You are on page 1of 8

E-BOOK-1: LKP-V1-01-001315

Mohon tidak memperbanyak Materi E-BOOK ini


dan/atau memberikannya kepada orang lain
tanpa izin tertulis dari LKP Assabil Holy Holistic
.Jakarta

SEJARAH BEKAM
Sejarah Hijamah dari Masa ke Masa
Ada sejarah klasik mengenai pengobatan hijamah
meski tidak diketahui secara persis kapan, bagaimana
dan siapa yang pertama kali memulai praktik
pengobatan ini. Tapi jika ditelusuri dari sejarah
perkembangan berbagai kota, dapat disampaikan
ringkasan sejarah hijamah sebagai berikut:
Hijamah pada masa dinasti raja-raja Firaun
pada 3200 SM
Yang pertama kali menerapkan hijamah sebagai
metode pengobatan adalah dinasti raja-raja Firaun,
yang dapat ditelusuri melalui peninggalan gambargambar dalam kuburan King Thot Enoch Amon (13331323 SM) dan relief di kuil Kom Ombo. Di sini
terpampang gambaran rumah sakit yang terbesar
pada zaman itu.
Di samping itu juga ditemukan berbagai jenis piala
tembaga di ruang-ruang khusus untuk raja Firaun,
ada pula alat lain yang terbuat dari bambu. Yang
paling mencolok ditemukannya beberapa buah tanduk
hewan yang bagian ujungnya dilubangi untuk
menyedot darah dengan menggunakan mulut. Bahkan
bangsa Mesir kuno dikenal sebagai orang yang
pertama kali menggunakan gelas kaca untuk
melakukan penyedotan kulit dengan cara meletakkan
kapas yang dibakar di dalamnya. Mereka juga dikenal
sebagai pengguna lintah yang pertama kali untuk
pengobatan. Ada keyakinan yang kuat bahwa

pengobatan bekam ini berkembang dari bangsa Mesir


ke penduduk semenanjung Crete (di Yunani) dan
bangsa Somar yang menjadi orang upahan mereka.
Semua ini dapat ditelusuri lewat berbagai macam
ukiran batu di kamar mandi mereka atau di kuil-kuil
mereka
Bekam di kalangan Bangsa Cina pada 4000
SM
Pada tahun 1973 ditemukan sebuah buku
pengobatan yang lembarannya terbuat dari kain sutra
di area kuburan dinasti Han. Di dalamnya disebutkan
bahwa bekam dilakukan untuk menyembuhkan
penyakit sesak napas. Pengobatan ini juga ditemukan
di sebuah kaca. Buku-buku yang ada menjelaskan
praktik pengobatan bekam secara lebih mendetail,
termasuk bagaimana mereka menggunakan gelas
kaca yang diberi api untuk sarana pengobatan,
terutama untuk berbagai jenis penyakit nyeri sendi
dan alergi udara dingin.
Pada mulanya bangsa Cina Kuno menerapkan
bekam dengan melakukan sayatan yang panjang di
medan bekam. Kemudian mereka mengubahnya
menjadi torehan kecil. Tapi kemudian berubah lagi
menjadi tusukan menggunakan jarum akupuntur. Dari
peta pusat-pusat saraf di tubuh, dapat dikatakan
bahwa satu jenis penyakit dapat diobati dengan
bekam dan juga dapat diobati dengan jarum
akupuntur.
Pertanyaannya, apakah dengan begitu bekam atau
hijamah sama efektifnya dengan jarum akupuntur dari
Cina untuk mengobati penyakit? Apa pula hubungan
antara keduanya?
Berikut ini penjelasan dr. Amir Shalih (dosen tamu
di Universtitas Chicago), saat diajukan pertanyaan,
Apakah ada hubungan antara pengobatan hijamah
dengan pengobatan akupuntur?. Beliau menjawab,
Dapat saya katakan bahwa hijamahlah pengobatan
yang asli. Memang orang-orang Cina menerapkan

bekam sebagai sarana pengobatan. Hanya saja


bangsa Cina Kuno menerapkan bekam dengan
sayatan yang panjang dan dalam (semacam operasi).
Kemudian surut menjadi torehan kecil dan tipis pada
perifer kulit, lalu surut lagi menjadi turukan jarum.
Maka para penghijamah dapat menggunakan peta
pusat-pusat saraf dalam tubuh menurut metode
pengobatan akupuntur dari Cina sebagai titik untuk
mengobati penyakit yang sama.
Bekam di kalangan Bangsa India pada 3000
SM
Bekam sudah dikenal sejak zaman dahulu di India,
disertai penjelasan tentang alat-alat yang digunakan
dan prosesnya, sebagaimana yang disebutkan dalam
buku Ayurveda yang ditulis dalam bahasa sansekerta.
Mereka menggambarkan bekam merupakan metode
pengobatan yang paling penting untuk
menyembuhkan berbagai gangguan kardiovaskular
Bekam di kalangan Bangsa Greek
Ada keyakinan yang sangat kuat di kalangan
bangsa Greek bahwa penyakit menyerang seseorang
sebagai akibat dari adanya roh jahat yang merasuk ke
dalam tubuh. Jika sudah begitu, maka roh jahat
tersebut harus diusir dan dikeluarkan, entah dengan
cara pembacaan mantra atau dengan bekam. Setelah
itu terjadi perubahan yang pesat terhadap pengobatan
bekam ini karena menyesuaikan dengan pola pandang
terhadap berbagai macam penyakit yang muncul
setelah itu dan seterusnya.
Bekam di Kalangan Bangsa Romawi
Bangsa Romawi menaruh perhatian yang sangat
besar terhadap pengobatan bekam. Bahkan
didapatkan ada 900 kamar mandi umum di seluruh
imperium Romawi, yang luas masing-masing 32 meter.
Kamar mandi ini digunakan untuk mengefektifkan laju
darah dan racun di badan, yang akan tejadi setelah
berendam beberapa lama di dalam air. Berendam ini

diyakini merupakan proses pendahuluan yang sangat


efektif sebelum dilakukan bekam dan juga
sesudahnya. Bahkan sampai sekarang sebagian
penduduk Palestina masih mengikuti pola ini karena
mengikuti tradisi bangsa Romawi Kuno.
Bekam di Daratan Eropa
Sebelum zaman kebangkitan, orang-orang Eropa
sudah mengenal pengobatan dan cukur sebagai
pekerjaan yang saling berkait. Jika ditarik ke belakang,
bekam di Eropa dikembalikan kepada keberadaan
banyak kamar mandi pada masa Imperium Romawi
dan kaitan bekam dengan sulap. Karena itulah para
pemimpin agama mencelanya. Adapun setelah masa
kebangkitan, bekam dikaitkan dengan ilmu nujum,
dengan mengaitkan setiap organ tubuh dengan posisi
bintang. Atas dasar ini, penyakit dikaitkan dengan
zodiac. Seorang pasien boleh dibekam sesuai dengan
siklus waktu yang sangat terbatas tanpa melihat apa
jenis penyakitnya. Karena itulah para dokter di
kemudian hari mengesampingkan teori semacam ini.
Bekam di Kalangan Bangsa Arab
Sejak zaman dahulu Bangsa Arab sudah mengenal
pengobatan bekam, sundutan dan herba. Yang pasti,
beberapa tokoh pengobatan Arab bermunculan meski
mereka tidak pernah mendalaminya secara akademis.
Di antara dokter mereka yang terkenal semacam Ibnu
Huzaim dan bahkan menjadi ikon tersendiri karena
kecerdikan dan keluasan pengetahuannya tentang
dunia pengobatan. Sejak kemunculan Islam, hijamah
semakin terkenal karena Rasulullah mengerjakannya
dan memerintahkan agar hijamah ini dipraktikkan. Di
antara mukjizat beliau dalam hal hijamah ini ialah
penetapan waktu yang sangat mendetail untuk
melakukan hijamah menurut siklus kalender Hijriyah,
yang kemudian efektifitas waktu-waktu hijamah ini
dikuatkan para praktisi medis modern.

Peralihan dari Bangsa Arab ke Thibb Nabawi


Yang pasti Rasulullah mengakui dan
menetapkannya bagi kaumnya, hingga mereka pun
menggunakan cara pengobatan ini. Beliau sendiri
pernah melakukannya dan beliau juga
memerintahkannya. Bangsa Arab sangat akrab
dengan metode pengobatan bekam. Karena itu dalam
kitab Fathul-Bary dijelaskan bahwa Rasulullah
mengkhususkan penyebutan hijamah ini karena
bangsa Arab sudah bisa melaksanakannya dan
memahaminya. Lain halnya dengan venaksation.
Meskipun dapat dikatakan sebagai jenis hijamah, tapi
venaksation tidak akrab di telinga mereka.
Pengobatan dan penyembuhan dengan sistem
hijamah sudah menyebar di berbagai penjuru dunia, di
Timur dan di Barat, baik di Cina, India, Eropa dan
Amerika sejak beberapa abad yang lampau. Ia
memiliki peranan yang sangat dominan dan menjadi
rujukan ilmiah hingga pertengahan abad kesembilan
belas Miladiyah. Hijamah masuk ke daratan Eropa
melalui Andalusia, ketika para pakar medis Muslimin
dan buku-buku karangan mereka menjadi rujukan
pertama dalam bidang medis.
Bukti metode pengobatan ini sudah dikenal
semenjak sebelum Islam dan masa Islam, bahwa ibu
Yazdajarad, putra Kisra Raja Persi adalah seorang
wanita penghijamah.
Bangsa Persi sudah akrab dengan metode
pengobatan ini. Maka ketika Al-Harits bin Kaldah,
seorang ahli pengobatan bangsa Arab yang berasal
dari Thaif, pergi mengembara ke Persi dan
menghadap Kisra, maka dia tidak lepas dari sinisme
Raja Persi ini.
Ketika Al-Harits bin Kaldah menghadap Kisra
(Anusyirwan), dia dicibir oleh Kisra. Pasalnya, Al-Harits
berasal dari negeri Arab, yang peradabannya saat itu
tidak setenar peradaban Persi, yang kemajuannya

jauh di bawah kemajuan Persi. Maka tidak


mengherankan jika bangsa Persi merasa lebih unggul
dari bangsa Arab. Karena itulah Kisra berinisiatif
mengetesnya. Kisra mengajaknya berdiskusi panjang
lebar tentang ilmu pengobatan. Sementara Al-Harits
menyampaikan argumen-argumen dengan pemaparan
yang mempesona dan jitu. Lalu Kisra menanyakan
masalah hijamah kepadanya. Coba perhatikan
bagaimana bangsa Persi sudah akrab dengan hijamah.
Apa pendapatmu tentang hijamah? Tanya Kisra.
Al-Harits menjawab, Pada tanggal mulai
berkurang, pada hari yang terang tanpa awan, jiwa
dalam keadaan senang, urat-urat nadi dalam keadaan
tenang, tentu kegembiraan akan menghampirimu dan
kegundahan akan menjauhimu.
Perhatikan saudaraku, ucapan lelaki yang brillian
dan berpengalaman ini. Maksud tanggal mulai
berkurang ialah antara tanggal 15 hingga habis bulan
dari bulan Arab. Sementara Rasulullah telah
menyampaikan petunjuk kepada kita tentang hari
yang paling baik untuk hijamah, yakni 15, 17, 19 dan
21 dari bulan-bulan Arab.
Kemudian hijamah dengan berbagai macam nama,
alat dan terapannya, menyebar ke berbagai negara,
seiring dengan penyebaran Islam. Orang-orang tua
pada masanya justru lebih akrab dengan metode
pengobatan ini, meskipun alat yang digunakan sangat
sederhana. Sementara generasi muda lebih suka
memilih sistem pengobatan modern yang
dianggapnya lebih akurat dalam diagnosa, lebih cepat
efek kesembuhannya, lebih instan, lebih canggih
karena ditunjang alat-alat serba modern, namun tetap
menyisakan kelemahan-kelemahan yang tak
terhindarkan, apalagi kalau pasien dan keluarganya
jatuh ke tangan mafia medis dan malpraktik. Karena
keyakinan yang kelewat batas ke medis modern ini,
maka sistem pengobatan lain seakan tenggelam dan
dilihat hanya dengan sebelah mata, termasuk pula
hijamah.

Keampuhan hijamah yang merupakan bagian dari


pengobatan Nabawi baru dilirik dan sekaligus mulai
muncul ke permukaan setelah tahun 2000 M. Kaum
Muslimin seperti baru tersadar dari mimpi yang
panjang, setelah beberapa penyakit tak mampu
ditangani oleh tenaga medis modern dan rumah sakit.
Ketika pihak rumah sakit menyatakan angkat tangan,
barulah pasien dan keluarganya berusaha mencari
sistem pengobatan lain, sehingga muncul istilah
pengobatan alternatif. Maka pengobatan alternatif ini
ibarat sisa-sisa pilihan ketika pilihan yang inti sudah
tak bisa diharapkan. Padahal kalau dirunut dari sisi
historis, justru pengobatan Nabawi lebih dahulu eksis
ketimbang medis modern.
Yang pasti hijamah terus berkembang dan
merambah ke berbagai negara hingga zaman kini. dr.
Syihab Badri Yasin mengatakan bahwa hijamah
menjadi pilihan utama dalam pengobatan tradisional.
Tidak ada majalah kedokteran yang terbit hingga
tahun 1960 melainkan mengangkat topik hijamah dan
manfaatnya.
Titik hijamah yang pertama kali didiskusikan
orang-orang Amirika ketika mereka mengupas hijamah
adalah titik yang diterapkan terhadap Rasulullah yakni
akhdaain, kahil dan nuqroh al-qafa yang
menyembuhkan 72 penyakit.
Hijamah berkembang hingga zaman sekarang
dengan berbagai macam alat yang digunakan, terapan
dan sistemnya. Namun intinya tidak beranjak dari dua
pokok: Penyedotan kulit dan pengeluaran darah. Pada
zaman sekarang ada yang masih tetap menggunakan
tanduk sebagai alat penyedot kulit dan penyedot
darah. Namun seiring dengan kemajuan zaman, alat
penyedot modern muncul dari daratan Cina, yang
penggunaannya cukup praktis, dapat diukur kekuatan
dan kelemahan sedotan, mudah dibersihkan dan
mudah dibawa kemana-mana. Di pasaran berkembang
dengan beberapa merk produk, seperti KZ, KC, KA
hingga beberapa merk yang berkualitas rendah yang

dampaknya cepat rusak. Di Timur Tengah juga


diproduksi alat serupa meskipun beda kualitasnya.

You might also like