You are on page 1of 125

HUBUNGAN ANTARA AKTIFITAS FISIK

DAN KEBUGARAN JASMANI PADA


KELOMPOK LANSIA BINAAN

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

I Gede Ariguna Wijaya


030.10.127

UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS KEDOKTERAN

JAKARTA, Februari 2014

Bidang ilmu : Komunitas

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA AKTIFITAS FISIK


DAN KEBUGARAN JASMANI PADA
KELOMPOK LANSIA BINAAN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

I Gede Ariguna Wijaya


030.10.127

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, Februari 2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, dan anugerahNya, maka kami dapat menyelesaikan penelitian ini. Dengan
terselesaikannya penelitian ini, terbuka kesempatan untuk menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang secara langsung maupun
tidak langsung telah membantu tersusunnya karya ilmiah ini. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Suriptiastuti, DAP&E, MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti yang telah mengijinkan penyusunan karya tulis ilmiah ini
2. Dr. Maskito A. Soerjoasmoro, MS selaku dosen pembimbing kampus yang
telah membimbing dan menempa dengan segenap ilmu, waktu, dan tenaga
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
3. Bidan Kusnul selaku koordinator kelompok lansia binaan Puskesmas
Kecamatan Palmerah beserta para mahasiswi keperawatan dan kebidanan
yang telah meluangkan waktu untuk membantu peneliti untuk menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini
4. Semua pihak yang turut membantu, baik dalam penyusunan laporan penelitian
maupun membimbing serta menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam
pelaksanaan penelitian yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
Karya tulis ini disusun dengan segenap usaha dan tenaga, namun karya tulis ini
masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan
dalam penulisan karya tulis ini, oleh karena itu kami sangat berterima kasih
apabila ada kritik dan saran. Akhir kata semoga penelitian ini berguna baik bagi
penyusun sendiri, rekan-rekan kami di tingkat klinik, bagi para pembaca, bagi
Puskesmas Kecamatan Palmerah, maupun semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta, Januari 2014

Penyusun
5

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN
PENGESAHAN TIM PENGUJI DAN DEKAN ....................................
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
KATA PENGANTAR .................................................................... v
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

ABSTRAK DALAM BAHASA INDONESIA ......................................


ABSTRAK DALAM BAHASA INGGRIS ............................................

i
ii
iii
iv
vi
viii
ix
x
xi
xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1.
Latar Belakang

1
1.2.
Perumusan masalah 3
1.3.
Tujuan

3
1.3.1. Tujuan Umum 3
1.3.2. Tujuan Khusus 4
1.4.
Hipotesis

4
1.5.
Manfaat

4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lansia

2.1.1. Definisi lansia

2.1.2. Batasan batasan lansia


2.1.3. Perubahan perubahan yang terjadi pada usia lanjut..
2.1.4. Masalah kesehatan pada lansia
2.2. Aktifitas fisik dan kebugaran jasmani
2.2.1. Aktifitas fisik

2.2.2 Aktifitas fisik pada usia lanjut.


2.2.2.1 Senam lansia

2.2.3. Kebugaran jasmani

2.2.3.1 Faktor faktor yang mempengaruhi


kebugaran jasmani
2.3. Ringkasan pustaka

5
5
5
5
6
7
8
8
8
10
13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL


3.1. Kerangka konsep
3.2. Variabel penelitian

19
19
20

14
17

3.3. Definisi operasional

3.3.1. Variabel bebas


3.3.2. Variabel tergantung

21
21
24

BAB 4 METODE

4.1. Desain penelitian


4.2. Lokasi dan waktu penelitian

4.3. Populasi dan sampel penelitian


4.3.1. Populasi terjangkau

4.3.2. Kriteria inklusi dan eksklusi

4.3.3. Sampel penelitian

4.4. Instrumen penelitian

4.5. Analisis data

4.6. Alur kerja penelitian

4.7. Etika penelitian


4.8. Penjadwalan penelitian

25
25
25
25
25
26
26
27
27
28
29
29

BAB 5 HASIL PENELITIAN


........................................................
5.1. Distribusi variabel penelitian ..................................................
5.1.1. Karakteristik responden ................................................
5.1.2. Senam lansia
........................................................
5.1.3. Faktor-faktor komorbid ................................................
5.1.4. Kebugaran Jasmani .......................................................
5.2. Demografi hubungan antar variabel penelitian .......................
5.2.1. Hubungan antara aktifitas senam lansia
dengan kebugaran jasmani.............................................
5.2.2. Hubungan aktifitas senam dengan tekanan darah .........
5.2.3. Hubungan aktifitas senam dengan kadar gula darah .....
5.2.4. Hubungan aktifitas senam dengan kadar asam urat .......
5.2.5. Hubungan aktifitas senam dengan kolesterol .................

30
30
30
31
32
33
34
33
35
35
36
37

BAB 6 PEMBAHASAN
...................................................................... 38
6.1. Karakteristik responden ............................................................ 38
6.2. Aktifitas fisik senam lansia ....................................................... 39
6.3. Faktor-faktor komorbid ............................................................. 39
6.4. Hubungan aktifitas fisik dan kebugaran jasmani lansia ............ 40
6.5. Hubungan faktor-faktor komorbid dengan aktifitas fisik ......... 41
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 43
7.1. Kesimpulan
....................................................................... 43
7.2. Saran
....................................................................... 43
7.2.1. Puskesmas ....................................................................... 43
7.2.2. Masyarakat....................................................................... 44
7.2.3. Penelitian ....................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA

45

DAFTAR TABEL

Tabel
1. Kriteria tekanan darah (JNC VII)

2. Ringkasan pustaka
3. Definisi operasional
4. Penjadwal penelitian
5. Status pendidikan lansia binaan Puskesmas Kecamatan Palmerah
6. Distribusi lansia yang mengikuti senam lansia .............................
7. Distribusi faktor komorbid pada responden penelitian .................
8. Skala penilaian kebugaran jasmani dengan skala penilaian likert..
9. Distribusi kebugaran jasmani responden penelitian ......................
10. Demografi hubungan aktifitas senam lansia dengan kebugaran
jasmani
....................................................................
11. Demografi hubungan aktifitas senam dengan tekanan darah ........
12. Demografi hubungan aktifitas senam dengan kadar gula darah ....
13. Demografi hubungan aktifitas senam dengan kadar asam urat ......
14. Demografi hubungan aktifitas senam dengan kolesterol total .......

15
17
21
29
31
31
32
33
33
34
35
35
36
37

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1. Gerakan pada leher
2. Gerakan bahu dan tangan

3. Kerangka konsep

4. Alur kerja penelitian

11
12
19
29

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Informed Consent
............................................
2. Lembar Persetujuan Penelitian
............................................
3. Kuesioner Identitas Responden
............................................
4. Kuesioner WHOQOL-BREF
............................................
5. Surat ijin penelitian
............................................
6. Hasil SPSS
............................................
7. Lembar bimbingan penyusunan skripsi .........................................
8. Kaji etik penelitian
............................................

1
2
3
5
8
12
23
24

10

ABSTRAK
Hubungan antara aktifitas fisik dan kebugaran jasmani pada kelompok lansia
binaan.
Latar belakang
Indonesia tergolong negara dengan struktur penduduk lanjut usia yang disebabkan
meningkatnya umur harapan hidup dari tahun ketahun. Peningkatan jumlah
populasi lansia memerlukan perhatian agar mereka tidak hanya berumur panjang
tetapi dapat menjadi tua dengan tetap sehat. Salah satu upaya meningkatkan
derajat kesehatan yaitu dengan melakukan aktifitas fisik secara rutin. Untuk
mengetahui hubungan antara hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktifitas fisik dan kebugaran
jasmani pada kelompok lansia binaan.
Metode
Penelitian menggunakan studi observasional analitik dengan desain potong
lintang, mengikutsertakan 94 lansia yang tergabung didalam kelompok lansia
binaan Puskesmas Kecamatan Palmerah. Data diperoleh dari wawancara sesuai
dengan kuesioner, pemeriksaan darah, dan pengecekan tekanan darah. Data
dianalisis dengan uji Chi Square dan uji korelasi Pearson. Analisis data
menggunakan SPSS 17.0 dengan tingkat kemaknaan 0,05.
Hasil
Analisis bivariat menunjukkan terdapatnya hubungan antara aktifitas fisik dengan
tingkat kebugaran jasmani pada lansia (r = 0,272). Terdapat hubungan positif
antara faktor-faktor komorbid meliputi hipertensi (r = 0,235) dan diabetes mellitus
(r = 0,336) dengan aktifitas fisik senam lansia, namun dari hasil analisis diketahui
tidak terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan asam urat (r = 0,036) dan
hiperkolesterol (r = -0,010).
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan terdapatnya hubungan antara aktifitas fisik dan
kebugaran jasmani pada lansia. Aktifitas fisik dapat mengurangi faktor-faktor
komorbid seperti hipertensi dan diabetes, namun tidak terlihat hubungan yang
signifikan dengan asam urat dan hiperkolesterol.
Kata kunci: Kebugaran jasmani, senam lansia, komorbid, lansia binaan

11

ABSTRACT
Relationship between physical activity and physical fitness in elderly target group.
Background
Increasing number of elderly population requires more attention in order to make
sure that theyre not only live longer but also healthy. An effort to the health status
is by doing physical activity regularly. To determine the relationship between
those two aspects, its necessary to conduct a research to determine the
relationship between physical activity and physical fitness in elderly.
Methods
This research is using observational analytic study with cross-sectional design,
involving 94 elders who are members of the target group in Palmerah subdistrict
health center. Data obtained by interviews according to the questionnaire, blood
tests, and blood pressure checks. Data were analyzed using Chi-square test, and
Pearson correlation test. Data analysis using SPSS 17.0 with significancy level of
0,05.
Results
Bivariate analysis showed the presence of the relationship between physical
activity and physical fitness in elderly (r = 0,272). Therere also a positive
relationship between some comorbid factors including hypertension (r = 0,272)
and diabetes melitus (r = 0,336) with physical activity exercise, but the result of
analysis showed that therere no relationship between physical activity exercise
with uric acid (r = 0,036) and hypercholesterolemia (r = -0,010 ).
Conclusion
This study shows that there is a positive relationship between physical activity and
physical fitness level in elderly. Physical activity can reduce comorbid factors
such as hypertension and diabetes on elderly, but no visible significant association
seen with gout and hypercholesterolemia.
Keywords: physical fitness, comorbid, assisted elderly

12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia tergolong negara dengan struktur penduduk lanjut usia (aging
structured population) karena jumlah penduduk kelompok lanjut usia di Indonesia
tahun 2000 adalah 14.439.967 dari jumlah penduduk Indonesia dan tahun 2006
mencapai 19.000.000 orang atau 8,9%. Pada tahun 2010 diprediksikan jumlah
kelompok lanjut usia meningkat menjadi 9,58% dan pada tahun 2020 sebesar
11,20% (Depkes, 2008).1
Penggolongan lansia menurut WHO meliputi: middle age (45-49 tahun),
elderly (60-74 tahun), old (75-79 tahun), very old (diatas 90 tahun).2 Hasil Sensus
Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara
dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta
jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk.3
Sementara itu, Umur Harapan Hidup (UHH) manusia Indonesia semakin
meningkat dimana pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Kemkes tahun 2014 diharapkan terjadi peningkatan UHH dari 70,6
tahun pada 2010 menjadi 72 tahun pada 2014 yang akan menyebabkan terjadinya
perubahan struktur usia penduduk.3 Adanya peningkatan jumlah populasi lansia
menyebabkan perlunya perhatian pada orang lansia tersebut, agar orang lansia
tidak hanya berumur panjang, tetapi dapat menikmati masa tuanya dengan
bahagia, serta meningkatkan kualitas hidup diri mereka.4
Kesehatan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan pada
kehidupan lansia. Menua atau menjadi tua merupakan suatu proses yang akan
dialami oleh semua orang dan tidak seorangpun dapat menghindari. Tujuan hidup
manusia adalah menjadi tua tetapi tetap sehat (healthy aging).5

Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan pada lanjut usia
ialah dengan melakukan aktifitas fisik secara rutin. Melakukan aktifitas fisik
secara rutin dapat mempengaruhi banyak faktor resiko dan penyakit, berperan
penting dalam mencegah penyakit dan perawatan pada lansia serta dapat
menurunkan biaya kesehatan.6 Selain berfungsi sebagai upaya meningkatkan
kebugaran jasmani, aktifitas fisik dapat juga memberi penguatan terhadap
keselarasan antara mental, emosional dan sosial pada lansia guna meningkatkan
derajat kebermaknaan hidup dalam kehidupan hari tua.7
Seseorang dikatakan bugar jika ia sehat dan mampu melakukan kegiatan
seharihari dengan baik tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih
memiliki semangat untuk menikmati waktu santai atau kegiatan lain. Kebugaran
akan tercipta jika lansia secara kontinyu melakukan berbagai aktifitas fisik
sehingga dapat melatih keseluruhan sistem faaliah dan diharapkan secara
bersamasama dapat membina kebugaran.7
Beberapa studi metaanalysis telah membuktikan adanya efek positif
dilakukannya aktifitas fisik secara teratur terhadap perbaikan kondisi hipertensi
pada usia lanjut.8 Sebuah singleblinded, controlled trial studi yang dilakukan
dari 1 Mei 2005 sampai 31 Juli 2008 terhadap kelompok wanita usia lanjut
berusia 65 tahun keatas mendapatkan hasil bahwa terjadi penurunan resiko
osteoporosis dan instabilitas yang cukup signifikan pada kelompok lansia yang
melakukan program aktifitas fisik selama 18 bulan.6
Penelitian mengenai hubungan antara aktifitas fisik dan kebugaran jasmani
pada lansia ini dirasa perlu untuk dilakukan. Dengan pertimbangan untuk melihat
sisi positif dan negatif serta efektifitas program senam lansia yang dilakukan
bersamasama dalam kelompok lansia binaan di Puskesmas Kecamatan Palmerah
terhadap kebugaran jasmani pada lanjut usia, lokasi tersebut dipilih karena
memiliki kelompok lansia binaan yang aktif, berprestasi, dan memiliki sistem
pendataan kesehatan dan program senam yang teratur, serta memiliki sejumlah
lansia yang tergabung dan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan didalam kelompok

lansia binaan tersebut. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan
informasi mengenai faktorfaktor resiko yang mempengaruhi kebugaran jasmani
meliputi karakteristik masingmasing individual dan faktorfaktor komorbid
seperti hipertensi, DM, dan hiperkolesterol. Penilaian kebugaran jasmani pada
lanjut usia dilakukan wawancara dengan kuesioner WHOQOL-BREF (World
Health Organization Quality of Life-BREF version) yang terdiri dari empat
domain yaitu kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Oleh
karena tidak terdapat nilai total secara keseluruhan, maka nilai yang diperoleh dari
WHOQOL-BREF berupa nilai pada masing-masing domain. Pada penelitian ini
digunakan

nilai

yang

diperoleh

dari

domain

kesehatan

fisik

untuk

menggambarkan tingkat kebugaran jasmani dari subjek penelitian. Alat ukur ini
digunakan atas pertimbangan terbatasnya kondisi subyek penelitian, maka
digunakan kuesioner yang jumlah item nya tidak terlalu banyak tetapi tetap
memiliki lingkup yang baik dalam menggambarkan kebugaran jasmani pada
lansia.10,30

1.2

Perumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara aktifitas fisik, karakteristik individual,

faktor-faktor komorbid dengan kebugaran jasmani pada kelompok lansia binaan di


Puskesmas Kecamatan Palmerah?

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Meningkatkan kebugaran jasmani lansia melalui program senam lansia

yang dilakukan bersamasama didalam kelompok lansia binaan di Puskesmas


Kecamatan Palmerah dan sekitarnya.

1.3.2

Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik individu lansia yang tergabung dalam lansia


binaan di Puskesmas Kecamatan Palmerah
2. Mengetahui perbedaan kebugaran jasmani antara kelompok lansia yang
melakukan senam lansia secara rutin dengan yang tidak melakukan
aktifitas fisik secara rutin
3. Mengetahui hubungan antara faktor komorbid yang dimiliki lansia dengan
dilakukannya senam lansia secara rutin
1.4

Hipotesis

i.
ii.
iii.

Terdapat hubungan antara aktifitas fisik dan kebugaran jasmani lansia.


Terdapat hubungan antara faktor komorbid dan kebugaran jasmani lansia
Terdapat hubungan antara karakteristik individual dan kebugaran jasmani
lansia

1.5

Manfaat Penelitian
1. Bagi instalasi atau profesi kesehatan
Institusi yang terkait dapat melakukan upaya promotif dan preventif
dengan efektif dalam rangka meningkatkan kebugaran jasmani lansia
2. Bagi pengembangan penelitian
Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan berkenaan dengan faktor
faktor yang berhubungan dengan kebugaran jasmani pada lansia
3. Bagi masyarakat
i.
Sebagai informasi bagi masyarakat agar dapat meningkatkan
ii.

kebugaran jasmani lansia.


Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan khususnya Puskesmas
untuk melakukan usaha peningkatan status kebugaran jasmani lansia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Lansia

2.1.1

Definisi Lansia
Pengertian usia lanjut adalah mereka yang telah berusia 60 tahun atau

lebih. Hingga saat kini, tidak ada ketetapan numerik standar dari PBB mengenai
usia lanjut, namun disetujui bahwa seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dapat digolongkan sebagai populasi lansia.2

2.1.2

BatasanBatasan Lansia
Penggolongan lansia menurut WHO meliputi: middle age (45-49 tahun),

elderly (60-74 tahun), old (75-79 tahun), very old (diatas 90 tahun).2 Saat ini
berlaku UU RI No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang
menyebutkan lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.9
Menurut Depkes RI batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu:
pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 4554 tahun, usia
lanjut dini/prasenium yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55
64 tahun, kelompok usia lanjut/senium usia 65 tahun keatas dan usia lanjut
dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau
kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal dipanti, menderita
penyakit berat dan cacat.10

2.1.3

PerubahanPerubahan yang Terjadi Pada Usia Lanjut


Adapun beberapa perubahanperubahan yang dihadapi lansia antara lain:

meliputi perubahan kondisi fisik, perubahan fungsi dan potensi seksual,

perubahan aspek psikososial, perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan


perubahan peran sosial di masyarakat.4
a. Perubahan kondisi fisik
Setelah orang memasuki masa lansia, umumnya mulai terjadi perubahan
anatomi dan fisiologi tubuh meliputi terjadinya degenerasi struktur jaringan mata
yg menyebabkan penurunan pengelihatan, terjadi penurunan fungsi pendengaran
yang dapat berdampak pada kehidupan sosial lansia, kulit menjadi lebih mengerut
dan kaku disebabkan penurunan jaringan lemak, proses pembentukan tulang
menjadi lambat dan mudah terkena penyakit muskuloskeletal, katup jantung
menjadi kaku sehingga kemampuan jantung untuk memompa darah berkurang,
terjadi perubahan juga pada sistem pencernaan dan perkemihan pada lansia.18,19
b. Perubahan fungsi dan potensi seksual
Perubahan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti gangguan jantung, gangguan
metabolism, baru selesai operasi (prostatektomi). Kekurangan gizi, penggunaan
obatobatan tertentu (anti hipertensi, golongan steroid, tranquilizer), dan faktor
psikologis yang menyertai lansia seperti rasa malu bila mempertahankan
kehidupan seksual pada lansia, sikap keluarga dan masyarakat yang kurang
menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya, kelelahan atau kebosanan
karena kurang variasi dalam kehidupannya, pasangan hidup telah meninggal
dunia, dan disfungsi seksual karena perubahan hormonal.4
c. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun
tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan
hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya karena oleh para
lanjut usia masa pensiun sering diartikan sebagai waktu dimana terjadinya
kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga
diri.4

d. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat


Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik,
dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada
lansia. Misalnya badan menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang,
penglihatan kabur, dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan.
Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktifitas,
selama yang bersangkutan masih sanggup agar tidak merasa terasing atau
diasingkan.4
2.1.4

Masalah Kesehatan Pada Lansia


Membicarakan mengenai status kesehatan para lanjut usia, penyakit atau

keluhan yang umum diderita adalah: penyakit reumatik, hipertensi, penyakit


jantung, penyakit paru, diabetes melitus, jatuh (falls), paralisi/lumpuh separuh
badan, TBC paru, patah tulang dan kanker. Lebih banyak wanita yang
menderita/mengeluhkan penyakitpenyakit tersebut daripada kaum pria, kecuali
untuk bronchitis. Di pedesaan masalahmasalah kesehatan ini kurang begitu
berpengaruh nyata terhadap aktifitas keseharian pada responden dibandingkan
dengan mereka yang hidup di kota.28
Kesehatan dan status fungsional seorang lanjut usia ditentukan oleh
resultan dari faktorfaktor fisik, psikologis dan sosioekonomi orang tersebut.
Faktorfaktor tersebut tidak selalu sama besar peranannya sehingga selalu harus
diperbaiki bersama secara total patient care. Apalagi di negaranegara sedang
berkembang faktor sosio ekonomik/ finansial ini hampir selalu merupakan
kendala yang penting. Maka dari itu pelayanan yang baik pada golongan lanjut
usia tidaklah hanya merupakan tindakan perikemanusiaan dan balas budi saja,
tetapi juga pengehematan sosio ekonomik/finansial sehingga kehidupan,
kesehatan dan kebahagiaan lanjut usia tadi dapat dipertahankan.11
2.2 Aktifitas Fisik dan Kebugaran Jasmani
2.2.1 Aktifitas Fisik

Manusia membutuhkan energi untuk kelangsungan hidup. Energi yang


berasal dari karbohidrat, protein dan lemak digunakan tubuh untuk memenuhi 3
komponen dasar yaitu metabolisme dasar, Spesific Dynamic Action (SDA) dan
aktifitas fisik.16 Aktifitas fisik didefinisikan sebagai gerakan anggota tubuh yang
diproduksi oleh kontraksi otot sehingga menghasilkan tenaga yang berfungsi
untuk pemeliharaan kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas
hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.17
Lanjut usia dimaknai sebagai pertambahan umur seseorang dengan disertai
penurunan kapasitas fisik yang ditandai dengan penurunan massa otot serta
kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, peningkatan lemak tubuh dan
penurunan fungsi otak. Melakukan berbagai aktifitas fisik ringan hingga sedang
menurut usianya secara periodik dapat meningkatkan kebugaran pada lansia.
Selain berfungsi sebagai upaya meningkatkan kebugaran fisiknya, aktifitas fisik
dapat juga member penguatan terhadap keselarasan antara mental, emosional dan
social pada lansia. Hidup bugar di usia lanjut merupakan solusi yang dapat
dibentuk dan diciptakan oleh lansia guna meningkatkan derajat kebermaknaan
hidup dalam kehidupan hari tua.7,18
2.2.2

Aktifitas Fisik Pada Usia Lanjut


Latihan olahraga untuk lansia bertujuan untuk meningkatkan kebugaran

jasmani. Kebugaran jasmani pada lansia adalah kebugaran yang berhubungan


dengan kesehatan, yaitu kebugaran jantung-paru, peredaran darah, kekuatan otot,
dan kelenturan sendi. Untuk memperoleh kebugaran jasmani yang baik, harus
melatih semua komponen dasar kebugaran jasmani yang terdiri atas: ketahanan
jantung, peredaran darah dan pernafasan, ketahanan otot, kekuatan otot serta
kelenturan tubuh.13
Tata cata latihan olahraga bagi lansia meliputi berbagai hal yang perlu
diperhatikan diantaranya adalah:
1. Lama latihan. Latihan akan bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran jasmani
jika dilaksanakan dalam zona latihan paling sedikit 15 menit.

2. Frekuensi latihan. Untuk memperbaiki dan mempertahankan kebugaran jasmani, maka latihan harus dilakukan paling sedikit tiga hari atau sebanyak-banyaknya
lima hari dalam satu minggu. Misalnya hari senin, rabu, dan jumat.
3. Waktu latihan. Bila latihan diluar gedung sebaiknya pagi hari sebelum pukul
10.00 atau sore hari setelah pukul 15.00.7
Bentuk-bentuk latihan olahraga yang baik bagi lansia adalah:
1. Berjalan. Tujuannya agar lansia memperoleh kebugaran kardiovaskuler. Gerak
jalan merupakan aktifitas yang murah meriah dan tidak membutuhkan
keterampilan khusus dan jika dilakukan secara santai akan menyenangkan. Secara
lebih rinci jalan kaki dapat mempengaruhi lima komponen kebugaran, yaitu:
a) Komposisi tubuh. Jalan kaki empat kali dalam satu minggu dalam
waktu 45 menit rata-rata dapat mengurangi 18 pon berat badan dalam 1
tahun tanpa harus melakukan diet
b) Keaktifan Pembuluh darah. Berjalan setiap tingkat kecepatan, 2 atau 3
kali dalam seminggu selam 20 menit akan meningkatkan ketahanan
pembuluh jantung
c) Fleksibilitas. Berjalan kaki dapat mempengaruhi otot untuk meregang
sehingga terhindar dari kejang otot
d) Ketahanan otot. Setiap berjalan kaki otot akan terlatih sehingga
memungkinkan memiliki ketahanan otot sehingga bias bertahan meskipun
berjalan dalam jangka waktu lama
e) Kekuatan otot. Gerakan berjalan memanfaatkan seluruh otot tungkai
untuk menopang seluruh berat badan dan mendukung gerakan sehingga
sangat memungkinkan otot-otot akan menjadi lebih kuat.

2. Senam. Senam dapat dilakukan di dalam atau di luar ruangan, olahraga senam
dapat berguna untuk peregangan dan kelenturan otot juga pernafasan.14
3. Berenang. Berenang bermanfaat untuk persendian terutama bagi kaum lansia
yang menderita penyakit osteoarthritis.

4. Bersepeda. Bersepeda dapat di lakukan dengan menggunakan yang stasioner


maupun yang jalan. Bersepeda dapat meningkatkan sirkulasi darah dan
menguatkan otot-otot jantung
5. Jogging. Jogging dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai, menguatkan otot
jantung, memperlancar perdaran darah, menurunkan berat badan.7
2.2.2.1 Senam Lansia
Senam lansia adalah serangkaian gerakan yang teratur dan terarah serta
terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.13,14
Manfaat dari senam lanjut usia antara lain:
1. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam
kehidupan (adaptasi)
2. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam
fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalnya sakit.
Senam lansia (senam tera) merupakan latihan fisik dan mental,
memadukan gerakan bagian-bagian tubuh dengan teknik dan irama pernapasan
melalui pemusatan pemikiran yang dilaksanakan secara teratur, serasi, benar dan
berkesinambungan. Senam ini bersumber dari senam pernapasan Tai Chi yaitu
senam yang mempunyai dasar olah pernapasan yang dipadukan seni bela diri,
yang di Indonesia dikombinasikan dengan gerak peregangan dan persendian
jadilah sebagai olah raga kesehatan."Tera" berasal dari kata "terapi" yang
mempunyai arti penyembuhan/pengobatan.14
Manfaat senam lansia:
1. Secara umum: meningkatkan derajat kesehatan jasmani dan rohani
tubuh manusia.
2. Secara khusus:
Bermanfaat memperbaiki dan meningkatkan kondisi dan fungsi jantung
dan peredaran darah, sistem pernafasan, sistem susunan saraf, pencernaan
makanan, kelenjar endokrin, kekuatan dan daya tahan otot, kelenturan otot

10

dan sendi, keseimbangan dan koordinasi dan proses metabolism. Selain itu
juga bermanfaat didalam bidang rohani untuk memelihara kestabilan
penguasan diri, mengurangi dan menghilangkan stress/ketegangan,
mengurangi/menghilangkan ketergantungan obat, melatih konsentrasi,
meningkatkan kepekaan, memupuk rasa kebersamaan dan kekeluargaan.13
Contoh gerakan-gerakan senam
1. Gerakan pada leher

a. Tengadahkan kepala ke atas, usahakan leher tidak menekuk ke belakang


kemudian luruskan.

Gambar 2.1 Gerakan pada leher.


b. Tundukkan kepala pelanpelan kemudian kembali ke posisi semula.

Gambar 2.2 Gerakan pada leher.


c. Miringkan leher pelan-pelan ke kiri, tengah kemudian ke kanan. Palingkan
leher ke kiri, tengah dan ke kanan secara perlahan-lahan.

Gambar 2.3 Gerakan pada leher.


2. Gerakan bahu dan tangan
a. Putar pangkal lengan ke belakang kemudian ke depan. Dapat dilakukan dengan
atau tanpa beban.

11

Gambar 2.4 Gerakan bahu dan tangan


b. Lengan rileks didepan badan, gerakan ke dalam dan kesamping tubuh kemudian
kembali ke posisi semula.

Gambar 2.5 Gerakan bahu dan tangan


c. Posisi lengan di tekuk sejajar dengan bahu, gerakan ke depan dada, tarik ke
belakang, lakukan bergantian dengan tangan kiri diatas dan tangan kanan
dibawah.

Gambar 2. 6 Gerakan bahu dan tangan


3. Gerak kaki
Gerakan kaki meliputi jalan tegap ditempat dan kaki di angkat ke belakang,
Langkah silang kaki ke kanan dan ke kiri diikuti dengan ayunan tangan, Angkat
paha dan kaki ke depan dengan gerakan tangan ke atas, Gerakan kaki menyilang
didepan badan, sentuh ujung kaki kanan yang diangkat dengan tangan kiri,
lakukan sebaliknya, Gerakan jinjit dengan jari kaki, Gerakan telapak kaki ke atas
dengan tumpuan pada tumit dan kemudian lakukan lagi dengan ujung jari kaki,
Gerakan menekuk ujung jari ke tumpuan tumit kemudian tarik ujung jari ke atas.
Semua gerakan dilakukan 8-10 kali hitungan. 14

12

2.2.3 Kebugaran Jasmani


Menurut Situmorang (2012) kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh
untuk melakukan penyesuaian (adaptasi)

terhadap pembebanan fisik yang

diberikan kepadanya tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan sehingga


tetap dapat melakukan aktifitas fisik lainnya.
Beberapa alasan mengapa kebugaran jasmani dibutuhkan manusia dalam
kehidupannya antara lain adalah:
a. Untuk membantu mencegah penyakit yang berhubungan dengan kurangnya
beraktifitas fisik atau hypokinetic disease (penyakit jantung, hipertensi, diabetes,
obesitas osteoporosis, dan lain-lain).
b. Untuk menjadikan kapasitas mental yang terbaik.
c. Untuk tetap sehat, energik dan ringan.15,20
Komponen kebugaran jasmani meliputi dua aspek yaitu:
a) Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan
(health related fitness)
b) Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan
(skill related fitness)
Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dibutuhkan
dan perlu dicapai oleh semua orang, tidak pandang usia, jenis kelamin, suku,
pekerjaan dan status sosial ekonomi.15
Yang termasuk komponen health related fitness terdiri dari:
a. Self efficacy (keberdayagunaan mandiri) adalah suatu istilah untuk
menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktifitas. Hal ini
sangat berhubungan dengan ketidak-tergantungan dalam aktifitas seharihari
instrumental (I-ADL). Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang lansia
mempunyai keberanian dalam melakukan aktifitas/olah raga.
b. Keuntungan fungsional atas resistence training berhubungan dengan
hasil yang didapat atas jenis latihan ketahanan, antara lain yang mengenai

13

kecepatan gerak sendi, luas lingkup gerak sendi dan jenis kekuatan yang
dihasilkan. Keuntungan yang didapat akan sangat besar bila kemampuan
maksimum atas jenis/mesin latihan tertentu akan meningkat sebagai akibat latihan
tersebut.
c. Daya tahan (endurance) dan keuntungannya. Daya tahan atau kebugaran
yang ditunjukkan dengan vO2 maks akan menurun dengan lanjutnya usia, dimana
penurunan akan 2x lebih cepat pada orang inaktif/sedenter dibanding atlet.
d. Kelenturan. Pembatasan atas lingkup gerak sendi (ROM) banyak terjadi
pada usia lanjut, yang sering sebagai akibat keketatan/kekakuan otot dan tendon
disbanding sebagai akibat kontraktur sendi.
e. Keseimbangan. Keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering
mengakibatkan seorang lansia mudah jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan
motorik yang dihasilkan dari berbagai faktor, diantaranya input sensorik dan
kekuatan otot. Penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan menurun dengan
lanjutnya usia, yang bukan hanya sebagai akibat menurunnya kekuatan otot atau
akibat penyakit yang diderita oleh lansia tersebut.12,15
2.2.3.1 FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani
Kebugaran

jasmani

adalah

kemampuan

tubuh

untuk

melakukan

penyesuaian terhadap pembebanan fisik. Kemampuan tubuh tersebut dipengaruhi


oleh faktor-faktor antara lainnya usia dan jenis kelamin. Kebugaran jasmani anakanak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian
akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar
0,8-1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi
sampai separuhnya. Sampai pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki
hampir sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas

anak laki-laki

biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar. Status gizi juga dapat
mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani. Seseorang yang memiliki kondisi gizi
yang baik akan tampil aktif, giat bekerja, gembira, dan jarang sakit. Seseorang
yang berada dalam kondisi kurang gizi pada umumnya lemas, lekas lelah, tidak
14

bergairah, sering sakit dan biasanya kurang dapat melakukan hobinya kerena
keadaan tubuhnya lemah. Sedangkan bila kondisi gizinya baik seseorang akan
memiliki kecukupan energi yang dibutuhkan untuk melakukan aktifitas termasuk
di dalamnya aktifitas fisik sehingga dapat memiliki kebugaran jasmani yang
baik.21
Beberapa penyakit juga telah dibuktikan keterkaitannya dengan tingkat
kebugaran jasmani seseorang, diantaranya hipertensi. Hipertensi adalah salah satu
penyakit degeneratif yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena
hipertensi sering muncul tanpa gejala dan sering disebut sebagai The Silent Killer
(Rahman, 2006). Berdasarkan criteria JNC VII dijelaskan kriteria tekanan darah
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kriteria tekanan darah (JNC VII)
Kriteria
Normal
Pra hipertensi
Hipertensi derajat I
Hipertensi derajat II

Tekanan Sistolik
<120
120139
140159
160

Tekanan Diastolik
<80
8089
9099
100

Lanjut usia pada lazimnya secara fisiologis adalah normal memiliki nilai
tekanan darah yang tinggi. Selain karena aktifitasnya di usia senja, kondisi ini
juga terjadi karena dinding arteri lansia telah menebal dan kaku karena
arteriosclerosis sehingga darah dipaksa untuk melalui pembuluh yang lebih
sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah. Tekanan
darah tinggi pada seseorang akan menimbulkan keluhan/gejala pusing, lemas dan
dengan demikian akan menurunkan tingkat kebugaran jasmani. Aktifitas
berhubungan dengan keadaan hipertensi dikarenakan aktifitas akan melebarkan
diameter pembuluh darah (vasodilatasi) dan membakar lemak dalam pembuluh
darah jantung, sehingga aliran darah lancar dan terjadi penurunan tekanan
darah.22,23

15

Faktor-faktor komorbid lainnya yang berhubungan dengan kebugaran


jasmani seseorang antara lain: Diabetes Mellitus dan Hiperkolesterol. Olahraga
secara rutin dikatakan dapat memperbaiki komposispod- i tubuh seperti lemak
tubuh, kesehatan tulang, massa otot, dan meningkatkan daya tahan, massa otot dan
kekuatan otot, serta fleksibilitas sehingga lansia lebih sehat dan bugar dan resiko
jatuh berkurang. Olahraga dikatakan juga dapat menurunkan risiko penyakit
diabetes.24 Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada penderita diabetes mellitus
tipe II di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang yang mengikuti klub senam
diabetes didapatkan perbedaan kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah
mengikuti kegiatan senam, sehingga kesimpulan penelitian tersebut menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara senam dan kadar gula darah sewaktu pada
penderita diabetes mellitus.25
Diet merupakan faktor utama terjadinya aterosklerosis dan penyakit
kardiovaskuler, terutama pada individu yang rentan secara genetik. Diet yang
mengandung kolesterol tinggi meningkatkan konsentrasi kolesterol terutama LDL
dalam darah yang selanjutnya akan menyebabkan dislipidemia. Peningkatan kadar
kolesterol darah merupakan faktor risiko yang sangat berperan terhadap
aterosklerosis yang dapat menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah yang
memaksa darah untuk melalui pembuluh yang lebih sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan darah, maka secara tidak langsung keadaan
dislipidemia berhubungan dengan peningkatan tekanan darah pada seseorang dan
dapat mempengaruhi status kebugaran jasmani. Olahraga telah dibuktikan dapat
menurunkan risiko aterosklerosis dan penyakit jantung koroner pada orang
dewasa.2

16

2.3 Ringkasan Pustaka


No

Peneliti

Lokasi

Studi desain

Subjek studi

Variabel yang di

Lama waktu

Hasil

Miftahul

penelitian
Posdaya

Observasi

64 responden dari

teliti
Hubungan antara

studi
Juli 2010

Setengah dari responden lansia yang

Munir

Mahkota Sari

analitik dengan

total 252 lansia

senam lansia

mengikuti senam lansia mempunyai

SKM.

Kelurahan

pendekatan cross

yang mengikuti

(senam tera)

kebugaran jasmani yang baik (28%) dan

MKes

Kingking

sectional

posyandu lansia

dengan kebugaran

sebagian

jasmani pada

kebugaran jasmani buruk (17, 2%).13

Tuban

kecil

lansia

mempunyai

lansia

Said

Kelompok

Penelitian ini

33 orang lansia

Hubungan latihan

Mei 2011

Junaidi

usia lanjut di

menggunakan

jalan dengan

perbedaan antara sesudah dan sebelum

kabupaten

rancangan

intensitas rendah

latihan jalan dengan intensitas rendah.

Rembang

pretestpostest

dengan tingkat

Terdapat

group design

kebugaran jasmani

kebugaran jasmani bagi lansia.7


2013

Berdasarkan hasil analisis data terdapat

peningkatan

kemampuan

Ardyan

Anggota Arca

Penelitian

Subyek adalah

Hubungan antara

Aktifitas olahraga jalan kaki yang

Widya

Hash Club

deksriptif

anggota Arca Hash

kebugaran jasmani

dilakukan

Putra,

Kabupaten

kuantitatif

Club berusia diatas

dan partisipasi

Kabupaten Madiun memiliki dampak

Raymond

Madiun

dengan

40 tahun sebanyak

mengikuti

perubahan

oleh

Arca

terhadap

Hash

Club

peningkatan

17

Ivano

pendekatan cross

36 orang.

kegiatan rutin

kebugaran jasmani masyarakan usia

Avandi
Ari

Klub Jantung

sectional
Penelitian

55 lansia anggota

Arca Hash Club


Hubungan antara

September

diatas 40 tahun.20
Analisis regresi menunjukkan bahwa

Widyastuti,

Sehat Taman

bersifat

Klub Jantung Sehat

status gizi, status

2004

status gizi, status kesehatan, dan latihan

Retno

Budaya Raden

eksplanatif

yang aktif

kesehatan, dan

fisik memberi sumbangan terhadap

Wulandari

Saleh

dengan

mengikuti aktifitas

latihan fisik dan

kebugaran jasmani sebesar 83, 1 %.29

Semarang

pendekatan cross

senam jantung.

kebugaran jasmani

sectional

BAB III
KERANGKA KONSEP, VARIABEL, DAN DEFINISI OPERASIONAL

Karakteristik Individual
Usia
Jenis Kelamin
3.1.
Kerangka Konsep
Pernikahan
Pendidikan
Pekerjaan

Variabel bebas

Variabel tergantung

Kebugaran Jasmani Lansia

Aktifitas Fisik/Senam Lansia

Faktor Komorbid
Hipertensi
DM
Hiperkolesterol

18

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


3.2

Variabel Penelitian

19

1.

Variabel tergantung
a. Kebugaran jasmani

2.

Variabel bebas
a. Karakteristik Individual
Usia
Jenis Kelamin
Pernikahan
Pendidikan
Pekerjaan
b. Faktor komorbid
Hipertensi
DM
Hiperkolesterol
c. Aktifitas fisik/Senam Lansia

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah kebugaran jasmani lansia, yang dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas diantaranya
karakteristik individual, beberapa faktor komorbid dan aktifitas fisik. Kebugaran jasmani diketahui menggunakan kuesioner WHO
Quality of Life-BREF dengan cara wawancara.

20

Usia

Jenis kelamin

Satuan waktu yang

Alat ukur: kuesioner

Sesuai usia

mengukur waktu

Cara ukur: wawancara,

responden

keberadaan responden
Perbedaan antara

dan tanda pengenal (KTP)


Alat ukur: kuesioner

(>60)
1. Lakilaki

perempuan dengan

Cara ukur: wawancara,

2. Perempuan

lakilaki secara

dan tanda pengenal (KTP)

Interval

Nominal

biologis sejak
Pernikahan

Pendidikan

Pekerjaan

seseorang lahir
Status seseorang

Alat ukur: kuesioner

0. tidak

apakah belummenikah/

Cara ukur: wawancara,

menikah

sudahmenikah/

dan tanda pengenal (KTP)

1. menikah

menjanda atau

2. cerai

menduda.
Jenjang tingkat

Alat ukur: kuesioner

3. janda/duda
0. tidak

pendidikan formal yang

Cara ukur: wawancara

sekolah

terakhir didapatkan

1. SD

responden

2. SMP

Kegiatan atau apa yang

Alat ukur: kuesioner

3. SMA
0. tidak

dilakukan responden

Cara ukur: wawancara

bekerja

sehari-harinya

3.3

Nominal

Ordinal

Nominal

1. bekerja

Definisi Operasional

21

Variabel

3.3.1

Definisi

Alat ukur dan cara ukur

Hasil ukur

Skala ukur

Variabel Bebas

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Faktor Komorbid
Hipertensi

Berdasarkan 7th Joint

Alat ukur:

1. Hipertensi

National Committee

Sphyngmomanometer

derajat II

(JNC7) didefinisikan:

2. Hipertensi

- tekanan darah normal

Cara ukur: Manset tensi

derajat I

<120/<80

meter diikatkan pada

3. Normotensi

- Pra hipertensi 120-

lengan atas, diatas lipatan

139/80-89

siku. Kemudian stetoskop

- Hipertensi derajat I

diletakkan pada arteri

140-159/90-99

brakhialis yang berada

- Hipertensi derajat II

pada lipatan siku. Tekanan

160/100

22,23

Ordinal

didalam tensimeter
dinaikkan dengan cara
memompa sampai denyut
nadi tidak terdengar lagi,

22

kemudian tekanan didalam


tensimeter pelan pelan
diturunkan. Pada saat
denyut nadi mulai
terdengar lagi, Maka
tekanan inilah yang
disebut tekanan sistolik.
Pada proses pengukuran,
tekanan didalam
tensimeter tetap
diturunkan. Suara denyut
nadi terdengar melemah
dan akhirnya menghilang.
Saat denyut terdengar
melemah, inilah yang
Diabetes Melitus

Diabetes mellitus adalah

disebut diastolik.
Alat ukur: Glukose meter

sekelompok penyakit

1. Suspek

Nominal

Diabetes

metabolik yang ditandai

Cara ukur: Masukkan

dengan hiperglikemia

jarum penusuk (lancet) di

akibat defek pada

alatnya (lancing device) .

2. Normal

23

sekresi insulin, kerja

Tusukkan jarum ke ujung

insulin, atau keduanya.32

jari, tekan dengan pelan


jari untuk membantu
mengeluarkan darah.
Masukkan test strip ke alat
pengukur (glucose meter)
tempelkan ujung test strip
ke bulatan darah sampai
terbasahi merata bagian

Hiperkolesterol

untuk sampelnya.
1. Hiper

Keadaan

Alat ukur:

meningkatnya

Cholesterol meter

kadar kolesterol

Nominal

kolesterol
2. Normal

total yang disertai

Cara ukur:

dengan

Masukkan jarum

meningkatnya

penusuk (lancet) di

kadar kolesterol

alatnya (lancing

LDL plasma

device) . Tusukkan
jarum ke ujung
jari, tekan dengan
pelan jari untuk

24

membantu
mengeluarkan
darah. Masukkan
test strip ke alat
pengukur
(Cholesterol
meter) tempelkan
ujung test strip ke
bulatan darah
sampai terbasahi
merata bagian
untuk sampelnya.

Aktifitas

Kegiatan olahraga

Alat ukur: kuesioner

1. tidak

Fisik/Senam

senam yang dikukan

Cara ukur: wawancara

mengikuti

lansia

secara bersama sama

senam

oleh lansia.

2. tidak teratur

Ordinal

3. teratur
mengikuti
senam (2x

25

seminggu)

3.3.2

Variabel Tergantung

Kebugaran

Kesanggupan dan

Alat ukur: Kuesioner

1.Kebugaran

Jasmani

kemampuan tubuh

WHO Quality of Life-

jasmani rendah

melakukan aktifitas fisik

BREF (WHOQOL BREF)

2.Kebugaran

tanpa menimbulkan

Cara ukur: wawancara

jasmani sedang

kelelahan yang

3.Kebugaran

berarti.15,20

jasmani tinggi

Ordinal

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

26

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan menggunakan pendekatan crosssectional. Penelitian
dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti, pengambilan data variabel bebas dan variabel
tergantung dilakukan pada satu waktu/bersamaan waktunya.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


a) Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Palmerah, Jl. Palmerah Barat No. 120 JakartaIndonesia. Lokasi ini dipilih
karena memiliki kelompok lansia binaan yang aktif, berprestasi, dan dikelola dengan baik.
b) Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juni 2013November 2013.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1

Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau penelitian ini adalah lansia (usia 60 tahun keatas) yang tergabung didalam Kelompok Lansia Binaan di
Puskesmas Kecamatan Palmerah. Berdasarkan hasil pencatatan data 11 Juni 2013 terdapat 130 orang lansia yang aktif
tergabung didalam Kelompok Lansia Binaan di Puskesmas Kecamatan Palmerah.

4.3.2

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

27

Kriteria Inklusi

4.3.3

Pria atau wanita berusia

60 tahun dan tergabung didalam Kelompok Lansia Binaan Puskesmas Kecamatan

Palmerah
Dapat beraktifitas secara mandiri atau ketergantungan minimal
Memiliki setidaknya salah satu dari faktor-faktor komorbid (Hipertensi/Hiperkolesterolemia/Diabetes Melitus)
Mampu berkomunikasi, bisa membaca dan menulis
Bersedia ikut serta dalam penelitian
Kriteria Eksklusi
Lansia yang memiliki gangguan jiwa
Lansia yang memiliki gangguan komunikasi
Lansia dengan ketergantungan berat dan atau dalam keadaan terminal.

Sampel Penelitian
Perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus:
Rumus populasi infinit
No = Z 2 x P x Q
d2

= Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95%, besarnya 1,96

P
Q
d

= Prevalensi kelompok lansia dengan kebugaran jasmani yang buruk. P = 0,57


= Prevalensi/proporsi yang tidak mengalami peristiwa yang diteliti (1P). Q = 1 0,57 = 0,43
= Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p > 10% adalah 0,05

No = (1,96)2 x 0,57 x 0,43 = 376,606 ~ pembulatan 377

28

(0,05)2
Rumus populasi finit
n=

n0
(1 + n0 / N)

= Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi finit

n0

= Besar sampel dari populasi yang infinit

= Besar sampel populasi finit


n=

377

= 96,667 ~ pembulatan 97

(1 + 377 / 130)
Pemilihan sample dilakukan secara consecutive nonrandom sampling terhadap lansia yang tergabung dalam kelompok lansia
binaan di Puskesmas Kecamatan Palmerah yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Perkiraan drop out sebanyak 15 %
sehingga besar sampel minimal adalah 97 +

(15 % x 97) = 111,55 ~ pembulatan 112.

4.4 Instrumen Penelitian

Alat timbangan (stadiometri)

29

Sphygmomanometer
Nesco Blood Test (Glukose meter, Cholesterol meter)
Kuesioner WHO Quality of Life-BREF (WHOQOL-BREF)

4.5 Analisis Data


Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan program SPSS 17, Analisis data dilakukan dengan Analisis Univariat dan Analisis Bivariat.

Analisis univariat
Analisis ini dilakukan pada masingmasing variabel. Hasil ini berupa distribusi dan persentase pada variabel.
Analisis bivariat
Analisis ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Untuk uji statistic data dengan
skala ordinal dan data ordinal menggunakan uji Chi Square dan uji korelasi Pearson untuk melihat hubungan antara
Proporsal disetujui
aktifitas fisik (senam lansia) dengan kebugaran jasmani pada lansia.
Tingkat kepercayaan 95% dengan nilai kemaknaan 5%.
Peneliti turun ke lapangan

4.6 Alur Kerja Penelitian

Pengumpulan data

Gambar 4.1 Alur kerja penelitian

Wawancara berdasarkan
kuesioner
adaKadar gula darah sewaktu, kolesterol darah
Pengukuran
beratyang
badan,

30

Pengumpulan dan analisis data

4.7 Etika Penelitian


Dalam penelitian ini, peneliti akan mengajukan surat permohonan untuk memperoleh persetujuan etik riset. Perlu dingat
bahwa penelitian yang akan dilakukan harus melewati tahap penilaian lolos kaji etik dari institusi terhadap materi penelitian yang

31

dilaksanakan Penjelasan mengenai Informed consent dan permintaan persetujuan juga dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan
pemeriksaan terhadap subjek. Tidak dilupakan juga untuk memberi jaminan kerahasiaan data subjek yang akan diteliti.

4.8 Penjadwalan Penelitian

Tabel 4.1 Penjadwalan penelitian


KEGIATAN
6
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

BULAN
10 11

12

Persiapan
Konsultasi
Pra Proposal
Proposal
Perizinan
Pengambilan Data
Analisis Data
Penyusunan Laporan

32

BAB V
HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan mengambil data primer. Data diperoleh dari pengisian kuesioner, pemeriksaan tekanan darah,
pengukuran gula darah, pengukuran asam urat, dan pengukuran kolesterol total. Penelitian ini dilakukan pada lansia yang tergabung
didalam kelompok lansia binaan Puskesmas Kecamatan Palmerah, Jl. Palmerah Barat No. 120 Jakarta. Responden dalam penelitian
ini berjumlah 94 responden dengan usia 6090 tahun.

5.1 Distribusi Variabel Penelitian


5.1.1

Karakteristik responden

Pelaporan karakteristik responden meliputi:

33

a. Usia
Seluruh responden pada penelitian ini adalah lansia, yaitu seseorang yang berusia diatas 60 tahun (100%). Usia rata rata
responden penelitian adalah 62,25 tahun.
b. Jenis kelamin
Seluruh responden lansia pada penelitian ini berjenis kelamin wanita yang tergabung didalam kelompok lansia binaan
Puskesmas Kecamatan Palmerah.

c. Pendidikan
Tabel 5.1. Status pendidikan lansia binaan Puskesmas Kecamatan Palmerah.
Frekuensi
Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Diploma dan S1
Total

Jumlah (n)
28
27
13
16
10
94

Persentase (%)
29.8
28.7
13.8
17.0
10.6
100.0

34

Dari hasil perhitungan data didapatkan status pendidikan lansia yang paling banyak ialah tidak sekolah sebanyak 28 orang (29.8%),
berikutnya lulusan SD sejumlah 27 orang (28.7%), lulusan SMA sebanyak 16 orang (17.0%), lulusan SMP sebanyak 13 orang
(13.8%), dan lulusan Diploma dan S1 sebanyak 10 orang (10.6%).

5.1.2

Senam Lansia

Tabel 5.2. Distribusi lansia yang mengikuti senam lansia


Frekuensi
Senam Lansia
Tidak senam
Tidak teratur
2x seminggu
Total

Jumlah (n)
19
20
55
94

Persentase (%)
20.2
21.3
58.5
100.0

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan 55 orang (58.5%) dari 94 lansia mengikuti senam lansia secara teratur 2x dalam seminggu,
20 orang (21.3%) tidak teratur, dan 19 orang (20.2%) tidak mengikuti kegiatan senam.

5.1.3

Faktor-faktor Komorbid

Faktor komorbid yang diperiksa meliputi tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan kadar asam urat. Dilaporkan sebagai berikut:

35

Tabel 5.3. Distribusi faktor komorbid pada responden penelitian


Frekuensi
Faktor Komorbid

Jumlah (n)

Persentase (%)

Tekanan darah
Hipertensi derajat 2
Hipertensi derajat 1
Normotensi
Total

15
23
56
94

16.0
24.5
59.6
100.0

Gula darah sewaktu


Diabetes
Normal
Total

8
86
94

8.5
91.5
100.0

Kolesterol total
Hiperkolesterol
Normal
Total

33
61
94

35.1
64.9
100.0

Asam urat
Meningkat
Normal
Total

24
70
94

25.5
74.5
100.0

Didapatkan dari hasil pemeriksaan tekanan darah, 56 lansia (59.6%) memiliki tekanan darah dalam batas normal, 23 orang (24.5%)
memiliki hipertensi derajat 1, dan 15 orang (16%) lansia memiliki Hipertensi derajat 2. Pemeriksaan gula darah sewaktu didapatkan 8

36

orang (8.5%) menderita penyakit gula darah, dan 86 orang (91.5%) lainnya didapatkan gula darah sewaktu dalam batas normal. Dari
hasil pemeriksaan kolesterol total didapatkan 33 orang (35.1%) memiliki kadar kolesterol total darah diatas batas normal, dan 61
orang (64.9%) sisanya dalam batas normal. Pemeriksaan asam urat dalam darah mendapatkan hasil 24 orang (25.5%) lansia terdapat
peningkatan kadar asam urat diatas batas normal (6,5 untuk wanita), dan 70 orang (74.5%) sisanya didapatkan kadar asam urat darah
di dalam batas normal.

5.1.4

Kebugaran Jasmani

Kebugaran Jasmani responden penelitian didapatkan dengan kuesioner WHO-QOL BREF domain Physical Health (domain 1). Skala
penilaian menggunakan skala likert. Skala yang digunakan terdiri dari 7 item dengan penyekoran tiap item adalah 1 sampai 5. Maka
didapatkan statistik hipotetik berikut:
-

Skor minimal
Skor maksimal
Rerata
Range

:
:
:
:

7x1=7
7 x 5 = 35
(35 + 7)/2 = 21
35 7 = 28

Tabel 5.4. Skala penilaian kebugaran jasmani dengan skala penilaian likert
Kategori (Kebugaran Jasmani)
Rendah
Sedang

Acuan
X < - 1.
- 1. X < - 1.

Kategorisasi
X < 14
14 X <28

37

Tinggi

- 1. X

28 X

Berdasarkan hasil perhitungan data didapatkan hasil sebagai berikut:


Tabel 5.5. Distribusi kebugaran jasmani responden penelitian
Frekuensi
Kebugaran Jasmani
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

Jumlah (n)
3
52
39
94

Persentase (%)
3.2
55.3
41.5
100.0

Dari hasil perhitungan data didapatkan 52 orang (55.3%) dari 94 orang responden memiliki tingkat kebugaran jasmani sedang, 39
orang (41.5%) memiliki tingkat kebugaran jasmani tinggi, dan 3 orang (3.2%) responden memiliki tingkat kebugaran jasmani yang
rendah.
5.2 Demografi Hubungan Antar Variabel Penelitian
5.2.1

Hubungan antara aktifitas senam lansia dengan kebugaran jasmani

Tabel 5.6. Demografi hubungan aktifitas senam dengan kebugaran jasmani lansia
Senam

P value

38

Kebugaran
Jasmani

Rendah
Sedang
Tinggi

Tidak
senam
n
%
3 100.0
12 23.0
4 10.34

Tidak
teratur
n
%
0
0.0
11 21.24
9
23.0

2x
seminggu
n
%
0
0.0
29 55.76
26 66.66

Total
n
3
52
39

%
100.0
100.0
100.0

Chi-square

.006

Dari hasil analisis data didapatkan 3 dari 94 total responden tidak mengikuti kegiatan senam sama sekali, dan ketiga orang tersebut
memiliki tingkat kebugaran jasmani rendah. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square didapatkan nilai
probabilitas (sig.) 0.006 < 0.05 yang berarti terdapat hubungan antara aktifitas senam dengan tingkat kebugaran jasmani pada lansia.
Didapatkan nilai Sig dari r = 0.004 < 0.05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang
positif signifikan antara aktifitas fisik senam lansia dengan kebugaran jasmani lansia.

5.2.2

Hubungan antara aktifitas senam lansia dengan tekanan darah

Tabel 5.7. Demografi hubungan aktifitas senam dengan tekanan darah responden

39

Senam
Lansia

Tidak
senam
Tidak
teratur
Teratur

Tekanan darah
Hipertensi Hipertensi Normotensi
derajat II
derajat I
n
%
n
%
n
%
6 31.57 7
36.8
6
31.57

n
19

%
100.0

5.0

30.0

13

65.0

20

100.0

14.5

10

18.18

37

67.27

55

100.0

Total

P value
Chisquare
.041

Hasil analisis menunjukkan 37 responden (67.27%) dari 55 responden yang teratur mengikuti senam lansia dua kali seminggu
memiliki tekanan darah dalam batas normal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square didapatkan nilai
probabilitas (sig.) 0.041 < 0.05 yang berarti terdapat hubungan positif antara aktifitas senam dengan tekanan darah pada lansia.
Didapatkan nilai Sig dari r = 0.011 < 0.05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang
positif signifikan antara aktifitas fisik senam lansia dengan tekanan darah.
5.2.3

Hubungan antara aktifitas senam lansia dengan kadar gula darah

Tabel 5.8. Demografi hubungan aktifitas senam dengan kadar gula darah responden

Senam

Tidak

Gula darah sewaktu


Diabetes
Tidak
Total
diabetes
n
%
n
%
n
%
5
26.31 14 73.68 19 100.0

P value
Chisquare
.004

40

Lansia

senam
Tidak
teratur
Teratur

10.0

18

90.0

20

100.0

1.81

54

98.18

55

100.0

Hasil analisis menunjukkan 54 responden (98.18%) dari total 55 responden yang teratur mengikuti senam lansia dua kali seminggu
memiliki kadar gula darah dalam batas normal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square didapatkan
nilai probabilitas (sig.) 0.004 < 0.05 yang berarti terdapat hubungan positif antara aktifitas senam dengan kadar gula darah pada
lansia. Didapatkan Sig dari r = 0.000 < 0.05 yang artinya Ho diterima (Ha ditolak) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang
positif signifikan antara aktifitas fisik senam lansia dengan kadar gula darah sewaktu lansia.

5.2.4

Hubungan antara aktifitas senam lansia dengan kadar asam urat

Tabel 5.9. Demografi hubungan aktifitas senam dengan kadar asam urat responden

Asam urat

Senam
Lansia

Tidak
senam
Tidak

Asam urat darah


Normal

Total

n
6

%
31.58

n
13

%
68.42

n
19

%
100.0

20.0

16

80.0

20

100.0

P value
Chisquare
.709

41

teratur
Teratur

14

25.45

41

74.55

55

100.0

Hasil analisis menunjukkan 16 responden (80%) yang tidak teratur mengikuti kegiatan senam lansia yang diadakan oleh Puskesmas
Kecamatan Palmerah memiliki kadar asam urat darah dalam batas normal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan
rumus Chi-Square didapatkan nilai probabilitas (sig.) 0.709 > 0.05 yang berarti tidak terdapat hubungan / terdapat hubungan negatif
antara aktifitas senam dengan kadar asam urat pada lansia. Didapatkan nilai Sig dari r = 0.364 > 0.05 yang artinya Ho diterima (Ha
ditolak) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang negatif signifikan antara aktifitas senam lansia dengan kadar asam urat darah
pada lansia.
5.2.5

Hubungan antara aktifitas senam lansia dengan kolesterol total

Tabel 5.10. Demografi hubungan aktifitas senam dengan kolesterol total responden
Kolesterol total darah
Hiperkolesterol
Normal

Senam
Lansia

Tidak
senam
Tidak
teratur
Teratur

Total

n
8

%
42.10

n
11

%
57.90

n
19

%
100.0

20.0

16

80.0

20

100.0

21

31.18

34

68.82

55

100.0

P value
Chisquare
.267

42

Hasil analisis menunjukkan 11 responden memiliki kadar kolesterol total darah normal, dan 8 responden memengalami
hiperkolesterolemia dari total 19 responden yang sama sekali tidak mengikuti senam lansia. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus Chi-Square didapatkan nilai probabilitas (sig.) 0.267 > 0.05 yang berarti tidak terdapat hubungan / terdapat
hubungan negatif antara aktifitas senam dengan kadar kolesterol total darah pada lansia. Didapatkan nilai Sig dari r = 0.462 > 0.05
yang artinya Ho diterima (Ha ditolak) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang negatif signifikan antara aktifitas senam lansia
dengan kadar kolesterol total darah lansia.

BAB VI

43

PEMBAHASAN

Penelitian hubungan antara aktifitas fisik dan kebugaran jasmani pada kelompok lansia binaan di Puskesmas Kecamatan
Palmerah dilaksanakan selama 4 minggu. Penilaian meliputi faktor karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, dan
pendidikan, faktor komorbid meliputi penyakit hipertensi, DM, Asam urat, dan Hiperkolesterol, faktor intensitas aktifitas fisik senam
lansia, dan tingkat kebugaran jasmani lansia yang dinilai berdasarkan kuesioner WHO QOL-BREF yang diukur dengan
menggunakan skala Likert.
Kesehatan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan pada kehidupan lansia. Menua atau menjadi tua merupakan
proses yang akan dialami oleh semua orang dan tidak seorangpun dapat menghindarinya. Tujuan hidup manusia adalah menjadi tua
tetapi tetap sehat (healthy aging).5
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil sebagai berikut:

6.1 Karakteristik responden


Diketahui bahwa total responden penelitian ini berjumlah 94 orang yang seluruhnya merupakan lansia, didapatkan usia ratarata responden adalah 62,25 tahun. Berdasarkan pada UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang menyebutkan bahwa

44

lansia ialah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. 9 Seluruh lansia yang menjadi responden penelitian ini berjenis kelamin
perempuan, dan tergabung didalam kelompok lansia binaan Puskesmas Kecamatan Palmerah.
Pendidikan lansia yang menjadi responden penelitian ini paling banyak tidak sekolah (28 orang), para lansia yang tidak
bersekolah tersebut mengaku bahwa pada saat mereka masih usia sekolah, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa bersekolah.
Selain itu, didapatkan lansia lulusan SD terbanyak kedua sejumlah 27 orang, lulusan SMA sebanyak 16 orang, lulusan SMP sebanyak
13 orang, dan lulusan diploma/S1 sebanyak 10 orang.

6.2 Aktifitas fisik senam lansia


Pada penelitian kami di Puskesmas Kecamatan Palmerah, sebagian besar lansia (55 orang) yang tergabung didalam kelompok
lansia binaan secara teratur mengikuti senam lansia yang diadakan dua kali seminggu oleh Puskesmas tersebut. Namun dengan
berbagai alasan, 20 orang lansia tidak teratur dalam mengikuti kegiatan senam tersebut, dan 19 orang tidak mengikuti kegiatan
senam.
Para lansia yang teratur mengikuti senam mengaku, meskipun kegiatan senam lansia tersebut diwajibkan oleh Puskesmas
tersebut, namun mereka mengikuti kegiatan tersebut tanpa terpaksa karena merasa membutuhkan kegiatan tersebut, selain itu
kegiatan senam lansia tersebut dianggap dapat mengurangi kejenuhan dan menjadi hiburan tersendiri bagi mereka.

45

Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah
suatu komponen kesejahteraan bagi lansia. Dengan tetap aktif mengikuti kegiatan maka lansia akan menjadi semakin sehat.31

6.3 Faktor-faktor komorbid


Setelah seseorang memasuki masa lansia, umumnya terjadi perubahan-perubahan baik anatomis maupun fisiologis tubuh,
meliputi terjadinya degenerasi struktur jaringan tubuh, proses pembentukan tulang menjadi lebih lambat, katup jantung dan dinding
pembuluh darah menjadi lebih kaku sehingga kemampuan jantung untuk memompa darah berkurang. 18,19 Perubahan kondisi fisik
yang terjadi pada usia lanjut tersebut dapat menyebabkan timbulnya suatu keadaan medis yang dapat mempengaruhi tingkat
kebugaran jasmani lansia.
Didapatkan dari hasil pemeriksaan tekanan darah, 56 lansia (59.6%) memiliki tekanan darah dalam batas normal, 23 orang
(24.5%) memiliki hipertensi derajat 1, dan 15 orang (16%) lansia memiliki Hipertensi derajat 2. Pemeriksaan gula darah sewaktu
didapatkan 8 orang (8.5%) menderita penyakit gula darah, dan 86 orang (91.5%) lainnya didapatkan gula darah sewaktu dalam batas
normal.
Dari hasil pemeriksaan kolesterol total didapatkan 33 orang (35.1%) memiliki kadar kolesterol total darah diatas batas normal,
dan 61 orang (64.9%) sisanya dalam batas normal. Pemeriksaan asam urat dalam darah mendapatkan hasil 24 orang (25.5%) lansia
terdapat peningkatan kadar asam urat diatas batas normal (6,5 untuk wanita), dan 70 orang (74.5%) sisanya didapatkan kadar asam
urat darah di dalam batas normal.

46

6.4 Hubungan antara aktifitas fisik senam lansia dengan tingkat kebugaran jasmani pada lansia binaan di Puskesmas Kecamatan
Palmerah
Tingkat kebugaran jasmani 94 responden pada penelitian ini didapatkan dengan pengisian kuesioner WHO-QOL BREF
domain Physical Health (domain 1) oleh para lansia dibantu para bidan yang bekerja di Puskesmas Kecamatan Palmerah pada saat
itu. Skala penilaian tingkat kebugaran jasmani lansia menggunakan skala likert, yang mendapatkan statistik hipotetik penilaian
berdasarkan dari 7 poin pertanyaan mengenai kebugaran jasmani dengan penyekoran tiap poin adalah 1 sampai 5.
Dari hasil perhitungan data didapatkan 52 orang (55.3%) dari 94 orang responden memiliki tingkat kebugaran jasmani
sedang, 39 orang (41.5%) memiliki tingkat kebugaran jasmani tinggi, dan 3 orang (3.2%) responden memiliki tingkat kebugaran
jasmani yang rendah.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square dalam membandingkan antara aktifitas senam lansia
dengan tingkat kebugaran jasmani lansia didapatkan nilai probabilitas (sig.) 0.006 < 0.05 yang berarti terdapat hubungan antara
aktifitas senam dengan tingkat kebugaran jasmani pada lansia.
Hasil pengujian normalitas menghasilkan sig dari KS-Z > 0.05 baik untuk kedua variabel tersebut sehingga Ho diterima dan
kesimpulan distribusi data normal. Dari hasil uji korelasi pearson didapatkan nilai (r) = 0,272 yang artinya terdapat korelasi positif
kuat antara kebugaran jasmani dan aktifitas senam. Didapatkan nilai Sig dari r = 0.004 < 0.05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima).

47

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, terbukti adanya hubungan positif yang signifikan antara aktifitas fisik senam lansia dengan
kebugaran jasmani lansia.
Sebuah penelitian pada tahun 2004 di Semarang yang dilakukan terhadap 55 lansia anggota klub jantung sehat yang aktif
mengikuti senam mendapatkan bahwa latihan fisik secara rutin memberi sumbangan terhadap kebugaran jasmani. 29 Hal tersebut juga
sesuai dengan penelitian yang dilakukan terhadap 252 lansia yang mengikuti posyandu lansia di Posdaya Mahkota Sari Kelurahan
Kingking-Tuban pada tahun 2010 yang mendapatkan bahwa setengah dari responden lansia yang mengikuti senam lansia secara rutin
mempunyai kebugaran jasmani yang baik.13

6.5 Hubungan antara faktor-faktor komorbid meliputi hipertensi, DM, Asam Urat, dan Hiperkolesterolemia dengan aktifitas fisik
senam lansia
Hubungan antara faktor-faktor komorbid dengan aktifitas fisik senam lansia diukur dengan menggunakan uji korelasi pearson.
Dari hasil pengujian normalitas terhadap variabel-variabel yang diteliti didapatkan sig KS-Z > 0.05 pada semua variabel yang
diperiksa yang berarti Ho diterima dan kesimpulannya seluruh distribusi data normal.
Dari hasil analisa didapatkan nilai Sig dari r = 0.011 < 0.05 yang menyatakan terdapatnya hubungan positif yang signifikan
antara tekanan darah dan aktifitas senam lansia. Dapat dikatakan apabila lansia secara teratur mengikuti kegiatan senam lansia dua
kali seminggu cenderung memiliki tekanan darah dalam batas normal. Hal tersebut membuktikan bahwa aktifitas fisik berhubungan

48

dengan keadaan hipertensi, dikarenakan aktifitas fisik akan melebarkan diameter pembuluh darah (vasodilatasi) dan membakar lemak
dalam pembuluh darah jantung, sehingga aliran darah lancar dan terjadi penurunan tekanan darah.21,22
Dari hasil analisa didapatkan Sig dari r = 0.000 < 0.05 yang menyatakan terdapatnya hubungan positif yang signifikan antara
gula darah sewaktu dan aktifitas fisik senam lansia. Dapat dikatakan apabila lansia secara teratur mengikuti kegiatan senam lansia
dua kali seminggu, kecil kemungkinan lansia tersebut menderita suatu kondisi diabetes melitus.
Dari hasil analisa didapatkan nilai Sig dari r = 0.364 > 0.05 yang menyatakan terdapatnya hubungan negatif signifikan antara
Asam Urat dan Senam. Hasil tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan antara aktifitas senam lansia dengan kadar asam
urat darah.
Didapatkan nilai Sig dari r = 0.462 > 0.05 yang menyatakan terdapatnya hubungan negatif signifikan antara kadar Kolesterol
Total dalam darah dan Senam. Hasil tersebut menjelaskan tidak terdapatnya hubungan antara aktifitas senam lansia dengan kadar
kolesterol total darah. Banyak faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kadar kolesterol total darah seseorang yang tidak dapat dinilai
dari satu faktor aktifitas senam lansia. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 55 orang dari total 94 responden penelitian mengikuti
kegiatan senam lansia secara teratur, 21 orang dari 55 responden menderita hiperkolesterol.

49

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

1
1
2

Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
Lansia yang menjadi responden penelitian seluruhnya berjenis kelamin perempuan dengan usia rata-rata responden 62,25 tahun
Didapatkan hubungan antara aktifitas senam lansia yang dilakukan secara rutin dilakukan lansia dua kali seminggu dengan

3
4
5
6

tingkat kebugaran jasmani


Terdapat hubungan antara faktor komorbid Hipertensi dengan aktifitas fisik senam lansia.
Terdapat hubungan antara faktor komorbid DM dengan aktifitas fisik senam lansia.
Tidak terdapat hubungan antara faktor komorbid Asam urat dengan aktifitas fisik senam lansia.
Tidak terdapat hubungan antara faktor komorbid Hiperkolesterol dengan aktifitas fisik senam lansia.

Saran

7.2.1 Puskesmas

Mempertahankan dan terus meningkatkan kebugaran jasmani lansia dengan melakukan senam lansia secara rutin dua kali
seminggu

50

Meningkatkan pengetahuan lansia-lansia yang berada dibawah ruang lingkup Puskesmas Kecamatan Palmerah mengenai
pentingnya mempertahankan kebugaran jasmani di usia tua dengan mengadakan kegiatan penyuluhan maupun promosi

kesehatan
Menambah jumlah personil petugas kesehatan yang khusus mengatur maupun mengurus para lansia agar dapat meningkatkan
kualitas pelayanan bagi para lansia itu sendiri dan diharapkan hal tersebut dapat mempermudah pelaksanaan kegiatan-kegiatan

yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup para lansia.


Mempertahankan dan terus melaksanakan kegiatan posyandu lansia yang dilakukan rutin sebulan sekali guna memantau tingkat

kesehatan lansia-lansia yang berada didalam ruang lingkup Puskesmas Kecamatan Palmerah.
Perlu diperhatikan metode, instruktur, maupun hal-hal lainnya dalam penyelenggaraan senam lansia agar mendapatkan hasil

yang lebih maksimal dalam upaya meningkatkan kebugaran jasmani lansia.


Meningkatkan upaya persuasif terhadap para lansia yang tidak mengikuti senam mengenai pentingnya kegiatan tersebut

terhadap kualitas hidup lansia khususnya dalam mempertahankan kebugaran jasmani dihari tua.
Melakukan pengecekan darah rutin setiap dua bulan sekali terhadap para lansia yang tergabung didalam kelompok lansia binaan
untuk memantau kesehatan para lansia.

7.2.2

Masyarakat

Khususnya bagi para lansia diharapkan lebih memperhatikan kondisi kesehatannya dengan pola hidup sehat dan tetap

berpartisipasi aktif pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dengan upaya meningkatkan kesehatan lansia.
Diharapkan dukungan keluarga dari para lansia dalam upaya peningkatan kebugaran jasmani lansia di usia tua.
Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam hal material, perhatian, maupun upaya bersama-sama meningkatkan kualitas
hidup lansia.

51

7.2.3

Penelitian

Kami menyadari bahwa dari penelitian kami masih terdapat banyak kekurangan dikarenakan berbagai kendala dan keterbatasan.
Kami berharap bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas, sehingga lebih bermakna
bagi lansia itu sendiri maupun bagi ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes.
Data
Penduduk
Sasaran
Program
Pembangunan
Kesehatan
2007

2011.
Available
at
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Data%20
Penduduk%20Sasaran%20Program.pdf Accessed at 27 June 2013.
2. WHO. Health stastics and health information system: Definition of an older or elderly person. Available at
http://www.who.int/healthinfo/survey/age
ingdefnolder/en/ Accessed at 27 June 2013.
3. Menkokesra. Jumlah Lansia Indonesia. Available at http://www.menkokesra.go.id/content/jumlah-lansia-indonesia-lima-besarterbanyak-di-dunia Accessed at 28 June 2013.
4. Depsos. Penduduk lanjut usia di Indonesia dan Masalah Kesejahteraannya. Available at http://www.depsos.go.id Accessed at 28
Juni 2013.
5. Munandar AS. Menuju kehidupan lansia yang sejahtera. Farmacia 2003; 3:2-4
6. Kemmler W, Stengel S,Engelke K. Exercise effects on Bone Mineral Density, Falls, Coronary Risk Factors, and Health Care
Costs in Older Women. Arch Intern Med. 2010;170(2):179-185.
7. Junaidi S. Pembinaan fisik lansia melalui aktifitas olahraga jalan kaki. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia. 2011;1(1).
8. Cornelissen VA, Fagard RH. Effects of endurance training on blood pressure: a meta analysis of randomized controlled trials.
Hypertension. 2005;46(4):667-675.
9. Watson, Roger. Perawatan Lansia. Edisi ke-3. Jakarta: ECG 2003
10. WHO.
The
World
Health
Organization
Quality
of
Life
(
WHOQOL )
BREF. Available
at
http://www.who.int/entity/substance_abuse/research_tools/en/in

52

donesian_whoqol.pdf Accessed at 1 July 2013.


11. Darmojo B. Geriatri : Demografi dan Epidemiologi Populasi Lanjut Usia. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2011;46-7.
12. Darmojo B, Martono H. Geriatri : Olahraga dan Kebugaran pada Usia Lanjut. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2011;1068.
13. Munir M. Hubungan Antara Senam Lansia ( Senam Tera ) dengan Kesegaran Jasmani pada Lansia di Posdaya Mahkota Sari.2010
14. Romario. Ameliwati N. Erwin H. Faktor faktor yang Mempengaruhi Motivasi Lansia dalam Melakukan Senam Lansia.
2010;36:2002-12
15. Irfan M. Upaya Menggugah Masyarakat untuk aktif melakukan aktivitas fisik dalam usaha preventif terhadap penyakit
degeneratif. Jurnal Pengabdian Masyarakat Unimed. 2011;17:23-32.
16. Fauzia H. Perbedaan Asupan Energi, Protein, Aktivitas Fisik dan Status Gizi antara Lansia yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti
Senam Bugar Lansia. 2012.
17. Haskell W, Kiernan M. Methodologic issues in measuring physical activity and physical fitness when evaluating the role of
dietary supplement for physically active people. Am J Clin Nutr Available at: http://www.ajcn.org/content/72/2/541S.full.pdf
Accessed 20 Juli 2013
18. Fatmah. Gizi usia lanjut: kebutuhan zat gizi. Jakarta: Erlangga; 2010;31-7.
19. Fatmah. Osteoporosis dan faktor risikonya pada lansia etnis jawa. Media Medika Indonesiana. 2008; 43(2):57-67.
20. Putra A. Avandi R. Survei tingkat kebugaran jasmani masyarakat usia diatas 40 tahun pada anggota arca hash club kabupaten
madiun. Jurnal Prestasi Olahraga. 2013;1(1).
21. Cahyati. Hary W. Beberapa Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kebugaran Jasmani pada
Manusia Usia Lanjut. Artikel Universitas Diponegoro Semarang. 2004
22. Fhajar V. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi.2012.
23. NIH. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Evaluation, and Treatment
of High Blood Pressure (JNC 7) Available at www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/ Accessed at 26
July 2013
24. Ambardini L. Aktivitas fisik pada Lanjut Usia. Artikel Universitas Negeri Yogyakarta.2008.
25. Utomo OM. Azam MM. Anggraini DN. Pengaruh Senam Terhadap Kadar Gula Darah Penderita
Diabetes. Unnes Journal of Public Health Universitas Negeri Semarang.2012

53

26. Anam MS. The Effects of Diet and Exercise on Body Mass Index, Physical Fitness, hsCRP and Lipid
Profile in Obese Children. 2010.
27. SIGN. Hypertension in Older People A National Clinical Guidline. SIGN Publication 2001;7-9.
28. Stanley & Beare. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: ECG;2007.
29. Widyastuti A. Hubungan Antara Status Gizi, Status Kesehatan, dan Latihan Fisik dengan Kesegaran
Jasmani Lansia di Klub Jantung Sehat Semarang. 2004.
30. Ohaeri JU, Olusina AK, Al-Abbasi AHM. Factor analytical study of short version of the World Health
Organization Quality of Life Instrument. 2004.
31. Anonim. Principles of Maintaining Health. Available at: http:// centeronaging.uams.edu/patients/prescripting.asp.2008. Accessed
at 15 Januari 2014.
32. American
Diabetes
Association.
Diagnosis
and
Classification
of
Diabetes
Mellitus.
Available
at:
http://care.diabetesjournals.org/content/27/suppl_1/s5
.full. Accessed at 15 Februari 2014.

Lampiran 1
INFORMED CONSENT

54

Penjelasan mengenai penelitian

Penelitian ini berjudul Hubungan Antara Aktivitas Fisik dan Kebugaran Jasmani pada Kelompok Lansia Binaan di Puskesmas
Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara aktivitas senam lansia dengan kebugaran
jasmani lansia binaan, dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan kebugaran jasmani pada lanjut usia yang nantinya informasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan edukasi dan peningkatan
kualitas hidup lansia.
Oleh karena itu, dengan ini kami mengharapkan bapak/ibu/saudara/i untuk ikut serta dalam penelitian ini. Bila bersedia maka
peneliti akan mengadakan wawancara melalui kuesioner, dan hasil dari kuesioner ini akan dirahasiakan informasinya. Jika ada
pertanyaan, bapak/ibu/saudara/i dapat menghubungi peneliti melalui nomer telepon 087781926562 atau melalui email di
ariguna.wijaya@gmail.com
Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela, Bapak/Ibu/Saudara/i bebas untuk menolak ikut serta
dalam penelitian ini. Data dan identitas diri dari Bapak/Ibu/Saudara/i akan disamarkan dan dijaga kerahasiaannya. Bila
bapak/ibu/saudara/i bersedia ikut dalam penelitian ini, kami mohon untuk membubuhkan tanda tangan pada formulir persetujuan
penelitian dibawah ini.

Jakarta,................2013

I Gede Ariguna Wijaya


Lampiran 2
FORMULIR PERSETUJUAN

Semua penjelasan diatas telah disampaikan kepada saya dan telah saya pahami dengan sebaik-baiknya. Dengan
menandatangani formulir ini saya yang namanya tertulis dibawah ini SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian ini.

Nama peserta penelitian

Tanda tangan

Tanggal

Lampiran 3
Kuesioner Identitas Responden
1. Umur :......... tahun
2. Jenis kelamin:
Laki-laki
()

Perempuan
()
3. Alamat:
........................................................................................................................
4. Pendidikan
:
a. Tidak sekolah
()
b. Sekolah Dasar
()
c. SMP/SLTP
()
d. SMA/SLTA
()
e. Universitas/Akademi ( )
5. Apakah anda masih bekerja ?
Tidak ( ) Ya ( ) , apa pekerjaan anda?........................................................
6. Apakah status pernikahan anda sekarang?
Belum menikah
()
Menikah
()
Janda/duda
()
7. Beri tanda penyakit yang anda derita :
a. Darah tinggi
()
b. Kencing Manis/Gula ( )
c. Kolesterol
()
d. Tidak ada
()
e. Lain-lain
()
8. Obat-obatan yang anda konsumsi menahun?
Tidak ada
()
1-2 macam
()
>2 macam
()
9. Apakah anda tergabung sebagai anggota kelompok lansia binaan di Puskesmas Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat?
Ya
()
Tidak ( )
10. Seberapa sering anda mengikuti kegiatan senam lansia?

Teratur (2x seminggu)


Tidak teratur
Tidak mengikuti

()
()
()

Lampiran 4
Kuesioner WHOQOL-BREF

Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas hidup, kesehatan dan hal-hal lain dalam hidup anda. Saya
akan membacakan setiap pertanyaan kepada anda, bersamaan dengan pilihan jawaban.
Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai. Jika anda tidak yakin tentang jawaban yang akan anda berikan
terhadap pertanyaan yang diberikan, pikiran pertama yang muncul pada benak anda seringkali merupakan jawaban yang
terbaik. Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian anda.
Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan tentang kehidupan anda pada empat minggu terakhir.

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal berikut ini dalam empat minggu terakhir.

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut ini dalam 4 minggu terakhir?

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami hal-hal berikut dalam empat minggu terakhir.

Komentar pewawancara tentang penilaian ini?

10

[Tabel berikut ini harus dilengkapi setelah wawancara selesai]

Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian

11

12

13

14

15

16

Lampiran 6
Tabel distribusi variabel penelitian

Usia

Valid

Lansia

Frequency
94

Percent
100.0

Valid Percent
100.0

Cumulative
Percent
100.0

17

Pendidikan

Valid

Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Diploma dan S1
Total

Frequency
28
27
13
16
10
94

Percent
29.8
28.7
13.8
17.0
10.6
100.0

Valid Percent
29.8
28.7
13.8
17.0
10.6
100.0

Cumulative
Percent
29.8
58.5
72.3
89.4
100.0

Senam

Valid

Tidak senam
Tidak teratur
2 kali seminggu
Total

Frequency
19
20
55
94

Percent
20.2
21.3
58.5
100.0

Valid Percent
20.2
21.3
58.5
100.0

Cumulative
Percent
20.2
41.5
100.0

18

Tekanan Darah

Valid

Hipertensi derajat 2
Hipertensi derajat 1
Normo tensi
Total

Frequency
15
23
56
94

Percent
16.0
24.5
59.6
100.0

Valid Percent
16.0
24.5
59.6
100.0

Cumulative
Percent
16.0
40.4
100.0

GDS

Valid

Diabetes
Normal
Total

Frequency
8
86
94

Percent
8.5
91.5
100.0

Valid Percent
8.5
91.5
100.0

Cumulative
Percent
8.5
100.0

Asam Urat

Valid

Asam urat
Normal
Total

Frequency
24
70
94

Percent
25.5
74.5
100.0

Valid Percent
25.5
74.5
100.0

Cumulative
Percent
25.5
100.0

19

Cholest

Valid

Hiper kolesterol
Normal
Total

Frequency
33
61
94

Percent
35.1
64.9
100.0

Valid Percent
35.1
64.9
100.0

Cumulative
Percent
35.1
100.0

Kebugaran jasmani

Valid

Rendah
Sedang
Tinggi
Total

Frequency
3
52
39
94

Percent
3.2
55.3
41.5
100.0

Valid Percent
3.2
55.3
41.5
100.0

Cumulative
Percent
3.2
58.5
100.0

20

TABEL CHI-SQUARE
Hipertensi - aktifitas senam lansia
Crosstab
Count
Senam

Tekanan
Darah

Hipertensi derajat 2
Hipertensi derajat 1
Normo tensi

Total

Tidak senam
6
7
6
19

Tidak teratur
1
6
13
20

2 kali
seminggu
8
10
37
55

Total
15
23
56
94

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
9.952a
10.267
5.142

4
4

Asymp. Sig.
(2-sided)
.041
.036

.023

df

94

a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is 3.03.

21

Gula darah sewaktu - Aktifitas senam lansia


Crosstab
Count
Senam

GDS

Diabetes
Normal

Total

Tidak senam
5
14
19

Tidak teratur
2
18
20

2 kali
seminggu
1
54
55

Total
8
86
94

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
10.957a
9.820
10.530

2
2

Asymp. Sig.
(2-sided)
.004
.007

.001

df

94

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is 1.62.

22

Asam urat Aktifitas senam lansia


Crosstab
Count
Senam

Asam
Urat

Asam urat
Normal

Total

Tidak senam
6
13
19

Tidak teratur
4
16
20

2 kali
seminggu
14
41
55

Total
24
70
94

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
.687a
.688
.123

2
2

Asymp. Sig.
(2-sided)
.709
.709

.726

df

94

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is 4.85.

23

Kolesterol total Aktifitas senam lansia


Crosstab
Count
Senam

Cholest

Hiper kolesterol
Normal

Total

Tidak senam
8
11
19

Tidak teratur
4
16
20

2 kali
seminggu
21
34
55

Total
33
61
94

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
2.640a
2.819
.009

2
2

Asymp. Sig.
(2-sided)
.267
.244

.923

df

94

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is 6.67.

24

Kebugaran jasmani Aktifitas senam lansia


Crosstab
Count
Senam

Kebugaran
jasmani
Total

Rendah
Sedang
Tinggi

Tidak senam
3
12
4
19

Tidak teratur
0
11
9
20

2 kali
seminggu
0
29
26
55

Total
3
52
39
94

25

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
14.536a
12.684
6.883

4
4

Asymp. Sig.
(2-sided)
.006
.013

.009

df

94

a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is .61.

TABEL UJI PEARSON


Kebugaran jasmani Aktifitas fisik senam lansia.
NPar Tests

26

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N
Normal Parametersa,b
Most Extreme
Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Kebugaran
jasmani
94
2.38
.551
.342
.342
-.284
3.313
.000

Senam
94
2.38
.805
.364
.222
-.364
3.524
.000

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Hasil pengujian normalitas menghasilkan sig dari KS-Z > 0.05 baik untuk kedua variabel tersebut sehingga Ho
diterima dan kesimpulan DISTRIBUSI DATA NORMAL

Pearson Correlations

27

Correlations
Kebugaran
jasmani
1
.272**
.
.004
94
94
.272**
1
.004
.
94
94

Senam
Senam

Kebugaran jasmani

Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

(r) = 0,272 yang artinya terdapat korelasi positif kuat antara Kebugaran Jasmani dan Senam. Sig dari r = 0.004 <
0.05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang positif signifikan antara
Kebugaran Jasmani dan Senam

Tekanan darah - Aktifitas fisik senam lansia.


NPar Tests

28

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Senam
94
2.38
.805
.364
.222
-.364
3.524
.000

Tekanan
Darah
94
2.44
.756
.368
.228
-.368
3.567
.000

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Hasil pengujian normalitas menghasilkan sig dari KS-Z > 0.05 baik untuk kedua variabel tersebut sehingga Ho
diterima dan kesimpulan DISTRIBUSI DATA NORMAL
Pearson Correlations

29

Correlations
Senam
Senam

Tekanan Darah

Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N

1
.
94
.235*
.011
94

Tekanan
Darah
.235*
.011
94
1
.
94

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

(r) = 0,235 yang artinya terdapat korelasi yang positif kuat antara Tekanan Darah dan Senam. Sig dari r = 0.011 <
0.05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang positif signifikan antara
Tekanan Darah dan Senam

Gula darah sewaktu Aktifitas fisik senam lansia.


NPar Tests

30

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Senam
94
2.38
.805
.364
.222
-.364
3.524
.000

GDS
94
1.91
.281
.534
.381
-.534
5.178
.000

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Hasil pengujian normalitas menghasilkan sig dari KS-Z > 0.05 baik untuk kedua variabel tersebut sehingga Ho
diterima dan kesimpulan DISTRIBUSI DATA NORMAL
Pearson Correlations

31

Correlations
Senam
Senam

GDS

Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N

1
.
94
.336**
.000
94

GDS
.336**
.000
94
1
.
94

**. Correlation is significant at the 0.01 level


(1-tailed).

(r) = 0,336 yang artinya terdapat korelasi positif kuat antara GDS dan Senam. Sig dari r = 0.000 < 0.05 yang
artinya Ho diterima (Ha ditolak) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang positif signifikan antara GDS dan
Senam

Asam urat Aktifitas fisik senam lansia.


NPar Tests

32

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Senam
94
2.38
.805
.364
.222
-.364
3.524
.000

Asam Urat
94
1.74
.438
.465
.280
-.465
4.504
.000

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Hasil pengujian normalitas menghasilkan sig dari KS-Z > 0.05 baik untuk kedua variabel tersebut sehingga Ho
diterima dan kesimpulan DISTRIBUSI DATA NORMAL

Pearson Correlations

33

Correlations
Senam
Senam

Asam Urat

Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N

1
.
94
.036
.364
94

Asam Urat
.036
.364
94
1
.
94

(r) = 0,036 yang artinya terdapat korelasi negatif kuat antara Asam Urat dan Senam. Sig dari r = 0.364 > 0.05 yang
artinya Ho diterima (Ha ditolak) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang negatif signifikan antara Asam Urat
dan Senam

Kolesterol total Aktifitas fisik senam lansia.


NPar Tests

34

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Senam
94
2.38
.805
.364
.222
-.364
3.524
.000

Cholest
94
1.65
.480
.417
.263
-.417
4.040
.000

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Hasil pengujian normalitas menghasilkan sig dari KS-Z > 0.05 baik untuk kedua variabel tersebut sehingga Ho
diterima dan kesimpulan DISTRIBUSI DATA NORMAL

Pearson Correlations

35

Correlations
Senam
Senam

Cholest

Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N

1
.
94
-.010
.462
94

Cholest
-.010
.462
94
1
.
94

(r) = -0,010 yang artinya terdapat korelasi negatif kuat antara Cholest dan Senam. Sig dari r = 0.462 > 0.05 yang
artinya Ho diterima (Ha ditolak) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang negatif signifikan antara Cholest
dan Senam

36

37

25

HUBUNGAN ANTARA AKTIFITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI


PADA KELOMPOK LANSIA BINAAN
I Gede Ariguna Wijaya1
Maskito A. Soerjoasmoro2
1

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Alamat korespondensi:
1

Jalan Tomang Utara No. 8 Grogol, Jakarta Barat. Telp: 08123835791, Email: ariguna.wijaya@hotmail.com

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa, Jakarta Barat, Email: drmaskito@trisakti.ac.id
ABSTRAK

26

LATAR BELAKANG: Indonesia tergolong negara dengan struktur penduduk lanjut usia yang disebabkan meningkatnya umur
harapan hidup dari tahun ketahun. Peningkatan jumlah populasi lansia memerlukan perhatian agar mereka tidak hanya berumur
panjang tetapi dapat menjadi tua dengan tetap sehat. Salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan yaitu dengan melakukan
aktifitas fisik secara rutin. Untuk mengetahui hubungan antara hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara aktifitas fisik dan kebugaran jasmani pada kelompok lansia binaan. METODE: Penelitian
menggunakan studi observasional analitik dengan desain potong lintang, mengikutsertakan 94 lansia yang tergabung didalam
kelompok lansia binaan Puskesmas Kecamatan Palmerah. Data diperoleh dari wawancara sesuai dengan kuesioner, pemeriksaan
darah, dan pengecekan tekanan darah. Data dianalisis dengan uji Chi Square dan uji korelasi Pearson. Analisis data menggunakan
SPSS 17.0 dengan tingkat kemaknaan 0,05.HASIL: Analisis bivariat menunjukkan terdapatnya hubungan antara aktifitas fisik
dengan tingkat kebugaran jasmani pada lansia (r = 0,272). Terdapat hubungan positif antara faktor-faktor komorbid meliputi
hipertensi (r = 0,235) dan diabetes mellitus (r = 0,336) dengan aktifitas fisik senam lansia, namun dari hasil analisis diketahui tidak
terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan asam urat (r = 0,036) dan hiperkolesterol (r = -0,010). KESIMPULAN: Penelitian ini
menunjukkan terdapatnya hubungan antara aktifitas fisik dan kebugaran jasmani pada lansia. Aktifitas fisik dapat mengurangi faktorfaktor komorbid seperti hipertensi dan diabetes, namun tidak terlihat hubungan yang signifikan dengan asam urat dan hiperkolesterol.

Kata kunci: Kebugaran jasmani, senam lansia, komorbid, lansia binaan


ABSTRACT
BACKGROUND: Increasing number of elderly population requires more attention in order to make sure that theyre not only live
longer but also healthy. An effort to the health status is by doing physical activity regularly. To determine the relationship between
those two aspects, its necessary to conduct a research to determine the relationship between physical activity and physical fitness in
elderly. METHODS: This research is using observational analytic study with cross-sectional design, involving 94 elders who are
members of the target group in Palmerah subdistrict health center. Data obtained by interviews according to the questionnaire, blood
tests, and blood pressure checks. Data were analyzed using Chi-square test, and Pearson correlation test. Data analysis using SPSS
17.0 with significancy level of 0,05. RESULTS: Bivariate analysis showed the presence of the relationship between physical activity
and physical fitness in elderly (r = 0,272). Therere also a positive relationship between some comorbid factors including
hypertension (r = 0,272) and diabetes melitus (r = 0,336) with physical activity exercise, but the result of analysis showed that
therere no relationship between physical activity exercise with uric acid (r = 0,036) and hypercholesterolemia (r = -0,010 ).
CONCLUSION: This study shows that there is a positive relationship between physical activity and physical fitness level in elderly.

Physical activity can reduce comorbid factors such as hypertension and diabetes on elderly, but no visible significant association seen
with gout and hypercholesterolemia.
Keywords: physical fitness, comorbid, asisted elderly

PENDAHULUAN
Indonesia tergolong negara dengan struktur penduduk lansia karena jumlah penduduk kelompok usia lanjut di Indonesia
semakin meningkat dari tahun ke tahun.1 Perubahan struktur usia di Indonesia berkaitan erat dengan peningkatan usia harapan hidup
manusia Indonesia yang makin meningkat dari tahun ke tahun. 2 Adanya peningkatan jumlah populasi lansia menyebabkan perlunya
perhatian pada lansia, agar mereka tidak hanya berumur panjang, tetapi dapat menikmati masa tuanya dengan bahagia dan tetap sehat
(healthy aging).3,4
Kesehatan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan pada kehidupan lansia, karena menua atau menjadi tua merupakan suatu
proses yang akan dialami oleh semua orang dan tidak seorangpun dapat menghindari. 4 Salah satu upaya meningkatkan derajat
kesehatan ialah dengan melakukan aktifitas fisik secara rutin. Selain berfungsi untuk meningkatkan kebugaran jasmani, aktifitas fisik

juga memberti penguatan terhadap keselarasan antara mental, emosional dan sosial pada lansia guna meningkatkan derajat
kebermaknaan hidup dalam kehidupan hari tua.5,6 Beberapa penelitian meta-analysis telah membuktikan adanya efek positif
dilakukannya aktifitas fisik secara teratur terhadap perbaikan kondisi hipertensi pada usia lanjut.7 Suatu studi terhadap kelompok
wanita usia lanjut berusia 65 tahun keatas mendapatkan hasil bahwa terjadi penurunan risiko osteoporosis dan instabilitas yang cukup
signifikan pada kelompok lansia yang melakukan program aktifitas fisik secara rutin. 5 Penelitian ini dirasa perlu dilakukan untuk
melihat sisi positif dan negarif serta efektifitas program senam yang dilakukan bersama-sama dalam kelompok lansia binaan di
Puskesmas Kecamatan Palmerah terhadap kebugaran jasmani pada lanjut usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara aktifitas fisik dengan kebugaran jasmani pada kelompok lansia binaan, dalam upaya meningkatkan kebugaran jasmani lansia
melali program senam lansia yang dilakukan bersama-sama didalam kelompok lansia binaan di Puskesmas Kecamatan Palmerah dan
sekitarnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan studi observasional analitik dengan menggunakan pendekatan potong silang. Lokasi penelitian
dilakukan di Puskesmas Kecamatan Palmerah, Jl. Palmerah Barat No. 120 Jakarta dan dilakukan pada bulan September 2013
Januari 2014. Populasi terjangkau penelitian ini adalah lansia yang tergabung didalam kelompok lansia binaan di Puskesmas
Kecamatan Palmerah, sedangkan sampel dari penelitian adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi yang antara
lainnya: 1) merupakan pria atau wanita berusia 60 tahun dan tergabung didalam kelompok lansia binaan; 2) dapat beraktifitas
secara mandiri atau ketergantungan minimal; 3) Mampu berkomunikasi, bisa membaca dan menulis; 4) Bersedia ikut serta dalam
penelitian. Kriteria eksklusi penelitian meliputi: 1) lansia yang memilii gangguan jiwa; 2) memiliki gangguan dalam berkomunikasi;
3) memiliki ketergantungan berat dan atau dalam suatu keadaan terminal. Tekhnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
consecutive non-random sampling. Berdasarkan hasil perhitungan, sample yang dibutuhkan penelitian ini adalah 110 orang. Data
diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang memuat identitas responden, intensitas senam, dan
kuesioner WHO QOL-BREF domain 1: Physical Health. Selain itu dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan darah
meliputi kadar gula darah sewaktu, asam urat, dan kolesterol darah untuk melengkapi data penelitian. Analisis data dilakukan
menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan tingkat kemaknaan yang digunakan sebesar 0,05. Untuk mengetahui hubungan antar

variabel penelitian digunakan uji statistik Chi-square dan uji korelasi Pearson untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antar
variabel bebas dan tergantung, dan untuk melihat significancy dari hubungan tersebut.

HASIL
Seluruh responden pada penelitian ini adalah lansia, yaitu seseorang yang berusia diatas 60 tahun (100%). Usia rata rata responden
penelitian adalah 62,25 tahun. Seluruh responden lansia pada penelitian ini berjenis kelamin wanita dan tergabung didalam kelompok
lansia binaan Puskesmas Kecamatan Palmerah.
Tabel 5.1. Status pendidikan lansia yang tergabung dalam kelompok lansia binaan.
Frekuensi
Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Diploma dan S1
Total

Jumlah (n)
28
27
13
16
10
94

Persentase (%)
29.8
28.7
13.8
17.0
10.6
100.0

Dari hasil perhitungan data didapatkan status pendidikan lansia yang paling banyak ialah tidak sekolah sebanyak 28 orang (29.8%),
berikutnya lulusan SD sejumlah 27 orang (28.7%), lulusan SMA sebanyak 16 orang (17.0%), lulusan SMP sebanyak 13 orang
(13.8%), dan lulusan Diploma dan S1 sebanyak 10 orang (10.6%).
Tabel 5.2. Distribusi lansia yang mengikuti senam lansia
Frekuensi
Senam Lansia
Tidak senam
Tidak teratur
2x seminggu
Total

Jumlah (n)
19
20
55
94

Persentase (%)
20.2
21.3
58.5
100.0

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan 55 orang (58.5%) dari 94 lansia mengikuti senam lansia secara teratur 2x dalam seminggu,
20 orang (21.3%) tidak teratur, dan 19 orang (20.2%) tidak mengikuti kegiatan senam. Faktor komorbid yang diperiksa meliputi
tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan kadar asam urat. Dilaporkan sebagai berikut:
Tabel 5.3. Distribusi faktor komorbid pada responden penelitian
Frekuensi
Faktor Komorbid

Jumlah (n)

Persentase (%)

Tekanan darah

Hipertensi derajat 2
Hipertensi derajat 1
Normotensi
Total

15
23
56
94

16.0
24.5
59.6
100.0

Gula darah sewaktu


Diabetes
Normal
Total

8
86
94

8.5
91.5
100.0

Kolesterol total
Hiperkolesterol
Normal
Total

33
61
94

35.1
64.9
100.0

Asam urat
Meningkat
Normal
Total

24
70
94

25.5
74.5
100.0

Didapatkan dari hasil pemeriksaan tekanan darah, 56 lansia (59.6%) memiliki tekanan darah dalam batas normal, 23 orang (24.5%)
memiliki hipertensi derajat 1, dan 15 orang (16%) lansia memiliki Hipertensi derajat 2. Pemeriksaan gula darah sewaktu didapatkan 8
orang (8.5%) menderita penyakit gula darah, dan 86 orang (91.5%) lainnya didapatkan gula darah sewaktu dalam batas normal. Dari
hasil pemeriksaan kolesterol total didapatkan 33 orang (35.1%) memiliki kadar kolesterol total darah diatas batas normal, dan 61
orang (64.9%) sisanya dalam batas normal. Pemeriksaan asam urat dalam darah mendapatkan hasil 24 orang (25.5%) lansia terdapat

peningkatan kadar asam urat diatas batas normal (6,5 untuk wanita), dan 70 orang (74.5%) sisanya didapatkan kadar asam urat darah
di dalam batas normal.
Kebugaran Jasmani responden penelitian didapatkan dengan kuesioner WHO-QOL BREF domain Physical Health (domain 1). Skala
penilaian menggunakan skala likert. Skala yang digunakan terdiri dari 7 item dengan penyekoran tiap item adalah 1 sampai 5. Maka
didapatkan statistik hipotetik berikut:
-

Skor minimal
Skor maksimal
Rerata
Range

:
:
:
:

7x1=7
7 x 5 = 35
(35 + 7)/2 = 21
35 7 = 28

Tabel 5.4. Skala penilaian kebugaran jasmani dengan skala penilaian likert
Kategori (Kebugaran Jasmani)
Rendah
Sedang
Tinggi

Acuan
X < - 1.
- 1. X < - 1.
- 1. X

Kategorisasi
X < 14
14 X <28
28 X

Berdasarkan hasil perhitungan data didapatkan hasil sebagai berikut:


Tabel 5.5. Distribusi kebugaran jasmani responden penelitian

10

Frekuensi
Kebugaran Jasmani
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

Jumlah (n)
3
52
39
94

Persentase (%)
3.2
55.3
41.5
100.0

Dari hasil perhitungan data didapatkan 52 orang (55.3%) dari 94 orang responden memiliki tingkat kebugaran jasmani sedang, 39
orang (41.5%) memiliki tingkat kebugaran jasmani tinggi, dan 3 orang (3.2%) responden memiliki tingkat kebugaran jasmani yang
rendah.
Hubungan antara aktifitas fisik senam lansia dengan kebugaran jasmani lansia
Tabel 5.6. Demografi hubungan aktivitas senam dengan kebugaran jasmani lansia

Kebugaran
Jasmani

Rendah
Sedang
Tinggi

Tidak
senam
n
%
3
100.0
12
23.0
4
10.34

Senam
Tidak
teratur
n
%
0
0.0
11 21.24
9
23.0

2x
seminggu
n
%
0
0.0
29 55.76
26 66.66

Total
n
3
52
39

%
3.2
55.32
41.48

P value
ChiPearson
square
.006

.004

11

Dari hasil analisis data didapatkan 3 dari 94 total responden tidak mengikuti kegiatan senam sama sekali, dan ketiga orang tersebut
memiliki tingkat kebugaran jasmani rendah. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square didapatkan nilai
probabilitas (sig.) 0.006 < 0.05 yang berarti terdapat hubungan antara aktivitas senam dengan tingkat kebugaran jasmani pada lansia.
Didapatkan nilai Sig dari r = 0.004 < 0.05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang
positif signifikan antara aktifitas fisik senam lansia dengan kebugaran jasmani lansia.
Hubungan antara aktifitas fisik senam lansia dengan faktor-faktor komorbid meliputi hipertensi, diabetes melitus, asam
urat, dan hiperkolesterol
Tabel 5.7. Demografi hubungan aktivitas senam dengan tekanan darah responden

Senam
Lansia

Tidak
senam
Tidak
teratur
Teratur

Hipertensi
derajat II
n
%
6
31.57

Tekanan darah
Hipertensi
Normotensi
derajat I
n
%
n
%
7
36.8
6
31.57

Total
n
19

%
20.21

5.0

30.0

13

65.0

20

21.27

14.5

10

18.18

37

67.27

55

58.51

P value
ChiPearson
square
.041

.011

12

Hasil analisis menunjukkan 37 responden (67.27%) dari 55 responden yang teratur mengikuti senam lansia dua kali seminggu
memiliki tekanan darah dalam batas normal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square didapatkan nilai
probabilitas (sig.) 0.041 < 0.05 yang berarti terdapat hubungan positif antara aktivitas senam dengan tekanan darah pada lansia.
Didapatkan nilai Sig dari r = 0.011 < 0.05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang
positif signifikan antara aktifitas fisik senam lansia dengan tekanan darah.
Tabel 5.8. Demografi hubungan aktivitas senam dengan kadar gula darah responden

n
5

Gula darah sewaktu


Tidak
Total
diabetes
%
n
%
n
%
26.31 14 73.68 19 20.21

10.0

18

90.0

20

21.27

1.81

54

98.18

55

58.51

Diabetes

Senam
Lansia

Tidak
senam
Tidak
teratur
Teratur

P value
ChiPearson
square
.004

.011

Hasil analisis menunjukkan 54 responden (98.18%) dari total 55 responden yang teratur mengikuti senam lansia dua kali seminggu
memiliki kadar gula darah dalam batas normal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square didapatkan
nilai probabilitas (sig.) 0.004 < 0.05 yang berarti terdapat hubungan positif antara aktivitas senam dengan kadar gula darah pada

13

lansia. Didapatkan Sig dari r = 0.000 < 0.05 yang artinya Ho diterima (Ha ditolak) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang
positif signifikan antara aktifitas fisik senam lansia dengan kadar gula darah sewaktu lansia.
Tabel 5.9. Demografi hubungan aktivitas senam dengan kadar asam urat responden
Asam urat darah
Asam urat
Normal

Senam
Lansia

Tidak
senam
Tidak
teratur
Teratur

Total

n
6

%
31.58

n
13

%
68.42

n
19

%
20.21

20.0

16

80.0

20

21.27

14

25.45

41

74.55

55

58.51

P value
ChiPearson
square
.709

.364

Hasil analisis menunjukkan 16 responden (80%) yang tidak teratur mengikuti kegiatan senam lansia yang diadakan oleh Puskesmas
Kecamatan Palmerah memiliki kadar asam urat darah dalam batas normal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan
rumus Chi-Square didapatkan nilai probabilitas (sig.) 0.709 > 0.05 yang berarti tidak terdapat hubungan / terdapat hubungan negatif
antara aktivitas senam dengan kadar asam urat pada lansia. Didapatkan nilai Sig dari r = 0.364 > 0.05 yang artinya Ho diterima (Ha
ditolak) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang negatif signifikan antara aktifitas senam lansia dengan kadar asam urat darah
pada lansia.

14

Tabel 5.10. Demografi hubungan aktivitas senam dengan kolesterol total responden
Kolesterol total darah
Hiperkolesterol
Normal

Senam
Lansia

Tidak
senam
Tidak
teratur
Teratur

Total

n
8

%
42.10

n
11

%
57.90

n
19

%
20.21

20.0

16

80.0

20

21.27

21

31.18

34

68.82

55

58.51

P value
ChiPearson
square
.267

.462

Hasil analisis menunjukkan 11 responden memiliki kadar kolesterol total darah normal, dan 8 responden memengalami
hiperkolesterolemia dari total 19 responden yang sama sekali tidak mengikuti senam lansia. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus Chi-Square didapatkan nilai probabilitas (sig.) 0.267 > 0.05 yang berarti tidak terdapat hubungan / terdapat
hubungan negatif antara aktivitas senam dengan kadar kolesterol total darah pada lansia. Didapatkan nilai Sig dari r = 0.462 > 0.05
yang artinya Ho diterima (Ha ditolak) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang negatif signifikan antara aktifitas senam lansia
dengan kadar kolesterol total darah lansia.

15

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa total responden penelitian ini berjumlah 94 orang yang seluruhnya
merupakan lansia, didapatkan usia rata-rata responden adalah 62,25 tahun. Berdasarkan pada UU No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia yang menyebutkan bahwa lansia ialah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. 8 Seluruh lansia yang
menjadi responden penelitian ini berjenis kelamin perempuan, dan tergabung didalam kelompok lansia binaan Puskesmas Kecamatan
Palmerah. Pendidikan lansia yang menjadi responden penelitian ini paling banyak tidak sekolah (28 orang), para lansia yang tidak
bersekolah tersebut mengaku bahwa pada saat mereka masih usia sekolah, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa bersekolah.
Selain itu, didapatkan lansia lulusan SD terbanyak kedua sejumlah 27 orang, lulusan SMA sebanyak 16 orang, lulusan SMP sebanyak
13 orang, dan lulusan diploma/S1 sebanyak 10 orang. Pada penelitian kami di Puskesmas Kecamatan Palmerah, sebagian besar lansia
(55 orang) yang tergabung didalam kelompok lansia binaan secara teratur mengikuti senam lansia yang diadakan dua kali seminggu
oleh Puskesmas tersebut. Namun dengan berbagai alasan, 20 orang lansia tidak teratur dalam mengikuti kegiatan senam tersebut, dan
19 orang tidak mengikuti kegiatan senam.
Kebugaran Jasmani Lansia yang tergabung dalam kelompok lansia binaan di Puskesmas Kecamatan Palmerah

16

Tingkat kebugaran jasmani 94 responden pada penelitian ini didapatkan dengan pengisian kuesioner WHO-QOL BREF domain
Physical Health (domain 1) oleh para lansia dibantu para bidan yang bekerja di Puskesmas Kecamatan Palmerah pada saat itu. Skala
penilaian tingkat kebugaran jasmani lansia menggunakan skala likert, yang mendapatkan statistik hipotetik penilaian berdasarkan dari
7 poin pertanyaan mengenai kebugaran jasmani dengan penyekoran tiap poin adalah 1 sampai 5. Dari hasil perhitungan data
didapatkan 52 orang (55.3%) dari 94 orang responden memiliki tingkat kebugaran jasmani sedang, 39 orang (41.5%) memiliki
tingkat kebugaran jasmani tinggi, dan 3 orang (3.2%) responden memiliki tingkat kebugaran jasmani yang rendah.
Hubungan antara aktifitas fisik dan kebugaran jasmani pada kelompok lansia binaan
Dari hasil perhitungan data didapatkan 52 orang (55.3%) dari 94 orang responden memiliki tingkat kebugaran jasmani sedang, 39
orang (41.5%) memiliki tingkat kebugaran jasmani tinggi, dan 3 orang (3.2%) responden memiliki tingkat kebugaran jasmani yang
rendah. Dari hasil uji korelasi pearson didapatkan nilai (r) = 0,272 yang artinya terdapat korelasi positif kuat antara kebugaran
jasmani dan aktifitas senam. Didapatkan nilai Sig dari r = 0.004 < 0.05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima). Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut, terbukti adanya hubungan positif yang signifikan antara aktifitas fisik senam lansia dengan kebugaran jasmani
lansia.

17

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1) Lansia yang menjadi responden penelitian seluruhnya berjenis
kelamin perempuan dengan usia rata-rata responden 62,25 tahun; 2) Didapatkan hubungan antara aktifitas senam lansia yang
dilakukan secara rutin dilakukan lansia dua kali seminggu dengan tingkat kebugaran jasmani; 3) Terdapat hubungan antara faktor
komorbid Hipertensi dengan aktifitas fisik senam lansia; 4) Terdapat hubungan antara faktor komorbid DM dengan aktifitas fisik
senam lansia; 5) Tidak terdapat hubungan antara faktor komorbid Asam urat dengan aktifitas fisik senam lansia; 6) Tidak terdapat
hubungan antara faktor komorbid Hiperkolesterol dengan aktifitas fisik senam lansia. Berdasarkan keterbatasan peneliti yang dimiliki
dalam penelitian ini, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: 1) Bagi institusi kesehatan diharapkan dapat mempertahankan
dan terus meningkatkan kebugaran jasmani lansia dengan melakukan senam lansia secara rutin dua kali seminggu. Berupaya
meningkatkan pengetahuan lansia-lansia yang berada dibawah ruang lingkup Puskesmas Kecamatan Palmerah mengenai pentingnya
mempertahankan kebugaran jasmani di usia tua dengan mengadakan kegiatan penyuluhan maupun promosi kesehatan. Menambah
jumlah personil petugas kesehatan yang khusus mengatur maupun mengurus para lansia agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan
bagi para lansia itu sendiri dan diharapkan hal tersebut dapat mempermudah pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup para lansia; 2) Bagi masyarakat khususnya para lansia diharapkan lebih memperhatikan kondisi

18

kesehatannya dengan pola hidup sehat dan tetap berpartisipasi aktif pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dengan upaya
meningkatkan kesehatan lansia. Diharapkan dukungan keluarga dari para lansia dalam upaya peningkatan kebugaran jasmani lansia
di usia tua; 3) Kami berharap bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas, sehingga
lebih bermakna bagi lansia itu sendiri maupun bagi ilmu pengetahuan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terutama ditujukan kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan dana dan dukungan antara lain dukungan dari bagian dan
lembaga, para professional yang memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah, dan untuk penguji I maupun penguji II sidang
proporsal yang lalu. Karya tulis ini disusun dengan segenap usaha dan tenaga, namun karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan.
Masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan karya tulis ini, oleh karena itu kami sangat berterima kasih apabila
ada kritik dan saran. Akhir kata semoga penelitian ini berguna baik bagi penyusun sendiri, rekan-rekan kami di tingkat klinik, bagi
para pembaca, bagi Puskesmas Kecamatan Palmerah, maupun semua pihak yang membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

19

1. Depkes.
Data
Penduduk
Sasaran
Program
Pembangunan
Kesehatan
2007

2011.
Available
at
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Data%20Penduduk%20Sasaran%20Program.pdf Accessed at 27 June 2013.
2. Menkokesra. Jumlah Lansia Indonesia. Available at http://www.menkokesra.go.id/content/jumlah-lansia-indonesia-lima-besarterbanyak-di-dunia Accessed at 28 June 2013.
3. Depsos. Penduduk lanjut usia di Indonesia dan Masalah Kesejahteraannya. Available at http://www.depsos.go.id Accessed at 28
Juni 2013.
4. Munandar AS. Menuju kehidupan lansia yang sejahtera. Farmacia 2003; 3:2-4
5. Kemmler W, Stengel S,Engelke K. Exercise effects on Bone Mineral Density, Falls, Coronary Risk Factors, and Health Care
Costs in Older Women. Arch Intern Med. 2010;170(2):179-185.
6. Junaidi S. Pembinaan fisik lansia melalui aktifitas olahraga jalan kaki. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia. 2011;1(1).
7. Cornelissen VA, Fagard RH. Effects of endurance training on blood pressure: a meta analysis of randomized controlled trials.
Hypertension. 2005;46(4):667-675.
8. Watson, Roger. Perawatan Lansia. Edisi ke-3. Jakarta: ECG 2003

20

You might also like