You are on page 1of 48

TOKSIKOLOGI

Merupakan ilmu yang lebih tua dari


Farmakologi
Toksikologi

mempelajari
Sifat2 racun z. kimia terhadap mahluk hidup
dan lingkungannya.
Xenobiotik

(xeno = asing)
Z. kimia : - Obat
- Makanan
Direktorat Pengawasan Obat dan
Makanan (POM) Depkes
Z kimia lain :
Diatur oleh Badan Enviromental Protection
Agency di AS.

Zat kimia dengan efek terapi, maka


dosis yang adekuat dapat menimbulkan
efek farmakoterapeutik
Kemajuan dalam bidang Toksikologi,Yaitu
:
Dihilangkannya pengobatan keracunan
hipnotik sedatif dengan menggunakan
analeptik dan menggantikannya dengan
pengobatan simptomatik dan perawatan,
menurunkan angka kematian akibat
keracunan barbiturat
20-25%.

TOKSIKOLOGI EKSPERIMENTAL

UJI FARMAKOKINETIK :
Otak mempunyai sawar yang menghalangi
beberapa obat dengan sifat tertentu untuk masuk
ke dalam otak.
Setiap obat akan dianggap oleh tubuh sebagai
suatu bahan asing, sehingga tubuh merombaknya
menjadi bentuk yang dapat diekskresi (lebih larut
dalam air)
Metabolit yang terbentuk, biasanya tidak aktif
lagi dan toksisitasnya biasanya berkurang,
walaupun kadang-kadang dapat terjadi sebaliknya
(prontosil Sulfa, Fenasetin Parasetamol)

Alat ekeskresi terpenting : hati dan


ginjal
Ekskresi obat dapat terjadi dalam
bentuk asal atau metabolit
Parameter yang diperlukan untuk
mempelajari nasib obat dalam tubuh :
> Kadar plasma
> Karakteristik distribusi
> Produk biotransformasi
> Ekskresi

UJI FARMAKODINAMIK :

Sering kali sifat toksik suatu obat


merupakan lanjutan dari efek
farmakodinamik, atau efek terapinya.

MENILAI KEAMANAN ZAT KIMIA


NEL :Jumlah atau konsentrasi suatu zat kimia
yang ditemukan melalui penelitian atau
observasi, yang tidak menimbulkan kelainan
buruk, perubahan morfologi atau fungsi organ,
pertumbuhan, perkembangan maupun
mengurangi lama hidup hewan coba.
Suatu faktor keamanan perlu diterapkan guna
memperhitungkan perbedaan antara tikus dan
manusia, dan antar manusia sendiri.

Bila bahan kimia diakumulasi di dalam

tubuh Tidak digunakan sebagai bahan


tambahan pada makanan.

UJI TOKSISITAS :
Hewan coba : tikus putih, 2 3 bulan,
BB 180 200 gr, aklimatisasi dalam lab,
sehat. Bisa juga menggunakan anjing,
babi, kera.
Toksistas akut : Single dose Eperiments
di evaluasi 3-14 hari sesudahnya,
1. 10 mg/kgBB
2. 15 mg/kgBB
3. 22,5 mg/kgBB
4. 33,75 mg/kgBB

Sebelum dan sesudah penelitian diperiksa :

BB
Umur
Zat pelarut
Jantan/Betina
Lingkungan

Evaluasi :
LD50
Tingkah laku
Stimulasi/depressi SSP
Aktivasi motorik dari pernafasan
Pemeriksaan laboratorium klinik dan
pembuatan sediaan histologik dari organ
yang dianggap dapat memperlihatkan
kelainan.

Kematian yang timbul akibat


kerusahan hati, ginjal dan sistem
homeopoetik tidak timbul pada
hari per 1, tetapi timbul pada
hari 3.

Toksisitas jangka lama :


Percob berulang selama :
> 1 3 bulan (subakut)
> 3 - 6 bulan (kronik )
> Seumur hewan ( Lifelong studies)
> 6 bulan penelitian karsinogenik
Percob toksisitas akut efek toksik
Percob toksisitas kronik menguji keamanan
obat

Menaksir keamanan obat/zat kimia

Hewan
menafsirkan = ekstrapolasi data

manusia
Percob toksisitas terhadap hewan

Penilaian keamanan obat/zat kimia dapat


dilakukan dengan :
1.Penentuan LD50
2.Percob toksisitas subakut dan kronik untuk
menentukan NEL

3.Percob karsinogenik, teratogenik dan


mutagenesis
(Bagian penyaringan rutin mengenai keamanan)

Perubahan :

Akumulasi
Toleransi
Metabolisme
Kelainan khusus diorgan atau sistem organ
tertentu harus dipelajari

Sebagian binatang pada waktu tertentu

dimatikan untuk mempelajari pengaruh


bertahap obat terhadap organ.

Sebagian lagi digunakan untuk pemulihan


mempelajari reversibilitas dari kelainan yang
terjadi.
Pemeriksaan : Kimia darah, urin, tinja perlu
dilakukan agar dapat diikuti kelainan yang
timbul.

Zat pengisi laktosa pada Fenitoin

bioavaibilitas kadar Fenitoin dalam darah


keracunan (batas keamanan Fenitoin sempit,
< 10 g tidak efektif, > 20 g toksik)

Tetrasiklin warna coklat epi

anhidrotetrasiklin (merusak ginjal)

Kerusakan ginjal dan hati mengganggu


secara tidak langsung memudahkan
terjadinya toksisitas.

Mekanisme terjadinya toksisitas obat :


Farmakodinamik reaksi toksik
Obat jantung :
menghambat konduksi AV

blok AV (keracunan)
Hipnotik koma
Reaksi AgAb reaksi alergi
Ketidak murniaan sediaan hormon reaksi
toksik

Hubungan antara hewan coba dan manusia.


Perbedaan hewan dan man cukup
Percob toksisitas pada hewan diekstrapolasi
manusia, bila beberapa spesies hewan
menujukkan toksisitas yang sama.
1. 10 x 10
2. LD50
3. Uji klinik
Tidak etis dilakukan untuk obat atau zat kimia
yang tidak direncanakan untuk komsumsi
manusia

Subyek penelitian sebaiknya dipilih dari pasien


dengan penyakit yang merupakan indikasi obat,
setelah pada hewan diuji keamanan pada hewan
tidak menunjukkan hal yang membahayakan.

Sebaiknya menggunakan dosis sekecil mungkin


pada percob pertama pada manusia, untuk
mengurangi risiko yang mungkin timbul.

Dosis dapat ditingkatkan untuk mengetahui


toleransi pada manusia.

Dalam percob toksikologi pada hewan :


Digunakan dosis yang
\ sangat besar,
karena ingin ditemukan kelainan jaringan
atau efek toksik yang jelas.

Nilai Prediksi eksperimen Hewan :


1. Hasil hewan +, manusia +
2. Hasil hewan -. Manusia 3. Hasil hewan +, Manusia
Dapat disebabkan oleh perbedaan sifat
farmakokinetik dan metabolisme.

4. Hasil hewan -, manusia +


Dapat disebabkan oleh Ekskresi lambat
pada manusia, metabolit yang berbeda,
sensitivitas reseptor yang berbeda,
perbedaan anatomi dan faal, adanya
kondisi perbedaan penyakit yang
menyertai, induksi enzim dsb.

KERACUNAN

, Keracunan :
Anamnese amat penting adanya keracunan
Cara terjadinya
1. Self poisoning
2. Attempted suicide
3. Accidental poisoning
4. Homicide poisoning
Waktu akut : muntah, diare, koma, konvulsi
dsb.
Organ tubuh yang terkena SSP sekaligus)

Bahan kimia beberapa z. kimia


sifat toksik yang sama (alkohol,
fenol, logam berat, organoklorin)

Penyebab Keracunan :
Enterokokkus stafilokokus
mencemari makanan keracunan
Toksin botulinus makanan kaleng
yang sudah rusak karena pengawetan
yang tidak sempurna
Sianida pada singkong
Muskarin dan Faloidin pada jamur
Ichtyosarcotoksin pada ikan.
Jengkol penyumbatan tubuli ginjal
hematuria sampai anuria.

Gejala dan Diagnosis Keracunan :


Koma hipnotik, perangsang SSP, Salisilat,
antidepressi.
Hipnotik koma tonus dan refleks otot
(sep anestesia)
Antikolinergik midriasis, takikardia, kulit
merah dan panas
Derajat Koma perbedaan toleransi dan
kepekaan seseorang.

Derajat kesadaran dalam keracunan:


Tkt
I. Ngantuk, bicara
II. Supor , bicara keras dan
digoyangkan.
III. Soporokoma, rangsangan maksimal
IV. Koma, p/ tidak terlalu buruk
Respirasi :
Sering kali hambatan pusat nSering kali
fas sebab kematian pada
keracunan

TD

jelek

Syok tidak berat dapat diatasi


Syok berat pusat vasomotor p/

Kejang - perangsangan SSP (amfetamin)

- Medulla spinalis (Striknin)

- Hub syaraf- otot ( insektisida


organofosfat)
Bising usus : kesadaran III dan IV hlg.
Lain-lain : barbiturat, hipnotik : bulla pada
kulit.

Peranan

Laboratorium :
- Analisis darah
- Analisis urin
- Analisis muntahan

Pemeriksaan Spesimen Biologik :


- Kromatografi lap tipis
- Kromatografi gas
- Kromatografi cair kinerja tinggi (high
performance Liquid Chromatografi).

Terapi Intoksikasi:
5% kasus memerlukan terapi khusus, mis nya
hemodialisis. Antidotum khusus hanya tersedia
untuk kurang dari 2-3% kasus.Misa nya pada
keracunan Pb, AS, HG, Sianida, insektisida
organofosfat, insektisida karbamat, morfin,
warfarin.
Menelan : muntahkan, bilas lambung dan
pencahar

Keadaan darurat :
Penanganan gagal nafas, syok, absorpsi
obat berlanjut
Gangguan nafas Anoksia : gangguan
keseimbangan asam dan basa
Shok : keracunan barbiturat (depressi otot
jantung akibat berkurangnya curah jantung)
aliran darah balik terganggu.
3. Cegah absorbsi lebih lanjut :
Sabun dan air
Inhalasi : Pindahkan ke ruangan segar
Menelan : muntahkan, bilas lambung atau
beri pencahar

Membuat muntah : mengorek dinding


farings bagian belakang dengan spaltel,
Pencahar me peristaltik usus
waktu absorbsi berkurang.
Karbon aktif menyerap obat dalam
saluran cerna atau diekskresi melalui
empedu.

Tindakan Lain :
1. Pemberian cairan untuk keseimbangan air dan
elektrolit serta gagal ginjal.
2. Antibiotik untuk komplikasi radang paru.
3. Barbiturat, diazepam untuk kejang2
Yang lain :
1. Transfusi
2. Dialisis peritoneal
3. Diuresis paksa
4. Hemodialise

Keracunan,
Gejala dan Tindakan Terapinya
Alkohol : muntah, delirium, depressi SSP
R/ Simptom, kopi tubruk, emetik.
Atropin

: Mulut kering, kulit merah dan


panas. Penglihatan kabur dan midriasis,
tahikardi, retensi urin, delirium, halusinasi
dan koma.
R/ Simptom, susu, bilas lambung dengan air,
kateter urin (perhatikan pernafasan dan
sistem CV).

Barbiturat/ fenobarbiturat : Refleks


berkurang, depressi pernaf, koma,
shok, pupil kecil.
R/ - Bilas lambung walau sudah 24
jam.
- Kopi tubruk.
Benzin : Inhalasi dan oral : muntah,
mual, sakit kepala, penglihatan
terganggu, mabuk, koma, depressi
sentral dan depresi nafas.

Insektisida

Gol organofosfat : DDT, diazinon, malation


dan paration.
Oral, inhalasi, kontak kulit.
Muntah, diare, hipersalivasi,bronkhokonstriksi,
keringat banyak, meiosis, bradikardi (kadang2
tachykardi), tensi , kejang, paralisis,
depressi pernafasan.
R/ Bersihkan jalan nafas
2 mg SA iv diulang setiap 10-15 mnt
sampai terlihat muka merah, hipersalivasi
berhenti dan bradikardia berubah
tachykardi dan kulit tidak berkeringat

Golongan karbamat Karbaril, Baygon


Idem

Golongan Organoklorin
Aldrin, BUC, DDT, Dieldrin, endrin, klordan,
tiodan dan toksafen.
Kejang tremor, koma paralisis
R/ Bilas lambung dengan MgSO4 30 gram,
fenobarbital 100-200 mg, diazepam iv 5-10 mg.
S.A 2 mg subkutan

Jamur tergantung jenis jamur

Muskarinik atau degenerasi sel hepar dan


ginjal
R/ symptom
Minyak tanah
Aspirasi dalam paru2 paling berbahaya,
iritasi lambung dan sal. Cerna, depressi
SSP dan depressi nafas, muntah2,
kadang2 kejang.
R/ - Simptomatis
- Oksigen
- Ab profilaksis

Kanfer

Kejang
R/ Simptom
Luminal 100-200 mg i. m

CO
Sakit kepala, koma depressi pernafasan dan syok
R/ Pernafasan buatan dan O2

Kodein
Mual, muntah, sakit kepala, kulit
dingin, kejang, koma, fibrilasi
ventrikel, gangguan fungsi hati dan
ginjal kematian
R/ Simptom
Marihuana
mirip atropin

Morfin 120 150 mg

- gejala sep kodein


R/ Seperti kodein

Reaksi Obat
Bermacam-macam reaksi kulit, demam,
angioneurotik udem, reaksi serum, reaksi
anafilaktik.
R/ 0,3 adrenalin 1% subkutan, ulangi 7-10 menit,
antihistamin, deksametazon 2 x 1 mg oral 4 hari.

Sianida (Singkong)
Mual, muntah, pernafasan cepat, delirium,
sianosis, koma
R/ 50 ml oxtiosulfa 25% iv.

Nikotin 60 mg (3 batang sigaret


dilarutkan di dlm air)
- Sakit kepala, pusing, tremor, kejang,
paralisis pernafasan, koma.
R/ - Tidak ada antidotum
- Bilas lambung dengan MgSO4 30 g

Na hipoklorit (pemutih pakaian, bukan


detergen) 30 ml larutan 15%
- Bila pekat lebih berbahaya, bersifat
korosif pada selaput lendir, perforasi
lambung, perdarahan, syok, dan
striktur (kemudian).
R/ - Simptomatik, susu, putih telur atau
MgO
- Bilas lambung harus hati2

Tingtur Yodium 30 50 ml
- Bila pekat bersifat korosif, hipotensi,
takikardia, delirium, stupor,
nefritis.
R/ - Berikan air tajin dan susu dengan
segera.
- Bilas lambung dengan larutan Na
tiosulfat 10%.

You might also like