Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Palumbo menyatakan bahwa pendengaran adalah suatu kecacatan yang tetap
dan sering diabaikan yang dapat secara dramatis memengaruhi kualitas hidup
seseorang. Penurunan pendengaran adalah masalah kesehatan kedua yang
memengaruhi lansia. Beberapa orang yang menyatakan bahwa hal tersebut
memiliki efek yang bergerak seperti gelombang yang dapat memengaruhi area
dasar tertentu dari penampilan manusia, menurunkan kenikmatan hidup dan
menurunkan interaksi dengan orang lain dan rekreasi di luar rumah.
Pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun, antara 28 dan 55% mengalami
gangguan pendengaran dalam derajat yang berbeda. Diantara mereka yang
berusia lebih dari 80 tahun, 66% mengalami gangguan pendengaran.
Diperkirakan 90% orang yang berada dalam institusi mengalami masalah
pendengaran.
Lebih kurang 40% dari populasi lansia mengalami gangguan pendengaran
(presbiskusis). Gangguan pendengaran mulai dari derajat ringan sampai berat
dapat di pantau dengan menggunakan alat audiometer. Pada umunya laki-laki
lebih sering menderita gangguan pendengaran di bandingkan perempuan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah defenisi gangguan pendengaran pada lansia?
2. Apakah etiologi dari gangguan pendengaran pada lansia?
3. Apakah Klasifikasi gangguan pendengaran pada lansia?
4. Apakah manifestasi klinis dari gangguan pendengaran pada lansia?
5. Bagaimanakah patofisiologi gangguan pendengaran pada lansia?
6. Bagaimanakan pemeriksaan untuk gangguan pendengaran pada lansia?
7. Bagaimanakah penatalaksaanaan gangguan pendengaran pada lansia?
8. Bagaimanakah asuhan keperawatan gangguan pendengaran pada lansia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi gangguan pendengaran pada lansia.
2. Untuk mengetahui etiologi gangguan pendengaran pada lansia.
3. Untuk mengetahui klasifikasi gangguan pendengaran pada lansia.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis gangguan pendengaran pada lansia.
1
5.
6.
7.
8.
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. Defenisi
Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai lanjutnya
usia. Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti
berupa hilangnya sel epitel syaraf yang di mulai pada usia pertengahan
(Brockle-hurst and Allen, 1987, Mills, 1985, Rees and Deekert, 1990, Vander
Cammen, 1991).
B. Etiologi
1. Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh:
D. Manifestasi Klinis
1. Berkurangnya pendengaran secara perlahan dan progresif perlahan pada
kedua telinga dan tidak didasari oleh penderita.
2. Suara-suara terdengar seperti bergumam, sehingga mereka sulit untuk
mengerti pembicaraan.
3. Sulit mendengar pembicaraan di sekitar, terutama jika berada di tempat
dengan latar belakang suara yang ramai.
4. Suara berfrekuensi rendah, seperti suara laki-laki, lebih mudah di dengar
daripada suara berfrekuensi tinggi.
5. Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga. Telinga
terdengar berdenging (tinnitus).
E. Patofisiologi
Telinga sebagai organ pendengaran dan ekuilibrium terbagi dalam 3
bagian yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga berisi reseptor-reseptor
yang menghantarkan gelombang suara kedalam impuls-impuls saraf dan
reseptor yang berespons pada gerakan kepala.
Perubahan pada telinga luar sehubungan dengan proses penuaan
adalah kulit telinga berkurang elastisitasnya. Daerah lobus yang merupakan
satu-satunya bagian yang tidak di sokong oleh kartilago mengalami
pengeriputan, aurikel tampak lebih besar, dan tragus sering di tutupi oleh
rumbai-rumbai rambut yang kasar. Saluran auditorial menjadi dangkal
akibat lipatan ke dalam. Pada dindingnya silia menjadi lebih kaku dan kasar
juga produksi serumen agak berkurang dan cenderung menjadi lebih
keringPerubahan atrofi telinga tengah khususnya membran timpani karena
proses penuan tidak mempunyai pengaruh jelas pada pendengaran.
5
suara
pendengaran
dengan
ketinggian
dan
untuk
serangkaian
nada
volume
tertentu.
ditentukan
dengan
mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi dapat
mendengarnya.
Telinga
kiri
dan
telinga
kanan
diperiksa
secara
terpisah.
Dengan alat ini bisa diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga
tengah dan berapa banyak suara yang dipantulkan kembali sebagai
perubahan tekanan di saluran telinga.
Hasil pemeriksaan menunjukkan apakah masalahnya berupa:
a. Penyumbatan tuba eustakius (saluran yang menghubungkan telinga
tengah dengan hidung bagian belakang)
b. Cairan di dalam telinga tengah
c. Kelainan pada rantai ketiga tulang pendengaran yang menghantarkan
suara melalui telinga tengah.
Timpanometri juga bisa menunjukkan adanya perubahan pada kontraksi
otot stapedius, yang melekat pada tulang stapes (salah satu tulang
pendengaran di telinga tengah). Dalam keadaan normal, otot ini
memberikan respon terhadap suara-suara yang keras/gaduh (refleks akustik)
sehingga mengurangi penghantaran suara dan melindungi telinga tengah.
Jika terjadi penurunan fungsi pendengaran neural, maka refleks akustik akan
berubah atau menjadi lambat. Dengan refleks yang lambat, otot stapedius
tidak dapat tetap berkontraksi selama telinga menerima suara yang gaduh.
6. Respon Auditoris Batang Otak
Pemeriksaan ini mengukur gelombang saraf di otak yang timbul akibat
rangsangan pada saraf pendengaran. Respon auditoris batang otak juga
dapat digunakan untuk memantau fungsi otak tertentu pada penderita koma
atau penderita yang menjalani pembedahan otak.
7. Elektrokokleografi
Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf
pendengaran. Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan
penyebab dari penurunan fungsi pendengaran sensorineural.
Elektrokokleografi dan respon auditoris batang otak bisa digunakan
untuk menilai pendengaran pada penderita yang tidak dapat atau tidak mau
memberikan respon bawah sadar terhadap suara. Misalnya untuk
mengetahui ketulian pada anak-anak dan bayi atau untuk memeriksa
hipakusis psikogenik (orang yang berpura-pura tuli).
G. Penatalaksanaan
Asuhan keperawatan gangguan sistem pendengaran lansia :
1. Bersihkan telinga, pertahankan komunikasi.
2. Berbicara pada telinga yang masih baik dengan suara yang tidak terlalu
keras.
3. Berbicara secara perlahan-lahan, jelas, dan tidak terlalu panjang.
4. Beri kesempatan klien untuk menjawab pertanyaan.
5. Gunakan sikap dan gerakan atau objek untuk memudahkan persepsi
6.
7.
8.
9.
klien.
Beri sentuhan untuk menarik perhatian sebelum memulai pembicaraan.
Beri motivasi dan reinforcement.
Kolaborasi untuk menggunakan alat bantu pendengaran.
Lakukan pemeriksaan secara berkala.
BAB III
Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
- Keluhan utama
1. Pusing dirasakan terutama saat bergerak
2. nyeri seperti ditusuk jarum, pada pasien vertigo biasanya nyeri kepala
seperti berputar-putar
- Pemeriksaan fisik
1. Adanya dizziness terutama saat bergerak, nistagmus, unstable.
2. Gerakan mata yang abnormal menunjukkan adanya kelainan fungsi di
telinga bagian dalam atau saraf
3. Aktivitas /istirahat
Letih, lemah,malaise, keterbatasan gerak
4. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, denyutan vaskuler, pucat wajah tampak kemerahan
5. Integritas Ego
Faktor-faktor strees / lingkungan tertentu
6. Makanan dan cairan
Mual muntah anoreksia, penurunan berat badan
7. Interaksi sosial
Perubahan tanggung jawab / peran interaksi yang berhubungan dengan
penyakit
B. Penyimpangan KDM
Degenerasi tulang-tulang
pendengaran bagian dalam
Perubahan struktur kokhlea
Atrofi koklea,
Hilangnya sel-sel rambut
pada basal kokhlea
Perubahan vascular,
Pendengaran terhadap
Menarik diri
Ancaman perubahan
kata-kata/ rangsangan
dari lingkungan
status kesehatan
suara menurun
HDR
kurang informasi
tentang penyakit
Gangguan persepsi/
Gangguan
10
Sensori: pendengaran
komunikasi verbal
Kurang pengetahuan
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi/sensori: pendengaran berhubungan dengan penurunan
fungsi pendengaran
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi
pendengara
3. Harga diri rendah berhubungan dengan stigma berkenaan dengan kondisi
penurunan fungsi pendengaran
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan dengan
keterbatasan informasi mengenai penyakitnya.
D. Intervensi
Gangguan persepsi/ sensori: pendengaran berhubungan dengan penurunan
fungsi pendengaran
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 224 jam perbaikan
pendengaran.
Kriteria hasil : klien akan mengalami perbaikan pendengaran implikasi
hilang.
Intervensi
Rasional
sejauh
mengidentifikasi
fungsi
fisiologis
dan
penyimpangan
tubuh
dan
irigasi
untuk
pembersihan
pada
telinga.
3. Memperlihatkan
suatu
11
berkomunikasi.
3. Anjurkan klien menggunakan alat 4. Membuat pasien merasa dihargai
bantu dengar setiap diperlukan
dan berarti.
jika tersedia.
4. Dorong
pasien
untuk
dan
memudahkan
dan
terjaga
kebersihannya.
3. Memudahkan
klien
untuk
memahami pembicaraan.
4. Memudahkan
klien
12
menyampaikan pesan.
5. Memudahkan
klien
untuk
kritikan orang.
perlu mempelajari
penyakitnya.
Kriteria hasil : mengutarakan pemahaman tentang kondisi dan prosedur
Intervensi
Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan klien 1. Mengetahui
dan keluarga tentang penyakit.
pengalaman
seberapa
dan
jauh
pengetahuan
merasa
tenang
dan
klien
mengurangi
kecemasan
serta
menambah
pengetahuan
klien
tentyang
penyakitnya.
4. Mengetahui
seberapa
jauh
klien
mengulangi
dan
kembali
keluarga
tentang
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai
lanjutnya usia.
2. Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti
berupa hilangnya sel epitel syaraf yang di mulai pada usia pertengahan.
3. Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan
pendengaran yaitu Kesulitan mengerti pembicaraan, Ketidakmampuan
untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan nada tinggi, Kesulitan
membedakan pembicaraan; bunyi bicara lain yang parau atau bergumam,
Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar
4.
15
B. Saran
bertanggung jawab
Keluarga harus memberi dukungan dan motivasi pada klien untuk
DAFTAR PUSTAKA
16