Professional Documents
Culture Documents
NOVEMBER 2010
Fokus Bidang Prioritas (pengusul wajib melingkari satu bidang ya ng sesua i):
1. Ketahanan pangan
2. Sumber energi baru dan terbarukan
3. Teknologi dan manajemen transportasi
4. Teknologi informasi dan komunikasi
5. Teknologi pertahanan dan keamanan
@ Teknologi kesehatan dan obat
Kode Produk Target
Kode Kegiatan
Lokasi Penelitian
Penelitian Tahun Ke
: 2.01
: 2.01 .09
: Serpong , Banten dan Bogar, Jawa Barat
:1
Nama Koordinator
Nama Lembaga
Ala mat
Telepon/HP/Faksmile
E-mail
C. Mitra Pengguna
Nama Koordinator
lnstitusi Pengguna
Ala mat
Telepon/HP/Faksmile
E-mail
Ora . Kusgiantini
CV Kinanti Nusantara
Jl. Golf Barat IV I 15 Arcam anik Bandun g
022-7218091/08122023744/ 022-7204 496
APBN
Mitra Pengguna
APBD
In-cash
In-kind
In-ca sh
66 ,425,000
129 ,235 ,000
27 ,210 ,000
23 ,300 ,000
246,170,000
In-kind
38 ,851 ,000
9,000 ,000
26 ,000 ,000
73,851,000
Koo rdinator/
RINGKASAN
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kepada lllahi rabbi yang telah memberikan
rahmat-Nya kepada kita semua , sehingga kegiatan lnsentif Perekayasa
dengan judul Difusi Teknologi Ekstraksi Kinin dan Sinkonin Dari Produk
Samping lndustri Kina dan Sintesis Turunannya telah selesai dilakukan.
Kinin sudah sejak dahulu dikenal sebagai obat antimalaria yang
diperoleh dari tanaman kina. Sejalan dengan ilmu pengetahuan , senyawa
lainnya yang terkandungdalam tanaman kina, seperti sinkonin , sinkonidin dan
kinidin telah diketahui dan diisolasi dan telah digunakan di berbagai industri.
Indonesia telah lama dikenal sebagai penghasil kina terbesar di dunia, namun
saat ini telah terjadi penurunan jumlah perkebunan kina yang sangat drastis.
Sebagai konsekuensinya sebagaian pasokan kebutuhan kulit kina untuk
kedua industri kina nasional, saat ini harus diimpor.
Pemanfaatan produkk samping dari industri kina merupakan salah
satu alternatif yang baik. Selain dapat memanfaatkan produk samping dari
industri, hal ini dapat mempunyai keuntungan, yaitu : memberikan nilai
tambah yang tinggi dari bahan baku yang belum termanfaatkan , mengisi
permintaan pasar kinin dan turunannya baik nasional maupun internasional,
mengurangi impor kulit kina dan mengatasi permasalahan lingkungan. Pada
kajian teknologi ini telah dilakukan uji coba produksi dengan menggunakan
bahan baku alkaloid sisa dari industri kina serta kajian bisnisnya.
Akhirnya kami menyadari bahwa kajian ini tentunya masih terdapat
kekurangan baik materi maupun penyajiannya, kiranya dengan rendah hati
kami menerima segenap saran dan kritik yang membangun dengan tujuan
untuk memperbaiki hal-hal yang dirasa kurang dikemudian hari.
DAFTAR lSI
.........
Halaman
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
.-.._
,......,
.......
........
RINGKASAN
ii
PRAKATA
iii
DAFTAR lSI
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
vi
BASI
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
.........
2.1. Alkaloid
,.......
,...__
11
14
BAB Ill
14
14
METODOLOGI
16
16
16
17
23
24
24
31
45
6.1 Kesimpulan
45
6.2 Saran
46
/'
,........
,......,
BAB IV
........
,......,._
........
BABV
,....
,........
BABVI
,......_
......._
,.....
,.......
DAFTAR PUSTAKA
47
LAMP IRAN
49
DAFT AR TABEL
Tabel 5.1.
,......_
.--...
Tabel 5.2 .
------.
Tabel5.3.
Tabel 5.4.
'"'
'"""'
Tabel5.6.
'"""'
Tabel 5.7 .
""""'\
'"""'
,........_
........
,-...
..-...
,..--...
,.-...
,--,
Gambar4.1.
Gambar4.2.
Gambar 4.3.
Gambar 4.4.
Gambar 5.1.
Gambar 5.2.
Gambar 5.3.
Gambar 5.4 .
Gambar 5.5.
BASI
PENDAHULUAN
Kinin dikenal sebagai salah satu obat antimalaria. Meskipun kinin
sebagai obat antimalaria telah menunjukkan resistensi , tetapi turunan kinin
masih efektif digunakan. Bahkan kinin juga masih efektif untuk pengobatan
malaria jika dilakukan dengan cara yang tepat. Kinin diperoleh dari ekstraksi
kulit kina . lndustri kina di Indonesia sudah ada sejak lama , bahkan Indonesia
pernah dikenal sebagai pemasok kina terbesa r di dunia, tetapi saat ini
Indonesia harus mengimpor kulit kina untuk memenuhi kebutuhan industri
kina dalam negeri. Luas areal tanaman kina yang ada saat ini diperkirakan
mencapai 5.000 hektar, yang hanya mengisi 20 persen kebutuhan pabrik kina
yang ada di Indonesia. Kekurangan pasokan kulit kina harus diimpor dan
jumlahnya mencapai 3.000-3 .500 ton per tahun dengan nilai 4 juta dollar
(Kompas, 11 Mei 2006). Dua pabrik kina nasional yaitu PT Kimia Farma dan
PT Sinkona Indonesia Lestari (PT SIL) yang masing-masing mempunyai
kapasitas produksi 150 ton kina per tahun , membutuhkan pasokan kulit kina
sekitar 3000-5000 ton per tahun. Permintaan alkaloid kuinolin di pasar dun ia
diperkirakan akan terus meningkat karena penggunaanya yang semakin
meluas di berbagai bidang industri antara lain industri farmasi, industri
minuman, industri kosmetik dan industri biopestisida. Setiap tahun terjad i
peningkatan
permintaan
alkaloid
ku inolin
sebesar
20
persen
yang
berminatnya
dihadapi
dalam
investor dalam
penyediaan
bidang
kulit
budidaya
kina
tanaman
adalah
kurang
kina . Hal
ini
disebabkan karena diperlukan waktu yang relatif lama untuk dapat mulai
memanen tanaman kina. Paling sedikit diperlukan waktu tujuh tahun untuk
dapat memanen kulit batang tanaman kina dan produksi alkaloid tertinggi
baru dapat diperoleh setelah tanaman berumur 20 tahun .
Peluang untuk kembali menjadikan Indonesia sebagai pemasok kulit
kina terbesar di dunia sangat terbuka. Mengingat di beberapa negara
produsen utama kulit kina yang lain seperti Kongo, Rwanda, Burundi, Kenya,
dan Tanzania perkebunan kinanya semakin kurang terpelihara. Kondisi sosial
politik yang tidak stabil dan serangan hebat dari penyakit kanker batang di
negara-negara itu membuat banyak pohon kina tidak lagi produktif. Di sisi lain
kebutuhan kina dunia semakin tinggi, tetapi industri kina jumlahnya sangat
terbatas. Hal ini merupakan peluang yang sangat baik untuk dapat mengisi
kekurangan pasokan untuk dunia. Saat ini produsen terbesar produk kina
adalah Jerman, disusul Indonesia, Kongo, dan India.
Saat ini usaha-usaha untuk mengatasi kendala di atas telah dilakukan
dengan peremajaan dan serta rehabilitasi perkebunan yang ada maupun
dengan cara kultur jaringan. Tetapi hal ini masih memerlukan waktu lama,
dan sebagian masih dalam tahap penelitian . Peluang yang belum dilakukan
adalah dengan memanfaatkan produk samping dari industri kina .
Jenis tanaman kina (Cinchona) yang umumnya digunakan dalam
industri kina adalah C. succirubra dan C. Ledgeriana. Dari 30 lebih jenis
alkaloid kuinolin yang terkandung dalam tanaman kina, 4 jenis alkaloid
kuinolin telah dimanfaatkan dan mempunyai nilai komersial yang tinggi, yaitu :
kinin , kinidin, sinkonin dan sinkonidin . Setiap jenis Cinchona mempunyai
kandungan alkaloid kuinolin yang berbeda. C. ledgeriana diketahui memiliki
kadar kinin yang tinggi (4 - 13 %), sedangkan C. succirubra memiliki kadar
kinin yang sangat rendah (0,8 - 1,4 %). Akan tetapi kadar sinkonidin C.
succirubra lebih tinggi yaitu 3,2 - 5,1 % dari pada C. Jedgeriana yang hanya
mengandung 0 - 3,4 % (Astika , 1975). Sebagai bahan baku untuk industri
kina biasanya merupakan campuran dari kedua jenis tersebut sehingga kadar
kinin antara 6-8%. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut
organik khusus, yang relatif mahal. Perolehan kinin mencapai 75-80% . Hal ini
berarti sisa kandungan kinin yang tertinggal dalam alkaloid sisa sekitar 2025%, serta juga masih mengandung sisa alkaloid yang lain seperti sinkonin ,
sinkonidin dan kinidin, yang juga mempunyai nilai komersial tinggi.
Hingga saat ini produk samping dari industri kina, yaitu PT Kimia
Farma, belum dimanfaatkan, bahkan pada masa yang lalu hanya digunakan
sebagai bahan penguruk tanah. Mulai sekitar tahun 2000 produk samping ini
disimpan, dan tidak lagi digunakan sebagai bahan penguruk tanah. Mitra dari
kegiatan ini (CV Kinanti Nusantara) telah diberi kewenangan untuk mengelola
produk samping tersebut. Saat ini kebutuhan kulit kina untuk dua industri kina
nasional berkisar antara 3000-5000 ton per tahun. Kapasitas di kedua industri
kina tersebut masing-masing mencapai 150 ton kinin per tahun. Dari
pengolahan 1 ton kulit kina diperkirakan akan dihasilkan produk samping
sekitar 100-200 kg . Maka dalam satu tahun maka pada PT Kimia Farma saja
akan dihasilkan produk samping sekitar 300-600 ton .
Pada kegiatan ini target produk yang diinginkan adalah kinin dan
sinkonin. Kinin merupakan produk utama yang diinginkan, sedangkan isolasi
sinkonin dilakukan karena produk tersebut juga mempunyai nilai ekonomi
yang tingg i. Kinin selain digunakan untuk obat antimalaria dan obat kram
pada kaki, juga dibutuhkan industri minuman sebagai minuman tonik, pemberi
rasa pahit yang khas pada minuman ringan. Sinkon in digunakan di industri
farmasi sebagai katalis. Untuk menghasilkan kedua produk tersebut dari
bahan baku alkaloid sisa , diperlukan proses ekstraksi yang efektif sehingga
dapat
menghasilkan
kinin
dan
sinkonin
serta
turunannya
dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Alkaloid
kanada;
turunan
pirrol feromon
seks
serangga;
saksitoksik,
colchicines.
Banyak obat-obatan yang sangat penting diperoleh dari alkaloid
tanaman.
terdapat dalam jumlah yang tinggi pada bagian tertentu dari tanaman.
Sebagai contoh reserpin terkonsentrasi pada akar Ranvolfia sp; kinin terdapat
dalam kulit
Contoh alkaloid dalam spesies Datura dan Nicotiana dihasilkan dalam akar
tetapi ditranslokasikan ke daun (Geissman & Crout, 1969). Sistem klasifikasi
alkaloid yang paling banyak diterima adalah klasifikasi menurut Hegnaver
(Cordell, 1981 ). Menurutnya alkaloid dapat diklasifikasikan menjadi : (a)
alkaloid sesungguhnya, (b) protoalkalid, dan (c) pseudoalkaloid.
a. Alkaloid sesungguhnya
Alkaloid yang mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklisnya,
Alkaloid sesungguhnya adalah racun yang diturunkan dari racun amino.
Senyawa tersebut menunjukkan aktifitas fisiologis yang luas. Hampir tanpa
terkecuali semuanya bersifat basa. Biasanya terdapat dalam tanaman
sebagai garam asam organik.
4
G<N~
~
~ox~~4
Stryci1Min
Suyormot rt . lfOmlc.t L.
Conhne
ComtJ'I!
rnac::J~I.alum
L.
tu.ol
Tuwt brt'/fcw Hullll
VltIJI,
C1th ""#!Uft
..m.un
lttui'O/Jtl ,.Jpentl"
c.H,+=lCH.N,
IIIII
C:Hl
PlloCOtrplnt
PJIOCoa(llUI lllln
rL..,l 1nLn
HCIAU
Otl
Cof1~IIO!"ll
olfc/,,atil L.
mttlr
0
0
>
Clt'IIP'IOII'ttcln
C l t?~Jfllji!J.OI notPIIMfl 01
b. Protoalkalid
Protoalkaloid merupakan amino yang
c. Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino, tetapi
mempunyai nitrogen pada cincin heterosiklisnya. Senyawa ini biasanya
bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam kelompok ini , yaitu
alkaloid steriodal dan purin .
pada atom
nitrogen.
maka ketesediaan
elektron
membentuk garam jika bereaksi dengan asam. Garam alkaloid bersifat larut
dalam air dan alkohol, tetapi bagian yang tidak dapat larut di air, bersifat tidak
campur (immisible) dengan pelarut organik. Ada perkecualian , seperti
ephedrine, colchicines dan ergonovine, bersifat larut dalam air, sedangkan
morfin dan colchicines tidak dapat larut di eter. Kelarutan
alkaloid dan
N-oksida dari
alkaloid
dalam
tanaman.
Metode-metode
tersebut
harus
memenuhi kriteria (a) cepat, (b) memerlukan sampel sedikit dan peralatan
sederhana, (c) hasil tinggi, dan (d) sensitif. Dua metode yang paling banyak
digunakan untuk menyeleksi tanaman yang mengandung dalam alkaloid
(Cordell, 1981 ), yaitu :
Demikian juga larutan asam tannin, dan larutan jenuh asam pikrat (bahan
pereaksi Hager). Group tertentu dari alkaloid memberikan warna yang spesifik
dengan pereaksi tertentu. sifat ini dapat digunakan untuk menentukan
kuantitas alkaloid.
b. lsolasi
lsolasi alkaloid dilakukan dengan metode ekstraksi. Teknik ekstraksi
alkaloid sangat bervariasi tergantung dari jenis alkaloid dan sifat alami bahan.
Namun secara umum ada dua cara yang digunakan untuk ekstraksi alkaloid.
Cara pertama : Serbuk bahan dari tanaman dibasahi dengan larutan yang
Cara kedua : Bahan tanaman, terutama biji dan daun, sering banyak
mengandung lemak dan lilin yang sangat non polar. Oleh karena itu senyawa
tersebut harus dihilangkan sebagai langkah awal dengan cara melarutkan
dalam petroleum eter (Harjono, 1996, Gb. 2.3) . Kebanyakan alkaloid tidak
larut dalam petroleum eter. Namun ekstrak harus selalu dicek untuk
mengetahui adanya alkaloid dengan menggunakan salah satu pereaksi
pengendap alkaloid. Bila sejumlah alkaloid larut dalam petroleum eter, maka
bahan tanaman pada awal ditambah dengan asam berair untuk mengikat
alkaloid menjadi bentuk garamnya. Prosedur ini untuk mengikat ergotamin
dari cendawan ergot C/aviceps purpurea (Cordell , 1981). Setelah lemak
dipisahkan, beberapa pilihan prosedur dapat digunakan. Bahan tanaman
dapat diekstrak dengan air, etanol atau metanol, dengan alkohol berair, atau
dengan larutan alkohol berair yang diasamkan. Kebanyakan alkaloid yang
terdapat dalam tanaman sebagai garam organik, dan garam-garam tersebut
8
lazim larut dalam etanol 95% . Pigmen gula dan konstituen sekunder organik
lain hampir terpisah sempurna dalam alkohol, tetapi banyak garam-garam
organik dan anorganik yang lebih kompleks hanya terpisah sebagian. Larutan
alkohol selanjutnya diuapkan hingga diperoleh sirup kental, dan residu
dipartisi antara larutan asam berair dan pelarut organik. Pada keadaan ini
sering terjadi emulsi atau endapan. Larutan basa berair diekstrak dengan
pelarut organik yang cocok biasanya
FREE ALKALOIDS
Percolated with
Purify I recrystalize
CRYSTALS OF ALKALOIDS.
Bahan tanaman
Petroleum eter
j_
Residu
CH30H 95%
Etil asetat. asam tartart
I
Alkaloid netral
atau basa lemah
Larutan
a sam
Na2C03
I
Alkaloid
basa
Larutan
basa berair
10
Clnchonldlrto
(;liJinldlna
Gam bar 2.4. Empat jenis alkaloid utama dalam tanaman kina
quinicine dan
cinchonicine.
Kuantitas dari kandungan alkaloida dan rasionya sangat tergantung dari jenis
dan hibrid, dan selanjutnya tergantung kepada lingkungan dan umur dari
tanaman, demikian juga dengan pengumpulan dan persiapan dari kulit kayu .
Tabel 2.1. menunjukkan perbandingan alkaloid total dan total kandungan
kinin .
12
Tabel 2.1. Perbandingan kandungan total alkaloid dan total kinin dari
beberapa jenis tanaman kina (sumber: www.rain-tree.com/quinine.htm )
Alkaloid Content Comparison in Cinchona Species
Total Alkaloids(%)
3-7
0-4
C.Succirubra
6-16
4-14
C. officinalis
5-8
2-7.5
C. ledgeriana
5-14
3-13
C. pubescens
4.5-8 .5
1-3
Species
C. calisaya
13
BAS Ill
TUJUAN DAN MANFAAT
proses
isolasi
kinin
dan
sinkonin
yang
efesien
dengan
menggunakan bahan baku alkaloid sisa dari industri kina yang dapat
diterapkan di industri.
c. Diperoleh prototipe produk untuk pengenalan produk ke pasar.
d. Diperoleh analisa bisnis yang komprehensif sehingga dapat digunakan
sebagai acuan untuk industrialisasinya.
14
15
BABIV
METODOLOGJ
b.
16
laboratorium.
Hal
ini
melalui
17
+ NaOH 10%, 10 L
Pendinginan hingga 60 C di R2
Lapisan toluen di
tangki R 1
Slem di R2
+air 100- 200L
_____.
Distilat toluen
800-1000 L
Recovery toluen
dengan distilasi
Distil at
toluen
200 L
Pengeluaran limbah
slem dari tangki R2
MLQ Toluen
Gambar 4.1. Diagram alir proses isolasi kinin crude dari alkaloid sisa
18
Selanjutnya
dilakukan
kristalisasi
dengan
cara
pembasaan.
Proses
selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.3 dan 4.4. Bahan baku alkaloid
sisa sebanyak 650 kg diekstraksi dengan menggunakan toluen teknis 2400 I.
Proses ektraksi dilakukan dalam reaktor berpengaduk yang dilengkapi
dengan jaket pemanas dan pendingin reaktor. Selain itu reaktor juga
dihubungkan ke unit penukar panas yang berada di luar reaktor. Proses
ekstraksi dilakukan pada temperatur 90 C selama 2 jam. Untuk mencegah
kehilangan pelarut karena penguapan, maka uap pelarut dikondensasikan
melalui alat penukar panas dan selanjutnya kondensat diumpankan kembali
ke dalam reaktor. Proses refluk terjadi di reaktor R2 selama 2 jam. Setelah
semua alkaloid terlarut, selanjutnya dilakukan pendinginan hingga mencapai
suhu 60C. Larutan organik yang kaya poduk selanjutnya ditransfer secara
vakum dari tangki R2 ke tangki berpengaduk R1. Setelah selesai transfer,
slem (pasta hitam yang tidak dapat larut dalam toluen) yang ada di dasar
tangki R2 ditambah air secukupnya (1 00 - 200 L) untuk dilakukan recovery
toluen yang terperangkap di dalam slem dengan cara distilasi. Setelah
diperoleh toluen hasil distilasi sebanyak 200 liter, kemudian slem yang bebas
toluen dikeluarkan dari tangki R2 untuk dibuang. Fase toluen yang kaya akan
ekstrak alkaloid di tangki R1 kemudian didistilasi, siehingga diperoleh ekstrak
19
toluen pekat serta kering. Destilat toluene yang keluar awalnya berwarna
keruh, karena masih bercampur dengan air. Semakin
1
L--1
_E_K_ST_R_A_K_S_ID_E_N_G_A_N_T_O_L_UE_N_
_.
11
11
Gambar 4.2. Diagram alir proses isolasi sinkonin crude dari alkaloid sisa
lama kandungan air dalam destilat akan habis, sehingga destilat berwarna
jernih. Setelah diperoleh toluen distilat 800 - 1000 L, proses dilanjutkan
dengan pendinginan hingga suhu 30 C. Setelah itu dilakukan penyaringan
dengan menggunakan alat sentrifugasi yang dilengkapi dengan saringan kain
untuk memisahkan antara produk padatan yang berwarna coklat kegelapan
dengan MLQ (mother liquor) toluen. Produk hasil ekstraksi dengan toluen
dilakukan
analisis
KCKT
(Kromatografi
Cairan
Kinerja
Tinggi)
untuk
hingga
30
kemudian
dilakukan
sentrifugasi
untuk
20
Pendinginan hingga 60 C di R2
Pemisahan lapisan (fase) toluen dan slem dengan penyedotan
Lapisan toluen di
tangki R 1
Slem di R2
+air 100 - 200L
Pemekatan dengan
pemanasan
Pendinginan hingga 30 C
~
Penyaringan dengan
alat sentrifugasi
Distilat
toluen
200 L
Recovery toluen
dengan distilasi
Pengeluaran limbah
slem dari tangki R2
MLQ toluen
____.. 1200- 1400 L
1.
Gambar 4.3. Proses ekstraksi kinin dari alkaloid sisa industri kina dengan
menggunakan pelarut toluen
21
......
..--..
+ alkohol 600 L
.-.,
r--,
Pendinginan hingga 30 C
~
Penyaringan dengan
alat sentrifugasi
,.....
_____.
MLQ alcohol
600- 1000 L
+ air RO 600 L
1
Penyaringan dengan
alat sentrifugasi
Air panas
Produk akhir
(Sinkonin crude)
Gambar 4.4. Diagram alir proses ekstraksi sinkonin dari produk hasil
ekstraksi toluen dengan alkohol dan air
c. Analisa Kandungan Alkaloid Dengan KCKT
Kondisi KCKT
AI at
Kolom
: C 18 Atlantis Waters
Detektor
Fase gerak
pH 2, 8 ( 6 : 94)
Laju alir
: 1 ml/min
Volume inject
: 10 J.JI
22
);>
);>
);>
Preparasi Sampel
Sam pel ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml.
Dilarutkan dengan fase gerak HPLC, homogenkan , sonikasi selama 30 menit,
disaring dengan membran filter 0.45 IJL, filtrat diinjectkan sebanyak 10 1-1L ke
HPLC.
23
BABV
Bentuk fisik alkaloid sisa yang berasal dari industri kina mempunyai
sifat fisik yang bermacam-macam. Sebagian alakolid sisa berupa bongkahan
(padatan) yang keras seperti tanah dan berwarma coklat, adapula yang
berbentuk padat, agak lembek serta berwarna hitam. Alkaloid sisa ini
mengandung banyak senyawa alkaloid kuinolin yang bernilai tinggi beserta
pengotor-pengotor lainnya. Proses isolasi perlu dilakukan untuk memperoleh
produk dengan spesifikasi tertentu. Produk yang dihasilkan berupa produk
setengah jadi (produk crude) sesuai dengan keinginan pasar. Oleh industri
kina, produk crude ini akan dicampur dengan produk crude lainnya yang
diperoleh dari kulit kina serta diproses untuk menghasilkan produk murni yang
diinginkan.
Komposisi senyawa yang dikandung dalam alkaloid sisa mempunyai
variasi yang sangat tinggi, sehingga tahapan proses isolasi bisa berbeda
untuk setiap pengolahan bahan baku. Tabell menunjukkan contoh perbedaan
kandungan komponen alkaloid dari bahan baku yang diperoleh dari industri
kina. Karena variasi bahan baku sangat tinggi maka sebelum dilakukan
proses pada
skala yang
besar perlu
dilakukan verifikasi
proses
di
24
bahan baku disebabkan oleh banyak faktor, antara lain : perbedaan proses
yang dilakukan di industri kina , variasi kandungan bahan baku kulit kina yang
digunakan di industri kina, perbedaan efesiensi proses di industri kina dan
sebagainya.
Komponen
Bahan Baku I
Bahan Baku II
Cn
1,95
67,45
DHCn
0,23
0,92
Cd
2,41
1,34
DHCd
0,04
Qn
20,15
16,55
DHQn
8,28
5,37
Qd
22,78
22,22
DHQd
5,69
3,06
Tahap awal untuk proses isolasi kinin pada skala produksi adalah
ekstraksi bahan baku menggunakan toluen dengan pemanasan dan waktu
ekstraksi yang cukup. Semua komponen alkaloid diharapkan larut dalam
toluen , sedangkan pengotor lain yang tidak larut yaitu berupa slem (pengotor
yang berbentuk seperti aspal) dipisahkan dari pelarut organik. Analisa produk
hasil ekstraksi bahan baku dengan menggunakan toluen seperti terlihat pada
Tabel 5.2. Proses selanjutnya adalah kristalisasi produk dengan cara
pembasaan. Produk kinin crude yang diperoleh sebanyak 48 ,5 kg atau yield
25
yang diperoleh sebesar 8,025% . Hal ini lebih besar dari produk yang
diharapkan yaitu minimum 7%. Hasil analisa dari kristal yang diperoleh dapat
dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.2. Analisa produk hasil ekstraksi bahan baku dengan toluen
Kandungan alkaloid dalam ekstrak toluen menurut analisis KCKT
(% berat)
Cn
DHCn
Cd
DHCd
Qn
DHQn
Qd
DHQd
4,54
0,45
1,57
0,00
22 ,15
10,17
24 ,18
3,86
. .
. .
Keterangan : Cn
smkomn , DHCn
d1h1drosmkonm , Cd
smkomdm , DHCd
dihidrosinkonidin , Qn kinin, DHQn dihidrokinin , Qd kin idin, DHQd dihidrokinidin
\lJ
Cn
DHCn
Cd
0,26
0,00
3,18
(1)
DHCd
Qn
DHQn
Qd
DHQd
0,14
58,54
24 ,67
1,78
0,00
. .
. .
. .
Cn -- smkonm , DHCn - d1h1dros1nkomn, Cd - smkomdm , DHCd -- d1hldrosmkon1d1n ,
Qn kinin , DHQn dihidrokinin , Qd kinidin, DHQd dihidrokinidin
..
-"'
,,
.'
. ....
-
.'"
:"~l
- *
26
Hasil
Persyaratan
kinin
58,54%
min 50,0%
dihidrokinin
24,67%
maks 30,0%
kinidin
1,78%
maks 3,0%
sinkonidin
3,18%
maks 5%
sinkonin
0,26%
maks 4%
LOD
29,5%
maks 30,0%
warn a
diharapkan mengandung kinidin (Qd) ::; 10%. Seperti terlihat pad a Tabel 5.5
kandungan rata-rata kinidin dalam produk hasil ekstraksi toluen adalah 8,6%.
Untuk tujuan efesiensi proses maka produk hasil ektraksi dengan toluen
dijadikan satu untuk proses selanjutnya.
Tabel 5.5. Jumlah dan komposisi produk hasil ekstraksi dengan toluen
No
batch
1
2
3
Rata-rata
Jumlah
Produk hasil
ekstraksi dengan
toluen (kg)
95,0
99,0
62,5
256,5
di
dalam
produk,
maka
dilakukan
mineral yang
pencucian
dengan
Sesudah ekstraksi
dengan etanol
Cn
Cd
Qn
Qd
226 ,5
62,6
0,2
0,5
4,2
Hasil
Persyaratan
maks 1,00%
3,87%
maks 5,00%
67 ,71%
min 55 ,00%
Maks 20,00%
25 ,52%
maks 30,0%
28
..
~
i'-1
"'-L.,_
'
~~
..
Fl,
tt-J
t'l
~-)
~I"
"""~
!*1 F;s
t .: "'
~'
...
~
-~~~
._.
ij.,,
t~~ ~1 :j 1~
:~~
--~
i;.)
;"~
~M
~ '
Li
t.:J
-~
~:..:
.. ~
1\Ail__y_
29
Cn
0.
DHCn
....
<D
0
<D
fI
0.50
1.00
....
1.50
2.00
2.50
+I
3.00
3.50
4.00
5.00
4.50
5.50
6.00
6.50
7.00
7.50
8.00
8.50
9.00
9.50
10.00
Mnutes
Cd
0.40
0.30:::>
<
0.20-
DHCd
....
0.1(}
"'
.,;
,_
"'
"'
""~
""
...-J--..
+
o.oot:;::::;::::::;::::;:::;::::;:::::;::::::;~;;_~~;:::;::::;:::::;:::;:::;:::;:::,:::::;::;:::;:::;::~~
1.00
2.00
3.00
4.00
6.00
5.00
7.00
9.00
8.00
10.00
11 .00
Mnutes
::
0.1
Qn
0.08
~ 0.06
DHQn
0.04
1~
1~
1~
1~
Mnutes
0.16, - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.14
Qd
0.12
0.1
~
0.08
DHQd
0.06
..;;;
0.04
~
on
0.02
.,;
o.oot;:;~;:;:;:;:;=;:;::;::;::;::;:;~;:;:;:;:~+.;;::;::;~:::;::;::;:::;:.,::;:+..,.,...,...,_,.,.;:;:;:;::;::;:::;::;::;:::;:;:;::;:;=;:...-..f--__~:;::;:::;::;::;:::;:;:;:;::;::;:;:::;::;::;:::;:;:;:;::;:;:;:;:;::;::;:;::;:;:j
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11 .00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
Mnutes
30
Pendahuluan
Perkembangan indusri farmasi yang begitu cepat, mempunyai dampak
terhadap tumbuhnya berbagai industri bahan baku obat yang terkait. lndustri
yang cukup baik dikembangkan adalah industri ekstraksi bahan obat dari
tumbuhan, salah satunya adalah ekstraksi kulit kina yang menghasilkan kinin
dan sinkonin. Kinin awalnya dikenal sebagai obat antimalaria. Selanjutnya
senyawa alkaloid dari kina yang lain, yaitu sinkonin ditemukan. Dengan
semakin majunya ilmu pengetahuan , pengunaan kinin dan sinkonin untuk
industri terus berkembang. Kinin dan sinkonin saat ini telah digunakan di
berbagai industri, antara lain untuk katalis di industri farmasi , industi kosmetik,
industri minuman, biopestisida dan lain-lainnya.
lndustri ekstraksi kina di Indonesia sudah ada sejak lama, bahkan
Indonesia pernah dikenal sebagai pemasok kina terbesar di dunia, tetapi saat
ini Indonesia harus mengimpor kulit kina untuk memenuhi kebutuhan industri
kina dalam negeri. Luas areal tanaman kina yang ada saat ini diperkirakan
mencapai 5.000 hektar, yang hanya mengisi 20 persen kebutuhan pabrik kina
yang ada di Indonesia. Kekurangan pasokan kulit kina harus diimpor dan
jumlahnya mencapai 3.000-3.500 ton per tahun dengan nilai 4 juta dollar
(Kompas, 11 Mei 2006). Revitalisasi perkebunan kina sudah dilakukan di
beberapa daerah, namun hal ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk
dapat memanen hasilnya. Alternatif lain untuk mengatasi kekurangan kulit
kina dalam waktu singkat adalah dengan memanfaatkan alkaloid sisa yang
dihasilkan dari industri kina. Alkaloid sisa ini pada waktu lampau hanya
digunakan sebagai material penguruk tanah, tetapi saat ini oleh industri kina
telah disimpan.
Peluang untuk memanfaatkan alkaloid sisa dari industri kina sangat
terbuka. Alkaloid sisa ini masih dapat diekstraksi lebih lanjut serta dapat
menghasilkan profit yang layak. lndustri ekstraksi senyawa aktif alkaloid kina
didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan bahan baku berupa alkaloid sisa
dari industri kina tersebut, sehingga dapat dihasilkan produk yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi serta menguntungkan. Selain itu hal ini diharapkan dapat
merangsang industri-industri lain yang menggunakan kinin dan sinkonin
sebagai bahan baku dan bahan pembantu. Hal ini secara tidak langsung
31
Adapun
faktor -
faktor yang
perlu
dipertimbangkan
dalam
meningkat,
seiring
dengan
pertumbuhan
penduduk
yang
meningkat pula.
Permintaan kinin dan sinkonin dunia tahun 2000 berturut turut
adalah sebesar 400 ton dan 200 ton atau setara dengan 10.000 ton kulit
kina kering. Negara Zaire dapat menghasilkan sekitar 5000 ton kulit kina
kering per tahun, sedangkan negara-negara lain sebesar 1700 ton. Jadi
masih ada peluang produksi sekitar 3300 ton kulit kina kering per tahun.
Peluang tersebut sebetulnya dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. Melihat
areal yang ada di perkebunan negara dan swasta sekitar 4900 ha dan
perkebunan rakyat sebesar 5000 ha, maka Indonesia berpotensi untuk
menghasilkan 3500 ton kulit kina kering per tahun dengan kadar kina
kering per tahun dengan kadar kina 8 %. Namun kenyataannya pada
32
peri ode tahun 1994/1995 Indonesia hanya mampu menghasilkan 1000 ton
kulit kina kering dengan kandungan kinin 5 %.
kedua
mencapai 150 ton kinin per tahun . Dari pengolahan 1 ton kulit kina
diperkirakan akan dihasilkan produk sam ping sekitar 100-200 kg. Maka
dalam satu tahun maka pada PT Kimia Farma saja akan dihasilkan produk
samping sekitar 300-600 ton. Dengan berdasarkan hal tersebut, maka
pendirian pabrik ekstraksi kinin dan sinkonin dari bahan baku sisa ekstraksi
kulit kina dapat terjamin ketersediaan bahan bakunya .
lndustri kina yang telah ada, menggunakan kulit kina sebagai bahan
bakunya. Kapasitas produksinya mencapai 150 ton kinin/tahun atau setara
dengan sekitar 80-100 ton kulit kina. Atas pertimbangan prediksi kebutuhan
pasar kinin ke depan, ketersediaan bahan baku dan kapasitas pabrik yang
sudah beroperasi, maka dalam pra rancangan produksi kinin dan sinkonin
dengan kapasitas 200 ton/tahun bahan baku sisa pengolahan ektraksi kina .
33
A. Faktor Primer
2. Pemasaran
Lokasi pemasaran akan mempengaruhi biaya produksi dan biaya angkutan.
Letak yang sangat berdekatan dengan pasar merupakan pertimbangan
yang sangat penting karena konsumen akan lebih mudah dan cepat
mendapatkannya. Prioritas utama adalah memasok kebutuhan pasar
dalam negeri.
setengah jadi untuk industri kina yang ada. Diharapkan dengan strategi ini
akan diperoleh hasil penjualan yang maksimal. Peluang ekspor ke luar
negeri akan terus dijajaki sehingga perkembangan industri dapat berjalan.
3. Transportasi
Sarana dan prasarana sangat diperlukan untuk proses penyediaan bahan
baku dan pemasaran produk. Dengan adanya fasilitas jalan raya yang
memadai akan
34
4. Tenaga kerja
Faktor tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi suatu perusahaan ,
karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan perusahaan juga dipengaruhi
oleh faktor tenaga kerja yang berkualitas dan berkemampuan tinggi.
Bandung merupakan salah kota yang mempunyai perguruan tinggi yang
baik, sehingga tidak sulit untuk mencari tenaga kerja yang berkualitas.
5. Utilitas
untuk penentuan
dipilih
untuk
pendirian
pabrik
adalah
berada
di
kawasan
yang
6. Lahan
industri
yang
merupakan
lahan
untuk
pendirian
atau
B. Faktor Sekunder
1. Kondisi Tanah dan Daerah
Kondisi tanah yang relatif masih luas dan merupakan tanah datar dengan
kondisi
iklim yang
sangat menguntungkan.
35
2. lklim
3. Kebijakan Pemerintah
d. Analisis SWOT
masalah,
proyek atau
konsep
bisnis yang
berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths,
Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering digunakan
dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan.
Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai
pemecah masalah.
a. S - Strengths (Kekuatan)
36
b.
W- Weaknesses (Kelemahan)
Bahan baku berupa alkaloid sisa dari industri kina, pada umumnya
mempunyai komposisi senyawa aktif yang sangat bervariasi. Hal ini
menyebabkan tidak adanya prosedur standar yang dapat dipakai untuk
proses ekstraksinya. Pengetahuan dan pengalaman seseorang sangat
diperlukan dalam menentukan proses yang akan dilakukan.
Untuk
c. 0 - Opportunities (Kesempatan)
37
d. T- Ancaman (Threats)
Sebagian besar produk kina nasional ditujukan untuk memenuhi pasar
internasional. Kebutuhan kina untuk pasar dalam negeri tidak sebesar
kebutuhan internasional. Persai ngan pasar internasional sangat ketat,
terutama dari negara-negara produsen besar seperti, Jerman, Belanda,
Bangladesh , dan India. Untuk mengatasi persaingan ini maka kualitas
produk harus terjamin disertai dengan sertifikasi industrinya, seperti
sertifikat halal dari pasar Amerika, ISO 9002 dan ISO 14001.
= 10,0
Produk dihasilkan/batchlline
persen
=100 kg
38
=32 batch/bin
Jumlah bulan produksi/tahun = 11 bulan
Jumlah bahan baku yang dibutuhkan =352 batch/tahun
Bunga bank
Jumlah batch/bulan
=18%
AI at
Jumlah
Reaktor 1
Reaktor 2
Reaktor 3
Sentrifuse
Pompa Vakum 1
Pompa Vakum 2
Boiler
Pompa Cooling Tower
Chiller Unit
Un it Demin
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
191.516.000
188.722.000
199.390.000
50.000.000
52.324 .000
52.324.000
50.800 .000
266.700.000
698.500.000
431 .800.000
Total
2.1 82 .076.000
Bahan
1 Alkaloid
1
2
3
4
5
6
7
8
Toluen
Alkohol
HCI
NaHC03
NaC03
NaOH
H2S04
Norit
Total
Kebutuhan
I batch
1.000
308
62
8
8
8
8
31
2
kg
Harga/satuan
(Rp)
5.000
Total
biaya(Rp)
25.000.000
L
L
L
kg
kg
kg
kg
kg
9.500
10.120
10.070
2.400
4.000
7.500
1.351
18.000
14.615.385
3.113.846
387.308
92.308
153.846
288.462
207.846
138.462
Satuan
18.997.461
39
Komponen
Biaya (Rp)
625.000.000
500.000.000
50.000.000
10.000.000
200.000.000
2.471 .890.000
100.000.000
3.956.890.000
Tanah
Bangunan
lnstalasi Listrik
lnstalasi Air
Kendaraan
Peralatan Produksi
Lain-lain
3
4
5
6
7
Total
b. Modal Kerja per Bulan
No
1.
2.
3.
4.
Komponen
Bahan Baku
Bahan Pembantu
Gaji Karyawan/Pekarja
Biaya Operasi
- Listrik, Utilitas & BBM
Biaya
Satuan/batch
25.000.000
1.899.746
Jumlah
32
32
Satuan
Batch
Batch
Biaya (Rp)
800.000.000
60.791.877
127.940.000
64.746.090
Unit
Hari
64.746.090
100.000
1.000.000
27
27
5.
Maintanance/Perawatan
-Lain-lain
Jumlah
lnvestasi yang
dibutuhkan
Hari
2.700.000
27.000.000
1.083.177.966
4.810.253.966
5.000.000.000
No.
I.
1.
2.
5.
6.
7.
8.
9.
10
Komponen
Biaya Tetap
Gaji Karyawan/Pekerja
Pemeliharaan Alat
Produksi
Pemeliharaan Bangunan
Pemeliharaan Kendaraan
Penyusutan Alat Produksi
Penyusutan Bangunan
Penyusutan Kendaraan
Administrasi dan Lain-lain
Jumlah
Jumlah
Satuan
Tahun
%
2
2
5
5
5
10
1
%
%
%
%
%
Tahun
Jumlah Biaya
(Rp)
1.535.280.000
43.641 .520
10.000.000
10.000.000
109.103.800
25.000.000
20.000.000
12.000.000
1.765.025.320
40
II.
1.
2.
3.
1
1
Tahun
Tahun
800.000.000
668.710.642
1
1
1
Tahun
Tahun
Tahun
776 .953.075
32.400.000
324.000.000
10.278.063.718
12.043.089.038
POKOK
PINJAMAN
AWAL TAHUN
(2)
5.000.000 .000
5.900.000.000
5.590.870.000
5.226.096 .600
4.795.663.988
4.287.753 .506
3.688.419.137
2.981 .204.582
2.146.691.406
1.161 .965.859
BESARNYA
ANGSURAN
(3)
--1.371 .130.000
1.371 .130.000
1.371 .130.000
1.37 1. 130.000
1.371 .130.000
1.371 .130.000
1.371 .130.000
1. 371 .1 30.000
1.371.130.000
BUNGA
18%
_{_3)
900.000.000
1.062 .000.000
1.006.356.600
940.697 .388
863.219.518
771 .795 .631
663.915.445
536.616.825
386.404.453
209.153.855
POKOK
PINJAMAN
(4)
(900.000.000)
309.130.000
364 .773.400
430.432 .612
507.910.482
599 .334.369
707.214 .555
834.513.175
984.725.547
1. 161.976.145
POKOK
PINJAMAN
AKHIR TAHUN
(5)
5.900 .000.000
5.590.870.000
5.226.096.600
4.795.663.988
4.287.753.506
3.688.419.137
2.981 .204.582
2.146.691.406
1. 161 .965.859
(10.286)
41
KETERANGAN
T
1
ASH FLOW
roduksi
KG)
enerimaan
ajak /tax
PN (10 %)
JUMLAH
K E
9.600
28 . 800
38.400
38.400
38.400
38.400
38 .4 00
4.060.800
12.182.400
16.243.200
16.243 . 200
16.243.200
16.243.200
16.243.200
(1.624.320
(406 . 080)
(1.218.240)
(1.624.320)
(1.624.320)
(1.624.320)
(1.624.320)
---
---
---
---
(5.000.000)
(1.345.280)
--10.964.160
14.618.880
14.618.880
14.618.880
14.618.880
--14.618.880
10
38.400
16.243.20
0
(1.624.32
0)
38.400
16.243.20
0
(1.624.32
0)
38.400
16.243.20
0
(1.624.32
0)
---
---
---
14.618.88
0
14.618.88
0
14.618.88
0
11
38.400
16.243.200
(1.624.320)
625.000
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
500.000
---
---
---
---
---
---
---
---
---
- --
2.182.076
---
---
---
---
---
---
---
---
---
---
120.000
-----
-----
-----
-----
-----
-----
-----
-----
-----
-----
95.955
127.940
127.940
127.940
127.940
127.940
127.940
127.940
127.940
127.940
---
43.642
43.642
43 . 642
43.642
43.642
43.642
43.642
43.642
43.642
43.642
1ngunan
---
10.000
10.000
10 . 000
10 . 000
10.000
10 . 000
10.000
10.000
10.000
10.000
!meliharaan
!ndaraan
---
10.000
10.000
10.000
10.000
10 . 000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
Penyusutan
.at Produksi
---
109.104
109.104
109.104
109.104
109.104
- -- ----
109.104
109.104
109.104
109.104
endaraan
200.000
3.in-lain
100 . 000
iaya Tetap
Gaji
uyawan/Peke
ja
31.985
~me1iharaan
lat Produksi
~me1iharaan
---
109.104
- - - - - - -
42
Penyusutan
anguanan
Penyusutan
endaraan
Pajak
endaraan
Pajak Bumi
an Bangunan
-- -
25.000
25 . 000
25.000
25.000
25.000
25.000
25 .000
25 . 000
25 . 000
25.000
---
20.000
20.000
20 . 000
20.000
20 . 000
20.000
20 .00 0
20 . 000
20 . 000
20.000
---
1.500
1 . 500
1.500
1.500
1.500
1 .500
1. 500
1 . 500
1.500
1. 500
-- -
20 . 000
20.000
20.000
20.000
20.000
20 . 000
20.000
20.000
20.000
20.000
12.000
12.000
12.000
12.000
12 .000
12.000
12.000
12 . 000
12.000
12.000
12.000
Bahan Baku
Bahan
embantu
Biaya
peras i
2.400.000
7.200 . 000
9 . 600.000
9.600.000
9 . 600.000
9 . 600 . 000
9.600.000
9.600.000
9 . 600.000
9.600.000
9.600 . 000
182 .376
547 . 127
729.503
729.503
729.503
729.503
729.503
729.503
729.503
729 . 503
729.503
283.338
850.015
1.133. 353
1.133 . 353
1.133. 353
1.133. 353
1.133 . 353
6 . 636.775
8 . 944.342
11.842 . 041
11.842.041
11.842.041
11.84 2 . 041
11 . 842.041
1.133.353
11.842.04
1
1.133. 353
11 . 842 . 04
1
1.133.353
TOTAL
JRPLUS/DEFIS
1.133.353
11.842 . 04
1
11.842 . 041
(7.982 . 055)
2.019.818
2.776.839
2. 776 . 839
2 . 776.839
2.776.839
2.776.839
2.776.839
2.776 . 839
2 . 776.839
2.776.839
5.000.000
5.900.000
5 . 590.870
5 . 226 . 097
4.795.664
4.287 . 754
3.688.419
2 . 981.205
2.146.691
1.161.966
(10)
900.000
1.062.000
1.006 . 357
940.697
863.220
771.796
663.915
536 . 617
386 . 404
209.154
(2)
1.371 . 130
1.371.130
1. 371.130
1. 371.130
1.371.130
1.371 . 130
1. 371.130
1. 371.130
1.371.130
dministrasi
an Lain-lain
iaya Tidak
etap
~WAJIBAN
rNJAMAN
)kok
Lnjaman
mga
\DWAL
'NGEMBALIAN
\ngsuran
mk)
JTSTANDING
:NJAMAN
\SH BALANCE
ICREMENTAL
IRPLUS
-----
---
5 . 900 . 000
6 . 962.000
6.597.227
6.166.794
5.658 . 884
5 . 059.549
4 . 352.335
3 . 517 . 82 1
2.533.096
1. 371. 120
(7 . 982 . 055)
(7.333 . 367)
(5.927.658)
(4 .521. 949)
(3.116.240)
(1.710 . 531)
(304.821)
1.100.888
2.506.597
3 . 912.306
6.689 . 145
(7.982 . 055)
2.019.818
2.776.839
2 . 776.839
2 . 776.839
2.776.812.__ ~ 776.839
2 . 776 . 839
2.776.839
2.776.839
- -~.776 .839_
L. .
LUNAS
43
5. Perhitungan BEP, HPP, NPV, NET 8/C , GROSS 8/C DAN IRR
(DALAM RIBUAN RUPIAH)
TAHUN
KE
CASHIN
FLOW
CASH OUT
FLOW
COF
18%
CIF
18%
SURPLUS/
DEFISIT
OF
18%
PRESENT
VALUE
0,848
0,718
0,609
0,516
0,437
0,370
0,314
0,266
0,226
0,191
0,1 62
(6.764.792
)
1.450.633
1.229.261
1.041 .822
882.862
748.141
634.021
537.272
455.469
385.987
327.009
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
(1.345.280)
10.964.160
10.964.160
10.964.160
10.964.160
10.964.160
10.964.160
10.964.160
10.964.160
10.964.1 60
10.964.1 60
6.636.775
8.944.342
8.944.342
8.944.342
8.944.342
8.944.342
8.944.342
8.944.342
8.944.342
8.944.342
8.944.342
(1.140.125)
7.874.460
6.672.788
5.655.314
4.792.434
4.061 .125
3.441.650
2.916.467
2.472.418
2.095.251
1.775.098
5.624.667
6.423.826
5.443.527
4.613.492
3.909.572
3.312.984
2.807 .629
2.379.195
2.016.949
1.709.264
1.448.089
(7.982.055)
2.019.818
2.019.818
2.019.818
2.019.818
2.019.818
2.019.818
2.019.818
2.019.818
2.019.818
2.019.818
JUMLAH
108.296.320
96.080.195
40.616.879
39.689.193
12.216.125
NPV = 927.685
=Rp 336.039,-
4. Gross 8/C
= Rp 927.685.000 ,=1,127
5. Net 8/C
= 1,023
6. IRR
=23,834%
=5,7 Tahun (5 tahun 8 bulan).
3. NVP
7. Payback Period
44
BABVI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 . Kesimpulan
Diperoleh proses yang optimal untuk isolasi kinin dan sinkon in dengan
menggunakan bahan baku berupa alkaliod sisa dari industri kina. Rendemen
kinin crude dari proses ekstraksi dengan menggunakan bahan baku alkaloid
sisa dari industri kina adalah antara 9,0-1 0,0%. Sedangkan rendemen
sinkonin crude adalah antara 9,0-11 ,0%. Produk yang dihasilkan telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh customer. Spesifikasi produk
yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
Produk kinin sulfat crude :
Spesifikasi Produk
Hasil
Persyaratan
kinin
58,54%
min 50,0%
dihidrokinin
24,67%
maks 30,0%
kinidin
1,78%
maks 3,0%
sinkonidin
3,18%
maks 5%
sinkonin
0,26%
maks 4%
LOD
29,5%
maks 30,0%
Hasil
Persyaratan
maks 1,00%
3,87%
maks 5,00%
67,71%
min 55,00%
Maks 20,00%
25,52%
maks 30,0%
warn a
45
adalah 10% maka skala produksi yang diusulkan adalah 440 ton
= Rp 4.070.496.172,-
........
......,
,......
=Rp 336.039 ,-
3. NVP
= Rp 927.685.000,-
4 . Gross 8/C
= 1,127
= 1,023
=23,834%
=5,7 Tahun (5 tahun 8 bulan).
5 . Net 8/C
6. IRR
Payback Period
6.2. Saran
Limbah
padat
yang
dihasilkan
dari
proses
ini
kemungkinan
masih
mengandung alkaliod lain seperti kinidin dan sinkonidin. Oleh karena itu
limbah padat
46
1.
2.
3.
Cordell,
G.A. ,
1981 , Introduction
to
alkaloids , Awiley-lntersciece
Publication , N.Y.
4.
Cinchona, http://www.en.wikipedia.org/wiki/Cinchona
5.
6.
Ditjen
POM , Parameter
standar
umum
ekstrak
tumbuhan
obat,
Dwi Bayu Radius, Kina : Paling Banyak Justru untuk Minuman Ringan ,
Kompas, 20 November 2006.
8.
Obat
Kina
dari
Berbagai
Daerah
Meningkat,
http:l/suarapembaruan.com/news/2000/08/04/index.html
47
16. Santoso, J dan Wibowo, S., Ekstrak antara dari tepung kina untuk
efisiensi
pengangkutan
dan
pembuangan
limbah,
Laporan
hasil
Sujadi, Uji Perbandingan beberapa metode analisis kulit kina, tesis, ITB,
Bandung, 1984.
19.
Kutchan, TM, The Plant Cell, Vol. 7, 1059-1070, July 1995 0 1995
American Society of Plant Physiologists
48
LAMP IRAN
49
50
51
52
"'"'00
('!
....;
"',_
0\
N
"'
J)
0\
'"
C>
..0
.....
3
"'
In
4"
~I
C'
oc
<I
!'I
<'I
"'.;
'"""'
""
"'"'
~~
~ .
"'0
"',_
<'I
,_
M
_,
"'
l
J>
1n
"'
0\
0
I"
<'I
I
"'
,_
.....
...,. '-
('I
$1
(' I
,;
I' I
"'
00
..
::.0
D
1-
O'o
_,.
'"
0
...,.
...
In
53