You are on page 1of 13

Abstract

Salah satu keuntungan dari friction stir welding (FSW) adalah berkurangnya konsumsi energi
yang digunakan dibandingkan dengan proses arc welding atau las busur. Keuntungan dalam
konsumsi energi ini telah dibuktikan melalui analisa percobaan. Namun, analisis pengukuran
energi secara kuantitas selama proses pengelasan dan bagaimana perbandingannya belum
dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan secara kuantitatif konsumsi
energi yang digunakan pada pengelasan penetrasi penuh pada benda kerja aluminium 6061-T6
dengan mengunakan proses FSW dan gas metal arc welding (GMAW). Ketebalan benda kerja
untuk kedua proses pengelasan yang digunakan sebesar 5 mm untuk FSW dan 7,1 mm untuk
GMAW yang dipilih karena memiliki gaya tarik maksimum yang serupa pada titik gabungan
lasan ketik diuji tarik. Dari penelitian ini didapatkan bahan dengan penghematan yang lebih
besar dan daya tarik yang lebih kuat didapatkan pada FSW. Telah dilakukan pengukuran energi
yang digunakan pada sebelum, setelah, dan saat proses pengelasan. Kemudian, life cycle
assessment (LCA) digunakan untuk menentukan dan membandingkan dampak pengelasan
menggunakan FSW dan GMAW pada lingkungan. Didapatkan hasil bahwa pengelasan
menggunakan FSW menghabiskan energy 42% lebih sedikit dibandingkan dengan GMAW dan
menghabiskan material sekitar 10% lebih sedikit pada gaya tarik maksimum yang sama. Hal ini
menyebabkan efek rumah kaca yang dihasilkan FSW sekitar 31% lebih kecil dibandingkan
dengan GMAW. Konsumsi energi pada sebelum, setelah, dan saat proses pengelasan
berpengaruh pada penghematan energi secara keseluruhan.
Introduction
Friction stir welding (FSW) diciptakan oleh Wayne Thomas di The Welding Institute
(TWI) pada tahun 1991. FSW adalah proses penggabungan logam di mana dua atau
lebih komponen yang terdeformasi plastis dan penggabungan mekanis dengan
tekanan mekanik pada temperatur tinggi. Gabungan ini diciptakan di bawah suhu
solidus dari bahan benda kerja, yang membuat FSW merupakan proses pengelasan
dalam keadaan padat. Gambar. 1 menunjukkan skema dari proses FSW untuk butt
welding. Proses ini menggunakan pin dan shoulder berputar yang tidak memakan
benda kerja. Pin FSW di tekankan kebawah kearah benda kerja. Setelah pin benarbenar masuk ke dalam benda kerja dan shoulder menyentuh permukaan benda
kerja, alat ini bergeser/berjalan sepanjang garis pertemua dua benda kerja yang
digabungkan (butt welding). Setelah sampai ujung benda kerja, alat ditarik ke atas.
Awalnya, panas dihasilkan akibat gesekan antara alat dan benda kerja yang
mengakibatkan deformasi plastik pada benda kerja induk. Kemudian, benda kerja
mengalami deformasi plastis di zona putar pin, panas dihasilkan oleh gesekan dan
menghilangnya panas karena deformasi plastis. Material yang telah terdeformasi
plastis tercampur dan kemudian menggabung setelah dilalui oleh pin. FSW sebagai
proses penggabungan logam diakui pada dunia industrial sebagai pengelasan yang
memiliki keunggulan lebih baik pada segi kualitas hasil lasan dengan biaya yang
lebih murah. Sekarang ini kebanyakan penggunaan FSW adalah pada aluminium

dan magnesium paduan. Namun, penerapan FSW untuk bahan berbeda dan pada
paduan dengan suhu lebur yang lebih tinggi (misalnya paduan besi) mulai
meningkat.
Gas logam arc welding (GMAW)
Gas metal arc welding (GMAW) dikembangkan pada tahun 1950-an. Pengelasan ini
sebelumnya dikenal sebagai metal inert gas (MIG) welding. Pada pengelasan ini
terjadi proses pelelehan dan pemadatan kembali benda kerja yang kemudian
mengakibatkan penggabungan ketika telah selesai memadat kembali. Dalam
GMAW, panas yang dibutuhkan untuk melelehkan benda kerja diperoleh dari energi
listrik. Selama pengelasan, kawat elektroda digunakan untuk meyetabilkan busur
dan mencair dalam proses pegelasan sebagai bahan pengisi kawah lasan. Kawat
elektroda pengisi terus diberikan melalui nozzle. Daerah lasan / kawah lasan
dilindungi dengan baik oleh gas pelindung inert seperti argon, helium, karbon
dioksida atau berbagai campuran gas lainnya. Gambar. 2 menunjukkan skema dari
proses GMAW. GMAW secara luas digunakan dalam industri fabrikasi logam dan
cocok untuk pengelasan logam besi dan logam bukan besi

Konsumsi dan proses energi emisi


Diyakini dalam komunitas pengelasan (penelitian dan industri) bahwa lebih sedikit
energi yang dikonsumsi selama FSW dibandingkan dengan metode pengelasan lain.
Hal ini disebabkan lebih rendahnya suhu yang dicapai selama FSW dan sifat solidstate dari proses, atau dengan kata lain, tidak ada pencairan pada benda kerja.
Lakshminarayanan et al. memperkirakan input panas untuk GMAW dan tungsten
gas arc welding (GTAW) dan membandingkannya dengan input panas untuk FSW.
Pada proses ini digunakan plat alumunium 6061 dengan ketebalan 6 mm yang
digabungkan dengan penggabungan sisi atau butt joint. Pengukuran hanya
dilakukan pada input panas ketika proses pengelasan berlangsung, sedangkan pada
sebelum dan sesudah proses tidak diperhitungkan. Input panas untuk FSW
diperhitungkan oleh Heurtier et al. Didapatkan bahwa Input panas untuk GMAW dan
GTAW 2 dan 1,5 kali input panas untuk FSW. Lakshminarayanan et al. juga
menemukan bahwa kekuatan tarik hasil pengelasan FSW 34% dan 15% lebih besar
dari pada hasil pengelasan GMAW dan GTAW.
Prasad dan Prasanna mempelajari kekerasan dan struktur mikro pada material hasil
las pada FSW dan GMAW. Terungkap bahwa heat affected zone (HAZ) atau daerah
terpengaruh panas pada hasil pengelasan FSW lebih sempit dari pada GMAW, yang
merupakan hasil dari input panas FSW yang lebih rendah dari pada GMAW.
Aspek lain dari rendahnya suhu pengelasan FSW adalah berakibat pada
penggunaan sumber daya, konsumsi energi, emisi, bahaya kesehatan dan dampak
lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan proses pengelasan fusi
(misalnya, GMAW, GTAW, SMAW, dll). Balasubramanian menyatakan bahwa lebih

dari 10.000.000 pekerja di seluruh dunia bekerja sebagai tukang las secara penuh
dan pekerja dengan jumlah yang lebih tinggi melakukan pengelasan sesekali
sebagai bagian dari pekerjaan mereka. The gangguan kesehatan umum pekerja las
penuh karena emisi las meliputi: iritasi mata, hidung dan tenggorokan, edema paru,
dan penyakit Parkinson. Bahaya kesehatan akibat proses pengelasan terutama
disebabkan oleh emisi partikulat di zona pernapasan dari tukang las. Pengaruh
partikulat terhadap tubuh tukang las bergantung pada ukuran partikulat tersebut.
Oleh karena itu, partikulat dikategorikan sesuai dengan ukuran maksimal mereka
dalam m. Pfefferkorn et al. menemukan bahwa FSW menyebabkan emisi rata-rata
PM 2.5 partikulat dari 0,018-0,029 mg / m3 untuk Al 6061-T6 dan 0,015-0,022 mg /
m3 untuk Al 5083-H111. Cole et al. menganalisis tingkat partikulat PM 5 untuk
GMAW Al 6061 di daerah pernapasan tukang las dan menemukan rata-rata 12 mg /
m3 untuk pengelasan dengan kawat las Al 4043 dan 14,1 mg / m3 untuk kawat las
Al 5356. Matczak dan Gromiec menganalisa emisi partikulat PM 0,8 pada
pengelasan Al 5083 pada industri pengelasan. Didapatkan bahwa, emisi rata-rata
selama 8 jam kerja adalah 1 mg / m3 dengan maksimal 3,6 mg / m3. Hasil ini
menunjukkan bahwa emisi partikulat FSW dari aluminium lebih kecil dari GMAW,
yang akan mengakibatkan penurunan secara signifikan kebutuhan terhadap
penanganan dan filtrasi udara.
Dawood et al. mengukur sifat mekanik dan emisi gas dari FSW dan GMAW dari
alumunium 1030 setebal 3 mm. Emisi karbon monoksida dan karbon dioksida dari
GMAW adalah sekitar 3,7 dan 1,6 kali lebih besar dari emisi FSW. Disimpulkan
bahwa FSW relatif lebih ramah lingkungan, dan pada tebal bahan aluminium yang
sama hasil pengelasan lebih unggul dibandingkan dengan GMAW.
FSW pada aluminium paduan tidak memerlukan gas pelindung atau fluks, dan tidak
menggunakan bahan pengisi. Tidak ada Proses persiapan sebelum pengelasan pada
FSW. Pada FSW tidak diperlukan pembuatan champer pada benda kerja lasan,
bahkan pada lasan setebal 50 mm. Pembersihan pada ujung benda kerja tidak
diperlukan untuk melakukan lasan. FSW hampir tidak memerlukan pengerjaan
setelah proses pengelasan karena suhu yang lebih rendah dan kurangnya bahan
pengisi yang digunakan. Satu-satunya pengerjaan setelah proses pengelasan
adalah menghilangkan lubang keluar yang terbentuk ketika tool FSW ditarik
kembali. Semakin rendah suhu daerah lasan mengakibatkan tidak ada atau hanya
sedikit terjadi distorsi termal pada struktur, oleh karena itu tidak ada atau hanya
sedikit perlakuan setelah pengelasan yang diperlukan. Kurangnya penggunaan
bahan pengisi mengakibatkan permukaan las yang halus yang tidak memerlukan
proses grinding atau permesinan. Mikrostruktur produk yang baik sebagai hasil dari
FSW dan lebih sedikit pendinginan pada hasil lasan yang terjadi pada proses
pengelasan menghasilkan sifat mekanik yang sering lebih baik dari las fusi. Hal ini
dapat mengurangi kebutuhan untuk perlakuan panas setalah pengelasan. Konsumsi
energi yang berkaitan dengan proses setelah pengelasan, proses pengelasan, dan
setelah pengelasan FSW dan GMAW secara kualitatif ditunjukkan pada Gambar. 3.

Dalam industri, FSW terutama digunakan untuk pengelasan aluminium dan


magnesium. Pengembangan metalurgi alat FSW paduan telah mengakibatkan FSW
dapat dilakukan pada paduan besi. Lienert et al. berhasil melakukan proses las pada
AISI 1018 baja ringan menggunakan FSW dengan menggunakan tool berbasis alloymolibdenum dan tungsten. Pengelasan ini gagal pada logam induk selama uji tarik,
dan menunjukkan hasil dan kekuatan tarik utama sebanding dengan logam dasar.
DeFalco dan Steel membahas keuntungan dalam penghematan produktivitas dan
biaya industri pipa yang dapat berasal dari pengelasan pipa baja menggunakan
FSW. Pengelasan logam dengan bahan berbeda seperti baja dan aluminium telah
dianggap mustahil untuk tujuan komersial. Honda Motor Co, Ltd baru-baru ini
mengumumkan teknologi robot yang baru dikembangkan untuk pengelasan
kontinyu baja dan aluminium berdasarkan proses FSW dan diterapkan pada produk
andalannya. Teknologi ini mengurangi konsumsi listrik selama proses pengelasan
sekitar 50% dibandingkan dengan GMAW.
Mononen et al. melakukan perbandingan biaya FSW dan GMAW pada pengelasan
panel aluminium. Perbandingan biaya didasarkan pada waktu produksi, investasi
mesin, lisensi paten, bahan habis pakai dan biaya perkakas. Ditemukan bahwa
biaya pengelasan GMAW didominasi oleh upah tenaga kerja dan investasi mesin
dan dengan tingkat yang lebih rendah adalah biaya bahan pengisi. Biaya FSW
didominasi oleh investasi mesin, lisensi paten dan upah tenaga kerja. FSW akan
lebih ekonomis daripada GMAW ketika volume produksi tahunan cukup besar (pada
ukuran puluhan km las per tahun). Pilihanan FSW dari pada GMAW dibenarkan oleh
keuntungan proses FSW seperti distorsi rendah, kekuatan tinggi, jumlah rendah
cacat pengelasan dan meningkatkan masalah keselamatan kesehatan kerja.
DeFalco memperkirakan bahwa biaya per satuan panjang untuk GMAW adalah
sekitar 1,6 kali dari proses FSW. Diakui bahwa biaya modal untuk FSW lebih tinggi,
namun, biaya per satuan panjang lebih rendah karena kecepatan pengelasan cepat
dan biaya persiapan rendah.
Pengkajian energi
Energy-related key performance indicators (KPI) adalah alat yang secara luas digunakan
untuk menggambarkan konsumsi energi dari proses produksi manufaktur. Alat ini
dapat difokuskan pada konsumsi energi, dampakpada lingkungan atau pada faktor
keuangan. Biasanya, indikator normal yang digunakan, yaitu rasio antara energi dan
proses. Indikator lain untuk menilai dan membandingkan proses manufaktur adalah
efisiensi proses. Indikator ini menggambarkan hubungan antara energi minimum
yang diperlukan untuk proses dan masukan energi total. Namun, informasi yang
rinci tentang suhu dan kekuatan dalam proses harus tersedia untuk menghitung
energi minimum yang dibutuhkan. Untuk perbandingan proses pengelasan,
indikator umum adalah masukan energi dibagi dengan panjang las. Input energi per
volume bahan yang ikut mencair juga digunakan. Konsumsi energi dapat ditentukan
baik dengan data yang telah tersedia secara umum atau dengan pengukuran
kekuatan dan waktu.

Namun, FSW dan GMAW tidak hanya berbeda sehubungan dengan konsumsi energi.
Penggunaan sumber daya yang berbeda, seperti bahan untuk elektroda, perlu
dipertimbangkan. Oleh karena itu, analisa secara keseluruhan terhadap dampak
pada lingkungan diperlukan. Digunakan gambaran tentang metode penilaian
lingkungan. Metode yang paling umum digunakan adalah life cycle assessment
(LCA) atau penilaian siklus hidup seperti yang dijelaskan dalam ISO 14040. Metode
ini mengevaluasi dampak terhadap lingkungan selama siklus hidup dari suatu
produk. Metode ini memiliki keterbatasan ketika menganalisa tahap tertentu pada
siklus hidup produk. Analisa LCA telah diterapkan pada proses manufaktur secara
umum, akan tetapi belum pada pengelasan FSW ataupun GMAW.
tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan secara kuantitatif konsumsi
energi dan dampak lingkungan pada penetrasi penuh pengelasan aluminium 6061T6 dengan menggunkan FSW dan GMAW. Energi yang dikonsumsi untuk proses
sebelum dan setelah pengelasan yang terlibat dalam proses penggabungan juga
diperhitungkan. Pendekatan dengan penilaian siklus hidup (LCA) digunakan untuk
menentukan dan membandingkan dampak lingkungan dari FSW dan GMAW.
Metodologi
Penilaian siklus hidup (LCA)
LCA memberikan perspektif yang sistematis mengenai dampak lingkungan dari
suatu produk selama siklus hidupnya. Menurut metodologi ISO 14040, hal ini
dilakukan dalam empat langkah: Tujuan dan definisi ruang lingkup, analisis
persediaan siklus hidup, penilaian dampak siklus hidup dan interpretasi siklus
hidup. Dengan menggambarkan tujuan dan ruang lingkup, produk dan proses
dinyatakan sebagai kerangka berfikir. Definisi dasar di sini adalah unit fungsional
untuk produk yang akan dianalisis. Semua energi dan materi mengalir didasarkan
pada unit fungsional ini. Langkah kedua, analisis persediaan siklus hidup, termasuk
penentuan input dan output dari lingkungan. Input dan output yang produk dan
limbah arus, yang perlu dikaitkan dengan arus dasar yang dihasilkan dari dan ke
lingkungan. Hasil inventarisasi siklus hidup yang digunakan untuk menentukan
dampak lingkungan pada langkah ketiga dari studi LCA. Pada langkah akhir, hasil
analisis persediaan dan dampak yang dibahas dalam rangka untuk menarik
kesimpulan terhadap tujuan awal.
Tujuan dari penelitian LCA ini adalah untuk menganalisis dampak lingkungan dari
FSW dan GMAW saat pengelasan samping pada aluminium 6061-T6. Hasil akan
membantu para peneliti dan insinyur manufaktur untuk memahami dampak
lingkungan yang terkait dengan proses FSW. Oleh karena itu, potensi FSW untuk
membantu kami bergerak ke arah manufaktur yang lebih maju akan diuraikan
dalam penelitian ini.

Ruang lingkup penilaian siklus hidup (LCA) menjelaskan sistem produk yang akan
dipelajari, batas-batas sistem dan unit fungsional. Sebuah sistem produk koleksi
ofunit proses yang diperlukan untuk membuat produk fungsional. Sistem produk
yang akan dibandingkan dalam penelitian ini adalah benda kerja dari alumunium
6061-T6 yang dilas menggunakan FSW dan GMAW. Unit fungsional digunakan
sebagai dasar untuk perbandingan antara dua sistem produk. Untuk penelitian ini,
referensi (misalnya, kriteria desain struktural) didefinisikan sebagai gaya tarik
maksimum yang diyahan oleh lasan. Karena perbedaan kekuatan tarik setelah
pengelasan pada FSW dan GMAW, ketebalan dari benda kerja dibuat berbeda
(Bagian '' Penentuan ketebalan benda kerja ''). Kriteria kedua untuk unit fungsional
adalah untuk mencapai panjang las fungsional yang sama untuk kedua sistem
produk. Proses FSW meninggalkan lubang keluar di mana alat ini ditarik dari benda
kerja. Oleh karena itu, bahan awal untuk FSW lebih panjang dari panjang lasan
GMAW dan lubang keluar dipotong setelah pengelasan (proses setelah pengelasan).
Proses GMAW memerlukan proses sebelum pengelasan dalam hal persiapan tepi
(lihat Bagian '' panjang dan lebar Benda ''). Oleh karena itu empat unit proses
dianggap sebagai berikut : proses FSW dan proses setelah pengelasan yaitu
pemotongan lubang keluar adalah bagian dari sistem produk FSW; dan proses
sebelum pengelasan yaitu milling bagian pinggir benda kerja dan proses GMAW
adalah bagian dari sistem produk GMAW.
Selain itu, diperhatikannya produksi aluminium mentah dan dampak lingkungan.
Namun, karena ruang lingkup penelitian berfokus pada sistem produk pengelasan,
proses terkait lainnya dikeluarkan dari batas sistem, seperti tahapan lain dari siklus
produksi (misalnya, penanganan, fixture) dan proses peralatan terkait (misalnya,
pemeliharaan ). Diagram alir proses untuk kedua sistem produk menunjukkan input
dan output arus yang dimodelkan (Gambar. 4 dan 5).
Penyusunan siklus hidup dan penilaian dampak siklus hidup dilakukan dengan
perangkat lunak openLCA dan database ecoinvent V3. Data untuk persediaan siklus
hidup berasal dari data primer dan sekunder. Input ke manufaktur unit proses diukur
atau dihitung. Nilai-nilai yang diukur untuk percobaan termasuk listrik, massa
masukan, laju aliran gas pelindung dan waktu proses. Konsumsi listrik dan gas
pelindung dihitung dengan cara ini. Konsumsi kawat elektroda dihitung dengan
kecepatan pemakanan dan waktu proses. Emisi gas dari GMAW tergantung pada
berbagai parameter proses. Namun tidak ada nilai referensi untuk parameter proses
yang digunakan yang tersedia, oleh karena itu hal ini tidak disertakan secara
kuantitatif.
Data persediaan untuk proses up-stream seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 4
dan 5 diperoleh dari database ecoinvent V3. Perlu dicatat bahwa proses produksi
aluminium mentah di ecoinvent tidak termasuk tempering, paduan dan rolling. Efek
dari produksi gas pelindung dianggap sesuai dengan nilai-nilai yang diberikan
karena ecoinvent tidak menyediakan data untuk bahan ini. Dampak lingkungan
untuk setiap sistem produk yang dihitung dengan menggunakan '' Alat untuk

Pengurangan dan Penilaian Kimia dan Dampak Lingkungan Lainnya (Traci) '' versi
2.1 dari US Environmental Protection Agency.
Penentuan ketebalan benda kerja
Salah satu pertimbangan desain adalah gaya tarik maksimum yang dapat
diterapkan selama pelayanan tanpa menyebabkan perakitan lasan gagal. Rakitan
yang dilas dalam penelitian ini akan dianggap sebanding berdasarkan
pertimbangan desain ini. Gabungan lasan FSW dan GMAW harus mampu menahan
gaya tarik maksimum identik, dalam toleransi 5%.
The UTS untuk menerima 6061-T6 (yaitu, logam dasar) diukur menjadi 310 MPa (45
ksi). Sebelum penelitian Fehrenbacher et al. menunjukkan bahwa dengan parameter
pengelasan yang dipilih dalam penelitian ini FSW dari 6061-T6 menghasilkan
gabungan lasan dengan UTS rata-sata = 236 MPa (34 ksi): 76% dari UTS logam
dasar. UTS dari aluminium 6061-T6 GMAW lasan penggabungan pada keadaan dilas
diharapkan menjadi 165 MPa (24 ksi) : 53% dari UTS logam dasar. Karena pada
proses pengelasan ini menghasilkan gabungan dengan kekuatan tarik yang
berbeda, ketebalan bahan yang berbeda harus digunakan untuk menciptakan
gabungan yang dapat menahan gaya tarik maksimum yang sama.
FSW dianggap proses patokan dalam penelitian ini. Penetrasi penuh lasan FSW
dilakukan pada sampel 6061-T6 dengan ketebalan 5 mm. Sampel uji tarik yang
digunakan untuk mengukur gaya tarik maksimum memiliki lebas sebesar 25,4 mm.
Oleh karena itu, gaya tarik maksimum yang dapat ditahan hasil las FSW menjadi 30
kN = (0,005 m 0,0254 m) 236 106 Pa. Dalam rangka untuk menahan 30 kN
gaya tarik maksimum GMAW gabungan lasan harus memiliki ketebalan sebesar
0,0071 m = 30 kN / (0,0254 m 165 106 Pa).
Panjang dan lebar benda kerja
Lebar benda kerja adalah 102 mm (4 in.). Untuk setiap tes, dua benda kerja yang
dilas dengan gabungan butt-weld bersama-sama untuk menciptakan sebuah
gabungan dengan lebar 204 mm (8 in.) (Gambar. 6). Panjang gabungan dilas akhir
adalah 152 mm (6 di.) Seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 6. Pada GMAW ini
berarti melakukan pengelasan sepanjang 152 mm (Gambar. 6b). FSW meninggalkan
lubang keluar di mana bekas ini kemudian dipotong dari benda kerja. Hal ini umum
untuk memiliki benda kerja dengan panjang berlebih pada kedua ujung las atau
pada '' rub-on '' dan '' run-off '' tab untuk perakitan. Dalam kedua kasus, '' tab ''
atau kelebihan bahan sering dipotong setelah proses FSW. Dalam penelitian ini, 177
mm (7 in.) FSW diproduksi pada benda kerja sepanjang 203 mm (8 in.) yang
kemudian setelah proses selesai benda kerja dipotong sebanyak 25,4 mm dari
kedua ujung (Gbr. 7)
Metode experimental

Konsumsi energi untuk semua proses diukur dengan analisa kekuatan industri yang
dirancang untuk penggunaan lapangan (Fluke 435-II). Kekuatan analisa selalu
terhubung dengan atau diputus dari peralatan oleh operator listrik terlatih
bersertifikat dalam penggunaannya. Semua proses direkam pada video dengan
tepat waktu. Waktu pemrosesan ditentukan dari replay video.

Proses sebelum pengelasan


Tidak ada proses sebelum pengelasan yang diperlukan untuk benda kerja pada proses FSW.
Persiapan tepi untuk benda kerja GMAW dilakukan sesuai dengan American Welding Society
(AWS) standar D1.2. Sebuah alur berbentuk V dengan sudut alur 60o antara dua benda kerja
diciptakan untuk GMAW (Gbr. 8). Ini dilakukan dengan milling tepi setiap benda kerja pada 30o
dari vertikal. Tiga pasang benda kerja (6 total) yang disiapkan untuk tiga proses las GMAW.
Tabel 1 menunjukkan rincian peralatan dan parameter yang digunakan untuk proses sebelum
pengelasan dan ketika proses pengelasan pada GMAW.
Pengelasan
Tiga lasan dengan penetrasi penuh digunkan pada setiap proses FSWdan GMAW.
Tool FSW yang digunakan dalam percobaan terbuat dari baja H13 dengan shoulder
cekung dan dengan ulir, diselidiki pada kerucut dengan tiga flat. Diameter tool
shoulder adalah 15 mm, probe (pin) diameter mengecil dari 7,0 mm menjadi 5,0
mm dan panjang probe 4,7 mm. Pada FSW hanya diperlukan satu kali jalan untuk
membuat lasan setebal 5mm dengan penetrasi penuh pada aluminium 6061-T6.
Parameter proses yang berbeda (misalnya, kecepatan spindle dan kecepatan
pemakanan pada FSW) menghasilkan variasi konsumsi energi dan kualitas las
dalam hal UTS. Seperti disebutkan dalam Bagian '' Penentuan ketebalan benda kerja
'', FSW dilakukan sesuai dengan parameter dari [34] yang mengakibatkan las
terkuat (Tabel 2).
GMAW dilakukan secara manual pada mode busur las (pulsa) dan diperlukan dua
nilai untuk penciptaan las penetrasi penuh pada aluminium 6061-T6 dengan
ketebalan 7,1 mm. Tabel 1 menunjukkan rincian peralatan yang digunakan dan
proses parameter pada GMAW. Selain konsumsi energi dan waktu proses GMAW,
laju aliran gas pelindung dari flow meter, melindungi tekanan gas dari pengukur
tekanan, dan tegangan dan kawat laju umpan dari mesin las juga dicatat.
Pengukuran ini tambahan memungkinkan perhitungan total volume gas pelindung
dan massa bahan pengisi yang digunakan.
Proses setelah pengelasan
Tidak ada proses setelah pengelasan yang diperlukan untuk hasil lawan GMAW.
Seperti dijelaskan dalam Bagian '' panjang dan lebar Benda '', 25,4 mm strip
dibuang dari perakitan setelah FSW untuk memotong pada ujung bagian benda
kerja dari gabungan lasan (Gbr. 7). Diperlukan dua potongan pada setiap gabungan

FSW. Penggunaan gergaji semi-otomatis adalah untuk memotong bagian-bagian ini.


Tidak ada pendingin yang digunakan selama proses pemotongan. Tabel 2
menunjukkan rincian mesin yang digunakan dan parameter operasi untuk FSW.
Gambar. 5 menunjukkan skema dari bagian yang dipotong pada gabungan FSW.
uji tarik
Sebuah mesin uji tarik dengan kapasitas hidrolik servo 90,7 kN (20 klbs) dan sel
kapasitas beban yang sama (MTS model. 661.21A-03) digunakan untuk mengukur
kekuatan tarik maksimum (beban puncak) untuk semua lasan. Spesimen pengujian
tarik dipotong dari bagian tengah mengacu pada AWS standar D1.2. Lebar masingmasing uji tarik spesimen adalah 25,4 mm (1 in.) Dan ketebalan yang sama dengan
benda kerja asli, yaitu, 5 mm untuk lasan FSW dan 7,1 mm untuk lasan GMAW.
Hasil dan Diskusi
Hemat bahan
Gambar. 9 dan 10 menunjukkan gaya tarik maksimum masing-masing pada tiga
spesimen FSW dan GMAW. Pada kedua kelompok las (FSW dan GMAW), dua dari tiga
spesimen retak di daerah yang terkena panas dan satu spesimen retak di daerah
las. Rata-rata kekuatan tarik maksimum untuk FSW dan GMAW adalah 30,9 kN (6,8
klbs) dan 31,6 kN (7 klbs). Perbedaan antara rata-rata kekuatan tarik maksimum
FSW dan GMAW sendi adalah 0,7 kN, kurang dari tingkat toleransi 5% yang
ditetapkan untuk perbandingan ini. Ini membuktikan dibandingkan dengan GMAW,
ketebalan benda kerja yang digunakan FSW dengan ekkuatan tarik yang sama
ukurannya lebih kecil.
Massa awal (sebelum proses sebelum pengelasan) dua buah benda kerja dari FSW
dan GMAW diukur masing-masing adalah 530 g dan 588 g (Tabel 3). Meskipun ada
panjang tambahan dari benda kerja FSW karena kemudian akan dipotong lagi pada
bagian akhir, ukuran ini mewakili pengurangan / penghematan bahan dari 58 g. Hal
ini terkait dengan sekitar 10% pengurangan konsumsi bahan untuk FSW
dibandingkan dengan GMAW. Perlu dicatat bahwa bahan yang dipotong pada bagian
ujung benda kerja FSW tetap sama untuk panjang lasan yang berbeda. Oleh karena
itu jika lasan sepanjang 1 mm pada aluminium 6061-T6 yang dibandingkan, bukan
lasan sepanjang 152 mm, bahan yang dapat dihemat FSW akan menjadi sekitar
1.017 g (26%) dibandingkan dengan GMAW. Oleh karena itu, penghematan bahan
akan lebih tinggi berbandin glurus dengan panjang las yang dilakukan pada FSW
dari pada GMAW. Tabel 3 menunjukkan bahwa 130 g bahan dipotong dari ujung hasil
lasan FSW bersama dan 18 g bahan unruk membuat champer pada lasan GMAW.
Hal ini menunjukkan bahwa FSW mampu melakukan penghematan bahan sebesar
170 g lebih banyak dari pada GMAW untuk kriteria ukuran benda kerja dan desain
yang dipilih dalam penelitian ini.

Konsumsi energi
Konsumsi energi untuk setiap proses pembuatan dihitung dari daya listrik yang
diukur sebagai fungsi waktu (Tabel 4). Tingkat daya yang terkait dengan setiap
proses yang digambarkan dalam Gambar. 11 dan 12. ini disajikan untuk satu kali
proses pada masing-masing proses untuk benda kerja tambahan.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 11 (a), energi yang dikonsumsi sebesar 460
W pada (daya idle awal) sebelum alat FSW kontak dengan benda kerja, dan 890 W
setelah alat FSW diangkat dari benda kerja (daya idle akhir). Selama periode ini,
energi yang dikonsumsi untuk rotasi spindle, perputaraan tool dan fungsi standby.
Fungsi standby mengkonsumsi energi pada tingkat daya standby yang diukur pada
350 W dan sudah termasuk dalam daya idle. Setelah fase idle awal, tool kontak
dengan benda kerja untuk melakukan penekanan ke benda kerja. Hal ini
menyebabkan peningkatan konsumsi daya dari waktu ke waktu. Kekuatan
penekanan rata-rata dari waktu ke waktu adalah 1745 W. Setelah kedalaman
penekanan yang diinginkan tercapai, alat dijalankan sepanjang alur lasan dan
didapatkan daya FSW rata-rata 3760 W. Gambar. 11 (b) menunjukkan tingkat daya
yang terkait dengan proses setelah pengelasan (pemotongan) dari FSW. Serupa
dengan siklus FSW, proses pemotongan didahului dan diikuti oleh fase idle yang
dihitung pada pergerakan gergaji dan pisau, dan fungsi standby. Daya idle untuk
memotong adalah 760 W dan aktual daya pemotongan adalah 1225 W. Daya
standby untuk peralatan pemotong didapatkan ukuran sebesar 18 W.
Sistem pengelasan produk GMAW memerlukan langkah proses sebelum
pengelasanya itu pembuatan alur. Hal ini dapat diperhatikan dari Gambar. 12 (a)
milling juga didahului dan diikuti oleh fase idle. Tingkat daya idle selama milling
adalah 500 W sebelum alat milling kontak dengan benda kerja dan 564 W setelah
alat penggilingan diangkat dari benda kerja. Tingkat daya pemotongan adalah 545
W. Sejak GMAW dilakukan secara manual, tidak ada fase idle. Hal itu ditandai
dengan tingkat daya hampir konstan 5303 W, kecuali puncaknya pada awal proses.
Rata-rata daya pada keadaan stndby untuk peralatan las adalah 110 W. Perlu
dicatat bahwa tingkat daya standby untuk peralatan FSW lebih tinggi dari peralatan
GMAW. Oleh karena itu, untuk siklus produksi, hasil konsumsi energi secara
keseluruhan mungkin berbeda tergantung pada periode waktu yang dihabiskan
dalam mode standby. Namun, pada penelitian ini menganggap proses manufaktur
hanya sebagai batas sistem. Tabel 4 menunjukkan durasi proses, rata-rata daya dan
energi untuk sistem pengelasan produk pada FSW dan GMAW. Semua nilai-nilai
mengacu pada perakitan las, yaitu untuk memotong, milling alur dan GMAW
mengandung dua kali pengerjaan yang diperlukan untuk masing-masing sampel.
Konsumsi energi untuk sistem produk ditentukan dari konsumsi setiap unit proses.
Konsumsi energi rata-rata untuk sistem pengelasan produk masing-masing FSW dan
GMAW adalah 175 KWS dan KWS 303. Oleh karena itu, FSW memiliki pengurangan
konsumsi energi 42% dibandingkan dengan GMAW.

Gambar. 13 dan 14 menunjukkan distribusi konsumsi energi untuk penggabungan


las dalam penelitian ini dengan FSW dan GMAW. Nilai daya idle pada nilai-nilai ini
untuk menunjukkan daya idle yang digunakan pada FSW dan GMAW yang tidak
terbatas pada fase idle sebelum dan sesudah pengelasan saja, namun juga
termasuk energi yang dikonsumsi selama las untuk tujuan lain selain pengelasan.
Oleh karena itu, energi rotasi dan berjalannya tool FSW dan energi las GMAW
mewakili energi yang digunakan dalam pengelasan gabungan pada benda kerja. Hal
ini dapat diperhatikan dari Gambar. 13 bahwa 53% dari total energi (175 KWS) yang
dikonsumsi selama fase rotasi dan berjalannya tool untuk FSW, yaitu sekitar 93
KWS. Kemudian, 60% dari total energi (303 KWS) yang dikonsumsi selama dua kali
pengelasan untuk GMAW, yaitu sekitar 179 KWS (Gbr. 14). Hal ini menunjukkan
bahwa energi yang dibutuhkan untuk pengelasan pada GMAW dapat hampir dua
kali apa yang dibutuhkan pada FSW. Hal ini disebabkan sifat solid-state dari FSW
dan suhu yang lebih rendah yang terlibat selama proses tersebut. Hal ini
menyebabkan tingkat daya keseluruhan yang lebih rendah untuk FSW dari pada
GMAW. Lamanya waktu proses GMAW 75% lebih lama dari pada FSW. Perbedaan
waktu proses sebanding dengan jumlah lintasan las dan juga fungsi dari parameter
pengolahan yang digunakan. Pada kasus ini, GMAW memerlukan dua kali
pengerjaan dan hanya satu pengerjaan FSW yang diperlukan. Untuk benda kerja
tipis hanya satu pengerjaan GMAW yang diperlukan dan untuk lasan yang lebih
tebal lagi jumlah pengerjaan GMAW meningkat secara signifikan, sedangkan FSW
hingga ketebalan 50 mm dapat dilakukan dalam satu kali pengerjaan. Oleh karena
itu, bahwa akan ada suatu titik ketebalan las atas dimana FSW akan membutuhkan
waktu proses yang lebih pendek dibandingkan dengan GMAW.
Hal ini juga dapat dilihat dari Gambar. 13 bahwa 16% dari total energi yang
dikonsumsi (175 KWS) untuk sistem produk FSW diperlukan untuk proses setelah
pengelasan (28 KWS). Di sisi lain, 40% dari total energi yang dikonsumsi (303 KWS)
pada GMAW diperlukan untuk proses sebelum pengelasan (121 KWS). Oleh karena
itu, perbedaan dalam konsumsi energi antara kedua metode ini disebabkan oleh
proses pengelasan dan proses pendukung.
Dampak lingkungan
Komponen kunci dari persediaan siklus hidup untuk proses manufaktur disajikan
pada Tabel 3. Terdapat scrap aluminium pra-konsumen dapat dianggap sebagai
pengganti 100% untuk aluminium primer. Ini berarti, menyimpang dari nilai-nilai
dalam Tabel 3, proses dimodelkan dengan masukan aluminium dikurangi untuk
penilaian dampak siklus hidup (pendekatan substitusi). Untuk produk sistem FSW,
masukan dari 530 g aluminium diperlukan. Limbah dari 130 g didaur ulang dan
mengurangi aluminium primer yang diperlukan sehingga menjadi 400 g. Demikian
pula, masukan bahan untuk produk sistem GMAW terdiri dari 572 g aluminium
primer dan 16 g limbah aluminium daur ulang. Pendekatan pemodelan ini
mengurangi dampak lingkungan dari produksi aluminium primer ketika menghitung
efek pada lingkungan dari aluminium daur ulang.

Dampak terhadap lingkungan dari kedua sistem produk dievaluasi sesuai dengan
indikator : pengasaman, ekotoksisitas, eutrofikasi, pemanasan global, penipisan
ozon dan pembentukan fotokimia ozon. Indikator ini menggambarkan berbagai jenis
dampak pada lingkungan alam. Pengasaman mengacu pada efek pengasaman
bahan kimia di air dan tanah dalam hal regenerasi ion hydrogen. Ekotoksisitas
menjelaskan dampak buruk pada spesies yang hidup dalam ekosistem bumi.
Ekotoksisitas memiliki bahaya yang setara dengan racun dari
dichlorophenoxyacetic, yang merupakan herbisida. Eutrofikasi membahas dampak
konsentrasi nutrisi pada ekosistem air dan darat. Pemanasan global membahas
dampak iklim dan dinyatakan dalam setara emisi karbon dioksida. Penipisan ozon
mengacu kerusakan lapisan ozon. Hal ini dinilai dari segi pelepasan emisi
chlorofluorocarbon dengan mengacu ke arah triklorofluorometana. Pembentukan
fotokimia ozon menggambarkan dampak oleh polutan yang mengoksidasi molekul
organik.
Hasil untuk penilaian dampak siklus hidup ditunjukkan pada Tabel 5. Di semua
kategori, dampak lingkungan dari sistem produk FSW lebih rendah dari sistem
produk GMAW. Pengurangan dampak lingkungan berkisar antara 23% (ekotoksisitas)
ke 31% (semua indikator lain). Perbedaan kadar racun lingkungan dapat dijelaskan
oleh tingkat daur ulang yang lebih tinggi dalam proses FSW sejak perlakuan pada
scrap aluminium memiliki kadar racun lingkungan yang relatif lebih tinggi.
Kontribusi setiap proses untuk dampak lingkungan secara keseluruhan dari sistem
produk dianalisis secara lebih rinci untuk kategori dampak pemanasan global. Tabel
6 menunjukkan perbandingan potensi pemanasan global antara sistem produk FSW
dan GMAW. Total emisi CO2 ekuivalen yaitu sebanyak 6,78 kg untuk FSW dan 9,82
kg untuk sistem produk GMAW. Oleh karena itu, sistem produk FSW mengarah pada
pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 31% dibandingkan dengan GMAW.
Bagian terbesar dari dampak ke lingkungan yang disebabkan alumunium
disebabkan oleh masukan aluminium untuk benda kerja, yang merupakan 99,2%
dari FSW dan 96,8% dari GMAW. Dalam sistem produk GMAW, masukan aluminium
untuk kawat elektroda memiliki bagian terbesar kedua dengan 2,3%. Bagian
konsumsi listrik pada dampak lingkungan sekitar 1% untuk kedua sistem produk.
Perbedaan dampak lingkungan dari produksi aluminium disebabkan oleh variasi
masukan massa dan terjadi limbah (lihat 'tabungan Bahan' Bagian ''). Untuk sistem
produk FSW, produksi aluminium primer menyebabkan 6.64 kg CO2 dan daur ulang
yang menyebabkan 0,08 kg CO2. Untuk sistem produk GMAW, aluminium primer
menyebabkan emisi CO2 9,5 kg dan daur ulang untuk 0,01 kg CO2. Jika dianggap
tidak ada daur ulang, yang berarti seluruh materi akan diberikan oleh aluminium
primer, akan menghasilkan 8,8 kg CO2 untuk FSW dan 9,76 kg CO2 untuk GMAW.
Dampak lingkungan dari proses daur ulang jauh lebih rendah dari efek produksi
aluminium primer. Oleh karena itu, tingginya limbah aluminium sebagai hasil dari

sistem produk FSW memberikan kontribusi yang signifikan terhadap berkurangnya


dampak pada lingkungan.
Kesimpulan
Konsumsi energi diukur selama proses sebelum pengelasan, pada saat pengelasan,
dan proses setelah pengelasan pada FSW dan GMAW pada aluminium 6061-T6.
Dimensi benda kerja yang dipilih sedemikian rupa sehingga gaya tarik maksimum
untuk gabungan yang dibuat oleh dua proses akan sama (~ 31 kN). Kekuatan tarik
pada gabungan lasan FSW semakin tinggi sehingga memungkinkan menggunakan
benda kerja tipis (tebal 5 mm), yang mengakibatkan pengurangan 10% dalam
konsumsi bahan dibandingkan dengan GMAW (tebal 7,1 mm). Disimpulkan bahwa
konsumsi energi secara keseluruhan untuk proses sebelum, proses sesudah, dan
pada saat pengelasan oleh FSW adalah sekitar 40% lebih sedikit dari energi yang
digunakan oleh GMAW. Metodologi penilaian siklus hidup (LCA) yang digunakan
untuk menilai dampak lingkungan dari siklus penggabungan lasan pada kedua
proses pengelasan. Ditemukan bahwa FSW mengakibatkan emisi rumah kaca di
sekitar 31% lebih sedikit dibandingkan dengan GMAW. Hal ini diterima dengan baik
dan selanjutnya diverifikasi pada penelitiaan ini bahwa energi yang dibutuhkan
untuk penggabungan lasan pada FSW lebih sedikit dibandingkan dengan GMAW. Hal
ini disebabkan sifat solidstate dari proses FSW, yaitu suhu proses tetap di bawah
suhu solidus paduan. Penelitian ini juga mengamati bahwa proses sebelum dan
sesudah pengelasan yang terjadi pada FSW mengkonsumsi lebih sedikit energi.
Dipredikdi bahwa semakin panjang dan tebal benda kerja dan lasan yang dilakukan
akan mengakibatkan perbedaan total konsumsi energi dan dampak lingkungan dari
FSW dibandingkan dengan GMAW akan semakin bertambah pula. Hal ini
dikarenakan proses sebelum pengelasan (pemotongan alur) terkait dengan GMAW
akan berbanding lurus dengan panjang dan ketebalan las, sedangkan pemotongan
pada proses setelah pengelasan setiap akhir las FSW tetap konstan. Sebuah GMAW
penetrasi penuh pada aluminium dengan ketebalan 7,1 mm diperlukan dua kali
pengelasan, sedangkan FSW menghasilkan penetrasi penuh pada ketrbalan 5 mm
hanya dalam satu kali proses. Jumlah proses GMAW akan meningkat dengan
menungkatnya kedalaman / ketebalan las, sedangkan FSW dapat mengelas
aluminium hingga ketebalan 50 mm hanya dalam satu kali proses.

You might also like