerengan lahan >40% ini merupakan kawasan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 42
yang telah ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung. Untuk lebih jelasnya
penggunaan lahan Kota Padang dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut ini.
Tabel 4.20. Luas Lahan Kota Padang Menurut Jenis Penggunaannya
tahun 2007
No.
1
Tanah Perumahan
Tanah Perusahaan
(Ha)
Persentase
6.315,53
234,75
9,09%
0,34%
702,25
1,01%
715,32
1,03%
.B
ST
P
Luas Lahan
Jenis Penggunaan
Tanah Jasa
278,50
0,40%
Ladang / Tegalan
952,75
1,37%
Perkebunan Rakyat
IT
Kebun Campuran
4.934,00
2.147,50
13.920,32
7,10%
3,09%
20,03%
1,93%
10
Kebun Sayuran
11
Peternakan
26,83
0,04%
12
Kolam Ikan
100,80
0,15%
13
Danau Buatan
2,25
0,00%
14
Tanah Kosong
158,00
0,23%
15
Tanah Kota
16,00
0,02%
16
Semak
1.565,75
2,25%
17
120,00
0,17%
18
135,00
0,19%
1.343,00
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 43
No.
Luas Lahan
Jenis Penggunaan
19
Hutan Lebat
20
(Ha)
Persentase
35.448,00
Jumlah
379,45
69.496,00
51,01%
0,55%
100,00%
Sumber : Padang Dalam Angka Tahun 2007, BAPPEDA Kota Padang dan BPS
Kota Padang
Karakteristik penggunaan lahan Kota Padang dapat digambarkan dalam
.B
ST
P
IT
Kecenderungan perkembangan fisik yang mengikuti pola jaringan jalanjalan utama (ribbon-type development) masih terlihat, terutama di sepanjang
Jalan Padang By-Pass.
Keberadaan Bandara Internasional Minangkabau mendorong perkembangan fisik di kawasan bagian Utara kota, terutama di sepanjang jalanjalan utama.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 44
.B
ST
P
Sebagai kota yang baru terbentuk, penggunaan lahan di Kota Pariaman masih
belum tertata dengan baik. Penggunaan lahan banyak yang masih bercampur
antara kegiatan permukiman, perdagangan, jasa, perkantoran, sawah, dan
kebun. Lokasi sebarannya pun belum teratur (masih mengikuti pola jaringan
jalan yang telah ada). Namun demikian, bentuk pusat kota sudah terlihat di
Kecamatan Pariaman Tengah, yaitu di sekitar jalan A. Yani dan Jl. Pahlawan.
Berdasarkan data penggunaan lahan tahun 2007, mayoritas penggunaan lahan
di Kota Pariaman masih didominasi oleh penggunaan lahan non terbangun
IT
lahan terbangun seperti permukiman, perkantoran, perdagangan, jasa, dan lainlain, persentase penggunaan lahannya hanya 873Ha, dan didominasi oleh
kegiatan permukiman dan umumnya terletak di Pariaman Tengah yang
merupakan kawasan pusat kota. Pola penggunaan lahan terbangun kota
Pariaman ini berbentuk terpusat di sekitar pusat kota dan perkembangannya
mengikuti jalan-jalan utama Kota Pariaman
Berdasarkan RTRW Nasional, Kota Pariaman termasuk salah satu kawasan
andalan di Sumatera Barat, yaitu termasuk dalam kawasan andalan Kabupaten
Padang Pariaman dan sekitarnya dengan sektor unggulan industri, pertanian,
tanaman pangan dan pariwisata. Dalam konteks pengembangan ekonomi
regional, Kota Pariaman memiliki peran didalam mendukung Propinsi
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 45
Sumatera Barat pada sektor pariwisata terutama kaitannya dalam jalur wisata
Padang Pariaman Danau Maninjau Bukit Tinggi. Kawasan (kota
Pariaman) ini didukung oleh:
.B
ST
P
beberapa kecamatan.
Kota Pariaman merupakan salah satu daerah yang masuk dalam kategori
kawasan rawan gelombang pasang atau banjir di Sumatera Barat, dimana
kawasan tersebut terdapat pada kawasan yang bercirikan daerah berlereng
landai, merupakan pertemuan dua sungai besar, banyak terdapat meander
sungai, adanya perubahan kelerengan yang tiba-tiba dan daerah hilir sungai.
Selain itu Kota Pariaman juga merupakan kawasan pantai berpohon kelapa dan
IT
cemara.
Kota Pariaman diarahkan sebagai kota Hirarki I dengan jumlah penduduk lebih
Pusat Pemerintahan
Pusat Pemukiman
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 46
Dalam penilaian kawasan strategis Kota Pariaman ditunjuk sebagai kota pusat
pariwisata. Oleh karena itu akan dikembangkannya Kawasan Wisata Pantai
Pariaman yang menjadikan Kota Pariaman sebagai Kota utama (Primer City).
Dalam perencanaan guna lahan perlu diketahui potensi dan permasalahan serta
kesesuaian suatu lahan pada berbagai jenis penggunaan lahan.
Di dalam konteks penataan ruang wilayah, ada beberapa permasalahan yang
dihadapi dalam pemanfaatan dan penataan kawasan binaan, antara lain :
.B
ST
P
IT
terbatas dan belum tertata secara baik sehingga menyulitkan petani dalam
mengangkut hasil pertaniannya.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 47
.B
ST
P
IT
No
Permukiman
Luas
Persentas
(Ha)
e (%)
7.339
5,52%
27.129
20,42%
648
0,49%
Tegalan
Perkebunan Rakyat
36.461
27,44%
Kebun campuran
16.633
12,52%
Hutan belukar
11.232
8,45%
Hutan
28.719
21,61%
Semak/alang-alang
2.489
1,87%
200
0,15%
10
Lain lain
2.029
1,53%
132.87
100%
9
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman, 2008
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 48
.B
ST
P
IT
kawasan
yang
(Central
dirancang
Bussines
sebagai
District),
Pusat
yang
Perdagangan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 49
.B
ST
P
IT
Tinggi dan Kabupaten Solok dan kawasan yang berbatasan dengan wilayah
barat laut dan tenggara, yaitu Kabupaten Agam dan Kota Padang.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 50
2.
3.
Sub Wilayah
Pengembangan
SWP A1 VI Lingkung dan
SWP A2 2 x 11 Kayu
Tanam
Wilayah
Pengembangan B
disebut
WP
Batang Anai
Wilayah
Pengembangan C
disebut WP VII
Koto Sungai Sarik
Wilayah
Pengembangan D
disebut WP Sungai
Geringging
Daerah Pelayanan
-
Kecamatan VI LIngkung,
Kecamatan 2 x 11 Enam Lingkung,
Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam,
Kecamatan Ulakan Tangkis,
Kecamatan Nan Sabaris, dan
Kecamatan Siantuk Tobo Gadang
Kecamatan Batang Anai dan
Kecamatan Lubuk Alung
.B
ST
P
4.
Wilayah
Pengembangan
Wilayah
Pengembangan A
disebut WP VI
Lingkung
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 51
4.5
.B
ST
P
Sistem transportasi merupakan aspek penting dalam menunjang kegiatan kegiatan di bidang ekonomi maupun sosial, transportasi juga merupakan sarana
yang mengakomodasikan keterhubungan lokasi atau ruang fisik dimana berbagai
kegiatan penduduk berada. Untuk mewujudkan hal tersebut prasarana transportasi
merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat untuk kelancaran jalannya roda
perekonomian dan aktivitas sosial.
Angkutan Jalan Raya
Panjang jalan raya di Sumatera Barat pada tahun 2007 tercatat sepanjang 1.153,94
IT
Km. Jika dilihat dari kualitas permukaan jalan, pada umumnya jalan raya di
Sumatera barat Berlapis aspal beton 1.041.93 Km, sedangkan sisanya berlapiskan
Kabupaten/Kota
(km)
Propinsi (km)
Padang Pariaman
143,68
85.69
Padang
100.8
Pariaman
6.04
Kabupaten
1
Kota
IV - 52
Kendaraan
umum
pada
kawasan
aglomerasi
PALAPA
cukup
banyak
Bensin
Kabupaten
1
Padang Pariaman
1660
137
1797
.B
ST
P
Kota
2
Padang
Pariaman
21050
956
22006
410
413
IT
tahun 2006. Pada tahun 2006 pesawat yang tinggi datang tercatat 7.089 kali naik
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 53
4.6
mengalami
penurunan,
namun
masih
memiliki
kecenderungan
.B
ST
P
IT
Wisatawan
Mancanegara Nusantara
1.
2002
25.040
356.724
2.
2003
29.307
563.628
3.
2004
57.283
926.736
4.
2005
76.951
3.883.984
5.
2006
88.923
4.526.937
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 54
Kekuatan pariwisata Sumatera Barat terletak pada tiga aspek yaitu, objek wisata
dan daya tarik alam, budaya dan olah raga (minat Khusus). Potensi objek dan
daya tarik wisata alam meliputi pantai dan pulau-pulau, alam pegunungan,
lembah, sungai, ngarai, danau, hutan serta iklim yang sejuk di daerah dataran
tinggi Dibidang budaya, potensi yang dimiliki berupa budaya Minangkabau yang
unik dalam berbagai bentuk manifestasi kehidupan sehari-hari seperti; adat isitiadat,
kesenian tradisionai. kerajinan, upacara-upacara adat, makanan dan arsitektur
tradisional.
.B
ST
P
o Kota Padang mempunyai banyak objek wisata pantai karena kota ini
terletak dekat dengan laut seperti, Pantai Padang, Pantai Air Manis,
Pantai Pasir Jambak, Taman Nirwana, Pondok Caroline, THR Bung
Hatta dan Pulau Pisang Gadang.
IT
Objek Wisata Budaya, Selain wisata alam, bentuk wisata lain yang ada di
Sumatera Barat yakni berupa wisata Budaya yang terdiri dari beragam corak
dan keunikannya diantaranya terdapat pada;
o Kota Padang dengan objek wisata budayanya seperti; Museum
Adityawarman, Taman Siti Nurbaya, Taman Budaya.
o Kota Pariaman dengan objek wisata budayanya seperti; Kuburan
Panjang dan Guci Gadang Badano.
o Kabupaten Padang Pariaman dengan objek wisata budayanya
seperti; Kubur/Makam Suku Gujarat Kubur Panjang, Makam Syech
Burhanuddin.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 55
Ekowisata (Green Tourism), Alam dan budaya Sumatera Barat yang masih
asli merupakan asset yang memungkinkan untuk pengembangan Ekowisata,
kegiatan wisata ini banyak dikembangkan oleh negara-negara yang telah
maju kepariwisataannya karena dampak negatifnya relatif kecil dan
memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat di lokasi objek wisata
ini. Bentuk-bentuk wisata ini bisa berupa taman-taman nasional,
perkebunan, pertanian, desa-desa/perkampungan yang memiliki masyarakat
dan tradisi yang masih terikat dengan budaya lokalnya, flora dan fauna yang
khas pada suatu daerah
4.7
.B
ST
P
Pada dasarnya arahan struktur dan pola pemanfaatan ruang Wilayah Propinsi
Sumatera Barat terdiri dari arahan struktur pemanfaatan ruang propinsi yang
berupa hirarki pusat-pusat permukiman perkotaan dan arahan pola pemanfaatan
ruang yang berfungsi lindung dan budidaya. Berdasarkan kriteria, maka hirarki
pusat-pusat permukiman perkotaan di untuk kawasan PALAPA.
IT
PKW
PKL
Kota Pariaman
Kota Solok
Kota Painan
Kota Payakumbuh
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 56
PKN
PKW
PKL
Kota Simpang Empat
Kota Muaro Sijunjung
Kota Lubuk Alung
Kota Aro Suka
.B
ST
P
Fungsi Kota
Kota
Penduduk
Maksimum
Pusat
1.100.000
Nasional
IT
Pusat
100.000
Lokal
Pusat
Lokal
Kegiatan Kota
Lubuk
25.000
Alung
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 57
IT
.B
ST
P
Sumatera Barat
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 58
Obyek Wisata (OW), adalah obyek dan daya tarik wisata alami
maupun bukan alami (budaya dan sejarah) yang terdapat pada suatu
lokasi yang memenuhi daya tarik bagi wisatawan.
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 59
.B
ST
P
dan Pariaman.
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
IV - 60
HASIL SURVEY
BAB
5
5.1
.B
ST
P
Bab ini memaparkan hasil survey yang dilakukan pada kawasan Agolomerasi
PALAPA yang terdiri dari: Survey inventarisasi prasarana jalan; Survey
inventarisasi sarana dan prasarana angkutan umum; Survey volume lalu lintas;
Survey home interview; Survey road side interview; Survey tata guna lahan;
Survey persepsi pengguna jalan dan pengguna angkutan umum.Yang dirangkum
dan digabungkan dalam beberapa bagian dalam bab ini.
IT
Secara letak, ketiga kota pusat kegiatan Padang, Lubuk Alung dan Pariaman
berjarak relatif dekat, yaitu antara 21 56 km (Tabel 5.1) dan dapat ditempuh
dalam waktu antara 30 menit hingga 60 menit. Kesemua kota dihubungkan oleh
jaringan prasarana jalan yang relatif sangat baik (jalan Nasional dengan lebar
antara 7-14m), yang membuat percepatan aglomerasi ekonomi kota ini semakin
tinggi.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V- 1
Padang
Lubuk Alung
(Kab. Padang Pariaman)
Pariaman
35
56
21
Pariaman
Lubuk Alung
(Kab. Padang
Pariaman)
KOTA
Padang
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V- 2
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V- 3
Pola jaringan jalan eksisting yang menghubungkan Padang, Lubuk Alung dan
Pariaman berbentuk menerus. Dimana Lubuk Alung berada pada posisi diantara
Padang dan Pariaman. Ketiga kota ini merupakan perlintasan pergerakan orang
dan barang di Sumatera Barat. Untuk distribusi barang dari Padang ke
Bukittinggi, Payakumbuh atau Pasaman, Medan akan melewati Lubuk Alung,
begitu juga dari Padang ke Simpang Empat (ibukota Kabupaten Pasaman Barat)
atau ke Lubuk Sikaping (ibukota kabupaten Agam) pergerakan akan melewati
Lubuk Alung dan Pariaman.
Dinyatakan dalam UU no.38/2005, bahwa jaringan jalan berdasarkan statusnya
dibedakan atas jalan nasional, jalan provinsi, jalan kota/kabupaten dan jalan desa.
.B
ST
P
Karena begitu pentingnya ketiga kota pada kawasan ini, maka jaringan jalan pada
kawasan ini merupakan jaringan jalan primer dengan status jalan nasional, dengan
fungsi arteri primer.
provinsi terdiri dari jalan Arteri Primer, Arteri Sekunder, Kolektor Primer , dan
Kolektor Sekunder. Jalan Arteri Primer merupakan jalur jalan lintas regional yang
mengubungkan kawasan primer yang ada di provinsi Sumbar (pelabuhan, Bandar
Udara, kawasan industri, pertambangan, dll.)
IT
Berdasarkan survey sekunder dan primer terhadap jaringan jalan yang ada
dikawasan Aglomerasi PALAPA, diperoleh rekapitulasi kondisi prasarana Jalan
(berdasarkan statusnya) secara detail, yang dipaparkan pada sub bab berikut ini.
Penjelasan kondisi prasarana jalan dijelaskan berdasarkan batas administrasi yang
ada pada kawasan aglomerasi PALAPA (Kota Padang, Kecamatan Lubuk Alung
sekitarnya (Kabupaten Padang Pariaman) dan Kota Pariaman).
Peta jaringan jalan nasional dan provinsi dalam kawasan aglomerasi PALAPA
ditampilkan pada Gambar 5.2 berikut.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V- 4
IT
.B
ST
P
Gambar : 5.2. Peta Jaringan Jalan Nasional dan Provinsi dalam kawasan
Aglomerasi PALAPA
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V- 5
.B
ST
P
ini dalam tahap pembangunan. Sekarang koridor ini, masih terbatas pada
kapasitas dan aksesnya.
Sistem jaringan jalan yang ada di Kota Padang meliputi sistem jaringan primer,
sekunder dan lokal serta jalan lingkungan. Data sampai akhir tahun 2007, panjang
jalan di Kota Padang dilihat berdasarkan fungsinya terpanjang adalah Jalan Lokal
IT
Fungsi Jalan
Jenis Permukaan
Aspal
Cor/Beton
Kerikil
Tanah
Jumlah
Arteri Primer
Arteri Sekunder
Kolektor Primer
Kolektor Sekunder
Lokal Primer
Lokal Sekunder
97,98
140,82
120,81
389,04
29,29
101,73
66,67
97,98
140,82
120,81
581,73
Jumlah
748,65
24,29
101,73
68,17
941,34
Sumber : Padang Dalam Angka Tahun 2007, BAPPEDA dan BPS Kota Padang
Sementara itu, dilihat dari status (kewenangan penanganan), ternyata sebagian
besar merupakan status jalan kota yaitu sepanjang 843,3km (89,59%) dan sisanya
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V- 6
Status Jalan
1 Nasional
2 Provinsi
3 Kota
Jumlah
Jenis Permukaan
Aspal
Cor/Beton
Kerikil
Tanah
Jumlah
97,98
650,67
24,29
111,73
66,67
97,98
843,36
748,65
24,29
101,73
68,17
941,34
Sumber : Padang Dalam Angka Tahun 2007, BAPPEDA dan BPS Kota Padang
.B
ST
P
IT
Sumber : Padang Dalam Angka Tahun 2007, BAPPEDA dan BPS Kota Padang
Dari panjang Jalan Nasional (97,98 Km) yang termasuk kedalam wilayah Kota
Padang, meliputi sekitar 19 ruas jalan. Yang menghubungkan antar kota dalam
kawasan aglomerasi PALAPA, terdapat ruas jalan terpanjang, yaitu ruas jalan :
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V- 7
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
001.K2
001.K3
001.K4
001.K5
001.K6
001.K7
001.K8
001.19.K
001.1A.K
001.1B.K
001.1C.K
001.1D.K
001.1E.K
16
17
064.12.K
-
Panjang
(Km)
Lebar
(m)
14,47
1,27
Fungsi
10,00 Arteri
9,00 Kolektor
0,63
0,66
1,33
0,97
2,00
4,26
7,98
0,29
0,53
0,44
0,44
0,10
0,08
14,00
14,00
14,00
14,00
14,00
14,00
14,00
14,00
14,00
7,00
7,00
7,00
7,00
22,05
6,56
97,98
IT
1
2
NAMA RUAS
JALAN
Padang (Sp Duku) Lubuk Alung
Jln. Arau (Padang)
Jln. Pangeran
Diponegoro
Jln. Pemuda
Jln. Veteran
Jln. Ir.Juanda
Jln. S.Parman
Jln. Prof.Dr.Hamka
Jln. Adinegoro
Jln. Damar
Jln. Muaro
Jln. Hayam Wuruk
Jln. Niaga
Jln. Satria
Jln. H.Thamrin
Padang By Pass
(Baru)
Lainnya
Jumlah
.B
ST
P
No
Kolektor
Kolektor
Kolektor
Kolektor
Kolektor
Kolektor
Kolektor
Kolektor
Kolektor
Kolektor
Kolektor
Kolektor
Arteri
7,00 Arteri
7,00 Arteri
N
o
Fungsi
Arteri
Primer
Arteri
Sekunder
Kolektor
Sekunder
Lokal
Sekunder
Jumlah
2
3
4
Jml
Ruas
Disurvei
16
Syarat Lebar
Terpe Tidak
nuhi
15
1
Trotoar
Ada Tidak
Lampu Jalan
Ada Tidak
Drainase
Ada Tidak
11
16
15
42
32
10
34
41
40
17
10
10
15
17
81
59
22
57
24
78
78
V- 8
Kabupaten
Padang
Pariaman,
.B
ST
P
Struktur jaringan jalan yang menonjol lainnya adalah Jalan koridor pantai
tetapi masih terbatas pada kapasitas dan akses menuju koridor pantai yang
dimaksud.
Sistem jaringan jalan yang ada di Kota Pariaman meliputi sistem jaringan primer,
IT
sekunder dan lokal serta jalan lingkungan. Data sampai akhir tahun 2007.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V- 9
Tabel 5 - 7. Kondisi dan Status Jalan di Kota Pariaman Tahun 2007 -2008
KEADAAN
JALAN NEGARA
2007
2008
2
3
1
JENIS
PERMUKAAN
I.
a. Diaspal
14.415
STATUS JALAN
JALAN PROPINSI
JALAN KAB / KODYA
2007
2008
2007
2008
4
5
6
7
14.415
9.285
9.285
b. Kerikil
c. Tanah
d. Tidak dirinci
JUMLAH
II.
JALAN DESA
2007
2008
8
9
171.975
183.249
38.755
27.766
48.120
47.835
64.350
105.155
103.355
394.845
103.355
394.845
14.415
14.415
9.285
9.285
323.200
364.005
7.565
7.450
2.450
2.350
104.705
116.509
6.850
6.750
2.985
3.030
39.738
32.653
0.215
3.850
3.905
42.789
27.018
71.618
82.670
103.355
394.845
258.850
258.850
103.355
394.845
KONDISI JALAN
a. Baik
b. Sedang
c. Rusak
d. Rusak Berat
JUMLAH
KELAS JALAN
a. Kelas I
b. Kelas II
c. Kelas III
d. Kelas III A
e. Kelas III B
f. Kelas III C
g. Kelas Tidak
dirinci
JUMLAH
14.415
14.415
9.285
9.285
.B
ST
P
III.
14.415
14.415
9.285
14.415
14.415
9.285
9.285
9.285
111.015
114.120
147.835
144.730
64.350
105.155
103.355
394.845
323.200
364.005
103.355
394.845
IT
antara
Jl.
Padang-
Bukittinggi.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 10
.B
ST
P
yang berkondisi rusak dan rusak berat sepanjang 832,5 km atau 63.86% dari
total jalan kabupaten serta 548.562 km jalan pada umumnya masih dalam
kondisi kerikil. Selanjutnya jembatan yang ada di Kabupaten Padang Pariaman
adalah sebanyak 180 buah dengan kondisi baik 71 buah (39.44%), kondisi
sedang 98 buah (54.44%) dan kondisi buruk (6.11%).
Jalan yang ada di Lubuk Alung adalah bagian dari sistem jalan Nasional
(jaringan primer) yang melewati Lubuk Alung. Adapun panjang jalan dan
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 11
Tahun
2007
2006
2005
2004
2003
Aspal
1026.0
1026.0
740.10
662.15
509.68
.B
ST
P
dan Jalan tanah sepanjang 273.90 km. Secara keseluruhan kondisi Jalan di
Kabupaten Padang Pariaman yang dapat dikatakan Jalan mantap (Kondisi baik
sedang) adalah sepanjang 1004 km atau 66 % dari total Jalan Kabupaten,
sedangkan yang berkondisi rusak dan rusak berat sepanjang 530 km atau 34%
dari total jalan kabupaten serta 273,9 km jalan pada umumnya masih dalam
kondisi tanah.
Keberadaan Jalan lingkar Lubuk Alung dan Sicincin dengan panjang 19 km,
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 12
Tabel 5 - 10. Panjang Jalan Menurut Status Jalan dan Jenis Permukaan Jalan
Tahun 2008
No Kecamatan/Ruas Jalan
I Jl. Sicincin-Simp. Kurai Taji
1. 2 x 11 Enam Lingkung
2. VII Koto Sei Sarik
Ruas Jalan Kelas Jalan Panjang (Km) Jenis Perkerasan Aspal (Km)
III B
III B
2
15
2,15
14,55
P. 078
P. 078
P. 078
III B
III B
III B
7
10
11
7,00
9,90
11,40
P. 075
P. 075
P. 075
III B
III B
III B
8
10
10
7,85
9,95
10,30
P. 078
III. B
11
10,50
.B
ST
P
P. 028
P. 028
Sumber : Padang Pariaman Dalam Angka Tahun 2009, BAPPEDA dan BPS Kab.
Padang Pariaman.
Tabel 5 - 11. Panjang Jalan Menurut Status Jalan per Kecamatan di Kabupaten
Padang Pariaman
Kecamatan
IT
No
Batang Anai
Lubuk Alung
Sintuk Toboh Gadang
Ulakan Tapakis
Nan Sabaris
2 x 11 Enam Lingkung
Enam Lingkung
2 x 11 Kayu Tanam
VII Koto Sungai Sarik
Patamuan
Padang Sago
V Koto Kampung Dalam
V koto Timur
Sungai Limau
Batang Gasan
Sungai Geringging
IV Koto Aur Malintang
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
Jumlah
157.50
126.20
52.40
39.05
120.20
142.75
98.30
69.90
130.15
87.00
62.10
58.10
88.30
157.60
34.00
153.45
117.90
V - 13
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Kecamatan
Batang Anai
Lubuk Alung
Sintuk Toboh Gadang
Ulakan Tapakis
Nan Sabaris
2 x 11 Enam Lingkung
Enam Lingkung
2 x 11 Kayu Tanam
VII Koto Sungai Sarik
Patamuan
Padang Sago
V Koto Kampung Dalam
V koto Timur
Sungai Limau
Batang Gasan
Sungai Geringging
IV Koto Aur Malintang
.B
ST
P
No
Jumlah
135.45
111.70
48.40
29.05
104.90
135.25
92.95
57.20
115.60
76.50
62.10
56.00
88.30
138.60
25.00
143.55
106.40
Sumber : Padang Pariaman Dalam Angka Tahun 2009, BAPPEDA dan BPS
Kab. Padang Pariaman
Untuk prasarana jalan, yang menjadi permasalahan sampai saat ini adalah:
o Banyaknya kodisi jalan yang menurun, akibat banyaknya jumlah ruas dan
panjang jalan yang ada di Kabupaten Padang Pariaman, sehingga biaya
IT
o Masih banyak jalan kerekel dan tanah berkondisi rusak dan rusak berat,
sehingga masih banyak daerah yang terisolir.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 14
Menurut Krugman
(1991) bahwa pabrik industri cenderung untuk berlokasi pada area dengan
demand pasar yang besar mengikuti skala ekonomi dan untuk meminimalisir
biaya transportasi. Jika biaya transportasi tinggi maka aktifitas akan cenderung
.B
ST
P
berkurang. Jika biaya transportasi rendah maka, industri akan cenderung akan
terdistribusi secara random pada daerah atau kawasan yang dekat dengan suplly
dan demand. Aglomerasi terjadi pada kondisi biaya transportasi relatif murah,
terutama jika biaya transportasi pekerja murah (Fujita dan Thisse, 1996). Biaya
transport yang rendah mengakibatkan peningkatan skala produksi.
Dinas Pekerjaan Umum (P2JJ) melaporkan kondisi jalan Nasional tahun 2008.
Laporan ini mencakup data karakteristik jalan per ruas, panjang, lebar, kondisi
perkerasan dan nilai kondisi perkerasan yang diperinci per km. Detail dari
IT
Gambar 5.3.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 15
IT
.B
ST
P
Gambar : 5.3. Strip Map kondisi Jalan Nasional di kawasan aglomerasi PALAPA
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 16
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 17
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 18
IT
.B
ST
P
Jalur koridor dari Padang Lubuk Alung Pariaman, merupakan jalan arteri
primer yang menghubungkan antar Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di provinsi
Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Ruas jalan ini berperan sangat penting dan
memiliki fungsi vital dalam pergerakan barang dan jasa pada kedua propinsi.
Dari observasi, survey dan analisis yang dilakukan dikategorikan bahwa terdapat
beberapa halangan pada koridor ini, yang disebabkan oleh:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 19
.B
ST
P
Lebar jalan di sepanjang koridor sebagian besar masih relative sempit 3,5 - 6
meter,
Masih banyak terjadi gangguan kelancaran arus transportasi akibat kegiatan
masyarakat (seperti ojek) yang memanfaatkan ruang manfaat jalan sebagai
pangkalan,
Akses dari dan ke jalan arteri belum memenuhi standar,
Kondisi alam (topografi dan geologi) yang kurang mendukung pada
beberapa tempat, seperti sungai dibeberapa titik rawan dihubungkan oleh
jembatan dimana jembatan tersebut sudah mulai rusak sehingga memerlukan
perbaikan jaringan jalan,
Pasar tumpah,
Perubahan fungsi jalan dalam kota tanpa rencana,
Peraturan dan pengawasan pembangunan di sepanjang koridor belum
berjalan dengan baik.
IT
V - 20
5.2
.B
ST
P
IT
dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan (UU no.22 Tahun 2009).
Dalam kontek lain disebutkan bahwa Terminal adalah simpul transportasi yang
berfungsi menunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta
keterpaduan intramoda dan antarmoda di tempat tertentu.
Pembagian terminal angkutan penumpang menurut pelayanannya dikelompokkan
dalam tipe A, tipe B, dan tipe C. Berdasarkan KM no. 31 tahun 1995 tentang
terminal transportasi jalan pasal 2, dibagi atas tiga tipe terminal yaitu :
Tipe A berfungsi sebagai palayanan untuk kendaraan umum antar kota antar
Provinsi (AKAP) dan atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota
dalam Provinsi (AKDP), angkutan kota dan desa.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 21
Tipe B berfungsi sebagai pelayanan untuk kendaraan umum antar kota dalam
Provinsi (AKDP), angkutan kota dan desa.
Dalam Pasal 37, UU no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
dijelaskan bahwa:
IT
.B
ST
P
Isi dari pasal Pasal 37, UU no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan menyatakan bahwa tingkat aksesibilitas Pengguna Jasa angkutan;
sebelumnya
(Undang-Undang,
Peraturan
Pemerintah
ataupun
Keputusan Menteri).
Dengan adanya perubahan terhadap isi peraturan tentang penetapan lokasi
terminal, kedepan diharapkan dengan perencanaan dan komitmen Pemerintah
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 22
.B
ST
P
dan beberapa sub terminal yang diperuntukan bagi angkutan umum kota (angkot)
dan atau angkutan umum perdesaan (angdes). Dalam skala regional, Type
terminal yang merupakan sistem Jaringan Transportasi Jalan (JTJ) primer adalah
Terminal Type A dan type B. Tabel 5.13 berikut ini menyajikan nama terminal
pada tiap-tiap kota serta tipe masing-masing terminal tersebut.
Tabel 5 - 13. Lokasi, Nama dan Tipe Terminal di Kawasan PALAPA
KOTA /
KABUPATEN
1.
Padang
IT
No
2.
3.
Padang
Pariaman
Pariaman
TERMINAL /
SUB TERMINAL
TIPE /
PERUNTUKAN
A
ANGKOT
ANGKOT
ANGKOT
Lubuk Alung
ANGDES
Sicincin
ANGDES
Sungai Limau
ANGDES
Jati
Muaro
B
ANGKOT/
ANGDES
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 23
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 24
.B
ST
P
IT
V - 25
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 26
Gambar : 5.6. Photo udara Terminal Regional Bingkuang (Kota Padang), kondisi
sebelum dan sesudah gempa 30 September 2009
Ke Lubuk Alung
.B
ST
P
Jl. By Pass
IT
Ke Padang
Sebelum gempa
Pasca gempa
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 27
Ke
Bukittinggi
Kawasan
terminal
Kawasan
Pasar
Ke Pusat
Kota
.B
ST
P
IT
Kawasan
Pasar &
Terminal
Ke Pusat
Kota
Ke Solok
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 28
Sub-Terminal Siteba
.B
ST
P
Tak jauh berbeda dangan kondisi terminal tipe A di kota Padang, terminal tipe B
yang ada di kota Pariaman (terminal Jati) saat ini operasionalnya dan
penggunaannya tidak sebagaimana yang diharapkan. Lokasi ini kosong dari
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 29
IT
.B
ST
P
Ke Lubuk
Alung
Kondisi
baik, namun
perlu
perbaikan
pemarkaan, rambu, dll.
Perlu
keterpaduan
operasi dengan angkutan
kota. Sepi, tak terlihat
aktifitas sebuah terminal
tipe
B.
Sepinya
kendaraan menandakan
kurang
optimalnya
penggunaan
terminal.
Hal ini terjadi karena
kurangnya aksesibilitas
ke terminal. Penumpang
lebih memilih untuk
mendapatkan kendaraan
pada ruas jalan yang
menjadi rute dari trayek
dan
tidak
perlu
mengeluarkan
biaya
tambahan
untuk
melakukan
pergantian
moda.
B. Terminal Muaro
Terminal ini kondisinya
cukup baik, namun dari
segi keterpaduan dengan
angkutan atau moda
transportasi
lainnya
menyebabkan terminal
ini jarang diminati oleh
pengguna
angkutan
umum.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 30
.B
ST
P
Kawasan
Pasar
Kawasan
Terminal
IT
Ke
Padang
KONDISI
Tidak
dimanfaatkan
karena
aksesibilitas penumpang ke lokasi
TRB sangat rendah.
Perlu revitalisasi terminal
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 31
SUBTERMINAL
PASAR SITEBA
SUBTERMINAL
PASAR
BANDAR BUAT
.B
ST
P
PARIAMAN
JATI
IT
SUBTERMINAL
PASAR LUBUK
BUAYA
KAMPUNG
MUARO
PADANG
PARIAMAN
LUBUK ALUNG
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 32
SICINCIN
SUNGAI
LIMAU
5.3
.B
ST
P
Ruang
Parkir
mulai
kurang
mencukupi,
pemarkaan dan rambu ditambah,
perlu keterpaduan operasi dengan
angkutan kota dan
Perlu pengaturan dalam terminal.
Sudah sempit,
perlu perbaikan pavement, marka
rambu, perluasan atau
perlu terminal alternatif dan
pengaturan dalam terminal.
Ruang
Parkir
mulai
kurang
mencukupi,
Pemarkaan dan rambu tak ada,
Perlu perbaikan pavement, marka
rambu, perluasan atau
Perlu pengaturan dalam terminal.
Sebagaimana diamanahkan dalam UU no.22 tahun 2009, Tentang Lalu lintas dan
Angkutan Jalan, bahwa angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi
kebutuhan angkutan yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau. Angkutan
orang dapat menggunakan :
IT
Jenis pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek
yang beroperasi dan melewati ke tiga kota dalam kawasan aglomerasi PALAPA
terdiri dari:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 33
.B
ST
P
Untuk menganalisa kinerja penataan rute angkutan kota dilakukan analisa efek
dari duplikasi rute angkutan kota pada ruas-ruas jalan tertentu. Selain adanya
angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek, kawasan ini
juga dilayani oleh angkutan umum tidak dalam trayek yaitu taksi dan angkutan
sewa yang dikelola oleh perusahaan travel perjalanan wisata. Untuk taksi, saat ini
IT
ada beberapa perusahaan taksi yang beroperasi dalam kawasan PALAPA ini,
antara lain: Buana taksi, Angkasa taksi, Mutiara taksi, Minang taksi, dan yang
lainnya.
Berdasarkan survey sekunder yang dilakukan terhadap jaringan trayek yang ada
dikawasan PALAPA, beberapa Peraturan yang berlaku dan yang menetapkan
jaringan trayek tersebut dinyatakan dalam Tabel 5.15 :
PERATURAN
DITETAPKAN OLEH
AKDP
AngKot
SK no.14/2009
Gubernur Sumatera Barat
SK no.191/2005
Walikota Padang
SK no.199/551.21/2007
Walikota Pariaman
AngDes
SK no.01/2005
Bupati Padang Pariaman
Sumber: Departemen Perhubungan RI, Dinas Perhubungan Provinsi
Sumatera Barat, Kabupaten/Kota Kawasan PALAPA.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 34
Jaringan trayek angkutan umum AKDP, yang menghubungkan ketiga kota ada
dikawasan (Padang, Lubuk Alung Kab. Padang Pariaman, Pariaman), dipaparkan
pada Tabel 5.16 dan digambarkan pada Gambar 5.10 berikut.
.B
ST
P
Tabel 5 - 16. Trayek Angkutan Penumpang Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)
yang menghubungkan kota dalam kawasan PALAPA
Adapun lintasan trayek angkutan kota (di Padang dan Pariaman) serta angkutan
perdesaan (di Kabupaten Padang Pariaman) dalam kawasan aglomerasi PALAPA,
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 35
IT
.B
ST
P
Gambar : 5.10. Lintasan Trayek Angkutan Penumpang Antar Kota Dalam Provinsi
(AKDP) yang menghubungkan kota Padang, Lubuk Alung dan Pariaman
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 36
IT
.B
ST
P
Gambar : 5.11. Lintasan Trayek Angkutan Kota (Padang dan Pariaman) dan
Angkutan Perdesaan (Lubuk Alung sekitarnya) di kawasan aglomerasi
PALAPA
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 37
6 trayek utama yang dilayani oleh kendaraan bis kota ukuran sedang
dengan jumlah armada 423 unit dan
.B
ST
P
Berdasarkan hasil evaluasi Kinerja Trayek Tetap dan Teratur Dalam Kota
IT
Padang yang dilakukan Dinas Perhubungan bidang Lalu lintas Angkutan Darat
tahun 2006, terhadap 3 trayek utama dan 43 trayek cabang, diperoleh 39 trayek
dengan nilai 'load factor' rendah (<50%), 4 trayek dengan 'load factor' sedang
(50-70%), dan 2 trayek dengan nilai 'load factor' tinggi (>70%). Berdasarkan
hasil analisis data tersebut, kemungkinan penyebabnya adalah adanya tumpang
tindihnya ('over lapping') rute antar trayek angkutan kota dan berlebihnya
jumlah armada pada trayek tersebut.
Angkutan kota Padang saat ini 79% dilayani jenis mobil penumpang umum kecil
(mikrolet/angkot), sebanyak 2986 unit angkot beroperasi melayani 93 rute di
wilayah kota Padang. Sebanyak 62,4% dari rute tersebut melalui wilayah pusat
kota dengan jumlah armada sebanyak 2058 unit. Adanya akumulasi operasi
angkutan kota jenis kecil ini pada ruas-ruas jalan tertentu sering menyebabkan
masalah lalu lintas, seperti kemacetan lalu lintas yang disebabkan oleh angkot
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 38
keputusan
Walikota
.B
ST
P
Berdasarkan
Pariaman
N0.
Namun kondisi eksisting sekarang ini yang beroperasi aktif hanya 5 rute dari 13
rute yang diizinkan. Dengan jam operasi dari jam 6 pagi sampai dam 6 sore.
IT
Rute dan area layanannya dapat dilihat pada Gambar 5.11. Dari sistem jaringan
rute angkutan umum tersebut, dari kapasitas dan jenis kendaraan yang melayani
belum ada nampak yang mana yang merupakan trayek utama, ataupun cabang.
TRAYEK
IZIN
BEROPERASI
CATATAN
Utama
Cabang
53
Ranting
38
31
PARIAMAN
13
L. ALUNG/
PADANG
PARIAMAN
14/130
PADANG
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 39
5.4
.B
ST
P
5.12. berikut.
Gambar : 5.12. Persentase Pengguna Angkutan Umum Berdasarkan Umur, Jenis
Kelamin, Pekerjaan dan Penghasilan perbulan
3% , > 35 Th
38%, 15 s/d
20 Th
30%, 25 s/d
30 Th
45%, Laki-laki
55%, Perempua
n
IT
24%, 21 s/d
25 Th
2%, R. Tangga
55%, Pelajar/
Mhs
6%, Pedagang
2%, ABRI
19%, Rp 2 Jt s/d 4
Jt
24%, Peg.
Swasta
49%, Rp 1 Jt s/d Rp
2 Jt
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 40
Gambar : 5.13. Persentase alasan memilih, penilaian kondisi dan layanan serta
usulan pengguna angkutan umum
Alasan Memilih Angkutan Umum
3%, Waktu 5%, Ongkos
Cepat
Murah
2%, Kualitas
Baik
2%, DLL
8%, Mudah
Didapat
.B
ST
P
5%, Tidak
32%, Kurang
60%, Cukup
Baik
12%, Perbaikan
Kend
IT
31%, Kurangi
Bising
21%, Kurangi
Kapasitas
24%, Kelengkap
an Keselamatan
9%, Kec.
Ditambah
9%, Frekuensi
Ditambah
26%, Ongkos
Murah
17%, Berhenti
di Halte
25%, Jadwal
Teratur
4%, Tambah
Armada
9%, Tambah
Rute
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 41
Gambar : 5.14. Persentase alasan memilih, penilaian kondisi dan layanan serta
usulan pengguna terminal
Usulan Perbaikan Sarana Terminal
15%, Papan
Info Trayek
6%, DLL
5%, Kios
14%, Sarana
Ibadah
16%, Toilet/K.
Mandi
15%, T.
Sampah
17%, T.
Duduk
5%, Telepon
Umum
7%, Lampu
.B
ST
P
3%, Sangat
Baik
16%, Cukup
Baik
25%, Tidak
55%, Kurang
24%, Tambah
Rute
16%, Akses
Masuk
39%, Kebersihan
IT
14%, Petugas
Potter
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 42
5.5
.B
ST
P
Berdasarkan metodologi yang dijabarkan pada bab 3, pada bagian ini dipaparkan
hasil survey yang dilakukan dengan mengambil lokasi pada ruas di ruas
IT
jalan/simpang sepanjang ruas jalan pada jaringan jalan penghubung antara ketiga
kota pada kawasan Aglomerasi PALAPA serta ruas jalan penghubung dengan
kota lain diluar kawasan aglomerasi, yang merupakan inlet dan outlet arus lalu
lintas yang diperkirakan mempengaruhi kinerja dan tingkat pelayanan ruas jalan
pada kawasan aglomerasi.
Survey dilakukan 24 jam atau 2 hari untuk mendapatkan volume lalulintas harian
di ruas jalan. Data dari survai ini akan menggambar kinerja dan tingkat pelayanan
ruas jalan kondisi eksisting yang dijadikan kerangka dasar dalam peramalan arus
lalu lintas di ruas jalan pada masa mendatang. Data dari survai ini akan
menggambar kinerja dan tingkat pelayanan ruas jalan kondisi eksisting yang
dijadikan kerangka dasar dalam peramalan arus lalu lintas di ruas jalan pada masa
mendatangKawasan Aglomerasi Palapa sebagai daerah kajian merupakan suatu
kesatuan daerah geografis yang di dalamnya terdapat.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 43
Padang Solok
Pariaman - Pasaman
Lubuk Begalung
Kalumpang
Duku
Lubuk Alung
Kurai Taji
Sicincin
.B
ST
P
Gambar 5.16, memperlihatkan titik lokasi traffic count pada ruas jalan dan
persimpangan yang menghubungkan antar kota pada kawasan aglomerasi
IT
PALAPA.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 44
.B
ST
P
IT
5.5.1 Hasil Survey Traffic Count pada ruas jalan penghubung antara kota pada
kawasan AGLOMERASI PALAPA
Gambar 5.17 sampai dengan Gambar 5.26 memperlihatkan hasil survey traffic
count pada ruas jalan pada kawasan PALAPA yang dilakukan selama 24 jam,
berdasarkan data yang diperoleh dari survey ini selanjutnya digunakan untuk
penghitungan dan anlisis tingkat pertumbuhan kendaraan dan prediksi
selanjutnya.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 45
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 46
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 47
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 48
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 49
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 50
.B
ST
P
dan ruas jalan pinggiran dan luar kota, maka dominansi sepeda motor akan
semakin besar dibandingkan jenis kendaraan lainnya.
IT
V - 51
.B
ST
P
dari total perjalanan yang dilakukan oleh penduduk pada kawasan aglomerasi
IT
5.6
SURVEY KECEPATAN
Kecepatan rata-rata perjalanan pada beberapa ruas yang survai untuk masingmasing arah ditampilkan pada Tabel 5.18. Kecepatan rata-rata perjalanan
mempunyai kisaran antara 30 km/jam sampai 50 km/jam. Pada ruas dalam kota
kecepatan rata-rata perjalanan menjadi lebih kecil lagi, terutama pada ruas-ruas
utama kota Padang. Pada jam sibuk kecepatan menjadi hanya sekitar 15km/jam
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 52
(lihat Tabel 5.18). Hal ini terjadi karena beberapa sebab seperti, ada perbaikan
pada ruas, terutama sejak terjadi gempa pada 30 September 2009 yang lalu,
dimana banyak terjadi kerusakan pada instalasi aminity publik seperti listrik dan
air bersih dan perbaikan pavement jalan sendiri.
No.
.B
ST
P
1
2
3
4
5
6
Dari survey sekunder yang didapatkan dari Dinas Perhubungan Kota Padang
untuk ruas jalan dalam kota yang dilakukan pada tahun 2007 (Tabel 5.19), terlihat
kondisi beberapa ruas jalan yang ada di pusat kota, ada yang kecepatan ruasnya
sangat rendah yang perlu segera penanganan untuk peningkatan kecepatan
perjalanan pada ruas tersebut. Sedangkan sebagian lagi sedang masih pada batas
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 53
IT
.B
ST
P
Tabel 5 - 19. Kecepatan Perjalanan dan kecepatan gerak pada ruas jalan di pusat
kota Padang.
5.7
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 54
dimasukkan beberapa nilai parameter kondisi dari lingkungan dan keadaan ruas
dimaksudkan.
Berdasarkan pedoman Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997), sebuah ruas
jalan dengan derajat kejenuhan lebih besar dari 0.75 sudah dianggap mempunyai
masalah lalu lintas yang memerlukan penanganan lebih lanjut.
Sedang
.B
ST
P
yang terendah ditetapkan sebagai ruas jalan yang mendapat prioritas pertama
Dari data Tabel 5.20, dapat dilihat bahwa ruas jalan yang mempunyai nilai V/C
rasio besar sama dengan 0,75 seperti ruas jalan by pass, Simpang Teluk Bayur,
Lubuk Begalung, Lubuk Alung, dan Sicincin memerlukan penanganan untuk
pengembangan kedepannya. Hal ini di karenakan jalan tersebut dalam
perkembangannya beberapa tahun kedepan akan mengalami peningkatan volume
IT
lalu lintas.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 55
Tabel 5 - 20. Nilai Perbandingan Volume dengan Kapasitas pada ruas yang disurvey
FCsp
FCsf
FCcs
V/C
Rasio
663
1500
1.21
0.94
0.90
1535.5
0.43
1266
1240
1634
3762
1500
3300
1500
3300
1.21
1.27
1.21
1.21
1
1
1
1
0.89
0.88
0.92
0.92
0.94
0.94
0.90
0.94
1518.4
3466.8
1502.8
3453.1
0.83
0.36
1.09
1.09
Berdasarkan hasil analisa terhadap kinerja ruas jalan pada beberapa lokasi yang
.B
ST
P
2
3
4
5
Simpang
Apar
By Pass (Air
Pacah)
Indarung
Pasar Usang
Tabing
FCw
C
(smp/
jam)
ada dikota Padang dan berdasarkan hasil study terdahulu di kota Padang.
Didapatkan bahwa derajat kejenuhan sebagian besar ruas jalan di pusat kota
Padang sudah mendekati 0.75, seperti ruas Jl.Permindo, Jl.Ps.Baru, Jl.Perintis
Kemerdekaan dan Jl.Imam Bonjol yang mencapai batas 0.75 pada jam-jam sibuk.
Demikian juga terhadap kecepatan perjalanan diruas jalan, dari survai kecepatan
perjalanan, ruas-ruas jalan Permindo, Ps.Baru, Ps.Raya, Damar, Hiligo, Pemuda,
M.Yamin dan Bgd. Aziz Khan diidentifikasi mengalami masalah lalu lintas pada
jam-jam sibuk.
IT
Ruas Jalan
V
Co
(smp/jam) (smp/jam)
N
o
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 56
Untuk Simpang dilakukan observasi dan survey. Pengumpulan data terdiri dari
bentuk simpang, ukuran (dimensi) simpang, pola arus lalu lintas, volume arus
lalu lintas. Bentuk dan dimensi beberapa lokasi survey volume arus lalu lintas
yang dilaksanakan digambarkan pada Gambar 5.29.
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 57
Sedang jika derajat kejenuhan pada simpang tak bersinyal tersebut sudah lebih
besar atau sama dengan 0.75, maka simpang tersebut memerlukan penanganan
lebih lanjut seperti pengaturan pergerakan arus lalu lintas dan pemasangan
lampu lalu lintas.
Dari analisa kinerja simpang bersinyal ditunjukkan bahwa kenaikkan tundaan
menjadi sangat besar pada saat derajat kejenuhan simpang lebih besar dari satu,
demikian juga panjang antrian. Hal ini disebabkan oleh asumsi MKJI bahwa
penggunaan luasan ruang dipersimpangan oleh sebuah kendaraan pada saat
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 58
No
Nama Simpang
Simpang Lubuk
Begalung
1,321
1,594
100 1146,781
2,200
80 2259,052
162,5
640,290
72,5
509,801
Simpang Lubuk
Alung
Ruas Arah
Bukittinggi
0.885
172.0
42
0.859
135.0
51
0.746
114.3
47
0.422
48.0
0.810
47.5
17
0.694
50.0
13
.B
ST
P
1,244
Simpang Jagung
IT
Kinerja Simpang
V/C
Panjang
Tundaan
Jam puncak
Antrian
rata-rata
(m)
(det/smp)
14.0015.00
14.0015.00
19.0020.00
18.0019.00
10.0011.00
18.0019.00
15.0016.00
14.0015.00
07.0008.00
08.0009.00
No
Nama
Simpang
Teluk Bayur
Mayor
Minor
Kalumpang
Kinerja Simpang
V/C
Peluang Tundaan
Antrian
rata-rata
(%)
(det/smp)
Jam puncak
1.070
0.903
09.00-10.00
11.00-11.00
45 - 92
45 - 92
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
23.016
15.498
V - 59
Mayor
Minor
Kinerja Simpang
Peluang Tundaan
Antrian
rata-rata
(%)
(det/smp)
0.890
31 - 62
11.134
0.719
20-42
7.678
15.00-16.00
16.00-17.00
Duku
Mayor
Minor
0.677
0.556
18 - 38
12-28
7.081
5.649
15.00-16.00
16.00-17.00
Sicincin
Mayor
Minor
0.995
0.812
39 - 78
26-52
14.770
9.312
09.00-10.00
15.00-16.00
V/C
Jam puncak
IT
.B
ST
P
No
Nama
Simpang
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 60
Tabel 5 - 23. Rangkuman hasil Observasi dan Survey pada beberapa titik/simpang di kota Padang
Jenis Survei
Hasil
Keterangan
Simpang
kantor
pos
(Pasar
Raya)
IT
.B
Titik /
Simpang
Simpang
Didong
Pusat
Kota
ST
P
No
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 61
ST
P
IT
.B
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 62
5.8
PENETAPAN
PALAPA
ZONA
TRANSPORTASI
KAWASAN
AGLOMERASI
.B
ST
P
Berdasarkan batas daerah kajian, zona-zona tersebut dibagi ata: zona internal dan
zona eksternal.
berpengaruh sangat besar terhadap sistem pergerakan lalu lintas di dalam daerah
kajian. Sedangkan zona yang berada di luar batas daerah kajian (zona eksternal)
dianggap kurang atau sedikit berpengaruh terhadap pergerakan arus lalu lintas
didaerah kajian. Secara umum, batas administrasi sering digunakan sebagai batas
IT
kajian disarankan oleh IHT and DTp (1987), meliputi hal sebagai berikut:
Ukuran zona harus konsisten dengan kepadatan jaringan yang akan dimodel,
biasanya ukuran zona semakin membesar jika semakin jauh dari pusat kota.
Ukuran zona harus lebih besar dari yang seharusnya untuk memungkinkan
arus lalu lintas dibebankan atas jaringan jalan dengan ketepatan seperti yang
disyaratkan
Batas zona harus dibuat sedemikian rupa sehingga konsisten dengan jenis
pola pengembangan untuk setiap zona, misalnya pemukiman, industri, dan
perkantoran
Batas zona harus sesuai dengan batas sensus, batas administrasi daerah, dan
batas zona yang digunakan oleh daerah kajian.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 63
Batas zona harus sesuai dengan batas daerah yang digunakan dalam
pengumpulan data.
Pergerakan yang melintasi batas daerah kajian harus mempunyai pusat zona
eksternal (atau tujuan) yang mewakili daerah lain diluar daerah kajian, atau
kezona yang mencerminkan pintu inlet atau outlet (gateways) di tempat
pergerakan tersebut melintasi batas daerah kajian. Keuntungan penggunaan zona
eksternal tersebut adalah jika suatu jaringan eksternal digunakan, dimungkinkan
teridentifikasinya pergerakan berjarak jauh yang melintasi daerah kajian dan ini
tentu membebani sistem jaringan didalam daerah kajian. Kemungkinan terdapat
.B
ST
P
lalu lintas menerus yang menggunakan jaringan didalam daerah kajian dapat
diminimalkan dengan memilih daerah kajian secara hati-hati, meskipun tidak
dapat dihilangkan secara total.
Dalam Studi ini, penetapan zona transportasi dibagi atas 9 zona internal (dalam
kawasan) dan 4 zona eksternal. Pembagian zona internal dan ekternal tersebut
dapat dilihat pada Tabel 5.24, berikut :
IT
Zona
Pariaman
Sicincin (2x11 Enam Lingkung,
Ulakan Sintuk dan Nan sabaris
Lubuk Alung Batang Anai
Duku
Padang bagian Utara (Koto Tangah,
Nanggalo)
Padang bagian Barat (Padang Barat, Padang
Timur dan Padang Utara)
Padang bagian Timur (Pauh, Lubuk
Kilangan, Kuranji)
Padang bagian Selatan (Lubuk Begalung,
Bungus dan Padang Selatan)
Arah Pesisir Selatan
Arah Solok
Arah Bukittinggi
Arah Pasaman
1
2
3
4
5
Nama Kota
6
7
8
9
10
11
12
13
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
Klasifikasi
Zona
Internal
Internal
Internal
Internal
Internal
Internal
Internal
Internal
Internal
Eksternal
Eksternal
Eksternal
Eksternal
V - 64
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
V - 65
BAB ANALISIS
6
Bab ini merupakan bagian yang memaparkan analisis yang dilakukan, berkenaan
dengan Master Plan jaringan transportasi perkotaan untuk kawasan PALAPA
(Padang, Lubuk Alung, Pariaman)
.B
ST
P
6.1
IT
Mengurangi kesenjangan pembangunan dan perkembangan wilayah UtaraSelatan Provinsi Sumatera Barat.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 1
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 2
IT
.B
ST
P
VI - 3
1. Kota
Bukittinggi
2. Kota Pariaman
3. Kota
Sawahlunto
4. Kota Solok
5. Muara Siberut
1.
2.
3.
4.
Kota Payakumbuh
Kota Pulau Punjung
Kota Tapan
Kota Simpang
Empat
IT
Kota
Padang
PKW
.B
ST
P
PKN
PKL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kota Painan
Kota Padang Panjang
Kota Lubuk Sikaping
Kota Sari Lamak
Kota Batusangkar
Kota Padang Aro
Kota Tuapejat
Kota Lubuk Basung
Kota Muaro
Sijunjung
10. Kota Lubuk Alung
11. Kota Aro Suka
12. Kota Parik
Malintang
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 4
.B
ST
P
Agar pembangunan Provinsi berjalan baik, sangat perlu didukung oleh rencana
penataan ruang kawasan, wilayah, kota dan seterusnya. Jika ditelaah salah satu
dokumen Pengembangan Dalam RTRW Kota Padang Tahun 2008-2028,
dijelaskan bahwa konsep dasar pengembangan Kota Padang itu adalah:
Mendistribusikan secara merata tempat-tempat kerja, pusat-pusat kegiatan
ekonomi dan pusat-pusat pelayanan umum agar pola pergerakannya menyebar,
sehingga mengurangi kepadatan lalu lintas, khususnya jalan arteri primer, arteri
sekunder dan kolektor primer; Sistem transportasi yang dikembangkan
merupakan bagian sistem transportasi regional dengan ruas jalan utama, jalan
arteri primer Jalan Bypass.
6.1.3 Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat berdasarkan RTRW Provinsi
Sumatera Barat
IT
VI - 5
radial, dan akan terkait dengan pola linier dari Kota Payakumbuh
menghubungkan Kota Bangkinang Provinsi Riau. Dari wilayah tengah ke utara
yaitu Kota Lubuk Sikaping menuju Kota Nopan Provinsi Sumatera Utara, dan
dari Kota Pariaman, Simpang Empat menuju Kota Natal Provinsi Sumatera
Utara. Untuk wilayah bagian selatan menghubungkan Kota Solok, Pulau
Punjung, Sungai Rumbai menuju Kota Muaro Bungo Provinsi Jambi, kemudian
dari Kota Solok, Padang Aro menuju Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi.
Selanjutnya wilayah bagian selatan yaitu dari Kota Padang, Painan, Tapan
menuju Kota Muko-muko Provinsi Bengkulu. Sistem jaringan jalan di bagian
selatan diarahkan pada pola jaringan jalan yang memperkuat keterkaitan
Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Bengkulu.
Berdasarkan uraian tersebut, maka rencana pengembangan jaringan jalan di
Provinsi Sumatera Barat meliputi:
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 6
6.2
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 7
.B
ST
P
IT
Menata lebar, jalur dan lajur, marka dan fasiltas pendukung jalan lainnya
agar arua lalu lintas aman, tertib dan lancar
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 8
.B
ST
P
Penataan fungsi bangunan yang berada di sepanjang jalur koridor, agar tidak
tidak menimbulkan dampak lalu lintas terhadap jalan.
Pemantauan pembangunan dan pemanfaatan bangunan disepanjang koridor.
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 9
.B
ST
P
IT
Dari hasil survey pada beberapa ruas jalan didapatkan bahwa pada beberapa
persimpangan yang ada di kawasan aglomerasi, memerlukan pengaturan yang
sesuai. Pengendalian persimpangan pada beberapa lokasi dapat berupa bundaran
atau simpang bersinyal yang di lihat dari gambar grafik kriteria pengaturan
persmpangan. Walaupun pada simpang yang ada sudah ada pengendalian
simpang berupa bundaran tapi perlu di rencanakan ulang karena tidak sesuai
dengan volume lalu lintas waktu sekarang. Studi detail untuk penanganan
persimpangan diperlukan selanjutnya pada ketiga kota di kawasan aglomerasi
PALAPA.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 10
Jika dilihat dari kondisi tingkat layanan ruas jalan pada simpang, dengan tanpa
ada penanganan dapat dilihat pada Tabel 6.2 dan Tabel 6.3 berikut.
.B
ST
P
IT
Untuk skenario DO Nothing dapat dilihat pada grafik di atas bahwa dalam
periode 10 tahun hampir semua ruas jalan memerlukan penanganan karena V/C
telah melewati nilai 0.7 yang menurut MKJI 1997 memerlukan penanganan.
Nilai yang di highlight hijau menunjuk kondisi ruas jalan yang belum perlu
ditangani. Hanya salah ruas yang simpulnya di simpang Lubuk Alung, dan 2
ruas jalan yang simpulnya di Simpang Jagung yang selama priode 10 tahun
tersebut tidak memerlukan sama sekali penanganan.
VI - 11
adalah 5 ruas pada tahun 2012 , 3 ruas pada tahun 2013, 3 ruas pada tahun 2016,
1 ruas pada tahun 2017 (yang dihighlight biru dan kuning)
Penanganan pada tahun 2012:
.B
ST
P
IT
Simpang duku, pada priode 5 tahun pertama (tahun 2012) ruas ini telah
ditangani tapi karena pertumbuhan arus lalu lintas pada tahun 2017 V/C
telah mencapai nilai di atas 0.70 kembali maka pada tahun 2017 ruas ini
ditangani kembali.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 12
6.3
ANALISIS PRAKIRAAN
MENDATANG
KEBUTUHAN
LALU
LINTAS
MASA
.B
ST
P
Dalam melakukan proyeksi bangkitan dan tarikan perjalanan pada tahun rencana,
dalam studi ini digunakan pertumbuhan bangkitan dan tarikan perjalanan
mengacu pada hasil studi Tatrawil Propinsi Sumatera Barat, variabel yang
signifikan secara statistik berpengaruh dalam persamaan regresi adalah jumlah
penduduk, kepemilikan kendaraan pribadi dan PDRB masing-masing zona.
Persamaan regresi untuk proyeksi perjalanan orang pada tahun rencana dapat
dilihat pada Tabel 6.4.
Tabel 6. 4. Estimasi Bangkitan Perjalan Orang di Sumatera Barat
Zona
Persamaan Regresi
Padang
Y = 18,61X3 - 64124,76
Kab Padang Pariaman Y = 5,16X3 - 66681,54
Kota Pariaman
Y = 46,45X1 -19660,8
Kab Agam
Y = 44,31X1 -13819,7
Bukittinggi
Y = 5,19X3 - 63681,79
Kab Pasaman Barat
Y = 17,62X2 - 956491,36
Kab Pasaman
Y = 68,32X2 -1054430,78
50 Kota
Y = 1,98X3 - 6895,17
Tanah Datar
Y = 185,33X2 -1567436
Padang Panjang
Y = 21,75X3 + 3080,78
Sawah lunto
Y = 10,56X3 -19948,87
Kab Swl/sjj
Y = 0,52X2 - 4939,74
Kab Solok
Y = 12,35X1 + 2781,56
Kab Dharmasraya
Y = 1,97X2 - 385,5
Kab Solok Selatan
Y = 42,39X2 - 26134,99
Kab Pessel
Y = 0,93X2 - 4206,05
IT
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
VI - 13
Tabel 6. 5.
ZONA TATRAWIL
BANGKITAN
Padang
Kab Padang Pariaman
Kota Pariaman
Kab Agam
Kab Pasaman Barat
Kab Pasamant
50 Kota
Tanah Datar
Padang Panjang
Sawah lunto
Kab Swl/sjj
Kab Solok
Kab Dharmasraya
Kab Solok Selatan
Kab Pessel
Prop Bengkulu
Prop Jambi
Prop Riau
Prop Sumut
0.0528
0.0996
0.0487
0.0613
0.0654
0.0561
0.0578
0.0528
0.0574
0.0188
0.0532
0.0587
0.0546
0.0570
0.0510
0.0510
0.0546
0.0578
0.0561
TARIKAN
0.0536
0.0675
0.0495
0.0618
0.0659
0.0556
0.0573
0.0533
0.0569
0.0181
0.0355
0.0595
0.0490
0.0563
0.0503
0.0503
0.0539
0.0573
0.0569
ZONA LUBUKSANGKARPAYA
BANGKITAN TARIKAN
ARAH PADANG
0.0670
0.0675
BUKITTINGI
ARAH LB. BASUNG
ARAH PASAMAN
PAYAKUMBUH
BATUSANGKAR
PADANG PANJANG
0.0613
0.0654
0.0561
0.0578
0.0528
0.0574
0.0618
0.0659
0.0556
0.0573
0.0533
0.0569
ARAH SAWAHLUNTO
0.036
0.0355
ARAH SOLOK
0.0485
0.0490
ARAH PANGKALAN
0.0578
0.0573
.B
ST
P
IT
VI - 14
adalah zona 3 (tiga) yaitu Ulakan Sintuk dan Nan Sabaris dan tarikan terenda
adalah zona 10(sepuluh) yaitu Arah Pesisir Selatan.
Untuk pergerakan barang, proyeksi tahun rencana sebagaimana Tabel 6.7 berikut.
.B
ST
P
IT
Dari tabel diatas diketahui bahwa bangkitan dan tarikan perjalanan barang
tertinggi untuk masing-masing tahun rencana adalah dari zona 7 (satu) yaitu
Padang bagian Barat, sedangkan bangkitan dan tarikan perjalanan terendah untuk
tahun rencana 2014 s/d 2029 berturut-turut adalah zona 3 (tiga) yaitu Ulakan
Sintuk dan Nan Sabaris.
Proyeksi bangkitan dan tarikan perjalanan orang dan barang sebagaimana tabel
diatas, selanjutnya dimodelkan menggunakan model sebaran (distribusi)
perjalanan dari dan ke masing-masing zona pada tahun rencana. Tujuan
pemodelan sebaran pergerakan adalah untuk mengkalibrasi persamaan-persamaan
yang akan menghasilkan seakurat mungkin hasil observasi lapangan dari pola
pergerakan asal dan tujuan. Dengan kata lain tahap ini merupakan analisis
pendistribusian pergerakan asal-tujuan yang dimiliki oleh masing-masing zona
sesuai dengan pola interaksi antara zona-zona bersangkutan. Hasil dari tahap ini
adalah matriks asal-tujuan.
VI - 15
mencari hasil dari penyebaran pergerakan pada tiap kabupaten/kota pada Provinsi
Sumatera Barat yang akan dibebankan untuk perencanaan jaringan jalan Provinsi
Sumatera Barat. Hasil dari penyebaran (distribusi) perjalanan tersebut dapat juga
disajikan ke dalam tabel dan gambar berikut.
.B
ST
P
Tabel 6. 8. Matrik Asal Tujuan Proyeksi Perjalanan orang Tahun Rencana 2014
IT
Tabel 6. 9. Matrik Asal Tujuan Proyeksi Perjalanan orang Tahun Rencana 2019
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 16
.B
ST
P
Tabel 6. 10. Matrik Asal Tujuan Proyeksi Perjalanan orang Tahun Rencana 2024
IT
Tabel 6. 11. Matrik Asal Tujuan Proyeksi Perjalanan orang Tahun Rencana 2029
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 17
Tabel 6. 12. Matrik Asal Tujuan Proyeksi Perjalanan Barang (ton) Tahun
Rencana 2014
.B
ST
P
IT
Tabel 6. 13. Matrik Asal Tujuan Proyeksi Perjalanan Barang (ton) Tahun
Rencana 2019
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 18
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 19
IT
.B
ST
P
Gambar : 6.1.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 20
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 21
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 22
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 23
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 24
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 25
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 26
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 27
.B
ST
P
IT
Contoh pergerakan antar zona diatas yang memiliki demand yang tinggi diatas,
pada tahap awal bisa menjadi alternatif jalur yang perlu mendapat perhatikan
serius untuk pengembangan angkutan umum massal berbasis jalan dengan
menerapkan konsep Bus Rapid Transit (BRT) dan atau kereta api serta penataan
rute angkutan umum yang ada. Proyeksi lalulintas akan memberikan estimasi
jumlah penumpang angkutan umum pada koridor koridor tersebut.
Setelah ditentukan koridor-koridor utama sebagai alternatif pengembangan
angkutan umum massal, maka langkah berikutnya adalah melakukan penilaian
dan pemberian prioritas terhadap alternatif koridor-koridor tersebut sebagai dasar
pentahapan dalam pengembangan angkutan umum massal. Kriteria yang akan
digunakan dalam penentuan prioritas antara lain berkaitan dengan faktor:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 28
Hasil dari analisis kebutuhan pengemabgan rute dan trayek dari angkutan umum
yang memberikan pelayanan di kawasan dan atau kota, tergambar pada Bab tujuh
nantinya.
6.4
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 29
Tidak berfungsinya secara optimal terminal tipe B untuk AKDP dan AKAP
(terminal jati)
Belum tersedianya terminal angkutan barang yang memadai.
Belum tersedianya terminal khusus untuk angkutan tradisional bendi dan
jalur khusus untuk bendi
Kesadaran masyarakat di bidang lalu lintas dan angkutan jalan yang masih
rendah.
.B
ST
P
6.5
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 30
Beberapa indikator untuk menilai kinerja penilaian angkutan perkotaan jalan pada
masa datang yaitu: selamat, aksesibilitas, terpadu, kapasitas, teratur, lancar dan
cepat, kemudahan, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, polusi
rendah dan efisien. Indikator ini juga menjadi acuan dalam penyusunan dokumen
transportasi sebelumnya seperti: SISTRANAS (TATRANAS, TATRAWIL,
TATRALOK), beberapa dokumen Masterplan transportasi di kota-kota kawasan
aglomerasi PALAPA. Tinjauan pengembangan ke depan yang mengacu pada
payung hukum seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dan pengembangan
transportasi wilayah sesuai pedoman dokumen yang telah ada, diperlukan sebagai
bagian dari perencanaan yang berkelanjutan dan terkoordinasi.
IT
.B
ST
P
Kebutuhan lahan parkir pada tiap kota pada kawasan aglomerasi karena
merupakan daerah berkepadatan tinggi,
Pencapaian Standar Pelayanan Minimum angkutan umum sangat perlu
diperhatikan karena beberapa kota pelayanan angkutan umumnya sangat
kurang,
Penataan rute angkutan umum, terutama untuk trayek utama diupayakan
melintasi pusat tarikan dan bangkitan pergerakan orang, seperti:
sekolah/kampus, pusat perdagangan,
Intensitas dan pertumbuhan permintaan perjalanan commuter antar kota di
kawasan aglomerasi yang tinggi,
Jaringan dan pelayanan angkutan barang perlu diperhatikan,
Penyediaan kapasitas jaringan cenderung memusat ke CBD,
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 31
IT
.B
ST
P
VI - 32
.B
ST
P
IT
Sistem Pengaturan dan Perijinan cenderung bersifat kaku, rumit dan parsial,
yang tampak dari:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 33
.B
ST
P
IT
VI - 34
memposisikan diri sebagai arena pemasaran mobil dan sepeda motor dan sistem
transportasi yang terbentuk, hanyalah konsekuensi dari pemanjaan terhadap
pembeli dan pengguna mobil dan sepeda motor.
Pelayanan angkutan public, dinilai buruk jika:
6.5.4
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 35
.B
ST
P
IT
Kebijakan disusun sebagai arahan bagi langkah strategis untuk mencapai tujuan
penyelenggaraan transportasi di kawasan aglomerasi hendaknya meliputi:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 36
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 37
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VI - 38
SASARAN,
KEBIJAKAN,
PROGRAM
DAN
KEGIATAN
.B
ST
P
TRANSPORTASI PERKOTAAN
Beberapa kebijakan pengembangan transportasi perkotaan untuk kawasan
Aglomerasi PALAPA merupakan analisa berdasarkan kondisi transportasi
perkotaan dan transportasi antar kota pada kawasan aglomerasi PALAPA, antara
lain:
Fasilitas Penunjang
Ramah Lingkungan
IT
Beberapa indikator untuk menilai kinerja penilaian angkutan perkotaan jalan pada
masa datang yaitu: selamat, aksesibilitas, terpadu, kapasitas, teratur, lancar dan
cepat, kemudahan, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, polusi
rendah dan efisien. Indikator ini juga menjadi acuan dalam penyusunan dokumen
transportasi sebelumnya seperti: SISTRANAS (TATRANAS, TATRAWIL,
TATRALOK), beberapa dokumen Masterplan transportasi di kota-kota kawasan
aglomerasi PALAPA. Tinjauan pengembangan ke depan yang mengacu pada
payung hukum seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dan pengembangan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 1
transportasi wilayah sesuai pedoman dokumen yang telah ada, diperlukan sebagai
bagian dari perencanaan yang berkelanjutan dan terkoordinasi.
Sistem transportasi kawasan PALAPA yang diharapkan, sesuai dengan sasaran
dari tataran transportasi yang ingin menciptakan penyelenggaraan
yang
efektif dalam
transportasi
kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah, tepat waktu, nyaman,
tarif terjangkau, tertib, aman, polusi rendah dan efesien dalam arti beban
publik rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan jaringan transportasi
wilayah dan nasional. Pada beberapa dokumen Pembangunan Transporasi
Perkotaan di Indonesia pada dekade 2000-2010, dinyatakan bahwa sasaran
Pembangunan Transporasi Perkotaan antara lain:
Terwujudnya peningkatan tata cara dan konsep pembinaan transportasi
.B
ST
P
perkotaan;
dan
efektivitas
penyelenggaraan
IT
transportasi perkotaan;
lalu lintas;
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 2
IT
7.2
.B
ST
P
Pelayanan Minimal,
Program
pengembangan
transportasi
perkotaan
bertujuan
menciptakan
Penataan Transportasi,
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 3
Peningkatan
kualitas
pelayanan
melalui
perluasan
jenis
pelayanan
.B
ST
P
TAHAPAN
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI
PERKOTAAN
KAWASAN PALAPA
IT
kerusakan infrastruktur perumahan dan permukiman, listrik dan air yang besar
dialami kota Padang dan sekitarnya. Akibat rentetan kejadian gempa sejak 2005,
2007 dan 2009 ini, terjadi reorientasi/perubahan pola kepadatan (tempat tinggal)
penduduk. Dimana dari data kependudukan, terjadi penurunan populasi pada
kawasan bagian barat kota Padang, yaitu pada kawasan pantai (kecamatan Padang
Barat, Padang Utara). Re-orientasi/perubahan pola tempat tinggal atau kawasan
pemukiman ini menjadi semakin besar karena kawasan Padang berada pada lokasi
yang potensi tinggi kejadian gempa dan tsunami, terutama kawasan pantai.
Pasca gempa 30 September 2009, yang mengakibatkan kerusakan infrastruktur
yang besar bagi masyarakat dan pemerintah kota Padang semakin meningkatkan
re-orientasi pusat dan kawasan pemukiman. Re-orientasi ini semakin diperkuat
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 4
memindahkan pusat
pemerintahan kota ke kawasan timur kota. Jika dilihat dari tinjauan aksesibilitas
pergerakan masyarakat dan lokasi yang memungkinkan terjadinya pemindahan
pusat pemerintahan kota Padang, maka kawasan tersebut akan berada pada
ring/kawasan sekitar jalan by-Pass.
Sedangkan Untuk Kabupaten Padang Pariaman, berdasarkan revisi RTRW tahun
2008 berencana untuk memindahkan pusat pemerintahannya (ibukota) pada
daerah parik malintang. Hal ini menuntut pelayanan masyarakat dalam bidang
transportasi dengan meningkatkan aksesibilitas untuk memenuhi kebutuhannya
dan/atau beraktivitas terhadap urusan administrasi pemerintahan.
Berdasarkan pada sasaran pembangunan transportasi perkotaan di Indonesia dan
.B
ST
P
IT
maka didapatkan beberapa catatan yang menjadi program dan kegiatan, yaitu:
Penataan ulang rute angkutan umum antar kota dalam provinsi, yaitu
penataan kembali rute angkutan umum antar kota Padang- Lubuk Alung dan
Pariaman (berdasarkan regulasi, hirarki, pengelolaan) dan daerah sekitar
aglomerasi (Solok, Painan, Padang Panjang dan Lubuk Basung).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 5
Pengintegrasian rute dan jaringan moda antar angkutan kota berbasis jalan
dengan jalan rel, dengan pembangunan interchange untuk bus, kereta api dan
angkutan umum dan pribadi dikawasan Simpang Haru, Alai, Tabing, Lubuk
Alung dan Pariaman.
Penataan
angkutan
umum
non
trayek
(taxi,
angkutan
khusus
Penerapan Sistem Tiket Terintegrasi antarmoda (bus dan kereta api) untuk
.B
ST
P
IT
Pembangunan jalur kereta api yang menghubungkan Padang - Duku Bandara Internasional Minangkabau (BIM), untuk membuat perkembangan
baru dan membuka peluang bagi masyarakat yang tinggal didaerah bagian
Utara kota Padang menjadikannya sebagai angkutan umum massal.
VII - 6
IT
.B
ST
P
Padang serta Parik Malintang sebagai ibu kota Kabupaten Padang Pariaman).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 7
Gambar 7.1.
Pengembangan rute angkutan umum antar kota dalam kawasan aglomerasi
IT
.B
ST
P
PALAPA
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 8
.B
ST
P
IT
Penataan Ruang Manfaat Jalan, meliputi: Penataan lebar, jumlah jalur dan
marka jalan Nasional agar arus lalu lintas lancar, tertib dan aman pada tiaptiap kota kawasan aglomerasi PALAPA
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 9
Penataan rambu lalu lintas pada Jalan Nasional sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, pada jalan Nasional yang ada di kawasan PALAPA.
Penataan Spot Bermasalah pada jalan Nasional yang menghubungkan kotakota di kawasan PALAPA.
Penataan On Street Parking
.B
ST
P
Peningkatan Kelas Jalan Antar Kota: Ruas Lubuk Alung-Pariaman, PadangLubuk Alung, Jalan Lingkar Lubuk Alung-Sicincin
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 10
.B
ST
P
IT
Padang seperti: Lubuk Buaya, Aia Pacah, Bandar Buat, Bungus Teluk
Kabung masih berfungsi sebagai pusat-pusat pelayanan berskala kawasan.
Dalam asumsi tersebut Kawasan Air Pacah dan ruas Jl. By Pass (simpang
Lubuk Begalung-Teluk Bayur) sekarang menjadi kawasan pergudangan.
VII - 11
keterpaduan
moda
angkutan
dalam
kawasan
aglomerasi
o Pembangunan halte
c. Pembangunan Angkutan Massal Berbasis Rel dan Jalan
o Pengaktifan Kembali Kereta Api Wisata Rute PALAPA
o Peningkatan Mutu Kendaraan Sesuai SPM
o Rencana Pengembangan Mono rel yang melayani pusat kegiatan
pendidikan, perekonomian dan perdagangan serta perkantoran dan
.B
ST
P
pariwisata.
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 12
7.3.9 Kebijakan
.B
ST
P
dll.
Kelembagaan
dan
Produk
Hukum
dalam
pengelolaan
IT
Kawasan Aglomerasi
VII - 13
Pemantauan
pembangunan
dan
pemanfaatan
bangunan
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 14
Gambar 7.2.
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 15
7.4
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 16
.B
ST
P
IT
dan reguler) pada rute padat (Pasar Raya Lubuk Buaya dan Pasar Raya
Lubuk Buaya, Pasar Raya Bandar Buat).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 17
Pengaktifan kembali angkutan kereta api dan stasiun dalam kota (Muaro,
Pasar Gadang, Tarandam, Simpang Haru, Alai, Tabing dan Lubuk Buaya)
Pengintegrasian moda angkutan perkotaan lainnya (bus kota, angkot,
.B
ST
P
IT
Kota.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 18
trayek
ranting
yang
menghubungkan
kawasan-kawasan
permukiman dalam BWK ke pusat BWK, Jaringan trayek ranting yang dapat
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 19
Gambar 7.3.
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 20
Gambar 7.4.
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 21
Gambar 7.5.
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 22
Pemberlakuan parkir terbatas (waktu, lokasi) pada ruas jalan pada kawasan:
o Pusat perekonomian (Jl. M Yamin, Jl. Pasar Raya, Jl. Pasar Baru)
o Pusat pemerintahan (Jl. A. Yani, Jl. Sudirman, Jl. HR Rasuna Said, Jl.
Agus Salim, Jl. Bagindo Aziz Chan)
.B
ST
P
Simpang Anduring)
Penerapan Automatic Traffic Control System (ATCS) dan Local Area Traffic
IT
Management (LATM) pada beberapa ruas jalan dalam kawasan CBD dan
jalan-jalan utama kota Padang (simp DPRD Prov sampai Simp. Alang
Lawas)
Pembebasan Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) dan Trotoar dari gangguan (bak
sampah, pedagang kaki lima (PKL), pot bunga, spanduk, billboard iklan, pos
polisi, tiang listrik, tiang telepon, pipa air dan sebagainya) sehingga
pengguna jalan dan pejalan kaki menjadi aman, nyaman dan selamat
terutama pada ruas jalan, kawasan:
o pusat perekonomian (Jl. M Yamin, Jl. Hiligoo, Jl. Bundo Kandung,
dll)
o pusat pemerintahan (Jl. A.Yani, Jl. Sudirman, Jl. HR Rasuna Said, Jl.
Agus Salim, Jl. Bagindo Aziz Chan).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 23
ride), yang ukuran luas dan lokasi lahan tersebut akan ditetapkan
berdasarkan lokasi dan luas fasum yang ada).
Pembangunan lajur khusus dan jalur untuk sepeda di jalan kota seperti
(Jl.Sudirman, Jl.A.Yani, Jl.Kh Sulaiman, Jl.Hamka, Jl. Alai-By Pass,
Jl.Samudera (kawasan Pantai Padang), dll.)
.B
ST
P
IT
masyarakat
khususnya jalan.
Revitalisasi terminal (Pasar Raya) dan sub terminal angkutan kota (Siteba,
Bandar Buat, Lubuk Buaya) yang telah ada dengan memfasilitasi lahan dan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 24
ruang bagi angkutan kota pada lokasi sub terminal yang ditetapkan dan antar
kota (Lubuk Begalung dan Lubuk Buaya),
Pembangunan dan Perbaikan Halte pada rute utama, cabang angkutan umum
perkotaan (koridor Pasar Raya Lubuk Buaya, Pasar Raya Bandar Buat,
Pasar Raya Teluk Bayur, Pasar Raya Bandar Buat, dan Pasar Raya
Pasar Baru, dll). Pengadaan halte dibangun pada lokasi-lokasi tertentu yang
merupakan kantong-kantong penumpang.
.B
ST
P
IT
dll dengan angkutan umum arah Timur Kota Padang. Keberadaan terminal
ini juga diharapkan dapat menunjang perkembangan aktivitas perdagangan
dan jasa serta konsentrasi industri kerajinan rumah tangga yang tumbuh
Di terminal Bungus ini diharapkan terjadi interaksi moda antara AKDP dari
Pesisir Selatan dan ASDP menuju Mentawai serta dengan angkutan umum
arah Selatan Kota Padang. Keberadaan terminal ini juga diharapkan dapat
menunjang perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa serta konsentrasi
kegiatan perikanan yang tumbuh pesat pada kawasan Bungus.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 25
Selain itu juga diperlukan pembangunan fasilitas publik di sekitar terminal yang
mampu meningkatkan aktivitas barang dan jasa di sekitar terminal. Sesuai
dokumen Tatralok Kota Padang tahun 2006 fokus lokasi terminal adalah Lubuk
Buaya, Bandar Buat dan Bungus/teluk Bayur). Untuk Kawasan Aie Pacah tidak
direncanakan pembangunan terminal, hal ini dikarenakan akan menimbulkan
permasalahan dimasa yang akan datang sehubungan dengan rencana program
yang akan dijalankan pada kawasan. Sehingga pada kawasan Aie Pacah tersebut
untuk fasilitas terminal hanya difungsikan sebagai Interchange saja.
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 26
.B
ST
P
pelatihan/diklat teknis.
IT
dibidang Transportasi
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 27
pemantauan
pembangunan
dan
pemanfaatan
bangunan
.B
ST
P
IT
persimpangan
Pemeliharaan kondisi pavement jalan, meliputi Overlay ruas arteri dalam kota dan
pemarkaan serta perambuan
Perbaikan Kondisi Geometrik Jalan, meliputi:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 28
.B
ST
P
IT
/keandalan pelayanan
Pembangunan Terminal Terintegrasi antra moda (Bus kota & KA kota) pada
lokasi Sta Kurai Taji dan Sta Kota
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 29
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 30
IT
.B
ST
P
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 31
Pembebasan Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) dan Tratoar dari gangguan (bak
sampah, pedagang kaki lima (PKL), pot bunga, spanduk, billboard iklan, pos
polisi, tiang listrik, tiang telepon, pipa air dan sebagainya) sehingga
pengguna jalan dan pejalan kaki menjadi aman, nyaman dan selamat
terutama pada ruas jalan, kawasan : pusat perekonomian (Pasar Pariaman,
Stasiun KA Kota Pariaman)
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 32
Peningkatan
Aksesibilitas
Angkutan
Umum
Kepada
Masyarakat
.B
ST
P
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 33
7.5.8 Kebijakan
Kelembagaan
dan
Produk
Hukum
dalam
pengelolaan
.B
ST
P
Aglomerasi
IT
masing-masing Kota/kab.
pemantauan
pembangunan
dan
pemanfaatan
bangunan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 34
7.6
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI
LUBUK
ALUNG,
PADANG
PARIAMAN
7.6.1 Pengembangan Jaringan Jalan Kabupaten di Lubuk Alung dan Sekitarnya
Dari analisis pola pergerakan dan kebutuhan pergerakan dan aksesibilitas
masyarakat di Lubuk Alung, maka didapatkan beberapa catatan yang menjadi
program dan kegiatan di Lubuk Alung dan sekitarnya kedepan, meliputi:
.B
ST
P
IT
VII - 35
.B
ST
P
IT
Dari analisis pola jaringan angkutan umum di kawasan Lubuk Alung, maka
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 36
.B
ST
P
IT
maka didapatkan beberapa catatan yang menjadi program dan kegiatan di Lubuk
Alung kedepannya, meliputi
Pembebasan Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) dan Trotoar dari gangguan (bak
sampah, pedagang kaki lima (PKL), pot bunga, spanduk, billboard iklan, pos
polisi, tiang listrik, tiang telepon, pipa air dan sebagainya) sehingga
pengguna jalan dan pejalan kaki menjadi aman, nyaman dan selamat
terutama pada ruas jalan, kawasan pusat perekonomian (Pasar Lubuk
Alung).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 37
.B
ST
P
IT
Kereta Api Wisata Stasiun Kota serta peningkatan mutu moda angkutan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 38
.B
ST
P
Hukum
dalam
pengelolaan
IT
dibidang Transportasi
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 39
pemantauan
pembangunan
dan
pemanfaatan
bangunan
.B
ST
P
Untuk dapat SDM berkembang, diperlukan pelatihan yang berarti usaha yang
terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan SDM. Pelatihan lebih berorientasi pada peningkatan kemampuan
untuk melakukan pekerjaan yang spesifik dan pengembangan lebih ditekankan
untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang. Pelaksanaan pelatihan
dan pengembangan menjadi masuk akal ketika SDM yang ada belum dapat
melakukan pekerjaan dengan baik, adanya perubahan perubahan dalam
lingkungan kerja di era otonomi daerah, untuk meningkatkan produktivitas dan
IT
pelatihan
dan
pengembangan
yang
dapat
digunakan
untuk
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 40
7.8
.B
ST
P
IT
Kondisi pendanaan yang terbatas serta upaya untuk keluar dari krisis
ekonomi mendorong pengembangan semua sarana dan prasarana serta
pelayanannya pada umumnya dan transportasi pada khususnya, mengalami
kesulitan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 41
daerah
pada
khususnya.
Beberapa
pertimbangan
yang
.B
ST
P
IT
infrastruktur transportasi.
VII - 42
subsidi dan insentif lainnya secara adil dan transparan. Program rasionalisasi
tarif
yang
komprehensif
juga
dapat
diterapkan.
Tentu
saja
dengan
.B
ST
P
Pembiayaan melalui APBN dan atau APBD untuk kegiatan yang bersifat
proses publik. Pembiayaan APBN dapat dilakukan untuk proyek pada status
pengelolaan oleh negara dan atau intermoda. Pembiayaan APBN dan atau
APBD juga dilakukan untuk proyek-proyek transportasi bagi kelompok
masyarakat miskin, marjinal (orang tua, anak-anak, orang cacat, wanita
IT
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 43
.B
ST
P
penyedia prasarana. Dalam hal ini pemerintah tetap sebagai pemilik asset
dan pengendali pelaksanaan kerjasama.
IT
Bentuk dasar kemitraan pemerintah (pusat atau daerah) dengan pihak swasta
dalam penyediaan transportasi dapat berupa:
1. Kerjasama Pengelolaan (joint operation) yaitu pemerintah dan swasta
bersama-sama mengelola usaha tanpa membentuk usaha baru.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 44
membentuk
Perseroan
Terbatas
Patungan
dengan
tidak
.B
ST
P
IT
7.9
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 45
Pengawasan
dan
penertiban
pelayanan
rute
angkutan;
.B
ST
P
Perkotaan
Kawasan
Aglomerasi
PALAPA,
yang
mampu
IT
memuat lembaga/instansi yang menjadi pelaksana (leading sector) untuk masingmasing kegiatan. Berikut tabel indikasi Program Master Plan Jaringan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 46
Tabel 7.1. Matrik Kebijakan, Program dan Kegiatan pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
No
Kebijakan
Program
Kegiatan
Jangka (Tahun)
5
10
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
1. Penataan dan
10
11
12
13
14
15
x x x x x x x
x x
16
17
18
19
20
7
x
8
x
Nas/Prop/Kota
Pengembangan Angkutan
DISHUB,
ORGANDA
keselamatan, ketertiban,
keamanan, kenyamanan,
Solok
operasinya
Nas/Kota
DISHUB,
ORGANDA,
ST
Penanggung Jawab
.B
Malintang
x x x x x x x
x x
Nas/Prop/Kota
PT. KAI, DISHUB,
x x
x x
Nas/Prop/Kota
IT
Simpang Haru
x x
x x
Nas/Kota
DISHUB, PT. KAI
kawasan
x x
Nas/Kota
DISHUB,
ORGANDA
x x x x x x x
x x
Nas/Prop/Kota
(BIM)
DINAS PRASJA
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
x x
x x x x
x x
x x
Kota
DISHUB
VII - 47
PALAPA
x x x x x x x
x x
Nas/Prop/Kota
DISHUB, DINAS
penambahan lajur,
pelebaran jalan,
x x x x x x x
x x
x x x x x x x
x x x x x x x
ST
DISHUB, DINAS
Nas/Prop/Kota
x x
Nas/Prop/Kota
DISHUB, DINAS
PRASJA & TARKIM
x x
Nas/Kota: DISHUB,
pengaman jalan
.B
Pertamanan
x
Nas/Kota
Pengawasan Jalan(Ruwasja)
IT
3. Penataan Ruang
DISHUB
x x x x x x x
x x
Nas/Kota
Dinas Prasja &
Tarkim
x x x x x x x
x x
Nas/Kota
DISHUB, Dinas.
Kebersihan,
x x
PAMONG PRAJA
x x x x x x x
x x
Kota DISHUB
4.Pembangunan dan
x x x x x x x
x x
Nas/Prov
*Lubuk Alung-Pariaman
*Padang-Lubuk Alung
TARKIM, BINA
MARGA
x x x x x x x
x x
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
Nas/Prov: Dinas
Prasja & Tarkim
x x x x x x x
x x
Nas/Prov : Dinas
VII - 48
*Padang Lubuk-Alung
5.Pemeliharaan kondisi
x x x x x x x
x x
Nas/prov : Dinas
pavement jalan
Permarkaan
6.Perbaikan Kondisi
Nas/prov :DISHUB,
Geometrik Jalan
TARKIM
Kecelakaan
7.Pembangunan Fasilitas
Pedestrian, Penyeberangan,
x x x x x
Nas/Prov:DISHUB,
DINAS PRASJA &
TARKIM
Pembangunan
fasilitas
penyeberangan
yang
1.Pembangunan dan
Aglomerasi PALAPA
Penambahan Fasilitas
Keselamatan
barang
memasuki
Implementasi
Kecelakaan
kawasan
Sistem
serta
Basis
diinstalasi
Data
dan
peralatan
x x x x x x x
Nas/Prov:
DISHUB
x
Kota:
DISHUB
x x
Nas/Prop/Kota:
pusat
.B
perekonomian
x x x x x
ST
dan Parkir
analisis
x x x x x x x
DISHUB
x x
pemantau
Nas/Prop/Kota
DISHUB, DEPHUB
1.Peningkatan Pelayanan
Umum Massal
SPM
x x x x x x x
x x
PAMONG PRAJA
Nas/Prov:
DISHUB
x x x x x x x
x x
kawasan aglomerasi
Nas/Prov:
DISHUB, PT KAI
Pembangunan halte
Kembali
Nas/Prov: DISHUB,
DINAS PRASJA,
2.Peningkatan Aksesibilitas
Masyarakat
IT
x x x x x
Nas/Kota: DISHUB,
SPONSOR
3.Pembangunan Angkutan
Pengaktifan
Kereta
Api
Wisata
Rute
x x x x x x x
PALAPA
Jalan
x x x x x x x
x x
x
x x
x
x
Nas/Prov:PT. KAI
Nas/Prov:PT. KAI
Nas/Kota: DISHUB,
PT. KAI
PemanfatanTerminal
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
x x x x x x x
x x
Nas/Prov:DISHUB,
DINAS PRASJA &
VII - 49
TARKIM
Pembangunan Fasilitas Publik Di Lingkungan Terminal
x x x x x x x
x x
Nas/Prov:INVESTOR,
SPONSOR, DISHUB
Mendorong
Aktivitas
Perdagangan
di
Kawasan
x x x x x x x
x x
Terminal
Nas/Kota: DINAS
PASAR, DISHUB
x x x x x x x
x x
Nas/Prov/Kota:
DISHUB
x x x x x x x
x x x x x
x x
Nas/Prov/Kota:DISH
Barang
1.Pembangunan dan
Penambahan Fasilitas
Keselamatan
memenuhi
untuk
Pengujian Kendaraan
Bermotor
Nas/Prov:DISHUB
Nas/Kota:DISHUB
Nas/Kota:DISHUB
x x x x x x x
x
x x
x
x
Nas/Kota:DISHUB
x
antisipasi
.B
persyaratan
x
x
Kebijakan Peningkatan
UB
ST
Kab/kota:DISHUB
Nas/Prov:DISHUB,
SPONSOR(Bengkel)
Nas/Prov:DISHUB
dalam Kawasan
Kawasan Aglomerasi
Aglomerasi
2.Peningkatan Koordinasi
antar Instansi
Nas/prop:DISHUB,
PT. KAI, SPONSOR
x x x
Prov: DISHUB
x x x
Prov:DISHUB
x x x
Prov:DISHUB &
Pembuatan
Perda
Pengelolaan
Transportasi
IT
x x
x x x x x x x
Membentuk
Daerah
Forum
dibidang
Kerjasama
Transportasi
antar
dalam
Pemerintah
kawasan
SKPD, Akademisi
Aglomerasi
x x x x x x x
x x
Prov:DISHUB
x x x x x x x
x x
Nas/Prov:DISHUB
x x x x x x x
x x
Nas/Prov:DINAS
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 50
x x x x x x x
x x
Nas/Prov:DINAS
jalur koridor
PAMONG PRAJA
Tabel 7.2. Matrik Kebijakan, Program dan Kegiatan pada Kota Padang
Kebijakan
Program
Kegiatan
Jangka ( Tahun )
No
3
5
sarana
fisik x
20
9
10
11
12
13
14
15
18
19
20
Jaringan Jalan
Manfaat Jalan
DISHUB, DINAS
PRASJA,
Peningkatan/perbaikan
17
1.Penataan Ruang
Perkotaan Padang
16
Pengembangan
ST
10
Penanggung Jawab
Nas/Prop/Kota
Nas/Prop/Kota
DISHUB, DINAS
ruas:
Sponsor
.B
IT
pass Alai,
Lubeg-T.
Bayur
Via
Pampangan
Perbaikan
pada
geometrik
persimpangan x
simpang-simpang
Lubuk
Kota
DISHUB, DINAS
PRASJA,
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 51
2.Pembangunan
Fasilitas Pedestrian,
Penyeberangan, dan
Parkir
kaki
pada
Kota:
DISHUB, SPONSOR
Kota
segmen-segmen
DISHUB, DINAS
PRASJA, Sponsor
ruang
untuk
akses
ST
Menata
dari x
Nas/Kota: DISHUB,
Din. Prasja & Tarkim,
Nas/Prop/Kota
DISHUB, DINAS
keselamatan
pengendara
Pemantauan
pemanfaatan
.B
koridor
dan
dan x
disepanjang
Dinas. Kebersihan,
PAMONG PRAJA
x
IT
Nas/Kota: DISHUB,
Nas/Kota
Dinas Prasja & Tarkim
Nas/Kota
Dinas Prasja &
Tarkim, PAMONG
PRAJA
X x
Kota DISHUB
3.Pembangunan dan
Nas/Prov:
Peningkatan Jaringan
Ruas:
Jalan
TARKIM, BINA
*Lubeg-Indarung
MARGA
*Kalumpang-By Pass
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 52
Peningkatan
ruas x
pavement
Nas/prov/kota :
Dishub, Dinas Prasja
& Tarkim
Penataan Angkutan
1.Pembangunan
Umum Perkotaan
Angkutan Umum
dan Jalan
rapid
Nas/Prop/Kota:
Nas/Prop/Kota:
DISHUB, ORGANDA
.B
transit
ST
massal,
DISHUB, ORGANDA
kota Padang
umum
IT
Nas/Prop/Kota:
DISHUB, ORGANDA
2.Peningkatan
Pelayanan
Penataan
ulang
teknis
operasional x
Nas/Prop/Kota:
DISHUB, ORGANDA
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
angkutan
umum
sesuai
Nas/Prop/Kota:
DISHUB, ORGANDA
VII - 53
Nas/Prop/Kota:
DISHUB, ORGANDA
Nas/Prop/Kota:
Dishub, Organda
trayek ranting
Penetapan Standar Pelayanan Minimum x
perkotaan
untuk
setiap
ST
x
x
x
x
x
x
Nas/Prop/Kota:
.B
KAI
x
IT
Nas/Prop/Kota:
PT. KAI
Nas/Prop/Kota:
DISHUB, ORGANDA
angkutan
Nas/Prop/Kota:
PT. KAI, DISHUB
moda
angkutan x
Kota:DISHUB
bus x
Nas/Kota: Dishub
tiket x
Kota: Dishub
perkotaan
Pengoperasian
free
shuttle
dikawasan CBD,
Implementasi/pemberlakuan
Manajemen Lalu
1.Pengaturan Ruang
Lintas Perkotaan
Manfaat Jalan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 54
Kota: Dishub
Fasilitas Pedestrian,
Penyeberangan, dan
Parkir
3.Perbaikan dan
penambahan Sarana
persimpangan
Simpang Anduring)
Lintas
Nas/Prop/Kota:
DISHUB, SPONSOR
Nas/prov:DISHUB,
Haru,
.B
(Simpang
ST
2.Pembangunan
Kota: DISHUB
Nas/Prop/Kota:
IT
DISHUB, DEPHUB
Nas/Prov/Kota:
DISHUB, Sponsor
Pembebasan
Ruang
Manfaat
Jalan x
Nas/Prop/Kota:
VII - 55
Bangunan yang
DISHUB, DINAS
Berada di Sepanjang
Jalur Koridor
PAMONG PRAJA
kegiatan
(kecamatan/kelurahan)
untuk
Kota: DISHUB,
lokal
SPONSOR
parkir
Kota: DISHUB
ST
setiap
Jl.A.Yani,
Jl.Kh
.B
Kota: DISHUB,
IT
perekonomian.
MARGA
kesadaran
Peningkatan
melalui x
Kota: DISHUB,
Nas/Prop/Kota: Dishub
Prasarana Interchange,
1.Pembangunan
Terminal
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 56
Halte
pada
rute
utama,
Nas/Prop/Kota:
Dishub, Sponsor
cabang
ST
Nas/Kota: Dishub,
Dinas Prasja & Tarkim
.B
IT
perkembangan
aktivitas
Teluk Bayur
Fasilitas park and ride untuk setiap x
interchange dan terminal
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 57
KAI, Organda
2.Pembangunan
Kawasan Di Sekitar
Tarkim, Dishub
Pembangunan
fasilitas
Publik
Di x
Sekitar Terminal
Penyusunan
Pengendalian
Penggunaan Moda
Pelayanan
Pengawasan di Daerah
Angkutan Umum
Transportasi Perkotaan
Massal
Sesuai SPM
dan x
Aksesibilitas
Angkutan Umum
Kepada Masyarakat
Kereta
3.Pembangunan
Pengaktifan
Api x
Angkutan Massal
.B
Kembali
Organda
Nas/Prov/Kota: PT.
KAI
Nas/Prov/Kota: Dishub
Pengembangan dan
dan Pemanfatan
Penataan Simpul
Terminal
Transportasi
Nas/Prov/Kota:Dishub,
Organda
1.Optimalisasi Fungsi
Nas/Prov/Kota: PT.
KAI
SPM
Kebijakan
Nas/Prov: Dishub
Nas/Kota:Dishub,
IT
ST
1.Peningkatan
Api
Kota: Dishub,
Investor, Dinas Pasar
Kebijakan Peningkatan
2.Peningkatan
Terminal
Nas/Prov/Kota:
Dishub, Dinas Prasja
& Tarkim
2.Pembangunan
Pembangunan
Terminal
Kebijakan
1.Pembangunan dan
Peningkatan
Penambahan Fasilitas
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
Terminal
Terpadu x
Kota: Dishub
Prov/Kota: Dishub,
PT. KAI, Organda
Nas/Prov: Dishub
VII - 58
keselamatan lalu-lintas
Keselamatan
jalan secara
keselamatan pelajar
komprehensif dan
Perambuan
terpadu,
Pemarkaan
2.Peningkatan Sarana
Umum
SDM Pengujian
Kendaraan Bermotor
memenuhi
X
x
Nas/Prov/Kota: Dishub
x
standar
Peningkatan
kemampuan
Penguji x
kendaraan
Bermotor
melalui
Nas/Prov: Dishub,
Sponsor (Bengkel)
ST
pelatihan/diklat teknis.
1.Pemajuan Produk
Kelembagaan dan
Hukum Pengelolaan
Pengelolaan
Transportasi dalam
Kawasan Aglomerasi
pengelolaan
Kawasan Aglomerasi
Transportasi dalam
2.Peningkatan
Kawasan Aglomerasi
Koordinasi antar
Dishub, SLPD,
Instansi
Transportasi
Akademisi
Transportasi
Nas/Prov: Dishub,
Kebijakan
Forum
Kerjasama x
Nas/Prov/Kota:
Nas/Prov/Kota: Dishub
Nas/Prov/Kota:
IT
Melibatkan
Prop/Kota: Dishub
dalam
.B
yang
Nas/Prov/Kota: Dishub
Transportasi
Kawasan
Aglomerasi
1.Penataan Ruang
Jalan di Kawasan
Kebutuhan Teknis
Aglomerasi
Jalan
masing-masing Kota/kab
ruang
untuk
dari x
Nas/Prov/Kota: Dinas
keselamatan
Dishub,
pengendara
dan
Pemantauan
pembangunan
dan x
Nas/Prov/Kota: Dinas
VII - 59
pemanfaatan
bangunan
di sepanjang jalur
disepanjang
koridor
Tabel 7.3. Matrik Kebijakan, Program dan Kegiatan pada Kota Pariaman
Kebijakan
Program
Kegiatan
Jangka ( Tahun )
5
1 2 3 4 5 6 7 8 9
5
11
20
12
13
14
15
16
17
18
19
Jawab
20
Pengembangan Jaringan
1.Pembangunan dan
Jalan Perkotaan
Peningkatan
UB, DINAS
Pariaman
Jaringan Jalan
PRASJA &
.B
10
ST
Penanggung
10
No
Nas/prov:DISH
TARKIM
x
Nas/prop/kota
Dishub, Dinas
Prasja &
IT
Tarkim,
Kota:Dishub,Di
Tarkim
Kota:Dinas
2. Penataan Ruang
x x x x x x x x x x
Manfaat Jalan
Nas/Kota:Dishu
b, Dinas Prasja
& Tarkim
x x x x x x x x x x
Nas/Kota:Dishu
b
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 60
Menata
ruang
untuk
akses
dari x x x x x x x x x x
Nas/Kota:Dishu
b, Dinas prasja
Kebersihan &
Pertamana
Pemantauan
pembangunan
pemanfaatan
bangunan
dan x x x x x x x x x x
disepanjang
Nas/Kota:Dinas
prasja &
koridor
Tarkim, Pamong
Praja
x
ST
x x x x x x x x x x
3.Pembangunan dan
Peningkatan
Dalam Kota
Jaringan Jalan
Peningkatan
pada
ruas x
.B
pavement
x
x
x
x
Praja
x
x
x
x
x
x
x
kondisi pavement
jalan
Nas/Kota:Dinas
Nas/Kota:Dinas
Prasja & Tarkim
Geometrik Jalan
Nas/Kota:Dinas
Nas/Kota:Dinas
Prasja & Tarkim
5.Perbaikan Kondisi
Perbaikan
Kota:Dishub
x x x x x
x
IT
4.Pemeliharaan
Nas/Kota:Dinas
Prasja, Pamong
Nas/Kota:Dishu
b
Nas/Kota:Dishu
b, Dinas Prasja
& Tarkim
Pada
Simpang x
Nas/Kota:
Dishub, Dinas
Prasja
6.Pembangunan
Nas/Kota:Dinas
Fasilitas Pedestrian,
prasja &
Penyeberangan, dan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
Tarkim, Dishub
VII - 61
Parkir
Pembangunan
fasilitas
penyeberangan x x x
Nas/Kota:Dishu
arteri kota
Tarkim, Sponsor
Penataan Angkutan
1.Peningkatan
Umum Perkotaan
Pelayanan
Transportasi Sesuai
SPM
Penataan
Peningkatan
umum x x x x x x x x x x
angkutan
Kota: Dishub,
Organda
angkutan Umum;
Peningkatan
Kinerja
Angkutan
kembali
rute
/trayek
angkutan kota
Penataan
dan
pengaturan
ST
pola x x x x x x x x x x
.B
bentuk perseroaan/perusahaan)
x x x x x x x x x x
Nas/Prop/Kota:
Dishub, Organda
Nas/Kota:
Dishub, Organda
Kota: Dishub,
Organda
IT
Kota: Dishub
penerapan
dalam
sistem
rangka
Buy
Nas/Prop/Kota:
Dishub
The
menjamin
Nas/Prop/Kota:
VII - 62
Dishub, Organda
x x x x x x x x x x
Terminal
Terintegrasi x x x x x
Nas/Prop/Kota:
Dishub, PT KAI,
moda
angkutan x x x
Aksesibilitas
perkotaan lainnya
Angkutan Umum
Kepada Masyarakat
Keterpaduan
Kota: Dishub,
Organda
Kota: Dishub
angkutan x x x x x x x x x x
Kota: Dishub,
Halte
Fungsi Terminal
Terminal Jati;
1.Optimalisasi
Peningkatan
Terminal Jati;
PT KAI,
Organda
Kota: Dishub
Kota: Dishub
.B
x x x x x x x x x x
ST
Kota: Dishub
2.Peningkatan
jalan
dari/ke
IT
Optimalisasi
dan
Penataan x
Penambahan
Fasilitas
Terminal
Muaro ;
melewati
pusat-pusat
Kota: Dishub,
Sponsor
kegiatan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 63
dan perdagangan
4
Kebijakan Peningkatan
1.Peningkatan
Penyusunan
Pengendalian
dan x x x x x x x x x x
Nas/Kota:
Penggunaan Moda
Pelayanan
Pengawasan di kota
Angkutan Umum
Transportasi
Prasja, Pamong
Massal
Perkotaan Sesuai
Praja
Dishub, Dinas
SPM
Pengembangan
keterpaduan
Aksesibilitas
Angkutan Umum
Pembangunan halte
moda x x x x x x x x x x
x
Angkutan Massal
Stasiun Kota
Jalan
Api
Kebijakan
1.Optimalisasi
Pengembangan dan
Fungsi dan
Penataan Simpul
Pemanfataan
Transportasi
Terminal
ST
3.Pembangunan
.B
Pembangunan
Fasilitas
Publik
x
x
Kota: Dishub,
Sponsor
Nas/Prov/Kota:
PT. KAI
Tarkim
Di x x x x x x x x x x
IT
Dishub
x x x x x x x x x x
Kota: Dishub
x x x x x x x x x x
Nas/kota:
Pembangunan
Terminal
Dishub
Terpadu x x x x x x x x x x
Kebijakan Peningkatan
1.Pembangunan dan
keselamatan lalu-lintas
Penambahan
jalan secara
Fasilitas
komprehensif dan
Keselamatan
keselamatan pelajar
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
Kota: Dinas
Pasar, Investor,
Kota: Investor,
Dinas Pasar
Kawasan Terminal
Prasarana Terminal
Kota: Dishub,
Dinas Prasja &
Sarana dan
Nas/Prov/Kota:
PT. KAI
Lingkungan Terminal
2.Pembangunan
Nas/Prov/Kota:
Dishub
Kepada Masyarakat
2.Peningkatan
Nas/Prov/kota:
Dishub
Nas/Prov/kota:
Dishub
VII - 64
Perambuan
Nas/Prov/kota:
Pemarkaan
Dishub, Sponsor
2.Peningkatan
Kerjasama
Pemda
Sarana dan
Umum
Pengujian
yang
dengan
Bengkel x x x x x x x x x x
memenuhi
Bermotor
melalui
Pembuatan
Hukum Pengelolaan
Transportasi Kota/Kabupaten
dalam pengelolaan
Transportasi dalam
Membentuk
Transportasi dalam
Kawasan
Intansi
Kawasan Aglomerasi
Aglomerasi
Transportasi
2.Peningkatan
Melibatkan
Koordinasi antar
Instansi
Kerjasama
Daerah
Kerjasama x x x x x x x x x x
Jalan di Kawasan
Kebutuhan Teknis
dalam kota
Aglomerasi
Jalan
IT
1.Penataan Ruang
untuk
akses
Prov/kota:
Nas/Prov/kota
Kota: Dishub
Prov/Kota:
Dishub, SKPD,
Akademisi
Prov/Kota:
Dishub
Nas/Prov/Kota:
Dishub, Dinas
Prasja & Tarkim
dari x x x x x x x x x x
ruang
dibidang
Menata
antar x x
.B
Forum
masing Kota/kab
8
Pengelolaan x x x
ST
Pemerintah
(Bengkel)
Penguji x x x x x x x x x x
Forum
X
Dishub, Sponsor
kemampuan
Perda
standar
pelatihan/diklat teknis.
7
terpadu
Nas/Prov/Kota:
Tarkim, Dishub,
Organda
kota.
2.Penataan fungsi
Pemantauan
bangunan yang
pemanfaatan
berada di sepanjang
jalur koridor
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
pembangunan
bangunan
dan x x x x x x x x x x
disepanjang
Nas/Prov/Kota:
Dinas Prasja &
Tarkim, Dishub,
Organda
VII - 65
Tabel 7.4. Matrik Kebijakan, Program dan Kegiatan Lubuk Alung (Padang Pariaman)
No
Kebijakan
Program
Kegiatan
Jangka ( Tahun )
5
10
13
14
15
16
17
18
19
20
Pengembangan
Peningkatan Kondisi
Jaringan Jalan
DINAS PRASJA
dan Pelayanan
Kabupaten di Lubuk
& TARKIM
Prasarana Jalan
trotoar
yang x x x x x
sesuai x
Nas/prov:DISHUB,
1.Pengembangan
dan
jalan
12
Kebijakan
Pembangunan
jaringan
11
ST
Jawab
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
Penanggung
Kota:Dinas Prasja
Perbaikan
geometrik x
Nas/prov:DISHU
B, DINAS
PRASJA &
.B
2. Penataan Ruang
dan
& Tarkim
IT
Manfaat Jalan
untuk
ruang
pemukiman/bangunan
ke
akses
jalan
Nas/Kota: Dishub,
Dinas Prasja &
Tarkim
TARKIM
x x x x x x x x x x
Nas/Kota:Dishub
dari x x x x x x x x x x
Nas/Kota:Dishub,
untuk
Tarkim, Dinas
lalu lintas
Kebersihan &
Pertamanan
Nas/Kota:Dinas
prasja & Tarkim,
Pamong Praja
VII - 66
x x x x x x x x x x
3.Pembangunan dan
Nas/Kota:Dinas
Peningkatan Jaringan
Jalan
Pelebaran Jalan
x x x x x x
4.Pemeliharaan kondisi
pavement jalan
Nas/Kota:Dishub,
Nas/Kota:Dinas
Prasja & Tarkim
5.Perbaikan Kondisi
Perbaikan
Pada
Tikungan, x
Geometrik Jalan
x
x
x
x
x
x
Nas/Kota:Dishub
Nas/Kota:Dishub,
Dinas Prasja &
Tarkim
ST
Geometrik
Nas/Kota:Dinas
Fasilitas Pedestrian,
Penyeberangan, dan
Dishub
Parkir
Nas/Kota:Dishub,
kota
Tarkim, Sponsor
.B
6.Pembangunan
IT
D
Umum Perdesaan
Pengembangan Sistem
Pengelolaan Angkutan
melalui:
Peningkatan
rute
1.Penataan dan
ulang
Pasar, Dinas
Penataan Angkutan
Penataan
Nas/Prop/Kota:
Dishub, Dinas
angkutan
umum x
Nas/Prop/Kota:
Dishub, Organda
angkutan Umum;
Peningkatan
Kinerja
Angkutan
Umum:
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 67
Penataan
kembali
rute
/trayek
angkutan kota
Penataan dan pengaturan pola kepemilikan x x x x x
angkutan umum pedesaan (dalam bentuk
perseroaan/perusahaan)
Pembatasan umur kendaraan angkutan umum
Melakukan
survay
load
factor
x x x x x x x x x x
dalam x
Kota: Dishub
Standar
Pelayanan
ST
Nas/Prop/Kota:
Dishub, Organda
x
Kota:Dishub, PT
KAI, Organda
.B
Organda
Manajemen Lalu
1.Pemanfaatan Ruang
Manfaat Jalan
Lubuk Alung
Transportasi
ulang
Traffic
Light
pada x
IT
Pengaturan
Kota: Dishub,
Kota: Dishub
Kota: Dishub
Nas/prop/Kota:
Dishub, Dinas
Alung)
Pamong Praja
Prop/Kota:
Dishub, Dinas
Pasar, Dinas
Investor
2.Penambahan fasilitas
Lalu-Lintas
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
Nas/Kota: Dishub
VII - 68
3.Peningkatan
Koordinasi Antar
Instansi
Kota: Dishub
Nas/Prop/Kota:
Pariaman
Peningkatan kesadaran melalui sosialisasi x x x x x x x x x x
aturan berlalu lintas pada masyarakat
4
Dishub, Polisi
1.Peningkatan
Pelayanan Transportasi
Daerah
Dishub, Dinas
Prasja & Tarkim,
Aksesibilitas Angkutan
Umum Kepada
Masyarakat
Angkutan Massal
IT
Prov/Kota:
Dishub, Organda
Nas/Prov/Kota:
Dishub, PT. KAI,
Organda
x x x
Kota: Dishub,
x
Nas/Prov/Kota:
PT. KAI
Nas/Prov/Kota:
PT. KAI
x x x x x x x x x x
Kota: Dishub,
Organda
Kebijakan
1.Optimalisasi Fungsi
Pengembangan dan
dan Pemanfatan
Penataan Simpul
Terminal
Transportasi
Sponsor
3.Pembangunan
Berbasis Rel dan Jalan
Pamong Praja
x x x
.B
Pembangunan halte
ST
2.Peningkatan
Nas/prop/Kota:
Terminal
Mendorong
Aktivitas
Perdagangan
di x x x x x x x x x x
Kota: Dishub
Kawasan Terminal
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 69
2.Pembangunan Sarana
x x x x x x x x x x
Kota: Dishub
x x x x x x x x x x
Kota:Dishub,
Sponsor
Pembangunan Terminal Terpadu Angkutan x x x x x x x x x x
Prov/Kota:
Dishub, PT. KAI,
Organda
Kebijakan
1.Pembangunan dan
Peningkatan
Penambahan Fasilitas
Nas/Prov/Kota:
jalan secara
pelajar
komprehensif dan
Perambuan
terpadu,
Pemarkaan
Dishub,
ST
2.Peningkatan Sarana
Dishub, Sponsor
SDM Pengujian
antisipasi
(Bengkel)
Kendaraan Bermotor
bermotor
seluruh
kendaraan
.B
pengujian
Nas/Prov/Kota:
Dishub,
1.Pemajuan Produk
Kelembagaan dan
Hukum Pengelolaan
Kota: Dishub,
Transportasi dalam
Kota
Akademisi
pengelolaan
Kawasan Aglomerasi
Transportasi dalam
2.Peningkatan
Kawasan Aglomerasi
Koordinasi antar
Instansi
Kota: Dishub,
IT
Kebijakan
Nas/Prov/Kota:
Kota: Dishub,
SKPD, Akademisi
Prov/Kota:
Dishub
1.Penataan Ruang
Jalan di Kawasan
Dishub, Dinas
Aglomerasi
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
Nas/Prov/Kota:
ruang
untuk
akses
dari x x x x x x x x x x
Nas/Prov/Kota:
VII - 70
pemukiman/bangunan
ke
jalan
untuk
Tarkim, Dishub,
bangunan di sepanjang
jalur koridor
kota
arteri antar
Nas/Prov/Kota:
Dishub, Dinas
IT
.B
ST
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Master Plan Jaringan Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Aglomerasi PALAPA
VII - 71