Professional Documents
Culture Documents
Nama
: Ny. AM
Umur
: 35 tahun
Alamat
No. RM
: 2014- 550213
Pekerjaan
Status perkawinan
: Menikah
Tanggal Masuk
: 10 April 2014
Tanggal Periksa
: 10 April 2014
Pasien Dokter
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Nyeri perut bagian bawah
Resume
Pasien Ny.AM usia 35 tahun dengan G3P2A0 hamil 36-37 minggu datang ke poliklinik
RSUD Pasar Rebo atas rujukan puskesmas karena riwayat seksio sesarea sebanyak dua kali
dan dengan janin letak sungsang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi, hipertensi, Asma, dan DM disangkal
Riwayat Penyait Keluarga
Riwayat alergi, hipertensi, penyakit diabetes melitus disangkal
1
Riwayat Obstetri
Paritas
: G3P2A0
HPHT
: 25 Juli 2013
HPL
: 02 Mei 2014
Usia kehamilan : 36-37 minggu
Riwayat Persalinan
No
Jenis
Usia
Jenis
Kelamin
Kehamilan
Persalinan
Penolong
Usia
BB Lahir
Anak
Perempuan
Aterm
SC
Dokter
12 tahun
2800 gram
Laki-laki
Aterm
SC
Dokter
7 tahun
3800gram
Hamil Ini
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 82 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 36,30C
BB
: 85 kg
TB
: 165 cm
Kepala
: Normocephal
Mata
Leher
Payudara
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
Status Obstetri
Leopold I
: TFU 37 cm, bagian fundus teraba lunak tidak simetris kesan bokong, His (-).
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
TBJ
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hemoglobin
: 11.1 g/dL
Hematokrit
: 32%
Eritrosit
: 3.9 juta/L
Leukosit
: 9.05 10^3/L
Trombosit
: 211 ribu/L
PT
: 12.3 detik
3
APTT
: 30.3 detik
INR
: 0.97
SGOT (AST)
: 15 U/L
SGPT(ALT)
: 13 U/L
Ureum darah
: 8 mg/dL
Kreatinin darah
: 0.72 mg/dL
GDS
: 77 mg/dL
DIAGNOSIS
G3P2A0 hamil aterm janin tunggal hidup presentasi kepala dengan bks sc sebanyak 2 kali
PENATALAKSANAAN
IVFD RL
R/ SC elektif + steril
FOLLOW UP
Post operasi Ny.AM
KU
Kesadaran
TD
Nadi
RR
Suhu
Baik
Compos
110/80
82
20
36.2 C
mmHg
x/menit
x/menit
mentis
Bayi :
Jenis
Berat
Panjang
Lingkar
kelamin
badan
badan
kepala
Laki-laki
3300 gram
46 cm
35 cm
terjadinya ruptura uteri. Menurut panduan yang dikeluarkan oleh American College of
Obstetricians and Gynecologists, wanita yang memiliki riwayat seksio cesarea dua kali atau
riwayat operasi rahim sebelumnya dapat diberikan kesempatan memilih persalinan pervaginam1.
VBAC tidak dilakukan pada pasien dengan insisi korporal sebelumnya maupun pada kasus
yang pernah seksio sesarea dua kali berurutan atau lebih, sebab pada kasus tersebut diatas seksio
sesarea elektif adalah lebih baik dibandingkan persalinan pervaginam3.
Risiko ruptur uteri meningkat dengan meningkatnya jumlah seksio sesarea sebelumnya.
Pasien dengan seksio sesarea lebih dari satu kali mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk
terjadinya ruptur uteri. Ruptur uteri pada bekas seksio sesarea 2 kali adalah sebesar 1.8 3.7 %.
Pasien dengan bekas seksio sesarea 2 kali mempunyai resiko ruptur uteri lima kali lebih besar
dari bekas seksio sesarea satu kali1.
Menurut Spaan (1997) menyatakan bahwa riwayat seksio sesarea yang dilakukan lebih dari
satu kali mempunyai resiko untuk seksio sesarea ulang lebih tinggi.. Menurut Farmakides (1987)
dalam Miller (1994) melaporkan 77 % dari pasien yang pernah seksio sesarea dua kali atau lebih
yang diperbolehkan persalinan pervaginam dan berhasil dengan keluaran bayi yang lebih baik.
Menurut Cunningham (2001), American College of Obstetricians and Gynecologists pada tahun
1999 telah memutuskan bahwa pasien dengan bekas seksio dua kali boleh menjalani persalinan
pervaginam dengan pengawasan yang ketat.
Menurut Miller (1994) melaporkan bahwa insiden ruptur uteri terjadi 2 kali lebih sering
pada VBAC dengan riwayat seksio sesarea 2 kali atau lebih. Pada penelitian ini, jumlah VBAC
dengan riwayat seksio sesarea 1 kali adalah 83% manakala 2 kali atau lebih adalah 17 %.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan VBAC telah diteliti selama bertahuntahun. Ada banyak faktor yang dihubungkan dengan tingkat keberhasilan persalinan pervaginal
pada bekas seksio., yaitu:3
1
Ukuran janin
Angka kejadian ruptur uteri meningkat seiring dengan peningkatan berat janin yaitu 1 persen
untuk berat <4000g, dan 2,4 persen untuk berat >4250 g. Pada wanita yang menjalani VBAC
tanpa riwayat pelahiran pervaginam, risiko terjadinya ruptur uteri menjadi dua kali lipat jika
Outcome
Risiko
VBAC
Rincian
dibandingkan SC elektif
Ruptur Uterus
berulang
Meningkat
Transfusi darah
Meningkat
Endometriosis
Meningkat
Komplikasi
Menurun
direncanakan
Risiko nol pada SC berulang
Risiko 170/10000 VBAC
Risiko 100/10000 SC
Risiko 289/10,000 VBAC
Risiko 180/10,000
VBAC
merubah
kesempatan
kehamilan selanjutnya
Kematian perinatal
Quicker recovery
selanjutnya
Risiko 2-3/10,000 pada VBAC
Perawatan di RS lebih singkat
Pada kasus Ny.AM didapatkan taksiran berat janin sebesar 3410 gram, berdasarkan teori
bahwa risiko ruptur uteri meningkat seiring dengan peningkatan berat janin. Pasien juga tidak
memiliki riwayat persalinan pervaginal sehingga memiliki angka keberhasilan persalinan
pervaginal yang rendah. Skor VBAC pada pasien ini adalah 3 dengan angka keberhasilan VBAC
59-60% dan dengan mempertimbangkan risiko yang mungkin ditimbulkan oleh persalinan
pervaginam maka diputuskan untuk melakukan section cesarean.
DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan terhadap Ny.AM didapatkan riwayat SC sebanyak dua
kali yaitu terakhir pada persalinan anak kedua 7 tahun yang lalu, taksiran berat janin hamil ini
sebesar 3410 gram, angka keberhasilan VBAC sebesar 59-60%, dan dengan mempertimbangkan
risiko yang dapat ditimbulkan apabila dilakukan persalinan pervaginam maka diputuskan untuk
melakukan proses persalinan seksio sesarea pada kehamilan ini.
PERENCANAAN
Pada Ny.AM dilakukan metode kontrasepsi permanen atau sterilisasi merupakan metode
kontrasepsi yang paling efektif, dalam jangka panjang relatif murah, aman, dan tanpa
komplikasi5.
Daftar Pustaka