You are on page 1of 60

LAPORAN AKHIR

Difusi Teknologi Ekstraksi Kinin dan Sinkonin Dari Produk


Samping lndustri Kina dan Sintesis Turunannya
PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN
PENELITI DAN PEREKAYASA

INSENTIF RISET PEREKAYASA


NO URUT : 110
Fokus Bidang Prioritas : Teknolog i Kesehatan dan Obat
Peneliti Utama: lr. Ahmad Wibisana , MT

BALAI PENGKAJIAN BIOTEKNOLOGI, TAB, BPPT


Gd. 630 Kawasan PUSPIPTEK Serpong , Tangerang 15314
Telepon : 021-7563120/HP: 085880202351/Faksimile: 021-7560208
e-mail: awibisana2000@yahoo.com

NOVEMBER 2010

Lembar ldentitas dan Pengesahan


Judul Penelitian

: Difusi Teknologi Ekstraksi Kinin dan Sinkonin Dari Produk Samping


lndustri Kina dan Sintesis Turunannya

Fokus Bidang Prioritas (pengusul wajib melingkari satu bidang ya ng sesua i):
1. Ketahanan pangan
2. Sumber energi baru dan terbarukan
3. Teknologi dan manajemen transportasi
4. Teknologi informasi dan komunikasi
5. Teknologi pertahanan dan keamanan
@ Teknologi kesehatan dan obat
Kode Produk Target
Kode Kegiatan
Lokasi Penelitian
Penelitian Tahun Ke

: 2.01
: 2.01 .09
: Serpong , Banten dan Bogar, Jawa Barat
:1

Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian


A. Lembaga Pelaksana Penelitian

Nama Koordinator/Peneliti Utama


Nama Lembaga/1 nstitusi
Unit Organisasi
Ala mat
Telepon/Faksmile/HP
E-mail

lr. Ahmad Wib isana , MT


Badan Pengkajian dan Pen erapan Tek nologi
Balai Pengkajian Bioteknol og i
Gd. 630, Kawasan PUSPIPTEK Serpon g, Tangerang
15314
021-7563120/ 021-756020 8/ 085880202351
awibisana2000@2yahoo. com

B. Mitra Pelaksana Kegiatan

Nama Koordinator
Nama Lembaga
Ala mat
Telepon/HP/Faksmile
E-mail

C. Mitra Pengguna
Nama Koordinator
lnstitusi Pengguna
Ala mat
Telepon/HP/Faksmile
E-mail

Ora . Kusgiantini
CV Kinanti Nusantara
Jl. Golf Barat IV I 15 Arcam anik Bandun g
022-7218091/08122023744/ 022-7204 496

Rekapitulasi Biaya Tahun yang Diusulkan :


Uraian Sumber
Dana

APBN

Mitra Pengguna

APBD

In-cash

In-kind

In-ca sh

66 ,425,000
129 ,235 ,000
27 ,210 ,000
23 ,300 ,000
246,170,000

Gaji dan Upah


Bahan Habis Pakai
Perjalanan
Lain-lain
Jumlah

Kepala Balai Pengkajian


Bio
nologi

oto , M.Eng , Apt)

In-kind
38 ,851 ,000
9,000 ,000
26 ,000 ,000
73,851,000

Koo rdinator/

RINGKASAN

Kinin dan turunannya dikenal sebagai obat antimalaria sejak lama.


Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan , penggunaan kinin dan
turunannya semakin berkembang. Selain sebagai obat antimalaria , kinin juga
banyak digunakan di berbagai industri seperti farmasi, minuman , biopestisida
dan kosmetik. Kinin diperoleh dari ekstraksi kulit kina. lndustri kina di
Indonesia sudah ada sejak lama, bahkan Indonesia pernah dikenal sebagai
pemasok kina terbesar di dunia, tetapi saat ini Indonesia harus mengimpor
kulit kina untuk memenuhi kebutuhan industri kina dalam negeri. Luas areal
tanaman kina yang ada saat ini diperkirakan mencapai 5.000 hektar, yang
hanya mengisi 20 persen kebutuhan pabrik kina yang ada di Indonesia.
Kekurangan pasokan kulit kina harus diimpor dan jumlahnya mencapai 3.0003.500 ton per tahun dengan nilai sekitar 4 juta US dollar.
Pada proses pengolahan kulit kina di industri akan dihasilkan produk
samping berupa alkaloid sisa. Hingga saat ini alkaloid sisa belum banyak
dimanfaatkan, bahkan pada waktu yang lampau hanya digunakan untuk
bahan penguruk tanah. Alkaloid sisa ini sebenarnya masih mengandung
berbagai alkaloid yang bernilai tinggi , antara lain kinin dan sinkonin.
Pemanfaatan sisa alkaloid akan memberikan beberapa manfaat, yaitu :
memberikan nilai tambah yang tinggi dari bahan baku yang belum
termanfaatkan, mengisi permintaan pasar kinin dan turunannya baik nasional
maupun internasional, mengurangi impor kulit kina dan mengatasi
permasalahan lingkungan.
Untuk mengolah produk samping tersebut dalam skala industri maka
diperlukan proses ekstraksi yang efektif, sehingga dapat menghasilkan
produk dengan keekonomian yang layak. Dalam kegiatan ini akan dilakukan
difusi teknologi proses pengolahan produk samping dari industri kina (alkaloid
sisa) menjadi kinin dan sinkonin serta sintesis turunannya . Tahapan
pelaksanaan difusi adalah: 1. optimasi proses skala pilot, 2. uji coba produksi
3. introduksi produk ke pengguna, dan 4. kajian bisnis. Strategi pemasaran
produk dilakukan dengan cara kemitraan dengan industri kina nasional.
Kemitraan dilakukan dengan memasok kekurangan kebutuhan produk kinin
dan sinkonin serta turunannya dalam bentuk crude, yang selanjutnya akan
diolah oleh industri kina menjadi bentuk produk akhir. 8erdasarkan uji
produksi yang dilakukan, maka rendemen yang diperoleh untuk kinin crude
sekitar 9 -10% dan untuk sinkonin crude sekitar 10-11%.
Analisis teknoekonomi untuk pendirian industri kinin dengan
menggunakan bahan baku alkaloid sisa adalah sebagai berikut: Break Event
Point (Rp) = Rp 4.070.496.172,- ; Harga Pokok Produksi /kg = Rp 336.039,- ; NVP
= Rp 927.685.000,- ; Gross 8/C = 1,127 ; Net 8/C = 1,023 ; IRR = 23,834
% ; Payback Period = 5,7 Tahun (5 tahun 8 bulan).

Kata Kunci: kina, kinin, sinkonin, ekstraksi, antimalaria, alkaloid

PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kepada lllahi rabbi yang telah memberikan
rahmat-Nya kepada kita semua , sehingga kegiatan lnsentif Perekayasa
dengan judul Difusi Teknologi Ekstraksi Kinin dan Sinkonin Dari Produk
Samping lndustri Kina dan Sintesis Turunannya telah selesai dilakukan.
Kinin sudah sejak dahulu dikenal sebagai obat antimalaria yang
diperoleh dari tanaman kina. Sejalan dengan ilmu pengetahuan , senyawa
lainnya yang terkandungdalam tanaman kina, seperti sinkonin , sinkonidin dan
kinidin telah diketahui dan diisolasi dan telah digunakan di berbagai industri.
Indonesia telah lama dikenal sebagai penghasil kina terbesar di dunia, namun

saat ini telah terjadi penurunan jumlah perkebunan kina yang sangat drastis.
Sebagai konsekuensinya sebagaian pasokan kebutuhan kulit kina untuk
kedua industri kina nasional, saat ini harus diimpor.
Pemanfaatan produkk samping dari industri kina merupakan salah
satu alternatif yang baik. Selain dapat memanfaatkan produk samping dari
industri, hal ini dapat mempunyai keuntungan, yaitu : memberikan nilai
tambah yang tinggi dari bahan baku yang belum termanfaatkan , mengisi
permintaan pasar kinin dan turunannya baik nasional maupun internasional,
mengurangi impor kulit kina dan mengatasi permasalahan lingkungan. Pada
kajian teknologi ini telah dilakukan uji coba produksi dengan menggunakan
bahan baku alkaloid sisa dari industri kina serta kajian bisnisnya.
Akhirnya kami menyadari bahwa kajian ini tentunya masih terdapat
kekurangan baik materi maupun penyajiannya, kiranya dengan rendah hati
kami menerima segenap saran dan kritik yang membangun dengan tujuan
untuk memperbaiki hal-hal yang dirasa kurang dikemudian hari.

DAFTAR lSI

.........

Halaman
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
.-.._

,......,

.......

........

RINGKASAN

ii

PRAKATA

iii

DAFTAR lSI

iv

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

vi

BASI

PENDAHULUAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

.........

2.1. Alkaloid

2.2. Sifat Fisika dan Kimia

,.......

2.3. Deteksi, lsolasi dan Pemurnian

,...__

2.4. Tanaman kina

11

TUJUAN DAN MANFAAT

14

BAB Ill

3.1. Tujuan dan Sasaran Kegiatan

14

3.2. Penggunaan Produk di lndustri

14

METODOLOGI

16

4.1. Metode dan Mekanisme Difusi

16

4.2. Pemanfaatan Hasil

16

4.3. Metodologi Proses lsolasi Kinin dan Sinkonin

17

4.4. Metodologi Kajian Bisnis

23

HASIL DAN PEMBAHASAN

24

5.1. Kajian Proses lsolasi

24

5.2. Kajian Bisnis

31

KESIMPULAN DAN SARAN

45

6.1 Kesimpulan

45

6.2 Saran

46

/'

,........

,......,

BAB IV

........

,......,._

........

BABV

,....
,........

BABVI
,......_
......._

,.....

,.......

DAFTAR PUSTAKA

47

LAMP IRAN

49

DAFT AR TABEL
Tabel 5.1.
,......_

Kandungan komponen alkaloid yang diekstrak dengan toluene


dari alkaloid sisa industri kina

.--...

Tabel 5.2 .

Analisa produk hasil ekstraksi bahan baku dengan toluen

------.

Tabel5.3.

Analisa produk kristalisasi dengan cara pembasaan

Tabel 5.4.

Spesifikasi produk kinin sulfat crude dan persyaratan yang

'"'

ditetapkan oleh industri


Tabel 5.5.

Jumlah dan komposisi produk hasil ekstraksi dengan toluen

'"""'

Tabel5.6.

Jumlah dan komposisi produk hasil ekstraksi dengan etanol

'"""'

Tabel 5.7 .

Kualitas produk akhir (sinkonin crude) dibandingkan dengan

""""'\

'"""'
,........_

........
,-...

persyaratan kualitas yang ditetapkan

..-...
,..--...

DAFTAR GAM BAR

,.-...
,--,

Gambar4.1.

Diagram alir proses isolasi kinin crude dari alkaloid sisa

Gambar4.2.

Diagram alir proses isolasi sinkonin crude dari alkaloid sisa

Gambar 4.3.

Proses ekstraksi kinin dari alkaloid sisa industri kina dengan


menggunakan pelarut toluen

Gambar 4.4.

Diagram alir proses ekstraksi sinkonin dari produk hasil ekstraksi


toluen dengan alkohol dan air

Gambar 5.1.

Contoh bahan baku alkaloid sisa

Gambar 5.2.

Produk kinin sulfat crude

Gambar 5.3.

Produk sinkonin crude

Gambar 5.4 .

Kromatogram hasil analisa sampel dengan menggunakan KCKT

Gambar 5.5.

Kromatogram hasil analisa standar dengan menggunakan KCKT

BASI
PENDAHULUAN
Kinin dikenal sebagai salah satu obat antimalaria. Meskipun kinin
sebagai obat antimalaria telah menunjukkan resistensi , tetapi turunan kinin
masih efektif digunakan. Bahkan kinin juga masih efektif untuk pengobatan
malaria jika dilakukan dengan cara yang tepat. Kinin diperoleh dari ekstraksi
kulit kina . lndustri kina di Indonesia sudah ada sejak lama , bahkan Indonesia
pernah dikenal sebagai pemasok kina terbesa r di dunia, tetapi saat ini
Indonesia harus mengimpor kulit kina untuk memenuhi kebutuhan industri
kina dalam negeri. Luas areal tanaman kina yang ada saat ini diperkirakan
mencapai 5.000 hektar, yang hanya mengisi 20 persen kebutuhan pabrik kina
yang ada di Indonesia. Kekurangan pasokan kulit kina harus diimpor dan
jumlahnya mencapai 3.000-3 .500 ton per tahun dengan nilai 4 juta dollar
(Kompas, 11 Mei 2006). Dua pabrik kina nasional yaitu PT Kimia Farma dan
PT Sinkona Indonesia Lestari (PT SIL) yang masing-masing mempunyai
kapasitas produksi 150 ton kina per tahun , membutuhkan pasokan kulit kina
sekitar 3000-5000 ton per tahun. Permintaan alkaloid kuinolin di pasar dun ia
diperkirakan akan terus meningkat karena penggunaanya yang semakin
meluas di berbagai bidang industri antara lain industri farmasi, industri
minuman, industri kosmetik dan industri biopestisida. Setiap tahun terjad i
peningkatan

permintaan

alkaloid

ku inolin

sebesar

20

persen

( ANEKAPLANTASIA.cybermediaclips, 2007). Pada tahun 2001 kebutuhan


alkaloid kuinolin mencapai 175 ton dan pada tahun 2005 meningkat menjadi
sekitar 300 ton dengan nilai sekitar US $ 9,9 juta (SIL, 2000). Sementara itu,
produksi kulit kina Indonesia setiap tahunnya meningkat dari 1.074 ton pada
1996, naik menjadi 1.640 ton (1997), 1.680 ton (1998), 1.960 ton (1999) dan
2.410 ton (2000) (Joko S dkk, 2004). Meskipun pasokan kulit kina mengalami
peningkatan , tetapi pasokan kulit kina ke industri masih kurang . Salah satu
kendala

yang

berminatnya

dihadapi

dalam

investor dalam

penyediaan

bidang

kulit

budidaya

kina

tanaman

adalah

kurang

kina . Hal

ini

disebabkan karena diperlukan waktu yang relatif lama untuk dapat mulai
memanen tanaman kina. Paling sedikit diperlukan waktu tujuh tahun untuk

dapat memanen kulit batang tanaman kina dan produksi alkaloid tertinggi
baru dapat diperoleh setelah tanaman berumur 20 tahun .
Peluang untuk kembali menjadikan Indonesia sebagai pemasok kulit
kina terbesar di dunia sangat terbuka. Mengingat di beberapa negara
produsen utama kulit kina yang lain seperti Kongo, Rwanda, Burundi, Kenya,
dan Tanzania perkebunan kinanya semakin kurang terpelihara. Kondisi sosial
politik yang tidak stabil dan serangan hebat dari penyakit kanker batang di
negara-negara itu membuat banyak pohon kina tidak lagi produktif. Di sisi lain
kebutuhan kina dunia semakin tinggi, tetapi industri kina jumlahnya sangat
terbatas. Hal ini merupakan peluang yang sangat baik untuk dapat mengisi
kekurangan pasokan untuk dunia. Saat ini produsen terbesar produk kina
adalah Jerman, disusul Indonesia, Kongo, dan India.
Saat ini usaha-usaha untuk mengatasi kendala di atas telah dilakukan
dengan peremajaan dan serta rehabilitasi perkebunan yang ada maupun
dengan cara kultur jaringan. Tetapi hal ini masih memerlukan waktu lama,
dan sebagian masih dalam tahap penelitian . Peluang yang belum dilakukan
adalah dengan memanfaatkan produk samping dari industri kina .
Jenis tanaman kina (Cinchona) yang umumnya digunakan dalam
industri kina adalah C. succirubra dan C. Ledgeriana. Dari 30 lebih jenis
alkaloid kuinolin yang terkandung dalam tanaman kina, 4 jenis alkaloid
kuinolin telah dimanfaatkan dan mempunyai nilai komersial yang tinggi, yaitu :
kinin , kinidin, sinkonin dan sinkonidin . Setiap jenis Cinchona mempunyai
kandungan alkaloid kuinolin yang berbeda. C. ledgeriana diketahui memiliki
kadar kinin yang tinggi (4 - 13 %), sedangkan C. succirubra memiliki kadar
kinin yang sangat rendah (0,8 - 1,4 %). Akan tetapi kadar sinkonidin C.
succirubra lebih tinggi yaitu 3,2 - 5,1 % dari pada C. Jedgeriana yang hanya
mengandung 0 - 3,4 % (Astika , 1975). Sebagai bahan baku untuk industri
kina biasanya merupakan campuran dari kedua jenis tersebut sehingga kadar
kinin antara 6-8%. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut
organik khusus, yang relatif mahal. Perolehan kinin mencapai 75-80% . Hal ini
berarti sisa kandungan kinin yang tertinggal dalam alkaloid sisa sekitar 2025%, serta juga masih mengandung sisa alkaloid yang lain seperti sinkonin ,
sinkonidin dan kinidin, yang juga mempunyai nilai komersial tinggi.

Hingga saat ini produk samping dari industri kina, yaitu PT Kimia
Farma, belum dimanfaatkan, bahkan pada masa yang lalu hanya digunakan
sebagai bahan penguruk tanah. Mulai sekitar tahun 2000 produk samping ini
disimpan, dan tidak lagi digunakan sebagai bahan penguruk tanah. Mitra dari
kegiatan ini (CV Kinanti Nusantara) telah diberi kewenangan untuk mengelola
produk samping tersebut. Saat ini kebutuhan kulit kina untuk dua industri kina
nasional berkisar antara 3000-5000 ton per tahun. Kapasitas di kedua industri
kina tersebut masing-masing mencapai 150 ton kinin per tahun. Dari
pengolahan 1 ton kulit kina diperkirakan akan dihasilkan produk samping
sekitar 100-200 kg . Maka dalam satu tahun maka pada PT Kimia Farma saja
akan dihasilkan produk samping sekitar 300-600 ton .
Pada kegiatan ini target produk yang diinginkan adalah kinin dan
sinkonin. Kinin merupakan produk utama yang diinginkan, sedangkan isolasi
sinkonin dilakukan karena produk tersebut juga mempunyai nilai ekonomi
yang tingg i. Kinin selain digunakan untuk obat antimalaria dan obat kram
pada kaki, juga dibutuhkan industri minuman sebagai minuman tonik, pemberi
rasa pahit yang khas pada minuman ringan. Sinkon in digunakan di industri
farmasi sebagai katalis. Untuk menghasilkan kedua produk tersebut dari
bahan baku alkaloid sisa , diperlukan proses ekstraksi yang efektif sehingga
dapat

menghasilkan

kinin

dan

sinkonin

serta

turunannya

dengan

keekonomian yang layak. Pemanfaatan sisa alkaloid ini akan memberikan


manfaat, yaitu : memberikan nilai tambah yang tinggi dari bahan baku yang
belum termanfaatkan, mengisi permintaan pasar kinin dan sinkinin serta
turunannya baik nasional maupun internasional, mengurangi impor kulit kina
dan mengatasi permasalahan lingkungan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Alkaloid

Alkaloid adalah unsur organik yang mengandung nitrogen. Menurut


Cordell (1981 ), sebagian besar sumber alkaloid adalah tanaman berbunga
(Angiospermae). Pada tahun selanjutnya ditemukan alkaloid yang bersumber
dari hewan, serangga, organisme laut, mikroorganisme dan tanaman rendah.
Sebagai contoh, muskopiridin dari sebangsa rusa; kastoramin dari sejenis
musang

kanada;

turunan

pirrol feromon

seks

serangga;

saksitoksik,

neurotoksik merupakan konstituen dari Gonyanlaxcatenella; pirosiamin dari


bakterium Pseudomonas aeruginosa; kanoklavin dari sebangsa cendawan
Claviceps purpurea; dan likopidin dari genus lumut Lycopodium. Beberapa
alkaloid mempunyai khasiat farmakologis yang kuat meskipun pada dos kecil.
Alkaloid

bersifat dapat disintesa, dan sebagian bersifat dasar seperti

colchicines.
Banyak obat-obatan yang sangat penting diperoleh dari alkaloid
tanaman.

Pada tanaman yang mengandung alkaloid, biasanya alkaloid

terdapat dalam jumlah yang tinggi pada bagian tertentu dari tanaman.
Sebagai contoh reserpin terkonsentrasi pada akar Ranvolfia sp; kinin terdapat
dalam kulit

kina dan morfin terdapat pada getah Papaver samniferum.

Contoh alkaloid dalam spesies Datura dan Nicotiana dihasilkan dalam akar
tetapi ditranslokasikan ke daun (Geissman & Crout, 1969). Sistem klasifikasi
alkaloid yang paling banyak diterima adalah klasifikasi menurut Hegnaver
(Cordell, 1981 ). Menurutnya alkaloid dapat diklasifikasikan menjadi : (a)
alkaloid sesungguhnya, (b) protoalkalid, dan (c) pseudoalkaloid.

a. Alkaloid sesungguhnya
Alkaloid yang mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklisnya,
Alkaloid sesungguhnya adalah racun yang diturunkan dari racun amino.
Senyawa tersebut menunjukkan aktifitas fisiologis yang luas. Hampir tanpa
terkecuali semuanya bersifat basa. Biasanya terdapat dalam tanaman
sebagai garam asam organik.
4

G<N~

~
~ox~~4
Stryci1Min

Suyormot rt . lfOmlc.t L.
Conhne

ComtJ'I!

rnac::J~I.alum

L.

tu.ol
Tuwt brt'/fcw Hullll

VltIJI,
C1th ""#!Uft

..m.un
lttui'O/Jtl ,.Jpentl"

c.H,+=lCH.N,

IIIII

C:Hl

rt1 jlJt ( )C.Don.

PlloCOtrplnt
PJIOCoa(llUI lllln

rL..,l 1nLn

HCIAU

Otl
Cof1~IIO!"ll

olfc/,,atil L.

mttlr

Uri go; lp a,htnl'la tBrat.) Balli ,

0
0

>
Clt'IIP'IOII'ttcln
C l t?~Jfllji!J.OI notPIIMfl 01

Gambar 2.1 . Beberapa alkaloid dari tanaman (Kutchan, 1995)


5

b. Protoalkalid
Protoalkaloid merupakan amino yang

relatif sederhana, dimana

nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklis. Protoalkaloid


diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa.
Pengertian "amino biologis" sering digunakan untuk kelompok ini. Contoh :
meskalin, ephedin , N,N-dimetiltriptamin.

c. Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino, tetapi
mempunyai nitrogen pada cincin heterosiklisnya. Senyawa ini biasanya
bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam kelompok ini , yaitu
alkaloid steriodal dan purin .

2.2. Sifat-sifat Fisika dan Kimia


Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal
dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomosisi (Solomon,
1983). Sebagian besar alkaloid berbentuk kristal tidak berwarna, namun ada
beberapa alkaloid yang berwarna dan berbentuk ca ir, seperti berberin
berwarna kuning, betanin berwarna merah, coniine dari cemara beracun dan
nikotin dari tembakau, yaitu alkaloid bebas oksigen , berbetuk cairan . Juga
beberapa garam seperti garam dari sanguinarine alkaloid berwarna merah
tembaga . Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut
organik, meskipun pseudo dan protoalkaloid larut dalam air (Harjono, 1996).
Kebanyakan alkaloid bersifat basa , karena dipengaruhi oleh adanya
pasangan elektron

pada atom

nitrogen.

Jika gugus fungsional yang

berdekatan dengan ntrogen bersifat melepaskan elektron, contoh gugus alkil,


maka ketersedian elektron pada nitrogen akan naik dan senyawa akan
bersifat lebih basa. Sebaliknya bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat
menarik elektron , contoh gugus karboni l,

maka ketesediaan

elektron

berpasangan berkurang , dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid akan


bersifat netral atau bahkan sedikit bersift asam (Harjono, 1996).
Kelarutan : Sebagian besar alkaloid (basa bebas) tidak dapat larut
(beberapa sedikit larut) di air, tetapi dapat larut dalam pelarut organik seperti
kloroform, eter, benzena dsb. Alkaloid secara alami bersifat basa , dan dapat
6

membentuk garam jika bereaksi dengan asam. Garam alkaloid bersifat larut
dalam air dan alkohol, tetapi bagian yang tidak dapat larut di air, bersifat tidak
campur (immisible) dengan pelarut organik. Ada perkecualian , seperti
ephedrine, colchicines dan ergonovine, bersifat larut dalam air, sedangkan
morfin dan colchicines tidak dapat larut di eter. Kelarutan

alkaloid dan

garamnya sangat bervariasi, hal ini menunjukkan sangat bervariasinya faktor


struktur kimia dan sifat fisiko-kimia lainnya. Alkaloid selalu mengandung
karbon, hidrogen dan satu atau lebih nitrogen. Sebagai tambahan terkadang
mengandung unsur belerang. Di dalam tanaman, alkaloid berbentuk basa
bebas, sebagai garam atau sebagai oksida NO (N-oxides).

N-oksida dari

alkaloid tersier dapat dengan mudah dibuat di laboratorium dari bentuk


aslinya alkaloid basa. Bentuk N-oksida lebih menarik karena mempunyai sifat
pelepasan yang lambat, rendah toksisitas dan rendah sifat aditifnya jika
dibanding dengan alkaloid tersier.

2.3. Deteksi, lsolasi dan Pemurnian


a. Deteksi
Usaha untuk mencari alkaloid baru terus dilakukan oleh para peneliti.
Oleh karena itu perlu dikembangkan metode-metode yang sederhana untuk
mendeteksi

alkaloid

dalam

tanaman.

Metode-metode

tersebut

harus

memenuhi kriteria (a) cepat, (b) memerlukan sampel sedikit dan peralatan
sederhana, (c) hasil tinggi, dan (d) sensitif. Dua metode yang paling banyak
digunakan untuk menyeleksi tanaman yang mengandung dalam alkaloid
(Cordell, 1981 ), yaitu :

1. Prosedur Wall dengan proses ekstraksi sederhana


2. Prosedur Kiang-Douglas dengan proses ekstraksi ditambah dengan
modifikasi pereaksi
Bahan pereaksi alkaloid yang digunakan untuk deteksi dapat dibagi
menjadi bahan untuk pengendapan dan bahan untuk reaksi warna. Sebagian
besar alkaloid diendapkan dari larutan netral atau asam dengan bahan
pereaksi yang berbeda, seperti larutan potasium merkuri iodida (bahan
pereaksi Mayer), larutan iodine dalam potasium iodida (bahan pereaksi
Dragendforf) dan potaissum bismut iodida (bahan pereaksi Wagner).
7

Demikian juga larutan asam tannin, dan larutan jenuh asam pikrat (bahan
pereaksi Hager). Group tertentu dari alkaloid memberikan warna yang spesifik
dengan pereaksi tertentu. sifat ini dapat digunakan untuk menentukan
kuantitas alkaloid.

Warna biru diberikan oleh ergot alklaloids dengan p-

dimethyl amino benzaldehydr dalam asam hidroklorida( bahan pereaksi Van


Urk). Ungu terang warna yang dihasilkan oleh beberapa alkaloid solanaceous
jika direaksikan dengan asam nitrat dan alkohol potasium hidroksida( bahan
pereaksi Vitali Morin).

b. lsolasi
lsolasi alkaloid dilakukan dengan metode ekstraksi. Teknik ekstraksi
alkaloid sangat bervariasi tergantung dari jenis alkaloid dan sifat alami bahan.
Namun secara umum ada dua cara yang digunakan untuk ekstraksi alkaloid.

Cara pertama : Serbuk bahan dari tanaman dibasahi dengan larutan yang

mengandung air amoniak atau natrium karbonat. Dikombinasikan dengan


asam dan unsur fenolik sehingga dapat melepaskan alkaloid bebas dalam
bentuk basa . Selanjutnya diekstraksi dengan pelarut organik yang sesuai
seperti benzena, kloroform, dsb.

Cara kedua : Bahan tanaman, terutama biji dan daun, sering banyak

mengandung lemak dan lilin yang sangat non polar. Oleh karena itu senyawa
tersebut harus dihilangkan sebagai langkah awal dengan cara melarutkan
dalam petroleum eter (Harjono, 1996, Gb. 2.3) . Kebanyakan alkaloid tidak
larut dalam petroleum eter. Namun ekstrak harus selalu dicek untuk
mengetahui adanya alkaloid dengan menggunakan salah satu pereaksi
pengendap alkaloid. Bila sejumlah alkaloid larut dalam petroleum eter, maka
bahan tanaman pada awal ditambah dengan asam berair untuk mengikat
alkaloid menjadi bentuk garamnya. Prosedur ini untuk mengikat ergotamin
dari cendawan ergot C/aviceps purpurea (Cordell , 1981). Setelah lemak
dipisahkan, beberapa pilihan prosedur dapat digunakan. Bahan tanaman
dapat diekstrak dengan air, etanol atau metanol, dengan alkohol berair, atau
dengan larutan alkohol berair yang diasamkan. Kebanyakan alkaloid yang
terdapat dalam tanaman sebagai garam organik, dan garam-garam tersebut
8

lazim larut dalam etanol 95% . Pigmen gula dan konstituen sekunder organik
lain hampir terpisah sempurna dalam alkohol, tetapi banyak garam-garam
organik dan anorganik yang lebih kompleks hanya terpisah sebagian. Larutan
alkohol selanjutnya diuapkan hingga diperoleh sirup kental, dan residu
dipartisi antara larutan asam berair dan pelarut organik. Pada keadaan ini
sering terjadi emulsi atau endapan. Larutan basa berair diekstrak dengan
pelarut organik yang cocok biasanya

CRUDE POWDERED DRUG


MOISTEN WITH AQUEOUS ALKALI (e.g. Na 2 C0 3 , NaHCO or lime).
Liberates alkaloids
From their salts.

FREE ALKALOIDS

Percolated with

C6~6 ; ether or with water immiscible slvent.

SOLVENT LAYER CONTAIN FREE ALKALOIDS

ixtract with dilute acid


(2% HCl).

ALKALOIDAL SALTS OBTAINED IN ACID LAYER


teated with alkali again (NH4 0H)

FRE~ ALKALOIDAL BASES LIBERTED


~

Extract with CHCh or ether

ORGANIC LAYER WITH ALKALOIDS


WASH WITH JATER AND DRY OVER SODIUM SULPHATE
Filter

EVAPORATE FIL TERA TE TO DRYNESS.

Re~due obtained contains crud alkaloids

Purify I recrystalize

CRYSTALS OF ALKALOIDS.

Gambar 2.2. Diagram alir ekstraksi alkaloid (http:llwww.alkaloids.htmD


9

kloroform atau etil asetat. Larutan yang mengandung alkaloid dikeringkan


dengan Na2S04, disaring dan diuapkan dalam vakum untuk mendapatkan
sisa alkaloid kotor. Larutan basa berair kemungkinan mengandung alkaloid
kurtener dan biasanya ditest dengan pereaksi pengendap alkaloid. Alkaloid
dapat dipisahan dari komponen yang larut daam air dengan pengendapan
sebagai Reineckate, berikutnya disaring dan endapan kompleks direaksikan
dengan aseton-air (Harjono, 1996).

Bahan tanaman
Petroleum eter

j_

I Ekstrak petroleum eter I

Residu

CH30H 95%
Etil asetat. asam tartart
I

Alkaloid netral
atau basa lemah

Larutan
a sam
Na2C03
I

Alkaloid
basa

Larutan
basa berair

Gambar 2.3. Ekstraksi bahan tanaman yang mengandung bahan


alkaloid (Harjono, 1996)
c. Pemurnian
Ekstrak alkaloid kompleks yang masih kotor dipisahkan menjadi
komponen individu. Terdapat sejumlah metode konvensional dalam pemilian
metode yang cocok atau metode gabungan tergantung pada campuran
alkaloid yang diperoleh. Metode konvensional yang biasa digunakan adalah
kristalisasi langsung. Cara ini merupakan metode dengan prosedur yang
sederhana, walaupun sering memberikan hasil yang kurang memuaskan
untuk pemisahan alkaloid murni, kecual i bila suatu alkaloid yang terdapat
dalam bahan bersifat tidak larut (Harjono, 1996).

10

2.4. Tanaman Kina

Tanaman kina merupakan famili dari

Rubiaceae, Genus: Cinchona

Species: officina/is, /edgeriana, succirubra, calisaya. Sinonim: Quinaquina

officina/is, Quinaquina lancifolia, Quinaquina coccinea . Bagian tanaman yang


dimanfaatkan adalah kulit kayu dan ranting .
Sumber tumbuhan: alkaloid kina diperoleh dari kulit kayu atau akar
pohon kina yang dikeringkan. Terdapat jenis berbagai tanaman kina yaitu
tanaman kina calisaya, legeriana, officinalis dan succirubra. Selain itu ada
juga yang merupakan jenis hibrida. Tanaman kina merupakan pohon yang
tumbuh baik di daerah tropis. Famili tanaman kina mengandung alkaloid dari
cincin quinoline seperti kinin, cincin isoquinoline seperti emetine dan cincin
indole seperti yohimbine.

Gambar 2.4. Tanaman kina (Cinchona Ledgeriana)


(Sumber: http://www.alibaba.com/productfree/110655931/Cinchona Bark Cinchona Ledgeriana .html)

Tanaman kina merupakan tanaman asli yang tumbuh liar di Amerika


Selatan. Saat ini negara yang melakukan pengembangan untuk budidaya
terbesar adalah di Indonesia , Zaire, India, Guatemala dan Bolivia.
Kina kulit mengandung 30 jenis alkaloid, dimana hanya empat jenis
alkaloid yang saat ini sudah diketahui mempunyai nilai komersial, yaitu kinin,
kinidin, sinkonin dan sinkonidin. Alkaloid ini mengandung cincin kuinolin dan
11

cincin kuinuklidin dengan golongan vinil yang terikat menyertainya. Alkaloid


dibentuk di tengah-tengah lapisan dari parenchyma jaringan dari kulit kayu .
Kinin dan kinidin mengandung grup metoksi dan merupakan stereoisomer.
Kinin dan kinidin

memperlihatkan fluorescence biru jika ditambahkan

oxygenated acid seperti asam sulfat

dan disinari dengan sinar ultraviolet.

Sinkonin dan sinkonidin tidak mengandung grup metoksi dan merupakan


stereoisomer serta tidak memperlihatkan fluorescence. Kinin dan sinkonidin
cinchonidine dengan asam tartart akan membentuk garam yang tidak larut
dan mempunyai bidang putar ke kiri (levorotary), sementara kinidin dan
sinkonin dengan asam tartart membentuk garam yang dapat larut serta
mempunyai bidang putar ke kanan (dextrorotatory) .

Clnchonldlrto

(;liJinldlna

Gam bar 2.4. Empat jenis alkaloid utama dalam tanaman kina

Kulit kayu juga mengandung beberapa senyawa glycoside. Beberapa


diantaranya

berbentuk amorphous seperti

quinicine dan

cinchonicine.

Kuantitas dari kandungan alkaloida dan rasionya sangat tergantung dari jenis
dan hibrid, dan selanjutnya tergantung kepada lingkungan dan umur dari
tanaman, demikian juga dengan pengumpulan dan persiapan dari kulit kayu .
Tabel 2.1. menunjukkan perbandingan alkaloid total dan total kandungan
kinin .
12

Tabel 2.1. Perbandingan kandungan total alkaloid dan total kinin dari
beberapa jenis tanaman kina (sumber: www.rain-tree.com/quinine.htm )
Alkaloid Content Comparison in Cinchona Species
Total Alkaloids(%)

Quinine Content (%)

3-7

0-4

C.Succirubra

6-16

4-14

C. officinalis

5-8

2-7.5

C. ledgeriana

5-14

3-13

C. pubescens

4.5-8 .5

1-3

Species

C. calisaya

13

BAS Ill
TUJUAN DAN MANFAAT

3.1. Tujuan dan Sasaran Kegiatan

Tujuan dari kegiatan ini adalah :


a. Memperoleh proses yang efesien untuk isolasi kinin dan sinkonin dengan
menggunakan bahan baku produk samping (alkaloid sisa) dari industri kina.
b. Desiminasi teknologi ekstraksi kinin dan turunannya dengan memanfaatkan
produk samping (alkaloid sisa) dari industri kina.
c. Membuat analisa bisnis industri pemanfaatan produk samping industri kina

Sasaran dari kegiatan adalah :


a. Proses isolasi kinin dan sinkonin dari alkaloid sisa industri kina dengan
perolehan minimum 7% sehingga layak secara ekonomi.
b. Diperoleh prototype produk kinin dan sinkonin crude yang memenuhi
persyaratan industri.
c. Analisa bisnis yang komprehensif untuk proses produksi kinin crude dari
alkaloid sisa industri kina

Manfaat dari kegiatan ini adalah :


a. Memberikan nilai tambah yang tinggi terhadap produk samping (alkaloid
sisa) dari industri kina yang selama ini kurang dimanfaatkan.
b. Diperoleh

proses

isolasi

kinin

dan

sinkonin

yang

efesien

dengan

menggunakan bahan baku alkaloid sisa dari industri kina yang dapat
diterapkan di industri.
c. Diperoleh prototipe produk untuk pengenalan produk ke pasar.
d. Diperoleh analisa bisnis yang komprehensif sehingga dapat digunakan
sebagai acuan untuk industrialisasinya.

3.2. Penggunaan Produk di lndustri


Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan , penggunaan kinin
maupun sinkonin semakin berkembang. Awalnya kinin hanya dikenal sebagai
obat antimalaria, tetapi saat ini telah berkembang dan digunakan di berbagai

14

industri lainnya. Beberapa penggunaan kinin dan sinkonin di industri adalah


sebagai berikut :
a. Di bidang kesehatan sebagai bahan baku untuk obat anti malaria dan
katalis yang penting untuk berbagai proses sintesa di industri farmasi
b. Di bidang makanan/minuman untuk bahan baku yang memberikan efek
pahit yang khas, dan efek tonik dalam minuman
c. Di bidang agrokimia sebagai biofungisida yang ramah lingkungan
d. Di bidang kecantikan sebagai pelembab untuk industri kosmestik

Dengan berkembangnya penggunaan kinin dan sinkonin diberbagai industri,


maka kebutuhan terhadap produk tersebut diharapkan akan meningkat.

15

BABIV

METODOLOGJ

4.1. Metode dan Mekanisme Difusi

Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :


a. Verifikasi proses isolasi kinin dan sinkonin di laboratorium menggunakan
bahan baku alkaloid sisa dari industri kina.
b. Uji coba produksi kinin dan sinkonin skala pilot.
c. Pengiriman sampel produk ke industri.
d. Penyusunan kajian bisnis

4.2. Pemanfaatan Hasil

a. Strategi Pemanfaatan Hasil Kegiatan

PT Kimia Farma dan PT Sinkona Indonesia Lestari merupakan industri


kina nasional yang telah lama bergerak dalam pengolahan kulit kina dan telah
memasok kebutuhan produk kina dunia. Oleh karena itu strategi pemasaran
produk yang dihasil dari kegiatan ini adalah membangun kemitraan dengan
industri kina nasional tersebut. Kemitraan akan dibangun dengan memasok
kekurangan kebutuhan produk kinin dan sinkonin serta turunannya. Pada
tahap awal akan dilakukan uji coba produksi untuk menghasilkan sampel
produk yang sesuai dengan persyaratan dari industri kina nasional tersebut.
Dari sampel produk yang dikirim ke industri kina untuk memastikan bahwa
produk telah memenuhi persyaratan dari industri pengguna. Selanjutnya akan
dilakukan penjajagan kerjasama untuk memasok kebutuhan industri kina .

b.

Prospek/Peluang Pemasaran Produk dan Market Acceptance

Seperti diuraikan di atas bahwa pasokan kulit kina nasional hanya


memenuhi 20% kebutuhan untuk industri kina nasional. Kekurangan bahan
baku tersebut selama ini harus diimpor dengan nilai yang cukup tinggi. Hal ini
merupakan peluang untuk mengisi kekurangan pasokan tersebut. Ditambah
lagi bahwa industri yang bergerak di bidang pengolahan kina nasional sangat
terbatas (hanya terdapat 2 industri) sehingga peluang untuk pemasaran
produk masih terbuka.

16

4.3. Metodologi Proses lsolasi Kinin dan Sinkonin

Sebelum dilakukan proses uji coba dalam skala industri, terlebih


dahulu dilakukan verifikasi proses dalam skala

laboratorium.

Hal

ini

diperlukan karena komposisi bahan baku (alkaloid sisa) mempunyai variasi


yang sangat tinggi. Data yang diperoleh digunakan sebagai acuan untuk
proses produksi dalam skala yang lebih besar.

a. Proses lsolasi Kinin

Bahan baku terlebih dahulu dilakukan analisa untuk melihat komposisi


alkaloid sisa. Untuk tujuan proses isolasi kinin, maka digunakan bahan baku
yang masih mempunyai kandungan kinin cukup tinggi. Proses isolasi kinin
secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Bahan baku alkaloid sisa sebanyak 650 kg diekstraksi dengan
menggunakan toluen teknis sebanyak 2400 I. Proses ektraksi dilakukan
dalam reaktor berpengaduk yang dilengkapi dengan jaket pemanas dan
pendingin reaktor. Selain itu reaktor juga dihubungkan ke unit penukar panas
yang berada di luar reaktor. Proses ekstraksi dilakukan pada temperatur 90
C selama 2 jam. Untuk mencegah kehilangan pelarut karena penguapan,
maka

uap pelarut dikondensasikan

melalui

alat penukar panas dan

selanjutnya kondensat diumpankan kembali ke dalam reaktor. Proses refluk


terjadi di reaktor R2 selama 2 jam. Setelah semua alkaloid terlarut, selanjutnya
dilakukan pendinginan hingga mencapai suhu 60C. Larutan organik yang
kaya poduk selanjutnya ditransfer secara vakum dari tangki R2 ke tangki
berpengaduk R1. Setelah selesai transfer, slem (pasta hitam yang tidak dapat
Ia rut dalam toluen) yang ada di dasar tangki R2 ditambah air secukupnya (1 00
- 200 L) untuk dilakukan recovery toluen yang terperangkap di dalam slem
dengan cara distilasi. Setelah diperoleh toluen hasil distilasi sebanyak 200
liter, kemudian slem yang bebas toluen dikeluarkan dari tangki R2 untuk
dibuang. Larutan toluen yang kaya produk selanjutnya didinginkan hingga
temperatur 30 C. Krista! akan terbentuk, selanjutnya disentrifuse untuk
memisahkan produk dengan larutan induk. Setelah diperoleh produk dalam
bentuk tepung, selanjutnya ditambah dengan air sebanyak 200 L dan
diasamkan dengan menggunakan asam sulfat encer sehingga pH menjadi 3.

17

Larutan selanjutnya dipanaskan hingga temperatur 90C dan dilakukan


pengadukan selama 15 menit.
Alkaloid sisa industri kina 600 kg di tangki R2

+ NaOH 10%, 10 L

+ Toluen teknis 2400 L

Pemanasan refluks (90 C, 2 jam) di R2

Pendinginan hingga 60 C di R2

Pemisahan lapisan (fase) toluen dan slem dengan penyedotan

Lapisan toluen di
tangki R 1

Slem di R2
+air 100- 200L

_____.

Distilat toluen
800-1000 L

Recovery toluen
dengan distilasi

Distil at
toluen
200 L

Pengeluaran limbah
slem dari tangki R2
MLQ Toluen

Pelarutan kinin krude dim asam

Kristalisasi dengan cara


pembasaan hg pH 6

Pencucian dengan air pada 90 C

Produk kinin crude

Gambar 4.1. Diagram alir proses isolasi kinin crude dari alkaloid sisa
18

Selanjutnya

dilakukan

kristalisasi

dengan

cara

pembasaan.

Proses

pembasaan dilakukan dengan menggunakan sodium carbonat jenuh hingga


pH 5 dengan temperatur 60C. Setelah pH 5 tercapai, proses pembasaan
dilanjutkan dengan menggunakan sodium bicarbonat hingga pH 6. Setelah
pH tercapai, pengadukan dilanjutkan selama 15 menit. Selanjutnya pengaduk
dimatikan sehingga kristal yang terbentuk akan mengendap ke bawah.
Pemisahan produk dari cairan dilakukan dengan menggunakan sentrifuse.
Produk kristal yang diperoleh selanjutnya dicuci dengan air panas pada
temperatur dan disentrifuse kembali. Produk yang berupa kinin sulfat crude
selanjunya diangin-anginkan untuk mengurangi kadar air serta dilakukan
penghancuran sehingga diperoleh bentuk serbuk.

b. Proses lsolasi sinkonin

Secara umum proses isolasi sinkonin dari alkaloid sisa dilakukan


dengan cara ekstraksi bertingkat menggunakan beberapa jenis pelarut yaitu
toluen, etanol dan air,

seperti terlihat pada Gambar 4.2. Proses ekstraksi

selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.3 dan 4.4. Bahan baku alkaloid
sisa sebanyak 650 kg diekstraksi dengan menggunakan toluen teknis 2400 I.
Proses ektraksi dilakukan dalam reaktor berpengaduk yang dilengkapi
dengan jaket pemanas dan pendingin reaktor. Selain itu reaktor juga
dihubungkan ke unit penukar panas yang berada di luar reaktor. Proses
ekstraksi dilakukan pada temperatur 90 C selama 2 jam. Untuk mencegah
kehilangan pelarut karena penguapan, maka uap pelarut dikondensasikan
melalui alat penukar panas dan selanjutnya kondensat diumpankan kembali
ke dalam reaktor. Proses refluk terjadi di reaktor R2 selama 2 jam. Setelah
semua alkaloid terlarut, selanjutnya dilakukan pendinginan hingga mencapai
suhu 60C. Larutan organik yang kaya poduk selanjutnya ditransfer secara
vakum dari tangki R2 ke tangki berpengaduk R1. Setelah selesai transfer,
slem (pasta hitam yang tidak dapat larut dalam toluen) yang ada di dasar
tangki R2 ditambah air secukupnya (1 00 - 200 L) untuk dilakukan recovery
toluen yang terperangkap di dalam slem dengan cara distilasi. Setelah
diperoleh toluen hasil distilasi sebanyak 200 liter, kemudian slem yang bebas
toluen dikeluarkan dari tangki R2 untuk dibuang. Fase toluen yang kaya akan
ekstrak alkaloid di tangki R1 kemudian didistilasi, siehingga diperoleh ekstrak
19

toluen pekat serta kering. Destilat toluene yang keluar awalnya berwarna
keruh, karena masih bercampur dengan air. Semakin

Sisa alkaloid industri kina 650 kg

1
L--1

_E_K_ST_R_A_K_S_ID_E_N_G_A_N_T_O_L_UE_N_

_.

Produk hasil ekstraksi dengan toluen

11

EKSTRAKSI DENGAN ETANOL

Produk hasil ekstraksi dengan etanol

11

PENCUCIAN DENGAN AIR

Produk sinkonin base crude

Gambar 4.2. Diagram alir proses isolasi sinkonin crude dari alkaloid sisa
lama kandungan air dalam destilat akan habis, sehingga destilat berwarna
jernih. Setelah diperoleh toluen distilat 800 - 1000 L, proses dilanjutkan
dengan pendinginan hingga suhu 30 C. Setelah itu dilakukan penyaringan
dengan menggunakan alat sentrifugasi yang dilengkapi dengan saringan kain
untuk memisahkan antara produk padatan yang berwarna coklat kegelapan
dengan MLQ (mother liquor) toluen. Produk hasil ekstraksi dengan toluen
dilakukan

analisis

KCKT

(Kromatografi

Cairan

Kinerja

Tinggi)

untuk

mengetahui kandungan alkaloid dalam produk.


Presses selanjutnya adalah ekstraksi dengan pelarut alkohol di tangki
pengaduk R3 . Tujuan ekstraksi ini adalah untuk mendapatkan produk sinkonin
crude yang memenuhi persyaratan kualitas. Ekstraksi dilakukan dengan
memanaskan secara refluks pada 70 C selama 2 jam. Setelah itu, dilakukan
pendinginan

hingga

30

kemudian

dilakukan

sentrifugasi

untuk

memisahkan produk padatan yang berwarna putih kecoklatan dengan MLQ


(cairan induk) alkohol. Produk yang diperoleh kemudian dicuci dengan air
pada 90 C untuk membersihkan produk dari impurities polar yang masih
terkandung di dalam produk tersebut. Produk hasil cucian dengan air

20

kemudian diangin-anginkan untuk mengurangi kadar air yang terkandung di


dalam produk hingga memenuhi persyaratan kualitas yang diinginkan.
Alkaloid sisa industri kina 650 kg di tangki R2
+ NaOH 10%, 10 L

+ Toluen teknis 2400 L

Pemanasan retluks (90 C, 2 jam) di R2

Pendinginan hingga 60 C di R2
Pemisahan lapisan (fase) toluen dan slem dengan penyedotan

Lapisan toluen di
tangki R 1

Slem di R2
+air 100 - 200L

Pemekatan dengan
pemanasan

Pendinginan hingga 30 C

~
Penyaringan dengan
alat sentrifugasi

_____,. Distilat toluen


800-1000 L

Distilat
toluen
200 L

Recovery toluen
dengan distilasi

Pengeluaran limbah
slem dari tangki R2

MLQ toluen
____.. 1200- 1400 L

1.

Produk kinin crude

Gambar 4.3. Proses ekstraksi kinin dari alkaloid sisa industri kina dengan
menggunakan pelarut toluen

21

......

..--..

Produk hasil ekstraksi toluen di tangki R3

+ alkohol 600 L

.-.,

Pemanasan retluks (70 C, 2 jam)


,--...

r--,

Pendinginan hingga 30 C

~
Penyaringan dengan
alat sentrifugasi

,.....

_____.

MLQ alcohol
600- 1000 L

Produk hasil pencucian


dengan alkohol

+ air RO 600 L

Pemanasan (90 C, I jam) di tangki R3

1
Penyaringan dengan
alat sentrifugasi

Air panas

Produk akhir
(Sinkonin crude)

Gambar 4.4. Diagram alir proses ekstraksi sinkonin dari produk hasil
ekstraksi toluen dengan alkohol dan air
c. Analisa Kandungan Alkaloid Dengan KCKT
Kondisi KCKT
AI at

: HPLC SHIMADZU LC10

Kolom

: C 18 Atlantis Waters

Detektor

: UVNis pada A= 316 nm

Fase gerak

: lsokratik, fase terbalik,

Acetonitrile : Buffer phosphate

pH 2, 8 ( 6 : 94)
Laju alir

: 1 ml/min

Volume inject

: 10 J.JI

Suhu Oven Kolom: 40C

22

Pembuatan Larutan Fasa Gerak


6,8 g KH 2P0 4 dan 3 g Hexylamine dilarutkan dengan 700 ml H20 diatur pH
dgn H3 P04 sampai pH 2,8 , kemudian di tambah H20 sampai 940 ml dan 60
ml Acetonitrile.

Pembuatan larutan Standar


);>

Ditimbang standar Cinchonine 5 mg dalam labu ukur 10 ml (500 ppm)


dilarutkan dgn fase gerak

);>

Ditimbang standar Cinchonidine 5 mg dalam labu ukur 10 ml (500


ppm) dilarutkan dgn fase gerak

);>

Ditimbang standar Quinine 5 mg dalam labu ukur 10 ml (500 ppm)


dilarutkan dgn fase gerak

);>

Ditimbang standar Quinidine 5 mg dalam labu ukur 10 ml (500 ppm)


dilarutkan dgn fase gerak.

Preparasi Sampel
Sam pel ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml.
Dilarutkan dengan fase gerak HPLC, homogenkan , sonikasi selama 30 menit,
disaring dengan membran filter 0.45 IJL, filtrat diinjectkan sebanyak 10 1-1L ke
HPLC.

4.4. Metodologi Kajian Bisnis


Kajian bisnis untuk industri kinin dan sinkonin yang menggunakan bahan
baku alkaloid sisa dilakukan dengan cara: (a) pengumpulan data potensi
bahan baku dan pasar, (b) analisa resiko, dan (c) perhitungan tekno ekonomi.
Berdasarkan pada perhitungan skala pilot yang telah dilakukan maka disusun
kajian skala komersial serta dibuat kajian teknoekonominya.

23

BABV

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kajian Proses lsolasi


a. Karakteristik Bahan Baku

Bentuk fisik alkaloid sisa yang berasal dari industri kina mempunyai
sifat fisik yang bermacam-macam. Sebagian alakolid sisa berupa bongkahan
(padatan) yang keras seperti tanah dan berwarma coklat, adapula yang
berbentuk padat, agak lembek serta berwarna hitam. Alkaloid sisa ini
mengandung banyak senyawa alkaloid kuinolin yang bernilai tinggi beserta
pengotor-pengotor lainnya. Proses isolasi perlu dilakukan untuk memperoleh
produk dengan spesifikasi tertentu. Produk yang dihasilkan berupa produk
setengah jadi (produk crude) sesuai dengan keinginan pasar. Oleh industri
kina, produk crude ini akan dicampur dengan produk crude lainnya yang
diperoleh dari kulit kina serta diproses untuk menghasilkan produk murni yang
diinginkan.
Komposisi senyawa yang dikandung dalam alkaloid sisa mempunyai
variasi yang sangat tinggi, sehingga tahapan proses isolasi bisa berbeda
untuk setiap pengolahan bahan baku. Tabell menunjukkan contoh perbedaan
kandungan komponen alkaloid dari bahan baku yang diperoleh dari industri
kina. Karena variasi bahan baku sangat tinggi maka sebelum dilakukan
proses pada

skala yang

besar perlu

dilakukan verifikasi

proses

di

laboratorium terlebih dahulu. Hal ini penting untuk menghindari kegagalan


proses.

Gambar 5.1. Contoh bahan baku alkaloid sisa

24

Penentuan proses yang akan dilakukan sangat bergantung pada


komposisi alkaloid dari bahan baku . Adakalanya kandungan kinin dalam
bahan baku relatif tinggi, tetapi ada juga bahan baku yang kandungan
kininnya rendah dan kandungan sinkoninnya relatif tingg i. Variasi komposisi

bahan baku disebabkan oleh banyak faktor, antara lain : perbedaan proses
yang dilakukan di industri kina , variasi kandungan bahan baku kulit kina yang
digunakan di industri kina, perbedaan efesiensi proses di industri kina dan
sebagainya.

Tabel 5.1. Kandungan komponen alkaloid yang diekstrak dengan toluene


dari alkaloid sisa industri kina
% berat
No

Komponen

Bahan Baku I

Bahan Baku II

Cn

1,95

67,45

DHCn

0,23

0,92

Cd

2,41

1,34

DHCd

0,04

Qn

20,15

16,55

DHQn

8,28

5,37

Qd

22,78

22,22

DHQd

5,69

3,06

Keterangan : Cn = sinkonin, DHCn = dihidrosinkonin , Cd = sinkonidin ,


DHCd = dihidrosinkonidin, Qn = kinin, DHQn = dihidrokinin, Qd = kin idin ,
DHQd = dihidrokinidin

b. Proses lsolasi Kinin

Tahap awal untuk proses isolasi kinin pada skala produksi adalah
ekstraksi bahan baku menggunakan toluen dengan pemanasan dan waktu
ekstraksi yang cukup. Semua komponen alkaloid diharapkan larut dalam
toluen , sedangkan pengotor lain yang tidak larut yaitu berupa slem (pengotor
yang berbentuk seperti aspal) dipisahkan dari pelarut organik. Analisa produk
hasil ekstraksi bahan baku dengan menggunakan toluen seperti terlihat pada
Tabel 5.2. Proses selanjutnya adalah kristalisasi produk dengan cara
pembasaan. Produk kinin crude yang diperoleh sebanyak 48 ,5 kg atau yield

25

yang diperoleh sebesar 8,025% . Hal ini lebih besar dari produk yang
diharapkan yaitu minimum 7%. Hasil analisa dari kristal yang diperoleh dapat
dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.2. Analisa produk hasil ekstraksi bahan baku dengan toluen
Kandungan alkaloid dalam ekstrak toluen menurut analisis KCKT
(% berat)
Cn

DHCn

Cd

DHCd

Qn

DHQn

Qd

DHQd

4,54

0,45

1,57

0,00

22 ,15

10,17

24 ,18

3,86

. .
. .
Keterangan : Cn
smkomn , DHCn
d1h1drosmkonm , Cd
smkomdm , DHCd
dihidrosinkonidin , Qn kinin, DHQn dihidrokinin , Qd kin idin, DHQd dihidrokinidin

Tabel 5.3. Analisa produk kristalisasi dengan cara pembasaan


Kandungan alkaloid

\lJ

dalam ekstrak toluen menurut analisis KCKT


(% berat)

Cn

DHCn

Cd

0,26

0,00

3,18

(1)

DHCd

Qn

DHQn

Qd

DHQd

0,14

58,54

24 ,67

1,78

0,00

. .
. .
. .
Cn -- smkonm , DHCn - d1h1dros1nkomn, Cd - smkomdm , DHCd -- d1hldrosmkon1d1n ,
Qn kinin , DHQn dihidrokinin , Qd kinidin, DHQd dihidrokinidin

..

Produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang ditetapkan . Tabel 5.4


menunjukkan spesifikasi produk dibandingkan dengan persyaratan yang
ditetapkan.

-"'

,,

.'

. ....
-

.'"

:"~l

- *

Gambar 5. 2. Produk kinin sulfat crude

26

c. Proses lsolasi Sinkonin

Proses produksi sinkonin crude dilakukan dalam 3 batch. Dari 3 kali


proses diperoleh produk sinkonin crude hasil ekstraksi bahan baku dengan
toluen sebesar 256,5 kg dengan komposisi alkaloid pada masing-masing
batch dapat dilihat pada Tabel 5.5. Produk sinkonin crude dari hasil ekstraksi
dengan toluen
Tabel 5.4. Spesifikasi produk kinin sulfat crude dan persyaratan yang
ditetapkan oleh industry
Spesifikasi Produk

Hasil

Persyaratan

serbuk coklat muda

serbuk coklat muda

kinin

58,54%

min 50,0%

dihidrokinin

24,67%

maks 30,0%

kinidin

1,78%

maks 3,0%

sinkonidin

3,18%

maks 5%

sinkonin

0,26%

maks 4%

LOD

29,5%

maks 30,0%

warn a

diharapkan mengandung kinidin (Qd) ::; 10%. Seperti terlihat pad a Tabel 5.5
kandungan rata-rata kinidin dalam produk hasil ekstraksi toluen adalah 8,6%.
Untuk tujuan efesiensi proses maka produk hasil ektraksi dengan toluen
dijadikan satu untuk proses selanjutnya.

Tabel 5.5. Jumlah dan komposisi produk hasil ekstraksi dengan toluen
No
batch
1
2
3
Rata-rata
Jumlah

Produk hasil
ekstraksi dengan
toluen (kg)
95,0
99,0
62,5

Kandungan alkaloid dalam produk


menurut analisis KCKT (% berat)
Qn
Qd
Cn
Cd
10,2
62,2
1,8
1,8
7,2
62,2
1,2
1,5
8,4
46,6
1,6
2,9
8,6
1,5
2,1
57,0

256,5

Proses selanjutnya adalah ekstraksi dengan alkohol. Pada proses ekstraksi


dengan alkohol diperoleh sebanyak 226,5 kg dengan komposisi seperti
terlihat pada Tabel 5.6. Kadar kinidin dalam produk turun menjadi 4,2%. Hal
ini seperti yang diharapkan karena kinidin merupakan pengotor utama produk.
27

Jika dibandingkan dengan persyaratan yang ditetapkan, maka kandungan


pengotor kinidin telah turun dan memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 5% .
Untuk menghilangkan impuritis polar seperti mineral terkandung

di

dalam

produk,

maka

dilakukan

mineral yang

pencucian

dengan

menggunakan air panas. Setelah disaring dengan bantuan sentrifugasi,


produk akhir (sinkonin crude) dipisahkan dan diangin-anginkan untuk
persyaratan LOD yang diminta. Tabel 5.7 memperlihatkan kualitas produk
akhir yang dibandingkan dengan persyaratan yang ditetapkan. Yield akhir
yang diperoleh adalah 11 ,62%.
Tabel 5.6. Jumlah dan komposisi produk hasil ekstraksi dengan etanol

Berat produk yang diperoleh (kg)


Sebelum
ekstraksi
dengan etanol
256,5

Hasil analisis KCKT pada


produk hasil ekstraksi
dengan etanol
(% beratl

Sesudah ekstraksi
dengan etanol

Cn

Cd

Qn

Qd

226 ,5

62,6

0,2

0,5

4,2

Tabel 5.7. Kualitas produk akhir (sinkonin crude) dibandingkan dengan


persyaratan kualitas yang ditetapkan
Spesifikasi Produk
warn a
kinin
kinidin
sinkonin
dihidrosinkonin
LOD

Hasil

Persyaratan

serbuk coklat muda


hingga tua

serbuk coklat muda


atau tua

maks 1,00%

3,87%

maks 5,00%

67 ,71%

min 55 ,00%

Maks 20,00%

25 ,52%

maks 30,0%

28

Gambar 5.3. Produk sinkonin crude


d. Analisa KCKT

Analisa senyawa alkaloid dilakukan dengan KCKT. Campuran antara


acetonitril dan air sangat baik digunakan dalam pemisahan senyawa alkaloid
seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.4 . dan 5.5. Sebagai standar
digunakan senyawa alkaloid dengan kemurnian yang tinggi (pharmaceutical
grade) yang telah diketahui konsentrasinya .

..

~
i'-1
"'-L.,_

'

~~

..

Fl,

tt-J

t'l

~-)

~I"
"""~

!*1 F;s
t .: "'
~'

...
~

-~~~

._.

ij.,,

t~~ ~1 :j 1~
:~~
--~

i;.)

;"~

~M

~ '

Li

t.:J

-~

~:..:
.. ~

1\Ail__y_

Gambar 5.4. Kromatogram hasil analisa sampel dengan menggunakan KCKT

29

1. Standar Cinchonine 500 ppm (mg/L)

Cn

0.

DHCn
....

<D
0

<D

fI

0.50

1.00

....

1.50

2.00

2.50

+I

3.00

3.50

4.00

5.00

4.50

5.50

6.00

6.50

7.00

7.50

8.00

8.50

9.00

9.50

10.00

Mnutes

2. Standar Cinchonidine 500 ppm (mg/L)


0.50

Cd

0.40

0.30:::>

<

0.20-

DHCd
....

0.1(}

"'

.,;

,_
"'
"'

""~

""
...-J--..

+
o.oot:;::::;::::::;::::;:::;::::;:::::;::::::;~;;_~~;:::;::::;:::::;:::;:::;:::;:::,:::::;::;:::;:::;::~~
1.00

2.00

3.00

4.00

6.00

5.00

7.00

9.00

8.00

10.00

11 .00

Mnutes

3. Standar Quinine 500 ppm (mQ/L)


N
<D

::

0.1

Qn

0.08

~ 0.06

DHQn

0.04

1~

1~

1~

1~

Mnutes

5. Standar Quinidine 500 ppm (mg/L)


""

0.16, - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.14

Qd

0.12
0.1
~

0.08

DHQd

0.06

..;;;

0.04
~

on

0.02

.,;

o.oot;:;~;:;:;:;:;=;:;::;::;::;::;:;~;:;:;:;:~+.;;::;::;~:::;::;::;:::;:.,::;:+..,.,...,...,_,.,.;:;:;:;::;::;:::;::;::;:::;:;:;::;:;=;:...-..f--__~:;::;:::;::;::;:::;:;:;:;::;::;:;:::;::;::;:::;:;:;:;::;:;:;:;:;::;::;:;::;:;:j
1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

11 .00

12.00

13.00

14.00

15.00

16.00

17.00

18.00

19.00

20.00

Mnutes

Gambar 5.5. Kromatogram hasil analisa standar dengan menggunakan KCKT

30

5.2. Kajian Bisnis


a.

Pendahuluan
Perkembangan indusri farmasi yang begitu cepat, mempunyai dampak

terhadap tumbuhnya berbagai industri bahan baku obat yang terkait. lndustri
yang cukup baik dikembangkan adalah industri ekstraksi bahan obat dari
tumbuhan, salah satunya adalah ekstraksi kulit kina yang menghasilkan kinin
dan sinkonin. Kinin awalnya dikenal sebagai obat antimalaria. Selanjutnya
senyawa alkaloid dari kina yang lain, yaitu sinkonin ditemukan. Dengan
semakin majunya ilmu pengetahuan , pengunaan kinin dan sinkonin untuk
industri terus berkembang. Kinin dan sinkonin saat ini telah digunakan di
berbagai industri, antara lain untuk katalis di industri farmasi , industi kosmetik,
industri minuman, biopestisida dan lain-lainnya.
lndustri ekstraksi kina di Indonesia sudah ada sejak lama, bahkan
Indonesia pernah dikenal sebagai pemasok kina terbesar di dunia, tetapi saat
ini Indonesia harus mengimpor kulit kina untuk memenuhi kebutuhan industri
kina dalam negeri. Luas areal tanaman kina yang ada saat ini diperkirakan
mencapai 5.000 hektar, yang hanya mengisi 20 persen kebutuhan pabrik kina
yang ada di Indonesia. Kekurangan pasokan kulit kina harus diimpor dan
jumlahnya mencapai 3.000-3.500 ton per tahun dengan nilai 4 juta dollar
(Kompas, 11 Mei 2006). Revitalisasi perkebunan kina sudah dilakukan di
beberapa daerah, namun hal ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk
dapat memanen hasilnya. Alternatif lain untuk mengatasi kekurangan kulit
kina dalam waktu singkat adalah dengan memanfaatkan alkaloid sisa yang
dihasilkan dari industri kina. Alkaloid sisa ini pada waktu lampau hanya
digunakan sebagai material penguruk tanah, tetapi saat ini oleh industri kina
telah disimpan.
Peluang untuk memanfaatkan alkaloid sisa dari industri kina sangat
terbuka. Alkaloid sisa ini masih dapat diekstraksi lebih lanjut serta dapat
menghasilkan profit yang layak. lndustri ekstraksi senyawa aktif alkaloid kina
didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan bahan baku berupa alkaloid sisa
dari industri kina tersebut, sehingga dapat dihasilkan produk yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi serta menguntungkan. Selain itu hal ini diharapkan dapat
merangsang industri-industri lain yang menggunakan kinin dan sinkonin
sebagai bahan baku dan bahan pembantu. Hal ini secara tidak langsung
31

dapat menambah devisa negara, pemecahan terhadap masalah tenaga kerja


dan memperkuat perekonomian negara.

b. Penentuan Kapasitas Rancangan


Penentuan kapasitas produksi suatu industri senantiasa diupayakan
dengan memperhatikan segi teknis, financial, ekonomis dan kapasitas
minimal. Dari segi teknis, industri kinin dan sinkonin yang direncanakan harus
memperhatikan peluang pasar, sedangkan dari segi ketersediaan dan
kontiyuitas bahan baku harus dapat terjamin kelangsungannya. Selain itu
penentuan kapasitas rancangan pabrik yang akan didirikan harus berada di
atas kapasitas minimum atau sama dengan kapasitas pabrik yang sudah
berjalan.

Adapun

faktor -

faktor yang

perlu

dipertimbangkan

dalam

menentukan kapasitas pabrik kinin dan sinkonin yaitu :

1. Perkiraan Kebutuhan Pasar


Pada tahun 1939 Indonesia merupakan pemasok 90 % kebutuhan kina
dunia dengan luas areal tanam 17.000 ha dengan produksi 11.000 ton kulit
kering/tahun. Akibat terlantarnya kebun kina dan terjadinya penebangan
besar-besaran sejak Perang Dunia II sampai tahun enam puluhan, areal
dan produksi kina Indonesia menurun. Sebaliknya kebutuhan kina dunia
semakin

meningkat,

seiring

dengan

pertumbuhan

penduduk

yang

meningkat pula.
Permintaan kinin dan sinkonin dunia tahun 2000 berturut turut
adalah sebesar 400 ton dan 200 ton atau setara dengan 10.000 ton kulit
kina kering. Negara Zaire dapat menghasilkan sekitar 5000 ton kulit kina
kering per tahun, sedangkan negara-negara lain sebesar 1700 ton. Jadi
masih ada peluang produksi sekitar 3300 ton kulit kina kering per tahun.
Peluang tersebut sebetulnya dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. Melihat
areal yang ada di perkebunan negara dan swasta sekitar 4900 ha dan
perkebunan rakyat sebesar 5000 ha, maka Indonesia berpotensi untuk
menghasilkan 3500 ton kulit kina kering per tahun dengan kadar kina
kering per tahun dengan kadar kina 8 %. Namun kenyataannya pada

32

peri ode tahun 1994/1995 Indonesia hanya mampu menghasilkan 1000 ton
kulit kina kering dengan kandungan kinin 5 %.

2. Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku pembuatan kinin dan sinkonin di industri kina berupa


tepung kulit kayu yang dapat diperoleh dari dalam negeri sendiri dan
sebagian diperoleh dengan cara mengimpor. Dari proses ektraksi kina
tersebut akan dihasilkan produk samping berupa alkaloid sisa. Hingga saat
ini produk samping dari industri kina tersebut belum dimanfaatkan , bahkan
pada masa yang lalu hanya digunakan sebagai bahan penguruk tanah.
Mulai sekitar tahun 2000 produk samping ini disimpan, dan tidak lagi
digunakan sebagai bahan penguruk tanah. Saat ini kebutuhan kulit kina
untuk dua industri kina nasional berkisar antara 3000-5000 ton per tahun .
Kapasitas produksi di

kedua

industri kina tersebut masing-masing

mencapai 150 ton kinin per tahun . Dari pengolahan 1 ton kulit kina
diperkirakan akan dihasilkan produk sam ping sekitar 100-200 kg. Maka
dalam satu tahun maka pada PT Kimia Farma saja akan dihasilkan produk
samping sekitar 300-600 ton. Dengan berdasarkan hal tersebut, maka
pendirian pabrik ekstraksi kinin dan sinkonin dari bahan baku sisa ekstraksi
kulit kina dapat terjamin ketersediaan bahan bakunya .

3. Kapasitas Pabrik yang Sudah Beroperasi

lndustri kina yang telah ada, menggunakan kulit kina sebagai bahan
bakunya. Kapasitas produksinya mencapai 150 ton kinin/tahun atau setara
dengan sekitar 80-100 ton kulit kina. Atas pertimbangan prediksi kebutuhan
pasar kinin ke depan, ketersediaan bahan baku dan kapasitas pabrik yang
sudah beroperasi, maka dalam pra rancangan produksi kinin dan sinkonin
dengan kapasitas 200 ton/tahun bahan baku sisa pengolahan ektraksi kina .

c. Penentuan Lokasi Pabrik

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor bahan baku dan target pasar


maka lokasi pendirian pabrik kinin dan sinkonin pada pra rancangan ini dipilih

33

di sekitar Kabupaten Bandung Jawa Barat. Faktor yang dijadikan acuan


dalam penentuan lokasi pabrik dibagi menjadi dua faktor utama yaitu :

A. Faktor Primer

1. Penyediaan bahan baku


Bahan baku merupakan kebutuhan utama bagi kelangsungan suatu pabrik,
karena pabrik dapat beroperasi atau tidak sangat bergantung pada
ketersediaan bahan baku. Sumber bahan baku merupakan faktor penting
dalam pemilihan lokasi pabrik yang mengkonsumsi jumlah bahan baku
yang sangat besar. Hal ini dapat mengurangi biaya transportasi dan
penyimpanan. Lokasi pabrik dipilih di Kabupaten Bandung mengingat
bahan baku alkaloid sisa dapat dipasok oleh industri kina yang ada di
daerah ini.

2. Pemasaran
Lokasi pemasaran akan mempengaruhi biaya produksi dan biaya angkutan.
Letak yang sangat berdekatan dengan pasar merupakan pertimbangan
yang sangat penting karena konsumen akan lebih mudah dan cepat
mendapatkannya. Prioritas utama adalah memasok kebutuhan pasar
dalam negeri.

Strategi pemasaran adalah memasok kebutuhan bahan

setengah jadi untuk industri kina yang ada. Diharapkan dengan strategi ini
akan diperoleh hasil penjualan yang maksimal. Peluang ekspor ke luar
negeri akan terus dijajaki sehingga perkembangan industri dapat berjalan.

3. Transportasi
Sarana dan prasarana sangat diperlukan untuk proses penyediaan bahan
baku dan pemasaran produk. Dengan adanya fasilitas jalan raya yang
memadai akan

mempermudah dalam pengiriman

bahan baku dan

penyaluran produk. Kabupaten Bandung mempunyai sarana transportasi


darat yang sangat menunjang karena merupakan salah satu sentra industri
yang maju.

34

4. Tenaga kerja

Faktor tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi suatu perusahaan ,
karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan perusahaan juga dipengaruhi
oleh faktor tenaga kerja yang berkualitas dan berkemampuan tinggi.
Bandung merupakan salah kota yang mempunyai perguruan tinggi yang
baik, sehingga tidak sulit untuk mencari tenaga kerja yang berkualitas.

5. Utilitas

Sarana utilitas merupakan salah satu faktor penting

untuk penentuan

lokasi. Ketersediaan air baik untuk kebutuhan proses maupun kebutuhan


lainnya sangat vital, demikian juga dengan ketersediaan listrik. Lokasi yang

dipilih

untuk

pendirian

pabrik

adalah

berada

di

kawasan

yang

infrastrukturnya telah disesuaikan dengan kebutuhan untuk industri.

6. Lahan

Faktor lahan berkaitan dengan rencana pengembangan pabrik lebih lanjut.


Kawasan

industri

yang

merupakan

lahan

untuk

pendirian

atau

pengembangan pabrik akan memudahkan pengembangan pabrik dimasa


yang akan datang.

7. Kemungkinan perluasan pabrik

Apabila permintaan terus bertambah maka dapat dilakukan perluasan


pabrik untuk meningkatkan kapasitas produksi. Kemungkinan perluasan
pabrik ini dapat dilakukan dengan mengantisipasi sejak awal kebutuhan
lahannya.

B. Faktor Sekunder
1. Kondisi Tanah dan Daerah

Kondisi tanah yang relatif masih luas dan merupakan tanah datar dengan
kondisi

iklim yang

stabil sepanjang tahun

sangat menguntungkan.

Disamping itu, Bandung merupakan salah satu kawasan industri di

35

Indonesia sehingga pengaturan dan penanggulangan mengenai dampak


lingkungan dapat dilaksanakan dengan baik.

2. lklim

Keadaan iklim di Indonesia khususnya di Bandung secara umum cukup


mendukung dan daerah yang tidak mudah dilanda topan dan banjir.
Sehingga akan menunjang kemajuan dari pabrik yang akan dibangun.

3. Kebijakan Pemerintah

Pendirian suatu pabrik perlu mempertimbangkan faktor kepentingan


pemerintah yang terkait didalamnya seperti kebijakan pengembangan
industri dan hubungan dengan pemerataan kesempatan kerja serta hasilhasil pembangunan.

4. Sarana Penunjang Lainnya

Bandung sebagai kawasan industri telah memiliki fasilitas terpadu seperti


perumahan, sarana olah raga, sarana kesehatan, sarana hiburan, dan
lainnya. Walaupun perusahaan nantinya harus mengembangkan fasilitasfasilitas untuk karyawannya sendiri tetapi untuk mengurangi pembiayaan
awal pendirian pabrik maka dapat mempergunakan fasilitas terpadu
terse but.

d. Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi


dan mengevaluasi suatu

masalah,

proyek atau

konsep

bisnis yang

berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths,
Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering digunakan

dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan.
Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai
pemecah masalah.

a. S - Strengths (Kekuatan)
36

lndustri nasional yang bergerak di bidang pengolahan kulit kina di


Indonesia hanya ada 2 pabrik. Permintaan pasar internasional masih
terbuka dan belum sepenuhnya dapat dipasok oleh kedua industri kina
tersebut. Di lain pihak, kebutuhan bahan baku industri kina nasional yang
berupa kulit kina, saat ini sebagian harus diimpor, karena pasokan kulit
kina dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 20% kebutuhan
industri kina nasional. Peluang untuk memanfaatkan alkaloid sisa sangat
terbuka, dengan mengolah alkaloid sisa menjadi kinin dan sinkonin crude
yang memenuhi persyaratan tertentu. Produk kinin dan sinkonin crude ini
akan dijual ke industri kina, dan selanjutnya akan dimurnikan di industri
kina tersebut. Dengan strategi kemitraan ini diharapkan akan memberikan
keuntungan bagi kedua belah pihak.
Selain kedua senyawa aktif alkaloid kinin dan sinkonin, sebenarnya
di dalam bahan baku yang digunakan juga terdapat kandungan senyawa
aktif alkaloid lainnya yaitu kinidin dan sinkonidin yang juga mempunyai
nilai komersial. Hal ini merupakan keuntungan tambahan jika selanjutnya
dilakukan ekstraksi untuk mengisolasi kedua senyawa tersebut.

b.

W- Weaknesses (Kelemahan)
Bahan baku berupa alkaloid sisa dari industri kina, pada umumnya
mempunyai komposisi senyawa aktif yang sangat bervariasi. Hal ini
menyebabkan tidak adanya prosedur standar yang dapat dipakai untuk
proses ekstraksinya. Pengetahuan dan pengalaman seseorang sangat
diperlukan dalam menentukan proses yang akan dilakukan.

Untuk

mengatasi masalah variasi bahan baku, maka sebelum dilakukan proses


pada skala industri, biasanya dilakukan verifikasi proses pada skala
laboratorium terlebih dahulu. Hal ini tentunya akan memerlukan biaya
tambahan serta waktu yang lebih panjang. Kelemahan yang lain adalah
ketergantungan bahan baku kepada industri kina nasional. Jika terjadi
permasalahan di industri kina tersebut maka proses produksi akan
terganggu .

c. 0 - Opportunities (Kesempatan)

37

Dengan diketahuinya penggunaan lain dari senyawa aktif hasil


ekstraksi dari tanaman kina, mengakibatkan kebutuhan global terhadap
kina semakin meningkat. Awalnya alkaloid kina hanya digunakan untuk
obat antimalaria, tetapi selanjunya berkembang untuk penggunaan lainnya
seperti untuk katalis aktif di industri farmasi, tonik dan untuk pembangkit
cita rasa khas di industri minum, pelembab di industri kosmetik,
biofungisida yang ramah lingkungan dan lain-lain. Disisi lain pasokan
bahan baku yang berupa kulit kina mengalami hambatan, oleh karena itu
produksi kinin dan sikonin dengan memanfaatkan bahan baku berupa
alkaloid sisa dari industri kina mempunyai peluang yang baik.

d. T- Ancaman (Threats)
Sebagian besar produk kina nasional ditujukan untuk memenuhi pasar
internasional. Kebutuhan kina untuk pasar dalam negeri tidak sebesar
kebutuhan internasional. Persai ngan pasar internasional sangat ketat,
terutama dari negara-negara produsen besar seperti, Jerman, Belanda,
Bangladesh , dan India. Untuk mengatasi persaingan ini maka kualitas
produk harus terjamin disertai dengan sertifikasi industrinya, seperti
sertifikat halal dari pasar Amerika, ISO 9002 dan ISO 14001.

e. Analisis Kelayakan lnvestasi

Analisis kelayakan investasi dibuat berdasarkan pada proses produksi


kinin. Proses produksi kinin dilakukan dengan menggunakan 2 line proses.
Masing-masing line proses mempunyai unit peralatan yang terpisah kecuali
untuk unit pendukung produksi seperti unit boiler, unit air demin, unit air
pendingin yang diadakan secara terpusat. Kapasitas proses produksi adalah
1 ton bahan baku/batch/line, sehingga dalam 1 tahun dibutuhkan bahan baku
sebanyak 352 ton, dengan asumsi dalam 1 tahun terdiri dari 11 bulan
produksi. Rendemen produk adalah sebesar 10%.
Asumsi-asumsi lain yang digunakan adalah sebagai berikut:

= 10,0

Rendemen produk (yield)

Bahan baku alkaloid yang diproses/batchlline = 1000 kg

Produk dihasilkan/batchlline

persen

=100 kg
38

=32 batch/bin
Jumlah bulan produksi/tahun = 11 bulan
Jumlah bahan baku yang dibutuhkan =352 batch/tahun

Jumlah hari kerja tiap bulan = 27 hari

Harga jual produk $47/kg (USD = Rp 9.000) = Rp 423 .000,-

Bunga bank

Jumlah batch/bulan

=18%

1. Estimasi Kebutuhan Alat Proses


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

AI at

Jumlah

Reaktor 1
Reaktor 2
Reaktor 3
Sentrifuse
Pompa Vakum 1
Pompa Vakum 2
Boiler
Pompa Cooling Tower
Chiller Unit
Un it Demin

Harga Awal (Rp)

2
2
2
2
2
2
1
1
1
1

191.516.000
188.722.000
199.390.000
50.000.000
52.324 .000
52.324.000
50.800 .000
266.700.000
698.500.000
431 .800.000

Total

2.1 82 .076.000

2. Estimasi Kebutuhan Bahan Baku dan Kimia/batch/line


No

Bahan
1 Alkaloid
1
2
3
4
5
6
7
8

Toluen
Alkohol
HCI
NaHC03
NaC03
NaOH
H2S04
Norit
Total

Kebutuhan
I batch
1.000
308
62
8
8
8
8
31
2

kg

Harga/satuan
(Rp)
5.000

Total
biaya(Rp)
25.000.000

L
L
L
kg
kg
kg
kg
kg

9.500
10.120
10.070
2.400
4.000
7.500
1.351
18.000

14.615.385
3.113.846
387.308
92.308
153.846
288.462
207.846
138.462

Satuan

18.997.461

39

3. Biaya lnvestasi dan Modal Kerja


a. B.1aya nves t as1.
No
1
2

Komponen

Biaya (Rp)
625.000.000
500.000.000
50.000.000
10.000.000
200.000.000
2.471 .890.000
100.000.000
3.956.890.000

Tanah
Bangunan
lnstalasi Listrik
lnstalasi Air
Kendaraan
Peralatan Produksi
Lain-lain

3
4
5
6
7

Total
b. Modal Kerja per Bulan

No
1.
2.
3.
4.

Komponen
Bahan Baku
Bahan Pembantu
Gaji Karyawan/Pekarja
Biaya Operasi
- Listrik, Utilitas & BBM

Biaya
Satuan/batch
25.000.000
1.899.746

Jumlah
32
32

Satuan
Batch
Batch

Biaya (Rp)
800.000.000
60.791.877
127.940.000

64.746.090

Unit
Hari

64.746.090

100.000
1.000.000

27
27

5.

Maintanance/Perawatan
-Lain-lain
Jumlah
lnvestasi yang
dibutuhkan

Dibulatkan (termasuk biaya operasional lainnya)

Hari

2.700.000
27.000.000
1.083.177.966
4.810.253.966
5.000.000.000

c. Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Per Tahun

No.
I.
1.
2.
5.
6.
7.
8.
9.
10

Komponen
Biaya Tetap
Gaji Karyawan/Pekerja
Pemeliharaan Alat
Produksi
Pemeliharaan Bangunan
Pemeliharaan Kendaraan
Penyusutan Alat Produksi
Penyusutan Bangunan
Penyusutan Kendaraan
Administrasi dan Lain-lain
Jumlah

Jumlah

Satuan

Tahun
%

2
2
5
5
5
10
1

%
%
%
%
%
Tahun

Jumlah Biaya
(Rp)
1.535.280.000
43.641 .520
10.000.000
10.000.000
109.103.800
25.000.000
20.000.000
12.000.000
1.765.025.320
40

II.
1.
2.
3.

Biaya Tidak T etap


Bahan Baku
Bahan Pembantu
Biaya Operasional
- Listrik, Utilitas & BBM
- Maintanance/Perawatan
-Lain-lain
Jumlah
Jumlah Total

1
1

Tahun
Tahun

800.000.000
668.710.642

1
1
1

Tahun
Tahun
Tahun

776 .953.075
32.400.000
324.000.000
10.278.063.718
12.043.089.038

4. Pokok Pinjaman dan Angsuran dengan SBI 18 % dan tenggang waktu 1


Tahun
TAHUN
KE(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

POKOK
PINJAMAN
AWAL TAHUN
(2)
5.000.000 .000
5.900.000.000
5.590.870.000
5.226.096 .600
4.795.663.988
4.287.753 .506
3.688.419.137
2.981 .204.582
2.146.691.406
1.161 .965.859

BESARNYA
ANGSURAN
(3)

--1.371 .130.000
1.371 .130.000
1.371 .130.000
1.37 1. 130.000
1.371 .130.000
1.371 .130.000
1.371 .130.000
1. 371 .1 30.000
1.371.130.000

BUNGA
18%
_{_3)
900.000.000
1.062 .000.000
1.006.356.600
940.697 .388
863.219.518
771 .795 .631
663.915.445
536.616.825
386.404.453
209.153.855

POKOK
PINJAMAN

(4)
(900.000.000)
309.130.000
364 .773.400
430.432 .612
507.910.482
599 .334.369
707.214 .555
834.513.175
984.725.547
1. 161.976.145

POKOK
PINJAMAN
AKHIR TAHUN
(5)
5.900 .000.000
5.590.870.000
5.226.096.600
4.795.663.988
4.287.753.506
3.688.419.137
2.981 .204.582
2.146.691.406
1. 161 .965.859
(10.286)

41

KETERANGAN

T
1

ASH FLOW
roduksi
KG)

enerimaan
ajak /tax
PN (10 %)

inj aman Bank

JUMLAH

ASH OUT FLOW


embalian
anah
embuatan
angunan
engadaan
1at Produksi
nstalasi
istrik dan
ir

K E

9.600

28 . 800

38.400

38.400

38.400

38.400

38 .4 00

4.060.800

12.182.400

16.243.200

16.243 . 200

16.243.200

16.243.200

16.243.200
(1.624.320

(406 . 080)

(1.218.240)

(1.624.320)

(1.624.320)

(1.624.320)

(1.624.320)

---

---

---

---

(5.000.000)
(1.345.280)

--10.964.160

14.618.880

14.618.880

14.618.880

14.618.880

--14.618.880

10

38.400
16.243.20
0
(1.624.32
0)

38.400
16.243.20
0
(1.624.32
0)

38.400
16.243.20
0
(1.624.32
0)

---

---

---

14.618.88
0

14.618.88
0

14.618.88
0

11

38.400
16.243.200
(1.624.320)

--14 .618 .880

625.000

---

---

---

---

---

---

---

---

---

---

500.000

---

---

---

---

---

---

---

---

---

- --

2.182.076

---

---

---

---

---

---

---

---

---

---

120.000

-----

-----

-----

-----

-----

-----

-----

-----

-----

-----

95.955

127.940

127.940

127.940

127.940

127.940

127.940

127.940

127.940

127.940

---

43.642

43.642

43 . 642

43.642

43.642

43.642

43.642

43.642

43.642

43.642

1ngunan

---

10.000

10.000

10 . 000

10 . 000

10.000

10 . 000

10.000

10.000

10.000

10.000

!meliharaan
!ndaraan

---

10.000

10.000

10.000

10.000

10 . 000

10.000

10.000

10.000

10.000

10.000

Penyusutan
.at Produksi

---

109.104

109.104

109.104

109.104

109.104
- -- ----

109.104

109.104

109.104

109.104

endaraan

200.000

3.in-lain

100 . 000

iaya Tetap
Gaji
uyawan/Peke
ja

31.985

~me1iharaan

lat Produksi
~me1iharaan

---

109.104

- - - - - - -

42

Penyusutan
anguanan
Penyusutan
endaraan
Pajak
endaraan
Pajak Bumi
an Bangunan

-- -

25.000

25 . 000

25.000

25.000

25.000

25.000

25 .000

25 . 000

25 . 000

25.000

---

20.000

20.000

20 . 000

20.000

20 . 000

20.000

20 .00 0

20 . 000

20 . 000

20.000

---

1.500

1 . 500

1.500

1.500

1.500

1 .500

1. 500

1 . 500

1.500

1. 500

-- -

20 . 000

20.000

20.000

20.000

20.000

20 . 000

20.000

20.000

20.000

20.000

12.000

12.000

12.000

12.000

12 .000

12.000

12.000

12 . 000

12.000

12.000

12.000

Bahan Baku
Bahan
embantu
Biaya
peras i

2.400.000

7.200 . 000

9 . 600.000

9.600.000

9 . 600.000

9 . 600 . 000

9.600.000

9.600.000

9 . 600.000

9.600.000

9.600 . 000

182 .376

547 . 127

729.503

729.503

729.503

729.503

729.503

729.503

729.503

729 . 503

729.503

283.338

850.015

1.133. 353

1.133 . 353

1.133. 353

1.133. 353

1.133 . 353

6 . 636.775

8 . 944.342

11.842 . 041

11.842.041

11.842.041

11.84 2 . 041

11 . 842.041

1.133.353
11.842.04
1

1.133. 353
11 . 842 . 04
1

1.133.353

TOTAL
JRPLUS/DEFIS

1.133.353
11.842 . 04
1

11.842 . 041

(7.982 . 055)

2.019.818

2.776.839

2. 776 . 839

2 . 776.839

2.776.839

2.776.839

2.776.839

2.776 . 839

2 . 776.839

2.776.839

5.000.000

5.900.000

5 . 590.870

5 . 226 . 097

4.795.664

4.287 . 754

3.688.419

2 . 981.205

2.146.691

1.161.966

(10)

900.000

1.062.000

1.006 . 357

940.697

863.220

771.796

663.915

536 . 617

386 . 404

209.154

(2)

1.371 . 130

1.371.130

1. 371.130

1. 371.130

1.371.130

1.371 . 130

1. 371.130

1. 371.130

1.371.130

dministrasi
an Lain-lain
iaya Tidak
etap

~WAJIBAN

rNJAMAN
)kok
Lnjaman
mga
\DWAL
'NGEMBALIAN
\ngsuran
mk)
JTSTANDING
:NJAMAN
\SH BALANCE
ICREMENTAL
IRPLUS

-----

---

5 . 900 . 000

6 . 962.000

6.597.227

6.166.794

5.658 . 884

5 . 059.549

4 . 352.335

3 . 517 . 82 1

2.533.096

1. 371. 120

(7 . 982 . 055)

(7.333 . 367)

(5.927.658)

(4 .521. 949)

(3.116.240)

(1.710 . 531)

(304.821)

1.100.888

2.506.597

3 . 912.306

6.689 . 145

(7.982 . 055)

2.019.818

2.776.839

2 . 776.839

2 . 776.839

2.776.812.__ ~ 776.839

2 . 776 . 839

2.776.839

2.776.839

- -~.776 .839_

L. .

LUNAS

43

5. Perhitungan BEP, HPP, NPV, NET 8/C , GROSS 8/C DAN IRR
(DALAM RIBUAN RUPIAH)
TAHUN
KE

CASHIN
FLOW

CASH OUT
FLOW

COF
18%

CIF
18%

SURPLUS/
DEFISIT

OF
18%

PRESENT
VALUE

0,848
0,718
0,609
0,516
0,437
0,370
0,314
0,266
0,226
0,191
0,1 62

(6.764.792
)
1.450.633
1.229.261
1.041 .822
882.862
748.141
634.021
537.272
455.469
385.987
327.009

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

(1.345.280)
10.964.160
10.964.160
10.964.160
10.964.160
10.964.160
10.964.160
10.964.160
10.964.160
10.964.1 60
10.964.1 60

6.636.775
8.944.342
8.944.342
8.944.342
8.944.342
8.944.342
8.944.342
8.944.342
8.944.342
8.944.342
8.944.342

(1.140.125)
7.874.460
6.672.788
5.655.314
4.792.434
4.061 .125
3.441.650
2.916.467
2.472.418
2.095.251
1.775.098

5.624.667
6.423.826
5.443.527
4.613.492
3.909.572
3.312.984
2.807 .629
2.379.195
2.016.949
1.709.264
1.448.089

(7.982.055)
2.019.818
2.019.818
2.019.818
2.019.818
2.019.818
2.019.818
2.019.818
2.019.818
2.019.818
2.019.818

JUMLAH

108.296.320

96.080.195

40.616.879

39.689.193

12.216.125

Dari hasil perhitungan cash flow,

NPV = 927.685

maka didapatkan hasil perhitungan

teknoekonomi sebagai berikut:


1. Break Event Point (Rp) = Rp 4.070.496.172 ,2. Harga Pokok Produksi /kg

=Rp 336.039,-

4. Gross 8/C

= Rp 927.685.000 ,=1,127

5. Net 8/C

= 1,023

6. IRR

=23,834%
=5,7 Tahun (5 tahun 8 bulan).

3. NVP

7. Payback Period

44

BABVI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 . Kesimpulan

Diperoleh proses yang optimal untuk isolasi kinin dan sinkon in dengan
menggunakan bahan baku berupa alkaliod sisa dari industri kina. Rendemen
kinin crude dari proses ekstraksi dengan menggunakan bahan baku alkaloid
sisa dari industri kina adalah antara 9,0-1 0,0%. Sedangkan rendemen
sinkonin crude adalah antara 9,0-11 ,0%. Produk yang dihasilkan telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh customer. Spesifikasi produk
yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
Produk kinin sulfat crude :
Spesifikasi Produk

Hasil

Persyaratan

serbuk coklat muda

serbuk coklat muda

kinin

58,54%

min 50,0%

dihidrokinin

24,67%

maks 30,0%

kinidin

1,78%

maks 3,0%

sinkonidin

3,18%

maks 5%

sinkonin

0,26%

maks 4%

LOD

29,5%

maks 30,0%

Hasil

Persyaratan

serbuk coklat muda


hingga tua

serbuk coklat muda


atau tua

maks 1,00%

3,87%

maks 5,00%

67,71%

min 55,00%

Maks 20,00%

25,52%

maks 30,0%

warn a

Produk sinkonin crude :


Spesifikasi Produk
warn a
kinin
kinidin
sinkonin
dihidrosinkonin
LOD

45

Dengan menggunakan asumsi rendemen rata-rata untuk kinin dan


sinkonin

adalah 10% maka skala produksi yang diusulkan adalah 440 ton

bahan baku/tahun. Dengan berbasis pada kapasitas produksi tersebut maka


diperoleh perhitungan ekonomi sebagai berikut :
1. Break Event Point (Rp)

= Rp 4.070.496.172,-

2. Harga Pokok Produksi /kg

........

......,

,......

=Rp 336.039 ,-

3. NVP

= Rp 927.685.000,-

4 . Gross 8/C

= 1,127
= 1,023
=23,834%
=5,7 Tahun (5 tahun 8 bulan).

5 . Net 8/C
6. IRR
Payback Period

6.2. Saran
Limbah

padat

yang

dihasilkan

dari

proses

ini

kemungkinan

masih

mengandung alkaliod lain seperti kinidin dan sinkonidin. Oleh karena itu
limbah padat

yang dihasilkan masih disimpan. Perlu dilakukan kajian

selanjutnya untuk mengisolasi senyawa tersebut.

46

DAFT AR PUST AKA

1.

ANEKAPLANTASIA.cybermediaclips, Jabar Bangun Kembali Usaha


Kina , 22 Desember, 2007

2.

Bay, Perdagangan : Jabar Potensial untuk Kina , Kompas, 11 Mei 2006

3.

Cordell,

G.A. ,

1981 , Introduction

to

alkaloids , Awiley-lntersciece

Publication , N.Y.
4.

Cinchona, http://www.en.wikipedia.org/wiki/Cinchona

5.

Cinchona bark, http://www.alibaba.com/productfree/11 0655931/Cinchona Bark Cinchona Ledgeriana .html)

6.

Ditjen

POM , Parameter

standar

umum

ekstrak

tumbuhan

obat,

Departemen Kesehatan republic Indonesia, Jakarta, 2000, hal 8 - 15, 39


-40.
7.

Dwi Bayu Radius, Kina : Paling Banyak Justru untuk Minuman Ringan ,
Kompas, 20 November 2006.

8.

Geissman , TA dan Crout, D.H.G.,

1969, Organic Chemestry of

Secondary Plant Metabolism, Pergamon Press, London


9.

Harborne, J.B. , Metode Fitokimia

Penuntun Cara Modern Menganalisa

Tumbuhan, Terbitan ke-2, terjemahan Padmawinata, K dan Soediro, 1.,


Penerbit ITS, Bandung, 1987.
10. Harjono, S. , 1996, Sintesis Bahan Alam, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
11 . Kina (Chinchona spp), http://www.tazar.co.id
12. Matsyeh, 1987, Kimia Bahan Alam, Jilid I, Fakultas Matematika dan llmu
Pengetahuan Alam, UGM , Yogyakarta
13. Merck and Co., The Merck Index an Encyclopedia of Chemicals, Drugs
and Biologicals, 13th edition , Rahway, USA, 2001 , 1443-1444.
14. Nurita Toruan Mathius, Reflini, Nurhaimi Haris, Joko santoso dan A.
Priangani Rosweim, 2004, Kultur akar rambut Cinchona ledgeriana dan
C. succirubra dalam kultur in vitro, Menara Perkebunan , vol 72(2), 72-87
15. Permintaan

Obat

Kina

dari

Berbagai

Daerah

Meningkat,

http:l/suarapembaruan.com/news/2000/08/04/index.html

47

16. Santoso, J dan Wibowo, S., Ekstrak antara dari tepung kina untuk
efisiensi

pengangkutan

dan

pembuangan

limbah,

Laporan

hasil

penelitian, Pusat Penelitian The dan Kina Gambung, Bandung, 2000.


17. SIL. (2000). Peluang pasar dan perkembangan industri kina Indonesia.
Sinkona Indonesia Lestari.
18.

Sujadi, Uji Perbandingan beberapa metode analisis kulit kina, tesis, ITB,
Bandung, 1984.

19.

Kutchan, TM, The Plant Cell, Vol. 7, 1059-1070, July 1995 0 1995
American Society of Plant Physiologists

20. Quinine, http:/1\vww.rain-tree.com/quinine.htm

48

LAMP IRAN

Gambar 1. Koordinasi dengan mitra

Gambar 2. Persiapan Bahan Baku

49

Gambar 3. Pengisian bahan baku ke dalam reaktor

Gambar 4. Proses ekstraksi

50

Gambar 5. Proses sentrifugasi untuk pemisahan produk dari larutan induk


(MLQ)

Gambar 6. Proses pengeringan dan penghancuran produk

51

Gambar 7. Produk kinin dan sinkonin sulfat crude

52

Gambar 8.Analisa dan kontrol kualitas produk

"'"'00
('!

....;

"',_
0\

N
"'
J)

0\

'"

C>
..0

.....

3
"'

In

4"

~I

C'

oc

<I

!'I
<'I

"'.;

'"""'

""

"'"'

~~
~ .
"'0
"',_

<'I

,_
M
_,

"'

l
J>

1n

"'

0\
0

I"

<'I

I
"'
,_

.....
...,. '-

('I

$1
(' I

,;
I' I

"'

00

..
::.0

'"0., "' '"'


"'"' 0
""" "'
If\

D
1-

O'o

_,.
'"
0
...,.

...

In

Gambar 9. Kromatogram produk kina sulfat

53

You might also like