Professional Documents
Culture Documents
A.PENGERTIAN
Nyeri setelah pembedahan merupakan hal yang fisiologis, tetapi hal ini
merupakan salah satu keluhan yang paling ditakuti oleh klien setelah
pembedahan.Sensasi nyeri mulai terasa sebelum kesadaran klien kembali penuh,
dan semakin meningkat seiring dengan berkurangnya pengaruh anestesi. Adapun
bentuk nyeri yang dialami oleh klien pasca pembedahan adalah nyeri akut yang
terjadi karena adanya luka insisi bekas pembedahan ( Perry& Potter, 2006).
Nyeri akut yang dirasakan oleh klien pasca operasi merupakan penyebab
stress, frustasi, dan gelisah yang menyebabkan klien mengalami gangguan tidur,
cemas, tidak nafsu makan, dan ekspresi tegang ( Perry& Potter, 2006).
Nyeri adalah : suatu mekanisme perlindungan bagi tubuh, ia timbul bila
jaringan rusak dan ia menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rasa nyeri tersebut.Nyeri pasca operasi mungkin sekali disebabkan
oleh luka operasi, tetapi kemungkinan
Nyeri pasca operasi mungkin sekali disebabkan oleh luka operasi, tetapi
kemungkinan sebab lain harus dipertimbangkan. Pencegahan nyeri sebelum
operasi sebaiknya direncanakan agar penderita Tidak terganggu oleh nyeri setelah
pembedahan. Cara pencegahannya tergantung pada penyebab dan letak nyeri dan
keadaan penderitanya .
1) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan
berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui
dengan jelas
2) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Pola
nyeri ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval bebas
dari nyeri lalu nyeri timbul kembali. Adapula pola nyeri kronis yang
terus-menerus terasa makin lama semakin meningkat intensitasnya
walaupun telah diberikan pengobatan. Misalnya, pada nyeri karena
neoplasma (Hidayat,2008).
Penyebab rasa nyeri yang dialami oleh individu antara lain :
1) Fisik: Trauma (trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik),
neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah.
2) Psikis: Trauma psikologis
Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas
mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka.Trauma termis
menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat
panas, dingin.Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh
aliran listrik yan kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau
kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan,
jepitan, atau metastase.
Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf
reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.Nyeri yang
pada
individu
dapat
dikontrol
dengan
teknik
relaksasi
Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada karyakarya Mozart mampu merangsang dan memberdayakan daerah kreatif dan
motivatif di otak.Yang tak kalah penting adalah kemurnian dan kesederhaan
musik Mozart itu sendiri.Namun, tidak berarti karya komposer klasik lainnya
tidak dapat digunakan (Andreana, 2006).
3) Distraksi pernafasan
Teknik relaksasi napas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan
yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara
melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan
intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan meningkatkan oksigenisasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
1. Tujuan
Tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi
alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan
efisiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
2. Prosedur teknik relaksasi napas dalam
Bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan
diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diafragma selama inspirasi
yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan
udara masuk selama inspirasi. Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas
dalam adalah sebagai berikut
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Usahakan tetap rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstremitas atas dan bawah rileks
5) Anjurkan bernapas dengan irama normal 3 kali
6) Menarik napas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8) Usahakan agar tetap konsentrasi/mata sambil terpejam
9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
11) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
12) Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernapas secara dangkal dan
cepat (Priharjo, 2003).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi teknik relaksasi napas dalam terhadap
penurunan nyeri
Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri
melalui mekanisme yaitu :
1) Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang
disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi
pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang
mengalami spasme dan iskemik
B.PENGKAJIAN
Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi
nyeri paska pembedahan yang efektif.Skala penilaian nyeri dan keterangan pasien
digunakan untuk menilai derajat nyeri.Intensitas nyeri harus dinilai sedini
mungkin selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri
yang dirasakan.
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian pada masalah nyeri dapat dilakukan dengan cara:
P (Pemacu), Faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri,
Q (Quality), Kualitas nyeri dikatakan seperti apa yang dirasakan pasien
misalnya, seperti diiris-iris pisau, dipukul-pukul, disayat,
R (Region), Daerah perjalanan nyeri,
S (Severity), keparahan atau intensitas nyeri,
T (Time), lama/ waktu serangan atau frekuensi nyeri (Hidayat, 2008).
Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah
nyeri dirasaka individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat
berbeda oleh dua orang yang berbeda (Tamsuri, 2006).
Gambar 1.1 Penilaian nyeri menurut Baker Faces Scale Wong Pain Rating
2. Verbal Rating Scale (VRS)
Pasien ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan berdasarkan
skala lima poin ; tidak nyeri, ringan, sedang, berat dan sangat berat.
Gambar 1.2 Penilaian nyeri menurut Baker Faces Scale Wong Pain Rating
c. Numerical Rating Scale (NRS)
Pertama sekali dikemukakan oleh Downie dkk pada tahun 1978, dimana pasien
ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan dengan menunjukkan angka 0 5
atau 0 10, dimana angka 0 menunjukkan tidak ada nyeri dan angka 5 atau 10
menunjukkan nyeri yang hebat.
tanda
digaris
tersebut
untuk
mengekspresikan
nyeri
yang
b. Jenis Kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan
dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya.
c.Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap
nyeri (misal, suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang
harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh
jika ada nyeri).
d. Makna Nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman/persepsi seseorang terhadap nyeri
dan bagaimana mengatasinya.
e. Perhatian
Tingkat
seorang
mempengaruhi
klien
persepsi
memfokuskan
nyeri.Menurut
perhatiannya
Gill
(1990)
pada
nyeri
dapat
perhatian
yang
C.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri (akut ) berhubungan dengan distensi jaringan
usus oleh inflamasi, adanya insisi bedah.
2. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
utama, perforasi / ruptur pada apendiks, peritonitis , pembentukan abses,
prosedur invasive, insisi bedah.
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
inflamasi peritoneum dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan
pasca operasi, status hipermetabolik.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik
sekunder akibat pembedahan
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi(Potter & Perry, 2006).
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman: nyeri (akut) berhubungan dengan distensi jaringan
usus oleh inflamasi, adanya insisi bedah.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang
atau hilang.
Kriteria Hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang/ hilang, klien rileks.
Intervensi:
1) Kaji nyeri. Catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10). Selidiki dan
laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
c)Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
d)Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstremitas atas dan bawah rileks
e)Anjurkan bernapas dengan irama normal 3 kali
f)Menarik napas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan
g)Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
h)Usahakan agar tetap konsentrasi/mata sambil terpejam
i)Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
j)Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
k)Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
l)Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernapas secara dangkal dan
cepat (Priharjo, 2003).